PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
OCCY BONANZA A34204002
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN Occy Bonanza. A34204002. Perencanaan Lanskap Kebun Teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sebagai Kawasan Agrowisata. Dibimbing oleh Dr.Ir.Nizar Nasrullah, M.Agr. Perkebunan Teh Kayu Aro yang terletak di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi merupakan perkebunan teh yang diusahakan PTPN VI. Perkebunan ini merupakan unit perkebunan yang terluas di dunia dengan luas sekitar 3.020 ha, berada pada ketinggian 1.400-1.600 mdpl. Perkebunan teh ini menjadi salah satu objek wisata utama di Kabupaten Kerinci, tetapi baru sebatas pemanfaatan view dan piknik, belum ada pengembangan fungsi ke arah agrowisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan perkebunan Teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sebagai tempat rekreasi dengan memanfaatkan kebun teh dan kegiatan produksi sebagai objek rekreasi dan penyediaan fasilitas dan utilitas penunjang wisata. Kegiatan penelitian ini dilakukan di Desa Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dengan luas total kawasan yang direncanakan adalah 1.254 ha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) dengan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber daya dan aktivitas wisata. Metode ini terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan. Tahap persiapan merupakan tahap penetapan tujuan perencanaan dan pengumpulan informasi. Tahap inventarisasi adalah tahap pengambilan data yang berpengaruh terhadap perencanaan tapak. Tahap analisis adalah menganalisis berdasarkan potensi, kendala, amenity, dan danger yang ditemukan pada tapak baik aspek fisik maupun aspek sosial. Tahap sintesis merupakan tahap menentukan konsep-konsep yang akan dikembangkan. Tahap perencanaan merupakan tahap pengembangan konsep yang telah direncanakan dan pada akhirnya akan dihasilkan gambar rencana lanskap. Konsep dasar dari perencanaan tapak adalah menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro sebagai kawasan kebun produksi dan kawasan wisata
pertanian sehingga perekebunan teh Kayu Aro dapat menjadi alternatif tempat berwisata dan rekreasi. Konsep agrowisata akan dikembangkan berdasarkan konsep dasar yang sudah ada sehingga direncanakan tujuh konsep pengembangan: konsep wisata, ruang, sirkulasi, vegetasi, konservasi, fasilitas penunjang, dan pengelolaan pengunjung. Rencana ruang pada tapak terdiri dari ruang wisata pertanian (91,1%) yang peruntukannya untuk budi daya, pengelolaan tanaman teh dan wisata pertanian, ruang wisata umum (4,4%) yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas
wisata
nonpertanian,
ruang
konservasi
(3,6%)
sebagai
ruang
penyeimbang kondisi ekologi kawasan, serta ruang pelayanan (0,8%) yang berfungsi sebagai ruang pelayanan bagi pengunjung. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan terdiri dari wisata pertanian yaitu yang dilakukan di ruang budi daya, antara lain, wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya serta aktivitas wisata umum, antara lain, outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track, horse riding track, picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam, dan melukis. Rencana sirkulasi yang dikembangkan pada tapak terdiri dari sirkulasi interpretasi, yaitu sirkulasi yang akan mengarahkan wisatawan untuk dapat menyaksikan atraksi-atraksi yang tersebar di dalam kawasan perkebunan, dan sirkulasi pelayanan, yaitu sirkulasi untuk menghubungkan ruang wisata dan ruang pelayanan. Rencana fasilitas yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan ruang. Pada ruang wisata akan disediakan fasilitas, antara lain, jalan setapak, signboard, papan penunjuk arah, gapura, bangku, meja taman, lampu jalan, pagar, dek kayu, gazebo, shelter, perahu kecil, tempat sampah, permainan playground, dan menara pandang. Pada ruang pelayanan akan disediakan fasilitas berupa pintu masuk (main gate), pos jaga, loket penjualan karcis, tempat parkir, mesjid/musholla, toilet, tempat makan, penginapan, kios penjualan cendera mata, kios penyewaan alat, dan gedung pusat informasi. Rencana vegetasi pada tapak akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai, yaitu fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah, dan fungsi pembatas.
PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh :
OCCY BONANZA A34204002
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
Nama
: Occy Bonanza
NRP
: A34204002
Program Studi : Arsitektur Lankap
Menyetujui, Dosen Pebimbing
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. NIP. 131 578 792
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian,
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1986 di Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Penulis merupakan anak kandung kedua dari dua bersaudara dari pasangan Mirza Yahya (bapak) dan Noverma, S.Pd (ibu). Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar hingga sekolah menengah umum di kota Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Negeri 145, Sungai Penuh. Sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 8, Sungai Penuh, dan sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2002 di SMU Negeri 2, Sungai Penuh. Pada tahun 2004, penulis berhasil memasuki perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) di program studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, melalui jalur USMI. Selama menempuh pendidikan, penulis aktif di beberapa kegiatan intra kampus. Tahun 2004-2007 penulis aktif di Forum Komunikasi Rohis Departemen, (FKRD) Fakultas Pertanian. Tahun 2006-2007 penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa
Arsitektur
Lanskap
(HIMASKAP)
sebagai
ketua
divisi
Kewirausahaan. Selain itu, penulis juga aktif di kegiatan ekstra kampus, yaitu Ikatan Mahasiswa Kerinci Bogor (IMK-B) sebagai bendahara pada tahun 20042005 dan sebagai ketua divisi Kewirausahaan pada tahun 2005-2006. Penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang berlokasi di Desa Guci, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, pada tahun 2007. Penulis juga aktif sebagai panitia di beberapa kegiatan intra kampus seperti panitia Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru Angkatan 42 (ROTASI’42) sebagai Humas, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) Angkatan 42 dan 43 sebagai Bendahara dan Penanggung Jawab Kelompok (PJK), serta Masa Perkenalan Departemen (MPD) Angkatan 42 sebagai Penanggung Jawab Kelompok (PJK). Penulis juga mempunyai pengalaman magang di Flush Nursery dan Dekorasi tahun 2006 dan di Perpustakaan LSI IPB tahun 2006.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH Swt, Rabb Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan karunia yang tanpa henti-hentinya mengalir kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka penyelesaian studi di Program studi Arsitektur Lanskap, Departeman Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan banyak dukungan, bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS dan Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Muningsjah, M.Agr, selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan kepada penulis untuk kelengkapan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Sc, selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberikan dorongan dan nasehat selama penulis menjalani masa perkuliahan. 4. Pihak PTP Nusantara VI Kayu Aro yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 5. BAPPEDA Kabupaten Kerinci yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 6. Mama dan Papa tercinta, yang doanya tidak pernah berhenti mengalir kepada penulis, sehingga membuat penulis selalu tenang dan optimis, serta atas kasih sayang, dukungan moral dan materil yang tidak akan bisa tergantikan sampai kapan pun. 7. Saudara-saudara penulis, uni Septi, uni Da, abang Sandi, uni Riza, uni Mila, uni Sil dan kak Sandra serta kakak-kakak ipar atas segala cinta, pengertian, dan dukungannya selama ini. 8. Nenek (Nunggoh) tercinta yang alhmdulillah masih dapat melihat cucunya menyelesaikan skripsi ini.
9. Keponakan-keponakan penulis, Meiky, Advis, Noval, Kevin, Sona, Elan, Pizo, Rizki, Enzo, Toriq, Bintang dan Nisa atas semua keceriaan yang diberikan. 10. Semua keluarga besar penulis, tekta dan paketek, amok dan tante serta sepupusepupu penulis atas doa dan dukungan yang diberikan. 11. Teman-teman seperjuangan di ARL’41, Fuji, Dayat, Ita, Memei, Putri, Anjar, Mba Yu, Ridho, Ipep, Oji, Syita, Sekar, Sari, Dita, Fida, Sony, Neno, Deni, Intan, Lintank, Diena, Hendoy, Ria, Ratih, Teteh, Aini, Diana, Anggi, Itha, Nana, Imad, Dinny, Tyas, Fai, Dyah, Cici, Buyunk, Dimas, Uthe dan Yuni atas kebersamaannya selama 4 tahun ini, baik dalam suka maupun duka. 12. Warga Radar 36 (Mira, Wenny, Laras, Friska dan Ela) atas kebersamaan dan suka-dukanya selama tinggal satu rumah. 13. Teman-teman seperjuangan di FKRD Faperta, IMK-Bogor, dan KKP Desa Guci atas segala kebersamaan, dukungan dan motivasi yang sangat berharga selama penulis berada di IPB. 14. Teman-teman penulis dari SD hingga SMU yang sampai saat ini masih meluangkan waktunya untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. 15. Pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Skripsi ini mungkin jauh dari sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt dan manusia hanyalah muara kekhilafan, namun besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor, 28 Oktober 2008
Penulis
ix
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xi PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang ....................................................................................................1 Tujuan Studi ........................................................................................................3 Kegunaan Studi ...................................................................................................3 Kerangka Pikir Perencanaan ...............................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................4 Perencanaan Lanskap ..........................................................................................4 Prinsip Umum Perencanaan ...........................................................................4 Nilai Perencanaan yang Baik .........................................................................5 Rekreasi dan Wisata ............................................................................................5 Pengertian Rekreasi........................................................................................5 Pengertian Wisata dan Kawasan Wisata ........................................................6 Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata ..............................................................6 Daya Dukung untuk Kegiatan Wisata ............................................................7 Agrowisata...........................................................................................................7 Pengertian Agrowisata ...................................................................................7 Kriteria Kawasan Agrowisata ........................................................................8 Prasyarat Kawasan Agrowisata ......................................................................9 Prinsip-Prinsip Pengembangan Agrowisata ...................................................9 Tipologi Kawasan Agrowisata .....................................................................10 METODOLOGI .....................................................................................................13 Lokasi dan Waktu..............................................................................................13 Metode Kerja.....................................................................................................14
x
INVENTARISASI .................................................................................................18 Sejarah Perkebunan Kayu Aro ..........................................................................18 Aspek Fisik .......................................................................................................19 Letak, Luas dan Batas-batas Tapak..............................................................19 Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ............................................20 Hidrologi dan Drainase ................................................................................21 Geologi dan Jenis Tanah ..............................................................................22 Iklim .............................................................................................................23 Vegetasi dan Satwa ......................................................................................26 Pola Penggunaan Lahan ..............................................................................27 Akustik dan Visual .......................................................................................29 Aksesibilitas .................................................................................................30 Fasilitas dan Utilitas ....................................................................................33 Aspek Sosial .....................................................................................................35 Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar .............................................35 Pengunjung ..................................................................................................37 Kebijakan Pengelola ....................................................................................41 Kebijakan Pemerintah ..................................................................................46 ANALISIS .............................................................................................................50 Aspek Fisik........................................................................................................50 Letak, Luas dan Batas-batas Tapak..............................................................50 Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan ............................................50 Hidrologi dan Drainase ................................................................................52 Geologi dan Jenis Tanah ..............................................................................53 Iklim .............................................................................................................54 Vegetasi dan Satwa ......................................................................................58 Pola Penggunaan Lahan ..............................................................................58 Akustik dan Visual ........................................................................................59
xi
Aksesibilitas .................................................................................................60 Fasilitas dan Utilitas ....................................................................................61 Aspek Sosial ......................................................................................................62 Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar .............................................62 Pengunjung ..................................................................................................63 Kebijakan Pengelola ....................................................................................64 Kebijakan Pemerintah ..................................................................................65 KONSEP PERENCANAAN .................................................................................71 Konsep Dasar ....................................................................................................71 Konsep Pengembangan .....................................................................................72 Konsep Wisata............................................................................................72 Konsep Ruang ............................................................................................72 Konsep Sirkulasi.........................................................................................74 Konsep Vegetasi.........................................................................................75 Konsep Konservasi.....................................................................................76 Konsep Fasilitas/Utilitas.............................................................................76 Konsep Pengelolaan Pengunjung ...............................................................77 Konsep Pengembangan Paripurna..............................................................78 PERENCANAAN LANSKAP ..............................................................................81 Rencana Ruang..................................................................................................81 Ruang Wisata ...............................................................................................81 Ruang Konservasi.........................................................................................81 Ruang Pelayanan ..........................................................................................82 Rencana Aktivitas Wisata .................................................................................83 Wisata Pertanian...........................................................................................83 Wisata Umum...............................................................................................83 Rencana Sirkulasi ..............................................................................................84 Jalur Interpretasi .........................................................................................85
xii
Jalur Pelayanan...........................................................................................85 Rencana Fasilitas/Utilitas ..................................................................................86 Rencana Vegetasi ..............................................................................................89 Rencana Pengelolaan Pengunjung.....................................................................91 Rencana Daya Dukung Wisata..........................................................................92 KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................93 Kesimpulan........................................................................................................93 Saran..................................................................................................................94 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................100 LAMPIRAN.........................................................................................................102
xiii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Tipologi Kawasan Agrowisata...........................................................................11 2.Jadwal Kegiatan ..................................................................................................13 3. Jenis, Spesifikasi, dan Bentuk Data ...................................................................15 4. Fasilitas yang Terdapat pada Tapak...................................................................33 5. Kuisioner Persepsi dan Preferensi Pengunjung .................................................39 6. Perkembangan Wisnus dan Wisman Tahun 2003-2007 ....................................48 7. Nilai THI Kawasan pada suhu Maksimum dan Minimum................................57 8. Analisis dan Sintesis ..........................................................................................66 9. Alokasi Perencanaan Ruang...............................................................................82 10. Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas........................................................84 11. Rencana Fasilitas..............................................................................................88
xiv
DAFTAR GAMBAR No.
Teks
Halaman
1. Peta Lokasi .......................................................................................................13 2. Proses Perencanaan pada Level Tapak ............................................................14 3. Peta Orientasi Studi..........................................................................................19 4. View Topografi Tapak secara Umum ..............................................................21 5. Danau Aroma Pecco.........................................................................................22 6. Curah Hujan Tahun 2006 .................................................................................23 7. Hari Hujan Tahun 2006....................................................................................24 8. Kelembaban Tahun 2006 .................................................................................24 9. Lama Penyinaran Tahun 2006 .........................................................................25 10. Kecepatan Angin Tahun 2006..........................................................................25 11. Suhu Tahun 2006 .............................................................................................26 12. Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemukan di Tapak ........................................26 13. Penggunaan Lahan pada Kawasan Perkebunan ...............................................27 14. Peta tata Guna Lahan .......................................................................................28 15. Good View yang Dapat Dilihat pada Tapak.....................................................29 16. Kondisi Jalan Utama dan Jalan Masuk ke Perkebunan....................................31 17. Peta Aksesibilitas .............................................................................................32 18. Fasilitas yang Terdapat Disekitar Tapak..........................................................34 19. Kondisi Pemetikan Daun Teh ..........................................................................36 20. Bentuk Rumah Karyawan Peninggalan Belanda .............................................37 21. Proses Produksi dan Pengolahan Tanaman Teh dari Hulu ke Hilir .................44 22. Kondisi Pabrik..................................................................................................46 23. Suasana di Taman Wisata Aroma Pecco..........................................................47 24. Peta Eksisting...................................................................................................49 25. Ilustrasi Ragam Ketinggian Lahan pada Lokasi Aktivitas Pengunjung...........52 26. Penggunaan Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Radiasi Matahari...............55
xv
27. Penanaman Massa Vegetasi untuk Mengarahkan Angin .................................55 28. Pengaruh Vegetasi pada Iklim Mikro ..............................................................56 29. Peta Analisis.....................................................................................................70 30. Konsep Pembagian Ruang ...............................................................................73 31. Konsep Sirkulasi ..............................................................................................75 32. Alternatif 1 Konsep Pengembangan Paripurna ................................................78 33. Alternatif 2 Konsep Pengembangan Paripurna ................................................79 34. Ilutrasi Sirkulasi Interpretatif ...........................................................................85 35. Rencana Lanskap .............................................................................................95 36. Rencana Lanskap Blow Up 1...........................................................................96 37. Rencana Lanskap Blow Up 2...........................................................................97 38. Perspektif dan Potongan Area Danau ..............................................................98 39. Perspektif Area Playground .............................................................................99
DAFTAR LAMPIRAN No.
Teks
Halaman
1. Kuisioner Identitas, Persepsi, dan Preferensi Pengunjung...............................103
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkebunan Teh Kayu Aro yang terletak di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi merupakan perkebunan teh satu-satunya yang diusahakan secara terpadu di bawah pengawasan PTPN VI serta perkebunan ini merupakan unit perkebunan yang terluas di dunia dengan luas sekitar 3.020 hektar berada pada ketinggian 1.400-1.600 meter dpl. Perkebunan teh ini adalah perkebunan tertua di Indonesia, dibuka antara tahun 1925 dan tahun 1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA) . Teh di tempat ini mulai ditanam pada tahun 1929 dengan varietas spesifik, ditanam asli dari biji teh. Empat tahun kemudian, 1932, perusahaan Belanda membangun pabrik teh di Bedeng VIII Kayu Aro dengan kapasitas produksi 90 ton pucuk teh per hari, dan kapasitas terpasang 100 ton. Pabrik Teh Kayu Aro hingga kini merupakan pabrik teh terbesar di dunia yang masih aktif dan merupakan pabrik teh tertua di Indonesia. Teh produksi Perkebunan Teh Kayu Aro hingga kini merupakan teh hitam terbaik di dunia. Hasil dari produksi Teh Kayu Aro telah di ekspor ke berbagai daerah dan telah menembus pasar internasional Saat ini, Perkebunan teh ini menjadi salah satu objek wisata utama di Kabupaten Kerinci tapi baru sebatas pemanfaatan view dan bersantai belum ada pengembangan fungsi kearah agrowisata yang akan menambah daya tarik wisatawan mengingat tempat ini sangat berpotensi walaupun sudah ada wacana dari pemerintah setempat. Sesuai dengan kondisi Kabupaten Kerinci yang merupakan daerah tropis dan bercurah hujan tinggi, membuat daerah ini menjadi andalan pertama di Provinsi Jambi dalam sektor pertanian. Di daerah ini banyak lahan-lahan pertanian yang produktif dan kebanyakan masyarakat sekitar mengandalkan lahan pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Selain itu Kabupaten Kerinci juga berada cukup straegis yang bisa menghubungkan tiga provinsi sekaligus yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Barat dan Bengkulu. Agrowisata perkebunan teh diharapkan mampu mengembangkan potensi serta meningkatkan aktivitas wisata yang berbasis
pertanian. Agrowisata
2
diartikan sebagai rangkaian aktivitas wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian. Dalam kasus ini kawasan yang dimanfaatkan adalah kawasan perkebunan teh, mulai dari kegiatan awal sampai dengan produk yang dihasilkan dalam berbagai sistem, skala, dan bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian. Agrowisata tersebut terkait juga dengan kondisi objek-objek wisata di Kabupaten Kerinci yang pemanfaatannya kurang optimal. Padahal, di kabupaten ini terdapat banyak objek wisata yang dapat dijual dan akan menambah pendapatan pemerintah daerah. Selain itu sirkulasi dan sajian objek pertanian, kegiatan agrowisata dapat menjadi alternatif kegiatan wisata yang menyenangkan serta meningkatkan nilai edukasi, di samping memberikan alternatif tambahan pendapatan bagi masyartakat. Agrowisata memiliki beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut: a. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam. b. meningkatkan konservasi lingkungan; Nilai-nilai konservasi yang ditekankan lebih kepada keseimbangan ekosistem dan pemeliharaan berbagai jenis tanaman yang berguna untuk melestarikan sumber plasma nutfah dan memiliki fungsi hidrologis untuk menahan cadangan air. c. memberikan nilai rekreasi; Sebagai obyek pariwisata, agrowisata tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas rekreasi. d. mendapatkan keuntungan ekonomi; Keuntungan tersebut tidak hanya bagi pengelola agrowisata tapi bagi daerah dan masyrakat sekitar lokasi. e. meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan; Kekayaan flora, fauna dan seluruh ekosistem yang ada di dalam kawasan agrowisata dapat mengundang rasa ingin tahu dari para peneliti, ilmuan maupun kalangan pelajar. Perencanaan lanskap
kebun teh Kayu Aro sebagai tempat agrowisata
perlu dilakukan mengingat potensi yang dimiliki kawasan ini cukup besar, tetapi belum ada pemanfaatan lebih lanjut. Perencanaan dilakukan agar potensi yang dimiliki dapat dikembangkan secara maksimal dengan tahap-tahap yang sistematis dalam proses perencanaan sehingga tujuan dari perencanaan dapat tercapai. Akan tetapi, dalam proses perencanaannya tetap merujuk pada pemenuhan produksi teh
3
yang berkualitas baik, kondisi ekologis yang alami, serta pemenuhan kebutuhan wisata dari masyarakat lokal dan masyarakat sekitar kawasan.
Tujuan Studi Studi ini bertujuan untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan Perkebunan Teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sebagai tempat rekreasi dengan memanfaatkan kebun teh dan kegiatan produksi sebagai objek wisata dan penyediaan fasilitas dan utilitas penunjang wisata.
Kegunaan Studi Hasil studi ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan pikiran dan alternatif perencanaan lanskap bagi pemerintah Kabupaten Kerinci dalam pengembangan agrowisata Perkebunan Teh Kayu Aro di kawasan Kabupaten Kerinci serta memberikan wawasan bagi perencana lanskap.
Kerangka Pikir Perencanaan Perkebunan teh memiliki potensi sebagai kebun produksi sekaligus sebagai kawasan wisata dikarenakan dapat menciptakan bentukan lanskap yang khas. Kegiatan budi daya tanaman teh dan pengelolaannya merupakan objek yang dapat menjadi daya tarik sehingga potensi itulah yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Perencanaan ini membutuhkan data fisik dan data sosial-ekonomi yang diperoleh melalui studi pustaka dan survei langsung. Masing-masing jenis data terdiri dari elemen–elemen penilaian yang selanjutnya dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari analisis tersebut akan digunakan sebagai bahan dalam menyusun konsep yang terdiri dari konsep wisata, konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep konservasi, konsep fasilitas/utilitas, dan konsep pengelolaan pengunjung untuk digunakan dalam perencanaan kawasan secara utuh.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Lanskap Perencanaan adalah mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masala-masalah tersebut (Knudson, 1980). Menurut Rachman (1984) perencanaan tapak adalah pengaturan fungsi ruang, sirkulasi, keindahan dan keunikan, dengan memanfaatkan elemen air, tanah dan berbagai benda serta keadaan yang ada seperti taman, bangunan, kondisi topografi dan pemandangan. Kemudian Nurisjah dan Pramukanto (2007) menyatakan bahwa merencana suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata. Nurisjah dan Pramukanto (2007) melanjutkan bahwa perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk kegiatan penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang, guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan lestari yang mendukung
berbagai
kebutuhan
dan
keinginan
manusia
dalam
upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan.
Prinsip Umum Perencanaan Gold (1980) mengemukakan beberapa prinsip umum perencanaan, khususnya perencanaan untuk kawasan rekreasi yaitu : 1. Semua orang harus dapat melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi lain yang sama untuk menghindari duplikasi. 3. Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan dan transportasi. 4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang. 5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dilaksanakan.
5
6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan. 7. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi. 8. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi. 9. Fasilitas-fasilitasnya harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin untuk menyediakan tempat sebaik-baiknya demi kenyamanan, keamanan dan kebahagiaan pengunjung.
