[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
Pondok Pesantren Al Ittifaqiah, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan
Meski mayoritas berasal dari keluarga ekonomi lemah, santri mampu mengukir prestasi baik di dalam maupun luar negeri.
1/6
[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
Sangat mudah mencari Pondok Pesantren Al Ittifaqiah karena lokasinya begitu strategis; berada di jantung kota Indralaya, ibukota Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Persisnya di pinggir Jalan Raya Lintas Timur. Dari Kota Palembang berjarak 36 km, ditempuh hanya satu jam perjalanan dari bandara internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang. Dekat sekali dengan kampus Universitas Sriwijaya Indralaya, hanya 3 km ke arah selatan Jalan Raya Lintas Timur.
Al Ittifaqiah didirikan pada 10 Juli 1967 oleh ulama, umara, pengusaha dan tokoh masyarakat Indralaya. Pesantren ini dipimpin pertama kali oleh almarhum fadhilatus syeikh KH Ahmad Qori Nuri (1911-1996). Secara organisatoris ponpes ini berada di bawah naungan Yayasan Islam al Ittifaqiah (YALQI).
Pertahankan Kitab Kuning
KH Ahmad Qori Nuri sebagai pimpinan Al Ittifaqiah dikenal sebagai sosok ulama yang mempunyai integritas tinggi dan konsisten, tetapi juga berpikiran modern dan berwawasan luas. Dalam dirinya berpadu antara konsistensi terhadap tradisi salaf dan pemikiran khalaf sekaligus.
Dengan tegas ia menolak tawaran pemerintah agar Al Ittifaqiah menjadi madrasah murni dengan kewajiban untuk memakai kurikulum madrasah Departemen Agama secara penuh dengan meninggalkan kitab-kitab kuning (al kutub al turatsiah). Ia tetap memilih tipe/model pendidikan pondok pesantren, tetapi dengan sistem madrasah yang tetap mempertahankan tradisi salaf dengan kitab kuning sebagai ciri khasnya.
Ia terus berjuang dengan penuh kegigihan dan keikhlasan untuk menyiapkan prasarana agar menampung santri yang berdatangan dari berbagai penjuru kabupaten di Sumatera Selatan dan bahkan dari luar propinsi.
Pada 11 April 1996 dalam usia 85 tahun ia pun berpulang ke rahmatullah dengan keberhasilan mengasramakan seluruh santri yang berasal dari luar kecamatan Indralaya yang mencapai angka 80 persen dari jumlah santri keseluruhan yang saat itu berjumlah sekitar 700 orang. Lahan pesantren pun meningkat dari semula 4000 m 2 menjadi 33.330 m 2 . Gedung asrama,
2/6
[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
gedung belajar, dan kantor pun bertambah cukup signifikan.
Maka kepemimpinan Al Ittifaqiah pun beralih ke KH Mudrik Qori, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil mudir. “Alhamdulillah, dengan dukungan penuh Wakil Mudir Ustadz Mubarok Hanura, para pengurus, karyawan, guru, wali santri, alumni, masyarakat, dan pemerintah, kami dapat mengantarkan Al Ittifaqiah sebagai pesantren yang dipercaya, maju dan berprestasi,” ujar Mudrik kepada kontributor Media Umat.
Saat ini, santri binaan Al Ittifaqiah berjumlah 2.233 orang yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Mayoritas berlatar belakang ekonomi lemah. Mereka tersebar di berbagai jenjang pendidikan formal yang tersedia di Al Ittifaqiah.
Pendidikan formal tersebut meliputi: Madrasah Taman Kanak-kanak Islam Al Ittifaqiah (TAKIAH); Madrasah Diniah Al Ittifaqiah (MASNIAH); Madrasah Ibtidaiah Al Ittifaqiah (MASTIAH), status disamakan; Madrasah Tsanawiah Al Ittifaqiah (MASWIAH), status terakreditasi; Madrasah Aliah Al-Ittifaqiah (MASLIAH), status disamakan; Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Alquran Al Ittifaqiah (STITQI), status terakreditasi (B).
Ukir Prestasi
Santri Al Ittifaqiah mengukir banyak prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Di antaranya: juara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Internasional di Malaysia tahun 1997 dan 2006; juara Musabaqah Tahfizh Quran (MHQ) Internasional di Saudi Arabia 2001; juara STQ/MTQ Nasional; juara pidato Bahasa Arab Pekan Olahraga Nasional dan juara pada beragam even nasional lain.
