PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
RINGKASAN MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO. Perencanaan Lanskap Pemukiman Tradisional Segenter, Pulau Lombok, sebagai Kawasan Wisata Budaya (Di bawah bimbingan SITI NURISJAH) Pulau Lombok, sebagai salah satu daerah tujuan wisata terbesar di Indonesia selain Pulau Bali, memiliki potensi keragaman budaya setempat yang unik dan khas. Salah satu budaya tersebut adalah budaya masyarakat suku asli Lombok yaitu Suku Sasak. Keberadaan suku ini biasanya mengelompok membentuk kumpulan tersendiri yang tersebar di Pulau Lombok, salah satunya adalah suku Sasak Bayan yang mendiami Pemukiman Tradisional Segenter, dikaki Gunung Rinjani. Kawasan ini terkenal karena pola penataan pemukiman yang unik membentuk pola yang sangat teratur. Tata letak rumah dan pola sirkulasinya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola kotak-kotak (grid). Sebagai suatu lanskap yang merupakan aset budaya masyarakat Indonesia, keberadaan Pemukiman Segenter perlu dijaga dan dilestarikan karena merupakan miniatur kehidupan suatu masyarakat tradisional yang mampu bertahan hidup pada daerah yang gersang/marginal. Salah satu bentuk pelestarian kawasan tersebut adalah melalui kegiatan edukasi masyarakat dalam dan luar kawasan dengan wisata budaya di Pemukiman Tradisional Segenter. Tujuan dilaksanakannya studi ini adalah untuk merencanakan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata budaya sehingga wisatawan yang berkunjung dapat menginterpretasikan model dan kekayaan kampung tradisional ini. Kegiatan perencanaan lanskap ini juga bertujuan untuk melestarikan lanskap tradisional yang ada melalui identifikasi dan penataan ruang wisata dan non wisata, identifikasi dan penataan sistem sirkulasi wisata serta perencanaan aktivitas dan fasilitas wisata. Proses studi perencanaan ini diawali dengan menentukan konsep yang menjadi dasar pengembangan ruang dan jalur sirkulasi wisata untuk memenuhi tujuan studi. Tahapan selanjutnya adalah riset yang meliputi survei, wawancara dan observasi. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui model lanskap dan obyek/atraksi wisata budaya yang ada pada tapak dan analisis secara spasial untuk menentukan tata ruang lanskap dan tata ruang wisata pada tapak. Tahap analisis dilakukan untuk menentukan titik obyek/atraksi wisata yang dilakukan dengan metode skoring berdasarkan kriteria MacKinnon et al. (Wulandari, 2002). Nilai skor ditentukan dengan nilai 1 sampai 4. Skor 1 untuk kriteria sangat buruk, 2 untuk kriteria buruk, 3 untuk kriteria baik dan 4 untuk kriteria sangat baik. Evaluasi tersebut ditentukan oleh nilai skor masing-masing obyek/atraksi wisata yang terpilih. Usulan ruang wisata yang diajukan kemudian disesuaikan dengan ruang eksisting tapak pada saat ini. Ruang wisata ini kemudian digabungkan dengan jalur wisata sehingga membentuk tata ruang wisata budaya Pemukiman Tradisional Segenter. Konsep ruang yang akan dikembangkan meliputi ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya sedangkan jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi. Berdasarkan analisis data lingkungan kehidupan masyarakat tradisional Segenter dapat diketahui kondisi eksisting tapak yang akan direncanakan yang menjadi acuan dalam pengembangan rencana wisata budaya. Ruang-ruang tersebut adalah ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) yang dikelilingi
pagar dan ruang disekeliling ruang kehidupan masyarakat yang merupakan ruang pendukung kehidupan masyarakat. Dari ruang eksisting yang ada, kemudian dikembangkan lagi ke dalam konsep perencanaan wisata budaya dengan mempertimbangkan aspek data wisata budaya berbasiskan kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsep yang telah ditentukan, tapak dibagi kedalam dua ruang utama, yaitu : ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan dapat mengetahui dan menikmati keseluruhan model dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Pemukiman Tradisional Segenter. Melalui jalur sirkulasi tersebut wisatawan akan memasuki ruang wisata budaya melalui jalur masuk yang sama dengan jalur keluarnya, sehingga diharapkan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat tidak terganggu oleh kegiatan wisata budaya yang ada. Hasil penyesuaian kondisi eksisting tapak, konsep wisata budaya dan konsep sirkulasi wisata budaya membentuk suatu block plan. Perencanaan lanskap kawasan wisata budaya yang akan dikembangkan terdiri dari identifikasi dan penataan ruang wisata, identifikasi dan penataan sistem sirkulasi wisata serta perencanaan aktivitas dan fasilitas wisata. Rencana tata ruang wisata yang akan dibuat terdiri dari dua ruang utama, yaitu : Ruang Wisata Budaya dan Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari dua sub ruang, yaitu : sub ruang kehidupan masyarakat atau ruang pemukiman dan sub ruang pendukung kehidupan masyarakat. Ruang pendukung kegiatan wisata budaya dibagi kedalam sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Untuk kenyamanan wisatawan, ruang-ruang wisata yang ada dihubungkan oleh sirkulasi wisata yang membentuk suatu jalur interpretasi wisata budaya. Jalur sirkulasi tersebut kemudian dikembangkan kedalam rute wisata budaya yang menghubungkan seluruh obyek/atraksi wisata budaya yang ada. Rute wisata yang direncanakan tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi paket wisata budaya yang mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan wisatawan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.
PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Petanian Bogor
Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Judul Skripsi
: Perencanaan Lanskap Pemukiman Tradisional Segenter, Pulau Lombok, Sebagai Kawasan Wisata Budaya
Nama
: Muhammad Imam Sulistianto
NRP
: A34201037
Program Studi : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 130 516 290
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr. NIP 130 422 698
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Muhammad Imam Sulistianto lahir di Batang pada tanggal 22 Juni 1983, merupakan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Edhy Susetyo dan Zuhriyah. Penulis memulai pendidikannya di Raudhatul Athfal (RA) Tholabuddin Masin pada tahun 1987. Pada tahun 1995 menyelesaikan pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tholabuddin Masin di Batang kemudian melanjutkan dengan sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 6 Pekalongan. Pada tahun 1998 Penulis lulus dari sekolah menengah pertama dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMU Negeri 1 Pekalongan. Pada tahun 2001 Penulis diterima pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa Penulis aktif dibeberapa organisasi kemahasiswaan. Penulis menjadi anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (DPM TPB IPB) pada periode 2001-2002, kemudian menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM KM IPB) pada periode 2002-2003. Pada tahun 2004, bersama dengan beberapa orang teman, Penulis menggagas berdirinya Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) IPB dan menjadi ketua divisi kemahasiswaan HIMASKAP pada kepengurusan yang pertama. Selama kuliah Penulis pernah menjadi asisten Mata Kuliah Teknik Arsitektur Lanskap pada semester ganjil tahun ajaran 2004-2005, Mata Kuliah Tanaman Lanskap II pada semester genap tahun ajaran 2004-2005, dan Mata Kuliah Teknik Studio pada semester ganjil tahun ajaran 2005-2006. Saat ini Penulis aktif sebagai relawan RMI The Indonesian Institute for Forest and Environtment dengan
mengikuti
program
pendokumentasian
dan
penulisan
kondisi
pengelolaan sumberdaya hutan, hukum dan sosial ekonomi wilayah di Kawasan Ekosistem Gunung Halimun.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah terhadap segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN
TRADISIONAL
SEGENTER,
PULAU
LOMBOK,
SEBAGAI
KAWASAN WISATA BUDAYA” sebagai tugas akhir dalam menempuh pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor. Selama melakukan kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan dan koreksi yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Nurhayati HS. Arifin, MSc. Dan Ir. Marietje Wungkar, Msi. selaku dosen
penguji
atas
kritik
dan
masukan
yang
berguna
untuk
kesempurnaan studi ini. 3. Dr. Ir. Alinda F. Zain, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama Penulis menjadi mahasiswa. 4. Kedua Orangtua, Bapak dan Ibu serta adik-adikku, Aji dan Yunan, atas doa, dukungan, kasih sayang dan kepercayaannya. 5. Kepala Dusun, Pimpinan Adat dan seluruh masyarakat Dusun Segenter yang telah memberikan kemudahan dan pengalaman yang berharga bagi Penulis dalam melakukan survei lapang untuk kesempurnaan studi ini. 6. Pak Ahmad Mujahidin dan keluarga yang telah bersedia menjadi guide selama di Lombok. 7. Teman-teman se-bimbingan, Kiki, Dina, Rin-rin dan Mia, atas segala bantuan dan kebersamaan kita selama penyelesaian skripsi. 8. Faika, Inke, Jodi, Angga, atas bantuannya pada saat ujian skripsi. 9. Teman-teman mahasiswa Lanskap Angkatan 38, atas segala bantuan dan semangatnya serta masa-masa indah selama masa perkuliahan. 10. Dosen, staf, kakak dan adik tingkat atas persahabatan yang indah dalam keluarga Arsitektur Lanskap IPB. 11. Saudaraku, Dicka dan Idham atas persaudaraan, persahabatan, gangguan dan kenangan kita.
12. Seluruh keluarga besar Cosmo Cafe, Bang Sol, Ndank, Luthfi, Astri, Uta, Kiki, Nge-nge, FK, Irsan, Feri, Dian, Bu Riri, atas dukungan dan semangatnya. 13. Teman-teman se-daerah atas segala bantuannya. 14. Pihak lain yang telah membantu hingga selesainya studi ini. Penulis berharap semoga hasil studi ini dapat berguna dan bermanfaat pada upaya pelestarian lanskap budaya di Indonesia, khususnya di Pulau Lombok. Bogor, Juli 2005 Penulis
DAFT AR ISI
Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1 1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang .............................................................................. Tujuan............................................................................................ Kegunaan ...................................................................................... Kerangka Pikir Perencanaan ........................................................
1 2 2 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
Lanskap Budaya ........................................................................... Pemukiman Tradisional ................................................................ Pelestarian Lanskap Budaya ........................................................ Wisata Budaya .............................................................................. Perencanaan Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya .....
5 6 7 11 12
BAB III. KEADAAN UMUM WILAYAH STUDI............................................. 15 3.1 Geografis dan Administratif .......................................................... 15 3.2 Kependudukan .............................................................................. 17 3.3 Perkembangan Pariwisata Daerah............................................... 17 BAB IV. METODOLOGI ............................................................................... 20 4.1 Lokasi dan Waktu Studi ................................................................ 4.2 Batasan Studi ................................................................................ 4.3 Metode Perencanaan Lanskap..................................................... 4.3.1 Konsep ................................................................................ 4.3.2 Riset .................................................................................... 4.3.3 Analisis................................................................................ 4.3.4 Sintesis ............................................................................... 4.3.5 Perencanaan....................................................................... 4.4 Bentuk Hasil Studi.........................................................................
20 20 21 21 21 22 23 23 24
BAB V. KONSEP PERENCANAAN ............................................................. 25 5.1 Konsep Dasar Perencanaan......................................................... 5.2 Pengembangan Konsep ............................................................... 5.2.1 Ruang dan Lanskap Wisata ............................................... 5.2.2 Sistem Sirkulasi Wisata ......................................................
25 25 25 27
BAB VI. DATA DAN ANALISIS .................................................................... 29 6.1 Lingkungan Kehidupan Masyarakat Tradisional Segenter .......... 6.1.1 Letak, Luas dan Batas Tapak............................................. 6.1.2 Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Tapak .................... 6.1.3 Pola Perkampungan dan Tata Guna Lahan ...................... 6.1.4 Sosial dan Budaya Masyarakat ..........................................
29 29 32 36 40
6.2 Wisata Budaya Berbasiskan Kehidupan Tradisional ................... 6.2.1 Obyek dan Atraksi Wisata Budaya..................................... 6.2.2 Sirkulasi Wisata .................................................................. 6.2.3 Fasilitas Pelayanan............................................................. 6.3 Potensi Wisatawan .......................................................................
48 48 66 68 70
BAB VII. PERENCANAAN LANSKAP ......................................................... 76 7.1 Sintesis .......................................................................................... 76 7.2 Rencana Lanskap ......................................................................... 79 7.2 Rute Wisata Budaya ..................................................................... 83 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 88 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks 1. Jenis Data dan Metode Pengambilannya........................................ 21 2. Kriteria Penilaian Obyek/Atraksi Wisata Budaya pada Tapak ........ 23 3. Pembagian Ruang, Jenis Aktifitas dan Fasilitas Wisata Budaya yang Direncanakan .......................................................................... 27 4. Obyek dan Atraksi Budaya pada Tapak .......................................... 63 5. Nilai Hasil Skoring Masing-Masing Obyek/Atraksi Budaya pada Tapak ...................................................................................... 65 6. Perbandingan Lanskap Wisata Budaya Saat Ini dan Yang Direncanakan.......................................................................... 70 7. Ringkasan Hasil Analisis Data ......................................................... 74 8. Paket Wisata Budaya 1.................................................................... 85 9. Paket Wisata Budaya 2.................................................................... 85 10. Paket Wisata Budaya 3.................................................................... 86 11. Paket Wisata Budaya 4.................................................................... 86
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Teks 1. Kerangka Pikir Perencanaan ........................................................... 4 2. Peta Orientasi dan Lokasi Studi ...................................................... 16 3. Peta Kawasan Wisata Unggulan Propinsi NTB............................... 19 4. Peta Lokasi Studi Perencanaan ...................................................... 20 5. Tahapan Perencanaan Lanskap...................................................... 24 6. Diagram Pengembangan Konsep Ruang Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter................................................... 26 7. Diagram Pengembangan Konsep Sirkulasi Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter.................................................... 28 8. Peta Lokasi dan Keadaan Tapak..................................................... 30 9. Diagram Jarak Dusun Segenter dengan Daerah Wisata disekitarnya ...................................................................................... 31 10. Akses Menuju Tapak dari Pintu Masuk Wisatawan ke Pulau Lombok ............................................................................. 32 11. Sarana Transportasi yang Dapat digunakan Wisatawan................ 33 12. Kondisi Jalan menuju Kawasan....................................................... 34 13. Peta Aksesibilitas Tapak.................................................................. 35 14. Pola Perkampungan Dusun Segenter ............................................. 37 15. Bentuk Arsitektur Rumah Tradisional Suku Sasak ......................... 38 16. Ilustrasi Posisi Rumah Adat yang Saling Berhadapan.................... 38 17. Tata Ruang Eksisting Tapak dan Rencana Pengembangannya .... 40 18. Diagram Struktur Kepemimpinan di Dusun Segenter ..................... 43 19. Peta Fasilitas Sosial Budaya Masyarakat ....................................... 47 20. Struktur Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Segenter ................... 50 21. Pembagian Ruang Dalam pada Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Segenter ........................................................................... 50 22. Struktur dan Fungsi Berugak sebagai Elemen Tradisional Dusun Segenter ............................................................................... 52 23. Lumbung, yang Keberadaannya Mulai Ditinggalkan Masyarakat .. 53 24. Kandang Ternak yang Berada dalam Komplek Hunian Masyarakat Dusun Segenter ........................................................... 54 25. Konsep Pengembangan Ruang Wisata Budaya berdasarkan Analisis Obyek dan Atraksi Wisata Budaya .................................... 67
26. Pengembangan Konsep Sirkulasi Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter ................................................... 69 27. Peta Obyek Wisata Budaya Unggulan di Pulau Lombok................ 72 28. Block Plan Kawasan Wisata Budaya Segenter............................... 78 29. Ilustrasi Penanda Kawasan ............................................................. 81 30. Ilustrasi Stoping Area ....................................................................... 82 31. Ilustrasi Papan Interpretasi .............................................................. 82 32. Ilustrasi Penunjuk Arah .................................................................... 82 33. Rencana Lanskap Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter ........................................................................................... 84
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keragaman dan kekayaan budaya lokal yang unik dan khas. Keragaman budaya tersebut tersebar hampir merata di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Pulau Lombok. Ragam budaya yang terdapat disuatu tempat merupakan cerminan bagaimana apresiasi masyarakat terhadap lanskapnya, sehingga membentuk apa yang disebut sebagai lanskap budaya. Lanskap budaya di beberapa negara digunakan sebagai model untuk mengetahui hubungan antara manusia, sistem sosialnya, dan cara mereka untuk mengatur ruang (Platcher dan Rossler,1995). Hal tersebut dimulai dengan usaha manusia untuk menaklukkan alam dengan pola pikir dan kemampuannya sehingga tercipta suatu tatanan tersendiri pada suatu lanskap. Pulau Lombok, sebagai salah satu daerah tujuan wisata terbesar di Indonesia selain Pulau Bali, memiliki potensi keragaman dan keindahan bentang alam dan budaya setempat yang juga tidak kalah dengan keindahan alamnya. Salah satu budaya tersebut adalah budaya masyarakat suku asli Lombok yaitu Suku Sasak. Keberadaan suku ini biasanya mengelompok membentuk kumpulan tersendiri yang tersebar di Pulau Lombok, salah satunya adalah suku Sasak Bayan yang mendiami Pemukiman Tradisional Segenter, dikaki Gunung Rinjani. Pemukiman Tradisional Segenter memiliki arti penting sebagai suatu tatanan
budaya
tersendiri
yang
didalamnya
memuat berbagai aktifitas
masyarakat setempat. Selain itu, kawasan ini juga merupakan suatu bentukan lanskap buatan manusia sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungan di sekitarnya pada suatu periode waktu tertentu yang juga dapat mencerminkan kebudayaan pada masa itu. Dengan mempelajarinya kita dapat lebih memahami kehidupan masyarakat setempat dan bagaimana mereka mengekspresikan dirinya dalam pengembangan lanskapnya. Kawasan ini terletak di kaki Gunung Rinjani, dengan suhu udara yang panas dan kondisi tanah berpasir sehingga hanya memungkinkan tumbuhnya beberapa jenis tanaman saja. Kawasan ini menjadi terkenal karena pola penataan pemukiman yang unik membentuk pola yang sangat teratur. Tata letak rumah dan pola sirkulasinya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola kotak-kotak (grid).
Sebagai suatu lanskap yang merupakan aset budaya bangsa Indonesia, keberadaan Pemukiman Segenter perlu dijaga dan dilestarikan karena merupakan miniatur kehidupan suatu masyarakat tradisional yang mampu bertahan hidup pada daerah yang gersang/marginal. Salah satu bentuk pelestarian kawasan tersebut adalah melalui kegiatan edukasi masyarakat dalam dan luar kawasan dengan wisata budaya di Pemukiman Tradisional Segenter. 1.2 Tujuan Studi ini bertujuan untuk merencanakan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata budaya sehingga wisatawan yang berkunjung dapat menginterpretasikan model dan kekayaan kampung tradisional ini. Kegiatan perencanaan lanskap ini juga bertujuan untuk melestarikan lanskap tradisional yang ada melalui identifikasi dan penataan ruang wisata dan non wisata, identifikasi dan penataan sistem sirkulasi wisata serta perencanaan aktivitas dan fasilitas wisata. 1.3 Kegunaan Hasil studi perencanaan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter, Pulau Lombok sebagai kawasan wisata budaya ini diharapkan dapat berguna sebagai : -
Bahan pertimbangan dan masukan dalam memberikan alternatif rencana pengembangan wisata budaya kawasan tradisional Segenter, Pulau Lombok tanpa merusak keberadaan dan tatanan sosialnya.
-
Bahan pertimbangan dalam usaha melestarikan kawasan lanskap budaya sebagai suatu kawasan yang dapat memberikan devisa melalui potensi wisatanya
dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
usaha pemberdayaan masyarakat. 1.4 Kerangka Pikir Perencanaan Lanskap budaya dengan berbagai macam bentuknya, terutama yang berbasis kehidupan tradisional, merupakan salah satu aset budaya yang penting pada suatu negara. Karena itu, keberadaannya perlu dilestarikan sebagai bentuk pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarakat luar terhadap keberadaan model lanskap perkampungan, di samping untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman terhadap bentuk obyek wisata budaya.
Pemukiman Tradisional Segenter merupakan suatu model lanskap perkampungan yang unik dan merupakan cerminan usaha manusia dalam bekerja sama dengan alam guna menciptakan suatu tatanan kehidupan baru di kawasan tersebut. Kawasan ini dibentuk dan dipengaruhi oleh faktor-faktor alami kawasan dan ekspresi fisik serta budaya yang telah diwariskan secara turun temurun. Faktor-faktor tersebut membentuk zonasi kehidupan tradisional yang harus tetap dijaga untuk mendukung kelestarian kawasan tersebut. Wisata budaya direncanakan selain untuk kelestarian kawasan juga sebagai bentuk obyek edukasi bagi masyarakat luar. Melalui perencanaan kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya, maka kawasan ini dapat berfungsi sebagai sumber pengetahuan budaya bagi wisatawan. Untuk membentuk suatu lanskap wisata budaya secara keseluruhan harus terdapat komponen-komponen dasar pembentuk kegiatan wisata budaya. Komponen-komponen tersebut antara lain : keberadaan atraksi atau obyek wisata, sirkulasi wisata dan masyarakat serta adanya fasilitas pelayanan kepada wisatawan dan masyarakat. Kerangka pikir perencanaan yang menjadi dasar studi ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Pemukiman Tradisional Segenter
-
Model lanskap pemukiman yang unik Aset budaya suatu negara
Pelestarian
Lingkungan Kehidupan Masyarakat Tradisional Segenter
Wisata Budaya berbasis Kehidupan Tradisional
Perencanaan Lanskap Wisata Budaya
Atraksi Wisata
Sirkulasi Wisata
Fasilitas Pelayanan Wisata
Sirkulasi Masyarakat
Fasilitas Pelayanan Masyarakat
Lanskap Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter
Keterangan : : Data Eksisting : Proses : Produk
Gambar 1. Kerangka Pikir Perencanaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Budaya Lanskap merupakan bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat digolongkan sebagai lanskap yang baik (beauty) apabila memiliki kesatuan yang harmoni dalam hubungan antara seluruh komponen pembentuknya dan dikatakan jelek (ugliness) bila tidak terdapat unsur kesatuan diantara komponenkomponen pembentuknya (Simonds, 1983). Selanjutnya Simonds (1983) menyatakan bahwa lanskap adalah bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia . Lanskap juga berarti wajah dan karakter lahan atau tapak bagian dari muka bumi dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami maupun buatan manusia yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap, dan sejauh imajinasi dapat menjangkau serta membayangkan. Wajah alami bumi (lanskap) tersebut, apabila dipandang dari setiap tempat ternyata mempunyai karakter-karakter lanskap tertentu yang terbentuk secara alami. Karakter ini terbentuk karena adanya kesan harmoni dan kesatuan dari elemen yang ada di alam, seperti bentuk suatu lahan, formasi batuan, vegetasi, dan binatang. Derajat harmoni atau kesatuan dari elemen-elemen lanskap tidak hanya diukur dari kesan menyenangkan yang ditimbulkan, tetapi juga dari segi keindahan. Keindahan dapat diartikan sebagai hubungan harmoni yang nyata dari seluruh komponen perasaan (Simonds, 1983). Definisi lanskap budaya menurut Sauer’s dalam Tishler (1998) adalah suatu lanskap alami yang diperlihatkan oleh kelompok budayanya. Budaya sebagai agen, area alami sebagi media dan lanskap budaya sebagai hasilnya. Sedangkan menurut Lewis dalam Melnick (1983) semua lanskap manusia mempunyai pengertian budaya. Lingkungan lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau diubah oleh manusia, sehingga hal tersebut mengandung arti bahwa segala sesuatu disekitar kita mempunyai arti yang penting. Menurut Plachter dan Rössler (1995), lanskap budaya merefleksikan interaksi antara manusia dan lingkungan alaminya dalam ruang dan waktu. Alam
dalam konteks ini adalah padanan dari kelompok manusia; keduanya merupakan kekuatan dinamis yang membentuk lanskap. Pada beberapa kawasan di dunia, lanskap budaya merupakan model interaksi antara manusia, sistem sosialnya dan cara mereka mengorganisasikan ruang. Lanskap budaya adalah refleksi adaptasi manusia dan penggunaan sumber
daya
alam.