Nilai Perencanaan yang Baik Menurut Gunn (1994) perencanaan yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat yang lebih baik, meningkat perekonomian, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan komunitas dan memiliki dampak negatif yang rendah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan perencanaan yang lebih baik dan terintegrasi pada semua aspek pengembangan wisata. Sedangkan menurut Simonds (1983) perencanan yang baik harus dapat melindungi badan air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, menghindari erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup untuk rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tapak yang memiliki nilai keindahan dan ekologis. Penilaian yang baik mempertimbangkan aspekaspek seperti: ekosistem alami, kualitas dan kuantitas air, kualitas udara, tingkat kebisingan, erosi, banjir, tapak bersejarah, bentukan lanskap, flora dan fauna, serta keterkaian dengan ruang terbuka.
Rekreasi dan Wisata Pengertian Rekreasi Rekreasi adalah apa yang terjadi dalam hubungannya dengan kepuasan diri yang diperoleh melalui pengalaman. Rekreasi juga dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan seseorang untuk dapat menyegarkan kembali sifat mentalnya serta dapat bermanfaat (Gold, 1980). Selain itu menurut Gold (1980) rekreasi biasanya dihubungkan dengan pemilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok baik yang bersifat aktif maupun pasif. Aktivitas rekreasi juga merupakan kegiatan yang ditentukan elemen waktu, kondisi, sikap manusia, dan
6
lingkungan. Menurut Siswantinah (1989), rekreasi merupakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sukarela pada waktu-waktu senggang (luang), merupakan pengalaman yang diharapkan dapat memberikan manfaat berupa kenikmatan dan penyegaran kembali fisik dan mental. Menurut Knudson (1980) aktivitas-aktivitas rekreasi di alam terbuka meliputi: Rekreasi perjalanan seperti bersepeda, jalan-jalan, berkuda, pendakian dan berlayar; Rekreasi sosial seperti piknik dan berkemah; Rekreasi estetik seperti fotografi, melukis, menikmati pemandangan dan studi alam; Petualangan seperti mendaki gunung dan memanjat tebing; Survival Replay seperti berburu, memancing dan berkemah. Aktivitas-aktivitas tersebut umumnya dilakukan di hutan, taman suaka alam, areal rekreasi sungai alami, air terjun, jalur jalan setapak, dan gunung.
Pengertian Wisata dan Kawasan Wisata Wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya berkeliling atau perjalanan, sedangkan pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalan untuk mendapatkan rekreasi. Daya tarik pariwisata atau rekreasi terletak pada keindahan yang dapat dinikmati wisatawan dan tersedianya jenis makanan atau sesuatu yang khas di daerah tujuan wisata (Derous, 1990 dalam Khairul, 1997). Berdasarkan ketetapan MPR No. 11/MPR/1993 tentang GBHN dinyatakan bahwa kepariwisataan meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan wisata, pengusaha, obyek dan daya tarik wisata yang terwujud dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya serta peninggalan budaya dan purbakala.
Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata Sumber daya untuk aktivitas wisata adalah tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata yang merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menarik keinginan untuk berwisata. Menurut Gold (1980), ketersediaan sumberdaya untuk aktivitas wisata dapat dilihat dari jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia dan dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk
7
mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dilakukan identifikasi dan inventarisasi kemudian analisis potensi dan kendalanya. Klasifikasi sumberdaya menurut tujuannya di bagi menjadi tiga yaitu: tujuan komersil untuk kepuasan pengunjung dan direncanakan bagi kenyamanan pengunjung, untuk pelestarian sumberdaya, dan tujuan pertengahan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang seimbang dengan pengelola sumberdaya (Knudson, 1980).
Daya Dukung untuk Kegiatan Wisata Daya dukung rekreasi merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami, segi fisik dan sosial untuk dapat mendukung aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan (Gold, 1980). Daya dukung optimal suatu area rekreasi merupakan jumlah aktivitas rekreasi yang dapat ditampung oleh suatu area selama jangka waktu tertentu serta dapat memberikan perlindungan terhadap sumberdaya dan kepuasan terhadap pengunjung. Sedangkan menurut Knudson (1980), daya dukung merupakan penggunaan secara lestari dan produktif dari suatu sumberdaya yang dapat diperbarui. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam menduga daya dukung menurut Tivy (1972) yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap; 1. Faktor pembatas dan evaluasi dampak, 2. Keawetan dan kerusakan areal, dan 3. kepuasan pemakai.
Agrowisata Pengertian Agrowisata Agrowisata adalah salah satu bentuk pariwisata yang obyek utamanya adalah lanskap pertanian. Agrowisata juga merupakan aktivitas wisata yang terintegrasi dengan keseluruhan sistem pertanian dan pemanfaatan obyek-obyek pertanian sebagai obyek wisata, seperti teknologi pertanian maupun komoditi pertanian. Menurut Arifin (1992) agrowisata adalah salah satu bentuk aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas didalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, dan wisatawan dapat membeli produk
8
pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam aktivitas-aktivitas pertanian. Lanskap agrowisata merupakan suatu kawasan rekreasi umum yang menyajikan pemandangan pertanian berupa lahan pertanian, fasilitas penunjang produk pertanian dan pengolahan hasil panen. Pemandangan tersebut dapat berupa sawah, pembibitan dan pekarangan, peternakan dan perikanan, perkebunan, taman bunga, tanaman koleksi maupun palawija. Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) adalah sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, dibuat secara lengkap dan sesederhana mungkin, mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat disekitarnya, selaras dengan sumberdaya alam, sumber tenaga kerja, sumber dana dan teknik-teknik yang ada serta perlu evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada.
Kriteria Kawasan Agrowisata Menurut BAPPENAS (2004) kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya: a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan. b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor. c. Sub sistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri & layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankkan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur. 2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan
9
pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro. 3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
Prasyarat Kawasan Agrowisata Pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus memenuhi beberapa prasyarat dasar yaitu : 1. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian yang akan dijadikan komoditi unggulan. 2. Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengembangan
sistem
dan
usaha
agrowisata,
sepert:
jalan,
sarana
irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil pertanian, dan fasilitas umum serta fasilitas sosial lainnya. 3. Memiliki sumberdaya manusia yang berkemauan dan berpotensi untuk mengembangkan kawasan agrowisata. 4. Pengembangan
agrowisata
tersebut
mampu
mendukung
upaya-upaya
konservasi alam dan kelestarian lingkungan hidup bagi kelestarian sumberdaya alam, kelestarian sosial budaya maupun ekosistem secara keseluruhan.
Prinsip-prinsip Pengembangan Agrowisata Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata menurut BAPPENAS (2004) harus memenuhi prinsip-prinsip berikut : 1. Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan penataan dan pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya setempat. a. Mempertimbangkan
RTRWN
yang
lebih
luas
sebagai
pengembangan kawasan. b. Mendorong apresiasi yang lebih baik bagi masyarakat luas.
dasar
10
c. Pentingnya pelestarian sumber daya alam yang penting dan karakter sosial budaya. d. Menghargai dan melestarikan keunikan budaya, lokasi dan bangunanbangunan bersejarah maupun tradisional. 2. Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat setempat. a. Memberikan nilai tambah bagi produk-produk lokal dan meningkatkan pendapatan sektor agro. b. Merangsang tumbuhnya investasi bagi kawasan agrowisata sehingga menghidupkan ekonomi lokal. c. Merangsang tumbuhnya lapangan kerja baru bagi penduduk lokal. d. Menghidupkan gairah kegiatan ekonomi kawasan agrowisata dan sekitarnya. e. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya lokal. 3. Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi komoditas utama pengembangan kawasan. Penggalian terhadap nilai-nilai, lokasi, kegiatan, atraksi wisata yang unik ditujukan untuk mendorong pertumbuhan kawasan agrowisata secara berkelanjutan. 4. Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitif) dan melibatkan pihak-pihak yang relefan baik dari unsur masyarakat, swasta maupun
pemerintah.
Dengan
demikian
diharapkan
perencanaan
&
pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta terdokumentasi dengan baik.
Tipologi Kawasan Agrowisata Kawasan agrowisata memiliki tipologi kawasan sesuai klasifikasi usaha pertanian dan agribisnisnya masing-masing. Menurut BAPPENAS (2004) tipologi kawasan agrowisata tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Tabel 1. Tipologi Kawasan Agrowisata Sub-sektor No Usaha Tipologi Kawasan Pertanian 1 Tanaman Dataran rendah dan dataran tinggi, Pangan dan dengan tekstur lahan yang datar, Hortikultura memiliki sarana pengairan (irigasi) atau sumber air yang memadai. 2
Perkebunan
Dataran tinggi, tekstur lahan berbukit, tanaman tahunan, memiliki keindahan alam, dekat dengan kawasan konservasi alam.
3
Peternakan
4
Perikanan darat
Dekat kawasan pertanian, perkebunan dan kehutanan, dengan sistem sanitasi yang memadai. Terletak pada kolam perikanan darat, tambak, danau alam dan danau buatan, daerah aliran sungai baik dalam bentuk keramba maupun tangkapan air.
5
Perikanan laut
Daerah pesisir pantai hingga lautan dalam hingga batas wilayah ZEE perairan NKRI
6
Hutan wisata konservasi alam
Kawasan hutan lindung di kawasan tanah milik negara, kawasan ini biasnya berbatasan langsung dengan kawasan lahan pertanian dan perkebunan
Prasyarat Agroklimat Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah. Harus sesuai dengan jenis komoditi yang dikembangkan seperti ketinggian lahan, jenis tanah, tekstur lahan, iklim, dan tingkat keasaman tanah. Lokasi tidak boleh berada di permukiman dan memperhatikan aspek adaptasi lingkungan. Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada. Memperhatikan aspek keseimbangan ekologi dan tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada. Sesuai dengan karakteristik lingkungan alam wilayah konservasi hutan setempat
Proses-Proses Produksi Teh Secara umum tahapan proses produksi teh dari lahan sampai pengemasan yaitu sebagai berikut: dimulai dari perbanyakan dengan stek, penanaman, penyiangan,
pemupukan,
pengendalian hama
penyakit,
pemetikan
yang
berbarengan dengan peremajaan pada lahan yang berbeda, penimbangan lapang, penimbangan pabrik, pelayuan, ayakan basah, pemeraman, pengeringan, pemisahan kualitas, dan pengemasan. Setelah dilakukan pengemasan, barulah teh siap dipasarkan. Pengemasan untuk diekspor dibedakan dengan pengemasan yang dipasarkan di pasar lokal.
Fasilitas Perkebunan Teh Produksi teh yang berskala besar akan berjalan dengan baik jika didukung dengan adanya fasilitas utama yaitu: Kantor pengelola, pos-pos penimbangan teh yang tersebar di dalam kawasan perkebunan, truk pengangkut hasil petikan dan
12
pabrik tempat pengolahan teh. Selain fasilitas utama perkebunan, biasanya terdapat pula fasilitas pendukung seperti: rumah untuk staf dan karyawan perkebunan, tempat ibadah, sarana pendidikan dan sarana kesehatan.
13
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian tentang perencanaan lanskap bagi pengembangan kebun teh menjadi kawasan agrowisata dilakukan di Desa Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi (Gambar 1). Pelaksanaannya dilakukan selama 5 bulan, yang dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2008 (Tabel 2). 740.000
760.000
780.000
800.000
820.000
Lokasi Penelitian 9740000
9740000
9760000
9760000
9780000
9780000
9800000
9800000
740.000
760.000
780.000
800.000
820.000
Gambar 1. Peta Lokasi
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Februari
Kegiatan 1 Persiapan Awal Inventarisasi Analisis Sintesis Perencanaan Penyeleasai an laporan akhir Perbaikan laporan akhir
2
3
Maret 4
1
2
3
April 4
1
2
3
Mei 4
1
2
3
Juni 4
1
2
3
Agu st
Juli 4
1
2
3
4
1
2
14
Metode Kerja Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan analisis deskriptif dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan oleh Gold (1980) dengan menggunakan pendekatan perencanaan berdasarkan sumber daya dan aktivitas wisata. Metode ini terdiri dari tahap persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan
(Gambar 2). Namun, pada
penelitian ini dibatasi hanya sampai dengan proses perencanaan.
Tapak
Inventarisasi
Analisis
Karakteristik tapak alami
Potensi Pengembangan
Alternatif pengembangan
Potensi & kendala
Konsep
Iklim Tanah Topografi Hidrologi Land use Vegetasi Satwa Aksesbilitas View Sosial Ekonomi Budaya
Use-area potensial
Sintesis
Perencanaan
Perancangan
Rencana Fasilitas/Utilitas Rencana Sirkulasi Rencana Ruang Rencana Wisata Rencana Vegetasi Rencana Daya Dukung Rencana Lanskap
Alternatif kegiatan Kesesuaian lahan
Gambar 2. Proses Perencanaan pada Level Tapak (Gold, 1980)
Tahapan-tahapan untuk perencanaan lanskap agrowisata pada kebun teh Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, sesuai dengan Metode Gold (1980) adalah sebagai berikut 1. Persiapan Awal Pada tahap persiapan dilakukan penetapan tujuan perencanaan dan informasi tentang program dari instansi yang terkait, yang berhubungan dengan pariwisata, rekreasi, pertanian, dan pengelolaan kawasan tersebut.
15
2. Inventarisasi Pada tahap ini dilakukan pengambilan data awal dan penghayatan tapak. Pengambilan data meliputi dari aspek fisik, biofisik, dan sosial (Tabel. 3) Tabel 3. Jenis, Spesifikasi, dan Bentuk Data No
Jenis Data
Spesifikasi
Cara Pengambilan
Sumber
DATA FISIK 1.
Lahan
Lokasi, batas dan luasan
Studi Pustaka
BAPPEDA
2.
Topografi dan drainase
Kemiringan lahan
Studi Pustaka
BAPPEDA
Vegetasi dan satwa
Pola sirkulasi air Kualitas air Jenis dan persebaran
Studi Pustaka, survei Studi Pustaka Studi Pustaka Survei
5.
Tanah
Jenis dan kriteria
Studi Pustaka
6.
Iklim
7.
Sense of Quality
8.
Aksesibilitas
Curah hujan Suhu rataan Kelembaban Kecepatan angin Akustik Kenyamanan Visual Jaringan transportasi Sirkulasi Fasilitas dan utilitas wisata Objek yang dinikmati pengunjung
Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Survei Survei Survei Studi Pustaka, survei Survei Survei Studi Pustaka, survei
Lapang
Strategi pengelolaan
Wawancara
BAPEDDA
Srtategi penawaran
Wawancara
BAPEDDA
Tawaran pengunjung
Wawancara
Pengunjung
Kerangka aturan
Wawancara
BAPEDDA
Drainase alami 3.
Hidrologi
4.
9 10
Fasilitas/Utilitas Atraksi/Objek Wisata
BAPPEDA, lapang BAPPEDA BAPPEDA Lapang Bakosutranal, BAPEDDA BMG BMG BMG BMG Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang Lapang
DATA SOSIAL 9. 10.
11.
Kebutuhan pengelola Kebutuhan Pengunjung
Peraturan dan kebijakan
Data diperoleh dari survei ke lapang dengan menggunakan metode pengambilan gambar dengan menggunakan kamera, dan alat perekam. melewati jalur sirkulasi yang sudah ada dengan kendaraan dan teknik wawancara kepada pengunjung dan instansi yang terkait. Dalam wawancara
16
ke pengunjung diambil responden sebanyak 30 orang yang terdiri dari tingkatan usia yang berbeda yang dibagi dalam kriteria usia 10-17 tahun (usia sekolah menengah pertama sampai menengah atas), usia 17-22 tahun (usia mahasiswa), dan usia >22 tahun (usia pekerja dan masyarakat umum). Setiap tingkatan usia dibedakan lagi berdasarkan jenis kelamin perempuan dan lakilaki. Setiap tingkatan umur diwakili oleh responden sebanyak 10 orang (5 perempuan dan 5 laki-laki). Pertanyaan ke pengunjung meliputi tentang keinginan pengunjung terhadap tempat wisata yang sudah ada, apa yang dirasakan pengunjung ketika berada dalam kawasan wisata, apa yang menjadi permasalahan yang dirasakan pengunjung, serta apa keinginan pengunjung terhadap tempat wisata. Pertanyaan ke instansi berhubungan dengan peraturan dan kebijakan yang terbaru, keinginan pengelolaan objek wisata dari instansi, dan rencana ke depan terhadap objek wisata. Selain itu data diperoleh dari instansi yang terkait dengan meminta pustaka yang sudah ada. Dari tahap ini akan dihasilkan inventarisasi vegetasi dan satwa, tata guna lahan, hidrologi dan drainase, iklim, topografi dan kemiringan lahan, utilitas, orientasi dan aksesisbilitas serta akustik dan visual serta di hasilkan pula peta topografi, peta batas dan peta existing kebun.
3. Analisis Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui karakteristik tapak, tipe-tipe sumberdaya rekreasi yang tersedia dan potensinya, kendala, amenity, dan danger signals tapak, keterkaitannya dengan aspek biofisik dan sosial. Adapun data yang akan dianalisis seperti: peruntukan lahan dengan metode menilai kesesuaian lahan untuk area rekreasi dan wisata dengan membandingkan dengan standard yang dikeluarkan oleh USDA (sumber: Soil Survey Staff, 1993a), menganalisis daya dukung dengan menggunakan rumus menurut Boullon (2004) diperhitungkan berdasarkan rataan dalam m2/orang. Hasil dari tahap ini berupa tabel dan peta analisis tata guna lahan, topografi dan kemiringan lahan, vegetasi dan satwa, iklim, akustik dan visual, hidrologi
17
dan drainase, utilitas, orientasi dan aksesibilitas, serta analisis data sosial yang terkait dengan keinginan pengunjung dan pengelola. DD =
T
A S
= DD x K
K =
N R
DD : daya dukung tapak (m2/orang) A : area yang digunakan sebagai kawasan wisata S : standar rataan individu T : total hari kunjungan yang diperkenankan K : koefisien rotasi N : Jam kunjungan perhari area yang diizinkan R : Rata-rata waktu kunjungan
4. Sintesis Pada tahap ini hal-hal yang negatif dicarikan jalan keluarnya melalui alternatif yang terbaik, sedangkan hal-hal yang positif dikembangkan untuk mencapai tujuan, hasilnya berupa suatu konsep perencanaan. Adapun konsep yang akan direncanakan adalah konsep wisata, konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep vegetasi, konsep fasilitas/utilitas, konsep konservasi, dan konsep pengelolaan pengunjung. Hasil dari tahap ini adalah berupa gambar alternatif ruang.
5. Perencanaan Perencanaan ini merupakan penawaran yang akan diajukan untuk dapat direalisasikan sesuai konsep perencanaan yang ada. Pada tahap ini konsep yang sudah ada, dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk rencana tata ruang, vegetasi, fasilitas/utilitas, aktifitas wisata, dan pengelolaan pengunjung. Hasil dari tahap ini adalah berupa gambar Landscape plan.
18
INVENTARISASI
Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro
Perkebunan Teh Kayu Aro dibuka oleh Namlodee Venotchaat Handle Verininging Amsterdam (NV HVA), sebuah perusahaan Belanda pada 1925-1928. Penanaman teh pertama dilakukan pada 1928. Empat tahun kemudian, pabrik pun berdiri dengan hasil berupa teh hitam (ortodox). Dalam kurun itu pula, fasilitas untuk karyawan didirikan. Mulai dari rumah-rumah staf dan buruh, hingga rumah sakit dan tempat ibadah. Sejak berlakunya peraturan pemerintah No.19 Tahun 1959 tentang “Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi”, maka perkebunan diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sejak saat itu berturut-turut kebun teh Kayu Aro mengalami perubahan status/organisasi dan manajemen sesuai dengan keadaan yang berlaku, yaitu: 1. Tahun 1959 s.d 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI. 2. Tahun 1963 s.d 1973 bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara. 3. Tahun 1974 s.d 1996 merupakan salah satu kebun dari PT. Perkebunann VIII yang berkedudukan di Sumatera Utara (Medan). 4. Berdasarkan
PP
No.11/1996
dan
SK
Menteri
Keuangan
RI
No.
165/KMK.016/1996, seluruh PTP yang ada di Indonesia diadakan Konsolidasi. PTP VIII dan PTP lanilla yang ada di Sumatera Barat/Jambi berubah menjadi PTP Nusantara VI. Terhitung tanggal 11 Maret 1996, Perkebunana Kayu Aro menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP Nusantara VI (persero) yang berkantor pusat di Padang dan Jambi. Walaupun status dari perkebunan ini terjadi perubahan beberapa kali, namun secara fisik perkebunan ini tidak banyak berubah. Hampir 90 persen dari 2.624 ha tanaman teh merupakan teh yang ditanam zaman Belanda. Karena sudah tua, produksi per hektarnya pun menjadi menurun. Jenis teh zaman Belanda ini sudah langka. Pasalnya, di hampir semua perkebunan teh di dunia, digunakan tanaman teh jenis sinencies yang lebih unggul.
19
Aspek Fisik
Letak, Luas dan Batas-batas Tapak Tapak yang akan direncanakan adalah perkebunan teh Kayu Aro yang merupakan salah satu unit kebun dari PTP Nusantara VI (persero) yang berkantor pusat di JL. Khatib Sulaiman No. 54 Padang. Secara Administratif, tapak terdapat di Desa Bedeng VIII Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Jarak tapak dari ibukota kecamatan (Batang Sangir) ± 9 km dan dari ibukota kabupaten (Sungai Penuh) ± 31 km. Secara geografis, tapak terletak di posisi 1˚ 46,978’ LS – 101˚ 16,856’ BT.
Desa Giri Mulyo
Desa Sungai Lintang Desa Koto Tuo Keterangan: Batas Tapak/Orientasi Studi
Desa Batu Hampar
Gambar 3. Peta Perkebunan dan Orientasi Studi
20
Luas total perkebunan Teh Kayu Aro 3.014,6 ha. Luasan ini dibagi menjadi dua peruntukan lahan yaitu sebagai lahan yang ditanami 2.624,6 ha dan lahan yang belum/tidak ditanami 389,9 ha. Lahan yang ditanami dibagi menjadi 8 afdeling (A-H) dengan luasan masing-masing: afdeling A 274,8 ha, afdeling B 280,1 ha, afdeling C 308,7 ha, afdeling D 390,4 ha, afdeling E 330,5 ha, afdeling F 356,8 ha, afdeling G 369,8 ha dan afdeling H 313,3 ha. Lahan yang tidak ditanami dibagi menjadi area emplasment 105,7 ha, jurang/kuburan/hutan 227,2 ha dan jalan/jembatan 56,9 ha. Luas total kawasan yang akan direncanakan adalah 1.254 ha yang meliputi kawasan afdeling A 274,8 ha, afdeling B 280,1 ha, afdeling C 308,7 ha, dan afdeling D 390,4 ha. Peta orientasi kawasan yang akan direncanakan dapat dilihat pada Gambar.3 yang dibatasi dengan garis warna merah. Batas-batas tapak meliputi, sebelah utara berbatas dengan Desa Giri Mulyo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Koto Tuo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Batu Hampar dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Lintang.
Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu kecamatan yang berada pada ketinggian >1000 mdpl karena berada di bawah kaki Gunung Kerinci. Perkebunan teh Kayu Aro sendiri berada pada elevasi terendah 1.401 mdpl dan elevasi tertinggi 1.715 mdpl. Secara umum kondisi topografi tapak berkukit-bukit dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi. Berdasarkan klasifikasi kemiringan, di kabupaten Kerinci memiliki
4 klasifikasi kemiringan yaitu
wilayah datar berada pada kemiringan 0-2%, wilayah relatif datar 2-15%, wilayah bergelombang/berbukit 15-40% dan wilayah curam >40%. Untuk kecamatan Kayu Aro dan Gunung Tujuh kemiringan lahan <2% seluas 7.305 Ha, 2-15% seluas 7.725 ha, 15-40% seluas 14.120 ha, >40% seluas 18.640 ha dan kawasan rawa seluas 1.265 ha. Dari data yang didapat terlihat kemiringan lahan yang mendominasi daerah Kayu Aro dan Gunung Tujuh adalah kemiringan >40%. Gambaran umum topografi tapak dapat dilihat pada Gambar 4.