3/6
[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
Karena prestasi-prestasi tersebut, santri Al Ittifaqiah mendapat undangan pemerintah Jepang untuk mengikuti Jenesys Programme pada April-Mei 2008 dan 22 Juni – 2 Juli 2009. Pimpinan dan guru PPI berkali-kali mendapat undangan luar negeri. Di antaranya: ke Jepang pada Agustus 2004 untuk program Education Visit; ke Inggris untuk program Short Course of Conflict Resolution and Gender Mainstreaming pada September 2006; ke Amerika Serikat untuk program Partnership for School pada bulan Oktober-November 2008.
Sekitar 205 orang SDM pilihan yang unggul mengabdikan diri menjadi pendidik di Al Ittifaqiah. Di antaranya ada yang mendapat beasiswa S2 computer engineering di Universitas Duisburg Essen Jerman. Sebelas orang lainnya dalam tiga tahun berturut-turut memperoleh beasiswa S2 di IPB, ITB, UI, UIN Jakarta, UIN Bandung, IAIN Semarang dan IAIN Palembang.
Alumni PPI berjumlah lebih dari 13.129 orang, bertebaran di berbagai tempat di dalam dan luar negeri membawa misi rahmatan lil alamin. Banyak alumni mendapat beasiswa di Mesir, Sudan, Yaman, Syiria, Amerika (Arizona, USA) dan lain-lain.
Meskipun Al Ittifaqiah masih perlu tambahan gedung belajar dan asrama serta fasilitas-fasilitas lain, tetapi pendidikan di PPI sudah mempunyai berbagai fasilitas modern seperti ruang belajar multi media, laboratorium bahasa, laboratorium komputer, laboratorium IPA, tempat praktik keterampilan dan usaha (TPKU), perpustakaan dan lain-lain.
Di samping itu, ditunjang pula dengan kursus intensif Bahasa Arab, Inggris dan MIPA dengan hasil berstandar nasional dan internasional, diadakan pula kursus bahasa Prancis dan pengenalan ideologi-ideologi dunia untuk mempersiapkan santri menjadi manusia mandiri dan unggul dalam persaingan global.
Al Ittifaqiah menjadikan pendidikan Alquran sebagai program unggulannya, baik dari sisi kemampuan membaca, menghafal, seni baca, ilmu-ilmunya, kemampuan memahami dan melaksanakan ajaran-ajaran Alquran itu. Selain itu, pendidikan bahasa Arab dan bahasa Inggris merupakan program mahkota (crown program), sehingga para santri diwajibkan berkomunikasi dengan kedua bahasa ini setiap hari.[] almaro/joy
4/6
[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
KH Mudrik Qori, Mudir Ponpes Ittifaqiyah Indralaya
Negara Ideal harus Rujuk Rasulullah
Kalau dalam konteks negara, kami melihat piagam Madinah (Negara Madinah yang didirikan Rasulullah) merupakan bentuk negara ideal dengan figur utamanya adalah Rasulullah. Jadi kalau ada yang bercita-cita mewujudkan negara ideal, kepemimpinan ideal, harus merujuk kepada kepemimpinan Rasulullah. Dalam konteks apapun, baik undang-undang negaranya, juga pengaturan masyarakatnya termasuk penghargaan dan perlindungan terhadap pemeluk agama lain. Begitulah gambaran yang ada dalam benak saya saat ini. Dalam konteks Indonesia saya melihat perjuangan untuk menuju tegaknya sebuah negara semacam itu yakni khilafah, itu bisa tapi kita akhirnya bicara waktu; tahun berapa, abad berapa nanti akan kembali tegak.
Saya pikir, pendidikan itu kunci. Sebuah gerakan Islam kultural pada akhirnya nanti bisa mencapai Islam formal. Tapi kalau konteks Indonesia, Islam formal yang didahulukan, itu susah. Perlu ada strategi yang rapi dan terorganisir dan itu harus dimulai dari nol atau dari bawah. Kalau kita bicara pendidikan nasional saat ini, apa yang bisa kita harap? Kalau desain kurikulumnya seperti neolib? Untuk memberantas korupsi saja susah. Tidak tuntas-tuntas. Belum lagi arah pendidikan negeri ini tidak jelas, mau dibawa ke mana? Ganti menteri, ganti presiden, berubah lagi aturan dan kebijakan kurikulumnya.
Kita tetap menjadi Muslim yang lurus (hanif), beramal sesuai dengan amalan islami untuk menuju Islam yang rahmatan lil’alamin. Harapannya agar para ustad berbuat semaksimal
5/6
[60] Ukir Prestasi di Dalam dan Luar Negeri Wednesday, 23 November 2011 17:26
mungkin berdasarkan nilai-nilai Islam, untuk menegakkan agama Allah ini.[] fami/almaro
6/6