Lanskap
budaya
sering
diekpresikan
dari
cara
pengorganisasian dan penggunaan lahan, pola pemukiman, tata guna lahan, sistem sirkulasi dan tipe struktur yang dibangun. Lanskap budaya meliputi sumber daya alam dan budaya yang memberikan suatu sense of place serta merupakan bagian dari warisan nasional dan bagian dari kehidupan kita. Jenis lanskap ini menunjukkan aspek asal-usul dan perkembangan suatu bangsa melalui bentuk, penampakan dan sejarah penggunaannya. Intinya lanskap budaya mengandung informasi tak ternilai mengenai sejarah bangsa kita dan hubungan kita dengan lanskap sekitar (Cosgrove dalam Azlan, 2001). Pendapat lain dikemukakan oleh Nurisjah dan Pramukanto (2001) yang secara spesifik mendefinisikan lanskap budaya (cultural landscape) sebagai satu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan serta ekspresinya dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang terkait erat dengan
kehidupannya.
Hal
ini
diekspresikan
oleh
kelompok-kelompok
masyarakat tersebut dalam bentuk pola pemukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sistem sirkulasi, arsitektur bangunan dan struktur lainnya. 2.2 Pemukiman Tradisional Menurut Unterman dan Small (1986) pemukiman digambarkan sebagai suatu perumahan yang saling berhubungan sehingga unit-unit individu tersebut membagi bersama baik dinding, lantai maupun langit-langitnya. Unit-unit tersebut membagi bersama pemakaian rumah tangga dan fasilitas-fasilitas yang ada. Sedangkan menurut Van der Zu (1986) pemukiman merupakan suatu sumber informasi tentang manusia dan aktifitasnya dalam suatu habitat. Pemukiman memiliki dua arti yaitu suatu proses dim ana manusia menetap pada suatu area dan hasil dari proses tersebut. Pemukiman tidak hanya sekedar sebagai tempat
tinggal dan tempat kerja manusia melainkan juga tempat untuk memenuhi fasilitas jasa, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 tahun 1992 mendefinisikan pemukiman sebagai bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perikehidupan di desa-desa asli berfungsi lengkap sebagai satu unit pemukiman juga telah ditata dengan sarana fungsional dalam skala yang sederhana. Ada barisan perumahan, rumah upacara, lumbung, pemondokan pemuda, tempat berburu, tempat mengambil air minum dan mandi, tempat beternak, ladang, kuburan, dan jalan setapak (Marbun, 1994). Definisi pemukiman tradisional sendiri menurut Parker dan King (1988) adalah suatu pemukiman yang bentukannya dipengaruhi oleh doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat istiadat dari masa lalu yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya, yang terdiri dari elemen budaya tradisional. Elemen budaya tradisional dapat berupa bangunan tradisional, kelompok bangunan, struktur, kelompok struktur, distrik bersejarah maupun obyek yang berdiri sendiri, begitu juga dengan tradisi, keyakinan, kebiasaan cara hidup, seni, kerajinan tangan, dan lembaga sosial. 2.3 Pelestarian Lanskap Budaya Keberadaan lanskap budaya sangat penting, karena hal tersebut mengandung maksud jika kita kehilangan lanskap yang mengandung budaya dan tradisi masyarakat, maka kita akan kehilangan apa yang menjadi bagian penting dari diri kita dan akar kita pada masa lampau. Sebagai arsitek lanskap, merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan khusus ini, setelah diidentifikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu lambang atau simbol warisan sejarah manusia dan dunia (Tishler, 1982). Pelestarian lanskap sejarah dan budaya dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memproteksi atau melindungi peninggalan atau sisa-sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan yang negatif atau yang merusak keberadaannya dan nilai yang dimilikinya. Pelestarian suatu benda dan juga suatu kawasan yang bernilai budaya dan sejarah ini, pada hakekatnya bukan hanya untuk melestarikannya, tetapi terutama untuk menjadi
alat dalam mengolah transformasi dan revitalisasi dari kawasan tersebut. Upaya ini bertujuan pula untuk memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan aset-aset budaya lama dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif, berkelanjutan, serta merencanakan program partisipasi dengan memperhitungkan estimasi ekonomi (Nurisjah dan Pramukanto, 2001). Secara lebih spesifik, Nurisjah dan Pramukanto (2001) menyatakan bahwa kepentingan dari pelestarian lanskap yang terkait dengan aspek budaya dan sejarah, adalah untuk : 1. Mempertahankan warisan budaya/sejarah yang memiliki karakter spesifik suatu kawasan, seperti Jalan Braga di Bandung, Jalan Malioboro di Yogyakarta, atau kawasan-kawasan peninggalan budaya/sejarah jaman terdahulu (Colonial Towns, Kampung Naga). 2. Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu areal atau kawasan. Adanya areal sejarah atau yang bernilai budaya tinggi di suatu kawasan tertentu yang relatif modern akan memiliki kesan visual dan sosial yang berbeda. 3. Kebutuhan psikis manusia, untuk melihat dan merasakan eksistensi dalam alur kesinambungan masa lampau-masa kini-masa depan yang tercermin dalam obyek/karya taman/lanskap untuk selanjutnya dikaitkan dengan harga diri, percaya diri dan sebagai identitas diri suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu (contohnya Kawasan Kota Surabaya yang dipenuhi oleh simbol-simbol perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan). 4. Motivasi ekonomi, peninggalan budaya dan sejarah memiliki nilai yang tinggi apabila dipelihara baik, terutama dapat mendukung perekonomian kota/daerah bila dikembangkan sebagai kawasan tujuan wisata (cultural and historical type of tourism). 5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu kelompok masyarakat tertentu (contohnya Kawasan Pecinan, Kampung Bugis). Lebih lanjut Nurisjah dan Pramukanto (2001) mengemukakan bahwa dalam upaya pengelolaan untuk pelestarian lanskap budaya atau sejarah, terdapat beberapa bentuk tindakan teknis yang umumnya dilakukan, antara lain :
1. Adaptative Use (penggunaan adaptif), yaitu mempertahankan dan memperkuat lanskap dengan mengakomodasikan berbagai penggunaan, kebutuhan dan kondisi masa kini. 2. Rekonstruksi, yaitu pembangunan ulang suatu bentuk lanskap, baik secara keseluruhan atau sebagian dari tapak asli. 3. Rehabilitasi, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki utilitas, fungsi atau penampilan suatu lanskap sejarah. Dalam kasus ini maka keutuhan lanskap dan strukturnya secara fisik maupun visual serta nilai yang terkandung harus dipertahankan. 4. Restorasi, yaitu suatu model pendekatan tindakan pelestarian yang paling konservatif yaitu pengembalian penampilan lanskap pada kondisi aslinya dengan upaya mengembalikan penampilan sejarah dari lanskap ini sehingga apresiasi terhadap lanskap tersebut tetap ada. 5. Stabilisasi, yaitu suatu tindakan atau strategi dalam melestarikan karya atau obyek lanskap yang ada melalui upaya memperkecil pengaruh negatif (seperti gangguan iklim, deterioration, dan suksesi alami) terhadap tapak. 6. Konservasi, yaitu tindakan pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu lanskap sejarah dari kehilangan atau pelanggaran serta pengaruh yang tidak tepat. Tindakan yang bertujuan hanya untuk melestarikan apa yang ada saat ini, mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan perkembangan dimasa depan. 7. Interpretasi,
yaitu
usaha
pelestarian
yang
mendasar
untuk
mempertahankan lanskap asli/alami secara terpadu dengan usaha-usaha yang juga dapat menampung kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan baru serta berbagai kondisi yang akan dihadapi masa ini dan yang akan datang. Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), yang menjadi payung dari semua kegiatan pelestarian adalah kegiatan konservasi. Konservasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Sedangkan Harvey dan Buggey (1988) menyatakan bahwa seluruh kegiatan pelestarian
bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi susunan bersejarah. Mereka hanya berbeda dalam hal tingkat campur tangan dan perhatiannya terhadap gambaran yang akurat sejarah masa lalu. Konservasi arsitektur bukan berarti mengawetkan bangunan seperti keadaan aslinya, tetapi bisa juga mewadahi kegiatan dan bahkan membangun baru asal tidak bertentangan frontal dengan bangunan lama. Upaya konservasi yang sekedar dilandasi pertimbangan budaya semata-mata, atau atas landasan estetis-arsitekturis belaka, telah seringkali terbukti kurang berhasil. Konsep konservasi yang lebih sesuai yang dianjurkan adalah dengan menyuntikkan fungsi-fungsi baru yang menguntungkan ditilik dari segi ekonomi-finansial, misalnya
dengan
mengembangkan
aktifitas
ekonomi
seperti
pertokoan
cinderamata, pasar seni, pusat kerajinan, pusat hiburan, dan lain-lain, yang akan menghasilkan
keuntungan
yang
sebagian
bisa
disisihkan
untuk
biaya
pemeliharaan (Budihardjo, 1997). 2.4 Wisata Budaya Menurut Gunn (1994) wisata adalah pergerakan sementara manusia untuk tujuan keluar dari tempat kerja dan tempat tinggal mereka, dimana mereka melakukan kegiatan-kegiatan selama mereka tinggal di tempat tujuan tersebut dan fasilitas-fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kegiatan wisata itu merupakan suatu sistem yang dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal yang harus dianalisis dan direncanakan dengan baik, antara lain : sumberdaya alami, sumberdaya budaya, pengusaha, keuangan, tenaga kerja, persaingan, masyarakat, kebijakan pemerintah dan organisasi/kepemimpinan. Lebih lanjut Gunn (1994) menyatakan bahwa ada tiga sektor yang terdapat dalam kegiatan wisata, yaitu : sektor bisnis, sektor non bisnis dan sektor pemerintah. Ketiga sektor ini bersama-sama dalam merencanakan faktor-faktor yang menunjang kegiatan wisata yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi dan promosi. Pendapat lain mengenai pengertian wisata dikemukakan oleh McIntosh dan Goeldner (1990), yang menyatakan bahwa wisata merupakan kumpulan aktifitas,
layanan
dan
industri
yang
menyediakan
pengalaman
dalam
perjalanan/travel yaitu : transportasi, akomodasi, makanan minuman, toko-toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya. Kata
wisata (tourism) mengacu pada suatu pengertian konseptual yang berkaitan dengan pengertian tur/perjalanan (Kodhyat, 1996). Usaha-usaha untuk mendefinisikan wisata budaya mencakup semua aspek perjalanan dimana orang dapat mempelajari mengenai cara hidup dan pemikiran orang lain. Wisata kemudian menjadi suatu sarana penting dalam memperkenalkan hubungan budaya dan kerjasama internasional. Kebalikannya, pengembangan faktor-faktor budaya sebuah negara adalah serupa untuk meningkatkan sumber daya penarik wisatawan. Kesenian, musik, arsitektur, pencapaian teknologi dan bidang-bidang kegiatan lain memiliki daya tarik wisata. Warisan budaya suatu daerah diekspresikan dalam sumber daya sejarahnya untuk lebih mengenal sejarah dan pra-sejarah (arkeologi) suatu daerah dapat menjadi suatu motivasi paling menarik bagi semua perjalanan (McIntosh dan Goeldner, 1990). Menurut Yoeti (1996) wisata budaya adalah jenis pariwisata di mana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya pada suatu tempat atau daerah. Obyek kunjungannya berupa warisan nenek moyang dan benda-benda kuno. 2.5 Perencanaan Lanskap Pendukung Kegiatan Wisata Budaya Gold (1980) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara yang terbaik untuk mencapai keadaan tersebut. Lebih lanjut Gold (1980) menyatakan bahwa perencanaan merupakan kegiatan pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan atau proses penjabaran pemikiran dari suatu ide kearah suatu bentuk yang nyata. Perencanaan lanskap merupakan suatu tindakan menata dan menyatukan berbagai penggunaan lahan berdasarkan pengetahuan teknis lahan dan kualitas estetiknya guna mendukung fungsi yang akan dikembangkan pada lahan atau kawasan tersebut. Perencanaan suatu kawasan merupakan proses untuk menyediakan, mengalokasikan kebutuhan manusia dan menghubungkannya satu sama lain, di dalam maupun di luar kawasan, disertai imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak pada kawasan tersebut. Didalam perencanaan tapak atau kawasan terdapat penyesuaian kawasan tersebut dengan program tertentu. Adapun persyaratan dari program tersebut haruslah dilengkapi dan disesuaikan antara satu dengan yang lainnya (Laurie, 1990).
Menurut Gold (1980) terdapat berbagai metode atau pendekatan yang yang dapat digunakan dalam perencanaan kawasan rekreasi, yaitu : pendekatan sumberdaya, pendekatan aktifitas, pendekatan ekonomi dan pendekatan tingkah laku. Pendekatan sumberdaya adalah pendekatan yang mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya, untuk menentukan bentuk dan kemungkinan aktifitas rekreasi. Pendekatan aktifitas merupakan pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi berdasarkan aktifitas penggunaan agar kepuasan pengguna dapat tercapai. Pendekatan yang lain yaitu pendekatan ekonomi yang digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi dari kawasan rekreasi dilihat dari sumberdaya ekonomi masyarakat. Sedangkan pendekatan tingkah laku, dilihat dari kebiasaan dan tingkah laku manusia dalam menggunakan waktu senggangnya, pendekatan ini lebih mengutamakan alasan seseorang berekreasi serta manfaat yang diinginkan dari kegiatan rekreasi yang dilakukan. Perencanaan memegang peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan. Tanpa perencanaan, dapat timbul masalah-masalah sosial budaya, terutama di daerah atau tempat di mana terdapat perbedaan tingkat sosialnya antara pendatang dan penduduk setempat (Yoeti, 1997). Terutama bagi lanskap budaya yang pada mulanya tidak dirancang untuk penggunaan massal oleh wisatawan, maka perencanaan wisata perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan sumberdaya budaya dan alam. Penentuan kawasan wisata budaya unggulan didasarkan pada wisata budaya yang membentuk kawasan kaitannya dengan ruang, yaitu : budaya sebagai obyek wisata yang mengelompok dan menyatu baik budaya dalam bentuk warisan maupun budaya yang hidup (act dan artifact = tingkah laku dan hasil karya) yang saat ini sudah berkembang dan berpotensi didalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan kajian kawasan wisata budaya yang ditetapkan pada dua kawasan wisata budaya di Lombok, yaitu kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya dan kawasan wisata budaya Sade-Rembitan dan sekitarnya maka yang layak diunggulkan adalah kawasan wisata
budaya
Suranadi
dan
sekitarnya
karena
keberadaannya
yang
mengelompok dan saling terkait serta membentuk satu kesatuan dalam kawasan wisata budaya baik obyek wisata maupun atraksi wisata budayanya. Sedangkan untuk wisata budaya unggulan yang bukan kawasan wisata atau selain kawasan
wisata budaya Suranadi dan sekitarnya, terdapat pada obyek wisata budaya yang keberadaannya menyebar di Propinsi NTB (Bappeda NTB, 2000). Wisata secara umum dipengaruhi oleh dua kekuatan utama yaitu permintaan dan penawaran. Karenanya dalam perencanaan wisata perlu diketahui aspek-aspek apa saja yang mempengaruhi kedua kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain ini. Sisi permintaan atau pasar wisata adalah orang-orang yang yang berminat dan memiliki kemampuan untuk berwisata. Sedangkan sisi penawaran dapat didefinisikan sebagai program dan pengembangan fisik di daerah tujuan wisata untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan (Gunn, 1997). Lebih lanjut Gunn (1997), menyatakan bahwa terdapat lima komponen yang membentuk sisi penawaran yaitu : atraksi, pelayanan, transportasi, informasi dan promosi. Tentang atraksi wisata, Yoeti (1996) mendefinisikannya sebagai segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Atraksi ini tidak hanya berupa obyek yang dapat disaksikan tetapi juga termasuk aktifitas yang dapat dilakukan pada daerah tujuan wisata. Atraksi merupakan sumberdaya wisata yang merupakan kekuatan utama yang mengendalikan pariwisata dan menarik wisatawan. Sedangkan menurut Bappeda NTB (2000), salah satu strategi dalam penetapan kawasan wisata budaya unggulan adalah terdiri dari obyek dan atraksi wisata budaya unggulan yang saling terkait baik dalam daya tarik dan pencapaian serta sosial budaya masyarakat setempat. Pelayanan wisata bukan merupakan daya tarik kepariwisataan tetapi esensial dalam pengembangan kepariwisataan karena berkaitan dengan kebutuhan pengunjung. Dengan mempertimbangkan perencanaan terhadap faktor pelayanan wisata, maka daerah tujuan wisata dapat memenuhi fungsinya dengan lebih baik (Gunn, 1997). Menurut Bappeda NTB (2000), strategi pengembangan usaha sarana dan jasa wisata ditekankan melalui kelengkapan dan kemudahan pelayanan dengan berbagai standar dan pengembangan yang berorientasi lingkungan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa strategi pengembangan sarana
dan
parasarana
transportasi
adalah
meningkatkan
kemudahan
akses/pencapaian baik lewat darat, laut maupun udara ke kawasan wisata atau obyek wisata potensial di Propinsi NTB terutama pada kawasan wisata prioritas dengan kawasan atau obyek wisata yang ada di sekitarnya.
Tentang informasi, lebih lanjut Gunn (1997) menjelaskan bahwa informasi berfungsi membantu pengunjung untuk memahami dan menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi juga berfungsi memberikan panduan arah dan identifikasi lokasi wisata dan pelayanan wisata. Sarana informasi dalam wisata dapat berupa tanda-tanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat informasi, pusat interpretasi pengunjung dan pemandu wisata. Komponen promosi meliputi semua bentuk penawaran dan ajakan yang digunakan untuk memikat orang untuk berwisata (Gunn, 1997). Menurut Yoeti (1996) promosi perlu dilakukan agar dapat mencapai sasaran seperti makin banyaknya wisatawan yang datang dan lebih lama tinggal serta lebih banyak membelanjakan uangnya. Strategi pangsa pasar wisatawan domestik maupun mancanegara Propinsi NTB yaitu dengan meningkatkan promosi dan publikasi, informasi wisata, kerjasama yang saling menguntungkan dan kalender wisata (Bappeda NTB, 2000).
BAB III KEADAAN UMUM WILAY AH STUDI 3.1 Geografis dan Administratif Propinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Secara administratif Pulau Lombok terbagi kedalam empat wilayah kabupaten/kota, yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur. Luas Pulau Lombok seluruhnya adalah ± 4.738,70 km 2. Secara geografis, Kabupaten Lombok Barat terletak pada posisi 8°112'8°55' LS dan 115°46'-116°28' BT dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Selat Lombok dan Kota Mataram di sebelah barat. Luas wilayah Kabupaten Lombok Barat adalah ±3.001 km 2 terdiri dari wilayah darat ±1.649,15 km 2 (54%) dan perairan seluas ± 1.352,49 km 2 (46%). Studi mengenai perencanaan lanskap kawasan wisata budaya ini dilakukan pada Pemukiman Tradisional Segenter, yang terletak di Dusun Segenter, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Pemukiman Tradisional Segenter merupakan suatu komplek pemukiman yang dihuni oleh salah satu komunitas Suku Sasak yang masih memegang teguh adat istiadatnya. Kawasan ini mempunyai ciri khas yang unik dalam penataan pemukiman dan arsitekturalnya dibandingkan dengan pemukiman yang lain. Pola pemukiman memperlihatkan pola yang teratur, yang membentuk pola kotakkotak (grid). Secara administratif Dusun Segenter terletak di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dusun ini dibatasi oleh Dusun Ruak Bangket di sebelah Utara, Dusun Batu Tepak di sebelah Timur, Dusun Lendang Jeliti di sebelah Selatan, dan Dusun Glumpang di sebelah Barat. Luas dusun secara keseluruhan kurang lebih 6.5 Ha. Tapak terbagi dalam kompleks pemukiman penduduk yang dikelilingi pagar tanaman setinggi 1.5 m, dan ladang tempat bercocok tanam penduduk setempat. Kawasan tersebut berlokasi sekitar 2 km dari selatan jalan raya Desa Sukadana.
INDONESIA PROPINSI NTB Laut Flores Laut Jawa
LOMBOK
SUMBAWA
Samudera Indonesia 0
10
20
0 3
KILOMETER
PULAU LOMBOK Anyar Pemukiman Bayan Tradisional Segenter
Gondang
GILI MENO GILI AIR
Tanjung
GILI TRAWANGAN
Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
G. RINJANI
LOMBOK TIMUR
Labuhan Lombok
Ampenan
MATARAM Cakranegara
Kediri Telagawaru
Pringgarata
Mantang Kopang
Ubung
Terara
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
GERUNG
Labuhan Haji
PRAYA
Penujak Sekotong Tengah
Pringgabaya
Aikmel Hikmah
Narmada
LOMBOK TENGAH
Mujur
Keruak
U
Sengkol
0
10
20
KILOMETER
Gambar 2. Peta Orientasi dan Lokasi Studi
30
3.2 Kependudukan Mayoritas kegiatan penduduk di Dusun Segenter adalah sebagai petani lahan kering. Disamping sebagai petani, sebagian besar juga memelihara ternak untuk dijual atau untuk keperluan upacara adat. Dusun Segenter dihuni oleh sekitar 364 jiwa yang terbagi dalam 92 kepala keluarga, yang menempati sekitar 80 rumah adat. Untuk keperluan hidup sehari-hari, penduduk mengandalkan hasil pertanian, berupa tanaman jambu mete, ketela, jagung, dan sayur mayur. Keuntungan dari hasil bumi ini, biasanya dibelikan ternak sebagai tabungan keluarga. Kerajinan tenun maupun ketak, yang cukup populer di Pulau Lombok, tidak dikenal penduduk Dusun Segenter. Kehidupan di dusun ini terlihat lengang terutama di musim penghujan karena tidak banyak pekerjaan yang bisa dilakukan, terutama oleh kaum prianya. Mereka hanya menyiangi tanaman di ladang sejak pagi hingga siang, selebihnya mereka menghabiskan waktu dengan bersantai di berugak, tempat duduk santai dan menerima tamu, yang menjadi salah satu identitas perkampungan ini. Penduduk Dusun Segenter adalah penganut kepercayaan Islam Wetu Telu, terutama penduduk yang sudah berusia lanjut yang masih memegang teguh kepercayaan dan ajaran nenek moyangnya. Anak-anak dan remaja telah mengenal ajaran Islam Waktu Lima sejak didirikannya madrasah di Dusun Segenter oleh seorang turis Belanda. Madrasah tersebut juga digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf pendidikan di dusun tersebut. Kesadaran para orangtua akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya masih rendah, sehingga anak-anak di Dusun Segenter hanya menghabiskan waktunya untuk membantu orangtuanya di ladang atau bermain. Dilihat dari tingkat pendapatan penduduk, penghasilan yang diperoleh penduduk relatif rendah. Dengan adanya perencanaan wisata budaya di Dusun Segenter diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan penduduk setempat disamping sektor pertanian sebagai pekerjaan utama.