21
Gambar 4. View Topografi Tapak secara Umum
Hidrorogi dan Drainase Sumber air untuk mengairi perkebunan ini berasal dari Sungai Lintang yang terletak di sebelah barat tapak. Sungai ini memiliki banyak anak sungai sehingga dimanfaatkan juga oleh masyarakat di sekitar perkebunan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan sebagainya. Menurut masyarakat sekitar tapak, Sungai Lintang ini tidak pernah mengering sepanjang tahun tetapi debit airnya bervariasi. Hal ini disebabkan oleh pengaruh musim. Jika musim penghujan debit air sungai akan tinggi dan sebaliknya jika musim kemarau debit air akan berkurang walaupun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan sehingga kekurangan air sangat jarang terjadi. Di kawasan perkebunan juga sudah terdapat saluran PDAM yang masuk ke rumah-rumah warga untuk mencukupi kebutuhan air. Sumber air PDAM berasal dari mata air Danau Gunung Tujuh yang berada di sebelah utara tapak. Di tengah-tengah perkebunan terdapat sebuah danau yang berukuran ±1.000 m2 yang diperlihatkan pada Gambar 5. Menurut sejarahnya danau ini merupakan sumber mata air bagi perkebunan pada saat perkebunan masih dikelola oleh pihak Belanda pada tahun 1930 karena debit airnya masih cukup tinggi. Sampai tahun 2000 danau ini masih menjadi daya tarik bagi para wisatawan karena danau ini memang dijadikan sebagai salah satu objek kunjungan utama bagi wisata yang datang ke kawasan perkebunan. Akan tetapi lama kelamaan danau ini menjadi kering dan berubah menjadi rawa, banyak terjadi sedimentasi
22
dan permukaan danau menjadi semakin sempit. Kondisi danau sekarang masih terlihat sisa aliran air yang mengalir bersih dan jernih walaupun debit airnya sangat rendah. Secara umum kondisi drainase perkebunan sangat baik terlihat dari tidak pernahnya terjadi kekeringan dan air pun selalu mengalir ke saluran irigasi dengan lancar. Masyarakat di sekitar perkebunan juga banyak memanfaatkan aliran air yang masuk dengan membuat kolam-kolam ikan kecil di samping rumah mereka.
(a) Kondisi danau sekarang, dahulunya luas danau sampai ke pinggir
(b) Kondisi air danau dengan debit menurun
Gambar 5. Danau Aroma Pecco yang Terdapat di Tengah-Tengah Perkebunan
Geologi dan Jenis Tanah Secara regional, geologi Kabupaten Kerinci termasuk dalam lajur Busur magnetik Barisan dan dalam peta geologi 1 : 250.000 termasuk Lembar Sungai Penuh dan Ketaun dan Peta Geologi lembar Painan. Secara lokal pada skala 1:100.000, menurut hasil studi Pusat Geologi yang bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Kerinci Tahun 2003, sesuai dengan struktur geologi di Kabupaten Kerinci terdapat sesar berarah ke barat laut – tenggara, yaitu sesar Siulak. Tanah yang mendominasi perkebunan teh Kayu Aro adalah tanah Andosol (BAPPEDA Kabupaten Kerinci, 2008) dengan derajat keasaman (pH) bernilai 5 sampai 6 dan memiliki ketebalan solum 15-20 cm. Tekstur tanah memiliki klasifikasi halus-sedang dan memiliki kedalaman efektif 60 - >90 cm. Jenis tanah ini sangat jarang berbahan organik walaupun kadar C-organik tanahnya tinggi dan
23
didominasi oleh lempung amorf (terutama alofan). Persebaran tanah Andosol ini biasanya berasosiasi dengan Regosol, asosiasi Regosol dan Latosol, dan asosiasi Andosol dan Regosol. Proses yang mendominasi pembentukan Andosol adalah perubahan bentuk mineral. Tanah Andosol pada umumnya mempunyai epipedon okrik atau umbrik dan horizon kambik. Pada kawasan ini, jenis tanah Andosol telah mempunyai perkembangan profil dengan warna hitam hingga kelabu tua.
Iklim Data-data iklim di dapatkan dari Stasiun Meteorologi dan Geofísika Depati Parbo Sungai Penuh. Data iklim tersebut meliputi jumlah curah hujan, hari hujan, kelembaban, penyinaran matahari, kecepatan angin dan suhu. Semua data iklim yang didapatkan merupakan data tahun 2006. Curah hujan. Stasiun pengamat iklim Depati Parbo mencatat curah hujan tahunan tahun 2006 sebesar 1550,8 mm dengan penyebaran curah hujan bulanan berkisar dari 13,8-226,6 mm dengan rata-rata curah hujan 120,2 mm/bulan. Curah hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan curah hujan tertinggi tercatat pada bulan Februari. Penyebaran data curah hujan sepanjang tahun 2006 dapat terlihat
mm
pada Gambar 6. 350 300 250 200 150 100 50 0 JAN FEB MAR APR MEI
JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Bulan
Gambar 6. Curah Hujan Tahun 2006 Hari hujan. Hari hujan merupakan banyaknya hujan yang terjadi sepanjang satu tahun. Total hari hujan pada tahun 2006 yang dicatat oleh stasiun iklim Depati Parbo sebanyak 137 hari. Hari hujan tertinggi tercatat pada bulan Desember dengan hari hujan 27 hari dan hari hujan terendah tercatat pada bulan Juli dan Agustus dengan hari hujan 3 hari. Penyebaran data hari hujan sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 7.
Hari
24
30 25 20 15 10 5 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Bulan
Gambar 7. Hari Hujan Tahun 2006 Kelembaban Nisbi. Kelembaban nisbi (relative humidity) merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk menampung uap air. Dengan kata lain kelembaban nisbi menunjukkan persentase uap air di dalam udara. Stasiun iklim Depati Parbo mencatat kelembaban teringgi terdapat pada bulan Desembar dengan kelembaban 87% dan kelembaban terendah terdapat pada bulan September dengan kelembaban 74%. Penyebaran data kelembaban sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 8. 90
%
85 80 75 70 65 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Bulan
Gambar 8. Kelembaban Tahun 2006 Lama Penyinaran. Lama penyinaran menunjukan lamanya matahari bersinar cerah dalam sehari. Lama pemyinaran yang tercatat berkisar antara 34-69 %. Nilai terendah terdapat pada bulan Mei dan nilai tertinggi terdapat pada bulan Agustus. Penyebaran data lama penyinaran matahari dalam tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 9.
25
80
%
60 40 20 0 JAN FEB MAR APR MEI
JUN
JUL AUG SEP OKT NOV DES
Bulan
Gambar 9. Lama Penyinaran Tahun 2006 Kecepatan Angin. Stasiun iklim Depati Parbo mencatat kecepatan angin sepanjang tahun 2006 tidak terlalu memperlihatkan perubahan yang signifikan. Kecepatan angin berkisar antara 11-20 Knot. Kecepatan angin terendah terdapat pada bulan Desember dan kecepatan angin tertinggi terdapat pada bulan Februari, April, Agustus dan November. Penyebaran data kecepatan angin sepanjang tahun dapat dilihat pada Gambar 10. 25
Knot
20 15 10 5 0 JAN
FEB MAR APR
MEI
JUN
JUL AUG SEP OKT NOV DES
Bulan
Gambar 10. Kecepatan Angin Tahun 2006 Suhu. Suhu merupakan keadaan panas atau dinginnya udara. Semakin tinggi suatu kawasan dari permukaan laut maka semakin turun suhu udara di daerah tersebut. Kisaran suhu rata-rata bulanan sepanjang tahun 2006 yang dicatat oleh stasiun iklim Depati Parbo adalah 15,1˚C - 16,8˚C dengan nilai terendah terdapat pada bulan September dan tertinggi pada bulan Desember. Suhu maksimum bulanan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu berkisar antara 20,8˚C – 22,9˚C dengan nilai tertinggi terdapat pada bulan Mei dan Juni sedangkan nilai teredndah terdapat pada bulan September. Suhu minimum bulanan berkisar antara 9,3˚C - 12˚C dengan nilai terendah terdapat pada bulan
26
Januari dan nilai tertinggi terdapat pada bulan Desember. Penyebaran data suhu sepanjang tahun 2006 dapat dilihat pada Gambar 11. 25 20 C
15 o
10 5 0 JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AUG SEP OKT NOV DES Bulan Suhu Max
Suhu Min
Suhu Rata2
S
Gambar 11. Suhu Tahun 2006 Vegetasi dan Satwa Pada tapak yang ingin direncanakan, vegetasi utama adalah tanaman teh (Camelia sinensis) dengan bukaan pohon/lebar tajuk ke atas rata-rata 1,5 hingga 2,0 meter. Selain tanaman teh banyak terdapat tanaman berbunga seperti Canna sp, Hydrangea macrophylla, Cosmos sp, Dahlia variabilis, Pachytachys lutea dan bunga lonceng. Ditemukan pula pohon jeruk, cemara, kayu Aro, dan Cinnamomum burmanii serta tanaman penutup tanah Clorophytum comosum dan berbagai jenis rumput.
a. Camelia sinensis
b. Canna sp
c. Hydrangea macrophylla
Gambar 12. Beberapa Jenis Vegetasi yang Ditemui di Tapak
Satwa yang ditemukan di tapak dibedakan menjadi dua, yaitu hewan yang diusahakan sebagai ternak dan satwa liar. Hewan yang dipelihara sebagai ternak diantaranya sapi, kerbau, ayam, bebek dan kambing. Sedangkan satwa liar yang
27
terdapat di sekitar tapak diantaranya burung elang, serangga, anjing, kadal, dan ular.
Pola Penggunaan Lahan Kepemilikan lahan dari perkebunan teh Kayu Aro adalah milik pemerintah Kabupaten Kerinci, akan tetapi PTP Nusantara VI telah memiliki sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) yang setiap 25 tahun sekali diperpanjang. Sehingga dalam penggunaan lahan, sepenuhnya menjadi hak PTP Nusantara VI.
Lahan
perkebuanan teh Kayu Aro yang seluas 3.014,6 ha, sekitar 87% lahannya dijadikan sebagai lahan produksi penanaman tanaman teh dan sisanya sebagai area terbangun seperti: jalan, area pabrik, perumahan pekerja dan staf, tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, wisma dan lapangan olah raga. Masyarakat sekitar perkebunan juga memanfaatkan area kosong di dekat rumah mereka untuk membuat pekarangan yang ditanami berbagai macam tanaman berbunga. Di dalam kawasan perkebunan, para pekerja perkebunan juga memanfaatkan area yang tidak bisa ditanami tanaman teh untuk bertanam sayuran seperti tanaman sawi dan kubis. Area yang biasa digunakan adalah di sela-sela cekungan bukit-bukit teh yang relative sempit. Pihak PTP memberi izin kepada pekerja karena selain bisa memanfaatkan lahan kosong juga bisa memberi tambahan penghasilan kepada pekerja. Tetapi tidak banyak lahan yang dimanfaatkan untuk berladang karena lahan yang tersedia sudah padat oleh tanaman teh. Masyarakat yang memang mata pencahariannya berladang, biasanya
(a). Lahan yang dijadikan kolam
(b). Lahan yang dijadikan area ladang
Gambar 13. Penggunaan Lahan di dalam Kawasan Perkebunan
28
mempunyai lahan di luar area perkebunan. Disekitar perkebunan terdapat area ladang masyarakat yang dikelola secara pribadi. Area perladangan ini tidak termasuk ke dalam area perkebunan. Di dalam area perkebunan juga terdapat kolam-kolam tempat penampungan aliran irigasi yang mengalir di dalam perkebunan. Ke Sumbar
Su
ng a
iL
C
D
in ta ng
KETERANGAN:
B
Danau Aroma Pecco Emplasment Perkebunan Teh
A Ke Sungai Penuh
DIGAMBAR OLEH
OCCY BONANZA
DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr
JUDUL PENELITIAN
TANGGAL
PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
14 AGUSTUS 2008
SKALA
JUDUL GAMBAR
PETA TATA GUNA LAHAN
A34204002
ORIENTASI
U 0
400
600 m
NO. GAMBAR
14
29
Akustik dan Visual Kawasan perkebunan teh Kayu Aro memiliki wilayah yang luas dengan tanaman teh yang menghampar hijau seperti permadani hijau raksasa. Tapak dengan kontur kemiringan lahan yang bervariasi membuat kawasan ini terlihat memiliki banyak bikit-bukit kecil yang indah di bawah kaki Gunung Kerinci yang menjulang tinggi. Hawa pegunungan yang sejuk, pemandangan alam yang menawan, hamparan hijau teh dengan latar Gunung Kerinci yang menjulang, kegiatan pemetikan teh hingga pengolahan teh merupakan suatu atraksi yang sangat menarik yang menambah minat wisatawan datang ke tempat ini. Beberapa tempat yang menjadi andalan perkebunan teh Kayu Aro sebagai tempat menikamati good view adalah di depan wisma ria seperti tampak pada Gambar 15(a) dan dari penginapan (Mess) yang terlihat pada Gambar 15(b) kedua tempat ini berada pada ketinggian 1500 mdpl. Masih banyak titik untuk bisa menikmati keindahan hamparan teh Kayu Aro.
(a). Salah satu good view yang dapat dilihat dari Wisma Ria
(b). Pemandangan hamparan teh dan Gunung Kerinci sebagai latar
Gambar 15. Good View yang Dapat Dilihat di Perkebunan Teh Kayu Aro
Pada saat udara cerah, semua elemen yang ada di perkebunan mengeluarkan warnanya dengan maksimal sehingga kesan ceria dapat dirasakan dari mekarnya tanaman-tanaman berbunga yang berada disekitar perkebunan. Kesan visual yang menjadi focal point diantaranya adalah hamparan perkebunan teh yang dibelakangnya terdapat gunung Kerinci yang menjulang, perumahan karyawan yang unik dan seragam yang menambah daya tarik perkebunan, serta
30
jalan utama yang bersih yang dipagari oleh jejeran tanaman Canna, sp yang mengeluarkan warna cerah dan terang. Jejeran tanaman ini juga memberi kesan pengarah jalan karena ditanam berjejer dan continue. Kesan pencahayaan karena pergeseran matahari juga menjadikan kewasan perkebunan ini memiliki kesan iluminasi yang indah. Pada waktu pagi hari, view perkebunan yang berkabut akan tampak sebagai gradasi warna putih yang semakin menghilang pada ketinggian tertentu. Pada waktu siang hari, sinar matahari yang terang akan menjadikan warna hijau terang sehingga perkebunanan teh menjadi semakin tegas dan kontras. Kesan akustik pada kawasan ditimbulkan oleh aliran angin yang berhembus dan menyebabkan daun-daun pada pepohonan yang tinggi menjadi berkelebat. Ritme suara kicauan burung yang samar-samar terdengar menjadikan kesan ruang yang ramai dan alami. Apabila pengunjung sedang berada ditengah perkebunan teh dan menyaksikan para pemetik teh, maka akan terdengar suara pemetik teh
yang sedang mengisi kekosongan dengan pemetik teh lainnya.
Apabila pengunjung sedang berada di dekat kawasan pabrik teh, maka pengunjung dapat mendengarkan suara mesin pabrik yang sedang bekerja.
Aksesibilitas Aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana transportasi. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang sangat dominan di Kabupaten Kerinci adalah sarana dan prasarana transportasi darat. Hal ini dikarenakan kondisi geografis dari Kabupaten Kerinci yang tidak memiliki pantai serta sungai yang besar, serta kontur tanah yang berbukit-bukit. Untuk mencapai tapak ini hanya ada satu jalur utama yang juga merupakan salah satu jalan provinsi yang menghubungkan antara Provinsi Jambi dan Padang. Lokasi tapak berjarak 31 km dari ibukota kabupaten yang bisa di tempuh sekitar 60 menit dengan mobil dan sekitar 45 menit dengan menggunakan sepeda motor. Tapak memang cukup jauh dari ibukota kabupaten karena tapak ini berada di wilayah paling tinggi di kabupaten kerinci yaitu di kaki Gunung Kerinci. Kondisi jalan utama cukup baik dan sudah di aspal secara merata. Lebar jalan ± 4-5 m yang cukup untuk dua jalur kendaraan roda empat. Jalur jalan utama
31
tidak memiliki pedestrian khusus tetapi di sisi kiri kanan jalan tedapat ruang kosong yang ditumbuhi rumput dengan lebar ± 60-80 cm. Jalan menuju ke dalam perkebunan belum teraspal semua dan masih terdapat jalan-jalan bebatuan dan masih sempit. Kebanyakan jalan kecil menuju perkebunan mengikuti pola penanaman teh secara alami. Peta aksesibilitas pada tapak dapat dilihat pada Gambar 16.
(a)
(b)
Gambar 16. Kondisi Jalan Utama (a) dan Jalan Masuk ke Perkebunan (b)
Pengunjung yang ingin datang ke lokasi bisa menaiki angkutan kota (angkot) dengan tarif Rp. 6.000,- dari ibukota Kabupaten (Sungai Penuh) sampai ke Kecamatan Kayu Aro. Angkutan kota biasanya beroperasi dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. Angkutan umum biasanya berhenti di dekat pasar Desa Bedeng VIII karena belum ada terminal khusus, angkutan tersebut hanya berhenti untuk menurunkan penumpang di pinggir jalan dan selanjutnya melanjutkan perjalan ke pasar Desa Kersik Tuo. Di Kecamatan Kayu Aro juga tersedia ojek motor yang mempunyai pangkalan ojek di setiap desa. Biasanya yang sering menaiki angkutan kota adalah masyarakat perkebunan dan masyarakat desa sekitar yang ingin ke Sungai Penuh, sedangkan kebanyakan para wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi karena mengingat perkebunan yang cukup luas sehingga akan merasa lebih nyaman dengan kendaraan pribadi untuk melintasi jalur perkebunan sambil menikmati pemandangan dengan santai.
32
Pada hari-hari biasa kondisi laju kendaraan di jalan utama menuju tapak tidak begitu ramai. Jalan hanya digunakan oleh masyarakat sekitar untuk masuk ke area perkebunan dan hanya terlihat beberapa kali angkutan kota yang melintasi jalan utama. Sedangkan pada waktu hari-hari libur, kondisi jalan utama sangat ramai dikunjungi para wisatawan yang ingin berkunjung ke area perkebuanan. Ke Sumbar
C
D
B A
KETERANGAN: A, B, C, D : Afdeling Kebun Batas Afdeling Batas Tapak Jalan Utama
Ke Sungai Penuh
Jalan Kebun DIGAMBAR OLEH
OCCY BONANZA A34204002 DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr
JUDUL PENELITIAN
TANGGAL
PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA
14 AGUSTUS 2008
SKALA
JUDUL GAMBAR
PETA AKSESIBILITAS
ORIENTASI
NO. GAMBAR
U 0
400
600 m
17
33
Kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke kawasan perkebunan teh Kayu Aro ini mencari tempat parkir sesuai keinginan mereka. Hal ini karena di sepanjang jalur perkebunan teh dapat dinikmati pemandangannya. Tempat parkir khusus juga tersedia di beberapa lokasi. Seperti di depan kantor pemasaran dan di depan taman wisata Aroma Pecco.
Fasilitas dan Utilitas Sejak perkebunan teh Kayu Aro ini dibangun, sudah ada fasilitas umum yang dibangun dengan tujuan awal adalah untuk kesejahteraan karyawan dan staf perkebunan. Seiring waktu, fasilitas di sekitar perkebunan pun kian bertambah karena sudah ada rencana dari pengelola perkebunan untuk menjadikan area perkebunan sebagai area wisata selain sebagai area produksi teh. Adapun fasilitas yang sudah tersedia pada tapak, dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 18.
Tabel 4. Fasilitas yang Terdapat pada Tapak No
Jenis
Jumlah (Unit) 636
Keterangan
1
Perumahan Staf
Perumahan merupakan peninggalan dari zaman kolonial Belanda yang sampai sekarang masih terawat dan memiliki benuk yang khas
2
Sarana Kesehatan
9
Terdiri dari: 1 Rumah Sakit dan 8 Poliklinik yang terdapat pada masingmasing afdeling
3
Sarana Pendidikan
8
Terdiri dari: TK, SD, SMP, SMK, MTs, SMA IT, SMA
4
Sarana Olahraga
3
Terdiri dari: Lapangan Bulu Tangkis, Tenis Meja, Volly
5
Sarana Ibadah
2
Terdiri dari: 1 Mesjid dan 1 Gereja
6
Wisma Ria
1
7
Mess
2
Sebagai gedung serba guna yang didalam gedung ini terdapat gambaran tentang pengolahan teh mulai dari hulu-hilir serta terdapat pula foto-foto pemimpin perkebunan dari tahun 1985-2007 Sebagai tempat penginapan yang disewakan kepada para wisatawan
8
Cafetaria
1
Biasanya digunakan oleh pegawai dan staf perkebunan untuk makan siang dan istirahat
34
Rumah karyawan perkebunan
Menuju ke rumah sakit
Mesjid
Wisma Ria
Bangunan TK
Lapangan tenis
Cafetaria
Mess/Penginapan
Gambar 18. Fasilitas yang Terdapat di Sekitar Tapak
35
Aspek Sosial
Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 Kabupaten Kerinci, penduduk Desa Bedeng VIII berjumlah 1.436 jiwa dengan penduduk jenis kelamin laki-laki berjumlah 721 jiwa dan jenis kelamin perempuan 715 jiwa. Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan hampir imbang dengan persentase 50,2% untuk penduduk jenis kelamin laki-laki dan 49,8% untuk penduduk jenis kelamin perempuan. Kepadatan penduduk di Desa Bedeng VIII diperoleh 209 jiwa/km2 dari total luas wilayah 6,82 km2 dan total penduduk 1.436 jiwa. Jumlah rumah tangga (RT) di Desa Bedeng VIII berjumlah 406 rumah tangga dan rata-rata jiwa dalam satu rumah tangga adalah 4 orang. Seluruh penduduk di desa ini merupakan Warga Negara Indonesia (WNI). Mayoritas penduduk yang tinggal di Kecamatan Kayu Aro termasuk di desa ini adalah masyarakat suku Jawa. Hal ini karena adanya program transmigrasi dari pemerintah Indonesia pada tahun 1950 sehingga desa ini juga disebut Kampung Jawa, masyarakatnya pun berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa jawa.
Mereka enggan balik ke Jawa karena mereka sudah merasa bahwa Kayu Aro adalah tanah mereka dan tempat mereka mencari penghidupan. Mereka juga tidak enggan dikatakan sebagai orang Kerinci karena mereka sangat mencintai Kerinci. Sedangkan warga asli Kerinci sangat minoritas yang tinggal di Kecamatan Kayu Aro, warga asli Kerinci kebanyakan bermukim di kecamatan lain yang masih di sekitar Kecamatan Kayu Aro. Kecamatan tersebut seperti Kecamatan Siulak, Kecamatan Gunung tujuh dan Kecamatan Gunung Kerinci. Mata pencaharian utama penduduk Desa Bedeng VIII adalah menjadi pemetik daun teh perkebunan. Menjadi pemetik daun teh merupakan pekerjaan yang telah turun temurun dari kakek nenek mereka dan telah menjadi hobby mereka sehingga tidak salah anak-anak usia 7 tahun sudah terlatih memetik pucuk daun teh. Rata-rata penduduk sudah sangat mahir dan cepat dalam melakukan pemetikan. Mereka memetik teh dari pukul 07.00-16.00 WIB dan mendapat jatah istirahat dari pukul 12.00-14.00 WIB. Sekarang para pemetik teh sudah sangat dibantu oleh pengadaan mesin sehingga pekerjaan mereka bisa lebih ringan.