3.3 Perkembangan Pariwisata Daerah Propinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai prospek yang sangat baik terhadap wisatawan di masa datang, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara (Wulandari, 2002). Propinsi NTB terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kedua pulau tersebut, terutama Pulau Lombok merupakan daerah tujuan wisata terbesar di Indonesia, selain
Pulau Bali. Beragam atraksi dan obyek wisata, baik yang berbasiskan alam ataupun budaya merupakan daya tarik yang dapat mendatangkan wisatawan, terutama dari mancanegara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi NTB dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi NTB tahun 2000-2015 telah menetapkan
beberapa
kawasan
wisata
unggulan
untuk
mempermudah
perencanaan dan pengembangan pariwisata Propinsi NTB di masa datang. Berdasarkan hal tersebut, maka kebijaksanaan penetapan kawasan wisata unggulan Propinsi NTB meliputi : kawasan wisata bahari, kawasan wisata pegunungan dan kawasan wisata budaya (Gambar 3). Berdasarkan
kebijaksanaan
penetapan
kawasan
wisata
unggulan
Propinsi NTB, wilayah Dusun Segenter tidak termasuk dalam salah satu kawasan wisata budaya unggulan. Kawasan wisata budaya yang menjadi unggulan hanya kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya karena keberadaannya yang mengelompok dan saling terkait serta membentuk satu kesatuan dalam kawasan wisata budaya baik obyek wisata maupun atraksi wisata budayanya, sedangkan Dusun Segenter hanya menjadi salah satu obyek wisata penunjang dari kawasan wisata pegunungan Gunung Rinjani dan sekitarnya.
INDONESIA
Laut Flores Laut Jawa
IX I
X
V
VI LOMBOK VII
XII XIII
II IV III
SUMBAWA
XI
VIII Samudera Indonesia
Sumber Peta : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi NTB
PETA KAWASAN WISATA UNGGULAN PROPINSI NTB PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA
I.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) I - Sub KWB Gili Trawangan dan sekitarnya - Sub KWB Pantai Senggigi dan sekitarnya
V.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) V - Sub KWB Gili Sulat dan sekitarnya - Sub KWB Gili Bidara dan sekitarnya
II.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) II - Sub KWB Gili Nanggu dan sekitarnya - Sub KWB Gili Gede dan sekitarnya
VI.
KAWASAN WISATA PEGUNUNGAN (KWP) I Gunung Rinjani dan sekitarnya
III.
IV.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) III - Sub KWB Pantai Kuta dan sekitarnya - Sub KWB Pantai Selongblanak dan sekitarnya KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) IV - Sub KWB Gili Kere dan sekitarnya - Sub KWB Pantai Surga dan sekitarnya
VII.
KAWASAN WISATA BUDAYA (KWB) I Suranadi dan sekitarnya
VIII.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) VI Pantai Maluk dan sekitarnya
IX.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) VII Pulau Moyo dan sekitarnya
X.
KAWASAN WISATA PEGUNUNGAN (KWP) II Gunung Tambora dan sekitarnya
XI.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) VIII Pantai Hu'u dan sekitarnya
XII.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) IX Teluk Bima dan sekitarnya
XIII.
KAWASAN WISATA BAHARI (KWB) X Sape dan sekitarnya
: Ibukota Propinsi : Ibukota Kabupaten
DIGAMBAR OLEH
: Batas Kabupaten
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037) DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
10
20
KILOMETER
NO. GAMBAR 30
3
BAB IV METODOLOGI 4.1 Lokasi dan Waktu Studi Studi mengenai perencanaan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter sebagai kawasan wisata budaya ini dilakukan di Dusun Segenter, Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar 4). Perkampungan yang mayoritas penduduknya petani lahan kering ini, dihuni sekitar 92 kepala keluarga, yang menempati 80 rumah asli Suku Sasak. Pengambilan data dilakukan mulai bulan Maret sampai April 2005 dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan. INDONESIA
Pulau Lombok
Lokasi Studi
Anyar Pemukiman Tradisional Bayan Segenter
Gondang
GILI MENO GILI AIR
Tanjung
GILI TRAWANGAN
Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
G. RINJANI
LOMBOK TIMUR
Labuhan Lombok
MATARAM Ampenan Cakranegara Kediri Telagawaru
Mantang Pringgarata Kopang Ubung
Terara
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
GERUNG
Labuhan Haji
PRAYA
Penujak Sekotong Tengah
Pringgabaya
Aikmel Hikmah
Narmada
LOMBOK TENGAH
Mujur
U
Keruak
Sengkol
0
10
20
30
KILOMETER
Gambar 4. Peta Lokasi Studi Perencanaan 4.2 Batasan Studi Studi ini dilakukan sampai batas tahap perencanaan lanskap untuk mendukung kegiatan wisata budaya di Pemukiman Tradisional Segenter. Hasil dari perencanaan lanskap kawasan ini dinyatakan dengan zonasi wisata, sistem sirkulasi wisata budaya dan fasilitas pendukung kegiatan wisata budaya.
4.3 Metode Perencanaan Lanskap 4.3.1 Konsep Pada tahap ini dibuat suatu konsep yang diterjemahkan dalam pengembangan ruang dan jalur sirkulasi wisata untuk memenuhi tujuan studi ini yaitu pelestarian dan pengembangan kawasan Pemukiman Tradisional Segenter sebagai kawasan lanskap wisata budaya. 4.3.2 Riset Tahapan-tahapan dalam riset ini meliputi survei, wawancara dan observasi. Riset termasuk studi terhadap kejadian di masa lalu, sekarang, serta kecenderungan perubahan terhadap masa depan. Jenis data serta cara pengambilan dan analisisnya tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Data dan Metode Pengambilannya Jenis Data
Bentuk Data yang Diharapkan
Sumber Data
Cara Analisis Data
A. LINGKUNGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT TRADISIONAL SEGENTER 1.
LETAK, LUAS DAN BATAS TAPAK
- Letak geografis dan administratif tapak - Posisi dalam pengembangannya sebagai kawasan wisata
Survei lapang
Deskriptif dan spasial
2.
SISTEM TRANSPORTASI DAN AKSESIBILITAS TAPAK
- Peta akses kawasan - Sistem transportasi menuju kawasan
Survei lapang
Deskriptif dan spasial
3.
POLA PERKAMPUNGAN DAN TATA GUNA LAHAN
- Pola perkampungan dan tata ruang eksisting kawasan
Survei lapang, wawancara dan studi pustaka
Deskriptif dan spasial
4.
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
- Sistem kekerabatan dan stratifikasi sosial - Adat dan kepercayaan - Sistem kepemimpinan - Sistem ekonomi dan kontak dengan budaya luar
Wawancara dan studi pustaka
Deskriptif dan spasial
B. WISATA BUDAYA BERBASISKAN KEHIDUPAN TRADISIONAL 1.
ATRAKSI/OBYEK WISATA BUDAYA
- Jenis dan jumlah atraksi/obyek wisata budaya dan denah persebarannya
Survei lapang, studi pustaka dan wawancara
Deskriptif dan spasial
2.
SIRKULASI WISATA
- Pola sirkulasi wisata yang telah ada dan yang akan dikembangkan
Survei lapang dan wawancara
Deskriptif dan spasial
3.
FASILITAS PELAYANAN
- Jenis dan jumlah fasilitas pelayanan pengunjung yang telah ada dan yang akan dikembangkan
Survei lapang dan wawancara
Deskriptif
4.
POTENSI WISATAWAN
- Strategi pengembangan kawasan dan kondisi kepariwisataan kawasan saat ini
Survei lapang, wawancara dan studi pustaka
Deskriptif dan spasial
4.3.3 Analisis Pada tahap analisis ini, dilakukan analisis terhadap berbagai aspek dan faktor yang berpengaruh terhadap kawasan. Analisis ini meliputi potensi, kendala, amenities, dan danger signal serta tinjauan terhadap kebijakan pemerintah yang berorientasi pada pengembangan program. Data dan informasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui model lanskap dan obyek/atraksi wisata budaya yang ada pada tapak dan analisis secara spasial untuk menentukan tata ruang lanskap dan tata ruang wisata pada tapak. Tahap selanjutnya adalah analisis penentuan skor untuk evaluasi titik obyek/atraksi wisata yang dilakukan dengan metode skoring berdasarkan kriteria MacKinnon et al. dalam Wulandari (2002) dengan beberapa modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian, yaitu : a. Letak/jarak kawasan terhadap kota b. Aksesibilitas menuju kawasan tersebut c. Keaslian, keistimewaan dan kekhasan kawasan d. Atraksi yang menonjol pada kawasan tersebut, misalnya atraksi yang berkaitan dengan kegiatan religi dan budaya masyarakat setempat e. Daya tarik, keunikan dan penampilan kawasan f. Fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung bagi wisatawan Evaluasi ditentukan oleh nilai skor masing-masing obyek/atraksi wisata yang terpilih. Nilai skor ditentukan dengan nilai 1 sampai 4 (skor 1 = sangat buruk, 2 = buruk, 3 = baik dan 4 = sangat baik). Kriteria penilaian obyek/atraksi wisata dapat terlihat pada Tabel 2. Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai skor pada masing-masing obyek/atraksi wisata budaya. Jumlah skor total 1-5 termasuk dalam kategori tidak potensial, skor 6-10 termasuk dalam kategori kurang potensial, skor 11-15 termasuk dalam kategori cukup potensial, dan skor 16-20 termasuk dalam kategori sangat potensial.
Tabel 2. Kriteria Penilaian Obyek/Atraksi Wisata Budaya pada Tapak No
Faktor
Nilai
1
Letak
1 (sangat buruk) Jarak > 1 km
2
Aksesibilitas
3
2 (buruk)
3 (baik)
4 (sangat baik) Jarak < 50 m
Jarak 500 1000 m
Jarak 50 500 m
Jalan tanah
Jalan batu
Jalan aspal lebar < 3 m
Jalan aspal lebar > 3 m
Keaslian
Lanskap dan budaya asli Dusun Segenter sudah berubah sama sekali
Asimilasi, dominan budaya luar Dusun Segenter
Asimilasi, dominan budaya asli Dusun Segenter
Lanskap dan budaya asli Dusun Segenter
4
Atraksi dan Daya Tarik
Terdapat > 5 lokasi di tempat lain
Terdapat 3 - 5 lokasi di tempat lain
Terdapat < 3 lokasi di tempat lain
Hanya terdapat di Dusun Segenter
5
Fasilitas Pendukung
Sarana dan prasarana kurang tersedia
Sarana dan prasarana tersedia, kondisi kurang baik
Sarana dan prasarana tersedia, kondisi baik
Sarana dan prasarana tersedia, kondisi sangat baik
4.3.4 Sintesis Tahapan ini mencakup penentuan alternatif-alternatif yang akan dilakukan dalam perencanaan selanjutnya. Rencana-rencana yang tidak sesuai akan dimodifikasi dan akan dikembangkan sesuai dengan konsep yang telah dikembangkan. Analisis yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya akan menunjukkan tapak yang berpotensi atau sesuai dengan berbagai peruntukan. Bagian yang cukup penting dari tahap ini adalah usaha menghubungkan elemenelemen pada kawasan ini. Metode yang digunakan dalam tahapan ini adalah metode overlay dan tabulatif. 4.3.5 Perencanaan Ide-ide dalam konsep dikembangkan dalam tahap perencanaan tata letak berbagai elemen pembentuk lanskap kawasan wisata budaya pemukiman tradisional dalam bentuk Rencana Lanskap. Proses perencanaan yang dilakukan menggunakan pendekatan perencanaan Simonds (1983) seperti terlihat pada Gambar 5.
Kondisi Lingkungan Kehidupan Tradisional Masyarakat Segenter
TAHAPAN
KONSEP
Obyek/Atraksi - ruang - waktu
RISET
Zona Wisata Atraksi/Obyek
ANALISIS DAN SINTESIS KEBUTUHAN
Akses Sirkulasi Wisata
WISATA
Fasilitas Pelayanan
Masyarakat
Wisata
Masyarakat
Lanskap Kawasan Wisata Budaya Segenter
PERENCANAAN LANSKAP
Gambar 5. Tahapan Perencanaan Lanskap
4.4 Bentuk Hasil Studi Hasil dari studi perencanaan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter, Pulau Lombok, sebagai kawasan wisata budaya, meliputi : I. Rencana Tertulis 1. Konsep ruang dan jalur wisata 2. Perencanaan aktifitas dan fasilitas wisata 3. Perencanaan
lanskap
kawasan
wisata
budaya
Pemukiman
Tradisional Segenter II. Rencana Grafis 1. Block plan kawasan wisata budaya Pemukiman Tradisional Segenter 2. Rencana lanskap kawasan wisata budaya Pemukiman Tradisional Segenter 3. Rencana Jalur Wisata Budaya
BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Perencanaan lanskap Pemukiman Tradisional Segenter ditujukan untuk dapat melestarikan lanskap dan budaya vernakular yang ada pada kehidupan masyarakat asli Suku Sasak yang mendiami Kampung Segenter. Hal ini diwujudkan
melalui
suatu
perencanaan
kawasan
wisata
budaya
yang
berbasiskan kehidupan tradisional. Wisata budaya yang ada digunakan sebagai sarana informasi, rekreasi, dan edukasi sehingga wisatawan yang berkunjung dapat menginterpretasikan model dan kekayaan budaya kampung tradisional ini. Kegiatan perencanaan lanskap ini harus dapat melestarikan lanskap dan budaya vernakular yang ada sehingga dapat mengakomodasikan kehidupan tradisional masyarakat
setempat
serta
pada
saat
yang
bersamaan
juga
dapat
mengakomodasikan kegiatan wisata budaya. Konsep dasar perencanaan lanskap tersebut dikembangkan melalui pendekatan wisata budaya yang dapat memberikan pengalaman yang unik dan menarik bagi wisatawan. 5.2 Pengembangan Konsep 5.2.1
Ruang dan Lanskap Wisata Penataan ruang di tapak bertujuan untuk mengakomodasikan kegiatan
wisata budaya yang direncanakan dan disesuaikan dengan pola tata ruang kehidupan tradisional masyarakat yang ada. Rencana ruang yang akan dikembangkan meliputi ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Gambar 6 memperlihatkan diagram pengembangan konsep ruang pada tapak.
Keterangan : : Ruang Wisata Budaya
: Sub Ruang Pelayanan
: Sub Ruang Penerimaan
: Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya
Gambar 6. Diagram Pengembangan Konsep Ruang Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter a. Ruang Wisata Budaya Ruang wisata budaya merupakan pusat dari aktivitas wisata dan menjadi tujuan utama kegiatan wisatawan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam menginterpretasikan model dan kekayaan Pemukiman Tradisional Segenter. Ruang ini merupakan elemen utama atraksi wisata budaya yang akan dikembangkan meliputi atraksi atau obyek wisata budaya yang memberikan ciri yang khas bagi kampung tradisional ini. Atraksi atau obyek wisata yang ada dapat berdimensi ruang, seperti : rumah adat, berugak, lumbung dan obyek terbangun lainnya, serta atraksi yang berdimensi waktu, seperti : upacara adat dan kegiatan tradisional masyarakat setempat lainnya dalam berinteraksi dengan Pencipta, sesama dan alamnya.
b. Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya Ruang pendukung kegiatan wisata budaya terdiri dari dua sub ruang, yaitu : sub ruang penerima dan sub ruang pelayanan. Sub ruang penerima merupakan area yang digunakan untuk menyambut wisatawan yang datang, sedangkan sub ruang pelayanan adalah area yang digunakan untuk mengakomodasikan berbagai keperluan pengunjung sebelum melakukan kegiatan wisata budaya. Tabel 3 menunjukkan pembagian ruang, jenis aktivitas dan fasilitas yang direncanakan :
Tabel 3. Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas Wisata Budaya yang Direncanakan Pembagian Ruang Ruang - Wisata Budaya
5.2.2
Fasilitas
Sub Ruang - Kehidupan masyarakat
- Melihat pertunjukan seni, photo hunting, berinteraksi dengan penduduk, berjalan
- Ragam obyek wisata budaya (ruang dan waktu), jalur sirkulasi, aula atraksi budaya, papan informasi
- Penerima
- Melihat informasi, duduk, berjalan
- Pintu masuk kawasan, parkir kendaraan, kantor pengelola, shelter
- Pelayanan
- Berjalan, duduk, berbelanja, makan dan minum, menginap
- Visitor information center, toko souvenir, home stay/penginapan, restoran, toilet, shelter
- Pendukung kehidupan masyarakat - Pendukung Kegiatan Wisata Budaya
Jenis Aktivitas
Sistem Sirkulasi Wisata Jalur sirkulasi yang akan direncanakan bertujuan untuk menghubungkan
ruang-ruang dalam tapak dan mengakomodasikan berbagai aktivitas wisata dan aktivitas masyarakat setempat. Jalur sirkulasi bagi wisatawan dimulai dari ruang penerimaan yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan hingga ruang pelayanan. Selanjutnya wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju ruang wisata budaya yang merupakan pusat keberadaan atraksi dan kegiatan wisata budaya. Jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan dapat mengetahui dan menikmati keseluruhan model dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Pemukiman Tradisional Segenter. Melalui jalur sirkulasi tersebut wisatawan akan memasuki ruang wisata budaya melalui jalur masuk yang sama dengan jalur keluarnya, sehingga diharapkan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat tidak terganggu oleh kegiatan wisata budaya yang ada. Jalur sirkulasi ini akan menawarkan perjalanan yang menarik bagi wisatawan, dimana wisatawan diajak untuk menikmati suatu model kehidupan tradisional yang unik pada suatu kawasan yang sebenarnya kurang optimal bagi kehidupan. Gambar 7 menunjukkan skema pengembangan konsep sirkulasi pada tapak.
Sub Ruang Penerimaan
Sub Ruang Pelayanan
Sub Ruang Kehidupan Masyarakat : - Pola Perkampungan - Rumah Adat Tradisional - Berugak - Lumbung - Kandang - Pagar
Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat : - Sawah/ladang - Pemakaman - Masjid Kuno
Gambar 7. Diagram Pengembangan Konsep Jalur Interpretasi Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter
BAB VI DATA DAN ANALISIS 6.1 Lingkungan Kehidupan Masyarakat Tradisional Segenter 6.1.1
Letak, Luas, dan Batas Tapak Pulau Lombok merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di
Indonesia, selain Pulau Bali. Beragam obyek dan atraksi wisata dapat menarik wisatawan yang berkunjung, terutama dari mancanegara. Namun kebijakan yang ada saat ini lebih memprioritaskan pengembangan kawasan wisata bahari dan wisata alam pegunungan, daripada wisata yang berbasiskan budaya (Bappeda NTB, 2000). Wisata budaya di Pulau Lombok sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut terutama yang berbasiskan kehidupan tradisional, karena merupakan cerminan kehidupan asli Suku Sasak yang unik dan khas. Tapak yang direncanakan sebagai kawasan wisata budaya merupakan komplek perkampungan yang dihuni oleh masyarakat Suku Sasak yang telah bermukim secara turun temurun. Secara administratif, komplek pemukiman tersebut membentuk sebuah dusun yang bernama Dusun Segenter. Secara administratif Dusun Segenter terletak di Desa Sukadana, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dusun ini dibatasi oleh Dusun Ruak Bangket di sebelah Utara, Dusun Batu Tepak di sebelah Timur, Dusun Lendang Jeliti di sebelah Selatan, dan Dusun Glumpang di sebelah Barat. Luas tapak ini secara keseluruhan kurang lebih 6.5 Ha yang terbagi dalam kompleks pemukiman penduduk yang dikelilingi pagar tanaman setinggi 1.5 m, dan ladang tempat bercocok tanam penduduk setempat. Kawasan tersebut berlokasi sekitar 2 km dari selatan jalan raya Desa Sukadana. Dusun Segenter terletak di kaki Gunung Rinjani dengan kondisi tanah berpasir dan suhu yang panas serta kering. Lokasi dan keadaan tapak dapat terlihat pada Gambar 8.
INDONESIA
Ladang Penduduk
Pemakaman
A
Anyar Pemukiman Bayan Tradisional Segenter
Ladang Penduduk
Gondang
GILI MENO GILI AIR
Tanjung
GILI TRAWANGAN
Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
Ladang Penduduk
G. RINJANI
B
LOMBOK TIMUR
Labuhan Lombok
MATARAM Ampenan Cakranegara
Kediri Telagawaru
Pringgabaya
Aikmel Hikmah
Narmada Pringgarata
Mantang Kopang
Ubung
Terara
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
GERUNG
Labuhan Haji
PRAYA
Penujak Sekotong Tengah
Mujur
LOMBOK TENGAH
C
Keruak
Sengkol
0
10
20
30
Jalan menuju Desa Sukadana
KILOMETER
0
10
20
D
30
METER
PETA LOKASI DAN KEADAAN TAPAK PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA : Ibukota Propinsi
: Rumah
: Ibukota Kabupaten
: Berugak
: Ibukota Kecamatan
: Kandang Ternak
: Batas Kabupaten
: Lumbung
: Jalan Raya
: Bak Penampungan Air
A.
POLA KAMPUNG KHAS TRADISIONAL SEGENTER
B.
RUMAH TRADISIONAL
C.
BERUGAK
D.
LUMBUNG
DIGAMBAR OLEH
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037) DOSEN PEMBIMBING
: Pintu Masuk Komplek Perkampungan : Masjid : Sekolah
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA
NO. GAMBAR
8
Lokasi Dusun Segenter dipilih sebagai tapak studi perencanaan karena mempunyai beberapa nilai positif dari segi kepariwisataan Pulau Lombok pada umumnya dan Kabupaten Lombok Barat pada khususnya. Kawasan ini merupakan salah satu obyek wisata pendukung bagi keberadaan kawasan wisata pegunungan Gunung Rinjani dan letaknya tidak terlalu jauh dengan obyek wisata lainnya, terutama di sekitar kawasan Gunung Rinjani (Gambar 9). Gunung Rinjani merupakan obyek wisata yang cukup populer dan ramai dikunjungi oleh wisatawan, karena itu Dusun Segenter juga berpotensi untuk dapat menarik minat wisatawan yang berkunjung. Tapak juga
merupakan salah satu
perkampungan Suku Sasak yang relatif masih asli, baik adat maupun budaya masyarakat
setempatnya,
sehingga
dapat
mewakili
bentuk
kehidupan
masyarakat tradisional Pulau Lombok. MATARAM 4.5 11.5
LENDANG BAJUR 7
PUSUK
2 3 18.5 11.5 30
24.5 17.5
31.3
27
38.5
34
PEMENANG 4.5
PANTAI SIRE
18
8
7
27
12
TANJUNG GONDANG
11
4
28.5 19.5
15
8
4
TIU PUPUS GANGGA
70
63.5 50.5 39.5
34
27
23
30
75
70.5
57
45.5
41
39
35
31
4
77
73
64
52.5
48
39
35
39
8
4
80
75.5 70.5 58.5
54
47
43
47
12
8
80
76.5 70.5 58.5
54
47
43
47
12
8
4
0
88
83.5
76
64.5
60
53
49
53
23
15
15
11
7
AIR TERJUN SINDANG GILA
89
84
77
65
61.5
55
50.5
55
30.5
28
17
13
13
1
SENARU
75
71.5
57
60
57
40
38
28
24
24
17
15
42.5
99
38
94.5 86.5
SUKADANA
PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER DESA ANYAR 4
BAYAN MASJID BAYAN BELEQ
AIR TERJUN TOREAN
Gambar 9. Diagram Jarak Dusun Segenter dengan Daerah Wisata di Sekitarnya (dalam km) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap data lokasi tapak, maka Dusun Segenter dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya yang cukup potensial. Lokasi yang terpencil dengan udara yang panas serta dikelilingi oleh lanskap khas daerah kering merupakan ciri khas kawasan tersebut yang akan menawarkan pengalaman perjalanan yang unik bagi wisatawan. Hal tersebut juga didukung oleh keberadaan beberapa obyek wisata yang berada tidak jauh dari lokasi tapak sehingga keberadaan tapak dapat dimasukkan ke
dalam paket wisata bersama dengan obyek wisata lainnya terutama di sekitar Gunung Rinjani. 6.1.2
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi Tapak Dusun Segenter terletak kurang lebih 75 km dari Kota Mataram. Lokasi
tapak dapat ditempuh menggunakan angkutan umum ataupun angkutan pribadi, sedangkan bus wisata yang berukuran besar hanya dapat menjangkau hingga jalan raya Desa Sukadana, perjalanan sejauh 2 km dapat dilanjutkan menggunakan jasa ojek atau angkutan umum menuju lokasi tapak. Akses terhadap lokasi tapak dari beberapa pintu masuk wisatawan menuju Lombok dapat terlihat pada Gambar 10.
Jawa/Bali via Pelabuhan Lembar 30 km Jawa/Bali via Bandara Selaparang
5 km
Mataram 75 km
Dusun Segenter, Desa Sukadana
70 km
Sumbawa via Labuhan Lombok
Gambar 10. Akses Menuju Tapak dari Pintu Masuk Wisatawan ke Pulau Lombok Wisatawan yang menggunakan mobil pribadi atau bus wisata dari Mataram, dapat memilih melalui jalur sepanjang Pantai Senggigi yang menawarkan keindahan alam pantai Lombok atau memilih jalur Hutan Pusuk yang menawarkan pemandangan hutan alami yang banyak dihuni oleh kera. Perjalanan dari Kota Mataram menuju Dusun Segenter dapat ditempuh selama kurang lebih 2 jam. Kondisi jalan di kedua jalur tersebut relatif baik selebar kurang lebih 6 m dan dapat dilalui dua kendaraan yang berlawanan arah. Kedua jalur tersebut akan bertemu di daerah Pemenang, selanjutnya melalui jalur tersebut menyusuri Pulau Lombok bagian timur menuju Dusun Segenter. Bagi wisatawan yang datang dari arah Pulau Sumbawa melalui Pelabuhan Labuhan Lombok, perjalanan menuju Dusun Segenter ditempuh melalui jalur bagian barat
hingga utara Pulau Lombok. Apabila menggunakan bus wisata perjalanan hanya sampai jalan raya Desa Sukadana, selanjutnya wisatawan dapat menggunakan jasa angkutan umum atau ojek menuju lokasi Pemukiman Tradisional Segenter. Hal tersebut dikarenakan rusaknya jembatan yang menghubungkan jalan raya dan Dusun Segenter. Perbaikan jembatan dapat lebih mempermudah akses wisatawan menuju lokasi tapak. Wisatawan yang memilih menggunakan kendaraan umum dari Mataram dapat menempuh perjalanan menggunakan kendaraan umum jenis minibus jurusan Bayan. Sampai di Desa Sukadana perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan jasa ojek menuju lokasi Pemukiman Tradisional Segenter.
Gambar 11. Sarana Transportasi yang Dapat Digunakan Wisatawan, a. Kendaraan umum; b. Bus wisata Sepanjang jalan menuju Dusun Segenter, wisatawan akan menikmati lanskap khas daerah kering dengan melewati kebun jambu mete penduduk, tambang batu kapur, dan sungai yang kering di pinggir jalan. Kualitas visual lanskap yang khas dan unik sepanjang jalan menuju Dusun Segenter tersebut merupakan potensi sebagai pengantar wisatawan sebelum memasuki lokasi wisata budaya Pemukiman Tradisional Segenter. Terik matahari yang dirasakan segera hilang begitu wisatawan menginjakkan kaki di pemukiman Tradisional Segenter yang menawarkan beragam atraksi/obyek wisata budaya yang khas. Jalur jalan yang ada saat ini dapat merupakan kendala dalam pengembangan kawasan wisata budaya Segenter jika dilihat dari keberadaannya yang jauh dan terpencil menyebabkan jarang angkutan umum dari kota yang dapat mencapai kawasan ini. Wisatawan lebih sering menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan untuk menuju kawasan tersebut. Untuk keperluan sehari-hari penduduk setempat menggunakan kendaraan roda dua atau menggunakan jasa ojek.
Gambar 12. Kondisi Jalan Menuju Kawasan Keberadaan tapak yang jauh dari keramaian serta minimnya sarana transportasi dan komunikasi pada tapak menyebabkan kelestarian budaya yang ada relatif masih terjaga sehingga merupakan potensi yang dapat mendukung pengembangan tapak sebagai lokasi wisata budaya. Peta akses menuju tapak dapat terlihat pada Gambar 13. Dari data yang diperoleh maka diperlukan usaha-usaha pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana yang dapat menunjang aksesibilitas tapak. Perbaikan jembatan yang menghubungkan jalan raya Desa Sukadana dan Dusun Segenter serta pengadaan tanda-tanda pemandu arah dari sejak wisatawan datang di Pulau Lombok akan mempermudah akses wisatawan terhadap Pemukiman Tradisional Segenter. Pengadaan pintu gerbang yang bentuknya disesuaikan dengan model arsitektur setempat juga dapat digunakan untuk memperjelas dan menjadi ciri bagi keberadaan kawasan wisata budaya Segenter.
Sukadana
Anyar
Pemukiman Tradisional Bayan Segenter
INDONESIA
Gondang
GILI MENO GILI AIR GILI TRAWANGAN
Tanjung Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
G. RINJANI
LOMBOK TIMUR Hutan Pusuk Senggigi
Labuhan Lombok
Dari Mataram melalui Hutan Pusuk
Dari Mataram melalui Pantai Senggigi
Ampenan
MATARAM Cakranegara Kediri Telagawaru
Ferry dari Bali
Narmada Pringgarata
Mantang Kopang
Ubung
Terara
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
Labuhan Haji
PRAYA Dari Pelabuhan Lembar melalui Mataram
Penujak Sekotong Tengah
Pringgabaya
Aikmel Hikmah
GERUNG Lembar
Ferry dari Sumbawa
Dari Pelabuhan Labuhan Lombok langsung menuju Segenter
LOMBOK TENGAH
Mujur
Keruak
Sengkol
Sumber Peta : Hasil Analisis
PETA AKSESIBILITAS TAPAK PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA
: Ibukota Propinsi : Ibukota Kabupaten
DIGAMBAR OLEH
: Ibukota Kecamatan
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Batas Kabupaten : Jalan Raya : Pelabuhan : Bandara
DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
5
10
KILOMETER
NO. GAMBAR 15
13
6.1.3
Pola Perkampungan dan Tata Guna Lahan Terbentuknya kampung-kampung di Pulau Lombok biasanya di mulai dari
sekelompok orang yang membentuk suatu desa kecil yang kemudian semakin lama kian sempurna (Buku Monografi Daerah NTB jilid I, 1977). Desa-desa atau dalam kesatuan administratif yang lebih kecil disebut dusun di Pulau Lombok, keberadaannya cenderung menyebar bahkan hingga ke bukit-bukit atau bahkan di gunung. Kemungkinan terjadinya desa-desa tersebut diakibatkan adanya bentrokan antar agama, kesukuan, dan lain-lain, sehingga untuk menghindarkan diri dari kejaran musuh, mereka harus mencari tempat-tempat yang sukar di capai. Dusun Segenter terdiri dari komplek pemukiman penduduk yang dikelilingi oleh pagar setinggi 1.5 m seluas kurang lebih 2 Ha, dan disekitar luar pagar tersebut terdapat lahan seluas kurang lebih 4.5 Ha untuk bercocok tanam penduduk setempat. Pola ruang pemukiman di Dusun segenter membentuk pola yang unik dan khas, dimana jarak antar rumah dan bangunan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola yang teratur. Pola ruang khas Dusun Segenter tersebut merupakan daya tarik utama dalam pengembangan kawasan wisata budaya Dusun Segenter. Gambar 14 memperlihatkan pola perkampungan Dusun Segenter. Pemukiman Tradisional Segenter dihuni oleh kurang lebih 364 jiwa terbagi dalam 92 kepala keluarga yang menempati sekitar 80 rumah adat. Setiap rumah adat rata-rata dihuni oleh satu keluarga. Mayoritas rumah di dusun ini masih mempertahankan bentuk asli rumah tradisional Suku Sasak yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun. Lantai tanah, dinding anyaman bambu dan atap alang-alang merupakan ciri khas rumah tradisional Suku Sasak Bayan. Ciri lain yang membedakan rumah adat di daerah Bayan dengan rumah adat di daerah Sade atau Sembalun adalah tidak terdapatnya tangga atau dalam bahasa Sasak disebut upak-upak menuju pintu masuk pada rumah adat di daerah Bayan (Gambar 15). Rumah adat di Dusun Segenter saling berhadapan ke arah barat dan timur dengan bangunan berugak di tengah-tengahnya. Tidak ada alasan yang pasti mengapa rumah-rumah di dusun ini dibuat saling berhadapan menghadap ke arah barat dan timur. Biasanya dua rumah yang saling berhadapan dimiliki oleh orang yang masih mempunyai ikatan keluarga (Gambar 16).
Anyar Pemukiman Bayan Tradisional Segenter
GILI MENO GILI TRAWANGAN
Gondang
GILI AIR
Tanjung
Pemenang
Sambelia
LOMBOK BARAT
G. RINJANI
LOMBOKTIMUR
Ladang Penduduk LabuhanLombok
MATARAM Ampenan
Pringgabaya
Aikmel
Cakranegara
Hikmah
Narmada Pringgarata Kediri Telagawaru
Mantang Kopang
Terara
Masbagik Sikur Pancor
Pemakaman
SELONG
Ubung GERUNG Labuhan Haji
PRAYA
Penujak Mujur Sekotong Tengah
LOMBOK TENGAH
Keruak
Sengkol
0
15.5
3 1
B
46.5
KILOMETER
Ladang Penduduk
Ladang Penduduk
C
A
D
Jalan menuju Desa Sukadana
Sumber Peta : Pengamatan Lapang dan Hasil Analisis
POLA PERKAMPUNGAN DUSUN SEGENTER PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA : Rumah
A.
Salah satu sudut Pemukiman di Dusun Segenter
: Berugak
B.
Pola pemukiman di Dusun Segenter yang terlihat teratur
C.
Salah satu pintu masuk Pemukiman Dusun Segenter
D.
Pemukiman penduduk Dusun Segenter yang dikelilingi oleh pagar dilihat dari jalan
: Kandang Ternak
DIGAMBAR OLEH
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Lumbung : Bak Penampungan Air
DOSEN PEMBIMBING
: Pintu Masuk Komplek Perkampungan : Masjid
: Sekolah
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
10
20 METER
NO. GAMBAR 30
14
Gambar 15. Bentuk Arsitektur Rumah Tradisional Suku Sasak a. Rumah Sasak di Sembalun b. Rumah Sasak di Segenter
Pekarangan
Pekarangan
Keterangan : Rumah dan letak pintu masuknya : Berugak
: Arah utara
Gambar 16. Ilustrasi Posisi Rumah Adat yang Saling Berhadapan Mayoritas penduduk Dusun Segenter mempunyai dan memelihara ternak yang kandangnya terletak di dalam pagar yang mengitari pemukiman mereka. Terdapat juga beberapa lumbung yang sebagian sudah tidak difungsikan lagi sebagai tempat menyimpan padi, namun hanya digunakan untuk sekedar bersantai atau mengikat ternak pada tiang penyangganya, bahkan ada lumbung yang sudah tidak difungsikan lagi karena rusak. Untuk kebutuhan perencanaan, akan dibangun lumbung sehingga dapat memperlihatkan budaya yang lengkap. Sebagai penganut adat Islam Wetu Telu, masjid adat merupakan tempat yang disakralkan. Masjid bagi penganut Islam Wetu Telu Dusun Segenter terletak di daerah Semokan sekitar 2 km dari Dusun Segenter. Masjid ini juga digunakan sebagai tempat tinggal Mak Loka’ Tua Turun, sebagai orang yang paling dituakan di antara penduduk. Mak Loka’ Tua Turun merupakan orang yang berhak menentukan apakah komplek pemukiman yang sudah ada dapat diperluas apabila sudah melebihi kapasitas, atau dengan membuka lahan baru di luar komplek pemukiman yang sudah ada, dalam bahasa sasak dikenal dengan istilah membangar.
Bagi penganut Islam Waktu Lima, terdapat masjid yang terletak tepat di sebelah Selatan komplek pemukiman Tradisional Segenter. Pada tempat tersebut juga terdapat sebuah madrasah setingkat SD yang diperuntukkan bagi anak-anak Dusun Segenter memperoleh pendidikan sekaligus belajar agama Islam. Madrasah ini berdiri atas prakarsa seorang turis Belanda dan dinamakan Madrasah De Koning. Pemakaman bagi penduduk Dusun Segenter terletak di sebelah Utara komplek pemukiman. Seiring dengan masuknya program pemerintah tentang sanitasi dan kesehatan, perlahan-lahan banyak penduduk yang mulai memperkeras lantai rumahnya dengan semen atau membuat jendela pada dinding rumahnya, namun bentuk rumah adatnya masih mereka pertahankan. Kamar mandi permanen mulai dipergunakan, bahkan kesulitan memperoleh air bersih untuk kehidupan sehari-hari mulai teratasi dengan adanya bak penampungan air di tengah-tengah kampung tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun penduduk Dusun Segenter memegang teguh adat yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyangnya, akan tetapi mereka tidak menutup terhadap perubahan teknologi yang berasal dari luar komunitas mereka tanpa kehilangan budaya kehidupannya. Keunikan dan kekhasan pola ruang pemukiman dan bentuk arsitektural bangunan tradisional merupakan daya tarik tersendiri dalam pengembangan Dusun Segenter sebagai kawasan wisata budaya. Kawasan ini mempunyai daya tarik tersendiri dan berbeda dengan kampung Suku Sasak lain yang keberadaannya tersebar di Pulau Lombok, terutama dengan kampung di luar Kecamatan Bayan. Dalam perencanaan, ruang-ruang eksisting yang terdapat pada tapak merupakan satu kesatuan. Ruang-ruang tersebut adalah ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) yang dikelilingi pagar seluas 2 Ha atau ± 30 % dari luasan tapak dan ruang di sekeliling ruang kehidupan masyarakat yang merupakan ruang pendukung kehidupan masyarakat seluas 4.5 Ha atau ± 70 % dari luasan tapak. Ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) terdiri dari : rumah, halaman, berugak, lumbung, kandang, dan sarana infrastruktur lainnya yang terdapat di dalam pagar. Ruang pendukung kehidupan masyarakat terdiri dari lahan pertanian dan sarana infrastuktur lainnya yang terdapat di luar pagar. Perencanaan kawasan wisata budaya yang akan dilakukan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap ruang kehidupan masyarakat sebagai fokus
utama obyek dan atraksi wisata yang akan dikembangkan, sedangkan ruang pendukung kehidupan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan kawasan dan sekaligus dikembangkan sebagai ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Gambar 17 menggambarkan tata ruang eksisting tapak dan rencana pengembangannya.
Keterangan :
: Sub Ruang Kehidupan Masyarakat
: Ruang Wisata Budaya
: Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
: Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya
Gambar 17. Tata Ruang Eksisting Tapak dan Rencana Pengembangannya 6.1.4
Sosial dan Budaya Masyarakat
Sistem Kekerabatan dan Stratifikasi Sosial Sistem kekerabatan penduduk Pulau Lombok biasanya bersifat patrilineal atau berdasarkan garis keturunan ayah dan diikuti dengan pola menetap patrilokal. Suatu rumah tangga biasanya terdiri dari satu keluarga batih yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, sering ditambah dengan anak-anak yang menumpang atau yang masih kerabat dan juga kadang terdapat pembantu rumah tangga. Kalau anak laki-laki sudah kawin biasanya akan membuat rumah baru di sekitar rumah orang tuanya (patrilokal). Di dusun Segenter anak laki-laki yang sudah kawin dapat membuat rumah yang tidak harus dekat dengan rumah orangtuanya. Masing-masing anggota keluarga bertanggung jawab atas keluarganya, ayah bertanggung jawab mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bertanggung jawab atas kesehatan anak-anaknya, menyekolahkan anak-anak dan lain-lain. Istri berhak atas pengaturan rumah tangga, berkewajiban melayani
suami dan anak-anaknya dalam kebutuhan masak-memasak, dan lain-lain. Anak laki-laki berhak atas warisan harta benda, berkewajiban membantu orangtuanya, dan lain-lain. Anak perempuan statusnya sama dalam menerima pendidikan, baik dari orangtua maupun sekolah, kedudukannya sama dengan saudara laki-laki, hanya saja dalam masalah jodoh kaum wanita lebih terikat. Stratifikasi sosial di daerah Lombok terdiri dari lima macam kasta, atau secara umum pelapisan sosial masyarakat di Pulau Lombok tersebut dikenal dengan istilah bangse, antara lain dari yang tertinggi derajatnya : golongan Datu (Raja), golongan Ningrat (Raden), golongan Pruangse, golongan Jajar Karang, dan golongan Pengayah. Masing-masing kasta tersebut mempunyai kriteriakriteria tersendiri. Mereka yang termasuk dalam golongan Datu (Raja) adalah keluarga inti dari kerabat kerajaan pada zaman dahulu, yaitu mereka yang berhak atas warisan sang raja dalam garis keturunan. Mereka yang termasuk dalam golongan ini harus menyertakan nama datu bagi pria dan dinde bagi wanita, di depan nama mereka. Golongan Raden dapat diketahui juga dari gelar kebangsawanannya. Nama depan keningratannya adalah Lalu (Gede), bagi lakilaki dan belum berketurunan dan Lale (Baiq), bagi perempuan yang belum berketurunan. Nama tersebut akan hilang ketika sudah mempunyai keturunan, berganti menjadi Mamiq. Lalu A kalau sudah mempunyai keturunan, maka akan dipanggil Mamiq C atau Mamiq Gede C, tergantung kepada nama anak pertama mereka. Sedangkan bagi Baiq B atau Lale B, kalau sudah mempunyai anak panggilannya adalah Mamiq Lale atau Buling. Bagi golongan Pruangse, golongan Jajar Karang, dan golongan Pengayah, mereka tidak mempunyai nama kekastaan yang menjadi nama depan mereka. Di Dusun Segenter mayoritas penduduknya adalah mereka yang tidak mempunyai nama kekastaan yang menjadi nama depan mereka. Dalam kehidupan bermasyarakat solidaritas terhadap sesamanya masih terasa dalam keseharian penduduk Dusun Segenter. Hal tersebut dapat terlihat terutama pada saat membangun atau memperbaiki rumah, pelaksanaan pesta atau upacara tertentu dan hal-hal lain yang menyangkut kepentingan umum. Hal lainnya dapat dilihat pada bentuk rumah adat yang relatif sama dan tidak ada pembedaan bentuk rumah berdasarkan kasta. Pola ini menunjukkan bahwa Dusun Segenter direncanakan untuk golongan yang mempunyai strata sosial rendah yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
Adat dan Kepercayaan Mayoritas Penduduk Dusun Segenter adalah penganut Islam Wetu Telu terutama mereka yang sudah berusia lanjut. Sebagian lagi, yaitu anak-anak dan remaja sudah mulai mengamalkan ajaran Islam Waktu Lima, terutama sejak datangnya seorang ustadz dan didirikannya sebuah masjid di luar komplek pemukiman mereka. Pada umumnya keengganan untuk menerima Islam secara “sempurna” tersebut adalah karena masyarakat takut kehilangan adat istiadat nenek moyangnya disamping takut kehilangan pengaruh bagi pemuka masyarakat. Mereka juga menganggap bahwa kebiasaan leluhur mereka adalah mutlak harus dilakukan sampai sekarang. Secara resmi ajaran Islam Wetu Telu telah lama ditinggalkan masyarakat Lombok, akan tetapi di beberapa daerah masih terdapat penduduk yang mempraktekkan ajaran tersebut, salah satunya Dusun Segenter di Kecamatan Bayan. Penduduk Segenter masih percaya akan adanya kekuatan-kekuatan sakti, misalnya pada benda-benda tertentu yang dianggap keramat. Begitu pula halnya dengan keberadaan makhluk-makhluk gaib yang masih mereka percayai. Di Dusun Segenter masih terdapat dukun yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit termasuk mengobati orang yang sakit karena diguna-gunai atau orang yang terkena sihir. Dalam pergaulan sehari-hari mereka masih percaya pada beberapa hal yang ditabukan. Mereka juga percaya akan datangnya kuwalat, yang dalam bahasa Sasak disebut tulah manuh, misalnya memanjat pohon di hari Jumat, bermain pisau bagi anak-anak, berkata kotor dan tidak senonoh, tidak membayar nazar atau janji, dan lain-lain. Tata cara hidup dan adat istiadat yang mendominasi kehidupan masyarakat Dusun Segenter merupakan potensi yang dapat dikembangkan pada perencanaan kawasan wisata budaya. Hal ini merupakan salah satu bentuk atraksi wisata budaya yang dapat ditunjukkan kepada wisatawan sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman dan memperkaya interpretasinya dengan mempelajari kehidupan dan budaya setempat. Sistem Kepemimpinan Dusun Segenter merupakan salah satu komunitas yang mencerminkan keaslian budaya Suku Sasak. Dalam statusnya sebagai dusun, Dusun Segenter dipimpin oleh seorang kepala dusun atau kepala kampung yang dipilih oleh
masyarakat setempat. Kepala dusun tersebut akan diganti apabila sudah selesai menjabat, jabatannya bukan berdasarkan keturunan tetapi berdasarkan kesepakatan bersama masyarakat dalam suatu musyawarah. Tugas kepala dusun adalah dalam hal administratif pemerintahan atau negara. Dalam hal adat, pemimpin adat tertinggi di Dusun Segenter adalah Mak Loka’ Tua Turun, yang tinggal di masjid adat di daerah Semokan. Mak Loka’ Tua Turun berhak untuk menentukan apakah komplek pemukiman di Segenter dapat diperlebar apabila sudah melampaui kapasitasnya. Dalam pelaksanaan adat di Dusun Segenter Mak Loka’ Tua Turun dibantu oleh Tua Loka’ yang terdiri dari Pembekel, Pemangku, Kyai, dan Penghulu. Jabatan Tua Loka’ tersebut diperoleh berdasarkan keturunan. Pemimpin-pemimpin adat tersebut bertugas dalam setiap pelaksanaan upacara adat di Dusun Segenter. Kepada para pemuka adat tersebut, diberikan Tanah Pecatu, yaitu tanah adat yang diberikan sebagai imbalan. Kepemilikan tanah tersebut bersifat sementara, karena hak menggarap tanah tersebut akan diberikan kepada pemuka adat baru yang kelak akan menggantikan tugasnya. Gambar 18 menunjukkan struktur kepemimpinan di Dusun Segenter.