36
(a). Pemetikan dengan menggunakan (b). Pemetikan dengan cara manual mesin. Gambar 19. Kondisi para Pemetik Daun Teh
Selain mata pencaharian utama sebagai pemetik daun teh untuk menunjang produktivitas perkebunan teh, terdapat pula penduduk Desa Bedeng VIII dengan mata pencaharian khusus seperti pegawai negeri, pedagang, sopir angkutan umum. Usaha perikanan juga menjadi alternatif untuk menambah penghasilan, biasanya membuat kolam-kolam ikan di pekarangan dekat rumah mereka untuk dapat dinikmati dan dijual hasil tangkapannya, terdapat pula warga desa yang berladang untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Jika hasilnya banyak, baru dijual di pasar Bedeng VIII. Mereka yang berladang memiliki lahan di luar kawasan perkebunan teh Kayu Aro. Ketika musim liburan, masyarkat desa memanfaatkan moment tersebut untuk berdagang souvenir, makanan dan minuman karena banyaknya para wisatawan yang datang ke perkebunan teh Kayu Aro. Tipe rumah dari masyarakat yang tinggal disektar perkebunan sangat khas, semua masyarakat rata-rata membangun rumah yang terbuat dari papan/kayu. Hal ini dikarenakan suhu udara yang sangat dingin jadi rumah kayu akan lebih menghangatkan. Tidak jarang di sepanjang jalan utama pengunjung menemukan rumah-rumah kayu yang memang dari zaman kolonial Belanda sudah dibangun dan memiliki tipe rumah yang sama antara satu dan yang lain. Pemandangan rumah yang unik ini juga menambah daya tarik bagi kawasan perkebunan. Biasanya rumah-rumah peninggalan Belanda yang terlihat pada Gambar 20. ditempati oleh karyawan atau staf perkebuanan.
37
Gambar 20. Bentuk Rumah Karyawan Peninggalan Kolonial Belanda
Pengunjung Dari hasil survei lapang yang didapatkan melalui kuisioner kepada 30 responden yang diperoleh secara acak, maka informasi dari responden dapat diklasifikasikan berdasarkan identitas, persepsi serta preferensi yang diinginkan pengunjung. Sebaran data tersebut dapat dilihat pada Tabel.5. Tabel ini menunjukkan frekuensi relatif (%) tertinggi yang diperoleh dari masing-masing variabel, seperti: jenis kelamin, usia, pekerjaan, frekuensi kunjungan, aktivitas, persepsi pengunjung dan preferensi pengunjung. Identitas Dilihat dari data yang diperoleh, wisatawan yang banyak berkunjung ke perkebunan teh Kayu Aro adalah masyarakat yang berasal dari luar Kayu Aro (66,7%), hal ini terkait dengan masyarakat luar Kayu Aro yang jarang melihat perkebunan teh dibandingkan masyarakat asli Kayu Aro (33,3%). Para wisatawan yang dominan adalah wisatawan yang berjenis kelamin laki-laki (60%) dibandingkan para wisatawan yang berjenis kelamin perempuan (40%). Serta usia para wisatawan yang berkunjung ke kebun teh Kayu Aro lebih banyak usia 17-22 tahun (46,7 %) dibandingkan usia 10-17 tahun (23,3%) dan usia >22 tahun (30,0%). Data dapat dilihat pada Tabel 5. Aktivitas Pengunjung Dari data yang diperoleh terlihat bahwa 21,6% pengunjung melakukan aktivitas piknik, 17,7% melakukan aktivitas bermain, 29,4 melakukan aktivitas menikmati pemandangan, 7,8% melakukan aktivitas olahraga dan sisanya 23,5% melakukan aktivitas berfoto-foto. Aktivitas yang paling banyak dilakukan para
38
pengunjung dalah aktivitas menikmati pemandangan. Data dapat dilihat pada Tabel 5. Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung terhadap kawasan perkebunan teh Kayu Aro digambarkan dengan beberapa parameter yaitu, keindahan, kenyamanan, keamanan, banyaknya pengalaman yang diperoleh, kebersihan dan kesenangan. Dilihat dari segi keindahan, 36,6% menyatakan sangat indah, 56,7% menyatakan indah dan sisanya 6, 7% menyatakan kurang indah. Dilihat dari segi kenyamanan, 20,0% menyatakan sangat nyaman, 66,7% menyatakan nyaman dan sisanya 13,3% menyatakan kurang nyaman. Dilihat dari segi keamanan, 13,3% menyatakan sangat aman, 63,3% menyatakan aman dan sisanya 23,3% menyatakan kurang aman. Data dapat dilihat pada Tabel 5. Selanjutnya jika dilihat dari segi banyak atau sedikitnya pengalaman yang diperoleh, maka 26,8% menyatakan sangat banyak pengalaman yang diperoleh, 60% menyatakan banyak pengalaman dan 13,3% menyatakan sedikit pengalaman. Dilihat dari segi kebersihan, 13,3% menyatakan sangat bersih, 32,5% menyatakan bersih dan 26,8% menyatakan kurang bersih. Dilihat dari tingkat kesenangan, 46,7% menyatakan sangat menyenangkan dan sisanya 53,3% menyatakan menyenanagkan. Data dapat dilihat pada Tabel 5. Keinginan Pengunjung Dari data yang sama disebutkan bahwa 55,9% pengunjung menginginkan jenis wisata perkebunan, 14,7% menginginkan dikembangkannya peternakan, 11,8% menginginkan pengembangan sektor kehutanan dan sisanya 17,7% menginginkan perkembangan yang lainnya. Untuk jenis aktivitas wisata yang diinginkan pengunjung adalah 10,7% pengunjung menginginkan aktivitas piknik, 12,5% menginginkan aktivitas bermain, 12,5% menginginkan aktivitas menikmati pemandangan, 7,1% menginginkan aktivitas olahraga, 14,3% menginginkan aktivitas berkemah, 16,1% menginginkan aktivitas beroto-foto, 19,6% menginginkan adanya kegiatan outbound dan sisanya sejumlah 7,1% menginginkan dikembangkannya jenis aktivitas rekreasi yang lain. Data dapat dilihat pada Tabel 5.
39
Tabel 5. Persepsi dan Preferensi Pengunjung No. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Variabel Daerah Asal : a. Kayu Aro b. Luar Kayu Aro Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Usia : a. 10-17 tahun b. 17-22 tahun c. > 22 tahun Kunjungan ke lokasi : a. satu kali b. dua kali c. tiga kali d. lebih dari 3 kali Frekuensi kunjungan : a. 2 kali/tahun b. 3 kali/tahun c. 1kali/bulan d. 2 kali/bulan e. 1 kali/minggu f. lebih dari 1 kali/minggu Aktivitas yang dilakukan dikawasan/tapak (> 1 jawaban) : a. pikinik b. bermain c. menikmati pemandangan d. berolahraga e.foto-foto Persepsi pengunjung terhadap kawasan/tapak : a. keindahan : 1) sangat indah 2) indah 3) kurang indah b. kenyamanan : 1) sangat nyaman 2) nyaman 3) kurang nyaman c. keamanan : 1) sangat aman 2) aman 3) kurang aman d. banyaknya pengalaman yang didapat : 1) sangat banyak pengalaman 2) banyak pengalaman 3) sedikit pengalaman
Frekuensi relatif (%) 33,3 66,7 60,0 40,0 23,3 46,7 30,0 0,0 3,3 13,3 83,3 30,0 20,0 23,3 13,3 10,0 3,3 21,6 17,7 29,4 7,8 23,5
36, 7 56,7 6,7 20,0 66,7 13,3 13,3 63,3 23,3 26,7 60,0 13,3
40
Tabel 5. Persepsi dan Preferensi Pengunjung (lanjutan) No.
8.
9.
10.
11.
Variabel
Frekuensi relatif (%)
e. kebersihan : 1) sangat bersih 2) bersih 3) kurang bersih f. kesenangan : 1) sangat menyenangkan 2) menyenangkan Jenis wisata pertanian yang diinginkan (>1 jawaban) : a. perikanan b. perkebunan c. peternakan d. kehutanan e. lainnya Jenis wisata yang diinginkan (>1 jawaban) : a. piknik b. bermain c. menikmati pemandangan d. berolahraga e. berkemah f. foto-foto g. outbond h. lainnya Fasilitas pelayanan yang diinginkan (>1 jawaban) : a. tempat parkir b. tempat istirahat c. penginapan d. toilet e. tempat ibadah f. kendaraan menuju kawasan g. cafetaria h. kios cendera mata i. sarana pendidikan j. lainnya Kesediaan untuk ditarik biaya masuk : a. bersedia b. tidak bersedia
13,3 60,0 26,7 46,7 53,3 0,0 55,9 14,7 11,8 17,7 10,7 12,5 12,5 7,1 14,3 16,1 19,6 7,1 20,3 15,6 4,7 9,4 9,4 14,1 9,4 7,8 6,3 3,1 53,3 46,7
Untuk jenis fasilitas pelayanan, terlihat bahwa 20,3% menginginkan adanya tempat parkir, 15,6% menginginkan tempat istirahat, 4,7% menginginkan adanya penginapan, 9,4% menginginkan adanya toilet, 9,4% menginginkan adanya tempat ibadah, 14,1% menginginkan kendaraan menuju kawasan perkebunan, 9,4% menginginkan adanya cafetaria, 7,8 menginginkan adanya kios cendera mata, 6,3% menginginkan adanya sarana pendidikan dan sisanya 3,1% menginginkan dibangun fasilitas lainnya. Data dapat dilihat pada Tabel 5.
41
Dilihat dari kesediaan pengunjung untuk membayar karcis masuk kawasan, diperoleh 53,33% yang menyatakan bersedia dengan rentang tiket atara Rp.3.000 hingga Rp.5.000 per orang dan 46,67% menyatakat tidak bersedia jika dilakukan penarikan karcis. Waktu kunjungan yang padat setiap harinya berkisar antara pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Pengunjung biasanya padat pada harihari libur sekolah, hari-hari libur nasional dan hari-hari libur keagamaan. Sedangkan hari-hari biasa sangat jarang pengunjung. Data dapat dilihat pada Tabel 5.
Kebijakan Pihak Pengelola a. Status perkebunan Perkebunan Kayu Aro merupakan perkebunan yang resmi dikelola oleh PTP Nusantara VI karena telah memiliki Hak Guna Usaha (HGU) dari pemerintah Kabupaten Kerinci. Hak guna usaha berlaku dalam jangka waktu 25 tahun dan boleh diperpanjang, sehingga segala kebijakan tentang perencanaan perkebunan merupakan hak pengelola selagi masih dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Perkebuanan yang seluas 3.014,6 ha, lebih dari 99% lahan merupakan kawasan perkebuanan teh Kayu Aro akan tatapi ada ± 2 ha yang dikelola oleh pemerintah yaitu lahan wisata Aroma Pecco yang berada di dalam kawasan perkebunan tepatnya di tengah-tengah afdeling C, awalnya lahan ini juga dikelola oleh pihak perkebunan tapi semenjak tahun 1998 areal ini diambil alih oleh pemerintah Kabupaten Kerinci.
b. Pengolahan teh dan pemasaran Pengolahan teh dilakukan 24 jam non stop pada hari kerja dengan tenaga kerja bergantian. Hal ini untuk menjaga kualitas daun teh yang sudah di petik agar tidak menjadi layu. Jika hari libur produksi teh juga libur karena tidak adanya pemetikan saat itu. Setiap harinya pemetik teh bekerja dari pukul 07.00-16.00 WIB. Penimbangan hasil petikan dilakukan tiga kali yaitu pukul 10.00, 14.00, dan 16.00 WIB. Pemetikan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual dan menggunakan mesin. Pemetikan dengan cara manual biasanya bisa mendapatkan hasil rata-rata sebanyak 45 kg/orang setiap harinya sedangkan dengan
42
menggunakan mesin hasil yang diperoleh rata-rata sebanyak 900 kg. Untuk mengoperasikan mesin biasanya membutuhkan tenaga kerja 5 orang. Jika hasil pemetikan melebihi rata-rata, maka pemetik akan mendapatkan bonus dari pihak perkebunan. PTP Nusantara VI yang mengelola perkebunan teh Kayu Aro, mulai tahun 2007 akan mengurangi sebagian besar pekerja pemetik teh dan menggantikannya dengan mesin. Pemakaian mesin petik teh itu dilakukan untuk efisiensi biaya produksi. Perampingan dilakukan terhadap 60 persen dari para pemetik teh yang kini jumlahnya 2.360 orang. Pengurangan pekerja itu akan dilakukan secara bertahap tanpa pemecatan massal. Para pekerja lama akan dibiarkan terus bekerja sampai memasuki usia pensiun. Adapun perekrutan pekerja baru dihentikan sama sekali. Saat ini rata-rata usia para pemetik daun teh 40-50 tahun. Perampingan dengan cara itu diharapkan tidak akan menciptakan keresahan di antara para pekerja. Efisiensi satu mesin petik, dapat digunakan untuk memetik 1,5 ton daun teh selama satu hari. Dengan demikian, satu mesin dapat menggantikan tenaga 25 pekerja. PTP Nusantara VI dapat menghemat Rp 27,5 juta per unit mesin per bulan. Saat ini PTPN VI baru memiliki 15 mesin untuk memotong pucuk daun teh di kebun seluas 600 ha. Secara bertahap jumlah mesin akan terus ditambah sehingga mencapai sekitar 56 unit. Selain efisien, mesin potong mempunyai keunggulan dalam menghasilkan pucuk daun teh, dengan kualitas yang seragam dan biasanya berkualitas terbaik. Hal itu memudahkan pabrik menghasilkan teh yang unggul dan berharga mahal. Penggunaan mesin potong teh, akan diikuti dengan perbaikan tata tanaman di perkebunan. Lorong-lorong yang menjadi jalan bagi operator mesin potong akan diluruskan. Perubahan tata tanaman perkebunan dilakukan bersamaan dengan penambahan jumlah mesin. Semua tanaman teh di kebun yang bertopografi relatif datar akan dipotong dengan mesin. Adapun tanaman yang berada di kebun berlereng curam akan dipotong secara manual oleh para pekerja. Hasil petikan biasanya dikumpulkan di pos-pos yang telah disediakan dan pada setiap waktu penimbangan, mobil truk pengangkut hasil sudah berada di pospos untuk membawa hasil teh yang sudah di timbang ke pabrik pengolahan. Proses pengolahan teh dari hulu-hilir dapat dilihat pada Gambar 21.
43
Pemasaran
teh Kayu Aro kurang dikenal di dalam negeri, termasuk
Provinsi Jambi, tetapi terkenal di mancanegara. Hal itu dimungkinkan karena 80 persen atau hampir lima juta kg dari lebih enam juta kg produksi teh Kayu Aro setiap tahun diekspor ke berbagai negara Eropa Barat, Eropa Timur, dan Timur Tengah. Teh Kayu Aro dijual melalui lelang setiap hari Rabu di Jakarta dan diekspor dalam kantung (bulk), rata-rata isi 50 kg.
44
(2)
(1)
(3)
(5a)
(6a)
(5b)
(6b)
(4)
HULU
(7)
(13)
(14)
(12)
(11)
(10)
(9)
(15)
(16)
(17)
(18)
(21)
(8)
(19)
(20)
HILIR 44
Gambar 21. Proses Produksi dan Pengolahan Tanaman Teh dari Hulu ke Hilir (sumber: PTP N VI Kab. Kerinci)
45
Keterangan Gambar 21:
11. Penggilingan Kasar
1. Pembibitan
12. Pengayakan
2. Penanaman
13. Penggilingan Halus
3. Pengembangan Pohon
14. Pendistribusian ke bagian
4. Penyiangan
pemeraman
5a. Pemupukan
15. Pemeraman
5b. Pengendalian Hama Penyakit
16. Pengeringan
6a. Peremajaan
17. Pemisahan Kualitas
6b. Pemetikan
18. Pendistribusian ke bagian
7. Penimbangan di Lapang
pemisahan kualitas
8. Penimbangan di Pabrik
19. Pemadatan Isi
9. Pendistribusian ke dalam mesin
20. Pengepakan/Pengemasan
10. Pelayuan
21. Pemasaran
46
c. Pengembangan Agrowisata Dilihat dari potensi yang ada pada perkebunan teh Kayu Aro, pihak pengelola perkebunan akhir-akhir ini sudah mulai merencanakan pengembangan perkebunan teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata. Selain memproduksi teh, pihak pengelola juga berkeinginan agar perkebunan teh dapat menjadi objek wisata yang nantinya juga akan bisa menambah pemasukan perkebunan dan menambah lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar perkebunan. Saat ini memang sudah mulai dikembangkan agrowisata pada perkebunan tetapi masih bersifat insidentil. Pihak pengelola perkebunan belum punya perencanaan khusus dalam mengelola dan belum adanya penawaran program-program di dalam kawasan agrowisata. Untuk saat ini, pihak pengelola hanya berpatokan pada keinginan para wisatawan. Contohnya: jika para wisatawan ingin berkeliling melihat perkebunan teh (tea walk) atau melihat proses pembuat teh maka dari pihak pengelola akan menyediakan pemandu. Untuk mendukung dikembangkannya kawasan agrowisata di perkebunan teh Kayu Aro, pihak pengelola juga sudah menyiapkan fasilitas penginapan bagi wisatawan yang ingin menginap.
(a)
(b)
Gambar 22. Kondisi Pabrik dari Samping (a) dan dari Depan (b)
Kebijakan Pemerintah Pemerintah Kabupaten Kerinci tidak ikut serta dalam perencanaan dan pengelolaan perkebunan teh Kayu Aro secara langsung karena perkebunan merupakan merupakan Hak Guna Usaha oleh PTP Nusantara VI. Akan tetapi pemerintah daerah ikut dalam mempromosikan potensi wisata yang ada pada
47
perkebunan teh Kayu Aro secara umum beserta dengan lokasi wisata lainnya yang berada dalam Kabupaten Kerinci. Di dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kabupaten Kerinci, Kecamatan Kayu Aro merupakan sentra area perkebunan termasuk Desa Bedeng VIII sebagai satu-satunya perkebunan teh yang diusahakan di Kabupaten Kerinci. Di dalam kawasan perkebunan teh Kayu Aro, ada area yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Kerinci dari tahun 1998. Area tersebut adalah Taman wisata Aroma Pecco. Aroma Pecco yang merupakan sebuah taman dengan sebuah kolam ditengahnya, diduga pada zaman penjajahan Belanda kolam ini merupakan tempat penampungan air bagi perkebunan teh. Tersedia sampan yang dapat digunakan mengarungi kolam. Taman ini berjarak 50 m dari jalan utama ini telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata. Seperti: Gazebo, rumah panggung di tengah kolam, bebek-bebekan, ayunan, dan tempat duduk. Taman ini biasanya ramai dikunjungi pada saat liburan. Kondisi taman ini sekarang sudah kurang terawat dan sepi pengunjung. Air kolam yang menjadi objek utama juga sudah mengalami kekeringan dan luas permukaan yang semakin sempit.
Gambar 23. Suasana di Taman Wisata Aroma Pecco
Untuk pengembangan perkebunan teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata, pihak pemerintah Kabupaten Kerinci sangat mendukung. Hal ini karena akan menambah produktivitas masyarakat Kerinci dan kedepannya akan menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke Kabupaten Kerinci sekaligus dapat mempromosikan tempat-tempat wisata lainnya yang ada di Kebupaten
48
Kerinci. Salah satu visi Kabupaten Kerinci adalah menjadikan Kabupaten Kerinci sebagai salah satu daerah pariwisata andalan di Indonesia. Berikut merupakan Tabel perkembangan wisatawan nusantara (Wisnus) dan wisatawan mancanegara (Wisman) ke Kabupaten Kerinci menurut bulan kunjungan dari tahun 2003-2007.
Tabel 6. Perkembangan Wisnus dan Wisman tahun 2003-2007 di Kab. Kerinci 2003
Bulan
Wisnus
2004
2005
Wisman Wisnus Wisman Wisnus
2006
2007
Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman
JAN
5247
171
5310
175
5270
170
7990
173
7981
171
FEB
304
202
3112
208
4152
201
7665
221
7665
211
MAR
4112
455
4232
460
5118
337
7912
247
7910
201
APR
4316
289
4281
294
5395
206
7999
226
7991
203
MEI
4217
119
4321
128
5371
258
8956
255
8951
221
JUN
3221
216
4293
224
5192
224
8926
214
8926
211
JUL
230
5330
245
6017
240
8879
254
8871
231
AUG
290.000 2819
180
4899
192
5957
210
8996
234
8992
217
SEP
2712
173
4350
179
5462
185
8993
241
8987
222
6471
209 251.123 241 12459
298
OKT
2783
210
4400
215
NOV
2790
223
5120
DES
2815
235 298.472
231 289.473 256 6243
325.336
2703 348.120
2807 350.121
Jumlah
Sumber data: Dinas Periwisata 2008
11453
271
10293
230 200.000 227 10290
229
2716 350.191
2820 298.017
2629
235
241
s
Dari Tabel.6 dapat dilihat bahwa setiap tahunnya ada satu bulan yang menjadi puncak kunjungan yang mencapai rata-rata angka diatas 200.000 orang terlihat pada angka yang dicetak miring. Nilai kunjungan yang tinggi diakibatkan karena pada bulan tersebut merupakan bulan dimana Kabupaten Kerinci mengadakan Festival rakyat yang biasanya bertempat di Danau Kerinci. Dengan adanya festival ini, secara tidak langsung juga meningkatkan kunjungan ke tempat wisata lain.
49
49
50
ANALISIS Aspek Fisik
Letak, Luas, dan Batas-Batas Tapak Kawasan perkebunan teh Kayu Aro terletak di daerah yang paling tinggi di Kabupaten Kerinci, yang menjauh dari pusat keramaian kota sehingga segala kesibukan perkotaan sangat jarang terlihat di sekitar kawasan ini. Secara umum, lokasi perkebunan ini memang berada di daerah pegunungan sehingga hawa sejuk di sekitar perkebunan sangat kental terasa dan sangat jauh dari polusi udara sehingga kawasan ini layak dijadikan sebagai kawasan wisata. Area perkebunan yang sangat luas membuat para wisatawan sangat leluasa untuk menikmati panorama di sekitar kawasan. Beberapa area pada tapak dapat dioptimalkan fungsinya dengan merencanakan pengembangan agrowisata dengan tidak menggangu sirkulasi penduduk sekitar. Kawasan perencanaan agrowisata kebun teh Kayu Aro seluas 1.254 ha sangat mencukupi untuk melakukan kegiatan wisata pertanian beserta pengembangannya. Hal ini berdasarkan pertimbangan berikut: 1. Tapak yang akan direncanakan menjadi kawasan agrowisata membutuhkan sumber lahan yang luas. Sektor budidaya tanaman dalam skala usaha besar memerlukan lahan yang luas sebagai tempat produksi dan pengembangannya. 2. Ada empat fungsi yang diterapkan dalam perencanaan ini, yaitu fungsi budidaya, fungsi wisata, fungsi pendidikan, dan fungsi konservasi. Diantara keempat fungsi tersebut, fungsi budidaya membutuhkan luasan tapak yang paling luas agar produksi berjalan dengan baik. 3. Tidak seluruh kawasan perkebunan dilakukan perencanaan ulang, karena tapak seluas 3.014,6 ha berukuran cukup luas. Perkebunan yang luas dengan relief berbukit-bukit, cukup dimanfaatkan sebagai pemandangan latar yang memberikan kesan good view terhadap kawasan yang direncanakan.
Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Chiara (1997) menyatakan bahwa bentuk dasar permukaan tanah (topografi) merupakan sumberdaya visual dan estetika yang dapat memperbaiki
51
kemungkinan tata guna lahan yang direncanakan. Dengan demikian, kondisi existing berupa relief tapak yang bergelombang dapat menjadi formasi dasar (basic form) dalam pemanfaatannya menjadi kawasan agro. Tapak
yang
akan
direncanakan
mempunyai
relatif
datar
dan
bergelombang, sehingga tapak terlihat berbukit-bukit. Hal ini dapat mendukung dalam penampilan view perkebunan menjadi indah dan menarik. Pada tapak yang akan direncanakan terdapat sebagian kecil lereng yang curam dengan kemiringan >40%. Pemanfaatan lereng yang curam ini sangat terbatas yaitu hanya untuk ditanam vegetasi pelindung saja. Jika tidak tertangani dengan baik, maka kemiringan tapak ini akan mengakibatkan tanah longsor dan erosi. Aktivitas dan fasilitas umum bagi pengunjung dapat diakomodasikan pada kemiringan 0-2% dan kemiringan 2-15%. Sedangkan pada kemiringan 15-40% dan kemiringan >40% pemanfaatannya sangat terbatas sehingga perlu adanya proses pengolahan lebih lanjut. Pengolahan lanjutan yang dapat dilakukan diataranya: Cut and fill yaitu pemindahan volume tanah karena kemiringan lahan sehingga memungkinkan untuk didirikan bangunan, penanaman vegetasi penutup baik berupa ground cover, semak, atau perdu dapat menguatkan struktur tanah pada lahan-lahan yang miring, pembuatan retaining wall yaitu perkerasan untuk menahan terjadinya longsor dan erosi pada lahan-lahan yang miring, pembuatan sengkedan-sengkedan yaitu pengolahan tanah menjadi teras-teras pada elevasi tertentu untuk mencegah erosi. Pada lokasi pengkonsentrasian pengunjung diperlukan adanya variasi ketinggian tetapi masih dalam standar aman bagi pengunjung, hal ini bertujuan agar tapak tidak terkesan monoton. Menurut Laurie (1985), ragam ketinggian pada lahan akan mempengaruhi aktivitas pada lahan tersebut. Lahan yang tinggi bisa dijadikan sebagai tempat pertunjukkan, lahan yang bergelombang bisa dijadikan sebagai pembatas suatu ruang, dan lahan yang rendah bisa dijadikan sebagai kolam/pembatas suatu ruang. Ilustrasi ragam ketinggian lahan pada lokasi aktivitas pengunjung dapat dilihat pada Gambar 25.
52
Gambar 25. Ilustrasi Ragam Ketinggian Lahan pada Lokasi Aktivitas Pengunjung (Laurie, 1985) Hidrorogi dan Drainase Penyediaan air untuk sistem irigasi di dalam kawasan perkebunan berasal dari aliran Sungai Lintang dan Danau Aroma Pecco yang terdapat di tengahtengah perkebunan. Aliran Sungai Lintang mengalir ke dalam kawasan perkebunan melalui saluran-saluran drainase yang telah dibuat akan tetapi saluran yang ada masih kurang dan terletak pada radius yang cukup jauh sehingga kurang maksimal dalam memenuhi kebutuhan air didalam perkebunan. Untuk memelihara agar tetap tersedianya kebutuhan air pada tapak,
maka di area
perkebunan banyak dibuat kolam-kolam penampungan aliran irigasi yang terdapat pada daerah-daerah cekung. Tindakan ini cukup membantu dalam penyediaan air dan dapat menjadi muara aliran permukaan (run off). Pada kawasan danau Aroma Pecco, air yang terdapat disana hampir mengering, dangkal dan berubah menjadi rawa, hanya bagian tengah danau saja yang masih terdapat air. Hal ini terjadi akibat adanya sedimentasi dan kurangnya pemeliharaan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi persediaan air untuk perkebunan. Untuk mengatasi kendala ini maka perlu dilakukan pengurugan di area danau dan melukakan konservasi pada kawasan sekitar danau agar kondisi
53
air danau dapat kembali seperti semula dan secara fungsional dapat menjadi sumber air untuk irigasi dan sebagai salah satu objek wisata.
Geologi dan Jenis Tanah Tanah merupakan sebuah faktor penting pada perencanaan tapak sehubungan dengan kestabilan lahan, kecocokan tipe pondasi, penggalianpenggalian, bahaya erosi, pengaliran air dan pertumbuhan tanaman (Laurie, 1985). Secara umum, struktur tanah yang terdapat pada kawasan ini tergolong baik. Keadaan geologis dan tanah yang terbentuk dari lapisan alluvial pegunungan menyebabkan relief yang berlekuk-lekuk dan cocok sekali dimanfaatkan sebagai kawasan perkebunan teh. Porositas yang dimiliki oleh struktur tanah bernilai tinggi, sehingga walaupun ada lereng perbukitan yang curam, bencana longsor dan erosi jarang terjadi. Hal ini juga disebabkan karena hampir seluruh permukaan tanah tertutup oleh vegetasi, teh juga memiliki fungsi konservasi tanah dan air yang baik. Berdasarkan temuan di lapang, tanah perkebunan ini berjenis Andosol yang memiliki sifat gembur, struktur tanahnya granulir (lemah), sehingga agregat tanahnya harus dikuatkan oleh perakaran tanaman maupun pondasi bangunan. Hal ini memungkinkan dilakukan perencanaan cut and fill di beberapa tempat yang dikehendaki. Tanah jenis ini memiliki kadar karbon (C) dan nitrogen (N) yang tinggi. Nisbah C-N yang tinggi memungkinkan terpeliharanya hara mineral di dalam tanah untuk kesuburan tanaman (Soepardi, 1983). Jika tertutup oleh vegetasi, apalagi tanaman teh yang penutupannya merata, maka tanah ini sangat jenuh air dan menghasilkan mata air di berbagai lereng-lereng bukit. Tingkat kesuburan tanah dapat ditingkatkan melalui usaha pemupukan, pengapuran dan sistem drainase. Pengolahan tanah dilakukan dengan penambahan bahan organik. Namun sejauh ini hal tersebut belum perlu dilakukan, karena sarasah sisa daun teh yang berjatuhan dapat menjadi pupuk hijau yang ekonomis dan termanfaatkan dengan sendirinya.
54
Iklim Curah Hujan. Dengan rata-rata curah hujan 1.500-2.000 mm pertahun dan periode bulan kering 3-4 bulan per tahun, maka kawasan perkebuanan teh Kayu Aro mempunyai persediaan air yang cukup sepanjang tahun dan sangat jarang terjadi kekeringan. Kendala yang terdapat pada tapak diantaranya, belum adanya pengaturan aliran air hujan dan penyediaan air pada saat bulan kering. Adapun beberapa teknis perencanaan yang bisa diterapkan untuk mengatur kelebihan/kekurangan air hujan adalah dengan penyiraman yang intensif pada bulan-bulan kering untuk menjaga kesuburan tanaman, pembangunan sistem drainase di daerah yang rawan terhadap erosi untuk mengurangi dampak hujan yang berlebihan, penyediaan sarana peneduh di beberapa lokasi strategis, sehingga pengunjung tetap merasa nyaman pada saat hujan, pembuatan kolam-kolam di area yan curam yang dapat menampung air hujan, pembuatan retaining wall untuk mengokohkan struktur tanah yang rawan longsor, pembuatan selokan-selokan di daerah rawan genangan air hujan serta pemeliharaan perkerasan jalan setapak yang mendukung resapan air.
Kelembaban Nisbi. Menurut Laurie (1985) kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi manusia adalah sekitar 40-75%. Dilihat dari data yang diperoleh, kelembaban di kawasan perkebunan berkisar antara 74-87% sehingga kawasan ini berada di luar kisaran kenyamanan. Kondisi ini sering terjadi pada daerah perkebunan yang berada pada ketinggian >1000 m dpl. Hal ini terjadi karena bukit perkebunan tersebut menyimpan volume air yang cukup tinggi, namun terjadi evapotranspirasi yang disebabkan penerimaan cahaya matahari yang merata di sepanjang permukaan vegetasi dan tanah sehingga mengurangi kelembaban di sekitar kawasan. Namun pada dasarnya manusia dapat bertoleransi terhadap kelembaban dibandingkan dengan suhu yang tinggi (Safarianugraha 2004). Salah satu cara untuk mengurangi kelembaban yang tinggi yaitu dengan membuat ruang-ruang terbuka (open space) di antara ruang-ruang vegetasi, sehingga uap air hasil evapotranspirasi yang naik tidak terhambat oleh kanopi dan juga dilakukan pengaturan vegetasi sehingga terjadi sirkulasi udara yang baik. Dikarenakan udara tapak yang lembab, maka dalam pemilihan material untuk
55
membangun fasilitas juga harus dicari bahan yang kuat, tidak mudah lapuk dan tahan terhadap kelembaban yang tinggi.
Lama Penyinaran. Menurut Badan Meterologi Kabupaten Kerinci, nilai lama penyinaran >50% berarti ketersediaan cahaya matahari mencukupi sepanjang tahun. Dari data yang diperoleh, perkebunan teh Kayu Aro memiliki lama penyinaran maksimum 69% dengan rataan penyinaran 6 jam per hari. Ketersediaan matahari sepanjang tahun sangat mempengaruhi proses pertumbuhan vegetasi di dalam kawasan. Kondisi penyinaran matahari yang cukup panjang pada tapak, membuat kondisi saat siang hari cukup terik karena cahaya matahari sehingga hal ini menjadi salah satu kendala yang membuat pengunjung marasa kurang nyaman beraktivitas pada area terbuka karena menimbulkan silau pada mata. Menurut Robbinette (1977), penggunaan vegetasi dapat mengontrol sinar matahari yaitu dengan menyaring radiasi, menurunkan suhu permukaan tanah, dan memantulkan radiasi matahari. Vegetasi yang cocok untuk mengatasi masalah radiasi matahari adalah jenis tanaman peneduh khususnya pada pusat aktivitas rekreasi. Menurut Brooks (1988), penggunaan vegetasi akan menghasilkan naungan dan dapat menangkap serta menyerap 60-90% radiasi matahari (Gambar. 26). Alternatif lain adalah dengan membuat bangunan peneduh seperti pergola, gazebo atau shelter.
Gambar 26. Penggunaan Tanaman Peneduh untuk Mereduksi Radiasi Matahari (Brooks, 1988) Kecepatan Angin. Dari data diperoleh kecepatan angin kawasan adalah 11-20 knot. Pada skala Beaufort, nilai tersebut termasuk kedalam angin sedang dan angin segar sehingga kawasan ini dapat memberikan kenyamanan bagi
56
pengunjung. Kendala yang sering dihadapi yaitu kadang-kadang tedapat angin yang berhembus cukup kencang disekitar bengunan sehingga mengganggu kenyamanan
dan
merusak
unsur-unsur
pembangunan
tapak.
Alternatif
perencanaan pengendalian diantaranya adalah dengan penggunaan penghalang angin alami yaitu dengan penggunaan vegetasi yang berfungsi juga untuk meredam kecepatan angin dan untuk mengarahkan aliran angin (Gambar.27), terutama untuk tempat-tempat rekreasi. Carpenter et al. (1975) menyatakan bahwa kepadatan/kerapatan vegetasi dapat mengurangi kecepatan angin sebesar 75-85%. Sehingga semakin padat/rapat penanaman vegetasi yang digunakan, maka akan semakin efektif dalam meredam kecepatan angin.
Gambar 27. Penanaman Massa Vegetasi untuk Mengarahkan Angin (Chiara dan Koppelman, 1997) Suhu. Menurut Laurie (1985), kisaran suhu yang nyaman untuk manusia adalah apabila Nilai Indeks Kenyamanan (Temperature Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus sebagai beriut:
THI
= 0 ,8 T +
RHxT 500
Keterangan: THI
= Temperature Humidity Index
T
= Suhu rata-rata (˚C)
RH
= Kelembaban (%)
57
Berdasarkan perhitungan dengan memasukkan nilai tertinggi (22,9˚C) dan terendah (20˚C) pada suhu maksimum dan tertinggi (12,0˚C) dan terendah (9,3˚C) pada suhu minimum, serta dengan memasukkan nilai kelembaban 74-87%, maka diperoleh nilai THI yang berkisar antara 8,9 – 22,1 (Tabel.7). Nilai tersebut kurang dari 27, sehingga suhu kawasan perkebunan teh Kayu Aro termasuk dalam ketegori nyaman.
Tabel 7. Nilai THI Kawasan pada Suhu Maksimum dan Minimum Suhu (˚C)
Kelembaban (%)
THI
Keterangan
22,9 20,8 12,0 9,3
84 74 87 78
22,1 19,7 11,7 8,9
THI < 27 = nyaman
Pada umumnya, kawasan wisata yang berorientasi pada pelestarian vegetasi memiliki keuntungan klimatis, yaitu terjaganya suhu kawasan pada ukuran yang nyaman. Suhu yang kondusif dan nyaman bagi pengunujung dapat menambah daya tarik kawasan.
Gambar 28. Pengaruh Vegetasi pada Iklim Mikro (Brooks, 1988)
Beberapa teknis perencanaan yang bisa diterapakan untuk menjaga agar suhu tetap berada pada rentang kenyamanan antara lain adalah dengan pengadaan vegetasi peneduh yang berfungsi untuk mereduksi pencahayaan matahari serta
58
dengan pengaturan luasan badan air di dalam kawasan yang berfungsi sebagai cadangan air pada saat evaporasi sehingga kelembaban kawasan tetap terjaga.
Vegetasi dan Satwa Keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa menyebabkan beragamnya unsur-unsur pembangun estetika perkebunan teh Kayu Aro, vegetasi yang mendominasi adalah tanaman teh yang terhampar luas yang menciptakan kesan visual yang menarik. Keanekaragaman vegetasi dan satwa dimanfaatkan menjadi daya tarik kawasan. Seperti pada jalur utama menuju kawasan perkebunan terdapat jejeran tanaman canna indica yang mengeluarkan warna cerah. Tanaman ini ditanam secara kontinu sehingga menimbulkan kesan sebagai tanaman pengarah jalan dan menambah keceriaan kawasan. Penanaman vegetasi dapat menjaga kelestarian satwa serta menyediakan habitat bagi satwa. Banyak jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai sumber makanan dan tempat tinggal bagi burung atau satwa liar lainnya. Pohon besar dapat digunakan untuk menarik burung untuk tinggal dan membuat sarang dan beberapa jenis semak/perdu juga dapat menjadi habitat satwa lainnya (Carpenter, 1975). Beberapa kendala yang dihadapi pada tapak yaitu terdapat sebagian kecil vegetasi yang telah tertanam di tapak terlihat kurang sesuai dengan penataan ruang dan pengembangan kawasan. Beberapa penanganan yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut diantaranya sebagai berikut: penataan kembali vegetasi sesuai dengan fungsi perencanaan yang telah ditentukan, penyesuaian jenis vegetasi dengan fungsi perencanaan dengan dilakukan perombakan seminimal mungkin, penanaman vegetasi yang dilakukan secara bertahap sehingga memudahkan dalam proses pengembangan kawasan tahap berikutnya.
Pola Penggunaan Lahan Hamparan perkebunan teh yang mendominasi hampir keseluruhan tapak merupakan lahan yang dibudidayakan untuk produksi teh. Hanya sedikit lahan yang dimanfaatkan untuk kegiatan berwisata padahal terdapat beberapa lokasi yang ditemukan pada tapak yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan perencanaan berwisata walaupun termasuk kedalam kawasan budidaya.
59
Hamparan perkebunan teh yang sangat luas dimanfaatkan secara estetis dan fungsional. Secara estetis dapat dijadikan good view yang menjadi daya tarik dan latar belakang dari kawasan Agrowisata Kayu Aro. Pihak pengelola dalam hal ini yaitu PTP Nusantara VI menekankan bahwa lahan perkebunan yang sudah ada tidak boleh dilakukan konversi lahan menjadi area bangunan yang dapat merusak kondisi alami dan ekologis kawasan, akan tetapi pihak pengelola akan memberi toleransi jika perencanaannya mengarah kepada peningkatan fungsi ekologis dan mempertahankan kondisi alami kawasan, sehingga wisata yang direncanaan juga akan mengikuti kondisi alami pada tapak dan meminimalisir perubahan-perubahan lahan untuk menunjang kegiatan berwisata. Kendala yang ditemukan pada tapak diantaranya masih minimnya lahan yang dijadikan sebagai kawasan berwisata sehingga perlu diadakan perencanaan tentang pengalokasian ruang-ruang pada tapak yang sesuai dengan fungsi perencanaannya yaitu ruang budidaya, ruang wisata dan ruang konservasi.
Akustik dan Visual Pemandangan alam di dalam dan luar tapak merupakan vista yang menjadi daya tarik perkebunan teh Kayu Aro. Hamparan kebun teh yang hijau dengan latar belakang Gunung Kerinci menjadi karakter yang sangat kuat saat menikmati panorama di kawasan ini. Beberapa kondisi yang dapat dikategorikan sebagai potensi estetis kawasan yaitu: dynamic, emphasis, repetition, dominity, dan unity. Kesan dinamis (dynamic) yang ditimbulkan oleh angin yang bertiup, air yang mengalir bergemericik dan burung yang di sekitar tapak. Kesan ini menghasilkan
bunyi-bunyian
yang
nyaman
didengar
dan
memberikan
kenyamanan bagi pengunjung (easy listening). Kesan penguatan (emphasis) yang ditimbulkan oleh hamaparan pucuk daun teh muda yang hijau terang karena terkena sinar matahari. View ini akan seperti permadani hijau yang terhampar di bukit-bukit. Kesan pengulangan (repetition) ditimbulkan oleh hamparan kebun teh yang tertata rapi karena perdu-perdu teh ditanam berbaris rapat. Apabila dilihat dengan seksama, maka akan terlihat pola pengulangan barisan tanaman teh yang
60
tercipta secara alami. Keteraturan warna disebabkan oleh pemetikan pucuk-pucuk daun yang teratur, sehingga tanaman teh akan selalu tampak hijau dan segar. Kesan dominasi (dominity) ditimbulkan oleh warna hijau sebagai warna utama yang menjadi identitas kawasan. Selain berupa dominasi warna, juga terdapat dominasi bentuk tajuk tanaman teh yang seragam yang memenuhi kawasan. Kesan kesatuan (unity) ditimbulkan dari perpaduan antara semua elemen pembentuk lanskap secara alami seperti, semua tanaman pada kawasan mengeluarkan warna dengan maksimal karena didukung oleh kondisi iklim dan ketinggian kawasan. Sehingga view yang ditimbulkan menjadi sangat menarik untuk dinikmati. Kendala yang sering dihadapi adalah kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang berlalu-lalang mengitari tapak yang mengakibatkan kondisi tapak menjadi kurang nyaman. Sehingga hal yang perlu dilakukan adalah dengan menempatkan pusat-pusat aktivitas ke tempat-tempat yang strategis yang jauh dari kebisingan kendaraan bermotor atau dengan pengadaan tanaman penghalang untuk menghalangi atau meredam bunyi. Menurut Carpenter et al. (1975) vegetasi merupakan cara yang paling efektif dalam mereduksi kebisingan, dimana gelombang suara tersebut diserap dan dipancarkan oleh vegetasi dalam bentuk yang berbeda. Kemampuan tanaman dalam mengontrol kebisingan didasarkan oleh intensitas, frekuensi dan sumber suara serta lokasi, tinggi, lebar dan kepadatan tanaman. Menurut laurie (1985), penggunaan kombinasi semak dan pohon sangat efektif karena mampu mereduksi bising hingga 50% untuk kendaraan biasa dan 75% untuk truk. Reduksi bising lebih efektif dengan menggunakan kombinasi antara penghalang solid dan vegetasi. Penghalang solid berupa dinding dengan struktur tebal dan memantulkan bunyi.
Aksesibilitas dan Sirkulasi dalam Tapak Ada tiga faktor yang mempengaruhi aksesibilitas suatu kawasan yang menggunakan jalan darat (Ari, 2007), yaitu: 1. Ketersediaan alat transportasi, baik kapasitas, kuantitas maupun kualitasnya.
61
2. Ketersediaan jalur transportasi, baik kapsitas pengguna jalan, kondisi fisik jalan maupun pola pembuatan jalan. 3. Jumlah pengguna yang melakukan akses terhadap kawasan, baik satu arah maupun dua arah. Berdasarkan ketersediaan alat transportasi, aksesibilitas menuju tapak tidak sulit karena kawasan ini berada di jalur antar provinsi dan didukung dengan tersedianya kendaraan umum roda empat dan roda dua yang beroperasi dari pagi hingga sore setiap harinya, sehingga untuk memasuki kawasan ini cukup mudah walaupun tidak menggunakan kendaraan pribadi. Kendala yang dihadapi adalah akses jalan masuk ke dalam perkebunan masih kurang baik, berbatu-batu, dan masih kurang lebar sehingga kurang memadai dilihat dari akses pengunjung yang datang. Untuk itu diperlukan perbaikan di jalan-jalan perkebunan akan tetapi tetap mempertahankan dan mengikuti pola sirkulasi alami yang sudah ada serta dilakukan pelebaran jalan jika memungkinkan. Sirkulasi yang sudah ada pada tidak semuanya digunakan oleh pengunjung wisata, hal ini dikarenakan kurangnya atraksi wisata pada tapak. Sehingga tidak ada yang menarik pengunjung untuk melewati jalur sirkulasi yang sudah ada. Jalur sirkulasi yang tersebar dalam perkebunan hanya digunakan sebagai jalur para pekerja yang memetik teh. Untuk memanfaatkan sirkulasi yang ada, maka sebaiknya direncanakan adanya atraksi-atraksi yang dapat menarik minat pengunjung untuk mengelilingi perkebunan. Atraksi-atraksi yang direncanakan pada jalur sikulasi tetap merujuk pada kondisi alami tapak dan memilih jalur yang memang diperbolehkan dilalui oleh pengunjung wisata.
Fasilitas dan Utilitas Berdasarkan data yang diperoleh, pada sekitar tapak sudah terdapat beberapa fasilitas umum pendukung wisata seperti sudah tersedianya penginapan, sarana ibadah (mesjid dan gereja), lapangan olahraga, rumah sakit, dan beberapa fasilitas penunjang lainnya. Semua fasilitas yang ada rata-rata dalam kondisi baik. Untuk penerangan, masyarakat perkebunan sudah menggunakan jasa PLN sehingga penerangan di sekitar kawasan perkebunan cukup terpenuhi. Air bersih untuk kawasan perkebunan berasal dari PDAM yang berada dekat dengan
62
perkebunan hal ini dilakukan kerena debit air sungai disekitar perkebunan sudah berkurang dan tidak bisa mencukupi kebutuhan air di kawasan perkebunan. Beberapa kendala yang dihadapi adalah fasilitas yang ada masih dirasa sangat kurang dalam mendukung kegiatan wisata. Seperti masih kurangnya tempat parkir khusus pengunjung, pusat informasi, kios penjual souvenir, shalter serta kendaraan bagi pengunjung yang ingin melihat dan berkeliling perkebunan teh apabila mereka tidak membawa kendaraan pribadi. Untuk menangani permasalahan ini, maka diperlukan pengadaan fasilitas yang kurang pada tempattempat wisata khususnya kawasan agrowisata dan pengadaannya harus sesuai dengan kondisi tapak dan fungsinya.