Mak Loka’ Tua Turun Kepala Dusun
Pembekel
Pemangku
Kyai
Penghulu
Masyarakat Dusun Segenter
Gambar 18. Diagram Struktur Kepemimpinan di Dusun Segenter Dalam kehidupan sehari-hari peran pimpinan adat lebih dominan dalam pengambilan keputusan, terutama yang berhubungan dengan tata cara adat termasuk dalam pembukaan lahan baru untuk pemukiman (membangar). Kepala dusun bekerja sebagai wakil pemerintah dalam mengurusi masalah administrasi
negara, termasuk dalam hal pembuatan akta tanah dan dokumen lainnya. Dalam perencanaan kawasan wisata budaya peran para pemimpin masyarakat di Dusun
Segenter
cukup
penting
dalam
mengakomodasikan
tanggapan
masyarakat terhadap adanya kegiatan wisata budaya di kampungnya. Berdasarkan wawancara dengan kepala Dusun Segenter dan dengan beberapa orang pemuka adat diperoleh keterangan bahwa pada dasarnya mereka terbuka terhadap adanya kegiatan wisata di Dusun Segenter. Hal tersebut justru diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, namun mereka juga berharap agar kegiatan wisata tersebut tidak akan melunturkan nilai-nilai adat yang telah mereka jaga kelestariannya.
Sistem Ekonomi dan Sosial Sebagian besar masyarakat Dusun Segenter adalah petani lahan kering yang mengusahakan tanamannya hanya tergantung pada datangnya hujan. Jenis tanaman yang ditanam antara lain : padi, kacang-kacangan, jambu mete, dan beberapa jenis palawija. Mereka menanam padi hanya pada saat musim penghujan, karena sarana irigasi teknis yang memadai belum tersedia. Di samping itu mayoritas penduduk juga memelihara ternak, antara lain : kambing, sapi dan kerbau. Keberadaan ternak tersebut untuk dijual guna memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sebagai alat untuk membayar denda pada saat upacara perkawinan. Sebagian masyarakat Dusun Segenter ada yang bekerja sebagai tukang ojek. Ojek merupakan salah satu alternatif sarana transportasi penduduk setempat untuk berhubungan dengan dunia luar, terutama untuk menuju pasar tradisional yang merupakan tempat berpusatnya kehidupan ekonomi masyarakat tradisional. Pasar juga sebagai sarana berkumpul dan kontak antar masyarakat dari berbagai desa dan berbagai lapisan masyarakat di Pulau Lombok, termasuk Dusun Segenter. Dalam kesehariannya, masyarakat Dusun Segenter berpakaian seperti layaknya masyarakat adat umumnya, sarung tenun merupakan pakaian khas yang dipakai oleh penduduk setempat. Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat adalah bahasa Sasak, disamping tidak sedikit pula yang bisa berbahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan pengunjung atau wisatawan. Bahasa Sasak mengenal berbagai macam dialek-dialek yang lebih kecil, baik
atas dasar geografis maupun menurut perbedaan jalan bahasa serta vokabularinya. 1.
Bahasa Sasak menurut pembagiannya berdasar geografis : a. Bahasa Sasak Pejanggik b. Bahasa Sasak Selaparang c. Bahasa Sasak Bayan d. Bahasa Sasak Tanjung e. Bahasa Sasak Pujut f.
Bahasa Sasak Sembalun
g. Bahasa Sasak Tebango h. Bahasa Sasak Pengantap 2.
Bahasa Sasak menurut pembagiannya berdasarkan perbedaan jalan bahasa dan vokabularinya : a. Bahasa Sasak “mene-meno” : Bahasa Sasak Pejanggik b. Bahasa Sasak “ngene-ngeno” : Bahasa Sasak Selaparang c. Bahasa Sasak “nggete-nggeto” : Bahasa Sasak di daerah Sembalun, Wanasaba, Lenek, Anjani, Suralaga, Kerongkongan, Belet, Dasan Lekong d. Bahasa Sasak “mriya-mriku” : Bahasa Sasak Pujut e. Bahasa Sasak “kute-kuto” : Bahasa Sasak di daerah Bayan dan sekitarnya/daerah-daerah sebelah Barat Gunung Rinjani Di Pulau Lombok, masalah dialek tersebut cukup menonjol. Bahasa
Sasak mengenal bahasa daerah yang halus dan bahasa daerah yang kasar serta pertengahan. Oleh karena itu, dijumpai berbagai dialek yang kadangkala satu dengan lainnya mempunyai perbedaan yang cukup jauh. Agar dapat memperkuat interaksi yang terjadi dengan masyarakat setempat, wisatawan dapat mempelajari bahasa yang digunakan penduduk sehingga dapat menambah tingkat apresiasi pengunjung terhadap budaya setempat. Dalam pengelolaan kawasan wisata budaya Perkampungan Tradisional Segenter saat ini, keterlibatan dari masyarakat setempat kurang begitu terasa. Hal ini dapat dirasakan pada saat wisatawan mengunjungi kawasan ini, sedikit sekali
penduduk
setempat
yang
dapat
memandu
wisatawan
dalam
mengapresiasikan keinginan dan kebutuhan akan informasi budaya pada tempat tersebut. Disamping itu, kendala bahasa juga cukup mengganggu wisatawan dalam memperoleh informasi, terutama wisatawan asing. Wisatawan yang
berkunjung biasanya mengikutsertakan pemandu wisata (guide) yang berasal dari luar Dusun Segenter. Kendala tersebut dapat diatasi dengan adanya pelatihan bagi pemandu yang berasal dari penduduk lokal dan adanya pertunjukan ragam budaya setempat. Hal ini selain dapat mempermudah wisatawan dalam memperoleh informasi yang langsung dari sumbernya juga dapat meningkatkan pendapatan sebagian masyarakat melalui jasa pemandu wisata. Pada saat ini, wisatawan yang berkunjung ke Dusun Segenter sering mengalami kesulitan dalam memperoleh benda-benda yang dapat dijadikan sebagai souvenir. Para wisatawan, terutama wisatawan asing yang berkunjung biasanya berminat dan tertarik terhadap benda-benda yang digunakan dalam aktifitas keseharian masyarakat setempat, misalnya : alat memasak, alat pertanian dan lain-lain. Mereka berusaha memilikinya dengan membeli langsung dari masyarakat. Produksi benda-benda tersebut oleh masyarakat dalam jumlah banyak dapat dijadikan souvenir bagi wisatawan yang datang, selain juga dapat meningkatkan pendapatannya. Hal tersebut dapat dilakukan karena masyarakat Dusun Segenter tidak mempunyai ketrampilan dalam membuat kain tenun khas Lombok seperti di daerah lainnya. Berdasarkan hasil analisis faktor sosial budaya masyarakat maka peningkatan daya tarik kampung tradisional tersebut tidak hanya pada bentuk pola ruang pemukiman dan arsitekturnya saja, tetapi kesatuan lanskapnya yang didukung oleh atraksi budaya yang dimiliki penduduk setempat. Keseluruhan aspek sosial budaya masyarakat yang masih ada tersebut merupakan bagian dari atraksi budaya yang tidak terbentuk secara fisik. Hal ini diharapkan dapat memperkaya nilai interpretasi wisata bagi wisatawan yang berkunjung selain atraksi yang berbentuk fisik. Gambar 19 menunjukkan peta fasilitas sosial budaya masyarakat yang juga dapat dikembangkan sebagai obyek/atraksi wisata budaya karena bentuk fisik dan atraksi non fisik yang berlangsung di dalamnya.
Anyar Pemukiman Bayan Tradisional Segenter
GILI MENO GILIAIR GILI TRAWANGAN
Gondang Tanjung Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
G. RINJANI
Makam sebagai tempat dimakamkannya penduduk Dusun Segenter, juga sebagai tempat dilaksanakannya beberapa upacara adat
LOMBOK TIMUR
Ladang Penduduk
LabuhanLombok
MATARAM
Pringgabaya
Ampenan Cakranegara
Aikmel Hikmah
Narmada Pringgarata
Kediri Telagawaru
Mantang Kopang
Terara
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
Ubung GERUNG
Pemakaman
LabuhanHaji
PRAYA
Penujak Mujur Sekotong Tengah
LOMBOK TENGAH
Keruak
Sengkol
0
15.5
31
Halaman yang bersifat komunal sebagai tempat bermain bagi anak-anak
46.5
KILOMETER
Rumah adat digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus sebagai tempat pelaksanaan beberapa upacara religi/adat
Ladang Penduduk
Sawah dan Ladang penduduk sebagai tempat bagi penduduk menghabiskan sebagian waktunya terutama yang bermatapencaharian sebagai petani
Ladang Penduduk
Masjid sebagai tempat beribadah bagi penganut ajaran Islam Waktu Lima
Berugak sebagai sarana sosialisasi masyarakat dengan sesamanya, tempat duduk bersama keluarga, tempat menerima tamu, tempat musyawarah sekaligus sebagai tempat berbagai upacara adat Lumbung sebagai tempat menyimpan padi yang keberadaannya sudah mulai tergeser karena keberadaan lumbung di dalam rumah
Gedung Sekolah sebagai tempat menempuh pendidikan bagi sebagian anak-anak penduduk Segenter
Kandang ternak yang berfungsi untuk menyimpan ternak-ternak peliharaan penduduk, sebagian besar penduduk mempunyai dan memelihara ternak Jalan menuju Desa Sukadana
Sumber Peta : Pengamatan Lapang dan Hasil Analisis
PETA FASILITAS SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA
: Rumah : Berugak
DIGAMBAR OLEH
: Kandang Ternak
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Lumbung : Bak Penampungan Air
DOSEN PEMBIMBING
: Pintu Masuk Komplek Perkampungan : Masjid : Sekolah
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
10
20 METER
NO. GAMBAR 30
19
6.2 Wisata Budaya Berbasiskan Kehidupan Tradisional 6.2.1
Obyek dan Atraksi Wisata Budaya Pada Pemukiman Tradisional Segenter terdapat beberapa elemen
lanskap yang dapat dijadikan sebagai bentuk obyek/atraksi wisata budaya. Pembahasan tentang obyek atau atraksi lebih ditekankan pada elemen yang lebih menonjol dan merupakan ciri khas yang membedakan Dusun Segenter dengan dusun lainnya di Pulau Lombok. Disamping itu, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat termasuk kegiatan seni yang ada di dalamnya merupakan salah satu bentuk atraksi wisata budaya yang dapat dikembangkan. Upacaraupacara tersebut biasanya dilaksanakan pada saat kelahiran, perkawinan dan kematian. Rumah Adat Tradisional Rumah tradisional Suku Sasak adalah salah satu wujud kebudayaan masyarakat Sasak di Lombok yang memiliki ciri khusus dan tidak kalah unik dengan rumah-rumah tradisional daerah lain. Seperti daerah lainnya, rumah adat di Pulau Lombok juga memiliki nilai kebudayaan sendiri, baik dari segi filosofis, maupun dari segi konstruksi dan fungsinya. Secara umum rumah adat Suku Sasak di Pulau Lombok disebut Bale. Bentuk rumah adat Suku Sasak secara umum pembuatannya masih sangat sederhana, baik materi bangunan atau arsitekturnya belum kelihatan baik. Bentuk rumah adat tersebut difungsikan sebagai tempat tinggal dan pertahanan terhadap alam (Depdikbud, 1988). Dalam kandungan kata rumah atau bale terdapat dua macam pengertian, yaitu : 1.
Secara Fisik, menurut adat Suku Sasak disebut Baok Awak, yaitu rumah sekedar sebagai tempat berteduh, melindungi diri dari bahaya, cuaca dingin, panas, gangguan binatang buas, dan sebagainya.
2.
Secara Rohaniah, yaitu demi keselamatan jiwa, kebahagiaan, dan sebagainya. Setelah agama Islam masuk di Lombok sekitar abad 16-17, pengertian
rumah atau bale menurut filsafatnya dihubungkan dengan dogma agama Islam, yaitu :
- Pondasi
= Sahadatain
- Tiang
= Sholat
- Atap
= Puasa
- Dinding
= Zakat
- Pintu
= Haji
Pada pondasi, tiang dan atap merupakan pokok dalam bangunan rumah, sekalipun orang miskin atau kurang mampu dapat menjalankan. Artinya bahwa rumah yang belum berlindung dan berpintu sudah dapat digunakan sebagai tempat berteduh, walaupun belum sempurna. Bagi masyarakat Suku Sasak di Lombok, mendirikan rumah atau bangunan lainnya, harus dimulai dengan niat dan ini dianggap sebagai perbuatan suci, artinya harus diperhitungkan syarat-syarat yang dibutuhkan. Syarat-syarat tersebut sebenarnya dimaksudkan agar penghuninya selamat dan bahagia.
Kalau
seandainya
pemilik
atau
penghuni
rumah
mengalami
kesengsaraan, maka sebab-sebabnya dicari hubungannya dengan rumah, bahwa rumah tersebut angker dan sebagainya menurut pandangan orang Sasak. Agar orang bebas dari penderitaan dan kesengsaraan yang mungkin disebabkan karena kurangnya syarat-syarat dalam mendirikan rumah, maka orang berusaha untuk memenuhi persyaratan tersebut. Biasanya syarat-syarat tersebut meliputi : cara memilih bahan, syarat dan pantangan membangun rumah, arah rumah, memilih hari-hari baik dan dilakukannya selamatan-selamatan. Rumah adat di Dusun Segenter adalah elemen utama atraksi wisata budaya yang menonjol disamping pola tata letak ruang pemukiman yang ada. Seperti umumnya rumah adat Sasak di tempat lain, rumah adat di Dusun Segenter kebanyakan berdinding bambu tanpa adanya jendela, lantai tanah, dan atap alang-alang. Bahan utama yang diperlukan dalam mendirikan rumah di Dusun Segenter antara lain : kayu, bambu, dan alang-alang. Kayu pada rumah adat Sasak difungsikan sebagai kerangka rumah, karenanya harus dipilih jenis kayu yang kuat, awet, dan tidak mudah dimakan rayap. Bambu merupakan bahan bangunan rumah yang penting sesudah kayu. Bambu digunakan sebagai dinding rumah setelah dianyam. Dinding rumah adat di Dusun Segenter tidak mempunyai jendela. Sirkulasi udara diperoleh dengan memanfaatkan celah pada anyaman dinding bambu. Untuk konstruksi atap rumah menggunakan alangalang. Bentuk atap rumah adat Dusun Segenter biasanya sangat rendah hingga orang dewasa harus menundukkan badan apabila melewatinya. Konon, hal ini
dimaksudkan bahwa tamu harus menghormati tuan rumah. Ukuran rumah adat di Dusun Segenter bervariasi antar 4x6 m hingga 7x6 m.
Gambar 20. Struktur Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Segenter Semua rumah di Dusun Segenter saling berhadapan ke arah barat dan timur. Tidak ada alasan pasti yang dapat menjelaskan kenapa seperti itu. Secara umum terdapat dua jenis rumah adat di Dusun Segenter, yaitu : bale mengina dan bale jajar. Kedua jenis rumah tersebut hanya dibedakan pada keberadaan lumbung di tengah-tengah rumah pada bale mengina, sedangkan pada bale jajar tidak ada. Gambar 20 mengilustrasikan pembagian ruang dalam rumah adat di Dusun Segenter.
Keterangan :
2
1
5
3 4
1.
Lumbung
2.
Dapur
3.
Ruang Makan
4.
Amben Belek
5.
Amben Berik
6.
Pintu
6 Gambar 21. Pembagian Ruang Dalam pada Rumah Adat Suku Sasak di Dusun Segenter Lumbung pada rumah adat biasanya juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda berharga dan benda-benda atau pusaka yang dikeramatkan. Amben Belek adalah tempat tidur besar yang biasanya ditempati
oleh orangtua, sedangkan Amben Berik adalah tempat tidur yang lebih kecil dan digunakan untuk anak-anak. Seiring berjalannya waktu dan pengetahuan masyarakat yang semakin maju dan sikap yang tidak menutup diri terhadap pengaruh dari luar, perubahan mulai terasa pada beberapa bentuk rumah tradisional yang ada. Fasilitas dapur merupakan kebutuhan lama, yang sebetulnya merupakan fungsi yang sudah ditampung dalam rumah tradisional. Terdapat perkembangan baru yang menyebabkan berdirinya bangunan dapur di luar rumah. Kebutuhan akan ruangan dalam rumah yang ternyata semakin meningkat terutama untuk ruang simpan telah menggeser keberadaan dapur. Penyebab lain adalah munculnya kesadaran bahwa dapur dalam rumah tradisional tidak sehat karena tidak terdapat ventilasi udara yang memadai dan adanya kesadaran akan adanya bahaya kebakaran yang mungkin timbul akibat bahan rumah tradisional yang rentan terbakar. Akibatnya, terdapat dapur yang diletakkan di luar rumah, akan tetapi karena bangunan khusus untuk dapur tidak dikenal pada masyarakat Sasak tradisional, maka fungsi tersebut ditampung dengan sekedar membuat atap yang didirikan di atas tiang. Ditinjau dari segi ventilasi dan pencahayaan dapur ini memenuhi syarat, tetapi dari segi kesehatan misalnya pencemaran dari debu dan angin, dapur demikian masih memerlukan pemikiran lebih lanjut. Perubahan lain juga terasa pada perubahan bentuk rumah yang mulai menggunakan jendela untuk ventilasi atau menambah jumlah pintu untuk memudahkan akses. Fasilitas-fasilitas tersebut akan terus berkembang dan dampaknya adalah bentuk arsitektur tradisional yang khas tergeser oleh fungsifungsi non tradisional. Hal tersebut merupakan dampak dari modernisasi yang sebisa mungkin dapat tertampung dalam pembangunan arsitektur khas Suku Sasak. Dibutuhkan pemikiran lebih lanjut yang dapat mewadahi kebutuhankebutuhan tersebut, tetapi masih dalam norma budaya Suku Sasak. Berugak Selain rumah tradisional, berugak merupakan salah satu bangunan tradisional yang menjadi ciri khas keberadaan suatu komunitas masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Keadaan di dalam rumah adat yang tidak mempunyai ruang khusus untuk bersosialisasi serta adanya pengaruh iklim yang panas terutama pada siang hari di dalam ruangan yang hampir tak berventilasi
mengakibatkan timbulnya kebutuhan tempat terbuka yang nyaman untuk bersosialisasi. Berugak merupakan sarana sosialisasi yang dilakukan masyarakat Sasak dengan yang lainnya atau hanya sebagai tempat duduk bersama keluarga dan tempat menerima tamu. Berugak juga difungsikan sebagai tempat musyawarah ataupun dalam penyelenggaraan upacara-upacara adat.
Gambar 22. Struktur dan Fungsi Berugak sebagai Elemen Tradisional Dusun Segenter Di Dusun Segenter keberadaan berugak merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan. Berugak terdapat diantara dua rumah yang saling berhadapan. Berugak adalah bangunan yang berbentuk panggung tanpa adanya dinding penyekat kecuali di sisi sebelah selatan. Hal tersebut dilakukan untuk kepentingan upacara adat. Berdasarkan jumlah tiang yang terdapat pada berugak, bangunan berugak disebut : - Sekepat (Saka Empat), yaitu berugak yang bertiang empat - Sekenam (Saka Enam), yaitu berugak yang bertiang enam - Sekulu (Saka Wulu), yaitu berugak yang bertiang delapan Berugak yang bertiang empat dan enam biasanya dipergunakan oleh masyarakat biasa, sedangkan berugak yang bertiang delapan biasanya dimiliki oleh golongan bangsawan. Semua berugak yang terdapat di Dusun Segenter bertiang enam. Lumbung Lumbung merupakan bangunan tradisional yang juga banyak terdapat pada dusun-dusun di Pulau Lombok. Keberadaan lumbung bukan hanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan padi ketika panen, tetapi lumbung juga dijadikan sebagai tanda tingkat kekastaan seseorang. Bentuk lumbung yang
tertinggi derajatnya adalah alang yang hanya diperuntukkan bagi kaum bangsawan.
Gambar 23. Lumbung, yang Keberadaannya Mulai Ditinggalkan oleh Masyarakat Keberadaan lumbung di Dusun Segenter sudah mulai berkurang fungsinya, disamping karena dari segi ekonomi fungsi lumbung dapat ditampung dalam rumah, juga karena secara adat persyaratan membuatnya dianggap memberatkan. Tata letak lumbung di Dusun Segenter tidak teratur diantara rumah-rumah. Fungsi lumbung bahkan sudah bergeser karena digunakan untuk mengikat ternak. Bergesernya nilai-nilai tradisional pada beberapa bangunan tradisional yang ada di Dusun Segenter merupakan kendala dalam upaya pelestarian budaya yang ada. Hal ini diakibatkan karena bentuk-bentuk arsitektur tradisional Suku Sasak sudah tidak mampu lagi menampung kebutuhan hidup masyarakat, sehingga keberadaannya mulai tergeser oleh fungsi-fungsi non tradisional. Kandang Pada masa lampau, kebanyakan desa tradisional Sasak tidak dilengkapi dengan kandang karena binatang peliharaan dilepas di luar desa. Peningkatan gangguan pencurian yang nampak di desa-desa, mengakibatkan diperlukannya keberadaan kandang di wilayah hunian mereka. Terdapat beberapa perbedaan letak kandang maupun bentuknya di beberapa desa di Pulau Lombok. Di Sembalun kandang ternak diletakkan di luar pagar kawasan pemukiman mereka, sedangkan di Segenter, kandang ternak terletak pada sisi sebelah dalam pagar yang mengelilinggi komplek pemukimannya. Ada sebagian bangunan yang difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan ternak, namun ada juga kandang yang dikembangkan dari jenis-jenis bangunan yang tidak berfungsi lagi, misalnya
dibawah lumbung. Kandang yang tumbuh dari kebutuhan pengamanan tersebut, menimbulkan kesan yang kurang teratur dan masalah kesehatan dari kotoran hewan yang menumpuk di sekitar wilayah hunian.