Aspek Sosial
Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Menjadi karyawan di perkebunan PTP Nusantara VI merupakan mata pencaharian utama masyarakat setempat. Hal ini sangat mendukung perencanaan kawasasan agrowisata kebun teh Kayu Aro yang diarahkan menjadi lanskap pertanian terpadu. Aktivitas sehari-hari masyarakat setempat dapat dijadikan identitas kawasan wisata yang selanjutnya dapat menjadi daya tarik kawasan. Kondisi kehidupan masyarakat di sekitar kawasan perkebunan sudah cukup memadai baik dari segi fasilitas listrik dan air. Dari segi ekonomi, pendapatan dari karyawan pabrik sudah cukup hal ini terlihat dari rata-rata anak mereka sudah mengenyam bangku pendidikan. Kendala yang dihadapi adalah masih kurang optimalnya penggunaan waktu masyarakat sekitar kawasan ketika belum mendapat giliran untuk kerja sehingga masih banyak terdapat waktu luang. Untuk mengatasi kendala ini, maka diperlukan keterampilan lain dari masyarakat sekitar agar waktu luang mereka menjadi lebih produktif. Salah satu keterampilan yang bisa diterapkan kepada masyarakat tersebut adalah dengan mengajarkan mereka untuk membuat suatu kerajinan tangan yang merupakan ciri khas Kabupaten Kerinci, selain bisa dijual di kios souvenir yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga, hal ini juga akan menambah daya tarik pengunjung untuk datang ke kawasan ini.
63
Perumahan staf dan karyawan yang menurut sejarahnya merupakan rumah peninggalan kolonial Belanda, pada saat ini diduga tidak lagi merupakan bentuk asli pada saat awal di bangun, hal ini dikarenakan oleh perubahan zaman dan adanya perbaikan dan renovasi sehingga ciri khas rumah tidak lagi dapat dipertahankan. Padahal perumahan ini bisa dijadikan salah satu daya tarik wisata bagi kawasan perkebunan. Agar perumahan staf dan karyawan pada perkebunan bisa menjadi salah satu atraksi wisata, diperlukan perencanaan untuk mengembalikan bentuk perumahan ini ke bentuk semula yaitu rumah panggung yang merupakan rumah khas masyarakat kerinci, sehingga menjadikan kawasan ini memiliki ciri khas.
Pengunjung Pengguna tapak berdasarkan data inventarisasi pengunjung terlihat beragam. Pengunjung yang datang ke kawasan perkebunan teh mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada saat hari-hari libur. Hal ini merupakan potensi sebagai bagian lanskap sosial yang dinamis. Keramaian pada tapak dapat diarahkan untuk menciptakan lanskap agrowisata yang dinamis dan populer. Di sekitar tapak tidak terdapat kawasan agrowisata yang akan menjadi pesaing bagi kawasan agrowisata kebun teh ini sehingga pengunjung dapat terkonsentrasi sepenuhnya pada kawasan perkebunan teh Kayu Aro. Pengunjung yang datang ke Kabupaten Kerinci mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan-bulan tertentu setiap tahunnya. Wisatawan yang datang bisa mencapai angka >200.000 orang. Biasanya wisatawan meningkat pada saat pemerintah Kabupaten Kerinci mengadakan Festival Rakyat yang diadakan di kawasan Danau Kerinci dimana wistawan yang datang benyak berasal dari luar daerah dan mancanegara. Hal ini secara tidak langsung bisa menjadi potensi yang besar untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke kawasan perkebunan teh Kayu Aro yang merupakan salah satu tempat wisata andalan di Kabupaten Kerinci, untuk itu diperlukannya promosi dan daya tarik yang kuat terhadap perkebunan teh Kayu Aro ini. Pada perkebunan teh Kayu Aro sendiri ditemukan kendala yang dihadapi diantaranya sirkulasi yang belum tertata dengan baik, sehingga pengunjung tidak
64
terarah sesuai terget yang dicapai sesuai konsep wisata. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka diperlukan strategi perencanaan diantaranya perbaikan tata sirkulasi yang ditujukan agar pengunjung terarah sesuai dengan jalur yang diinginkan, perlunya akomodasi alur aktivitas dan fasilitas yang sesuai dengan sumber daya dan tujuan pengembangan tapak serta perlu pengaturan penggunaan kendaraan
bermotor
didalam
kawasan,
terutama
pada
kawasan
yang
membutuhkan konsentrasi dan perhatian tertentu. Selain itu, pengunjung juga mengeluhkan minimnya fasilitas dan atraksi wisata yang ada pada tapak, oleh karena itu dibutuhkan perencanaan fasilitas serta berbagai atraksi wisata yang menarik sehingga pengunjung dapat merasa puas saat mengunjungi kawasan ini.
Kebijakan Pihak Pengelola Kebijakan pengelolaan dan pengembangan perkebunan merupakan hak resmi dari PTP Nusantara VI karena lahan perkebunan sudah menjadi hak guna usaha PTPN VI. Produksi teh yang dikeluarkan oleh perusahaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan pihak perusahaan terus mencoba memperbaiki kualitas teh menjadi lebih baik lagi. Pengembangan kawasan perkebunan teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata untuk menambah daya tarik perkebunan, sudah menjadi rencana dari pihak perusahaan akan tetapi kendala yang dihadapi adalah belum adanya konsep perencanaan yang jelas yang akan diterapkan. Sehingga sampai sekarang kawasan ini belum menjadi kawasan agrowisata yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Untuk mengatasi kendala ini, maka diperlukannya pembuatan konsep perencanaan sekaligus program-program yang jelas dan rinci yang akan ditawarkan kepada pengunjung. Pada akhirnya daya tarik perkebunan bisa menjadi lebih tinggi dan akan menambah omset perusahaan. Beberapa faktor yang mendukung proyek pengembangan kebun teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata yaitu: kawasan perkebunan teh Kayu Aro sudah lama menjadi salah satu kawasan wisata utama yang terkenal di Kabupaten Kerinci, namun belum dikelola dengan baik dan perkebunan teh Kayu Aro baru mengoptimalkan usahanya pada bidang produksi, belum pada pengembangan lebih lanjut ke arah agrowisata.
65
Kebijakan Pemerintah Pemerintah dalam hal ini hanya berperan sebagai pihak pendukung berkembangnya kawasan kebun teh Kayu Aro sebagai kawasan agrowisata. Pemerintah akan membantu dalam hal promosi secara umum kepada pengunjung yang datang ke Kabupaten Kerinci. Sedikit permasalahan yang terlihat adalah kurangnya koordinasi antara pihak pemerintah dan pihak pengelola perkebunan mengenai pengelolaan salah satu area yang terdapat di dalam kawasan perkebunan, area tersebut adalah Taman Wisata Aroma Pecco. Secara resmi pengelolaan taman wisata ini adalah dibawah dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci sehingga terjadi dualisme dalam hal pengelolaan yang pada akhirnya pengelolaan area taman menjadi tidak maksimal. Untuk menangani kendala ini, diperlukan koordinasi kembali antara pihak pemerintah dan pengelola perkebunan tentang pihak mana yang sebaiknya mengelola taman wisata ini. Sehingga tujuan akhir menjadikan perkebunan teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata dapat tercapai dengan baik.
66
Tabel 8. Analisis Potensi dan Masalah/Solusi untuk Perencanaan Agrowisata di Perkebunan Teh Kayu Aro No
Data
Potensi
Permasalahan
Solusi
Lokasi perkebunan teh Kayu Aro cukup strategis, jalur utamanya merupakan jalur antar provinsi sehingga mudah untuk dicapai dan tapak merupakan kawasan yang luas dengan hamparan kebun teh yang menarik.
Jalan menuju ke dalam perkebunan masih kurang baik, berbatu-batu dan jarang dilalui oleh pengujung yang berwisata hal ini karena belum adanya atraksi yang menarik pengunjung untuk masuk ke dalam perkebunan.
Memperbaiki kondisi jalan-jalan perkebunan tetapi tetap mengikuti pola sirkulasi alami dan melakukan pelebaran jalan jika memungkinkan.
A. 1.
Aspek Fisik Letak, Luas, Batas Tapak dan aksesibilitas
2.
Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Lahan
Tapak yang direncanakan relatif datar dan bergelombang, sehingga tapak terlihat berbukit-bukit. Hal ini sangat mendukung untuk menciptakan view yang menarik.
Terdapat sebagian kecil lereng yang curam dengan kemiringan >40%. Sehingga pemanfaatannya sangat terbatas jika tidak ditangani dengan baik maka bisa mengakibatkan erosi.
Melakukan pengolahan lanjutan seperti: cut and fill, penanaman vegetasi penutup tanah, pembuatan retaining wall.
3.
Hidrologi dan Drainase
Terdapat sungai di dekat area perkebunan yang merupakan sumber irigasi perkebunan dan terdapat juga danau kecil yang cukup membantu penyediaan air.
Air danau Aroma Pecco mengering karena terjadi sedimentasi dan kurangnya pemeliharaan sehingga debit air danau menurun drastis.
Dilakukan pengurugan pada area danau, membuat kawasan konsevasi di sekitar danau.
4
Geologi dan Jenis Tanah
Keadaan geologis tanah terbentuk dari lapisan aluvial pegunungan sehingga cocok sebagai lahan perkebunan teh dan jenis tanah andosol yang cenderung subur juga sangat baik untuk perkembangan tanaman teh.
Tanah jenis andosol dengan sifat yang sangat gembur dan struktur tanah granulir menyebabkan tanah ini mudah terberai dan rapuh.
Meningkatkan kesuburan tanah dengan usaha pemupukan, pengapuran, dan perbaikan system drainase. Agregat tanah diperkuat dengan perakaran tanaman pemabangunan retaining wall.
5.
Iklim
66
67
Tabel 8. Analisis Potensi dan Masalah/Solusi untuk Perencanaan Agrowisata di Perkebunan Teh Kayu Aro (lanjutan) No
Data a. Curah Hujan dan Hari Hujan
Potensi Dengan curah hujan tahunan sebesar 1550,8 mm dengan hari hujan 137 hari dan curah hujan rataan per bulan 120,2 mm, maka ketersediaan air sepanjang tahun cukup dan bisa sebagai pencipta iklim mikro dalam kawasan.
b. Kelembaban Nisbi
Permasalahan
Solusi
Belum adanya pengaturan aliran air hujan dengan baik dan pemenuhan kebutuhan air pada saat bulan kering.
Melakukan teknis perencanaan seperti: penyiraman yang intensif pada bulanbulan kering, pembangunna sistem drainase di daerah yang rawan erosi, pembuatan kolam, penyediaan sarana peneduh bagi pengunjung, pemeliharaan jalan setapak yang mendukung resapan air.
Rata-rata kelembaban nisbi dalam satu tahun adalah 80, 25% mengakibatkan kondisi yang lembab dan panas pada tapak. Sehingga mengurangi kenyamanan bagi pengunjung
Membuat ruang-ruang terbuka (open space) di antara ruang-ruang vegetasi dan pengaturan vegetasi.
Lama penyinaran matahari 48,1% dalam setahun artinya ketersediaan cahaya matahari sepanjang tahun hampir mencukupi.
Pada siang hari, cahaya matahari sangat terik sehingga membatasi aktivitas pengunjung di ruang terbuka.
Penggunaan vegetasi untuk mengontrol sinar matahari, membuat bangunan peneduh seperti: pergola, gazebo, shelter.
d. Kecepatan Angin
Angin dengan kecepatan 11-20 Knot termasuk kedalam angin sedang dan angin segar sehingga memberi kenyamanan bagi pengunjung.
Kadang-kadang terdapat angin yang berhembus cukup kencang disekitar bangunan sehingga mengganggu kenyamanan dan merusak unsur-unsur pembangunan tapak.
Menggunakan penghalang angin alami yaitu penggunaan vegetasi yang dapat meredam dan mengarahkan angin.
e. Suhu
Suhu udara pada tapak memiliki nilai THI < 27 sehingga kawasan ini termasuk kawasan yang nyaman bagi pengunjung.
Untuk menjaga suhu agar tetap berada pada rentang kenyamanan, maka dapat dilakukan dengan pengadaan vegetasi
67
c. Lama Penyinaran
68
Tabel 8. Analisis Potensi dan Masalah/Solusi untuk Perencanaan Agrowisata di Perkebunan Teh Kayu Aro (lanjutan) No
Data
Potensi
Permasalahan
Solusi peneduh dan menciptakan/mengatur luasan badan air di dalam kawasan.
6.
Vegetasi dan Satwa
Keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa menyebabkan beragamnya unsur-unsur pembangun estetika perkebunan teh Kayu Aro, vegetasi yang mendominasi adalah tanaman teh yang terhampar luas menciptakan kesan visual yang menarik.
Sebagian kecil vegetasi yang tertanam di dalam tapak masih kurang sesuai dengan penataan ruang dan pengembangan kawasan.
Penataan vegetasi dengan fungsi perencanaan yang telah ditentukan, penyesuaian dan penataan ulang vegetasi sesuai dengan fungsi perencanaan.
7.
Pola Penggunaan Lahan
Lahan pada tapak, penggunaannya di dominasi oleh penanaman tanaman teh yang merupakan komoditi utama dan menjadi objek utama dari perencanaan agrowisata. Beberapa titik di dalam perkebunan berpotensi untuk dijadikan area/atraksi wisata.
Orientasi penggunaan lahan masih pada peningkatan produksi teh sehingg masih sedikitnya lahan yang digunakan untuk kegiatan berwisata.
Diadakan perencanaan tentang pengalokasian ruang-ruang pada tapak yang dapat mendukung wisata tetapi dengan tetap berorientasi kepada budidaya dan produksi tanaman teh.
8.
Akustik dan Visual
Hamparan kebun teh yang hijau dengan latar belakang Gunung Kerinci menjadi karakter yang sangat kuat saat menikmati panorama di sekitar kawasan.
Kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor yang berlalulalang mengitari tapak yag mengakibatkan kondisi yang kurang nyaman pada tapak.
Menempaatkan pusat-pusat aktivitas ke tempat-tempat yang strategis yang jauh dari kebisingan kendaraan bermotor, pengadaan tanaman penghalang untuk menghalangi atau meredam bunyi.
10.
Fasilitas
Sudah tersedianya beberapa fasilitas umum, seperti: penginapan, lapangan olahraga, tempat ibadah , dan sarana kesehatan.
Fasilitas yang sudah ada masih kurang untuk mengakomodasi kegiatan berwisata.
Pengadaan fasilitas yang kurang dengan tetap melihat dari kondisi tapak dan fungsinya.
68
69
Tabel 8. Analisis Potensi dan Masalah/Solusi untuk Perencanaan Agrowisata di Perkebunan Teh Kayu Aro (lanjutan) No
Data
Potensi
Permasalahan
Solusi
Profesi mayoritas masyarakat perkebunan sebagai pemetik teh dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang karena bisa menjadi salah satu atraksi andalan bagi pengelola perkebunan.
Kurang optimalnya penggunaan waktu oleh masyarakat sekitar perkebunan ketika belum mendapat giliran bekerja sehingga waktu mereka kurang produktif.
Menambah keterampilan masyarakat sekitar perkebunan, seperti kerajinan tangan untuk membuat souvenir khas Kerinci.
B. 1.
Aspek Sosial Keadaan sosial- Ekonomi Masyarakat Sekitar
3.
Kebijakan Pengelola
Pengelola sudah ada rencana untuk mengembangan kawasan perkebunan menjadi kawasan agrowisata.
Belum adanya perencana yang ingin mengembangkan potensi kebun the Kayu Aro ini untuk dijadikan kawasan agrowisata yang terprogram dengan baik.
Diharapkan ada perencana yang dapat membuat konsep perencanaan dan program-program agrowisata untuk mengoptimalkan potensi yang ada.
4.
Kebijakan Pemerintah
Pemerintah mendukung pengembangan kawasan perkebunan teh kayu aro sebagai kawasan agrowisata dan akan mendukung dalam hal promosi.
Kurangnya koordinasi antara pihak pengelola perkebunan (PTPN VI) dengan pemerintah kabupaten Kerinci atau sebaliknya. Sehingga ada kawasan di dalam perkebunan pengelolaannya menjadi kurang optimal.
Diharapkan adanya peningkatan koordinasi yang baik antara pihak pengelola dan pemerintah setempat agar tujuan menjadikan kawasan perkebunan the Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata dapat tercapai.
69
70
LEGENDA:
Kendala: Danau Aroma Pecco yang menjadi salah satu sumber irigasi perkebunan mengering karena terjadi sedimentasi dan pemeliharaan sehingga debit air menurun
Potensi: Area ini memiliki topografi yang cukup landai sehingga cocok dikembangkan sebagai kawasan wisata umum. hal ini dilakukan untuk memberi variasi atraksi wisata bagi pengunjung agar tidak terkesan monoton dengan hanya melihat hamparan kebun teh
Danau Aroma Pecco Emplasment Perkebunan Teh
Solusi: Dilakukan pengurugan pada area danau dan membuat kawasan konsrvasi di sekitar badan danau
A, B, C, D : Afdeling Kebun Batas Afdeling Batas Tapak
Su ng a
Kendala: Sungai Lintang yang mengalir di sebelah barat tapak, debit airnya sudah terlihat menurun walupun tidak terlalu drastis tetapi akan mengurangi pasokan air perkebunan
iL
in
ta ng
C
D
Solusi: Disekitar perkebunan dibuat area tangkapan air sehingga perkebunan mempunyai cadangan persediaan air selain dari aliran Sungai Lintang
Kendala dan Potensi: Area pabrik teh baru digunakan sebagai tempat pengolahan dan produksi teh, padahal area ini bisa dikembangkan menjadi salah satu atraksi wisata yang menarik Solusi: Membuat program wisata berkunjung ke pabrik pengolahan/produksi teh sehingga pengunjung dapat melihat secara langsung dan akan menambah pengetahuan
Jalan Utama
B A Ke Sungai Penuh
Jalan Kebun
Kendala: Pemanfaatan area ini baru sebatas area budidaya tanaman teh, belum ada atraksi wisata yang menarik pengunjung sehingga potensi tapak belum termanfaatkan
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Solusi: Direncanakan adanya atraksi wisata yang berkaitan dengan budidaya tanaman teh sehingga pengunjung dapat ikut serta dan tau bagaimana proses budidayanya
Potensi: Pada area ini terdapat komplek perumahan karyawan dan staf perkebunan yang memiliki ciri khas zaman kolonial Belanda sehingga bisa dijadikan salah satu atraksi wisata yang menarik. disamping itu terdapat pula Wisma ria yang didalamnya terdapat sejarah dan informasi tentang perkebunan dan dari tempat ini pengunjung akan dapat memperoleh good view Gunung Kerinci yang menjulang tinggi
JUDUL PENELITIAN
PERENCANAAN LANSKAP KEBUN TEH KAYU ARO KABUPATEN KERINCI SEBAGAI KAWASAN AGROWISATA JUDUL GAMBAR
ANALISIS DIGAMBAR OLEH
OCCY BONANZA A34204002 DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. NIZAR NASRULLAH, M.Agr Kendala: Sirkulasi perkebunan masih kurang baik, berbatu dan berdebu sehingga kurang nyaman bagi pengunjung serta belum tertatanya dengan baik sehingga pengunjung tidak terarah sesuai dengan target wisata yang akan dicapai
TANGGAL
14 AGUSTUS 2008
Solusi: Dilakukan perbaikan jalan dan tata sirkulasi sehingga pengunjung dapat merasa nyaman dan teraah sesuai dengan target yang ingin dicapai.
SKALA
ORIENTASI
NO. GAMBAR
U 400
600 m
70
0
71
KONSEP PERENCANAAN
Konsep Dasar Konsep dasar dari perencanaan tapak adalah menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro sebagai kawasan yang tidak hanya sebagai kawasan kebun produksi akan tetapi ditingkatkan fungsinya sebagai kawasan wisata pertanian (agrowisata) sehingga perekebunan teh Kayu Aro dapat menjadi alternatif tempat berwisata dan rekreasi, dengan menyediakan fasilitas/utilitas untuk pelayanan wisata. Berdasarkan klasifikasi pemanfaatan sumberdaya menurut Clawson dan Knetch (1966) dalam Ari (2007), maka perencanaan sumberdaya kebun teh Kayu Aro dititik beratkan pada orientasi pertengahan (intermediate), yakni pemenuhan kebutuhan pengunjung seimbang dengan pengelolaan sumberdaya. Dalam perspektif sumberdaya, perencanaan agrowisata kebun teh Kayu Aro merupakan usaha pengembangan untuk mengelola dan melestarikan perkebunan teh yang sudah ada serta menjadikan kawasan perkebunan yang bermanfaat secara ilmiah dan alamiah bagi pengunjung. Pengelolaan maupun pengembangan kebun teh Kayu Aro sebagai kawasan agrowisata harus mampu mengakomodasi kepentingan produksi dan masyarakat dengan
tanpa
mengorbankan
kepentingan
ekologis.
Sehingga
dalam
perencanaannya akan dikembangkan beberapa fungsi yaitu: Fungsi Budidaya, berkaitan dengan keberlanjutan produksi teh Kayu Aro yang merupakan komoditas utama yang dikembangkan pada tapak serta untuk mempertahankan kualitas teh agar tetap baik. Fungsi Wisata, dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wisata masyarakat yang dituangkan dalam aktivitas-aktivitas wisata serta fasilitas penunjangnya yang diakomodasikan dalam tapak. Fungsi Pendidikan, berkaitan dengan pengetahuan budidaya tanaman teh dari proses awal sampai akhir kepada pengunjung perkebunan serta untuk mengetahui sejarah perkebunan dan benda-benda peninggalan sejarah pada zaman kolonial Belanda.
72
Fungsi Konservasi, dikembangkan karena mengingat kawasan ini berada di bawah kaki Gunung Kerinci dan dikelilingi oleh kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan kawasan penyangga Kabupaten Kerinci sehingga penggunaan kawasan perkebunan secara tidak langsung akan berpengarauh terhadap keseimbangan ekologis kawasan penyangga. Untuk itu, kondisi alami kawasan harus bisa tetap dipertahankan untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem dan keseimbangan ekologis.
Konsep Pengembangan Konsep agrowisata akan dikembangkan berdasarkan konsep dasar yang sudah ada sehingga akan direncanakan tujuh konsep pengembangan yaitu konsep wisata, ruang, sirkulasi, vegetasi, konservasi, fasilitas penunjang dan pengelolaan pengunjung.
Konsep Wisata Pemanfaatan sumberdaya tapak direncanakan untuk kegiatan berwisata dan rekreasi alam. Wisata yang akan dikembangkan adalah wisata pertanian yang menitik beratkan pada proses budidaya tanaman teh dari proses awal sampai teh siap dipasarkan dan wisata umum yang dapat berupa rekreasi aktif dan pasif. Aktivitas rekreasi aktif butuh banyak energi untuk melakukan kegiatannya yaitu: outbound, camping, tea walk, playground, cycle riding track, dan horse riding track, sedangkan rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras sehingga rekreasi ini hanya memerlukan energi yang sedikit yaitu: piknik, viewing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, studio alam, serta melukis. Konsep Ruang Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas. Perencanaan ruang ditujukan untuk menunjang kegiatan budidaya dan wisata pada tapak. Pembagian ruang direncanakan berdasarkan tujuan pengembangan tapak sehingga dibentuk ruang wisata pertanian, ruang wisata umum, ruang konservasi, dan ruang pelayanan.
73
Ruang Wisata Pertanian adalah ruang yang sudah ada pada tapak yang akan tetap dipertahankan untuk aktivitas budi daya dan produksi. Pada ruang ini terdapat kebun teh dan aktivitas produksi yang menjadi objek agrowisata. Menyaksikan kegiatan wisata pertanian ini, akan menambah pengetahuan pengunjung tentang proses budi daya tanaman teh hingga pengolahannya. Pengunjung juga dapat terlibat langsung dalam proses pembudidayaan. Ruang Wisata Umum adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas wisata umum. Pada ruang ini terdapat objek dan atraksi wisata non pertanian. Aktivitas wisata umum yang dikembangkan tidak terkait dengan proses produksi, tetapi berbentuk wisata alami. Ruang Konservasi. Ruang ini berfungsi untuk menjaga kondisi ekologis kawasan agar tetap terjaga keseimbangannya, menjaga agar danau yang ada pada tapak tidak terjadi pendangkalan serta untuk menjaga kondisi air tanah agar tetap baik sehingga bisa mencukupi kebutuhan air pada tapak.
Ruang Wisata Umum
Ruang Wisata Pertanian
Ruang Konservasi Air
Ruang Ruang Wisata Konservasi Pertanian Darat Ruang Wisata Pertanian Ruang Pelayanan
Gambar 30. Konsep Pembagian Ruang
74
Ruang Pelayanan. Ruang pelayanan terdiri dari area penerimaan dan area pelayanan wisata. Area penerimaan merupakan ruang yang pertama kali didatangi oleh pengunjung. Sedangkan area pelayanan wisata merupakan ruang yang akan menyediakan berbagai fasilitas penunjang wisata seperti tempat makan dan minum, tempat beristirahat, mesjid/musholla serta tempat memperoleh informasi. Area pelayanan informasi mencakup ruang multi media mengenai kawasan agrowisata kebun teh Kayu Aro dan aturan berwisata. Secara spasial, konsep ruang dapat dilihat pada Gambar 30.
Konsep Sirkulasi Sirkulasi yang direncanakan dalam tapak akan menghubungkan seluruh ruang yang terdapat dalam tapak, sehingga pengunjung dapat menjelajahi seluruh kawasan perkebunan dengan suasana alami. Sirkulasi yang direncanakan akan mengikuti jalur sirkulasi yang sudah ada pada perkebunan ini. Kalaupun membutuhkan jalur sirkulasi baru, maka akan dibuat dengan tetap menjaga keutuhan blok-blok kebun teh. Sirkulasi dikembangkan menjadi jalur interpretasi dan jalur pelayanan. Jalur interpretasi berfungsi sebagai jalur wisata baik pertanian maupun non pertanian dengan pola tertutup (loop) dengan titik-titik perhatian untuk menikmati objek dan atraksi wisata, jalur ini akan direncanakan bisa dilewati oleh pengguna yang ingin berjalan kaki, bersepeda, berkuda maupun berkendaraan tetapi akan dibatasi sesuai dengan program-program wisata yang direncanakan. Aktivitas teawalk bisa di dilakukan dengan berjalan kaki, bersepeda maupun berkuda tergantung dari jauhnya rute perjalanan yang diinginkan. Jalur interpretasi dibagi menjadi jalur interpretasi utama yang berada sepanjang jalan utama dan jalur interpretasi kebun yang berada di dalam area perkebunan. Jalur pelayanan merupakan jalur sirkulasi penunjang aktivitas wisata interpretasi yang terdapat pada ruang wisata dan pelayanan. Jalur pelayanan pada ruang wisata pertanian selain sebagai jalur pelayanan wisata berfungsi juga sebagai jalur pemeliharaan dan pemetikan teh yang digunakan oleh para pekerja perkebunan. Secara spasial, konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 31.
75
Keterangan: Atraksi Jalur Pelayanan Jalur Interpretasi
m
Gambar 31. Konsep Sirkulasi
Konsep Vegetasi Vegetasi yang digunakan dalam perencanaan kawasan agrowisata kebun teh Kayu Aro memiliki fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tujuan yang dicapai. Jenis vegetasi yang direncanakan didasarkan atas fungsinya yaitu sebagai fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah dan fungsi pembatas. Vegetasi produksi berfungsi sebagai pembentuk ruang terbuka hijau dan sebagai komoditi produksi utama yang memiliki nilai jual. Jenis vegetasi yang digunakan sebagai vegetasi produksi adalah tanaman teh yang merupakan vegetasi utama perkebunan. Vegetasi estetis berfungsi sebagai vegetasi yang dapat menunjang dan menciptakan suasana nyaman serta sebagai pelembut suasana yang secara umum dapat menambah keindahan kawasan. Konsep ini dapat diterapkan di daerah penerimaan, di sekitar bangunan, di sekitar danau dan di sekitar area rekreasi.
76
Vegetasi pengarah bertujuan untuk mengarahkan sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan angin. Jenis vegetasi untuk fungsi pengarah diutamakan memiliki ketinggian, bentuk dan kepadatan tertentu yang sesuai dengan kesan ruang yang ingin diciptakan. Vegetasi pengarah akan dikembangkan sepanjang jalur sirkulasi pengunjung. Vegetasi pembatas berfungsi sebagai pembatas ruang (barrier) dan pembatas pandangan (screening control). Pada tapak, vegatasi ini akan dikembangkan sebagai penyangga dan ditempatkan disekeliling tapak, di sekitar lereng, disekitar daerah rekreasi dan daerah parkir. Sebagai pembatas ruang, vegetasi ini juga digunakan untuk menutupi pemandangan yang kurang baik dan menciptakan suatu privasi. Jenis vegetasi yang digunakan untuk pembatas adalah tanaman pagar yang dapat dikombinasikan antara pohon, perdu dan semak yang memiliki ketinggian tertentu dan nilai keindahan.
Konsep Konservasi Konsep konservasi yang direncanakan pada tapak adalah konsep yang akan mempertahankan dan mengembalikan kondisi ekologis pada tapak agar keseimbangannya tetap terjaga. Aspek lanskap yang menjadi pusat perhatian adalah konservasi tanah dan air. Hal ini karena topografi lahan yang beragam dan banyak yang curam sehingga bisa menyebabkan erosi, sifat tanah yang mudah terurai, serta kondisi ketersediaan air yang kurang pada saat musim kering. tindakan yang bisa dilakukan salah satunya dengan menanam vegetasi yang bisa untuk konservasi tanah dan air, melakukan pengurugan pada kawasan danau yang sudah tersedimentasi dan menanam vegetasi yang bisa mempertahankan kondisi badan air.
Konsep Fasilitas/Utilitas Fasilitas yang dikembangakan dalam tapak merupakan fasilitas penunjang aktivitas wisata dan fungsi masing-masing ruang. Kriteria khusus dalam pemilihan bahan untuk fasilitas yang akan ditempatkan pada tapak diantaranya harus bisa beradaptasi terhadap iklim dan tidak mudah rusak. Serta bentukan
77
arsitektur fasilitasnya akan disesuaikan dengan arsitektur masyarakat lokal yang khas. Fasilitas penunjang wisata untuk interpretasi meliputi jalan setapak, papan informasi (signboard), papan penunjuk arah, pergola, gapura, bangku, meja taman, lampu jalan, pagar, dek kayu, gazebo, shelter, perahu kecil, tempat sampah, dan menara pandang. Fasilitas-fasilitas ini menyebar pada masingmasing ruang seperti dikawasan danau, di sepanjang tracking di dalam perkebunan, area piknik dan beberapa tempat yang memiliki visual yang menarik. Penempatan fasilitas interpretasi ini disesuaikan dengan kondisi fisik tapak (kemiringan lahan), keharmonisan letak fasilitas dan orientasi terhadap jalan, sedangkan perkiraan besar/luas fasilitas disesuaikan dengan standar yang ada, daya dukung terhadap fungsi dan jumlah pemakainya. Fasilitas interpretasi wisata disebar pada seluruh ruang wisata, sehingga pengunjung dapat menyebar dalam tapak, baik secara individu maupun berkelompok. Fasilitas penunjang lain meliputi: pintu masuk (main gate), pos jaga, loket penjualan karcis, tempat parkir, mesjid/musholla, tempat makan, penginapan, kios penjualan cendera mata, kios penyewaan alat dan gedung pusat informasi. Disamping itu, fasilitas penunjang pengelolaan berada pada daerah akses utama yang digunakan untuk pengolahan produksi kebun dan pengelolaan pengunjung.
Konsep Pengelolaan Pengunjung Pengelolaan pengunjung sangat diperlukan agar terciptanya kondisi yang nyaman dan aman bagi pengunjung sehingga pada akhirnya tujuan yang ingin diperoleh pengunjung saat mendatangi kawasan wisata bisa tercapai. Kawasan agrowisata kebun teh Kayu Aro terbuka untuk umum tanpa ada batasan secara subjektif. Pengunjung yang datang boleh perorangan maupun berkelompok. Waktu kunjungan ke kawasan akan dibatasi dan disesuaikan dengan program-program yang ditawarkan oleh pihak pengelola perkebunan. Pengunjung yang ingin menikmati atraksi yang ada pada tapak boleh meminta panduan dari pihak pengelola atau meminta informasi pada pihak pengelola. Untuk memasuki kawasan agrowisata ini, pengunjung akan dikenakan biaya retribusi yang telah ditentukan.
78
Konsep Pengembangan Paripurna Konsep pengembangan paripurna merupakan konsep gabungan dari konsep yang ada. Dalam konsep ini akan dihasilkan alternatif-alternatif perencanaan, yang nantinya akan dipilih satu alternatif yang terbaik yang akan dilanjutkan menjadi rencana lanskap (landscape plan). Alternatif 1 Pada Alternatif 1 pembagian ruang sudah terlihat dengan jelas sesuai dengan konsep pembagian ruang yang telah direncanakan. Pada konsep Alternatif 1 direncanakan jangkauan sirkulasi tidak begitu jauh dan sedikit menggunakan sirkulasi yang ada di dalam perkebunan. Hal ini bertujuan agar akses bagi pengunjung yang ingin masuk ke kawasan atraksi wisata tidak terlalu jauh dan cepat. Akses menuju kawasan atraksi wisata dipilih dekat dengan jalur utama sehingga pengunjung tidak perlu mengitari perkebunan untuk mencapai kawasan atraksi. Konsep Alternatif 1 dapat dilihat pada Gambar 32.
Ruang Wisata Pertanian Ruang Wisata Umum
Ruang Konservasi Air
Ruang Ruang Konservasi Wisata Pertanian Darat
Ruang Pelayanan
Ruang Wisata Pertanian
Ruang Penerimaan
Gambar 32. Alternatif 1 Konsep Pengembangan Paripurna
79
Alternatif 2 Pada Alternatif 2 konsep pembagian ruangnya sama dengan Alternatif 1, yang membedakannya adalah jangkauan sirkulasi pada tapak. Pada Alternatif 2 ini jangkauan sirkulasinya lebih jauh daripada Alternatif 1 dan banyak menggunakan jalur sirkulasi dalam perkebunan sebagai jalur tracking. Dengan jangkauan sirkulasi yang luas, pengunjung akan lebih leluasa dalam menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar perkebunan dan akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak dari perjalanan yang dilakukan. Untuk mencapai kawasan atraksi wisata, sudah direncanakan jalur trekking alami yang mengikuti sirkulasi jalan yang sudah ada di dalam perkebunan, sehingga pengunjung akan menikmati atraksi wisata secara lengkap.
Ruang Wisata Pertanian Ruang Wisata Umum
Ruang Konservasi Air
Ruang Ruang Wisata Konservasi Pertanian Darat Ruang Pelayanan
Ruang Wisata Pertanian
Ruang Penerimaan
Gambar 33. Alternatif 2 Konsep Pengembangan Peripurna
Dari kedua alternatif yang ada, dipilih Alternatif 2 yang akan dilanjutkan menjadi landscape plan. Hal ini karena pada alternatif 2, pengalaman yang akan diperoleh pengunjung akan lebih banyak jika dibandingkan dengan Alternatif 1.
80
Kendala jauhnya jangkauan sirkulasi pada Alternatif 2 dapat ditanggulangi dengan menyediakan kendaraan wisata yang disiapkan oleh pihak pengelola. Pengunjung juga dapat melakukan perjalanan dengan menggunakan sepeda atau kuda yang dapat disewa di tempat penyewaan alat. Alternatif 2 akan memberikan kesan wisata yang lengkap, bukan hanya menikmati atraksi-atraksi yang ditawarkan, tetapi dapat melakukan perjalanan wisata dengan menikmati pemandangan indah dan alami dari kawasan perkebunan.
81
PERENCANAAN LANSKAP
Perencanaan lanskap kawasan agrowisata kebun teh ini terdiri dari rencana ruang, rencana aktivitas wisata, rencana fasilitas, rencana vegetasi, rencana pengelolaan pengunjung, dan rencana daya dukung wisata. Perencanaan dalam bentuk gambar dapat dilihat pada Rencana Lansekap (landscape plan)
yang
terdapat pada Gambar 35.
Rencana Ruang Ruang Wisata Ruang wisata adalah ruang bagi pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata. Pada ruang ini direncanakan adanya berbagai atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung. Ruang wisata direncanakan tersebar di dalam perkebunan sesuai dengan kondisi dan potensi tapak. Ruang wisata dibagi menjadi subruang wisata pertanian dan subruang wisata umum. Subruang wisata pertanian adalah ruang yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata pertanian seperti melakukan/melihat proses budi daya sampai pengolahan tanaman teh dengan luas ruang 1.143,3 ha. Area yang menyediakan aktivitas di ruang ini, meliputi semua area pada tapak yang ditanami tanaman teh. Subruang wisata umum adalah ruang yang digunakan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata nonpertanian dengan luas ruang 54,6 ha. Area pada tapak yang akan menyediakan aktivitas di ruang ini adalah area yang tidak ditanami tanaman teh, tetapi masih berada di dalam kawasan perkebunan teh.
Ruang Konservasi Ruang konservasi adalah ruang yang memiliki tingkat kesesuaian wisata rendah. Ruang ini terletak pada daerah-daerah yang berbahaya atau curam pada kawasan perkebunan dan dibagi menjadi ruang konservasi darat dan ruang konservasi air. Ruang konservasi ini tersebar di beberapa titik pada kawasan perkebunan, salah satunya pada kawasan sekitar danau Aroma Pecco termasuk danaunya, serta daerah-daerah curam dari kontur-kontur bukit teh yang ada pada kawasan. Secara spasial letak ruang ini bisa dilihat pada Gambar 35. Ruang
82
konservasi memiliki daya dukung rendah sehingga berfungsi sebagai penyangga, pelindung area yang peka terhadap gangguan, penjaga tata air, dan sebagai objek wisata visual dengan aktivitas wisata yang terbatas.
Ruang Pelayanan Ruang pelayanan adalah ruang untuk memberi pelayanan kepada pengunjung dan juga memberikan pelayanan untuk kegiatan perkebunan dan produksi. Ruang ini ditempatkan menjadi ruang pertama yang dikunjungi karena ruang ini menyajikan kebutuhan pengunjung sebelum melakukan aktivitas wisata. Ruang ini direncanakan dibangun pada topografi lahan yang landai sampai sedang. Hal ini agar mempermudah dan mengefisienkan akses pengunjung untuk menuju kawasan ini. Ruang ini dibagi lagi menjadi subruang penerimaan dan sub ruang pelayanan wisata. Subruang penerimaan merupakan area yang pertama kali dikunjungi sebelum pengunjung diarahkan menuju ruang pelayanan. Luas ruang ini yaitu 10,3 ha yang terletak pada awal memasuki area perkebunan di sebelah selatan tapak. Secara spasial, letak ruang ini dapat dilihat pada Gambar 35. Pada ruang ini akan terdapat pintu gerbang yang menandakan ucapan selamat datang di kawasan perkebunan, parkir kendaraan, dan pos jaga. Aktivitas penerimaan dilakukan oleh pihak pengelola PTPN VI Kayu Aro. Subruang pelayanan wisata merupakan ruang yang akan mengakomodasi kebutuhan pengunjung. Pada ruang ini akan tersedia pusat informasi wisata, restoran, penginapan, kios cendramata, kios penyewaan alat, dan mesjid/musholla. Aktivitas pelayanan wisata dilakukan oleh pihak pengelola PTPN VI Kayu Aro yang bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
Tabel 9. Alokasi Perencanaan Ruang Ruang Wisata Konservasi Pelayanan Jumlah
Sub Ruang Wisata Pertanian Wisata Umum Konservasi Darat Konservasi Air
Luas (ha) 1.143,3 54,6 42,8 3 10,3 1.254
Persentase (%) 81,1 4,4 3,4 0,2 0,8 100
83
Rencana Aktivitas Wisata Wisata Pertanian Wisata pertanian merupakan wisata yang dilakukan langsung di area budi daya tanaman teh. Pada ruang ini, para wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya serta pengunjung juga diajak ikut dalam proses budi daya seperti ikut dalam proses penyetekan atau memetik daun teh. Akhir aktivitas wisata pertanian setelah berkeliling pada area budi daya tanaman teh berada pada pabrik pengolahan. Di pabrik pengolahan, para wisatawan dapat melihat langsung bagaimana proses pengolahan daun teh dari awal sampai menjadi teh yang siap untuk dipasarkan. Dalam wisata pertanian direncanakan pula aktivitas non-pertanian yang masih berkaitan dengan perkebunan teh, yaitu mengunjungi dan melihat peninggalan-peninggalan sejarah zaman kolonial Belanda seperti pabrik teh, alatalat perkebunan yang sudah tua, wisma ria yang di dalamnya terdapat sejarah perkembangan
perkebunan
teh
Kayu
Aro,
serta
perumahan-perumahan
karyawan/staf perkebunan.
Wisata Umum Untuk menunjang kegiatan wisata pertanian, serta agar tidak menimbulkan kesan monoton terhadap kawasan perkebunan, di rencanakan pula adanya wisata umum yaitu wisata non pertanian. Area yang menyediakan aktivitas ini tersebar dibeberapa titik dalam kawasan perkebunan yang memiliki potensi yang mendukung untuk diadakan aktivitas rekreasi yakni di sekitar area danau Aroma Pecco dan ruang wisata umum. Aktivitas rekreasi dibagi menjadi rekreasi bersifat aktif dan rekreasi bersifat pasif. Aktivitas rekreasi aktif yang dapat dilakukan yaitu: outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track dan horse riding track. Aktivitas rekreasi pasif yang dapat dilakukan yaitu: picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam dan melukis.
84
Tabel 10. Hubungan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Ruang Wisata
Sub Ruang Wisata Pertanian
Wisata Umum
Konservasi Darat
Air
Pelayanan
Fungsi Wisata Pertanian
Rekreasi
Aktivitas Budidaya, mulai dari pembibitan sampai pengolahan hasil dan pemasaran, tea walk, observasi ke pabrik teh. Outbound, camping, bersampan, tea walk, cycle riding track, horse riding track, playground, picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam dan melukis.
Fasilitas Jalur sirkulasi, area budidaya dan pabrik pengolahan.
Track trail, jalur sirkulasi, shalter, sepeda, kuda, area camping, peralatan camping, sign board, pos jaga, bangku, shelter, open area, permainan anak-anak, jalur sirkulasi, dan penerangan.
Konservasi dan wisata pasif
Jalan-jalan, interpretasi alam, menikmati pemandangan, photo hunting
Jalur sirkulasi, sign board, dan gazebo/shelter
Konservasi dan rekreasi
Memancing, bersampan, photo hunting
Penerimaan Penerimaan
Penyambutan, membeli tiket, parkir, menjaga keamanan kawasan.
Sampan, deck kayu, shelter, dan alat pancing Welcome area, plaza, loket karcis, tempat parkir dan pos jaga
Persiapan
Persiapan
memperoleh informasi wisata
Gedung pusat Informasi.
Pelayanan wisata
Pelayanan
Kegiatan administrasi, beribadah, istirahat, makan-minum, membeli souvenir, menginap
Kantor pengelola/administrasi, tempat ibadah, penginapan, restoran, toilet, kios-kios souvenir
Rencana Sirkulasi Pola sirkulasi yang direncanakan pada tapak tetap mengikuti pola sirkulasi alami yaitu mengikuti sirkulasi yang sudah ada sesuai dengan topografi tapak yang berkontur. Sirkulasi yang direncanakan dikembangkan menjadi jalur interpretasi dan jalur pelayanan yang terlihat pada Gambar 31.
85
Jalur Interpretasi Jalur interpretasi merupakan sirkulasi yang akan mengarahkan wisatawan untuk dapat menyaksikan atraksi-atraksi yang tersebar di dalam kawasan perkebunan. Jalur ini dapat dilalui dengan berjalan kaki, bersepeda, maupun berkuda tergantung pada jauhnya rute perjalanan. Lebar jalan akan mengikuti lebar alami yang sudah ada pada tapak dan rencanakan pelebaran jalan berkisar 23 m dapat dilihat pada Gambar 35. Jenis atraksi yang ingin dinikmati pengunjung akan berpengaruh kepada jarak tempuh dan sirkulasi yang dilalui. Bagi pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata di dalam perkebunan akan tetapi lokasi atraksi tersebut berada cukup jauh, maka pengunjung dapat menggunakan sepeda, kuda atau kendaraan wisata yang telah disediakan pengelola dan bisa disewa sehingga para wisatawan bisa menikmati perjalanan dengan santai dan nyaman. Sepanjang jalur sirkulasi terdapat shelter dan menara pandang sebagai tempat pemberhentian (stop area) bagi pengunjung yang merasa lelah dan butuh istirahat setelah melakukan perjalanan wisata.
Gambar 34. Ilustrasi sirkulasi interpretasi
Jalur Pelayanan Jalur pelayanan dibuat untuk menghubungkan ruang wisata dan ruang pelayanan. Jalur pelayanan berupa jalan utama dan jalan setapak. Jalan utama merupakan jalan existing berupa jalan aspal yang mempunyai lebar 5 m yang sudah sesuai dengan standar jalan yang ideal yang dikemukakan oleh Chiara dan Koppelman (1990) yang menyatakan lebar jalan masuk mobil untuk dua kendaraan minimal 15-18 kaki (4,57-5,49 m). Jalan setapak direncanakan dibuat menggunakan paving konblok supaya dapat menyerap air, yang mempunyai lebar
86
1,6m. Jalur pelayanan juga digunakan untuk akses masuk para pekerja perkebunan untuk masuk ke perkebunan, akan tetapi akses masuknya dibedakan dengan akses masuk penggunjung sehingga tidak saling mengganggu. Jalan kebun yang digunakan para pekerja perkebunan mengikuti pola jalan alami yang sudah ada tanpa ada pelebaran.