Gambar 24. Kandang Ternak yang Berada dalam Komplek Hunian Masyarakat Dusun Segenter Hampir sebagian besar masyarakat Dusun Segenter mempunyai dan memelihara ternak. Hewan ternak yang mereka pelihara antara lain adalah sapi, kerbau dan kambing. Ketika memasuki kawasan pemukiman tradisional ini, aroma dan pemandangan kotoran ternak tersebar pada beberapa tempat. Hal ini dapat mengurangi tingkat kenyamanan pengunjung, sehingga dapat mengurangi keingginan berkunjung yang lebih lama. Kebutuhan lain yang dirasakan oleh masyarakat Dusun Segenter adalah keberadaan tempat untuk mandi atau membersihkan badan dan ruang cuci yang tertutup. Hal ini tumbuh dari pergaulan dengan masyarakat non tradisional serta norma agama dan tata susila modern. Beberapa rumah telah dilengkapi fasilitas mandi dan cuci, dengan membangun ruang-ruang khusus yang tertutup dari pandangan. Kamar mandi tersebut meskipun dibangun oleh hanya beberapa keluarga, tetapi dipergunakan untuk keperluan bersama, terutama fasilitas yang dibangun oleh desa. Akan tetapi masih ada sebagian penduduk yang mandi pada tempat-tempat yang terbuka. Terlepas dari norma-norma adat dan agama, keberadaan kamar mandi yang ada tidak terlepas dari masalah higiene dan kesehatan. Hal tersebut juga dapat mengganggu pemandangan bagi sebagian masyarakat yang tidak terbiasa dengan norma-norna yang berlaku di Dusun Segenter. Oleh karenanya, diperlukan penataan kembali agar kesatuan lanskap pembentuk
Pemukiman
Tradisional
Segenter
dapat
dinikmati
diinterpretasikan secara sempurna oleh wisatawan yang berkunjung.
dan
Upacara-Upacara Keagamaan dan Adat Dusun Segenter merupakan salah satu pemukiman tradisional yang penduduknya masih mempertahankan adat dan budaya asli Suku Sasak. Dusun ini terletak di Lombok bagian utara yaitu di Kecamatan Bayan. Daerah Bayan diduga merupakan pusat penyebaran agama Islam di Lombok. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan Masjid Kuno Bayan Beleq yang terletak di Desa Bayan, tidak jauh dari Desa Sukadana. Agama Islam di Pulau Lombok terpecah menjadi dua golongan, yaitu Islam Waktu Lima yang taat sesuai dengan ajaran Islam dan Islam Waktu Tiga atau lebih dikenal dengan Islam Wetu Telu yang dalam praktek kehidupan sehari-harinya sangat kuat berpegang teguh kepada adat istiadat nenek moyang mereka. Menurut kepercayaan Suku Sasak di jaman kuno, antara zat Yang Maha Kuasa dengan dunia arwah dan alam semesta dengan isinya tidak terpisah. Mereka mempercayai bahwa perubahan yang terjadi di alam semesta akan ikut mempengaruhi hidup dan kehidupan manusia. Untuk mencapai keselarasan dengan alam tersebut maka mereka tidak berusaha menguasai alam. Masyarakat Suku Sasak yang tinggal di Pemukiman Tradisional Segenter sebagian besar adalah penganut Islam Wetu Telu. Sebagian lagi sudah mulai mengamalkan ajaran Islam Waktu Lima terutama sejak hadirnya seorang ustadz dari Lombok Tengah beberapa tahun yang lalu yang kemudian menikah dan menetap dengan penduduk asli Dusun Segenter. Masih bertahannya ajaran Islam Wetu Telu ini diduga karena letak Dusun Segenter sendiri yang jauh dan terpencil sehingga menyebabkan mereka tidak cepat mengikuti perubahanperubahan yang terjadi didaerah lain, disamping masih kuatnya pengaruh ajaran Islam Wetu Telu sendiri di Kecamatan Bayan. Kecamatan Bayan sendiri terkenal sebagai daerah yang masih banyak penganut Islam Wetu Telu di Pulau Lombok. Beberapa upacara yang bersifat religi dan kepercayaan penganut Islam Wetu Telu di Pulau Lombok antara lain : 1.
Upacara Negara Yang dimaksud dengan upacara negara adalah upacara yang diikuti oleh
seluruh penduduk desa. Jenis-jenis upacara tersebut, antara lain : a. Begawe Alif Upacara ini dilaksanakan setiap delapan tahun sekali, yang bermaksud untuk memohon kepada Tuhan agar segala makhluk yang ada di dunia ini memperoleh
berkah
perlindungan-Nya
dan
dapat
terjamin
hidup
dan
kehidupannya. Bentuk kegiatannya antara lain adalah membersihkan makam sebagai penghormatan kepada arwah nenek moyang/leluhur untuk mengenang kembali petuah-petuah dan amalan-amalannya. b. Upacara Tilawat Upacara ini merupakan lanjutan dari Upacara Alif, dan dilaksanakan sesudah Upacara Alif selesai dilaksanakan. Bentuk upacara ini adalah pembacaan Al-Qur’an di dalam masjid Wetu Telu selama semalam suntuk. Pada upacara ini hadir sekurang-kurangnya 44 orang kiai dan penghulu. c. Upacara Ngaji Makam Ngaturang Ngulak Kaya Upacara ini diadakan setahun sekali untuk mengucapkan syukur kepada Tuhan sehubungan dengan hasil karya yang telah dicapai pada tahun-tahun silam. Upacara ini dilakukan dengan berziarah ke makam nenek moyang/leluhur. d. Upacara Wiwitan Upacara ini dilaksanakan pada saat terjadi bencana atau malapetaka yang menimpa kehidupan manusia dan menimbulkan ancaman terhadap kehidupan manusia selanjutnya. Pelaksanaan upacara ini dilakukan dengan jalan mengadakan sembahyang di masjid Wetu Telu yang diikuti oleh sekurangkurangnya 44 orang kiai dan penghulu. Upacara ini bermaksud untuk memohon kepada Tuhan agar diberkahi keselamatan dan perlindungan-Nya. Sesudah upacara ini selesai, disajikan hidangan yang disebut Segah Ulam dan Segah Manggar. Jika bencana dan malapetaka tadi berupa wabah penyakit ataupun gangguan terhadap kesuburan dari kehidupan yang ada di bumi maka juga diadakan sembahyang bersama, hanya saja sajian hidangannya disebut Segah Manggar dan sayur-sayuran. 2.
Upacara Pertanian a. Mamangar Suku bangsa Sasak hidup dari bersawah dan berladang. Ketika hendak
membuka tanah baru untuk sawah, ladang atau kampung harus terlebih dahulu dibakar (bahasa Sasak : mamangar). Upacara ini dilaksanakan pada saat tengah malam oleh Mangku Bumi bersama dengan Merbot di tengah-tengah tanah yang akan dibuka. Mangku Bumi menanam bubur sura beserta sirih pinang, rokok dan tembakau. Ada pula dengan cara memancang kayu Kamboja yang digantungkan kain osap dan beberapa helai daun enau.
b. Turun Bibit Waktu penurunan bibit berbeda-beda menurut keyakinan. Di daerah Bayan waktu penurunan bibit dilakukan berdasarkan kalender adat. Suku bangsa Sasak umumnya mempunyai delapan macam tahun, yaitu : Tahun Alif, Tahun Ehe, Tahun Jimawal, Tahun Se, Tahun Dal, Tahun Be, Tahun Wau, dan Tahun Jumahir. Tiap tahun dibagi atas 12 bulan (seperti bulan Arab) dan tiap bulan dibagi atas 30 hari. c. Tanam Padi Menjelang menanam padi/jagung di sawah atau di ladang diadakan selamatan terlebih dahulu. Di daerah Bayan upacara dipimpin oleh anakode. Di daerah lain upacara doa dipimpin oleh kiai. Bagi yang jauh tinggal dari kiai cukup membakar kemenyan/gula aren di cucuran atap. Hal ini dimaksudkan untuk mengingat arwah keluarga mereka. Pada hari yang ditentukan, diadakan bait masa (buyuk) yaitu suatu bentuk upacara menanam lima, tujuh atau sembilan batang padi di sudut sawah. Setelah upacara ini baru diperbolehkan menanam sampai selesai. 3.
Upacara Desa Umumnya upacara ini diadakan sekali setahun atau pada waktu
berjangkitnya wabah penyakit. Di Lombok umumnya pada saat penyelenggaraan acara ini dilakukan pembacaan Cakepan “Tapal Adam” yaitu suatu cakepan yang berisi cerita tentang Nabi-Nabi. Upacara ini diadakan di rumah kepala desa atau di rumah orang yang dianggap tua dan terhormat di desa tersebut. Upacara dimulai pada hari rabu siang dengan diawali pembuatan kulit ketupat. Sejak pemotongan daun kelapa untuk kulit ketupat maka dimulailah pembacaan Cakepan “Tapal Adam” yang berlangsung sampai subuh keesokan harinya. Setelah acara tersebut, kemudian diadakan sholat subuh Syafei di masjid. Selesai sembahyang 44 buah sesaji yang telah disiapkan dibawa ke dalam masjid dan kiai akan membacakan doa selamat. Kemudian pada jam empat sorenya di tiap-tiap pintu desa diletakkan sesajen yang sudah dibacakan doa-doa dan ditaburi empok-empok yaitu beras yang digoreng tanpa minyak. Upacara peletakan sesajen berlangsung selama tiga hari berturut-turut dengan aturan sebagai berikut : - Hari pertama : bubur merah dan bubur putih - Hari Kedua : apem
- Hari Ketiga : Ketupat lepas Perayaan tersebut dimaksudkan untuk menjauhkan bala’ atau wabah yang mengancam. Pada malam harinya (malam jumat) diadakan arak-arakan mengelilingi desa sambil mengucapkan doa permohonan agar desanya dijauhkan dari serangan bala’ tersebut. 4.
Upacara Leluhur Sebelum memeluk agama Islam suku bangsa di Pulau Lombok menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Sisa-sisa kepercayaan tersebut masih tampak pada beberapa hal dan perbuatan mereka, terutama penduduk yang masih awam dan berpegang teguh pada tata cara tradisional, seperti pada kalangan Suku Sasak yang beragama Islam Wetu Telu. Dikalangan Suku Sasak yang terdapat di Kecamatan Bayan setiap akan mengadakan acara selamatan selalu didahului dengan peringatan bagi yang meninggal (upacara leluhur) yang dinamakan menyapu. Bagi arwah yang telah meninggal, pada hari ke-seribu sejak arwah tersebut meninggalkan jasadnya diadakan upacara yang disebut nyaweang. 5.
Upacara menurut Siklus Penanggalan Agama Beberapa upacara agama yang berhubungan dengan penanggalan,
terutama yang diamalkan oleh penganut Islam Wetu Telu, antara lain : - Bulan Muharram : Tanggal 15, upacara memperingati meninggalnya Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad SAW sewaktu perang melawan Yajid. - Bulan Syafar : Tanggal 5, upacara bubur merah untuk memperingati ketika Abu Bakar berperang melawan Dajjal yang menyebabkan Abu Bakar sakit. Selama dua hari beliau tidak makan dan pada hari ketiga beliau makan bubur. - Bulan Rabi’ul Akhir : Upacara makan ketan yang dicampur dengan kacang untuk
memperingati
Nabi
Isa
dalam
meresmikan
agamanya
dan
menghancurkan berhala orang kafir. - Bulan Jumadil Awal : Upacara makan nasi uduk pada hari Jum’at untuk memperingati Nabi Ayub ketika mendapat cobaan dari Allah berupa sakit keras.
- Bulan Jumadil Akhir : Upacara makan nasi kulen pada tanggal 5 untuk memperingati peristiwa ketika Nabi Yusuf hanyut di sungai sehingga terpisah dengan ayahnya dan peristiwa ketika Nabi Yusuf tertanam di Baitul Mukaddas. - Bulan Rajab : Upacara makan bubur sura untuk memperingati wafatnya Baginda Ali yang dibunuh oleh Abdulrahman. - Bulan Sya’ban (Bulan Roawah) : Tanggal 15 diadakan upacara selamatan untuk memperingati Nabi Adam ketika beliau masih menjadi tapel, kemudian ditiup roh dan beliau bersin dengan mengucapkan Alhamdulillah. - Bulan Ramadhan : Wajib puasa selama sebulan untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad. Peristiwa tersebut diperingati dengan malaman selama lima malam mulai tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29 yang diakhiri dengan semua orang wajib menyerahkan fitrahnya pada kiai. - Bulan Syawal : Tanggal 1 Lebaran Nine (Idul Fitri) dan tanggal 9 Lebaran Kontek (Lebaran Tupat). -
Bulan Dzulhijjah (Bulan Zulhajji) : Tanggal 8 puasa sunat dan tanggal 10 Lebaran Bele’ atau Lebaran Mama (Idul Adha).
Di samping upacara-upacara yang berhubungan dengan religi, masyarakat Sasak Lombok juga memperingati beberapa peristiwa yang bersifat kultural (adat) berhubungan dengat siklus hidup seseorang, antara lain : 1.
Kelahiran Sejak bayi masih terdapat dalam kandungan, terdapat beberapa
pantangan bagi sepasang suami istri yang bersangkutan. Mereka wajib berbuat yang yang baik dan menjauhi perbuatan yang jahat, terlarang oleh norma-norma, baik norma kesusilaan, norma agama maupun norma hukum. Beberapa upacara yang berkaitan dengan kelahiran, antara lain : a. Selamatan Perut Upacara ini dilakukan ketika kandungan berumur tujuh bulan. Upacara tersebut biasa dikenal dengan istilah “Melak Tangkel” yang artinya memecahkan tempurung. Upacara ini dilaksanakan di sungai yang dipimpin oleh dukun beranak (Belian Nganak). Di sungai kedua suami istri dimandikan oleh dukun dengan air bunga rampai yang telah diberi mantera. Setelah itu, suami akan memecahkan sebutir kelapa dan sebutir telur ayam mentah yang kemudian dibuang ke sungai. Menurut kepercayaan bila kedua belahan kelapa tersebut jatuh terlentang maka akan lahir bayi perempuan dan sebaliknya.
b. Melahirkan Ketika sudah melahirkan, ari-ari bayi dibersihkan dan dibungkus dengan kain putih, lalu dimasukkan ke dalam tempayan atau periuk dan kemudian ditanam di dalam rumah, di cucuran atap atau di halaman rumah menurut adat setempat. Orang yang menguburkan ari-ari tersebut adakalanya harus berkerudung dan ketika meletakkannya tidak boleh bernafas. Di atas tempat penguburan ari-ari tersebut diletakkan sesuap nasi dan dipasang pelita jarak atau lentera. c. Molang Malik atau Buang Au atau Peraq Api Peraq berarti padam atau memadamkan, jadi Peraq Api berarti memadamkan api. Yang dipadamkan adalah api khusus yang mulai dinyalakan sesaat sesudah bayi dilahirkan. Pada bagian akhir upacara Peraq Api dilakukan pemadaman api, bersamaan dengan hal tersebut dilakukan pemberian nama bagi bayi. Hal ini dilakukan pada saat bayi berumur tujuh atau sembilan hari. d. Ngurisan atau Memotong Rambut Memotong rambut bayi menurut adat Suku Sasak biasanya disertai dengan doa dan selamatan. Bagi yang taat beribadah pemotongan rambut ini dijalankan sesuai dengan agama Islam, biasanya pada saat bayi berumur 44 hari. Upacara ini biasanya dilakukan pada bulan Maulid atau Lebaran, baik Lebaran Puasa (Idul Fitri) maupun Lebaran Haji (Idul Adha). e. Khitanan (Upacara Besunat) Upacara ini merupakan upacara adat yang bertolak dari ajaran Islam. Upacara ini disebut juga berselam yang berarti pengislaman. Istilah tersebut berlatar belakang pengertian umum masyarakat Sasak Lombok, bahwa yang membedakan orang Islam dengan yang bukan Islam adalah dikhitan atau tidak. Upacara ini biasanya dilakukan terhadap anak yang berusia antara 3-10 tahun. Biasanya diselenggarakan sesudah panen atau setelah maulidan. f. Potong Gigi Upacara ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan khitanan atau pesta perkawinan. Upacara ini dilakukan setelah gigi susu si anak berganti semua.
2.
Perkawinan Upacara perkawinan adat Suku Sasak merupakan suatu rangkaian acara
yang cukup panjang dan rumit. Cara-cara perkawinan yang berlaku di kalangan masyarakat Lombok antara lain : Perondongan (perjodohan), Kawin Lamar (mepadik lamar) dan Selarian (merariq). Dari ketiga cara perkawinan tersebut Selarian/Merariq/Memulang adalah cara yang paling umum dilakukan oleh masyarakat Lombok. Cara demikian adalah suatu rangkaian proses perkawinan yang cukup panjang, proses tersebut diawali dengan proses perkenalan antara seorang pemuda dengan pemudi. Proses ini kemudian berlanjut dengan datangnya pemuda tersebut ke rumah gadis idamannya (midang). Setelah pemuda dan pemudi tersebut merasa cocok untuk menikah maka akan diadakan proses yang melibatkan kedua orangtua dan kedua kampung pemuda dan pemudi tersebut apabila berasal dari kampung yang berlainan. Tahap yang paling utama dari proses merariq adalah pada saat dilarikannya seorang gadis oleh seorang pemuda dari rumahnya, kemudian dibawa ke rumah kerabat dari pemuda tersebut. Apabila telah disepakati jumlah denda yang harus dibayarkan oleh seorang pemuda karena telah merariq dengan seorang gadis, maka tahap selanjutnya adalah upacara sorong serah yang akan meresmikan hubungan antara pemuda dan pemudi sebagai pasangan suami istri. 3.
Kematian Seperti halnya dengan upacara yang berhubungan dengan kelahiran dan
perkawinan seseorang, maka upacara dan tata cara pemakaman pada masyarakat adat Susu Sasak mengandung makna budaya yang khas. Upacara ini meliputi upacara sebelum dan sesudah kematian seseorang. Segera setelah seseorang meninggal maka wajahnya akan diusap dengan air dari kiai (Aik Pemaran) dan akan diberitahukan kepada seluruh keluarga dan kerabatnya. Sebelum dikuburkan, maka terlebih dahulu diadakan upacara tepong tanak yang dipimpin oleh kiai, yaitu dilakukan dengan pembacaan doa dan diakhiri dengan mencungkil tanah tempat jenazah akan dikuburkan sebanyak tiga kali yang sebelumnya telah disiram air kendi sebanyak tiga kali juga. Sesudah jenazah dikuburkan, maka akan diadakan acara selamatan pada hari pertama, ke-tiga, ke-tujuh, ke-sembilan, ke-empatpuluh, ke-seratus, kesembilanratus dan ke-seribu. Pada hari-hari tersebut diadakan selamatan dan
pembacaan doa bagi arwah orang yang meninggal tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengiringi perjalanan arwah menghadap Penciptanya. Secara ringkas data obyek dan atraksi budaya pada tapak dapat dilihat pada Tabel 4. Menurut Koentjaraningrat dalam Wulandari (2002) terdapat tujuh unsur kebudayaan yang menggambarkan suatu bentuk kebudayaan masyarakat, yaitu : sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, kesenian, bahasa, peralatan dan perlengkapan hidup serta sistem-sistem pengetahuan. Dengan memperhatikan unsur tersebut diperoleh titik yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek/atraksi wisata budaya. Untuk menetapkan obyek/atraksi wisata budaya terpilih yang potensial untuk dikembangkan sebagai bagian dari Kawasan Wisata Budaya Kampung Segenter dilakukan proses evaluasi obyek/atraksi wisata budaya. Evaluasi tersebut dilakukan dengan menilai letak, aksesibilitas, keaslian, atraksi dan daya tarik, serta keberadaan fasilitas pendukung. Untuk menetapkan masing-masing obyek/atraksi wisata budaya yang ada berdasarkan kategorinya masing-masing, maka dilakukan penjumlahan nilai skor pada masing-masing kriteria. Jumlah skor total 1-5 termasuk dalam kategori tidak potensial, skor 6-10 termasuk dalam kategori kurang potensial, skor 11-15 termasuk dalam kategori cukup potensial, dan skor 16-20 termasuk dalam kategori sangat potensial. Hasil skoring masing-masing obyek dan atraksi budaya yang ada pada tapak dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Obyek dan Atraksi Budaya pada Tapak No 1
Jenis Obyek/Atraksi
Waktu
Keterangan
Ruang Pemukiman
-
Merupakan elemen utama obyek wisata budaya yang menjadikan Kampung Segenter berbeda dengan kampung lainnya. Pola ruang pemukiman di Dusun segenter membentuk pola yang unik dan sangat khas, dimana jarak antar rumah dan bangunan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola yang sangat teratur
- Rumah Adat
Ruang Pemukiman
-
Lantai tanah, dinding anyaman bambu dan atap alang-alang merupakan ciri khas tradisional rumah di Dusun Segenter. Arsitekturnya berbeda dengan rumah adat di daerah Sade atau Sembalun karena tidak terdapat tangga atau dalam bahasa Sasak disebut upak -upak menuju pintu masuk pada rumah adat di Segenter
- Berugak
Ruang Pemukiman
-
Selain rumah tradisional, berugak merupakan salah satu bangunan tradisional yang menjadi ciri khas keberadaan suatu komunitas masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok. Berugak merupakan sarana sosialisasi bagi masyarakat terhadap sesamanya maupun terhadap tamunya
- Lumbung
Ruang Pemukiman
-
Keberadaan lumbung di Dusun Segenter sudah mulai berkurang fungsinya, disamping karena dari segi ekonomi fungsi lumbung dapat ditampung dalam rumah, juga karena secara adat persyaratan membuatnya dianggap memberatkan
- Kandang
Ruang Pemukiman
-
Hampir sebagian besar masyarakat Dusun Segenter mempunyai dan memelihara ternak. Kandang ternak terletak pada sisi sebelah dalam pagar yang mengelilinggi komplek pemukiman Kampung Segenter
- Masjid
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat
-
Masjid yang terdapat di Dusun Segenter adalah masjid bagi pemeluk Islam Waktu Lima, sedangkan bagi penganut Islam Wetu Telu terletak di daerah Semokan ± 2km dari Dusun Segenter
- Makam
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat
-
Makam terletak pada sisi sebelah utara di luar pagar yang mengelilingi komplek pemukiman Dusun Segenter
- Pagar
Ruang Pemukiman
-
Pagar merupakan pembatas bagi komplek pemukiman masyarakat Segenter. Pagar tersebut mengelililngi ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) setinggi 1.5m dan berupa tanaman yang dalam bahasa setempat disebut dengan tanaman Banten yang sengaja ditanam secara rapat
Obyek Berbentuk Fisik : - Pola Perkampungan
Ruang
Tabel 4. (lanjutan) No 2
Jenis Obyek/Atraksi
Ruang
Waktu
Keterangan
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat (Makam dan Masjid Wetu Telu)
Delapan tahun sekali (Begawe Alif dan Upacara Tilawat), Setahun sekali (Upacara Ngaji Makam Ngaturang Ngulak Kaya), dan saat terjadi bencana (Upacara Wiwitan)
Merupakan kegiatan upacara yang bersifat religi dan diikuti oleh seluruh penduduk desa. Jenis upacara tersebut antara lain : Begawe Alif, Upacara Tilawat, Upacara Ngaji Makam Ngaturang Ngulak Kaya dan Upacara Wiwitan
- Upacara Pertanian
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat (Sawah dan Ladang)
Pada saat mulai masa tanam padi dimulai dari membuka lahan hingga menanam.