Rencana Fasilitas/Utilitas Perencanaan berbagai fasilitas disesuaikan dengan aktivitas yang direncanakan dalam tapak. Perencanaan fasilitas merujuk pada data kuisioner pada saat inventarisasi dan standar fasilitas yang harus ada pada kawasan wisata. Beberapa arahan dalam penentuan jenis fasilitas diantaranya sebagai berikut: 1. Fasilitas yang akan dialokasikan dalam tapak harus dapat menunjang tujuan pengembangan tapak. 2. Fasilitas dapat menampung kebutuhan pengunjung dan pengelola. Fasilitas yang direncanakan pada area penerimaan terdiri dari akses keluar masuk tapak, jalur sirkulasi dua arah berada pada satu tempat dengan fasilitas pintu gerbang dan pos penjagaan utama. Sepanjang jalur masuk menuju area penerimaan diberi pengarah berupa tanaman pengarah dan umbul-umbul. Selain itu juga dibuat papan penunjuk yang diletakkan sepanjang jalur penerimaan yang dibuat mencolok dan menarik perhatian pengunjung. Area penerimaan ini terdapat didekat pintu masuk utama dengan fasilitas berupa loket tiket, kantor pusat informasi dan area parkir untuk pengunjung yang membawa kendaraan, baik untuk kendaraan roda empat maupun kendaraan roda dua. Tipe parkir yang digunakan adalah yang bersudut 60˚ dengan luas parkir 5000 m2 yang dapat menampung 150 unit kendaraan. Menurut Chiara dan Koppelman (1990), kebutuhan parkir 1 mobil ukuran standar yaitu lebar 2,4-3 meter dan panjang 6 meter. Di sekitar parkir ditanami tanaman peneduh agar kendaraan yang terparkir bisa ternaungi dan tidak panas. Fasilitas yang terdapat pada area persiapan terdiri dari gedung pusat informasi dimana pengunjung bisa mendapatkan berbagai informasi tentang wisata agro kebun teh Kayu Aro. Informasi yang bisa diperoleh diantaranya mengenai aktivitas, fasilitas dan program wisata yang dapat dinikmati serta
87
obyek-obyek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Informasi yang diberikan bisa berupa informasi langsung dari pihak pengelola atau informasi tertulis yang dibuat dalam bentuk brosur-brosur, foto-foto, peta wisata serta papan informasi. Pada area ini juga terdapat informasi mengenai peraturan dan tata tertib berwisata, parkir kendaraan perkebunan yang akan membawa pengunjung melakukan trekking. Pada area pelayanan terdapat fasilitas berupa gedung pengelola, gedung serbaguna yang di rancang sesuai dengan bentuk rumah adat masyarakat Kerinci hal ini bertujuan agar ciri khas masyarakat Kerinci dapat ditonjolkan, terdapat pula restoran, penginapan, kios penyewaan alat, dan kios-kios souvenir. Fasilitasfasilitas ini dibangun di area pelayanan yang dibangun secara terpisah (tunggal). Penginapan disediakan untuk wisatawan yang ingin menikmati wisata lebih dari satu hari atau yang ingin beristirahat untuk melepas lelah. Fasilitas pada area wisata terdiri dari jalur sirkulasi alami berupa jalan setapak atau tracking, shelter yang diletakkan pada titik-titik tertentu yang berjarak ±1 km sepanjang jalur sirkulasi. Shelter ini bisa digunakan pengunjung sebagai tempat berteduh atau istirahat sambil menikmati pemandangan alam sekitar. Untuk interpretasi alam pada titik-titik tertentu dilengkapi juga dengan menara pandang. Pada area wisata umum terdapat area camping, area outbound, fasilitas bermain anak, bangku-bangku taman, dan gazebo. Pada area rekreasi sekitar danau disediakan fasilitas area piknik berupa lapangan rumput, perahu kecil/sampan yang bisa digunakan pengunjung untuk berkeliling danau, tersedia pula deck kayu yang terletak menjorok ketengah danau yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau memancing. Disekitar danau disediakan tempat penyewaan alat-alat pancing bagi wisatawan yang tidak membawa alat pancing sendiri. Pada setiap area wisata selalu disediakan pos jaga. Hal ini untuk memberikan keamanan dan kenyamanan dalam berwisata. Pada area konservasi disediakan fasilitas berupa jalur jalan setapak, papan informasi, shelter dan menara pandang. Area konservasi memiliki daya dukung rendah untuk dapat menampung pengunjung oleh sebab itu tidak banyak fasilitas dan aktivitas yang dilakukan di kawasan ini. Fasilitas yang dibangun diusahakan
88
semaksimal mungkin yang alami dan semi permanen. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekologis kawasan. Sedangkan aktivitas yang bisa dilakukan adalah aktivitas jalan-jalan, interpretasi alam, menikmati pemandangan dan melakukan penelitian.
Tabel 11. Rencana Fasilitas No Jenis fasilitas A. Fasilitas Penunjang Rekreasi 1 Jalur Utama 2 Jalur Sirkulasi Kebun 3 Track trail 4 Area Camping 5 Area Outbound 6 Papan Informasi 7 Shelter 8 Penunjuk Arah 9 Gazebo 10 Meja dan Bangku Taman 11 Jalur sepeda/kuda 12 Dek Kayu 13 Perahu Kecil 14 Permainan Playground 15 Menara Pandang B. Fasilitas Pelayanan Wisata 1 Pintu Gerbang 2 Pos Jaga 3 Loket Penjualan Tiket 4 Parkiran 6 Kantor Pusat Informasi 7 Musholla 8 Toilet 9 Restoran 10 Penginapan 11 Kios Cendramata 12 Kios Penyewaan Alat
Dimensi Satuan
Jumlah
l 5-6 l 2-3 l 0,6 - 1 3000 3500 0,5x0,6 3x1,2 0,3x0,5 2,5x2,5
1 1 1 1 1 30 30 40 25 30 set 1 1 5 1 set 15
m m m m2 m2 m m m m
l 2,4 - 3 m 6x5 m 3x1,5x0,5 m 5x5x10 m 6x1x5 4 9 5000 200 36 2 2000 6000 15 15
m m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
2 7 2 1 1 3 15 1 1 15 10
Utilitas pada kawasan perkebunan teh ini berasal dari sumber daya yang sudah ada pada tapak. Sumber air bersih berasal dari mata air dan PDAM yang mengalir untuk seluruh kawasan melalui saluran-saluran drainase yang telah disiapkan. Listrik sebagai sumber energi dan penerangan berasal dari saluran listrik yang telah disediakan oleh PLN. Pada kawasan perkebunan ini juga disediakan mesin jenset milik perkebunan untuk menanggulangi kebutuhan listrik
89
yang tidak dapat dipenuhi oleh PLN. Pengunjung yang datang pada kawasan ini tidak perlu merasa khawatir dalam melakukan komunikasi, karena pada kawasan ini tersedia jaringan penggunanan telepon seluler sehingga dapat memudahkan pengunjung dalam berkomunikasi.
Rencana Vegetasi Perencanaan vegetasi bertujuan untuk menata berbagai macam bentuk tanaman sehingga memiliki klasifikasi fungsi yang sistematis. Setiap tanaman diharapkan memiliki minimal satu fungsi. Pembagian fungsi tanaman ini diarahkan untuk mengisi ruang sebagai unsur utama, membentuk ruang dan membentuk batas ruang pada area tertentu. Sebagian besar tanaman tetap dipertahankan keberadaannya sesuai dengan kondisi existing, sehingga rencana penataan vegetasi juga memperhatikan perencanaan sebelumnya. Rencana vegetasi pada tapak akan disesuaikan dengan fungsi yang ingin dicapai yaitu: fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah dan fungsi pembatas. Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman produksi adalah tanaman teh (Camelia sinensis) karena tanaman ini memang menjadi tanaman utama yang diproduksi perkebunan. Tanaman teh tersebar diseluruh kawasan tapak dengan luas 1.143,3 ha akan tetap dipertahankan. Vegetasi yang digunakan untuk meningkatkan estetika direncanakan tanaman yang memiliki nilai keindahan yang khas pada bagian-bagian tanamannya seperti bentuk pertajukan, warna, tekstur bunga, daun dan batang tanaman. Keindahan dari tanaman juga tercipta dengan adanya bayangan, perubahan ketinggian dan kombinasi yang harmonis antara warna, tekstur dan bentuk tanaman dengan lanskap sekitarnya (Carpenter et al, 1975). Tanaman yang memiliki fungsi estetis akan dikembangkan di daerah penerimaan (welcome area), disekitar gedung pengelola, di area piknik dan di sekitar bangunan-bangunan yang letaknya strategis. Beberapa alternatif tanaman yang ditanam untuk fungsi estetis antara lain: palem sadeng (Livistona rotundifolia), cemara natal (Araucaria columnaris), kayu manis (Cinnamomum burmanii), flamboyan (Delonix regia), sikat botol (Callistemon cifrinus), pisang kipas (Ravenala madagascariensis), agave (Agave
90
augustifolia), lidah buaya (Aloe vera), krisan (Chrysanthemum sp.), cana (Canna indica), bunga bokor (Hydrangea macrophylla), dahlia (Dahlia variabilis), gladiol (Gladiolus sp.) dan alamanda (Allamanda cathartica). Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pembatas berfungsi untuk membatasi suatu lokasi, sehingga menimbulkan kesan ruang tertentu. Secara umum, karakteristik tanaman yang berfungsi sebagai tanaman pembatas harus mempunyai ketinggian antara 0,9-1,2 m, ditanam pada jarak dengan jarak berdekatan/rapat dan ditanam secara bervariasi dalam berbagai tekstur, warna dan ukuran (Carpenter et al., 1975). Tanaman pembatas terdapat sepanjang batas pagar tapak, disekitar perkebunan teh sebagai tanaman penyangga (buffer), disekitar daerah rekreasi dan di sekitar daerah parkir sebagai tanaman pembatas fisik (barrier), pengatur pandangan (visual control) dan dapat menjadi daerah transisi yang membedakan dengan kawasan sekitarnya. Selain itu, tanaman yang terdapat di sekitar daerah parkir diusahakan dapat mengendalikan iklim mikro agar kendaraan yang diparkir bisa ternaungi dan tidak panas. Kriteria vegetasi pembatas yang terdapat di sekeliling tapak menurut Nurisjah (1991) dijelaskan sebagai berikut: mempunyai tajuk yang cukup rindang untuk memberi keteduhan yang optimum, mempunyai perakaran yang baik (tidak dangkal), tidak menghasilkan buah yang besar dan menarik, ketinggian serta besarnya pohon harus dijamin tidak merusak sarana dan prasarana yang ada dan satu jenis tanaman pada satu bagian jalur tertentu untuk mendapatkan kesan rapi dan orientasi. Beberapa alternatif tanaman yang digunakan untuk tanaman pembatas antara lain: cemara norflok (Araucaria heterophylla), palem sadeng (Livistona rotundifolia), ki hujan (Samanea saman), mahoni (Swietenia mahagoni), kayu putih (Eucaliptus alba), damar (Agathis dammara), sikat botol (Callistemon cifrinus), bauhinia (Bauhinia purpurea), palem wregu (Rhapis exelsa), cana (Canna indica), hyasin (Hyacintus orientalis), lavender (Plectranthus sp.), lidah mertua (Sanseviera trifasciata), bambu pagar (Bambusa multiplex), soka (ixora sinensis), dan lili paris (Chlorophytum comosum). Vegetasi yang digunakan sebagai tanaman pengarah berfungsi untuk mengarahkan pergerakan pengunjung pada gambar rencana lanskap (Gambar 35),
91
salah satunya vegetasi ini dapat dilihat di sepanjang jalur utama. Tanaman ini terdapat di sepanjang jalur yang digunakan untuk pergerakan pengunjung dan sekaligus sebagai peneduh. Karakteristik pohon yang digunakan di tepi jalan antara lain: tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, percabangan tidak menjuntai ke bawah, tidak menghasilkan buah yang besar dan licin bila diinjak, tidak beracun, tidak menghasilkan bau yang tidak enak, tidak mengundang serangga dan hama, sarasah yang dihasilkan sedikit, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, pohon secara keseluruhan indah, berumur panjang, pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap hama penyakit (Harris dan Dines, 1988). Beberapa alternatif tanaman yang digunakan sebagai tanaman pengarah diantaranya kasia (Cassia siamea), asoka (Saraca indica), teh-tehan (Acalypha macrophyla),
taiwan
beauty
(Cuphea
sp.),
kembang
sepatu
(Hibiscus
rosasinensis), cana (Canna indica), kecubung (Brugmansia sp.), sikat botol (Callistemon cifrinus), cemara norflok (Araucaria heterophylla), dan kayu manis (Cinnamomum burmanii).
Rencana Pengelolaan Pengunjung Pengelolaan pengunjung dilakukan sepenuhnya oleh pihak pengelola perkebunan yaitu PTPN VI Kayu Aro. Pengunjung yang baru mamasuki kawasan perkebunan dikonsentrasikan terlebih dahulu pada area penerimaan. Pada area penerimaan ini pengunjung dapat membeli tiket, memarkir kendaraan, memperoleh informasi wisata dan memilih wisata apa yang diinginkan. Setelah para wisatawan paham dengan aturan berwisata dan mengetahui wisata yang ingin dikunjung, maka para pengunjung dapat langsung diarahkan ke tempat-tempat atraksi melalui jalur sirkulasi yang telah ditentukan. Pengunjung yang ingin dipandu saat berwisata juga dapat meminta jasa guide yang telah disediakan oleh pihak pengelola. Pada kawasan wisata juga telah disebar pos-pos jaga yang bertujuan untuk memberi kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung serta sebagai tempat memperoleh informasi. Pengunjung juga
92
akan dibekali dengan peta lokasi wisata sehingga pengunjung dapat mengitari kawasan wisata dengan perorangan atau berkelompok. Sirkulasi persebaran pengunjung akan disesuaikan dengan sirkulasi wisata yang telah direncanakan. Hal ini bertujuan agar para pengunjung dapat menikmati atraksi-atraksi yang ada secara maksimal dan menghindari persebaran pengunjung ke kawasan yang bukan merupakan kawasan wisata. Aktivitas berwisata pengunjung akan berakhir pada area pelayanan. Di area ini pengunjung dapat beristirahat serta membeli berbagai macam souvenir.
Rencana Daya Dukung Wisata Pengendalian jumlah daya dukung melalui perencanaan daya dukung wisata bertujuan untuk menentukan kapasitas pengunjung. Jumlah pengunjung yang sedikit akan mengakibatkan perencanaan kawasan menjadi tidak produktif. Sebaliknya, jumlah pengunjung yang banyak akan menyebabkan terganggunya fungsi ekologis kawasan. Menurut Boullon (2004), daya dukung kawasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: DD =
T
A S
= DD x K
K =
N R
DD : daya dukung tapak (m2/orang) A : area yang digunakan sebagai kawasan wisata S : standar rataan individu T : total hari kunjungan yang diperkenankan K : koefisien rotasi N : jam kunjungan per hari area yang diizinkan R : rata-rata waktu kunjungan
Penentuan nilai daya dukung berdasarkan standar kebutuhan luas terhadap personal pengunjung pada masing-masing ruang. Kawasan wisata umum yang direncanakan seluas 54,6 ha mempunyai standar kebutuhan ruang menurut proporsi pada ruang wisata alam adalah 500 m2/orang sehingga untuk daya dukung maksimum kawasan wisata umum ini adalah 1.092 orang setiap kunjungan. Ruang wisata umum menjadi standar maksimal banyaknya daya dukung pengunjung karena rata-rata pengunjung akan masuk dan menikmati atraksi yang ada pada area wisata umum ini, baik setelah atau sebelum menikmati wisata pertanian.
93
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Perkebunan teh Kayu Aro memiliki potensi alam yang indah berupa hamparan teh yang luas disertai dengan adanya proses pengolahan di dalamnya dan terdapat pula view Gunung Kerinci yang menjulang tinggi sebagai background perkebunan sehingga kawasan ini cocok dijadikan kawasan agrowisata. Selain itu, kondisi fisik dan sosial kawasan perkebunan sangat mendukung kawasan ini dijadikan sebagai alternatif kawasan wisata di Kabupaten Kerinci. Konsep dasar dari perencanaan tapak adalah menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro sebagai kawasan yang tidak hanya sebagai kawasan kebun produksi akan tetapi ditingkatkan fungsinya sebagai kawasan wisata pertanian (agrowisata) sehingga perekebunan teh Kayu Aro dapat menjadi alternatif tempat berwisata dan rekreasi, dengan menyediakan fasilitas/utilitas untuk pelayanan wisata. Total kawasan yang direncanakan adalah 1.254 ha. Ruang yang dikembangkan pada kawasan adalah ruang wisata pertanian dengan total luas 1.143,3 ha (81,1%), ruang wisata umum dengan luas 54,6 ha (4,4%), ruang konservasi dengan luas 43,1 ha (3,4%), dan ruang pelayanan dengan luas 10,3 ha (0,8%). Aktivitas wisata yang dapat dilakukan adalah wisata pertanian, yaitu para wisatawan dapat langsung mengetahui cara pembudidayaan tanaman teh sampai pada proses pengolahannya yang terdapat pada ruang wisata pertanian, dan wisata umum, yaitu wisata nonpertanian antara lain outbound, camping, bersampan, play ground, tea walk, cycle riding track, horse riding track, picnic, viewing, memancing, duduk-duduk sambil minum teh, photo hunting, interpretasi alam, dan melukis. Pada masing-masing ruang disediakan fasilitas penunjang wisata. Jalur sirkulasi dibagi menjadi sirkulasi interpretasi dan sirkulasi pelayanan.
Vegetasi yang diencanakan didasarkan atas fungsinya yaitu sebagai fungsi produksi, fungsi estetis, fungsi pengarah dan fungsi pembatas. Kapasitas pengunjung di kawasan kebun teh ini maksimal berjumlah 2.730 orang setiap kunjungan. Fasilitas yang direncanakan meliputi jalur sirkulasi, gazebo/shelter, trek
94
trail, sepeda, kuda, area camping, peralatan camping, sign board, pos jaga, bangku, tempat sampah, open area, permainan anak-anak, dan toilet. Pada ruang pelayanan akan disediakan fasilitas berupa welcome area, plaza, loket karcis, tempat parkir, pos jaga, gedung pusat informasi, kantor pengelola/administrasi, tempat ibadah, penginapan, restoran, toilet, kios-kios penyewaan alat, dan kios-kios souvenir.
Saran Untuk menjadikan kawasan perkebunan teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata yang lebih menarik, berkembang dan berkelanjutan, dikemukakan saran-saran sebagai berikut. 1. Perencanaan lanskap agrowisata merupakan alternatif perencanaan makro yang dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detil pada ruang-ruang yang telah direncanakan. 2.
Program-program dan atraksi wisata sebaiknya dibuat lebih rinci agar para pengunjung mempunyai pilihan dalam berwisata.
3. Perencanaan ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan kawasan kebun teh Kayu Aro menjadi kawasan agrowisata. 4. Evaluasi secara berkala terhadap penggunaan lahan sebaiknya dilakukan agar kawasan perkebunan dapat bertahan dan berkelanjutan. 5. Kerja sama antarpihak terkait serta peran aktif masyarakat sangat diperlukan bagi pengembangan dan pengelolaan kawasan agrowisata selanjutnya.
100
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.S. 1992. Beberapa pemikiran pengembangan agrowisata pada kawasan cagar budaya betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata Agro. Institut Pertanian Bogor. Ari, W.A.P. 2007. Perencanaan Lokasi Perkebunan Teh Kabawetan sebagai Kawasan Agrowisata di Kabupaten Kepahiang Bengkulu (Skripsi). Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bappeda Kabupaten Kerinci. 2008. Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kerinci Tahun 2006-2016, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Bappeda Kabupaten Kerinci. 2008. Profil Investasi dan Produk Unggulan Kabupaten Kerinci, Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Boullon, K.C. 2004. Planning Tourist Space. French: Trillas S.A, De C.V. Brooks, R.G. 1988. Site Planning Environment, Process, and Development. United States: Pretice-Hall, Inc. Carpenter, PL, TD. Walker and FO Lanpher. 1975. Plants in the Landscape. San Fransisco: WH Freeman and Co. Chiara, J and Koppelmen. 1997. Standar Perncanaan Tapak (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. BAPPENAS. 2004. Kawasan untuk Tata Cara Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. New York: McGraw-Hill Book. Gold, S.M.1980. Recreation Planning and Design. New York: McGraw Hill Book. Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning, Basic, Conceps, Cases. Washington: Taylor and Francis. Harris, C.W. and Dines. N.T. 1988. Time Saver Standars for Landscape Architecture. New York: McGraw Hill Book Inc. Khairul.1997. Perencanaan Lanskap Agrowisata Cilantung, Parung, Bogor, Jawa Barat (Skripsi). Program Arsitektur Pertamanan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Knudson, J.D.1980. Outdoor Recreation. New York: McMillan Pub.Co.Inc.815p.
101
Laurie, M. 1985. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung: Intermatra. Nurisjah, S. 2004. Analisis dan Perencanaan Tapak (Penuntun Praktikum). Program Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2003. Daya Dukung Kawasan dalam Perencanaan Lanskap (Diktat Kuliah). Program Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 2007. Perencanaan Lanskap (Penuntun Praktikum). Program Studi Arsitektur Lanskap Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. PTP Nusantara VI (PERSERO). 2008. Profil Perusahaan PTPN VI (PERSERO) Unit Usaha Kayu Aro. Kerinci. Racman, Z. 1984. Proses berfikir lengkap merencana dan melaksanakan dalam arsitektur lanskap. Makalah diskusi pada festival tanaman XIV Himagron IPB Bogor. Robbinette, GO. 1997. Landscape Planning for Energy Conservation. Virginia: Environmental Design Press. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. (tidak dipublikasikan). Soil Survey Staff. 2003. Keys to Soil Taxonomy. United Stated Department of Agriculture. Tirtawinata, M.K. dan L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Bogor: Penebar Swadaya. Tivy, J. 1972. The Concept and Determination of Carrying Capacity of Recreational Land in the USA. Countryside Commission for Scotland. Battlelay.
102
LAMPIRAN
103 Lampran 1. Kuisioner Identitas, Persepsi dan Preferensi Pengunjung
KUISIONER Identitas, Persepsi dan Preferensi Pengunjung Kawasan Kebun Teh Kayu Aro Nama
:
Daerah Asal
:
Kayu Aro
Luar Kayu Aro
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Usia
:
10-17 th
17-22 th
>22 th
Pekerjaan
:
Siswa SLTP
PNS
Lainnya
Siswa SMU
Pegawai Swasta
Mahasiswa
Wiraswasta
1. Sudah berapa kali Anda mengunjungi kawasan ini? a. satu kali b. dua kali c. tiga kali d. lebih dari tiga kali 2. Bagi yang menjawab (d), seberapa sering Anda berkunjung ke kawasan ini? a. 2 kali/tahun b. 3 kali/tahun c. 1 kali/tahun d. 2 kali/bulan e. 1 kali/minggu f. lebih dari 1 kali/minggu 3. Aktivitas apa saja yang biasa Anda lakukan di kawasan ini? (jawaban boleh lebih dari satu) a. piknik b. bermain c. menikmati pemandangan d. berolahraga e. foto-foto 4. Bagaimana pendapat Anda mengenai kawasan ini? a. keindahan sangat indah indah kurang indah b. kenyamanan sangat nyaman nyaman kurang nyaman c. keamanan sangat aman aman kurang nyaman
104 d. pengalaman
e. kebersihan
f. kesenangan
sangat banyak pengalaman baru banyak pengalaman baru sedikit pengalaman baru sangat bersih bersih kurang bersih sangat menyenangkan menyenangkan kurang menyenangkan
5. Menurut Anda, jenis wisata pertanian apakah yang cocok untuk dikembangkan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. perikanan b. perkebunan c. peternakan d. kehutanan e. lainnya 6. Menurut Anda, jenis kegiatan wisata apa saja yang cocok untuk dikembangkan? (jawaban boleh lebih dari satu) a. piknik b. bermain c. menikmati pemandangan d. berolahraga e. berkemah (camping) f. photo hunting g. outbound h. lainnya, sebutkan....... 7. Fasilitas pelayanan apa saja yang Anda inginkan dibangun di tempat ini? (jawaban boleh lebih dari satu) a. tempat parkir b. tempat istirahat c. penginapan d. toilet e. tempat ibadah f. kendaraan menuju kawasan g. cafetaria h. kios cendramata i. sarana pendidikan j. lainnya, sebutkan......... 8. Kesediaan Anda untuk ditarik biaya masuk (tiket) ke kawasan ini? a. bersedia, kira-kira sebesar........ b. tidak bersedia
TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA MENGISI KUISIONER INI