Merupakan rangkaian upacara yang berhubungan dengan kegiatan pertanian masyarakat. Jenis upacara tersebut antara lain : Mamangar untuk membuka lahan baru, Turun Bibit dan Tanam Padi
- Upacara Desa
Ruang Pemukiman
Setahun sekali atau pada saat berjangkitnya wabah penyakit
Pada saat acara ini dilakukan pembacaan Cakepan “Tapal Adam” yaitu suatu cakepan yang berisi cerita tentang Nabi-Nabi. Upacara ini diadakan di rumah kepala desa atau di rumah orang yang dianggap tua dan terhormat di desa tersebut
- Upacara Leluhur
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat (Makam dan Masjid Wetu Telu)
Hari ke-seribu sejak meninggalnya seseorang
Dikalangan Suku Sasak setiap akan mengadakan acara selamatan selalu didahului dengan peringatan bagi yang meninggal (upacara leluhur)
- Upacara menurut Siklus Penanggalan Agama
Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat (Masjid Wetu Telu)
Setiap bulan berdasarkan penanggalan adat Islam Wetu Telu
Merupakan rangkaian upacara yang dilakukan untuk memperingati peristiwaperistiwa yang berhubungan dengan sejarah Islam. Upacara-upacara tersebut dilaksanakan berdasarkan penanggalan dalam kalender Islam
- Upacara Kelahiran
Ruang Pemukiman (Rumah) dan Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat (Masjid Wetu Telu)
Sejak bayi masih di dalam kandungan hingga pada saat khitanan (umur 3-10 tahun)
Rangkaian upacara yang berhubungan dengan kelahiran seseorang, antara lain : Selamatan Perut, Melahirkan, Molang Malik atau Buang Au atau Peraq Api, Ngurisan atau Memotong Rambut, Khitanan (Upacara Besunat) dan Potong Gigi ketika gigi susunya berganti semua
- Upacara Perkawinan
Ruang Pemukiman (Rumah dan Berugak)
Selama sebelum dan sesudah acara pernikahan
Upacara perkawinan adat Suku Sasak merupakan suatu rangkaian acara yang cukup panjang dan rumit. Cara perkawinan Selarian/ /Memulang adalah cara yang paling umum dilakukan oleh masyarakat Lombok
- Upacara Kematian
Ruang Pemukiman (Rumah) dan Ruang Penunjang Kehidupan Masyarakat ( Makam dan Masjid Wetu Telu)
Sejak meninggalnya seseorang selama sebelum dan sesudah penguburan jenazah
Upacara dan tata cara pemakaman pada masyarakat adat Susu Sasak mengandung makna budaya yang khas. Upacara ini meliputi upacara sebelum dan sesudah kematian seseorang
Obyek berupa Atraksi Budaya (Upacara Keagamaan dan Adat) : - Upacara Negara
Fasilitas Penunjang
Jumlah
Obyek berupa Atraksi Budaya : - Kegiatan Pertanian Penduduk - Kegiatan Penduduk di dalam Rumah dan Sekitarnya - Upacara Negara - Upacara Pertanian - Upacara Desa - Upacara Leluhur - Upacara nenurut Siklus Penanggalan Agama - Upacara Kelahiran - Upacara Perkawinan - Upacara Kematian
Keaslian
2
Obyek berbentuk Fisik : - Pola Perkampungan - Rumah Adat - Berugak - Lumbung - Kandang - Masjid Waktu Lima - Masjid Wetu Telu - Makam - Pagar - Sawah dan Ladang
Atraksi dan Daya tarik
1
Jenis Obyek/Atraksi
Aksesibilitas
No
Letak
Tabel 5. Nilai Hasil Skoring Masing-Masing Obyek/Atraksi Budaya pada Tapak
4
4
4
4
4
20
Sangat Potensial
4 4 4 4 4
4 4 4 4 4
4 1 2 1 1
3 2 2 1 1
4 4 2 1 2
19 15 14 11 12
Sangat Potensial Cukup Potensial Cukup Potensial Cukup Potensial Cukup Potensial
1 3 4 3
1 1 4 1
3 1 1 2
3 2 2 2
3 2 2 2
11 9 13 10
Cukup Potensial Kurang Potensial Cukup Potensial Kurang Potensial
3
1
3
3
2
12
Cukup Potensial
4
4
4
3
3
18
Sangat Potensial
2 2 4 2 1
1 1 4 1 1
2 1 3 3 1
2 2 2 3 1
2 2 2 2 2
9 8 15 11 6
Kurang Potensial Kurang Potensial Cukup Potensial Cukup Potensial Kurang Potensial
2 4
4 4
1 1
2 2
3 3
12 14
Cukup Potensial Cukup Potensial
2
1
1
2
2
8
Kurang Potensial
Kategori
Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 14 obyek/atraksi wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata. Obyek/atraksi tersebut antara lain : Pola Perkampungan, Rumah Adat Tradisional dan Kegiatan Penduduk di dalam Rumah dan Sekitarnya yang termasuk dalam kategori sangat potensial, sedangkan yang termasuk dalam kategori cukup potensial adalah :
Berugak, Lumbung, Kandang, Masjid Waktu Lima, Masjid Wetu Telu, Pagar, Kegiatan Pertanian Penduduk, Upacara Desa, Upacara Leluhur, Upacara Kelahiran dan Upacara Perkawinan. Elemen lain yang termasuk kedalam kategori kurang potensial tetap merupakan bagian yang terintegrasi ke dalam elemen lain pembentuk lanskap wisata budaya Kampung Tradisional Segenter secara keseluruhan. Dalam program wisata, apabila waktu kunjungan sangat terbatas maka diarahkan ke obyek/atraksi wisata budaya yang potensial saja. Gambar 25 menunjukkan konsep pengembangan ruang wisata budaya berdasarkan analisis obyek dan atraksi wisata budaya. 6.2.2
Sirkulasi Wisata Jalur wisata atau sirkulasi wisata yang ada di dalam tapak hanya berupa
sirkulasi pejalan kaki. Jalur tersebut dimulai dari pintu masuk pemukiman yang terdapat di sebelah selatan. Terdapat empat buah pintu masuk ke dalam pemukiman penduduk, akan tetapi wisatawan yang berkunjung biasanya melalui pintu masuk sebelah selatan. Hal tersebut dikarenakan letak pintu masuk tersebut berdekatan dengan jalan dan tempat parkir kendaraan. Sirkulasi wisata yang ada saat ini kurang jelas dalam mengarahkan jalur interpretasi pengunjung. Ketika memasuki ruang wisata budaya yang ada pengunjung tidak dapat mengetahui secara pasti jalur yang harus dilaluinya. Pengunjung hanya dapat melihat-lihat bangunan atau aktifitas yang dilakukan oleh penduduk setempat tanpa mengetahui makna budayanya. Hal ini akan mempengaruhi tingkat persepsi dan pengalaman yang akan diperoleh pengunjung.
Diperlukan
pengaturan
sirkulasi
agar
pengunjung
dapat
memperoleh pengalaman visual dan budaya yang nantinya akan membentuk apresiasinya terhadap tapak. Hal ini dapat dicapai dengan adanya suatu rangkaian atau alur perjalanan antar ruang dan transisi antar ruang. Atraksi berupa struktur tradisional umumnya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk dikunjungi, maka jenis sirkulasi yang sesuai berupa touring circuit. Jenis sirkulasi ini berupa suatu alur perjalanan mengunjungi beberapa atraksi dalam waktu yang relatif singkat. Karenanya sirkulasi ini harus nyaman, efisien dan mampu mengarahkan pengunjung untuk bergerak dari satu atraksi ke atraksi lain dalam suatu alur yang jelas dengan mendasarkan perencanaan alur wisata ini pada latar belakang sejarah dan budaya
Kampung
Segenter.
SUB RUANG PENDUKUNG KEHIDUPAN MASYARAKAT
SUB RUANG KEHIDUPAN MASYARAKAT ATAU RUANG PEMUKIMAN
1. Pemakaman
1. Pola Ruang Pemukiman
Merupakan tempat pemakaman bagi penduduk, juga sebagai tempat berlangsungnya upacara adat baik yang bersifat religi atau keagamaan maupun kultural atau budaya, yaitu : Upacara Negara setiap delapan tahun sekali, Upacara Leluhur setiap ada selamatan, dan Upacara Kematian
2. Sawah dan Ladang
Merupakan daya tarik utama yang menjadi ciri khas Kampung Segenter dibandingkan kampung lainnya. jarak antar rumah dan jalan diatur sedemikian rupa sehingga membentuk pola kotak-kotak (grid)
2. Rumah Adat/Tradisional Suku Sasak Merupakan elemen utama atraksi budaya yang menunjukkan
Menunjukkan pola pertanian khas masyarakat Dusun Segenter, juga sebagai tempat berlangsungnya upacara adat yang bersifat kultural atau budaya, yaitu : Upacara Pertanian ketika memangar, turun bibit dan tanam padi
MASJID KUNO
arsitektur khas tradisional Sasak, atraksi budaya yang dilakukan di dalam Rumah Adat adalah : Upacara Desa yang diadakan pada saat terjangkitnya wabah penyakit, dan upacara-upacara yang berhubungan dengan siklus hidup seseorang, yaitu : Upacara Kelahiran, Upacara Perkawinan dan Upacara Kematian
3. Berugak
Masjid Kuno terletak kurang lebih 2 Km Dari Dusun Segenter. Dalam Perencanaan wisata budaya Masjid Kuno merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ruang wisata budaya, karena terdapat beberapa atraksi budaya yang diselenggarakan di tempat tersebut. Atraksi tersebut yaitu : Upacara Negara setiap delapan tahun sekali, Upacara Leluhur untuk memperingati hari ke-seribu bagi arwah yang sudah meninggal, Upacara menurut siklus penanggalan agama, Upacara Kelahiran khususnya pada acara besunat, dan Upacara Kematian terutama sebelum jenazah dikuburkan
RUANG PENDUKUNG KEGIATAN WISATA BUDAYA 1. Ruang Penerimaan Merupakan ruang untuk menyambut wisatawan yang datang
2. Ruang Pelayanan Ruang yang digunakan untuk mengakomodasikan berbagai keperluan pengunjung sebelum melakukan kegiatan wisata budaya. ruang ini juga difungsikan sebagai ruang transisi sebelum memasuki ruang wisata budaya
Bangunan yang merupakan ciri khas suatu komunitas masyarakat Suku Sasak, atraksi budaya yang dilakukan di Berugak adalah pada saat dilakukan Upacara Perkawinan, terutama pada saat musyawarah adat untuk menentukan besarnya denda bagi pemuda yang telah merariq dengan seorang gadis
4. Lumbung Bangunan untuk menyimpan padi atau hasil pertanian lainnya. Tidak ada upacara khusus di lumbung, baik upacara yang bersifat religi maupun kultural. Dalam perencanaan wisata budaya, bentuk arsitektur lumbung yang khas dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan
5. Kandang Bangunan untuk menyimpan ternak yang dipelihara oleh penduduk. Tidak ada upacara khusus di kandang, baik upacara yang bersifat religi maupun kultural. Dalam perencanaan wisata budaya, kandang merupakan bagian dari interpretasi pengunjung untuk mengetahui kegiatan sosial ekonomi masyarakat
6. Pagar Pagar yang mengeliling komplek pemukiman Kampung Segenter merupakan daya tarik bagi wisatawan karena bentuk dan strukturnya yang unik dan khas Sumber Peta : Pengamatan Lapang dan Hasil Analisis
PENGEMBANGAN KONSEP RUANG WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA
: Sub Ruang Kehidupan Masyarakat (Ruang Pemukiman)
: Sirkulasi
: Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
: Ruang Wisata Budaya
: Ruang Penerimaan
: Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya
DIGAMBAR OLEH
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Ruang Pelayanan
: Masjid Kuno
DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA
NO. GAMBAR
TANPA SKALA
25
Jalur sirkulasi wisata budaya yang ada harus dapat melalui obyek atau atraksi yang dapat mewakili nilai sejarah dan budaya Kampung Tradisional Segenter
sehingga
dapat
meningkatkan
pengalaman
yang
diperoleh
pengunjung. Jalur tersebut tidak hanya melewati obyek yang berupa struktur bangunan akan tetapi juga dapat memperlihatkan apresiasi penduduk setempat dalam menjalani kehidupannya dan dalam mengolah lanskapnya. Gambar 26 memperlihatkan pengembangan konsep sirkulasi wisata budaya Pemukiman Tradisional Segenter. 6.2.3 Fasilitas Pelayanan Dalam merencanakan suatu kawasan wisata, kebutuhan dan keinginan pengunjung merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan. Selain menikmati berbagai obyek dan atraksi yang ditawarkan, pengunjung juga memiliki kebutuhan dan keinginan lain yang harus disediakan oleh pengelola tempat wisata. Saat ini keberadaan fasilitas pelayanan yang tersedia di Kawasan Wisata Budaya Segenter belum memadai dalam menunjang kegiatan wisatawan. Hal tersebut disebabkan karena kawasan ini belum dikelola secara optimal oleh pengelola. Berbagai fasilitas pelayanan yang digunakan sebagai sarana pendukung kegiatan interpretasi wisatawan, seperti pusat informasi sejarah dan budaya Kampung Segenter juga belum tersedia dengan baik. Hanya tempat parkir bagi kendaraan yang digunakan oleh pengunjung yang tersedia, itupun hanya dengan memanfaatkan lahan kosong yang tepat berada di dekat jalan dan pintu masuk pemukiman. Sedangkan toilet umum yang representatif bagi pengunjung, toko cinderamata khas Kampung Segenter, kios yang menjual makanan dan minuman serta fasilitas lain belum tersedia. Tabel 6 memperlihatkan perbandingan lanskap wisata budaya saat ini dan yang direncanakan.
KETERANGAN :
Ladang Penduduk
: Rumah
Pemakaman
: Berugak : Kandang Ternak : Lumbung : Bak Penampungan Air
Ladang Penduduk
: Pintu Masuk Komplek Perkampungan Ladang Penduduk
: Masjid : Sekolah
: Komplek Masjid Kuno
: Stoping Area : Rute Wisata Budaya
Jalan menuju Desa Sukadana
Sumber Peta : Pengamatan Lapang dan Hasil Analisis
PENGEMBANGAN KONSEP SIRKULASI WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA DIGAMBAR OLEH
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037) DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
10
20 METER
NO. GAMBAR 30
26
Tabel 6. Perbandingan Lanskap Wisata Budaya Saat ini dan yang Direncanakan Ruang Wisata Budaya Sub Ruang Kehidupan Masyarakat (Ruang Pemukiman)
Aktivitas
Fasilitas
Saat Ini
- Melihat pemandangan - Photo hunting - Berinteraksi dengan penduduk
Obyek dan Atraksi Wisata Budaya
Rencana
- Mengamati pola ruang pemukiman dan bentuk arsitektural bangunan setempat - Mengamati aktivitas sosial budaya penduduk setempat - Berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting
Papan informasi, jalur interpretasi, stoping area, bale budaya, pemandu wisata
Saat Ini
- Melihat pemandangan - Photo hunting - Beribadah
Masjid, shelter
Rencana
- Melihat pemandangan - Photo hunting - Berinteraksi dengan penduduk
Papan informasi, jalur interpretasi, masjid, shelter, toilet
Pendukung Kegiatan Wisata Budaya Sub Ruang Penerimaan
Rencana
- Memasuki area wisata - Memarkir kendaraan
Pintu gerbang, papan penunjuk arah, shelter, tempat parkir
Sub Ruang Pelayanan
Rencana
- Mencari informasi tentang kawasan wisata - Beristirahat - Makan dan minum - Menginap
Visitor information center, toko souvenir, home stay/penginapan, restoran, toilet, shelter
Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
6.3 Potensi Wisatawan Sebagian besar kawasan wisata di Lombok sudah dikenal oleh wisatawan terutama wisatawan mancanegara. Arus wisatawan menuju Lombok saat ini cukup besar, karena telah didukung oleh sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang semakin baik. Hal tersebut juga didukung oleh semakin
mudahnya sarana transportasi menuju Lombok, baik melewati jalur udara melalui Bandara Selaparang maupun jalur laut melalui Pelabuhan Lembar. Dengan telah dibukanya jalur penerbangan langsung dari Malaysia dan Singapura, maka semakin terbuka peluang masuknya wisatawan dari mancanegara dengan mudah. Salah satu strategi yang dikembangkan dalam penetapan kawasan wisata unggulan Propinsi NTB adalah penetapan kawasan wisata budaya unggulan. Strategi yang dikembangkan adalah mengidentifikasi budaya unggulan dalam bentuk obyek dan atraksi budaya (di luar kawasan wisata budaya) yang dikemas sedemikian rupa untuk diarahkan sebagai wisata pendukung dari wisata alam (bahari dan pegunungan) terutama pada kawasan wisata prioritas (Bappeda, 2000). Saat ini kawasan wisata bahari di Propinsi NTB, terutama di Pulau Lombok masih merupakan pilihan utama obyek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan. Hal ini mendorong perlunya perencanaan dan pengembangan kawasan wisata budaya unggulan agar lebih tertata dan menjadi daya tarik bagi wisatawan. Penentuan kawasan wisata budaya unggulan didasarkan pada wisata budaya yang membentuk kawasan kaitannya dengan ruang, yaitu : budaya sebagai obyek wisata yang mengelompok dan menyatu baik budaya dalam bentuk warisan maupun budaya yang hidup (act dan artifact = tingkah laku dan hasil karya) yang saat ini sudah berkembang dan berpotensi didalam menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Berdasarkan kajian kawasan wisata budaya yang ditetapkan pada dua kawasan wisata budaya di Lombok, yaitu kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya dan kawasan wisata budaya Sade-Rembitan dan sekitarnya maka yang layak diunggulkan adalah kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya karena keberadaannya yang mengelompok dan saling terkait serta membentuk satu kesatuan dalam kawasan wisata budaya baik obyek wisata maupun atraksi wisata budayanya. Sedangkan untuk wisata budaya unggulan yang bukan kawasan wisata atau selain kawasan wisata budaya Suranadi dan sekitarnya, terdapat pada obyek wisata budaya yang keberadaannya menyebar di Propinsi NTB (Bappeda NTB, 2000). Peta obyek wisata budaya unggulan di Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 27.
Anyar
13
3
INDONESIA
Bayan
2 Gondang
GILI MENO GILI AIR
4
Tanjung
GILI TRAWANGAN
Sambelia
LOMBOK BARAT
Pemenang
G. RINJANI
5
LOMBOK TIMUR
14 1
12
2
2
Ampenan
3
Cakranegara
1 7
5
3
MATARAM
4
4
Kediri Telagawaru
8
10
6
9
Narmada Pringgarata
Mantang Kopang
9
5
Pringgabaya
Aikmel
Hikmah
12
Terara
Ubung
GERUNG
11
Labuhan Lombok
Masbagik Sikur Pancor
SELONG
8 PRAYA
6 Penujak Sekotong Tengah
Mujur
LOMBOK TENGAH
Keruak
10
Sengkol
7
11 1
Sumber Peta : Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi NTB
OBYEK WISATA BUDAYA UNGGULAN DI PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA : KAWASAN WISATA BUDAYA DALAM BENTUK KERAJINAN 1.
SEKARBELA (MUTIARA)
2. 3. 4. 5. 6.
GUNUNG SARI (ANYAMAN BAMBU DAN KAYU) SARI BUNGA (TENUN) BANYUMULEK (GERABAH) SUKARARA (TENUN) PENUNJAK (GERABAH)
7. 8. 9.
SADE (TENUN) SURADADI (ANYAMAN LONTAR) LOYOK (ANYAMAN BAMBU)
10. 11.
SUKARAJA (KERAJINAN PATUNG) PRINGGASELA (TENUN)
12.
PENANGKAH (GERABAH)
: KAWASAN WISATA BUDAYA DALAM BENTUK BANGUNAN (ARTIFAK) 1. 2.
MAKAM BATU LAYAR PURA SEGARA
3. 4. 5. 6. 7.
TAMAN DAN PURA MAYURA PURA MERU TAMAN DAN PURA LINGSAR TAMAN DAN PURA NARMADA PURA GUNUNG PESONG
8. 9. 10.
TAMAN DAN PURA SURANADI MAKAM PEJANGGIK MASJID PUJUT
11. 12.
MASJID REMBITAN MAKAM SELAPARANG
13. 14.
MASJID BAYAN BELEQ PURA BATU BOLONG : KAWASAN WISATA BUDAYA DALAM BENTUK PERKAMPUNGAN TRADISIONAL
1. 2. 3.
KAMPUNG TRDISIONAL SADE-REMBITAN KAMPUNG TRDISIONAL SENARU KAMPUNG TRDISIONAL SEGENTER
4.
KAMPUNG TRDISIONAL SEMBALUN LAWANG
5.
KAMPUNG TRDISIONAL SEMBALUN BUMBUNG
: Ibukota Propinsi : Ibukota Kabupaten : Ibukota Kecamatan
DIGAMBAR OLEH
: Batas Kabupaten
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Jalan Raya
DOSEN PEMBIMBING
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
5
10
KILOMETER
NO. GAMBAR 15
27
Dusun Segenter merupakan salah satu tempat yang dijadikan sebagai kawasan wisata budaya unggulan di Pulau Lombok. Posisi yang strategis karena terletak di sekitar Kawasan Wisata Pegunungan (KWP) Gunung Rinjani, salah satu Kawasan Wisata Unggulan di Propinsi NTB, merupakan potensi dan nilai tambah dalam perencanaan dan pengembangan Dusun Segenter sebagai daerah tujuan wisata. Hal tersebut juga didukung dengan keberadaan obyek wisata lain yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Dusun Segenter. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk setempat, saat ini jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dusun Segenter mengalami penurunan, terutama karena dampak dari tragedi bom Bali. Walaupun demikian, sampai saat ini hampir setiap hari terdapat wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan mancanegara. Kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan umumnya adalah melihat-lihat struktur bangunan tradisional yang ada dan kegiatan fotografi.
Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Data Aspek Data
Analisis Kesesuaian dengan Tujuan Studi
Hasil Analisis
Posisi Dusun Segenter mempunyai beberapa nilai positif dari segi kepariwisataan karena dekat dengan Kawasan Wisata Pegunungan Gunung Rinjani yang merupakan salah satu kawasan wisata unggulan di Propinsi NTB
Memanfaatkan potensi tersebut dengan menjadikan wisata budaya Dusun Segenter termasuk dalam paket wisata petualangan Gunung Rinjani dan sekitarnya
- Sistem Transportasi dan Aksesibilitas Tapak
Kondisi Aksesibilitas tapak yang ada saat ini kurang baik, karena rusaknya beberapa ruas jalan penghubung, minimnya tanda pemandu arah dan sedikitnya sarana transportasi umum menuju kawasan
Perbaikan ruas jalan menuju tapak dan pengadaan tandatanda penunjuk arah menuju kawasan dimulai dari pintu masuk kedatangan wisatawan di Pulau Lombok
- Pola Perkampungan dan Tata Guna Lahan
Diperoleh pola perkampungan khas dan tata ruang eksisting Dusun Segenter serta latar belakang budaya yang terkait dengan pola tersebut
Menggunakan data tersebut sebagai acuan dalam pembagian ruang wisata budaya yang akan direncanakan
- Sosial Budaya Masyarakat
Diketahui beberapa sistim kehidupan masyarakat yang bersifat sosial budaya yang dapat memperkaya nilai interpretasi wisata bagi wisatawan yang berkunjung selain atraksi yang berbentuk fisik
Menjadikan aspek sosial budaya sebagai daya tarik promosi Kawasan Wisata Budaya Kampung Tradisional Segenter selain obyek/atraksi yang berbentuk fisik
Diperoleh beberapa obyek/atraksi wisata budaya yang potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik utama Kampung Tradisional Segenter
Perlu pengembangan program wisata yang dapat merangkai obyek/atraksi wisata budaya yang ada ke dalam suatu jalinan atau alur cerita yang dapat mewakili sejarah dan budaya Dusun Segenter secara keseluruhan
Tidak terdapat alur/sirkulasi wisata yang dapat memberikan kenyamanan dan memberikan pengalaman perjalanan budaya kepada pengunjung
Perlu perencanaan sirkulasi wisata yang dapat menjangkau semua obyek/atraksi, terutama obyek/atraksi yang potensial dan dapat memberikan kualitas visual dan pengalaman yang lebih bagi wisatawan
A. LINGKUNGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT TRADISIONAL SEGENTER - Letak, Luas dan Batas Tapak
B. WISATA BUDAYA BERBASISKAN KEHIDUPAN TRADISIONAL - Atraksi/Obyek Wisata Budaya
- Sirkulasi Wisata
Tabel 7. (lanjutan) Analisis Kesesuaian dengan Tujuan Studi
Hasil Analisis
- Fasilitas Pelayanan
Aspek Data
Minimnya fasilitas pelayanan yang dapat menunjang kebutuhan dan keinginan pengunjung merupakan salah satu kendala dalam promosi dan pengembangan tapak sebagai kawasan wisata budaya
Perlu pengadaan dan penataan berbagai fasilitas penunjang yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata budaya di Kampung Tradisional Segenter. Fasilitas pelayanan yang ada juga diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk tanpa mengancam kelestarian tapak sebagai kawasan budaya
- Potensi Wisatawan
Arus wisatawan yang relatif besar menuju Pulau Lombok merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan Kawasan Wisata Budaya Kampung Segenter. Hal ini juga telah didukung oleh kebijakan pemerintah yang telah menetapkan Dusun Segenter sebagai salah satu kawasan wisata budaya unggulan di Pulau Lombok
Diperlukan promosi dan media informasi yang lebih menarik wisatawan terutama wisatawan dari mancanegara
BAB VII PERENCANAAN LANSKAP 7.1 Sintesis Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan spasial aspek-aspek yang ada pada tapak saat ini, maka dapat diketahui bahwa Dusun Segenter merupakan salah satu dusun di Pulau Lombok yang memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Hal ini merupakan potensi untuk dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata budaya yang bernilai edukatif dan mendukung upaya pelestarian lanskap budayanya. Berdasarkan analisis data lingkungan kehidupan masyarakat tradisional Segenter, yang meliputi aspek data letak, luas dan batas tapak, aksesibilitas dan sistem transportasi tapak, pola perkampungan dan tata guna lahan, serta aspek data sosial dan budaya masyarakat, maka dapat diketahui kondisi eksisting tapak yang akan direncanakan. Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, maka diperoleh data ruang yang menjadi acuan dalam pengembangan konsep wisata budaya yang telah ditentukan. Ruang-ruang eksisting yang terdapat pada tapak merupakan satu kesatuan. Ruang-ruang tersebut adalah ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) yang dikelilingi pagar dan ruang disekeliling ruang kehidupan masyarakat yang merupakan ruang pendukung kehidupan masyarakat. Ruang kehidupan masyarakat (ruang pemukiman) terdiri dari : rumah, halaman, berugak, lumbung, kandang, dan sarana infrastruktur lainnya yang terdapat di dalam pagar. Ruang pendukung kehidupan masyarakat terdiri dari lahan pertanian dan sarana infrastuktur lainnya yang terdapat di luar pagar. Dari ruang eksisting yang ada, kemudian dikembangkan lagi ke dalam konsep perencanaan wisata budaya dengan mempertimbangkan aspek data wisata budaya berbasiskan kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsep yang telah ditentukan, tapak dibagi kedalam dua ruang utama, yaitu : ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari : sub ruang kehidupan masyarakat atau ruang pemukiman dan sub ruang pendukung kehidupan masyarakat. Ruang wisata budaya merupakan ruang yang menjadi bagian inti dari kegiatan wisata budaya karena keberadaan obyek dan atraksi wisata budaya. Ruang pendukung kegiatan wisata terdiri dari dua sub ruang yaitu : sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Ruang pendukung kegiatan wisata
budaya merupakan ruang yang sebelumnya tidak diakomodasikan dalam kegiatan wisata budaya di Dusun Segenter. Melalui kegiatan perencanaan wisata budaya yang akan dikembangkan, ruang tersebut diakomodasikan untuk memberikan kemudahan bagi wisatawan dalam berwisata budaya di Dusun Segenter. Melalui penataan ruang-ruang tersebut diharapkan Dusun Segenter dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata yang terencana dengan baik. Peningkatan daya tarik Dusun Segenter tidak hanya pada keunikan dan kekhasan pola ruang dan bentuk arsitektur bangunannya saja, tetapi kesatuan lanskapnya yang didukung oleh aktivitas sosial dan budaya penduduk setempat. Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan dapat mengetahui dan menikmati keseluruhan model dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh Pemukiman Tradisional Segenter. Melalui jalur sirkulasi tersebut wisatawan akan memasuki ruang wisata budaya melalui jalur masuk yang sama dengan jalur keluarnya, sehingga diharapkan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat tidak terganggu oleh kegiatan wisata budaya yang ada. Hal ini dapat dicapai dengan adanya suatu rangkaian atau alur perjalanan antar ruang dan transisi antar ruang. Atraksi berupa struktur tradisional umumnya memerlukan waktu yang relatif singkat untuk dikunjungi, maka jenis sirkulasi yang sesuai berupa touring circuit. Jenis sirkulasi ini berupa suatu alur perjalanan mengunjungi beberapa atraksi dalam waktu yang relatif singkat. Hasil penyesuaian kondisi eksisting tapak, konsep ruang wisata budaya dan konsep sirkulasi wisata budaya membentuk suatu block plan. Block plan Kawasan Wisata Budaya Segenter dapat dilihat pada Gambar 28.
KETERANGAN :
Ladang Penduduk
Pemakaman
: SUB RUANG KEHIDUPAN MASYARAKAT
: SUB RUANG PENDUKUNG KEHIDUPAN MASYARAKAT
: RUANG WISATA BUDAYA Ladang Penduduk
Ladang Penduduk
: SUB RUANG PENERIMAAN
: SUB RUANG PELAYANAN
: RUANG PENDUKUNG KEGIATAN WISATA BUDAYA
: KAWASAN MASJID KUNO
: STOPING AREA : RUTE WISATA BUDAYA
Jalan menuju Desa Sukadana
Sumber Peta : Pengamatan Lapang dan Hasil Analisis
BLOCK PLAN PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA : Rumah : Berugak
DIGAMBAR OLEH
: Kandang Ternak
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037)
: Lumbung : Bak Penampungan Air
DOSEN PEMBIMBING
: Pintu Masuk Komplek Perkampungan : Masjid
: Sekolah
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
U
SKALA 0
10
20 METER
NO. GAMBAR 30
28
7.2 Rencana Lanskap Berdasarkan block plan kawasan yang dikembangkan dari konsep ruang dan konsep sirkulasi wisata budaya, maka dikembangkan kedalam bentuk rencana lanskap. Rencana lanskap Pemukiman Tradisional Segenter terbagi dalam dua ruang utama, yaitu : Ruang Wisata Budaya dan Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya. Ruang Wisata Budaya adalah ruang inti dari kegiatan wisata budaya. Ruang Wisata Budaya merupakan ruang utama yang merupakan ruang eksisting Dusun Segenter yang telah terbentuk sebelumnya. Ruang ini diupayakan sesuai dengan aslinya untuk tetap mempertahankan keaslian budaya masyarakat setempat, sehingga dapat mendukung upaya pelestarian yang dilakukan. Untuk kepentingan wisata, ruang tersebut dibagi menjadi dua sub ruang, yaitu : Sub Ruang Kehidupan Masyarakat (Ruang Pemukiman) dan Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat. Masjid kuno sebagai tempat suci bagi penganut Islam Wetu Telu berada di luar area perencanaan wisata budaya, akan tetapi dalam kegiatan perencanaan ini tempat tersebut merupakan satu kesatuan dengan ruang wisata budaya. Sub Ruang Kehidupan Masyarakat (Ruang Pemukiman) adalah ruang tempat berlangsungnya kehidupan masyarakat Dusun Segenter di dalam komplek pemukiman yang dikelilingi oleh pagar. Obyek dan atraksi budaya yang akan dikembangkan dalam ruang ini adalah model perkampungan khas Suku Sasak yang terdapat di Dusun Segenter dengan semua elemen pembentuknya termasuk kehidupan sosial dan budaya masyarakatnya. Pada ruang ini wisatawan dapat mengamati dan mempelajari model lanskap budaya yang ada melalui interaksi langsung dengan masyarakat setempat. Fasilitas yang disediakan bagi wisatawan pada ruang ini adalah : papan informasi, bangunan percontohan, jalur interpretasi, stoping area, bale budaya, dan pemandu wisata yang dapat mengarahkan dan menyempurnakan interpretasi wisatawan. Dalam kegiatan perencanaan ini yang dimaksud dengan Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat adalah ruang yang terdapat diluar komplek pemukiman Dusun Segenter yang dikelilingi pagar. Obyek dan atraksi budaya yang dapat dinikmati pada ruang ini adalah lahan pertanian penduduk beserta tata cara penduduk setempat dalam mengolah lahan pertaniannya serta fasilitas lain yang mendukung kehidupan masyarakat setempat, seperti masjid, sekolah,
ruang terbuka, dan sarana lainnya. Fasilitas bagi wisatawan yang terdapat dalam ruang ini adalah : papan informasi, jalur interpretasi, masjid, shelter dan toilet. Ruang Pendukung Kegiatan Wisata Budaya terdiri dari dua sub ruang, yaitu : Ruang Penerimaan dan Ruang Pelayanan. Ruang Penerimaan merupakan tempat untuk menerima wisatawan ketika berkunjung ke Dusun Segenter. Pada ruang ini terdapat pintu gerbang penanda kawasan yang dibangun dengan mengadopsi bentuk arsitektur setempat, sehingga sebelum melakukan kegiatan wisata budaya, wisatawan dapat merasakan nuansa budaya Dusun segenter. Fasilitas lain yang disediakan bagi wisatawan adalah tempat parkir yang dapat menampung kendaraan yang digunakan oleh wisatawan. Tempat parkir tersebut direncanakan hanya untuk kendaraan atau mobil yang berukuran kecil. Bagi wisatawan yang menggunakan bus wisata dapat memarkir kendaraannya di tempat parkir bus yang terdapat di daerah Desa Sukadana. Wisatawan dapat menggunakan mobil khusus berukuran lebih kecil yang disediakan oleh pihak pengelola. Bagi wisatawan yang senang melakukan kegiatan petualangan, dapat melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki melintasi nuansa khas daerah kering yang menjadi ciri khas Dusun Segenter sejauh kurang lebih 2 km. Sub
Ruang
Pelayanan
adalah
tempat
yang
digunakan
untuk
mengakomodasikan kebutuhan pengunjung selama berwisata budaya di Dusun Segenter. Fasilitas yang terdapat dalam ruang ini adalah : 1. Visitor information center sebagai tempat pusat informasi sejarah dan budaya Dusun Segenter. Tempat ini sekaligus dijadikan sebagai kantor pengelola. 2.
Toko souvenir yang menyediakan cinderamata bagi wisatawan. Cinderamata yang dimaksud adalah barang-barang yang merupakan ciri khas Dusun Segenter serta mempunyai muatan budaya setempat. Bangunan toko atau kios tersebut menyesuaikan bentuk arsitektur setempat.
3.
Home stay /penginapan, disediakan bagi wisatawan yang hendak menginap di Dusun Segenter sekaligus merasakan nunsa kehidupan dan budaya Dusun Segenter dengan lebih lama. Bangunan penginapan dibuat sesuai dengan bentuk rumah tradisional yang ada di Dusun Segenter.
4. Restoran atau Rumah Makan yang menyediakan menu khas makanan Dusun Segenter disamping juga menyediakan makanan khas daerah Lombok lainnya. Tempat ini dapat digunakan sebagai tempat melepas lelah bagi wisatawan dengan makan dan minum karena panasnya suhu di Dusun Segenter terutama pada saat musim kemarau. Bentuk bangunan rumah makan tersebut juga disesuaikan dengan bentuk arsitektur setempat. 5. Toilet merupakan salah satu fasilitas penting yang dibutuhkan oleh wisatawan. 6. Shelter dan Stoping Area, berupa tempat persinggahan sementara bagi wisatawan sebelum dan selama berada di ruang wisata budaya. Bangunan Shelter ini dibuat menyerupai bentuk arsitektur berugak. Pemukiman Tradisional Segenter
Gambar 29. Ilustrasi Penanda Kawasan
Gambar 30. Ilustrasi Stoping Area
Gambar 31. Ilustrasi Papan Interpretasi
Gambar 32. Ilustrasi Penunjuk Arah
Ruang-ruang tersebut dihubungkan oleh jalur sirkulasi wisata yang membentuk suatu jalur interpretasi bagi wisatawan sehingga dapat memudahkan wisatawan dalam menginterpretasikan model dan kekayaan budaya Dusun Segenter. Jalur interpretasi tersebut diharapkan dapat menghubungkan semua obyek dan atraksi budaya yang terdapat dalam ruang wisata budaya. Secara keseluruhan rencana lanskap yang merupakan produk akhir dari Perencanaan Wisata Budaya pada Lanskap Pemukiman Tradisional Segenter dapat dilihat pada Gambar 33. 7.3 Rute Wisata Budaya Pada perencanaan rute wisata budaya di Dusun Segenter ini wisatawan diarahkan agar sebanyak-banyaknya memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam menginterpretasikan lanskap dan kekayaan budaya Dusun Segenter. Wisatawan tidak hanya mengamati obyek/atraksi yang ditawarkan, tetapi juga dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Setelah memasuki ruang penerimaan, wisatawan diarahkan ke ruang pelayanan untuk memperoleh informasi awal tentang keberadaan Pemukiman Tradisional Segenter. Dari ruang penerimaan wisatawan langsung menuju sub ruang kehidupan masyarakat atau ruang pemukiman melalui pintu masuk pemukiman di sebelah selatan. Pada ruang ini wisatawan dapat langsung melihat pagar yang mengelilingi komplek pemukiman dan melihat pola pemukiman Dusun Segenter yang unik serta langsung dapat mengamati rumah adat tradisional, berugak, lumbung dan kandang yang merupakan elemen lanskap di Dusun Segenter. Selama mengikuti jalur interpretasi ini, wisatawan dapat beristirahat pada berugak yang juga difungsikan sebagai stoping area. Wisatawan juga dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat untuk mengetahui makna budaya dari obyek/atraksi yang diamati. Apabila wisatawan mempunyai waktu kunjungan yang lebih, interpretasi wisata dapat dilanjutkan ke ruang pendukung kehidupan masyarakat untuk mengamati dan berinteraksi langsung dengan penduduk di sawah/ladang pertanian, pemakaman dan masjid kuno di Semokan. Wisatawan juga dapat menginap di home stay yang yang telah disediakan. Rute wisata yang direncanakan tersebut kemudian dikembangkan menjadi paket wisata budaya berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas. Rute wisata dikembangkan ke dalam 4 alternatif paket wisata budaya.
14 Ladang Penduduk
3 Pemakaman
7
4
72
Ladang Penduduk
5
7
1
13 1112
6
7 8 9
16 15
10
Ladang Penduduk
RENCANA LANSKAP PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA
LEGENDA
1
: Rumah
2
: Berugak
3 4 5 6
: Kandang Ternak : Lumbung : Bak Penampungan Air : Pintu Masuk Komplek Perkampungan
7
: Stoping Area/Shelter
8
: Masjid
9
: Sekolah
10
: Home Stay/Penginapan
11
: Kantor Pengelola/Pusat Informasi
12 13 14 15
DIGAMBAR OLEH
M. IMAM SULISTIANTO (A34201037) : Bale Budaya
DOSEN PEMBIMBING : Kios Souvenir : Pintu Gerbang Kawasan
: Rumah Makan
16
: Rute Wisata Budaya
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA SKALA 0
10
20 METER
: Tempat Parkir
NO. GAMBAR 30
33
Tabel 8. Paket Wisata Budaya 1 Waktu yang dibutuhkan 2 jam
Alokasi Ruang Sub Ruang Kehidupan Masyarakat
Aktivitas - Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar) - Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting
Tabel 9. Paket Wisata Budaya 2 Waktu yang dibutuhkan
Alokasi Ruang
2 jam
Sub Ruang Kehidupan Masyarakat
1 jam
Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
Aktivitas - Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar) - Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk - Photo hunting
Tabel 10. Paket Wisata Budaya 3 Waktu yang dibutuhkan
Alokasi Ruang
2 jam
Sub Ruang Kehidupan Masyarakat
2.5 jam
Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
Aktivitas - Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar) - Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk - Photo hunting - Mengunjungi masjid kuno wetu telu
Tabel 11. Paket Wisata Budaya 4 Waktu yang dibutuhkan
Alokasi Ruang
2 jam
Sub Ruang Kehidupan Masyarakat
2.5 jam
Sub Ruang Pendukung Kehidupan Masyarakat
Pukul 17.00 (hari ke-1) s.d. Pukul 10.00 (hari ke-2)
Sub Ruang Pelayanan
Aktivitas - Mengamati obyek/atraksi yang berbentuk fisik (pola pemukiman, rumah adat, berugak, lumbung, kandang, pagar) - Mengamati aktivitas sosial budaya sekaligus berinteraksi dengan penduduk - Photo hunting - Berjalan-jalan di sawah/ladang pertanian penduduk sambil mengamati dan berinteraksi langsung dengan kegiatan pertanian penduduk - Photo hunting - Mengunjungi masjid kuno wetu telu - Bermalam
Pada saat-saat tertentu dapat dikembangkan paket wisata budaya khusus yaitu pada saat penyelenggaraan upacara atau ritual-ritual baik yang bersifat kultural maupun religi. Peran pemandu terutama yang berasal dari penduduk lokal diperlukan untuk mengarahkan jalur wisata serta aktivitas wisatawan dengan memberikan penjelasan tentang makna budaya yang ada pada lanskap Pemukiman Tradisional Segenter.
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Pemukiman Tradisional Segenter merupakan satu kawasan masyarakat Sasak yang masih sarat muatan adat dan budayanya. Kondisi tersebut merupakan potensi untuk pengembangan wisata budaya di Dusun Segenter. Untuk kebutuhan wisata dan dengan menyesuaikan kondisi eksisting yang ada tapak dibagi menjadi dua ruang utama yaitu : ruang wisata budaya dan ruang pendukung kegiatan wisata budaya. Ruang wisata budaya terdiri dari dua sub ruang, yaitu : sub ruang kehidupan masyarakat atau ruang pemukiman dan sub ruang pendukung kehidupan masyarakat. Ruang pendukung kegiatan wisata budaya dibagi kedalam sub ruang penerimaan dan sub ruang pelayanan. Untuk
kenyamanan
wisatawan,
ruang-ruang
wisata
yang
ada
dihubungkan oleh sirkulasi wisata yang membentuk suatu jalur interpretasi wisata sehingga dapat mempermudah wisatawan dalam menginterpretasikan model dan kekayaan
budaya
Dusun
Segenter.
Jalur
sirkulasi
tersebut
kemudian
dikembangkan kedalam rute wisata budaya yang menghubungkan seluruh obyek/atraksi wisata budaya yang ada. Rute wisata yang direncanakan tersebut kemudian dikembangkan lagi menjadi paket wisata budaya berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas. 8.2 Saran 1. Hasil studi perencanaan Lanskap Wisata Budaya Pemukiman Tradisional Segenter dapat dilanjutkan dengan kegiatan perencanaan detail yang diharapkan dapat mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai budaya yang ada. 2. Melalui kegiatan perencanaan ini, diharapkan adanya kerjasama yang baik antar stake holder yang berkaitan dengan kegiatan tersebut sehingga dapat mewujudkan kawasan wisata budaya Segenter sebagai kawasan wisata unggulan. 3. Dalam pengelolaan kawasan diharapkan masyarakat setempat dapat berperan langsung dan terkait secara aktif dalam kegiatan pengelolaan wisata budaya. Pemanfaatan lingkungan kehidupan dan budaya masyarakat harus dapat mendatangkan keuntungan bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Azlan. N. I. 2001. Module 10 : Cultural Landscape and Historic Preservation. dalam : Professional Handbook of Landscape Architects. Malaysia : Institute of Landscape Architects Malaysia. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi NTB. 2000. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Propinsi NTB Tahun 2000-2015. Mataram : Bappeda NTB Budihardjo, E. 1997. Arsitektur Pembangunan dan Konservasi. Jakarta : Penerbit Djambatan. 179 hal. Goodchild, P. H. 1990. Some Principles for The Conservation of Historic Landscapes. ICOMOS (UK) Historic Gardens and Landscapes Committee. 53 p. Gold, S. M. 1980. Recreation Planning and Design. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. 332 p. Gunn, C.A. 1994. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. USA : Taylor and Francis. Gunn, C.A. 1997. Vacationscape : Developing Tourist Areas. USA : Taylor and Francis. Harvey, R. R. and S. Buggey. 1988. Historic Landscape. Section 630(33p). in C. W. Harris and N. T. Dines (eds.). Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., New York. Kodhyat, H. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Grasindo. Laurie, M. 1990. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Bandung : Intermatra. 130 hal. Marbun, B. N. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal : 130-131. McIntosh, R.W. and C. R. Goeldner. 1990. Tourism, Principles, Prac tises, Philosophies. Canada : John Wiley and Sons. Melnick R.Z. 1983. Protecting Rural Cultural Landscapes : Finding Value in the Countryside. Landscape J. 2(2). Nurisjah, Siti. dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Arsitektur Lanskap.
Parker, P. L. and T.F. King. 1988. Guidelines for Evaluating and dokumentating Traditional Cultural Properties. National Register Bulletin U. S. Departement of the Interior National Park Service (38), Washington D.C. p : 23. Plachter, H. and Rössler M. 1995. “ Cultural Landscapes Reconnecting Culture and Nature”. Di dalam : B. von Droste, H. Plachter dan M. Rössler (ed.), Cultural Landscapes of Universal Values: Components of Global Strategy. New York, Stuttgart : Gustav Fischer Verlag Jena bekerjasama dengan UNESCO. hlm : 15-18. Sidharta, dan E. Budihardjo. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakata. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co., Inc. New York. 331 p. Tishler W. H. 1982. Historical Landscapes : an International Preservation Perspective. Landscape Plann. Tishler, W. H. 1998. Landscape Tourism and the Preservation of Heritage Places. Di dalam : A Quest to the 21st Century, Responsibilities, Challenges. Proceedings of the 35th IFLA World Congress; Bali. Unterman, R. dan R. Small. 1986. Perencanaan Tapak untuk Perumahan (terjemahan). Bandung : Intermatra. 309 hal. Van Der Zu, D. 1986. Human Settlement Analysis. International Institute For Aerospace Survey and Earth Sciences, Netherland. 47 p. Wulandari, R. K. 2002. Perencanaan Lanskap Wisata Budaya Kampung Sade, di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. (tidak dipublikasikan). [Tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Yoeti, Oka A. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Yusuf, M. dan Sukandi. 1987. Selintas Rumah Tradisional Sasak di Lombok. Departemen Penidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat.