EVALUASI FUNGSI F E EKOLOG GIS RTH PADA K KAWASAN N RE EKREASII SENTUL L CITY, BOGOR B (Studii Kasus: Jaalur Pedestrrian, Dana au Teratai, dan Rivesccape di Jala an Siliwan ngi)
ZMI NUR AZ
DEPA ARTEMEN N ARSIT TEKTUR LANSKA AP FAKU ULTAS PE ERTANIA AN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR 2010 0
RINGKASAN NUR AZMI. Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Rivescape di Jalan Siliwangi). Dibimbing oleh Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M. Si. Sentul City merupakan kota satelit yang menyediakan sarana rekreasi dengan aktivitas aktif maupun pasif. Kota satelit merupakan suatu kota kecil yang memiliki komunitas sendiri tetapi masih bergantung dengan kota besar di sekitarnya. Sentul City memiliki nilai keindahan yang cukup tinggi terlihat dari penggunaan dan penataan tanamannya. Tanaman merupakan bagian penting dalam biosfer dan kelangsungan hidup di bumi. Fungsi ekologis tanaman dalam suatu area rekreasi di antaranya yaitu memberikan kenyamanan dan sebagai habitat satwa khususnya burung. Salah satu area rekreasi di Sentul City terletak di Jalan Siliwangi yaitu jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape. Penelitian ini dilakukan di ketiga lokasi tersebut dengan menilai dan mengevaluasi karakteristik tanaman khususnya pohon berdasarkan studi literatur dan dibandingkan dengan karakteristik tanaman yang sesuai dengan fungsi ekologis tanaman dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung. Pengambilan data lapang di lokasi studi dilakukan pada April-Mei 2010 dengan metode deskriptif dan teknik spasial. Metode deskriptif dibagi dua yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk membandingkan karakteristik tanaman di lokasi studi dengan karakteristik fungsi ekologis tanaman yang teliti berdasarkan studi literatur. Selain itu, deskriptif kualitatif ini juga digunakan untuk menilai persepsi pengunjung terhadap suhu di lokasi studi yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Deskriptif kuantitatif digunakan dalam mengukur dan menghitung suhu termal untuk memperoleh nilai Temperature Humidity Index (THI) dan mengevaluasi fisik lokasi studi serta kesesuaian pohon berdasarkan fungsi ekologisnya dengan menggunakan metode Key Performance Indicator (KPI). Pohon yang berada di lokasi studi diidentifikasi dengan alat GPS (Global Positioning System) yang diolah dengan sistem Geographic Information System
(GIS). GIS akan menghasilkan pemetaan yang spasial dan untuk
mengetahui luasan serta persentase lahan yang sesuai dengan ekologisnya.
Hasil evaluasi dapat dikatakan bahwa tanaman yang digunakan di ketiga lokasi studi sudah sesuai dengan kedua fungsi ekologis yang diteliti. Namun, berdasarkan pengukuran dan perhitungan nilai THI, ketiga lokasi tidak memberikan kenyamanan termal baik di daerah terbuka maupun di bawah naungan pohon kecuali pada riverscape di bawah naungan pohon (26,45). Suatu area dikatakan nyaman jika nilai THI berkisar antara 21-27. Pengukuran suhu tanpa naungan di ketiga lokasi studi dilakukan di atas perkerasan (area terbuka). Perkerasan berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya suhu udara. Perkerasan memantulkan lebih sedikit dan menyerap lebih banyak radiasi sehingga kondisi udara di atas perkerasan lebih kering. Pada jalur pedestrian di bawah naungan, jarak tanam antar pohon terlalu rapat dan ditanam di sisi kanan dan kiri jalur, sehingga tajuk bersinggungan dan menutupi alur angin yang masuk. Sedangkan pada Danau Teratai, tanaman belum memberikan dampak yang besar dalam memberikan kenyamanan. Tajuk pohon peneduh di area tersebut tidak tumbuh maksimal. Berdasarkan hasil evaluasi, dibuatlah suatu rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan terhadap Pengelola dan Pengembang Sentul City. Rekomendasi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu rekomendasi fisik dan rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH). Bentuk rekomendasi yaitu berupa deskripsi standar area rekreasi secara fisik dan deskripsi tanaman yang sesuai dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu. Kata kunci: Fungsi Ekologis Tanaman, THI, KPI, Geographic Information System
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH PADA KAWASAN REKREASI SENTUL CITY, BOGOR (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Rivescape di Jalan Siliwangi)
NUR AZMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul
Nama NRP
: Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi) : Nur Azmi : A44060352
Disetujui, Pembimbing Skripsi
Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M. Si NIP. 19660126 199103 2 002
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Rekreasi Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi). Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dengan terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan pemikiran, doa, serta tenaga, khususnya kepada: 1.
kedua orang tua yang sangat dicintai, Babah dan Mamak atas dorongan moral, dana, dan doanya yang senantiasa diberikan kepada penulis;
2.
Dr. Ir. Alinda F. M. Zain, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, dorongan pemikiran dan perbaikan dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi hingga terselesaikanya skripsi ini;
3.
Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini;
4.
Ir. Tati Budiarti selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan pengarahan selama perkuliahan;
5.
Bapak Adrian selaku direktur perencanaan dan desain Sentul City yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Sentul City;
6.
Ibu Baby dan Mas Rizki selaku pengelola lanskap (maintenance) Sentul City yang telah membantu dalam pencarian data primer dan data sekunder;
7.
adik-adik penulis (Fahri, Iwan, Darman, Adi, dan Safri) dan seluruh keluarga besar yang memberikan doa dan motivasinya;
8.
sahabat seperjuangan bimbingan (Muteb-mutebi, ChanChan, Biji) yang telah bersama-sama turun lapang dan menyusun skripsi;
9.
sahabat seperjuangan “Sentil Siti” (Komti, Putri Gajah, Kempi, Freshtea, dan Galih) yang telah membantu dalam pengambilan data primer dan data sekunder;
10. sahabat-sahabat teng-tong ARL 43, terima kasih atas kekompakannya dan sudah menjadi teman penulis (Agung, Alan, Aan, Biji, Budut, Ceu, Chanchan, Cici, Cumi, Dedi, Desi, Dian, Dicky, Endy, Galih, Hani, Icha, Iin, Ik-Ok, Intan, Ipung-maripunk, Irvan, Jibril, Joe, Kaka, Kempi, Komti, Mahmud, Mutebmutebi, Mochiapapa, Nesh, Nganjoex, Nining, Nita, Om Jun, Ochi, Pangeran Ado, Perth, Phewz, Phity, Presti, Pram, Putri Gajah, Ranger, Ratu Dwica, Ray, Revi, Rido, Ronal Sawit, Sisi, Sugi-ndess, Tati, Tito Pratito, Vina, Wanti, Wemby, Wiewik, Yudha, Zippi Upil) dan juga telah mendukung serta memberikan semangat, kakak kelas ARL 40, 41, dan 42 yang telah membantu pada masa perkuliahan, serta adik kelas 44 dan 45 yang penuh semangat. 11. teman-teman kosan “Wisma Sakinah” khususnya kepada Renjer, Pity, Icha, Kaka, Vita, Adel, Mita, Tania, Yulan, Wulan, Didi, dan Septi; 12. teman asrama “d_ronsel” kamar 253 (Lingga, Likur, dan Sigit); 13. sahabat G-8 (Ware, Rani, Mumun, Pay, Devi, Mada, Nek Amah) yang turut mendoakan kesuksesan penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Kritik dan saran penulis harapkan dari semua pihak guna penyempurnaan penulisanpenulisan karya ilmiah selanjutnya. Semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2010
Nur Azmi
RIWAYAT HIDUP Nur Azmi merupakan anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Syahman dan Ibu Fauziah. Lahir di Sei. Lendir pada tanggal 26 Agustus 1988. Pendidikan formal yang dijalani penulis dimulai dari jenjang pendidikan dasar di SD Negeri 13409 (SDN 8) Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2003, penulis menyelesaikan jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Tanjung Balai. Selanjutnya, penulis mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Tanjung Balai dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Penulis diterima di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam bidang keorganisasian. Penulis pernah magang di Badan Eksklusif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian IPB sebagai pengurus Divisi Pendidikan pada periode 2007-2008. Pada periode yang sama, penulis juga menjadi anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dalam Divisi Kewirausahaan. Penulis juga aktif mengikuti beberapa kegitan mahasiswa sebagai panitia seperti Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) angkatan 44 pada periode 2007-2008, Gebyar Pertanian yang diselenggarakan BEM Faperta IPB pada periode 20082009, dan aktif dalam acara dan kegiatan yang diselenggarakan oleh HIMASKAP. Dalam bidang kesenian, penulis aktif mengikuti Lomba Teater yang diselenggarakan IPB. Penulis pernah menjadi juara dua dalam acara IPB Art Contest (IAC) pada periode 2007-2008 dan 2008-2009. Pada periode 2009-2010, penulis menduduki juara tiga. Penulis juga sering diminta bermain teater dalam acara-acara yang diselenggarakan BEM Faperta.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv BAB I 1.1 1.2 1.3 1.4
PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2 Kerangka Pikir .......................................................................................... 3
BAB II 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi ..................................................................................................... 4 Ruang Terbuka Hijau ................................................................................ 4 Fungsi Ekologis Tanaman ........................................................................ 6 Rekreasi .................................................................................................. 10 Sistem Informasi Geografis (SIG) .......................................................... 12
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 14 3.2 Batasan Penelitian ................................................................................... 15 3.3 Bahan dan Alat Penelitian....................................................................... 15 3.4 Metode Penelitian ................................................................................... 16 BAB VI KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Sentul City.................................................................................. 28 4.2 Data Biofisik ........................................................................................... 30 4.2.1 Keadaan Geografis ........................................................................ 30 4.2.2 Iklim .............................................................................................. 32 4.2.3 Geologi.......................................................................................... 33 4.2.4 Tanah ............................................................................................ 34 4.2.5 Hidrologi ....................................................................................... 35 4.2.6 Vegetasi ........................................................................................ 36 4.2.7 Satwa ............................................................................................. 37 4.3 Kondisi Sosial-Budaya ........................................................................... 40 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis ................................................................................................... 41 5.1.1 Analisis Fisik ................................................................................ 41 5.1.2 Analisis Kenyamanan ................................................................... 44 5.1.3 Analisis Karakteristik Pohon ....................................................... 48 5.1.4 Analisis Pengunjung dan Aktivitasnya ......................................... 50 5.2 Evaluasi ................................................................................................... 57 5.2.1 Evaluasi Fisik ................................................................................ 57 5.2.2 Evaluasi Kenyamanan................................................................... 62
5.2.3 Evaluasi Vegetasi sebagai Habitat Burung ................................... 69 5.2.4 Evaluasi Pengunjung dan Aktivitasnya ........................................ 72 5.3 Rekomendasi ........................................................................................... 75 5.3.1 Rekomendasi Fisik ........................................................................ 75 5.3.1 Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) ................................ 80 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ................................................................................................. 81 6.2 Saran ....................................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83 LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Jenis, Sumber Data, dan Cara Pengambilan Data ......................................... 16
2.
Penilaian Secara Fisik Lokasi Studi ............................................................ 25
3.
Kriteria dan Penilaian Fungsi Ekologis Tanaman ........................................ 26
4.
Perincian Luas Lahan di Masing-masing Desa............................................. 31
5.
Suhu Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor dalam satuan 0C ....... 32
6.
Persentase Kelembaban Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor..... 33
7.
Status Kesuburan Tanah ............................................................................... 35
8.
Jenis Satwa di Kawasan Pemukiman Bukit Sentul ....................................... 39
9.
Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Jalur Pedestrian ................................ 45
10. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Danau Teratai .................................. 46 11. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Riverscape ....................................... 46 12. Jenis Vegetasi di Jalur Pedestrian ................................................................. 48 13. Jenis Vegetasi di Danau Teratai.................................................................... 49 14. Jenis Vegetasi di Riverscape......................................................................... 50 15. Evaluasi Fisik Jalur Pedestrian ..................................................................... 58 16. Evaluasi Fisik Danau Teratai ........................................................................ 60 17. Evaluasi Fisik Riverscape ............................................................................. 61 18. Hasil Penilaian THI ...................................................................................... 62 19. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) untuk Kenyamanan ................................................................................................. 66 20. Luas RTH dalam Memberikan Kenyaman .................................................. 68 21. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) sebagai Habitat Burung .............................................................................................. 70 22. Luas RTH dalam Memberikan Habitat Satwa .............................................. 72 23. Rekomendasi RTH Berdasarkan Fungsi Ekologisnya .................................. 80
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Kerangka Pikir ............................................................................................... 3
2.
Tipe-tipe Arsitektur Pohon .......................................................................... 10
3.
Peta Lokasi Sentul City ................................................................................ 14
4.
Peta Lokasi Penelitian .................................................................................. 15
5.
Tahapan Penelitian ....................................................................................... 18
6.
Titik Pengambilan Suhu pada Jalur Pedestrian ............................................ 21
7.
Titik Pengambilan Suhu pada Danau Teratai .............................................. 22
8.
Titik Pengambilan Suhu pada Riverscape ................................................... 23
9.
Lokasi Studi Penelitian ................................................................................ 29
10.
Batas-batas Wilayah Lokasi Studi ............................................................... 31
11.
Kondisi Tapak yang Kurang Baik................................................................ 42
12.
Potensi pada Tapak ...................................................................................... 43
13.
Sampah yang Terdapat di Riverscape .......................................................... 44
14.
Grafik Perubahan Suhu Udara ..................................................................... 47
15.
Identitas Pengunjung Berdasarkan Asal Pengunjung .................................. 51
16.
Identitas Pengunjung Berdasarkan Umur .................................................... 52
17.
Identitas Pengunjung Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................. 52
18.
Identitas Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan .............................................. 53
19.
Tujuan Pengunjung Datang ke Kawasan ..................................................... 53
20.
Alasan Pengunjung Datang ke Kawasan ..................................................... 54
21.
Frekuensi Kunjungan Pengunjung ............................................................... 54
22.
Waktu yang Dihabiskan di Kawasan ........................................................... 54
23.
Persepsi Pengunjung Terhadap Pengaruh Tanaman dalam Memberikan Kenyamanan Termal .................................................................................... 55
24.
Tingkat Kenyamanan yang Dirasakan Pengunjung .................................... 55
25.
Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Suhu Udara ................... 56
26.
Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Penerimaan Sinar Matahari ....................................................................................................... 56
27.
Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Angin ............................ 57
28.
Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Kelembaban Udara ....... 57
29.
Hardscape di Jalur Pedestrian ..................................................................... 59
30.
Grafik Pengukuran Hasil THI ..................................................................... 64
31.
Kesesuaian Pohon untuk Kenyamanan ....................................................... 67
32.
Kesesuaian Pohon untuk Habitat Burung .................................................... 71
33.
Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Suhu dan Penerimaan Sinar Matahari ...................................................................................................... 73
34.
Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Angin dan Kelembaban Udara ..... 74
35.
Pergerakan Aliran Angin ............................................................................. 76
36.
Evaluasi dan Rekomendasi Penanaman Pohon di Jalur Pedestrian ............. 76
37.
Rekomendasi Beberapa Titik Observasi Satwa ........................................... 77
38.
Evaluasi dan Rekomendasi Permainan Air pada Danau Teratai.................. 78
39.
Evaluasi dan Rekomendasi Riverscape........................................................ 79
40.
Evaluasi dan Rekomendasi Sirkulasi pada Riverscape ................................ 79
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Tabel Higrometer ...................................................................................... 87 2. Cara Perhitungan Nilai Temperature Humidity Index (THI) .................... 88 3. Karakteristik Setiap Pohon yang Berada di Lokasi Studi ......................... 90 4. Gambar Tanaman di Lokasi Studi .......................................................... 100 5. Beberapa Jenis Pohon dan Semak yang Disukai Burung ....................... 103 6. Tabel Karakteristik Pengunjung ............................................................. 104 7. Contoh Lembar Kuisioner Persepsi Pengunjung terhadap Kenyaman Termal dan Persepsi Tanaman di Kawasan Rekreasi Sentul City .......... 106
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Lingkungan perkotaan merupakan lingkungan buatan dan hunian yang memerlukan binaan manusia dalam pengembangan dan pengelolaannya. Komponen utama dalam lingkungan ini adalah rumah penduduk serta sarana dan prasarana umum yang saling berhubungan. Lingkungan perkotaan membentuk suatu ekosistem yang disebut ekosistem perkotaan. Lingkungan perkotaan juga tak lepas dari area rekreasi yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap warganya. Salah satu contoh kota yang berkembang dengan fasilitas yang lengkap adalah Sentul City, Bogor. Sentul City merupakan kota satelit yang mengutamakan nilai arsitektural dalam pengembangan wilayahnya. Kota satelit adalah suatu kota kecil di tepi sebuah kota besar yang membentuk komunitas mandiri, namun sebagian besar penduduknya masih tergantung dengan kehidupan di kota besar. Penghuni kota satelit adalah komuter dari kota besar yang berada di sekelilingnya. Kota satelit juga merupakan daerah penunjang bagi kota-kota besar di sekitarnya dan merupakan akses untuk menuju kota besar yang akan berdampak pada kehidupan keseharian warganya. Interaksi dengan kota besar ini terjadi secara tetap, sehingga sikap hidup pada masyarakat kota satelit juga akan secara bertahap mengalami resonansi sosiologis. Resonansi sosiologis adalah perubahan sikap yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi yang relatif tetap (Anonim, 2010). Sebagai kota mandiri, Sentul City juga menyediakan area rekreasi yang menarik untuk berbagai kalangan dan berbagai umur. Area rekreasi yang terbentuk memiliki keindahan yang sebagian terlihat dari tanaman yang digunakan. Tanaman merupakan bagian penting dalam biosfer dan kelangsungan hidup di bumi sehingga tanaman sangat penting dalam lanskap. Tanaman dapat memberikan kenyamanan, keindahan, dan meningkatkan kualitas lingkungan terhadap manusia dan lingkungannya. Di setiap permukaan bumi selalu terdapat tanaman mulai dari pohon, semak, penutup tanah, sampai dengan rumput (Carpenter et al., 1975).
2
Penggunaan tanaman pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City memiliki daya tarik dan nilai estetika yang cukup indah. Pihak pengelola Sentul City lebih mengutamakan memanjakan pengunjung dengan menampilkan keindahan tanaman dari pada melihat aspek fungsi ekologis dari suatu tanaman, sehingga memerlukan perawatan yang intensif untuk keberlangsungan hidup tanaman. Pemilihan tanaman dalam memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung perlu dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung dalam suatu area rekreasi. Burung merupakan indikator lingkungan. Jika suatu area terjadi pencemaran, maka burung adalah habitat pertama yang mendapat dampaknya. Adanya burung pada suatu kota akan memberikan kenyamanan baik bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya.
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dan mengevaluasi fisik lokasi studi sebagai area rekreasi yang memberikan kenyamanan bagi manusia dan satwa khususnya burung. 2. Mengidentifikasi karakteristik Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City. 3. Menganalisis
dan
mengevaluasi
fungsi
ekologis
RTH
dalam
memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City dengan standar karakteristik tanaman yang sesuai berdasarkan acuan tertentu.
1.3. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi berbagai pihak khususnya bagi pihak pengelola Sentul City dalam pemilihan tanaman yang sesuai dalam suatu kawasan rekreasi berdasarkan fungsi ekologisnya.
3
1.4. Kerangka Pikir Penelitian ini dilakukan untuk mencapai hasil akhir berupa pemetaan RTH pada kawasan rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City dengan menggunakan sistem GIS (Geographic Information System) dan rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) secara deskriptif. Pada awalnya, tanaman khususnya pohon yang berada di lokasi studi diidentifikasi dan kemudian dianalisis untuk mengetahui kesesuaian karakteristik pohon dengan fungsi ekologisnya. Dalam hal ini, fungsi ekologis tanaman yang diteliti yang sesuai dengan area rekreasi adalah fungsi tanaman dalam memberikan kenyamanan dan fungsinya sebagai habitat burung. Selanjutnya, dilakukan evaluasi agar diketahui nilai kesesuaiannya. Jika dari hasil evalusi terdapat jenis pohon yang tidak sesuai, maka diberikan rekomendasi sebagai bahan pertimbangan pihak pengelola Sentul City (Gambar 1). Kota Satelit
Sentul City RTH area rekreasi Pengamatan dan Penilaian
Karakteristik
Fungsi Ekologis
Kriteria standar
1. Kenyamanan 2. Habitat burung
Analisis dan Evaluasi Sesuai
Tidak sesuai
Usulan perbaikan
REKOMENDASI Studi Literatur
Gambar 1. Kerangka Pikir
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Evaluasi Menurut Napisah (2009), evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menelaah atau menduga hal-hal yang sudah diputuskan sehingga diketahui kelemahan dan kelebihan keputusan tersebut. Selanjutnya ditentukan langkah-langkah alternatif perbaikan untuk mengurangi kelemahannya. Napisah juga menambahkan bahwa kegiatan evaluasi dilakukan berdasarkan suatu standar diikuti dengan pemberian saran untuk perbaikan dalam kegiatan selanjutnya. Evaluasi dilakukan untuk menentukan keputusan apakah suatu program yang dinilai sukses akan dilanjutkan atau dihentikan jika dinilai gagal. Evaluasi bertujuan untuk mengoleksi dan menampilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengambilan keputusan dan kesimpulan tentang suatu program serta nilainya.
Evaluasi
dilakukan
dengan
menggunakan
pembanding
yaitu
perbandingan hasil perencanaan dengan tujuan yang ditetapkan oleh desainer (Anonim, 2005). Menurut Anonim (2005), evaluasi diyakini sangat berperan dalam upaya peningkatan kualitas operasional suatu program dan berkontribusi penting dalam memandu pembuat kebijakan di seluruh strata organisasi. Evaluasi dapat memberi gambaran tentang bagaimana kualitas operasional program, layanan, kekuatan dan kelemahan yang ada, serta efektivitas biaya dan arah produktif yang potensial untuk masa depan.
2.2. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu ruang terbuka di suatu wilayah yang memiliki manfaat dan fungsi yang terkait erat dengan kelestarian dan keindahan lingkungan serta terkait dengan tingkat kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan manusia. Simonds (1983) mengatakan pada dasarnya ruang terbuka hijau merupakan ruang yang tidak terbangun yang memiliki kekuatan untuk membentuk karakter suatu kota. RTH kota harus tetap dikembangkan demi menjaga kelangsungan hidup manusia di kota. Tanpa keberadaan RTH di suatu kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di
5
dalamnya. Dalam INMEDAGRI No. 14/1988 disebutkan bahwa RTH adalah ruang-ruang dalam suatu wilayah, baik dalam bentuk suatu kawasan maupun dalam bentuk area memanjang (jalur), yang pada dasarnya tanpa bangunan, serta bersifat pengisian hijauan tanaman atau tumbuhan, baik secara ilmiah maupun budidaya. Menurut Sulistyantara dalam Faikoh (2008), RTH memiliki sifat khusus, yaitu dalam pengisiannya banyak didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan), sedangkan unsur lainnya yaitu bangunan dengan persentase yang sangat kecil berkisar 20%. Unsur hijau ini dapat berupa tanaman alamiah maupun budidaya tanaman, blueways (aliran sungai dan hamparan banjir), greenways (yang berada di jalan bebas hambatan, jalan di taman, transportasi, jalan setapak, jalan sepeda, tempat lari, taman-taman kota, dan area rekreasi). Ruang Terbuka Hijau memiliki manfaat yang cukup besar, tidak hanya manusia tetapi juga kelangsungan hidup satwa. Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengemukakan bahwa RTH dapat berfungsi sebagai tempat rekreasi, olahraga, bersosialisasi, dan untuk melepaskan kejenuhan serta kemonotonan kerja. Secara ekologis, RTH dapat berfungsi untuk menciptakan iklim mikro (suplai oksigen, memperbaiki kualitas udara, dan suplai air bersih), konservasi tanah dan air serta pelestarian habitat satwa. RTH merupakan ruang fungsional bagi wilayah perkotaan, terutama karena fungsi serta manfaatnya yang tinggi dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan. RTH yang ideal menurut UU tentang Penataan Ruang No. 26/2007 Pasal 9 yaitu paling sedikit 30% dari luas wilayah kota. RTH sangat diperlukan dalam suatu wilayah, tidak saja memberikan fungsi fisik dan arsitektural tetapi juga memberikan fungsi ekologis dan ekonomis. Dalam PERMENDAGRI No. 1/2007 Pasal 2 dijelaskan bahwa pembentukan RTH di wilayah perkotaan: a. menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan, b. mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan di perkotaan, c. meningkatkan kualitas lingkungan perkoataan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.
6
2.3. Fungsi Ekologis Tanaman Secara harfiah ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam (Djamal, 2005). Djamal (2005) juga mengemukakan bahwa ekologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup atau suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya dimana mereka hidup, bagaimana kehidupannya, dan mengapa mereka ada disitu. Makhluk hidup terdiri dari tumbuhan, hewan, dan manusia, sedangkan lingkungan adalah sejumlah unsur dan kekuatan di luar organisme yang mempengaruhi kehidupan organisme lain. Menurut Odum dalam Djamal (2005), definisi ekologi yaitu sebagai pengkajian
hubungan
organisme
atau
kelompok
organisme
terhadap
lingkungannya. Odum dalam Djamal juga menambahkan ekologi adalah suatu disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial. Setyaningrum (2001) mengungkapkan bahwa perkembangan kota-kota menurut sejarahnya tidak hanya menggambarkan pentingnya keberadaan manusia tetapi juga hubungan antara manusia dan alam. Saat ini proses adaptasi manusia terhadap lingkungan sekitarnya harus menempatkan aspek ekologis sebagai pusat untuk mendiskusikan lingkungan. Aspek ekologis yang dapat mengurangi dampak negatif lingkungan yaitu dapat dilihat dari fungsi ekologis tanaman. Kehadiran tanaman baik bunga hias atau pun tanaman peneduh di lingkungan rumah tinggal, perkantoran, dan di lingkungan taman-taman rekreasi banyak memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan manusia (Suryowinoto, 1995). Nurisjah dan Pramukanto (1995) juga menerangkan bahwa tanaman sebagai salah satu elemen ruang luar yang utama yang dapat difungsikan untuk merekayasa lingkungan sehingga dapat menyamankan gedung, mereduksi kebisingan di sekitar sumber bunyi, mengurangi pencemaran udara sekitarnya, mengarahkan sirkulasi, serta melembutkan lingkungan luar. Susilo (2008) menyatakan bahwa banyak manfaat yang diperoleh jika seseorang pengelola taman mengenal dengan baik ciri fisik dan ekologis setiap spesies tanaman. Suatu
7
karya
lanskap
yang
indah
dapat
dihasilkan
dengan
memanfaatkan
keanekaragaman sifat fisik tanaman. Pengetahuan sifat fisik tanaman ini akan menciptakan suatu taman yang lebih fungsional serta membentuk lanskap dengan tanaman yang tumbuh baik dan mudah dipelihara. Memberikan Kenyamanan Tanaman memberikan manfaat yang sangat besar bagi bumi. Tanaman dapat mengurangi sinar dan pantulannya, baik dari cahaya matahari maupun dari sinar lampu kenderaan, menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, membentuk ruang yang pribadi, dan dapat menegaskan pandangan ke arah pemandangan yang diinginkan. Carpenter et al. (1975) mengatakan tanaman dapat mengontrol radiasi matahari dan suhu. Tanaman mampu merubah dan memodifikasi suhu udara melalui pengontrolan radiasi matahari dengan proses evapotranspirasi. Tanaman memberikan keteduhan dengan adanya efek bayangan yang dapat melindungi pengguna suatu taman dari panas matahari dan menyaring radiasi matahari 60%-90%, serta dapat mempercepat hilangnya radiasi yang diserap. Dengan fungsinya ini, tanaman dapat menciptakan rasa nyaman pada suatu area. Susilo (2008) menyatakan bahwa fungsi tanaman dalam menciptakan kenyamanan harus diperlihatkan dalam suatu area rekreasi. Tanaman dapat memberikan naungan, menurunkan suhu, menambah kelembaban, menahan angin, menahan silau sehingga dapat mengontrol kenyamanan. Kenyamanan adalah kenikmatan atau kepuasan untuk menyatakan pengaruh keadaan lingkungan fisik atau iklim terhadap manusia. Nurisjah (1995) meyatakan bahwa manusia akan merasa nyaman pada suhu lingkungan 200C sampai 250C pada suhu tubuh 370C. Pada saat ini tubuh sanggup untuk mempertahankan keseimbangan neraca kalor dengan usaha pengaturan suhu minimum. Kenyamanan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh iklim mikro setempat, karena secara langsung unsur-unsur iklim akan terlibat dalam aktivitas dan metabolisme manusia yang ada di dalamnya (Lakitan dalam Permata (2009)). Iklim mengendalikan seluruh fase kehidupan manusia dan tanaman. Dalam penentuan tingkat kenyamanan di suatu daerah, kita tidak dapat memasukkan
8
semua parameter iklim secara langsung, diperlukan suatu persamaan yang mengandung dua atau lebih parameter untuk menentukan tingkat kenyamanan. Suhu dan kelembaban relatif merupakan parameter iklim yang biasa digunakan dalam masalah kenyamanan udara, yang dinyatakan dalam bentuk “Indeks Suhu Kelembaban” atau Temperature Humidity Index (THI). THI merupakan suatu index untuk menentukan kenyamanan secara kuantitatif dengan mengombinasikan suhu udara dan kelembaban relatif udara (Nieuwolt, 1977). Fandeli (2009) mengemukakan bahwa indeks kenyamanan dalam kondisi nyaman ideal bagi manusia Indonesia berada pada kisaran THI 21-27. Kenyamanan dapat dilihat dari lingkungan sekitar. Adanya pohon penaung di suatu area akan lebih nyaman dibanding area yang tidak memiliki pepohonan. Pengaruh naungan pepohonan terhadap suhu udara dipengaruhi oleh faktor struktur tanaman seperti kerapatan pengisian tajuk, diameter tajuk, dan tinggi tanaman (Nowak dan McPherson, 1997). Robinette (1977) mengemukakan bahwa area yang ternaungi menerima sedikit energi radiasi matahari dibandingkan dengan area yang terbuka, sehingga area ternaungi memiliki suhu yang lebih rendah. Grey dan Deneke (1978) menambahkan pepohonan yang dapat menangkap radiasi matahari yaitu pepohonan yang memiliki susunan daun yang rapat, lapisan daun berganda atau tajuk yang rapat. Menurut Vitasari (2004), pohon yang baik dalam memberikan naungan adalah pohon yang memiliki kriteria tinggi sedang (< 15 m), bentuk tajuk spreading, globular, dome, irregular dan sebaiknya bersinggungan. Daun memiliki kerapatan yang tinggi dengan massa daun padat, percabangan 5 m di atas tanah, serta ditanam secara kontinyu agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sedangkan menurut Simonds (1983), pohon yang memiliki batas kanopi yang tinggi berguna untuk menangkap radiasi matahari. Kriteria tanaman yang dapat digunakan untuk mengahalangi sinar matahari dan menurunkan suhu adalah: a. memiliki tajuk yang lebar, b. bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi, c. ketinggian kanopi lebih dari 2 meter.
9
Sebagai Ruang Hidup Satwa Vegetasi atau tumbuhan selain sebagai produsen utama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup bagi makhluk hidup lainnya, contohnya burung (Djamal, 2005). Djamal juga menambahkan bahwa kehadiran burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen terdekat yang terkena pencemaran. Selanjutnya Djamal menyatakan bahwa dengan adanya burung maka akan menciptakan sarana pendidikan dan penelitian agar lebih mencintai alam dan lingkungan. Burung juga dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi minat khusus yaitu bird watching. Pada prinsipnya burung dapat berdampingan hidup dengan manusia asalkan syarat kebutuhan hidupnya terpenuhi. Faktor yang menentukan keberadaan burung adalah ketersediaan makanan, tempat untuk istirahat, bermain, berproduksi, bertengger, dan berlidung dari segala ancaman termasuk perburuan. Kemampuan areal menampung burung ditentukan oleh luasan, komposisi dan struktur vegetasi, banyaknya tipe ekosistem, bentuk area, dan keamanan yang diperoleh (Pakpahan, 1993). Menurut Dahlan (1992), adanya vegetasi yang beragam dan berstrata akan lebih banyak dijumpai jenis burung, khususnya jika terdapat tanaman yang produktif (berbunga, berbuah, dan berbiji). Kehadiran burung juga terjadi karena adanya daya tarik dari tanaman misalnya dari bentuk tajuk, aroma, maupun estetika dari vegetasi yang ada. Habitat yang ideal bagi burung yang hidup di daerah perkotaan adalah wilayah-wilayah terbuka hijau luas yang memiliki berbagai tipe vegetasi. Wilayah-wilayah ini satu sama lain dihubungkan oleh koridor alami yang memungkinkan adanya perpindahan burung. Pohon merupakan suatu komponen untuk kehidupan burung. Pakpahan (1993) mengemukakan bahwa pohon yang disukai burung, dalam artian pohon tersebut dapat berfungsi sebagai tempat tinggal atau tempat mencari makan. Karakteristik jenis pohon yang sesuai dengan habitat burung yaitu berkaitan dengan tinggi pohon, diameter tajuk, struktur dedaunan (ukuran daun, tekstur daun, dan lain-lain), kelebatan tajuk, tinggi bebas cabang, bunga dan buah yang dihasilkan, serta bentuk arsitektur pohon (terutama yang berkaitan dengan sistem percabangan). Keterbukaan dan kerapatan kanopi
10
pohon jugga merupakkan faktor yang y menen ntukan. Habbitat yang kkanopinya relatif r terbuka mempunyai m l lebih banyaak jenis buru ung dibandingkan dengan habitat yang rapat dann tertutup. Kelimpahaan buah-buaahan dan tanaman t eppifit juga dapat menambahh jumlah jennis burung (Pakpahan, ( 1993). Muukhtar dann Elvizar (1986), ( men ngatakan bahwa b sisteem percabaangan pohon yaang disukai burung pada umum mnya meruupakan perrcabangan yang kontinyu dan bentukk tajuknya tertutup, t naamun ada juuga yang m menyukai bentuk urung tajuk yangg terbuka. Pohon berrdasarkan tiipe arsitektturnya bagii habitat bu dibagi menjadi empatt tipe yaitu nezeran, ro oux, rauh, dan attim (H Halle, 1978).. Tipe nezeran mempunyai m tipe percabbangan konttinyu pada batang utam ma dengan tajuk terbuka. Tipe T roux hampir samaa dengan neezeran tetappi bentuk taajuknya terttutup. Tipe arsittektur rauhh mempunyyai percaban ngan kontinyu pada ccabang sam mping (cabang sekunder) dan bentuk tajuk tertuttup. Sedanggkan tipe attim mempu unyai percabanggan kontinyyu dengan bentuk b taju uk tertutup. Tipe attim m dan rauh lebih disukai buurung sebaggai tempat bersarang dan tipe rooux lebih ssering digun nakan sebagai beertengger. Sedangkan S t tipe nezeran n kurang dissukai burunng karena ku urang memberikkan perlinddungan terhhadap gang gguan. Em mpat tipe aarsitektur pohon p tersebut daapat disajikkan dalam gaambar berik kut.
Nezerran
Roux
Rauh
Attim
G Gambar 2. Tipe-tipe T A Arsitektur Po ohon (Halle, 1978) 2.4. Rekreasi Reekreasi merrupakan salah satu ben ntuk aktivittas manusiaa untuk meengisi waktu luanngnya. Mannusia melakkukan rekreaasi untuk menghilangk m kan beban piikiran akibat tekkanan dan rutinitas r peekerjaannya. Rekreasi dapat mem mulihkan ko ondisi mental dann fisik yangg lelah, sertaa memberik kan kepuasaan rasa senaang bagi maanusia (Brockmaan, 1979). Dahlan D (19992) mengataakan bahwaa rekreasi m merupakan salah
11
satu kebutuhan masyarakat modern sehingga diperlukan penataan tanaman yang dapat mengurangi stress. Kenaikan standar hidup dan pendapatan, pertambahan waktu luang, serta adanya stress hidup di perkotaan akan meningkatkan kebutuhan untuk berekreasi. Suatu area rekreasi harus mempertimbangkan aktivitas, daya dukung, dan kualitas dari tapak secara bersama-sama (Bell, 2008). Luas lahan sangat menentukan berapa banyak pengunjung yang dapat ditampung. Tapak yang lebih luas memungkinkan penggunaan tapak yang tersebar, sehingga dapat mengurangi kejenuhan pengunjung area rekreasi. Bell (2008) menambahkan bahwa kejenuhan pengunjung dalam suatu area rekreasi dapat diatasi dengan penyediaan berbagai macam fasilitas. Membangun fasilitas sangat penting dalam meningkatkan jumlah pengunjung, namun dapat mengakibatkan kerugian pada daya dukung visual. Fasilitas-fasilitas ini menambah kenyamanan bagi pengunjung. Lebih utama yaitu memberikan rasa nyaman dan aman. Keselamatan pengunjung dalam suatu area rekreasi perlu diperhatikan dengan desain rekreasi yang tidak membahayakan. Suatu area rekreasi tidak selalu harus memberikan sarana rekreasi. Secara umum, suatu area yang dapat memberikan pemandangan yang menarik baik dari dalam area maupun sekitar area dapat dijadikan sarana rekreasi. Area tersebut harus memiliki daya tarik. Semakin bervariasi bentuk tapak, keanekaragaman tanaman, dan penggabungan dengan kehidupan beberapa jenis satwa, maka suatu tapak akan semakin memiliki daya tarik (Bell, 2008). Burung juga dapat dijadikan sarana rekreasi. Observasi burung sering dilakukan untuk sarana pendidikan dan dapat menambah wawasan. Cara yang paling baik untuk mengidentifikasi dan mengobservasi satwa liar khususnya burung adalah melakukannya dengan bersembunyi. Cara ini dilakukan supaya satwa yang diamati tidak merasa terganggu dan tidak kabur. Menurut Bell (2008), terdapat beberapa kriteria desain yang harus diperhatikan untuk dapat menyediakan suatu habitat satwa dan agar dapat mempertahankan relung hidupnya yaitu sebagai berikut. 1. Memberikan ruang terbuka di tengah rimbunan pepohonan agar cahaya matahari masuk ke dalam. Sinar matahari sangat penting dalam perkembangbiakan dan pertumbuhan habitat baru.
12
2. Terdapat bentukan lahan yang terlihat alami dengan menciptakan lembah dan aliran air buatan yang dapat memberikan kenyamanan bagi satwa. Adanya perbedaan kemiringan lahan pada suatu tapak akan menciptakan teritori bagi masing-masing satwa. 3. Daerah yang berhutan lebih baik untuk habitat satwa khususnya burung. Tanaman memberikan peranan yang sangat penting. Tipe dan jenis tanaman yang berbeda dengan berbagai strata menjadi sumber energi dan makanan bagi beberapa jenis satwa. Tanaman dapat menciptakan habitat linear yang terlihat dari sirkulasi satwa. 4. Terdapat bebatuan alami yang dapat dijadikan habitat baru bagi beberepa jenis satwa. Batu-batu yang besar dapat melindungi beberapa jenis satwa dari serangan musuhnya.
2.5. Sistem Informasi Geografis (SIG) Menurut Prahasta (2004), Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu alat bantu yang esensial dalam menyimpan, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial. Aronoff dalam Fitri (2008) mengemukakan bahwa SIG adalah suatu kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalasis dan menampilkan semua bentuk informasi yang berbasis geografi. Aktivitas yang penting dalam pengolahan data dengan SIG salah satunya adalah pengisian basis data berupa digitasi dan memasukkan angka, kemudian analisa dapat dilakukan setelah basis data tersedia. Cara memasukkan data ke dalam sistem adalah mengubah data input menjadi format data digital agar dapat disimpan dan dimanipulasi untuk kegiatan selanjutnya sesuai data yang diperlukan (Faikoh, 2008). Menurut Mastra dalam Faikoh (2008), data yang akan dimasukkan dengan cara digitasi tersebut memerlukan peta dasar yang baku. Amri (2001) juga mengatakan bahwa peta merupakan alat utama dalam bekerja dengan SIG, baik data/fakta yang diperoleh maupun informasi yang dihasilkan dari analisa harus dapat dituangkan dalam bentuk peta. Peta topografi merupakan peta
13
dasar dalam SIG karena peta topografi memuat informasi tentang posisi semua benda yang tidak bergerak di atas permukaan bumi, baik benda alam maupun benda-benda budaya sehingga akan diketahui data/fakta lainnya yang dibutuhkan. Secara sederhana SIG dapat digambarkan sebagai penampakan berbagai informasi untuk memenuhi suatu fungsi kriteria tertentu. Sistem Informasi Geografis ini dapat diaplikasikan kepada berbagai bidang keilmuan yang berhubungan dengan sumber daya alam. Aplikasi SIG di antaranya digunakan pada perencanaan tata guna lahan, analisis mengenai dampak lingkungan, pertanian, kehutanan, pengelolaan kehidupan liar, teknik, geologi, jaringan jalan dan pipa, perencanaan kota, dan sebagainya (Nurcahyono dalam Fitiri (2008)). Pengembangan SIG saat ini telah memungkinkan untuk perencana dan pemda dalam mengevaluasi sejauh mana perubahan yang terjadi dalam penggunaan lahan suatu wilayah agar dapat direncanakan secara cepat dan tepat melalui model-model analisis sesuai kebutuhan (Faikoh, 2008).
14
BAB III I METODO OLOGI
3.1. Lokasi dan Waaktu Peneliitian Penelitian inii dilakukann di Sentu ul City yanng terletakk di Kecam matan Babakan Madang daan Kecamaatan Sukaraaja, Kabupaaten Bogorr, Provinsi Jawa Barat (Gaambar 3). Peenelitian dilaksanakan mulai bulaan Maret saampai Noveember 2010 denggan kegiatann yang meliputi persiaapan, penguumpulan daata dan informasi di lapang, pengolahann data, dan penyusunan p n hasil studii.
Petaa Kabupaten Bogor B TA ANPA SKALA
Peta Senntul City
Gambar 3. Peta Lok kasi Sentul City C Sumber: ww ww.google/sen ntul_city bogoor.com
3.2. Battasan Peneelitian Pennelitian yanng dilakukaan di daeraah Sentul City C ini dibaatasi oleh 3 area yang berada di Jalan Siliwangi yaitu y jalur pedestrian, p lanskap sunngai (riverscape) dan
Dannau
Terataai
(Gambaar
4).
Peenelitian
d dilakukan
hanya
seebatas
mengidenttifikasi karaakteristik poohon yang kemudian k d dibandingka an dengan fungsi f ekologisnyya. Fungsi ekologis yang diteliti adalah fungsi pohhon yang dapat memberikkan kenyam manan dan sebagai habiitat burung. Kedua funngsi ekolog gis ini dipilih dikarenakan suatu areaa rekreasi harus h mem mberikan keenyamanan bagi
15
pengunjunng yang dippengaruhi oleh o faktor iklim sekitaar. Sedangkkan burung akan menambahh nilai esteetik dan ekkologis pad da suatu areea rekreasi, karena bu urung dapat mennjadi indikaator kualitass lingkungaan. Hasil peenelitian inni akan dikeetahui jenis pohhon yang sangat sessuai, sesuaai, kurang sesuai, daan tidak sesuai s berdasarkaan ekologisya.
kasi Penelittian Gambarr 4. Peta Lok 3.3. Bahan dan Alaat Penelitian ini, disam p mping dilak kukan Baahan yang digunakann dalam penelitian pengkajiann data lapanngan dalam m melihat kaarakteristik tanaman yaang digunak kan di lokasi studdi dan mennyebar kuisiioner kepad da pengunjuung juga meembutuhkan n data sekunder yang diperoleh dari Pihak P Pengeelola Sentuul City dan pihak lain yang terkait. Jennis data yanng diambil berupa data fisik dan bio-fisik seerta denah lokasi l dan citra satelit s (Tabeel 1).
16
Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Jenis Data
Sumber Data
Citra Landsat Sentul City Google Earth Data wilayah Pengelola Sentul City administrasi Data Bio-Fisik : • Data iklim • • • •
Data topografi Geologi dan Tanah Hidrologi Vegetasi
BMG Dramaga, Bogor Pengelola Sentul City Pengelola Sentul City Pengelola Sentul City Pengelola Sentul City
Cara Pengambilan Data Studi pustaka Studi pustaka dan survei lapang Studi pustaka dan survei lapang Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka dan survei lapang Studi pustaka dan survei lapang
• Satwa
Pengelola Sentul City
Data sosial
Pengelola Sentul City
Studi pustaka dan survei lapang
Peta Sentul City (Autocad 2008)
Pengelola Sentul City
Studi pustaka dan survei lapang
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. GPS (Global Positioning System) sebagai alat untuk peninjauan ulang antara data sekunder dengan keadaan asli di lapang; 2. Termohigrometer yaitu alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara; 3. Kamera digital, alat tulis, kalkulator, dan alat gambar; 4. Komputer dalam pengolahan data menggunakan Geographic Information System (GIS) dengan software ArcView 3.2, AutoCAD 2008, Adobe Photoshop CS3, dan Microsoft Office 2007.
3.4. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan teknik spasial. a. Metode deskriptif digunakan untuk membandingkan vegetasi eksisting di lokasi studi dengan standar ekologis yang diteliti berdasarkan studi literatur. Metode deskriptif terdiri dari dua yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif digunakan untuk melihat dan menilai
17
karakteristik pohon yang terdapat di lokasi studi. Penilaian dilakukan secara visual pada saat survei lapang dan berdasarkan
studi literatur.
Selain itu, deskriptif kualitatif juga digunakan untuk menilai persepsi pengunjung terhadap suhu di lokasi studi yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Sedangkan deskriptif kuantitatif digunakan dalam mengukur dan menghitung suhu termal untuk memperoleh nilai Temperature Humidity Index (THI) dan penilaian evaluasi dengan menggunakan metode KPI (Key Performance Indicator). KPI yaitu metode perhitungan dengan membandingkan nilai aktual berdasarkan survei lapang dan nilai standar berdasarkan studi literatur. KPI berfungsi untuk mengetahui sesuai atau tidak suatu objek yang digunakan berdasarkan standarnya atau kriteria yang sudah ditentukan. b. Teknik spasial digunakan dalam sistem GIS dalam pengolahan data yang akan memperoleh hasil spasial untuk mengetahui luasan kesesuaian lahan berdasarkan ekologisnya. Pohon yang berada di lokasi studi diinventarisasi dengan menggunakan alat Global Positioning System (GPS). Hasil GPS akan diolah dengan menggunakan software ArcView 3.2 dengan memasukkan parameter-parameter yang sesuai dengan karakteristik fungsi ekologis tanaman yang diteliti. Penelitian evaluasi fungsi ekologis RTH ini dilakukan dalam 5 tahapan yaitu: (1) persiapan (survei lapang), (2) pengamatan dan penilaian, (3) analisis, (4) evaluasi, dan (5) perumusan rekomendasi. Untuk lebih jelas perhatikan Gambar 5 berikut ini.
18
Tujuan dan ruang lingkup studi
Persiapan (survei lapang)
Pengamatan dan penilaian (pemetaan pohon, pengambilan foto, studi literatur) Survei lapang dan Studi literatur
Analisis dan Evalusi data (mendeskripsikan dan membandingkan dengan indikator)
Fisik
Kenyamanan
Vegetasi
Pengunjung Kriteria Standar
Sesuai
Tidak sesuai
Perumusan rekomendasi Sintesis
Gambar 5. Tahapan Penelitian Persiapan (survei lapang) Pada tahap persiapan mencakup pertemuan antara mahasiswa dengan pengelola Sentul City untuk menjelaskan tujuan kedatangan mahasiswa dan perolehan perijinan pengambilan data. Selanjutnya, mahasiswa melihat kondisi tapak dan menyesuaikan alat dan bahan yang dibutuhkan. Kondisi tapak dapat dilihat dari iklim sekitar, penggunaan lahan pada tapak, dan vegetasi eksisiting. Iklim merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kenyamanan yang dirasakan manusia. Faktor iklim meliputi suhu, penyinaran matahari, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin.
19
Pengamatan dan Penilaian Pengamatan dan penilaian merupakan tahapan penelitian dalam melihat kondisi tapak dengan cara pengambilan data pohon eksisting menggunakan GPS (Global Positioning System), pengukuran suhu dengan menggunakan alat termohigrometer, melihat dan menilai kondisi fisik tapak secara visual dilakukan pemotretan, kuisioner untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap suhu termal dan pengaruh pohon dalam memberikan kenyamanan secara termal pada lokasi studi, serta studi literatur untuk mengetahui karakteristik vegetasi eksisting yang akan dibandingkan terhadap fungsi ekologis tanaman yang diteliti. Studi literatur berfungsi sebagai acuan dalam proses evaluasi. Pengamatan juga dilakukan pada tapak terkait untuk mengetahui kondisi umum dan sejarah perkembangan tapak dengan mewawancarai pihak-pihak terkait. Penilaian aspek ekologis tanaman yang dievaluasi meliputi: (1) Fungsi tanaman dalam memberikan kenyamanan; dan (2) sebagai habitat burung. Fungsi pohon
dalam
lanskap
mempunyai
kemampuan
untuk
menyerap
dan
menghamburkan radiasi dari sinar matahari. Efek yang dapat dirasakan adalah menurunnya intensitas radiasi di bawah naungan pepohonan dan terciptanya kenyamanan. Suhu udara dan kelembaban relatif merupakan komponen iklim yang sangat penting dalam menghitung tingkat kenyamanan. Suhu dan kelembaban udara ini akan digunakan untuk menentukan nilai THI (Temperature Humidity Index). THI merupakan nilai yang menunjukkan tingkat kenyamanan di suatu area secara kuantatif. Menurut Fandeli (2009), di Indonesia suatu area dikatakan nyaman apabila memiliki nilai THI antara 21-27. Salah satu rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kenyamanan diperkenalkan oleh Nieuwolt (1977) adalah sebagai berikut.
THI ==
0.8 T + (RH x T) 500
THI : Temperature Humidity Index T
: Suhu Udara (0C)
RH : Kelembaban relatif (%)
20
Nilai kelembaban nisbi (RH) diperoleh dari hasil pengurangan suhu bola kering (TBK) dan suhu bola basah (TBB). Hasil pengurangan tersebut kemudian dibandingkan dengan suhu bola kering dan akhirnya dapat diketahui nilai RH dengan melihat tabel yang terdapat di alat termohigrometer (Lampiran 1). Nilai suhu udara (T0C) yang diambil untuk mengetahui tingkat kenyamanan ini diperoleh dari tiga waktu pengukuran, yaitu pagi, siang, dan sore. Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Tr =
(Tpagi x 2 + Tsiang + Tsore) 4
Tr : Rata-rata suhu harian (0C) T : Suhu bola kering (0C) Pengamatan dalam mengetahui suhu dan kelembaban relatif diperoleh dari pengukuran suhu dengan alat termohigrometer melalui survei lapang. Pengukuran suhu dilakukan pada jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape di Jalan Siliwangi, Sentul City. Pengukuran suhu dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali di titik yang berbeda dalam satu tempat dan dilakukan di bawah naungan pohon dan tanpa naungan pohon. Gambar 6,7, dan 8 menujukkan titik-titik pengambilan suhu pada ketiga lokasi studi. Data suhu ini diambil pada tiga waktu yaitu pagi, siang, dan sore hari (pukul 07.00-08.00, 13.00-14.00, dan 17.00-18.00 WIB) pada saat cuaca cerah. Data suhu dari survei lapang ini kemudian dihitung tingkat kenyamanannya atau nilai THI. Sedangkan pengamatan fungsi pohon sebagai habitat burung dilakukan studi literatur dengan melihat karakteristik pohon yang berada di lokasi studi yang kemudian dibandingkan dengan karakteristik pohon yang disukai burung. Penilaian dilakukan dengan KPI (Key Performance Indicator). Penilaian ini juga dilakukan untuk fungsi kenyamanan serta menilai kondisi fisik lokasi studi sebagai area rekreasi. KPI =
∑ Nilai aktual ∑ Nilai standar
KPI = Key Performance Indicator
21
riverscape riverscape
F DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEGENDA
TANPA NAUNGAN POHON DI BAWAH NAUNGAN POHON
JUDUL PENELITIAN
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN REKREASI SENTUL CITY JUDUL GAMBAR
TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA JALUR PEDESTRIAN DOSEN PEMBIMBING
DIBUAT OLEH
Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si
NUR AZMI
TANGGAL PENGESAHAN: ORIENTASI
U
PARAF NO. GAMBAR
SKALA 0
3,5
10,5
14 km
6
22
LEGENDA TANPA NAUNGAN POHON DI BAWAH NAUNGAN POHON
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN REKREASI SENTUL CITY JUDUL GAMBAR
TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA DANAU TERATAI DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si DIBUAT OLEH
NUR AZMI TANGGAL PENGESAHAN:
NO. GAMBAR
SKALA
ORIENTASI
U
PARAF
0
1,5
4,5 km
7
23
LEGENDA
TANPA NAUNGAN POHON DI BAWAH NAUNGAN POHON
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 JUDUL PENELITIAN
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN REKREASI SENTUL CITY JUDUL GAMBAR
TITIK PENGAMBILAN SUHU PADA RIVERSCAPE DOSEN PEMBIMBING
D
Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si DIBUAT OLEH
NUR AZMI TANGGAL PENGESAHAN
NO. GAMBAR
SKALA
ORIENTASI
U
PARAF
0
2
km
6
8
24
Data mengenai persepsi pengunjung terhadap pengaruh pohon dalam mereduksi iklim mikro yang dapat menentukan tingkat kenyamanan diperoleh dengan penyebaran kuisioner. Responden dipilih secara acak yang datang mengunjungi lokasi studi. Waktu pengambilan data ditentukan pada saat menjelang siang sampai siang hari sekitar pukul 10.00-14.00 WIB pada saat cuaca cerah. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan pengunjung pada siang hari dengan kondisi matahari sedang terik. Analisis Data Analisis data dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing vegetasi yang digunakan di lokasi studi sehingga dapat menentukan alternatif perbaikan jenis vegetasi yang akan digunakan selanjutnya. Selain analisis vegetasi, analisis juga dilakukan terhadap kondisi fisik lokasi, analisis kenyamanan, dan analisis persepsi pengunjung terhadap pengaruh tanaman dalam memberikan kenyamanan termal. Kondisi fisik lokasi studi dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan ketiga lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) dalam fungsinya sebagai area rekreasi yang memberikan kenyamanan termal dan dapat menciptakan habitat burung. Suatu area rekreasi yang ekologis akan memberikan dampak yang besar terhadap makhluk hidup di dalamnya. Ekologis dalam arti memberikan habitat yang nyaman bagi makhluk hidup dan memiliki interaksi yang baik antar makhluk hidup. Analisis kenyamanan dilakukan dengan menghitung nilai THI. Dari perolehan nilai THI akan diketahui area yang nyaman dan tidak nyaman. Untuk analisis vegetasi dilakukan dengan menilai karakteristik vegetasi yang diperoleh dari hasil pengamatan lapang berdasarkan studi literatur. Analisis ini bertujuan untuk menilai kesesuaian vegetasi yang digunakan pada lokasi studi dengan fungsi ekologis yang diteliti. Sedangkan analisis pengunjung dan aktivitasnya dilakukan pengolahan data kuisioner dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
25
Evaluasi Evaluasi merupakan lanjutan dari kegiatan analisis yang telah dilakukan. Tahapan ini yaitu melakukan evaluasi hasil kondisi fisik lokasi studi, kenyamanan, vegetasi, dan pengujung. Evaluasi dilakukan dengan menentukan nilai aktual dan nilai standar sehingga diperoleh nilai KPI (Key Performance Indicator). Nilai aktual diperoleh berdasarkan pengamatan lapang dan studi literatur. Nilai standar diperoleh berdasarkan nilai maksimum yang terdapat pada setiap indikator/parameter. Selanjutnya jumlah nilai aktual dibagi dengan jumlah nilai standar untuk memperoleh nilai KPI. Evaluasi fisik pada lokasi studi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Penilaian Secara Fisik Lokasi Studi Lokasi
Indikator
Kualitas Standar *)
Aktifitas
Penilaian 1 2 3 4
Sesuai dengan daya dukung tapak Memberikan fasilitas sesuai dengan fungsi tapak Keamanan Jalur sirkulasi tidak tergenang air Ranting pohon tidak membahayakan Kondisi fisik area Penekanan terhadap aspek yang sesuai untuk alami habitat satwa Memberikan view yang menarik di dalam dan di luar area Keanekaragaman jenis tanaman tinggi Memiliki daya tarik Memiliki variasi bentuk dan kemiringan tapak yang alami Terdapat area ruang terbuka agar cahaya matahari masuk ke area Area seperti hutan kecil Terdapat batuan alami JUMLAH KPI**) Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4=sangat sesuai *) Sumber: Bell (2008) **) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Nilai Aktual
Nilai Standar
26
Evaluasi vegetasi dilakukan secara spasial dan juga secara deskriptif berdasarkan studi literatur. Data spasial diperolah dari hasil GPS dan diolah dengan software ArcView 3.2 untuk menghasilkan luas area yang sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai. Evalusi vegetasi deskriptif dilakukan dengan menggunakan KPI, sama halnya seperti penilaian pada evaluasi fisik. Jika vegetasi hasil survei lapang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan maka diberi penilaian dengan memberikan skor 1-4. Perhatikan tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Kriteria dan Penilaian Fungsi Ekologis Tanaman No
Fungsi Ekologis
1
Kenyamanan
2
Habitat satwa
Karaktristik Standar *) Bentuk tajuk spreading, globular, dome, irreguler Kerapatan daun tinggi Sistem percabangan 5 meter diatas tanah Tekstur daun halus dan ringan Tinggi tanaman sedang (< 15 meter) Jumlah Total ** ) KPI Bertekstur daun halus Memiliki bunga yang menarik Percabangan kontinyu Berbuah dan berbiji Jumlah Total ** ) KPI
Nilai Aktual
Nilai Standar
1-4
4
1-4
4
1-4
4
1-4 1-4 5-20
4 4 20
1-4 1-4 1-4 1-4 4-16
4 4 4 4 16
Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4=sangat sesuai Sumber: Grey dan Deneke (1978), Simonds (1983), Suryowinoto (1995), dan Vitasari (2004) Dahlan (1992), Pakpahan (1993), Mukhtar dan Elvizar (1986) *) Karakteristik pohon untuk kenyamanan Menurut Grey dan Deneke (1978): 1. Daun yang rapat 2. Lapisan daun yang berganda Menurut Simonds (1983): 1. Memiliki tajuk yang lebar 2. Bentuk daun lebar dengan kerapatan tinggi 3. Ketinggian kanopi lebih dari 2 meter **) KPI = Key Performance Indicator KPI = 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
∑ Nilai aktual ∑ Nilai standar = Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Menurut Vitasari (2004): 1. Pohon dengan tinggi sedang (< 15 m) 2. Bentuk tajuk spreading, globular, dome, irregular 3. Tajuk bersinggungan 4. Bermassa daun padat 5. Percabangan 5 m di atas tanah 6. Ditanam secara kontinyu
27
Pemberian skor 1-4 pada nilai aktual dilakukan dengan melihat karakteristik pohon di lapang dan juga berdasarkan literatur. Nilai KPI akan menentukan kesesuaian pohon yang digunakan di lokasi studi berdasarkan fungsi ekologis tanaman yang sudah ditentukan. Evaluasi yang terakhir adalah evaluasi pengunjung dan aktivitasnya yang dilakukan secara deskripsi. Evaluasi pengunjung ini memberikan penjelasan-penjelasan sebab dan akibat yang akhirnya memberikan suatu kesimpulan dari hasil olahan kuisioner dalam tahapan analisis. Perumusan Rekomendasi Tahap ini merupakan tahap akhir yang akan menghasilkan rekomendasi. Rekomendasi pada penanaman selanjutnya bertujuan untuk perbaikan aspek fungsi ekologis tanaman pada kawasan rekreasi Sentul City. Rekomendasi ini dilakukan jika telah ditemukan ketidaksesuian dari hasil evaluasi. Apabila tanaman yang digunakan pada kawasan rekreasi Sentul City (studi kasus: jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape di Jalan Siliwangi) sudah memenuhi standar berdasarkan aspek fungsi ekologis tanaman, maka rekomendasi yang dihasilkan berupa saran agar tetap mempertahankan kondisi seperti semula dan diharapkan untuk lebih meningkatkan RTH pada kawasan tersebut. Rekomendasi diperoleh dari hasil analisis yang sudah dilakukan dan berguna sebagai masukan bagi pengelola Sentul City dalam menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) di masa yang akan datang.
28
BAB IV KONDISI UMUM
4.1. Sejarah Sentul City Hasil pemantauan lapang (2009) menunjukkan bahwa Perumahan Bukit Sentul memiliki lahan seluas 2465 hektar. Rencana peruntukan perumahan mencapai 1098,90 Ha (45%) dengan wilayah terbangun seluas 383 Ha. Pada awalnya, Sentul City dikelola oleh PT. Fajar Marga Permai (FPM) yang direncanakan pembangunan Royal Sentul Highlands dengan konsep kawasan wisata agro seluas 1300 Ha. Kawasan wisata agro ini dikembangkan menjadi kawasan wisata dan hunian yang bernuansa pertanian dengan area terbangun sangat rendah sekitar 10%. Namun pada tahun 1995, PT. Fajar Marga Permai dipegang oleh PT. Sentul City Tbk., sehingga kawasan wisata Agro Royal Sentul Highlands berubah pengelolaan dan dikembangkan menjadi kawasan pemukiman kota dengan penambahan area seluas 1165 Ha dan kawasan terbangunnya meningkat menjadi 30%. Perubahan rencana pembangunan dan penambahan luas areal tersebut telah mendapat izin lokasi dari Badan Pertahanan Nasional, Kantor Pertahanan Kabupaten Bogor, No. 460.2/149/IL-Prw/KPN/95. Kegiatan usaha utama dari PT. Sentul City Tbk. ini adalah menjadikan Sentul City sebagai kota satelit yang menyediakan lahan siap bangun untuk investor, kawasan pemukiman, gedunggedung komersial dan non komersial dengan fasilitas yang lengkap. PT. Sentul City Tbk. juga menyediakan fasilitas rekreasi sebagai penunjang pengembangan kota mandiri. PT. Sentul City Tbk. juga mengembangkan sarana dan prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang semakin bertambah, misalnya pembuatan pedestrian, Danau Teratai dan riverscape sebagai area rekreasi di Jalan Siliwangi Sentul City, Bogor pada tahun 1998 (Gambar 9). Danau Teratai dan riverscape memiliki fungsi utama sebagai area penampungan air.Khususnya pada danau Teratai dimanfaatkan warga sekitar sebagai tempat pemancingan, walaupun pihak pengelola Sentul City tidak mengakomodasi danau tersebut sebagai area pemancingan. Pada jalur pedestrian di Jalan Siliwangi lebih dimanfaatkan
29
masyarakaat sebagai area a joggingg. Pada awaalnya, pedesstrian ini m merupakan daerah d aliran sunngai kecil sehingga memerlukan biaya yang sanggat besar untuk u melakukann cut and fill. f Di sepaanjang jalurr pedestriann (kanan daan kiri) dittanam pohon-pohhon yang memiliki m tajjuk lebar yang y dapat memperlihatkan keind dahan gabungan dua kanoppi pohon dari d arah yang y berlaw wanan. Pennggabungan n dua k jalur pedestrian di Singapura (Sum mber: kanopi pohon ini diaddopsi dari kebanyakan hasil waw wancara denggan Pihak Pengelola P Seentul City).
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 9. Lokasi Studi S Peneliitian (aa. Jalan Siliw wangi; b. Jaalur Pedestriian; c. Danaau Teratai; dd. Riverscap pe) Sumber: Hasil H Survei Lapang, L April 2010 2
30
4.2. Data Biofisik 4.2.1. Keadaan Geografis Sentul City memiliki kondisi geografis yang berbukit-bukit dengan ketinggian antara 200-750 m di atas permukaan laut dan variasi kemiringan lereng dari datar sampai curam berkisar 0% sampai dengan lebih dari 25%. Berdasarkan ANDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul (2000), bentuk wilayah yang datar sampai bergelombang (0-8%) memiliki luas 1.109,3 Ha, bergelombang (815%) memiliki luas 706,3 Ha, berbukit (15-25%) dengan luas 695 Ha, dan bentuk wilayah yang bergunung-gunung (>25%) seluas 489,4 Ha. Kondisi ini masih dipertahankan PT. Sentul City Tbk. selain untuk meminimalisir kegiatan gali dan timbun tanah (cut and fill) juga dapat menciptakan pemandangan yang bagus dan indah. Keindahan yang dapat dilihat dari Sentul City, tidak hanya dari topografi yang berbukit-bukit dengan vegetasi yang terlihat alami, tetapi juga keindahan alam sekitarnya. Kawasan Sentul City dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Pangrango, Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Liang, Gunung Panisan, Gunung Garangsang, dan Gunung Hambalang. Kawasan pemukiman dilalui oleh beberapa aliran sungai yaitu Sungai Citeureup, Sungai Cikeas, Sungai Citaringgul, dan Sungai Cijayanti. Wilayah Sentul City mencakup dua kecamatan yang terdiri dari delapan desa. Kecamatan Sukaraja terdiri dari Desa Cadas Ngampar. Tujuh desa lainnya terletak di Kecamatan Babakan Madang yaitu Desa Babakan Madang, Desa Cipambuan, Desa Citaringgul, Desa Cijayanti, Desa Bojongkoneng, Desa Kadumangu, dan Desa Sumur Batu (Tabel 4). Batas sekeliling Wilayah Sentul City yaitu sebelah barat dibatasi oleh Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar, sebelah timur dibatasi oleh Desa Hambalang dan Desa Karang Tengah, sebelah utara dibatasi oleh Desa Cipambuan dan Desa Kadumangu, dan sebelah selatan dibatasi oleh Desa Nagrak (Sumber: ANDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul, 2000).
31
Tabel 4. Perincian P Luuas Lahan di d Masing-m masing Desaa No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Desa/Kecam D matan K Kecamatan n Babakan Madang C Cipambuan B Babakan M Madang C Citaringgul B Bojong Konneng S Sumur Batuu C Cijayanti K Kadumangg gu K Kecamatan n Sukarajaa C Cadas Ngam mpar T TOTAL
L Luas (m2) 683.222 2 2.035.756 2 2.923.644 100.049.679 3 3.655.291 3 3.621.643 11.424 365.871 233.346.530
Sum mber: PT. Senntul City TBK K., 2009
Sedangkan unntuk lokasi studi yaitu Jalan Siliw wangi memilliki luas 264 4.134 m2 dan beerada di Dessa Babakann Madang, Cijayanti, C daan Sumur B Batu. Batas--batas wilayah lookasi studi ini (jalur pedestrian, p Danau Terratai, dan rriverscape) yaitu sebelah baarat dibatassi oleh Medditerania Go olf 2 dan Peerumahan B Bukit Golf Hijau (BGH), seebelah timuur dibatasi oleh o Northriidge Golf Estate E dan M Mediteraniaa Golf 1, sebelahh utara dibatasi oleh Jalan Tham mrin Sentull City, dan sebelah seelatan dibatasi oleh o Perum mahan Bukiit Golf Hijjau dan Laapangan Golf Bukit Hijau (Gambar 10). 1
Gam mbar 10. Baatas-batas Wilayah W Lokkasi Studi
32
4.2.2. Iklim Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Dramaga, Bogor terhitung dari tahun 2000-2009, kawasan Sentul City memiliki suhu rata-rata adalah 25,9 0C. Suhu minimum terjadi pada Bulan Februari yaitu 24,5 0C dan suhu maksimum 26,7 0C terjadi pada Bulan Oktober (Tabel 5). Tabel 5. Suhu Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor dalam satuan 0C Tahun/ Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
24,1 24,8 25 26,1 25,9 25,9 25,4 26 26,6 25,4 25
24,6 23 25,2 25,5 26,2 25,7 26,2 26,1 26 25,3
24,3 24,4 25,9 26 26,2 26,2 25,5 25,8 26,4 28,3 26,1
26,2 24,6 25,1 26,3 26 26,6 26,2 27,1 26,4 26,1 25,9
25,4 24,4 26 26,4 26,2 25,7 25,4 26,3 26,5 27,4 26,4
25 25,9 25,6 26,5 26,7 26,3 26 26 26,1 26,6 26,8
25,1 25,1 25,3 25,7 26,8 26,5 26,7 26,6 27,7 27,7 27,2
26,5 24,3 25,6 25,7 26,7 25,9 26,2 26,7 26,8 26,3 25,8
26 23,2 25,5 26,2 26,6 26,3 26,9 26,6 27 27,5 26
25 25,1 25,8 26,2 26,1 26,1 25,8 26,3 26,6 26 26,3
Desember
25,8
25,8
26
24,9
25,2
25,1
25,6
24,3
25,6
26,1
Ratarata 25,2 24,5 25,5 26 26,4 26,2 26 26,4 26,6 26,7 26,1 25,4
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Dramaga, Bogor
Berdasarkan data kelembaban udara terhitung dari tahun 2000-2009, kawasan Sentul City memiliki kelembaban udara rata-rata 82,1%. Kelembaban udara minimum terjadi pada Bulan Agustus sebesar 76,6% dan kelembaban udara maksimum terjadi pada Bulan Februari sebesar 87,8% (Tabel 6). Lama penyinaran yang terjadi di sekitar kawasan ini terhitung dari tahun 2008-2009 berkisar 65,9% dengan intensitas cahaya 274,8 Joule/cm2. Kecepatan angin ratarata tahun 2008-2009 yaitu 2,6 knot (mil/jam) dan cendrung mengarah ke barat.
33
Tabel 6. Persentase Kelembaban Udara Bulanan di Kawasan Sentul City, Bogor Tahun/ Bulan
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
88,7 82,7 83,9 82,9 84,3 80 79,6 79,6 76,6 84,4 87,7
84,5 88 81,8 86,5 79,8 80 76,1 80 85,5 88,1
91,4 86,9 85,9 83,6 84,8 79,9 82,4 76,1 75,1 72 83,8
79,4 89,9 85,7 83,8 81 74 72,4 75,9 81,1 83,1 85,9
88,3 88,1 82,8 85 83,8 76,9 81,8 74,2 82,4 80,5 84,8
89,2 87,8 88,3 83,4 81,5 84,9 82,6 81 80,8 82,5 83
86,6 86,9 82,4 82 79,5 77,2 78,4 70,9 68,5 71,8 81,7
77,9 89,2 84,2 87,2 82,7 82 77,3 76,3 76,3 81,2 85,6
81,9 90,1 83,8 85,3 79,7 79,1 73,6 81,1 78,6 80,1 85,5
88 88 82 82 85 81 77 75 75 82 81
Desember
78,3
74,4
84,7
87,7
86,1
84,3
87,3
89,6
86,5
85
Ratarata 85,4 87,8 84 84,2 82,5 79,5 78,5 76,6 77,2 80,3 84,7 84,4
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Dramaga, Bogor
4.2.3. Geologi Kawasan Pemukiman Sentul City memiliki kondisi geologi yang dibedakan menjadi tiga kelompok batuan yaitu batuan lempung, batuan vulkanik, dan endapan alluvial. Pada bagian barat dan tengah Kawasan Pemukiman Sentul City terdapat banyak batuan lempung yang terdiri dari Batu Lempung dan Batu Lanau Gampingan. Kelompok batuan ini memiliki ketebalan lebih dari 250 m dari permukaan tanah. Batu Lempung dan Batu Lanau Gampingan ini mempunyai struktur yang kekar dan membentuk lapisan-lapisan yang cukup curam di beberapa tempat, terutama di lembah sungai. Kemiringan yang terjadi mencapai 400 sampai 650. Kelompok batuan vulkanik banyak terdapat di bagian barat dan timur Kawasan Pemukiman Sentul City. Di bagian barat, batuan vulkanik ini terdapat dalam bentuk lapisan tipis tuf pasiran dengan ketebalan antara 4-6 meter. Sebagian besar batuan ini telah melapuk menjadi lempung, lanau, atau pun lanau lempung yang berwarna kecoklatan. Di bagian timur, batuan vulkanik ini terdiri dari breksi dan lava yang bagian permukaannya mulai melapuk menjadi lanau lempungan dan pasir lempungan dengan ketebalan 6 meter dan semakin menebal kearah selatan. Kelompok batuan vulkanik ini memiliki banyak kesamaan dengan
34
batuan lempung sehingga sulit dibedakan. Perbedaan antara keduanya hanya dapat dilihat dari segi warna. Pada bagian utara Kawasan Pemukiman Sentul City banyak tedapat kelompok batuan alluvial, terutama pada lembah sungai yang lebar dan berkelokkelok (meander). Tebal batuan ini kurang dari 5 meter dari atas permukaan tanah. Batuan ini tersusun dari lanau, pasir, kerikil, dan bongkahan andesit yang bersifat lepas dan belum padu.
4.2.4. Tanah Berdasarkan penilaian studi ANDAL Bukit Sentul tahun 2000, tanah yang terbentuk di kawasan Sentul City dikelompokkan ke dalam lima klasifikasi tanah, yaitu: Typic Hapludult, Typic Dystropept, Oxic Dystropept, Typic Hemitpropept, dan Aquic Dystropept. Tanah Typic Hapludult memiliki kandungan organik yang sedang dan dapat ditemukan pada kedalaman lebih dari 130 cm. Pada tanah ini terjadi fiksasi posfor (P) yang sangat tinggi, dikarenakan tanah ini memiliki kandungan P2O5 yang sangat rendah. Karakteristik lainnya, tipe tanah memiliki laju infiltrasi yang rendah dengan kapasitas memegang air cukup baik. Akibat dari karakter tersebut di antaranya tanah cenderung becek, aliran air permukaan (run off) tinggi, dan tanah sulit diolah pada lokasi yang berlereng. Tanah Typic Dystropept memiliki laju infiltrasi air dari rendah sampai tinggi, sedangkan ketersediaan kalium (K) rendah. Selain itu, tipe tanah ini memiliki Kemampuan Tukar Kation (KTK) kejenuhan basanya sangat rendah. Kandungan bahan organiknya baru ditemukan pada kedalaman lebih dari 130 cm di bawah permukaan tanah. Tanah Oxic Dystropept memiliki karakteristik yang hampir sama dengan tanah Typic Dystropept. Struktur tanah berpasir atau berdebu (kandungan liat 15%). Hal ini mengakibatkan air cepat meresap atau pun sebaliknya yaitu menggenang. Begitu pula sifat dan ciri tanah Typic Hemitpropept juga hampir sama dengan tanah Typic Dystropept, keduanya termasuk pada ordo inceptisol dan berasal dari great group trop dengan tingkat dekomposisi tanah sedang (hermis). Sedangkan tipe tanah Aquic Dystropept memiliki sifat sering jenuh air. Tanah ini memiliki kandungan air tanah cukup, namun terkadang menggenang.
35
Jenis dan klasifikasi kelima tanah tersebut tidak lepas dari kondisi batuanbatuan induknya yaitu sebagian besar memiliki struktur bongkah, kekar, berpasir atau pun berkembang. Berdasarkan kondisi morfologi dan sifat fisik batuannya, Sentul City tergolong daerah rawan gerakan tanah berupa longsoran tanah (land slide) dan rayapan tanah (soil creep). Selain itu, secara umum kelima jenis tanah tersebut memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) serta kandungan P2O5 dalam tanah yang rendah, kecuali kandungan bahan organik yang tergolong sedang sampai rendah. Kondisi ini mengakibatkan tanah di kawasan Sentul City sangat miskin hara, sehingga kesuburan tanahnya rendah. Hal ini sangat berpengaruh pada aspek pemupukan dan pengolahan tanah. Dalam usaha menanami lahan seperti ini dilakukan pelapisan tanah baru yaitu tanah merah yang diambil dari daerah lain sebagai media tanam dengan ketebalan 30-50 cm. Penilaian status kesuburan tanah di dalam Sentul City dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Status Kesuburan Tanah No 1 2 3 4 5
Klasifikasi Typic Hapludult Typic Dystropept Oxic Dystropept Typic Hamitropept Aquic Dystropept
KTK
KB
P2O5
Organik
Kesuburan
S S R-S R S
R SR-R SR-R SR S
SR-R SR-R SR SR S
S S R-S S-T S
R R R R S
Keterangan: KTK : Kapasitas Tukar Kation KB : Kejenuhan Basa SR : Sangat Rendah
R S T
: Rendah : Sedang : Tinggi
Sumber: ANDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul, 2000
4.2.5. Hidrologi Kawasan Sentul City dibangun pada daerah yang miskin akan air, baik air permukaan maupun air tanah. Jenis air di kawasan Sentul City berdasarkan airnya yaitu air sungai, air tanah, dan mata air. Kebutuhan air untuk mandi dan minum bagi masyarakat yang tinggal di Kawasan Pemukiman Sentul City serta untuk menyiram tanaman dan pembersihan jalanan diperoleh dari tampungan air hujan, air danau, dan air Sungai Citereup. Untuk keperluan air minum telah dibangun tempat khusus pengolahan air dan ditangani oleh departemen khusus yaitu
36
Departemen Instalasi Pengolahan Air dan Limbah atau Water Treatment Plan Departement. Kawasan Sentul City ini dilalui oleh Sungai Citeureup dan Sungai Cikeas yang berair sepanjang tahun, tetapi anak-anak sungainya kering pada musim kemarau. Sedangkan air tanah yang terdapat di kawasan Sentul City merupakan air tanah bebas (air tanah dangkal) yang tidak bertekanan dengan kedalaman muka air tanah antara 4-12 m. Potensi air tanah di kawasan ini sangat kecil dan dipengaruhi oleh musim. Sumber air dari mata air yang mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada pada kawasan dengan debit air yang umumnya kecil yaitu kurang lebih sebesar 0,5 l/det. Pemanfaatan air dari Sungai Citeureup dan Sungai Cikeas ini telah mendapat SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala daerah Tingkat I Jawa Barat. Sungai-sungai ini menjadi cadangan (make up water) dan pemasok kebutuhan air di Sentul City terutama pada musim kemarau. Selain itu, kedua sungai ini difungsikan untuk mengairi dua danau buatan di Sentul City yaitu Danau Teratai dan Danau Telaga Indah. Namun, kualitas air pada kedua sungai ini menunjukkan nilai yang secara garis besar masih berada di bawah ambang batas Baku Mutu Air Golongan B (PP No. 20 Tahun 1990), kecuali untuk Sungai Citeureup yang mengalir di tengah pemukiman menunjukkan adanya tendensi melewati ambang batas. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan khusus yaitu penyaringan dan aerasi untuk pemanfaatannya sebagai air baku minum.
4.2.6. Vegetasi Berdasarkan ANDAL Pembangunan Pemukiman Bukit Sentul (2000), jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Sentul City sangat dipengaruhi oleh topografi. Topografi dibedakan menjadi dua bentang alam utama, yaitu bentang alam basah dan bentang alam kering. Bentang alam kering merupakan bentang alam yang berada di daerah dengan topografi relatif datar sampai landai dan bentang alam basah merupakan bentang alam yang berada di daerah sepanjang sungai dengan topografi relatif bergelombang sampai bukit yang terjal. Vegetasi asli yang tumbuh di daerah bentang alam kering sebagian besar terdiri dari tanaman pangan dan budidaya seperti padi, pisang, talas, ketela pohon,
37
dan kacang tanah. Pada daerah bentang alam basah, vegetasi dibedakan menjadi vegetasi hutan, vegetasi kebun campuran, vegetasi tegalan, dan vegetasi semak belukar. Jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami atau hutan binaan yang didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii). Vegetasi kebun campuran banyak dijumpai tanaman buah-buahan khas dan langka, seperti gandaria (Bouea macrophylia), sempur (Sandoricum koetjape), jomlang (Syzigium cumini), gohok (Syzigium polycepahalum), samafo (Dyosporus discolor), dan tanaman langka lainnya. Vegetasi tegalan awalnya berupa kebun karet yang kemudian ditanami tanaman palawija, dan vegetasi semak belukar yang dominan adalah kirinyuh (Eupatorium indiifolium), kiseureuh (Piper aduncum), saliara (Lantana camara), dan rumput alang-alang (Imperata cylindrical). Pada umumnya jenis vegetasi yang terdapat di kawasan Sentul City dibedakan berdasarkan peruntukan lahannya. Eckbo (1956) juga mengatakan bahwa pemilihan jenis tanaman tergantung kepada fungsi tanaman dan lokasinya dimana tanaman tersebut dapat ditanam. Misalnya pada Jalan Siliwangi terdapat beberapa area seperti jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape juga dibedakan jenis vegetasinya. Pada jalur pedestrian banyak terdapat pohon peneduh dan semak seperti bambu jepang (Bambussa sp.), beringin (Ficus benjamina), bintaro (Cerbera odollana), bismarkia (Bismarckia sp.), jati (Tectona grandis), ki hujan (Samanea saman), kecrutan (Spathodea campanulata), gmelina (Gmelina sp.), sikas (Cycas revoluta), pangkas kuning (Duranta sp.), dan kana (Canna sp.). Pada Danau Teratai lebih banyak ditanami tanaman dari kelompok Arecaceae seperti kelapa (Cocos nucifera), kelapa sawit (Elais guineensis), palm raja (Roystonea regia), palm bismark (Bismarckia nobilis), dan pinang (Areca catechu), sedangkan pada riverscape banyak terdapat vegetasi alami dan didominasi oleh pinus (Pinus merkusii).
4.4.7. Satwa Secara umum satwa di kawasan Sentul City cukup beragam dan terdapat juga yang langka dan harus dilindungi. Berdasarkan hasil Pemantauan Lingkungan Komponen Biologi di PT. Bukit Sentul oleh Laboratorium Ekologi, Departemen Bilogi ITB (2002), terdapat 5 kelompok hewan yang terdiri dari 7 jenis dari
38
kelompok amfibi, 10 jenis dari kelompok mamalia, 11 jenis dari kelompok fisces (ikan), 7 jenis dari kelompok reptil, dan 26 jenis dari kelompok aves (Tabel 8). Kelompok amfibi banyak ditemukan di sekitar sawah, tepi kolam, sungai, dan parit. Kelompok mamalia jumlahnya sangat terbatas, yang lebih khusus adalah di sekitar Gunung Pancar paling sedikit terdapat 3 jenis primata yang dijumpai seperti monyet, lutung, dan surili (Presbytis cornata). Jenis ikan terdapat di kolam, danau, dan sungai. Sedangkan kelompok reptil yang sering dijumpai adalah jenis kadal yang terdapat di lading, sawah, dan kebun. Kelompok aves merupakan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengamat burung. Banyaknya jenis vegetasi yang berbiji di kawasan Sentul City menjadi salah satu penarik bagi burung pemakan buah. Pada sekitar Danau Teratai dengan kondisi vegetasi yang banyak memberikan naungan dijumpai blekok.
39
Tabel 8. Jenis Satwa di Kawasan Pemukiman Bukit Sentul Kelompok
Jenis
Nama Daerah
Bufo asper Bofo melanostictus Fejevarya limnocharis Occidozyga lima Polypedates leucomystax Rana chalconota Rana erythraea
Kodok budug sungai Kodok budug/puru Katak tegalan Bancet hijau Katak pohon Katak/kongkang kolam Katak/ kongkang gading
Bandicota sp. Capra hircus Felis domesticus Macaca fascicularis Ovis aries Presbytis cornata Rattus sp. Soncus murinus Sus sp. Trachypithecus cristatus
Tikus roil Kambing Kucing Monyet Domba Surili Tikus Celurut Babi hutan Lutung
Claris sp. Cyprinus carpio Glyptosternum sp. Monopterus albus Ophiocephalus sp. Pangius sp. Poecillia reticulate Puntius binotatus Puntius sp. Tilapia mosambica Tilapia nilotica
Ikan lele Ikan mas Ikan kehkel Belut Ikan gabus Patin Ikan seribu Ikan beunteur Ikan beunteur Ikan mujaer Ikan nila
Reptil
Calotes jubatus Draco volans Hemydactylus frenatus Mabuya multifasciata Naja naja Tachydromus sexlineatus Varanus salvator
Londok Cicak terbang Cicak Kadal Ular kobra Kadal orong-orong Biawak
Aves
Acridotheres javanicus Alcedo sp. Apus affinis Anis sp. Collocalia esculenta Collocalia sp. Columba livia Eudynamis scolopacea Gallus domesticus Geophelia striata Gerygone sulphurea Halcyon chloris Hirundo rustica Hirundo sp. Ixobrychus cinnamomeus Lanius schach Lonchura leucogasterides Lonchura punctulata Megalaiema haemacephala Nectarine jugularis Orthotomus sp. Paser montanus Prinia sp. Pycnonotus cafer Streptopelia chinensis Zosterops palpebrosa
Burung jalak kerbau Burung udang Kapinis pohon Burung cacing Wallet Burung layang-layang Merpati Burung culik Ayam kampong Perkutut Burung remetuk Raja udang Burung layang-layang asia Burung layang-layang Ayam-ayaman Burung bentet Pipit jawa Pipit pinang Burung ungkut-ungkut Burung madu kuning Cinenen Burung gereja Perinjak Kutilang Burung terukur Burung kacamata
Amfibi
Mamalia
Fisces
Sumber: Laboratorium Ekologi, Departemen Biologi ITB (2002)
40
4.3. Kondisi Sosial-Budaya Pada awal tahun 90-an, Sentul City merupakan suatu kawasan yang mengalami perkembangan yang membentuk wilayah perkotaan. Pada tahun 1995, kawasan ini mulai mengalami pembangunan proyek-proyek industri skala besar untuk berbagai kegiatan perkotaan. Kawasan Sentul City semakin berkembang dan membentuk kota mandiri yang menyediakan sejumlah fasilitas komersial dan nonkomersial, seperti: perkantoran, sekolah, tempat ibadah, area olah raga, area rekreasi, dan sebagainya yang berorientasi pada kebutuhan penduduk urban modern. Selain itu, Sentul City memiliki tempat yang strategis dan mudah dicapai dengan akses langsung dari jalur Lingkar Luar Bogor (ringroud) dan Tol Jagorawi jika dari Bogor. Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar kawasan Sentul City memeluk agama islam (>90%). Sedangkan sebagian kecil lainnya memeluk agama Katolik (1,25%) dan Protestan (2,25%). Pada tahun 1998, sebagian besar mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitar kawasan adalah pada sektor pertanian dan peternakan diikuti oleh perdagangan dan jasa. Hal ini menunjukkan walaupun sebagian besar dari lahan pertanian (1.365 Ha) di kawasan Sentul City yang dialihfungsikan menjadi lahan perumahan, namun tidak memberi pengaruh besar pada jumlah orang yang bekerja di sektor pertanian. Selain itu, pembangunan dan pengembangan kawasan Sentul City ini juga akan memberi dampak dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan, dengan adanya kesempatan kerja yang terbuka di daerah ini. Tidak hanya masyarakat sekitar, tetapi juga banyak pendatang dari berbagai daerah dari tingkat sosial yang berbeda untuk mencari pekerjaan di kawasan Sentul City ini. Selain dapat memberikan kesempatan kerja, Sentul City juga memberikan wahana rekreasi alam bebas dan binaan yang bisa dinikmati oleh masyarakat sekitar. Dari kawasan Sentul City ini dapat dilihat bentang alam yang luas dan indah. Selain itu, di dalam kawasan terdapat kolam dan danau buatan seperti Danau Teratai. Danau ini sering dijadikan warga sebagai area pemancingan, walaupun fungsi utamanya bukan sebagai area pemacingan, namun sebagai area penampungan air.
41
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Analisis 5.1.1. Analisis Fisik Area rekreasi yang diteliti adalah Jalan Siliwangi dengan tiga lokasi yaitu: (1) jalur pedestrian, (2) Danau Teratai, dan (3) riverscape. Ketiga lokasi ini memiliki fungsi ruang yang berbeda-beda. Jalur pedestrian lebih sering digunakan sebagai jogging track oleh masyarakat baik dari masyarakat yang tinggal di dalam kawasan Sentul City maupun masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Jalur pedestrian ini memiliki panjang ± 2,95 km yang terbuat dari adukan semen. Pengunaan jenis tanaman di jalur pedestrian ini bervariasi. Terdapat jenis pohon, perdu, semak, dan penutup tanah yang dipadukan secara bersamaan. Vegetasi yang dominan adalah pohon peneduh yang memiliki tajuk lebar dan ditanam di kanan dan kiri jalur. Penanaman vegetasi di kedua jalur memberikan efek naungan yang nyata sehingga memerlukan perawatan yang intensif dalam membersihkan jalur pedestrian dari daun-daun yang berguguran. Akibat dari naungan nyata ini juga memberikan ketidaknyamanan pengguna yang berjalan di atas jalur. Angin tidak mengalir secara bebas masuk ke dalam jalur karena dihalangi oleh berbagai jenis tanaman. Lebar jalur pedestrian ini ± 120 cm sudah memenuhi standar jalur sirkulasi untuk 2 orang, tetapi kurang sesuai jika dilakukan penanaman dengan penggabungan kanopi pohon kanan dan kiri jalur. Radiasi matahari juga kurang intensif menyinari area ini, sehingga di beberapa sisi terdapat jalur yang licin akibat tumbuhnya lumut dan sirkulasi air yang kurang baik yang mengakibatkan air menggenang. Terdapat juga beberapa jenis vegetasi yang memiliki perakaran massif sehingga akar-akar menjalar dan merusak jalur pedestrian (Gambar 11). Pada awalnya jalur pedestrian ini merupakan aliran sungai kecil, dalam pembuatannya diperlukan proses cut and fill. Cut and fill merupakan suatu cara untuk menciptakan kondisi fisik permukaan tanah yang diinginkan seperti datar atau berkontur. Gali dan timbun tanah (cut and fill) harus dilakukan secara benar dengan mempertimbangkan kondisi dan tipe tanah. Faktor lingkungan seperti
42
vegetasi dan tata guna lahaan sekitarn nya juga harus dipperhatikan untuk meminimaalisir terjadiinya bahayaa. Sedangkaan tipe tanaah dan jenis batuan di Sentul S City, dilihhat dari karakteristikknya kurang g baik dilakukan cut and fill. Cara pengolahaan atau pem mbuatan dallam cut and fill di jallur pedestriian ini dilakukan dalam wakktu yang sinngkat dengan alat bullldozer D4. Oleh O karenaa tipe tanah h yang kurang seesuai dan pembuatan p cut and fiill terlalu cepat c ini, ssehingga dii jalur pedestriann di beberaapa sisi terddapat luban ng, longsorr, dan jalurr yang tidak k rata (Gambar 11). Namuun demikiann, area berrkontur dappat mencipttakan dayaa tarik untuk menningkatkan kualitas k estetika pada tapak t (Gam mbar 12). Daanau Terataai merupakkan danau buatan yang memilikki fungsi utama u sebagai daaerah tampuungan air dengan d luas ± 20.635, 89 m2 atauu 2,06 Ha. Danau D ini memiliiki nilai keiindahan yanng cukup tin nggi terlihat dari penattaan tanamaan dan pantulan airnya a sehinngga banyakk masyarakat sengaja berkunjung b ke danau in ni dan memanfaaatkannya sebbagai area santai. s Selaiin itu, Danaau Teratai juuga dimanfaaatkan masyarakaat sebagai tempat t pem mancingan walaupun w haal tersebut dilakukan secara s illegall. Danau D ini suudah dilenggkapi fasilittas yang cuukup memaadai. Di beb berapa sisi terdappat area perristirahatan dan sebuah h darmaga namun n kuraang dimanfaaatkan karena konndisinya kuurang baik (G Gambar 11)).
(a)
(b)
(c)
Gaambar 11. Kondisi K Tapaak yang Kuurang Baik (a. Akar tanam man merusaak jalur pedeestrian; b. Jalur pedestrrian tidak raata; c. Kondisi K darm maga kurang baik) Sumbeer: Hasil Surv vei Lapang, Appril 2010
wangi meruppakan alirann air buatan n yang Sedangkan rivverscape di Jalan Siliw A air (riiverscape) inni memilikii lebar dimanfaattkan sebagaii aliran buaangan air. Aliran ± 2,5 meteer dengan lebar l total ± 6 meter dan d panjang ± 437 m. Terdapat banyak b
43
batu dari ukuran besar sampai kecil di dalamnya. d B Batuan ini merupakan n hasil batuan alaami yang teerdapat di Sentul S City dari proses cut and filll. Peletakan n batu ini sengaja dilakukann untuk meemberikan kesan alam mi pada riveerscape (Gaambar 12). Kesann alami jugga terlihat dari d tanamaan penghalaang (barrierr) yang dibiiarkan tumbuh seecara alami sehingga teerlihat sepeerti hutan keecil. Adanyya hutan alaami ini memberikkan habitat terhadap beberapa b jeenis burungg. Suara aair yang kaadangkadang mengalir m deengan deraas juga dap pat dijadikkan potensii untuk meenarik perhatian manusia attau pun bebberapa jeniss burung. Menurut M Beell (2008), desain d yang baik dalam mem mberikan haabitat bagi satwa s yaitu mempertim mbangkan adanya a air atau koolam kecil sebagai s atrakksi di area tersebut. t Vaariasi bentukk dan kemirringan sangat pennting agar dapat d memberikan jarak k habitat anttara satwa llainnya. Naamun, riverrscape ini terletak ag gak tersembbunyi yaituu terhalang g oleh deretan poohon Paraserianthes falcataria fa (S Sengon) sehhingga kebeeradaanya kurang k terlihat daan kurang diperhatikaan serta ku urang dimannfaatkan m masyarakat secara s optimal. Kebersihan K r riverscape i juga kurrang diperhaatikan oleh pengelola Sentul ini S City. Fungsi utamannya sebagaii daerah bu uangan/aliraan air, banyyak masyarakat yang kuraang bertangggung jawabb dan berpik kiran untuk turut membbuang samp pah ke tempat inii (Gambar 13).
(a))
(b)
(c)
Gambaar 12. Potenssi pada Tapak (aa. Variasi keemiringan pada p jalur peedestrian; b. Keindahann Danau Teeratai; c. Rivverscape terlihat allami) Sumber: Hasil H Survei Lapang, April 2010 2
44
Gambar 13. Kendala pada Riverscape Sumber: Hasil Survei Lapang, April 2010
5.1.2. Analisis Kenyamanan Fungsi ekologis tanaman dalam memberikan kenyamanan sangat perlu diperhatikan. Kenyamanan ini dinilai dari suhu dan kelembaban udara sekitar. Suhu berbanding terbalik dengan kelembaban udara untuk menciptakan kenyamanan. Semakin tinggi suhu udara di sekitar maka kelembaban udara semakin kecil. Nilai kenyamanan secara termal dapat diukur dengan alat yang disebut termohigrometer. Termohigrometer merupakan alat pengukur suhu udara yang terdiri dari suhu bola basah (TBB) dan suhu bola kering (TBK). Dari perolehan kedua suhu ini maka akan diketahui nilai Kelembaban Udara (RH) yang akhirnya akan menentukan nilai Temperature Humidity Index (THI) atau nilai kenyamanan. Dari hasil survei lapang yang telah dilakukan di lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) akan diketahui nilai suhu udara yang akan menentukan nilai THI. THI diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Nieuwolt yang telah dijelaskan dalam metodelogi. Hasil pengukuran suhu dan perolehan nilai THI dapat dilihat pada tabel 9, 10 dan 11, sedangkan cara perhitungan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 2.
45
Tabel 9. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Jalur Pedestrian Waktu
Sampel
Pagi
1 2 3 Rata-rata
1 2 Siang 3 Rata-rata 1 2 Sore 3 Rata-rata Rata-rata Suhu Udara (Tr) Rata-rata RH Nilai THI
Di bawah Naungan Pohon TBK TBB RH (0C) (0C) (%) 30 26 72 30 27 78 30 27 78 30 26,67 75,67 32 28 73 34 29 68 33 28 67 33 28,33 69,33 30 27 78 30 28 85 29 25 71 29,67 26,67 78 30,67 74,33 29,09
Tanpa Naungan Pohon TBK TBB RH (0C) (0C) (%) 34 29 68 35 30 68 36 29 58 35 29,33 64,67 34 29 68 36 30 63 39 31 55 36,33 30 62 31 27 72 30 27 78 30 28 85 30,33 27, 33 78,33 34,17 68,33 32,00
Contoh cara perhitungan (Temperature Humidity Index) THI di bawah naungan pada jalur pedestrian: a. Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (30 x 2) + 33 + 29,67 4
Tr =
= 30,67
b. Nilai rata-rata RH (%) RH =
75,67 + 69,33 + 78 = 74,33 3
c. Nilai THI THI
= 0,8 x 30,67 +
(30,67 x 74,33) 500
= 29,09
46
Tabel 10. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Danau Teratai Di bawah Naungan Pohon TBK TBB RH (0C) (0C) (%) 1 31 28 79 2 31 27 72 Pagi 3 30 28 85 Rata-rata 30,67 27,67 78,67 1 31 30 93 2 30 29 85 Siang 3 31 30 93 Rata-rata 30,67 29,67 90,33 1 29 26 78 2 29 25 71 Sore 3 29 25 71 Rata-rata 29 25,33 73,33 Rata-rata Suhu Udara (Tr) 30,25 Rata-rata RH 80,78 Nilai THI 29,09 Waktu
Sampel
Tanpa Naungan Pohon TBK TBB RH (0C) (0C) (%) 32 28 73 32 28 73 31 28 79 31,67 28 75 33 28 67 33 28 67 33 28 67 33 28 67 30 27 78 30 26 72 29 27 85 29,67 26,67 78,3 3 31,50 73,44 29,83
Tabel 11. Pengukuran Suhu dan Nilai THI pada Riverscape Di bawah Naungan Pohon TBK TBB RH 0 0 ( C) ( C) (%) 1 29 26 78 2 29 25 71 Pagi 3 29 25 71 Rata-rata 29 25,33 73,33 1 29 26 78 2 30 29 85 Siang 3 30 29 85 Rata-rata 29,67 28 82,67 1 28 26 85 2 29 26 78 Sore 3 29 26 78 Rata-rata 28,67 26 80,33 Rata-rata Suhu Udara (Tr) 29,08 Rata-rata RH 54,78 Nilai THI 26,45 Waktu
Sampel
Tanpa Naungan Pohon TBK TBB RH 0 0 ( C) ( C) (%) 32 28 73 34 29 68 34 29 68 33,33 28,67 69,67 34 29 68 34 29 68 35 29 62 34,33 29 66 29 26 78 29 27 85 30 27 78 29,33 26,67 80,33 32,58 72 30,75
47
Suhu rata-rata pada Danau Teratai tidak jauh berbeda dengan suhu rata-rata jalur pedestrian, terutama pada pagi dan sore hari (Tabel 10). Sedangkan pada riverscape memiliki suhu yang paling rendah di antara kedua lokasi studi lainnya. Suhu rata-rata pagi, siang, dan sore pada riverscape ini kurang dari 30 0C (Tabel 11). Perubahan suhu udara ketiga lokasi menunjukkan meningkat dari pagi hari
hingga mencapai puncaknya pada siang hari. Kemudian suhu kembali menurun seiring berkurangnya intensitas sinar matahari pada sore hari (Gambar 14). Suhu maksimum pada ketiga lokasi studi, pada umumnya terjadi pada siang hari tanpa naungan pohon dan suhu minimum terjadi pada sore hari di bawah naungan pohon. Suhu maksimum yaitu 36,33 0C pada jalur pedestrian dan suhu minimum yaitu
Suhu
39 37 35 33 31 29 27 25 pagi hari
siang hari
sore hari
39 37 35 33 31 29 27 25 pagi hari
siang hari
Waktu Di Bawah Naungan
sore hari
Waktu Tanpa Naungan
Di Bawah Naungan
(b)
(a)
Suhu
Suhu
28,67 0C pada riverscape.
39 37 35 33 31 29 27 25 pagi hari
siang hari
sore hari
Waktu Di Bawah Naungan
Tanpa Naungan
(c) Gambar 14. Grafik Perubahan Suhu Udara (a. Jalur pedestrian; b. Danau Teratai; c. Riverscape)
Tanpa Naungan
48
5.1.3. Analisis Karakteristik Pohon Sentul City memiliki keanekaragaman hayati yang relatif tinggi. Pada umumnya tanaman yang digunakan di Sentul City merupakan tanaman yang disusun secara buatan. Tanaman yang dipilih diutamakan memiliki nilai estetika yang tinggi. Penataan dan pemilihan materi tanaman serta cara memadukannya tidak diragukan lagi keindahannya. Pihak Sentul City sangat memperhatikan hal tersebut secara detail walaupun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam pemeliharannya. Penggunaan vegetasi pada setiap lokasi berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda-beda pula. Pada umumnya kawasan Sentul City khususnya pada tepi jalan dominan ditanam pohon sengon (Paraserianthes falcataria). Sengon merupakan tanaman perintis untuk membentuk ruang terbuka hijau pada jalan Sentul City. Namun, pohon ini tumbuh secara optimal sehingga tetap dipertahankan. Pohon Sengon ini juga banyak terdapat di jalur pedestrian yaitu sebanyak 53 pohon. Untuk lebih jelas, perhatikan Tabel Jenis Pohon di Jalur Pedestrian berikut ini. Tabel 12. Jenis Pohon di Jalur Pedestrian Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Latin Acacia mangium Araucaria heterophylla Bauhinia blakeana Cocos nucifera Elais guinensis Ficus benjamina Gmelina arborea Manilkara kauki Paraserianthes falcataria Pterocarpus indicus Ptychosperma macarthurii Ravenala madagascariensis Roystonea regia Samanea saman JUMLAH
Nama Daerah Akasia Cemara Norflok Pohon Kupu-kupu Kelapa Sawit Beringin Jati Putih Sawo Kecik Sengon Angsana Palm Hijau Pisang Kipas Palm Raja Ki Hujan
Jumlah 20 2 55 1 4 88 39 3 53 1 3 5 1 34 310
Pada umumnya di jalur pedestrian lebih banyak menggunakan tanaman peneduh dan yang paling dominan adalah Ficus benjamina yaitu 88 pohon (Tabel
49
12). Pohon beringin ini ditanam secara kontinyu. Tanaman ini memberikan naungan yang nyata dan ditanam di sisi kanan dan kiri jalur. Di beberapa jalur juga terdapat Bauhinia blakeana yang ditanam secara kontinyu. Pohon ini menambah keindahan pada jalur pedestrian dengan warna bunganya yang menarik, tidak hanya bagi manusia tetapi juga beberapa jenis burung. Pada Danau Teratai digunakan jenis pohon yang lebih beragam dan memiliki daya tarik yang tinggi secara visual. Keanekaragaman tanaman di danau ini lebih tinggi dibanding kedua lokasi lainnya yaitu terdapat 22 jenis pohon. Jenis pohon yang digunakan juga terlihat indah dan dominan adalah pohon kupu-kupu (Bauhinia blakeana) sebanyak 52 pohon dan palm raja (Roystonea regia) sebanyak 44 pohon (Tabel 13). Tabel 13. Jenis Pohon di Danau Teratai Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Latin Areca catechu Artocarpus communis Bauhinia blakeana Bismarckia nobilis Caryota mitis Cerbera manghas Cocos nucifera Elais guinensis Erythrina cristagali Ficus benjamina Gmelina arborea Manilkara kauki Munthingia calabura Paraserianthes falcataria Phonix reobelenii Phyllostachys sulphrurea Plumeria rubra Ptychosperma macarthurii Roystonea regia Samanea saman Schefflera actinophylla Spathodea campanulata JUMLAH
Nama Daerah Pinang Sukun Pohon Kupu-kupu Bismark Palm Ekor Ikan Bintaro Kelapa Sawit Dadap Merah Beringin Jati Putih Sawo Kecik Ceri Sengon Phonix Bambu Kuning Kamboja Palm Hijau Palm Raja Ki Hujan Walisongo Kecrutan
Jumlah 3 2 52 2 1 2 8 6 5 2 29 18 5 8 2 2 6 2 44 11 3 1 214
50
Selain pada jalur pedestrian, pohon Paraserianthes falcataria (Sengon) juga banyak ditaman pada riverscape yaitu sebanyak 82 pohon (Tabel 14) khususnya ditanam pada pinggir jalan. Tanaman ini sebagai tanaman peneduh Jalan Siliwangi dan termasuk pohon besar sehingga menutupi penglihatan ke arah riverscape. Di bagian timur dari riverscape ini, terdapat hutan kecil dan banyak tanaman liar. Terdapat juga tanaman yang ditanam dan dibiarkan tumbuh secara alami. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan alami pada riverscape. Tabel 14. Jenis Pohon di Riverscape Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Latin Acacia mangium Averrhoa bilimbi Bauhinia blakeana Cerbera manghas Elais guinensis Gmelina arborea Munthingia calabura Paraserianthes falcataria Pinus merkusii Pterocarpus indicus Ptychosperma macarthurii Samanea saman Spathodea campanulata JUMLAH
Nama Daerah Akasia Belimbing Wuluh Pohon Kupu-kupu Bintaro Sawit Jati Putih Ceri Sengon Pinus Angsana Palm Hijau Ki Hujan Kecrutan
Jumlah 46 2 15 3 1 4 2 82 30 1 9 27 17 239
Pada tabel di atas, jenis pohon yang ditanam pada riverscape umumnya merupakan jenis pohon yang digemari beberapa jenis burung, seperti Samanea saman, Spathodea campanulata, Bauhinia blakeana, Averrhoa bilimbi, dan Munthingia calabura. Hutan kecil yang berada di salah satu sisi riverscape sengaja dibuat juga untuk memberikan habitat pada burung. Kesan alami dan jenis pohon yang digunakan pada riverscape ini memberikan kenyamanan bagi burung. 5.1.5. Analisis Pengunjung dan Aktivitasnya Sentul City merupakan kawasan yang memiliki view ke luar yang sangat indah yaitu dikelilingi oleh beberapa gunung. Kawasan ini juga memberikan tatanan yang menarik terlihat dari penataan tanaman di dalamnya. Selain itu, akses
51
yang mudah untuk mencapai kawasan ini dan juga sangat dekat dengan pemukiman warga, membuat kawasan ini tidak sepi akan pengunjung. Namun, tidak begitu halnya kepada ketiga lokasi penelitian. Pada jalur pedestrian dan Danau Teratai hanya dimanfaatkan warga sekitar kawasan sebagai jogging track dan area bersantai. Jumlah pengunjungnya tidak begitu ramai. Bahkan pada riverscape tidak terlihat dikunjungi masyarakat. Area riverscape ini dijadikan masyarakat sebagai jalur “tikus” untuk masuk ke kawasan Sentul City. Hal tersebut dikarenakan lokasi riverscape yang tertutup atau tidak kelihatan pengunjung. Riverscape ini dihalangi oleh deretan pohon peneduh Paraserianthes falcataria (Sengon). Selain itu, riverscape ini kurang menarik perhatian pengunjung dan fasilitas serta utilitas untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung kurang memadai. Pada jalur pedestrian, pengunjung melakukan aktivitas jogging pada pagi hari sampai menjelang siang. Sedangkan pada Danau Teratai, aktivitas yang dilakukan adalah bersantai dan memancing yang terlihat pada pagi dan sore hari. Terdapat juga sebagian pengunjung untuk menikmati keindahan danau ini pada siang hari. Pengunjung yang datang ke tempat ini kebanyakan pria sebesar 68%. Dominan berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Sentul City (48%). Pengunjung yang berasal dari pemukiman Sentul City sebesar 24% dan yang di luar kawasan 28% (Gambar 15). Di luar kawasan 28% Sentul City 24%
Sekitar kawasan 48%
Gambar 15. Identitas Pengunjung Berdasarkan Asal Pengunjung Analisis terhadap persepsi pengunjung dalam memperoleh kenyamanan suhu termal dan pengaruh pohon dalam memberikan kenyamanan di lokasi studi dilakukan dengan penyebaran kuisioner. Kuisioner yang disebar seharusnya dilakukan pada waktu pagi menjelang siang hari (10.00-14.00) saat cuaca cerah. Namun pada kenyataannya, hal tersebut sulit dilakukan. Jumlah pengunjung yang
52
datang ke lokasi studi sangat minim, sehingga waktu pengambilan kuisioner dilakukan pada pagi, siang, dan sore hari ketika terlihat pengunjung. Jumlah responden yang diperoleh hanya sebanyak 25 orang. Minimnya jumlah responden ini juga dikarenakan jumlah pengunjung yang sedikit. Responden yang berada di Danau Teratai sebanyak 15 orang dan pada jalur pedestrian sebanyak 10 orang. Responden yang berjenis kelamin pria terdiri dari 17 orang dan wanita terdiri dari 8 orang. Berdasarkan usianya, pengunjung berumur 15-25 tahun sebesar 56%, 2635 tahun,dan > 45 tahun sebesar 4%, sedangkan umur 36-45 tahun sebesar 3% (Gambar 16).
36-45 tahun 12%
>45 tahun 16% 15-25 tahun 56%
26-35 tahun 16%
Gambar 16. Identitas Pengunjung Berdasarkan Umur Berdasarkan
tingkat
pendidikan
terakhir,
mayoritas
pengunjung
menduduki jenjang pendidikan sampai SMA sebesar 64%. Terdapat juga pengunjung yang tidak pernah mengenyam pendidikan sebanyak 2 orang atau sebesar 8% (Gambar 17). Sedangkan dari pekerjaan, responden yang berprofesi sebagai PNS sebesar 4%, wiraswasta 20%, mahasiswa 24%, pelajar 12%, dan lainlain 40% (Gambar 18).
Perguruan Tinggi 12%
Tidak sekolah 8%
SMP 16%
SMA 64%
Gambar 17. Identitas Pengunjung Berdasarkan Pendidikan Terakhir
53 Pelajar 12%
Lain-lain 40%
PNS 4%
Mahasiswa 24%
TNI 0%
Wiraswasta 20%
Gambar 18. Identitas Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan Responden datang berkunjung ke kawasan ini dengan tujuan untuk rekreasi (40%), khususnya pada Danau Teratai. Responden yang datang juga bertujuan untuk memanfaatkan jalur pedestrian sebagai sarana olah raga (lain-lain) sebesar 36%. Tujuan lainnya adalah untuk bekerja sebesar 20% (Gambar 19). Alasan mereka juga bervariasi. Ada yang mengatakan karena lokasinya mudah dicapai (16%), untuk memperoleh kesehatan jasmani dan rohani (20%), udaranya yang segar (8%), dan mayoritas dikarenakan tempat dan pemandangannya yang menarik (48%). Alasan lainnya dikarenakan untuk mencari pekerjaan sebesar 8% (Gambar 20). Penelitian 0%
Lain-lain 36%
Menghadiri event 0%
Kerja 20%
Rekreasi 44%
Gambar 19. Tujuan Pengunjung Datang ke Kawasan
54 Lokasi mudah 16%
Udara Lain-lain 8% segar 8%
Kesehatan 20%
View menarik 48%
Gambar 20. Alasan Pengunjung Datang ke Kawasan Mayoritas responden sudah pernah mengunjungi kawasan jalur pedestrian dan danau teratai ini sebelumnya yakni 76%. Responden yang baru pertama kali mengunjunjungi kawasan sebanyak 8 orang (32%). Responden yang sudah mengunjungi 1-3 kali sebanyak 16%, 4-6 kali 12%, dan lebih dari 6 kali yang umumnya bertempat tinggal dekat dengan kawasan Sentul City sebesar 40% (Gambar 21). Responden yang berkunjung ke kawasan ini dapat menghabiskan waktunya untuk bersantai, memancing, dan aktivitas lainnya selama 30-60 menit (40%). Terdapat juga pengunjung yang hanya ingin mengetahui kondisi kawasan dan menghabiskan waktunya < 30 menit (28%). Responden yang menghabiskan waktunya 1-2 jam sebesar 12%, dan yang lebih lama (> 2 jam) sebesar 20%, dominan responden bekerja di sekitar area tersebut (Gambar 22). Baru pertama 32%
> 6 kali 40%
4-6 1-3 kali kali 16% 12%
Gambar 21. Frekuensi Kunjungan Pengunjung > 2 jam 20% 1-2 jam 12%
< 30 menit 28% 30-60 menit 40%
Gambar 22. Waktu yang Dihabiskan di Kawasan
55
Persepsi responden mengenai kenyamanan termal terhadap kondisi iklim mikro saat berada di kawasan adalah 68% menyatakan nyaman dan 32% menyatakan tidak nyaman. Kenyamanan termal sangat berkaitan erat dengan vegetasi yang digunakan. Semua responden menyatakan mengetahui bahwa fungsi pohon yaitu salah satunya dapat memberikan kenyamanan termal. Seberapa besar pengaruh tanaman tersebut tergantung pada persepsi responden masing-masing. Responden yang mengatakan bahwa tanaman memberikan pengaruh yang sangat besar adalah sebesar 40% dan yang mengatakan hanya berpengaruh 32%. Selain itu, terdapat responden yang mengatakan netral yaitu pengaruhnya tidak terlalu kelihatan sebesar 28% (Gambar 23). Tingkat kenyamanan yang diberikan dari mulai kurang nyaman sampai sangat nyaman diperoleh hasil yaitu kurang nyaman sebesar 32%, cukup nyaman sebesar 20%, nyaman sebesar 40%, dan responden yang mengatakan sangat nyaman sebesar 8% (Gambar 24). Tidak berpengaruh 0%
Sangat berpengaruh Berpengaruh 32% 40% Netral 28%
Gambar 23. Persepsi Pengunjung Terhadap Pengaruh Tanaman dalam Memberikan Kenyamanan Termal Sangat nyaman 8% Kurang nyaman 32% Nyaman 40%
Cukup nyaman 20%
Gambar 24. Tingkat Kenyamanan yang Dirasakan Pengunjung Kenyamanan termal yang dirasakan manusia tergantung pada beberapa faktor seperti suhu udara sekitar, penerimaan sinar matahari, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Suhu udara yang dirasakan saat pengunjung berada dilokasi
56
dinilai dengan penilaian dari mulai sangat dingin sampai panas. Pada saat beraktivitas di lokasi (Danau Teratai maupun jalur pedestrian), tidak ada responden yang mengatakan sangat dingin dan dingin. Yang mengatakan sejuk sebanyak 11 orang (44%), hangat sebanyak 6 orang (24%), dan panas sebanyak 8 orang (32%). Perhatikan Gambar 25. Dingin 0% Panas 32%
Sangat dingin 0% Sejuk 44%
Hangat 24%
Gambar 25. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Suhu Udara Faktor iklim yang lain (penerimaan sinar matahari, kecepatan angin, dan kelembaban udara) juga berbeda-beda dirasakan pengunjung yang berada di kawasan. Penerimaan sinar matahari yang dirasakan pengunjung dengan karateristik: tidak ada, sedikit, sedang, terik, dan sangat terik yaitu 0%, 4%, 44%, 48%, dan 4% (Gambar 26). Kecepatan angin yang dirasakan dominan menjawab angin yang bertiup sepoi-sepoi (68%). Responden lain mengatakan angin yang bertiup kurang (28%) dan ada yang mengatakan tidak ada angin sama sekali (4%). Perhatikan Gambar 27. Sedangkan kelembaban udara di lokasi studi yang dirasakan pengunjung dominan mengatakan sedang (48%). Responden yang lain mengatakan sangat lembab, lembab, dan kering sebesar 12%, 12%, dan 28% (Gambar 28). Sangat terik 4%
Tidak ada 0%
Terik 48%
Sedikit 4%
Sedang 44%
Gambar 26. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Penerimaan Sinar Matahari
57
Bertiup kencang 0%
Tidak Sangat ada kencang 4% 0% Kurang 28% Sepoisepoi 68%
Gambar 27. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Angin Sangat kering 0%
Sangat lembab 12%
Kering 28%
Lembab 12%
Sedang 48%
Gambar 28. Persepsi Termal Pengunjung Berdasarkan Faktor Kelembaban Udara
5.2. Evaluasi 5.2.1. Evaluasi Fisik Lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) di Jalan Siliwangi ini, jika ditinjau dari segi fisik sudah terlihat cukup baik secara visual. Namun, jika dilihat sebagai area rekreasi yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat menjadi habitat burung khususnya, ketiga lokasi studi ini setidaknya memenuhi beberapa kualitas standar. Berikut hasil penilaian yang telah dilakukan terhadap evaluasi fisik ketiga lokasi studi. 5.2.1.1. Jalur Pedestrian Jika ditinjau secara fisik, hasil KPI adalah 0,63 yang berarti bahwa jalur pedestrian sesuai sebagai area rekreasi yang memberikan habitat satwa khususnya burung. Hasil 0,63 ini adalah nilai minimum dari kriteria standar sesuai, sehingga terdapat banyak perbaikan-perbaikan agar dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung di jalur sirkulasi ini. Jika di jalur pedestrian ini memberikan
58
kenyamanan bagi burung, maka juga akan memberikan kenyamanan bagi manusia. Hal ini dikarenakan burung merupakan indikator lingkungan yang dapat menilai suatu area terjadi pencemaran atau tidak. Berikut detail penilaian yang disajikan pada tabel 15. Tabel 15. Evaluasi Fisik Jalur Pedestrian Lokasi
Indikator
Jalur Pedestrian
Aktifitas
Kualitas Standar
1
Penilaian 2 3 4
Sesuai dengan daya √ dukung tapak Memberikan fasilitas √ sesuai dengan fungsi tapak Keamanan Jalur sirkulasi tidak √ tergenang air Ranting pohon tidak √ membahayakan Kondisi fisik Penekanan terhadap aspek √ area yang alami sesuai untuk Memberikan view yang habitat satwa √ menarik di dalam dan di luar area Keanekaragaman jenis √ tanaman tinggi Memiliki daya tarik √ Memiliki variasi bentuk dan kemiringan tapak yang √ alami Terdapat area ruang terbuka agar cahaya √ matahari masuk ke area Area seperti hutan kecil √ Terdapat batuan alami √ JUMLAH KPI*) Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4=sangat sesuai
Nilai Aktual
Nilai Standar
3
4
2
4
2
4
2
4
2
4
3
4
3
4
3
4
4
4
2
4
2 2 30 0,63
4 4 48
*) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Sumber: Bell (2008)
Pada jalur pedestrian terdapat rest area dan tempat sampah di beberapa titik, namun kurang terdapat pemeliharaan yang baik. Di beberapa bagian jalur terdapat jalur yang longsor dan berlumut sehingga licin. Terdapat juga genangan air dan sampah dedaunan. Hal ini kurang memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki bahkan dapat membahayakan mereka (nilai aktual=2). Selain itu, jalur
59
pedestriann kurang sesuai digunnakan padaa malam hari. h Pihak pengelola tidak memberikkan fasilitas lampu tamaan sebagai sumber s pennerangan padda malam hari. h Jallur pedestriaan ini mem miliki topogrrafi yang beergelombanng dengan variasi v bentuk lahhan yang memiliki m dayya tarik (niilai aktual=4). Jalur peedestrian in ni juga memiliki keanekaraagaman jennis pohon sangat bervariasi b ((nilai aktu ual=3). mikat beberrapa jenis burung. Naamun, Keanekaraagaman tannaman ini dapat mem pohon-pohhon pada jalur j pedesstrian ini ditaman d terllalu rapat sehingga kurang k memberikkan kenyam manan secarra termal bagi b manussia dan jugga mengahalangi pandangann pengunjunng ke area ini. i Lebar dari d jalur peedestrian inii ± 120 cm. Jalur ini memeenuhi standdar untuk 2 orang. Penggunaan material ttaman hard dscape senada denngan jenis tanaman t yaang digunak kan (softscappe). Kedua material terrsebut menyatu dan d membeerikan kesann alami. Teerdapat jugaa hardscapee yang berb bentuk patung kuucing dan beerfungsi sebbagai focal point p namunn kurang m memberikan kesan alami dan tidak membberikan cirrri khas padaa jalur pedesstrian (Gam mbar 29).
G Gambar 29. Hardscapee di Jalur Peedestrian Sumber: Hasil H Survei Lapang, L April 2010
5.2.1.2. Danau D Terattai Paada Danau Teratai T lebihh banyak diikunjungi peengunjung. Danau ini cukup menarik perhatian p kaarena memiiliki nilai esstetika yangg tinggi. Jikka ditinjau secara s fisik, hasil KPI adalah 0,63 sam ma dengan perolehan p n nilai KPI dii jalur pedestrian. Secara vissual, danau ini membeerikan view yang sangaat indah baaik itu dari danau sendiri maaupun view ke luar dannau. Namun n, terdapat kualitas k staandar yang belum b
60
dipenuhi untuk memberikan kenyamanan bagi habitat burung. Perhatikan tabel berikut ini. Tabel 16. Evaluasi Fisik Danau Teratai Lokasi
Indikator
Danau Teratai
Aktifitas
Kualitas Standar
Penilaian 1 2 3 4
Sesuai dengan daya √ dukung tapak Memberikan fasilitas √ sesuai dengan fungsi tapak Keamanan Jalur sirkulasi tidak √ tergenang air Ranting pohon tidak √ membahayakan Kondisi fisik Penekanan terhadap aspek √ area yang alami sesuai untuk Memberikan view yang habitat satwa menarik di dalam dan di √ luar area Keanekaragaman jenis √ tanaman tinggi Memiliki daya tarik √ Memiliki variasi bentuk dan kemiringan tapak yang √ alami Terdapat area ruang √ terbuka agar cahaya matahari masuk ke area Area seperti hutan kecil √ Terdapat batuan alami √ JUMLAH KPI*) Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4= sangat sesuai
Nilai Aktual
Nilai Standar
3
4
2
4
3
4
2
4
3
4
4
4
3
4
3
4
1
4
3
4
1 2
4 4 48
0,63
*) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Sumber: Bell (2008)
Sirkulasi pada Danau Teratai merupakan lanjutan sirkulasi pada jalur pedestrian. Kemiringan sirkulasi 0-3% yang berarti relatif datar (nilai aktual=1). Pada daerah danau merupakan daerah terbuka yang memberikan efek kesegaran karena adanya air (nilai aktual=4). Penekanan aspek alami pada area ini sudah terlihat namun kurang disukai burung karena area terbuka lebih dominan. Sama halnya pada jalur pedestrian, pada Danau Teratai juga memiliki material taman
61
hardscape yang senada dengan jenis tanaman yang digunakan (softscape) sehingga memberikan kesan alami. 5.2.1.3. Riverscape Secara fisik, riverscape ini tidak terawat dan kurang pengelolaan. Kesan alami yang terlihat pada riverscape ini menjadikan main site utama bagi pihak Pengelola Sentul City untuk turut membiarkan tempat ini berkembang secara alami tanpa pemeliharaan dan pengelolaan. Namun, jika ditinjau dari segi area rekreasi yang ekologis dalam memberikan habitat burung, area riverscape ini memberikan nilai KPI yang lebih tinggi di antara kedua lokasi penelitian lainnya yakni 0,75. Secara detail dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Evaluasi Fisik Riverscape Lokasi
Indikator
Kualitas Standar
1
Penilaian 2 3 4
Sesuai dengan daya √ dukung tapak Memberikan fasilitas √ sesuai dengan fungsi tapak Keamanan Jalur sirkulasi tidak √ tergenang air Ranting pohon tidak √ membahayakan Kondisi fisik Penekanan terhadap aspek area yang alami sesuai untuk Memberikan view yang habitat satwa √ menarik di dalam dan di luar area Keanekaragaman jenis tanaman tinggi Memiliki daya tarik √ Memiliki variasi bentuk dan kemiringan tapak yang alami Terdapat area ruang √ terbuka agar cahaya matahari masuk ke area Area seperti hutan kecil Terdapat batuan alami JUMLAH KPI*) Keterangan: 1= tidak sesuai; 2= kurang sesuai; 3= sesuai; 4= sangat sesuai
Riverscape
Aktifitas
*) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00 Sumber: Bell (2008)
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
√
√
√
√ √
Nilai Aktual
Nilai Standar
3
4
1
4
1
4
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4 4 36 0,75
4 4 48
62
Riverscape ini seharusnya dapat dijadikan sarana rekreasi seperti bird watching. Hutan kecil sebagai barrier (tanaman pembatas) di salah satu sisi jalur berpotensi untuk menarik perhatian beberapa jenis burung (nilai aktual=4). Namun, pihak pengelola Sentul City kurang memperhatikan pengelolaan lebih lanjut terhadap riverscape ini. Aksesibilitas kurang baik, sirkulasi yang belum ditata baik, dan fasilitas-fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi pengujung juga belum terlihat baik (nilai aktual=1). Riverscape ini juga tidak menarik para pengunjung dikarenakan kurang memberikan penekanan (emphasis) yang dapat memikat pengunjung. Lokasinya yang tertutup oleh deretan pohon sengon menjadikan area ini semakin tidak diperhatikan. 5.2.2. Evaluasi Kenyamanan Dari hasil analisis, diperoleh nilai Temperature Humidity Index (THI) lebih besar dari 27, kecuali pada riverscape di bawah naungan pohon (Tabel 18). Hal ini berarti, di lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) baik di bawah naungan pohon atau pun tanpa naungan pohon kurang memberikan kenyamanan termal bagi manusia. Tabel 18. Hasil Penilaian THI No 1
2
3
Lokasi
Kondisi
Nilai THI
Keterangan
Jalur Pedestrian
Di bawah naungan pohon
29,09
Tidak Nyaman
Tanpa naungan pohon
32,00
Tidak Nyaman
Di bawah naungan pohon
29,09
Tidak Nyaman
Tanpa naungan pohon
29,83
Tidak Nyaman
Di bawah naungan pohon
26,45
Nyaman
Tanpa naungan pohon
30,75
Tidak Nyaman
Danau Teratai
Riverscape
Pada ketiga lokasi studi, nilai THI tanpa naungan pohon lebih besar dibandingkan di bawah naungan pohon. Nilai THI maksimum secara berurutan terjadi pada jalur pedestrian, riverscape, dan Danau Teratai tanpa naungan pohon sebesar 32,00; 30,75; dan 29,83. Hal ini dipengaruhi oleh penerimaan sinar matahari tanpa naungan pohon lebih besar dibandingkan di bawah naungan pohon.
63
Selain itu, pengukuran suhu tanpa naungan pohon dilakukan di atas perkerasan. Perkerasan berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya suhu udara. Permukaan alami secara nyata menentukan seberapa besar radiasi diserap dan dipantulkan, yang juga menentukan besarnya suhu udara di atasnya. Semakin besar radiasi yang diserap permukaan, maka semakin tinggi suhu udara di sekitarnya. Oleh karena itu, pada area perkerasan memantulkan lebih sedikit dan menyerap lebih banyak radiasi sehingga kondisi udara di atas perkerasan lebih kering. Tingginya aktivitas yang dilakukan di lokasi tanpa naungan pohon juga mempengaruhi tingginya nilai THI. Pada jalur pedestrian dan riverscape, nilai THI lebih besar dibandingkan pada Danau Teratai. Pengambilan suhu di kedua lokasi tersebut dilakukan di Jalan Siliwangi. Aktivitas seperti jumlah kenderaan yang lalu lalang di Jalan Siliwangi memberikan dampak yang besar terhadap kenaikan suhu di kedua lokasi tersebut. Pada Danau Teratai tanpa naungan pohon memiliki nilai THI tidak sebesar kedua lokasi studi lainnya (< 30). Hal ini disebabkan oleh pengaruh air pada danau namun tidak terlalu signifikan. Air merupakan elemen softscape yang dapat memberikan kesegaran dan ketenangan. Air juga mampu berpartisipasi dalam mengurangi radiasi matahari. Air dapat memantulkan radiasi dengan baik. Radiasi matahari juga cukup baik menyinari area ini. Sedangkan nilai THI minimum yaitu 26,45 pada riverscape di bawah naungan pohon. Nilai ini termasuk ke dalam kategori nyaman (≤ 27). Sama halnya pada Danau Teratai, elemen air memberikan pengaruh yang cukup besar di lokasi ini. Kemampuan tanaman dalam memberikan keteduhan, mengurangi suhu, dan radiasi matahari dalam percabangannya, serta membantu dalam mengalirkan angin juga memberikan pengaruh yang cukup besar dalam memberikan kenyamanan di area ini. Angin bergerak secara bebas tanpa halangan keluar masuk dari rivescape ini. Pada jalur pedestrian di bawah naungan memberikan rasa tidak nyaman dengan nilai THI sebesar 29,09. Hal ini dikarenakan jarak tanam antar pohon terlalu rapat dan dilakukan pada sisi kanan dan kiri jalur. Tajuk pohon ke dua sisi terlalu bersinggungan sehingga mengurangi jumlah angin yang masuk. Angin yang berada di Sentul City pada umumnya bergerak mengarah ke arah barat dengan
64
kecepatan 2,6 knot (mil/jam). Kecepatan angin ini cukup memberikan kenyamanan bagi manusia karena akan terasa di wajah dan di rambut, namun terhalang dengan pohon-pohon dengan jarak tanam rapat, ditambah lagi pengabungan pohon dengan semak dengan berbagai ketinggian. Akibatnya angin tidak dapat masuk ke arah jalur pedestrian. Pembentukan dua kanopi yang saling bersinggungan ini memiliki jarak yang juga terlalu rapat. Lebar jalur pedestrian 120 cm kurang sesuai diterapkan penanaman dengan menggabungkan dua kanopi pohon. Akibatnya bayangan yang ditimbulkan dari pohon tidak terlihat nyata. Pada Danau Teratai, nilai THI di bawah naungan pohon dan tanpa naungan pohon perbedaannya tidak telalu signifikan yaitu 0,74. Penerimaan sinar matahari kedua tempat ini hampir sama. Pengaruh tanaman dalam memberikan naungan tidak terlalu besar. Pohon peneduh yang diharapkan dapat dijadikan sebagai penaung yang memberikan kenyamanan kurang berfungsi optimal. Pemilihan jenis pohon di Danau Teratai yaitu dominan pohon-pohon yang memiliki nilai estetika yang tinggi dan sedikit naungan. Perubahan nilai THI ketiga lokasi studi untuk lebih jelasnya diperlihatkan dalam gambar 30 berikut ini. 32 31 30
Nilai THI
29 28 27 26 25 24 23 22 21 a
b
c
a. jalur pedestrian; b. Danau Teratai; c. rivescape Di Bawah Naungan
Tanpa Naungan
Batas nyaman (21-27)
Gambar 30. Grafik Hasil Pengukuran THI
65
Dilihat dari segi tanaman, kenyamanan termal tergantung kepada jenis pohon yang digunakan. Karakteristik pohon yang baik digunakan dalam memberikan kenyamanan termal dapat dilihat dari 5 parameter; seperti dari tajuknya, kerapatan daun, cabang, daun, dan tingginya. Tajuk pohon sebaiknya lebar, dalam hal ini dapat memberikan naungan yang diiringi dengan kerapatan daun yang tinggi. Jenis daun yang baik dalam memberikan naungan adalah daun yang tidak memiliki masa gugur daun. Semakin banyak daun dengan percabangan yang menyebar, maka semakin baik dalam memberikan naungan. Daun juga sebaiknya memiliki tekstur halus dan ringan agar angin dapat mengalir secara bebas. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel hasil evaluasi karakteristik tanaman dalam memberikan kenyamanan berikut ini.
66
Tabel 19. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) untuk Kenyamanan Nama Latin Tanaman
No
Karakteristik Tanaman untuk Kenyamanan K1
K2
K3
K4
K5
Nilai Aktual
Nilai Standar
KPI*)
Keterangan
1
Acacia mangium
2
3
3
3
2
13
20
0,65
Sesuai
2
Araucaria heterophylla
3
3
3
1
1
11
20
0,55
Kurang Sesuai
3
Areca catechu
2
2
1
1
1
7
20
0,35
Tidak Sesuai
4
Artocarpus communis
3
2
2
2
2
11
20
0,55
Kurang Sesuai
5
Averrhoa bilimbi
3
4
3
4
4
18
20
0,90
Sangat Sesuai
6
Bauhinia blakeana
4
3
3
3
3
16
20
0,80
Sesuai
7
Bismarckia nobilis
2
1
1
1
3
8
20
0,40
Tidak Sesuai
8
Caryota mitis
1
1
1
1
3
7
20
0,35
Tidak Sesuai
9
Cerbera manghas
4
4
3
3
4
18
20
0,90
Sangat Sesuai
10
Cocos nucifera
3
2
1
1
1
8
20
0,40
Tidak Sesuai
11
Elais guinensis
3
2
1
1
3
10
20
0,50
Kurang Sesuai
12
Erythrina cristagali
4
2
3
3
3
15
20
0,75
Sesuai
13
Ficus benjamina
3
4
3
4
3
17
20
0,85
Sangat Sesuai
14
Gmelina arborea
3
3
3
2
2
13
20
0,65
Sesuai
15
Manilkara kauki
3
4
3
4
4
18
20
0,90
Sangat Sesuai
16
Munthingia calabura
4
4
3
4
3
18
20
0,90
Sangat Sesuai
17
Paraserianthes falcataria
4
4
3
4
2
17
20
0,85
Sangat Sesuai
18
Phonix reobelenii
2
2
1
1
3
9
20
0,45
Kurang Sesuai
19
Phyllostachys sulphrurea
1
3
1
3
3
11
20
0,55
Kurang Sesuai
20
Pinus merkusii
4
3
3
3
3
16
20
0,80
Sesuai
21
Plumeria rubra
3
1
3
1
3
11
20
0,55
Kurang Sesuai
22
Pterocarpus indicus
4
4
3
3
2
16
20
0,80
Sesuai
23
Ptychosperma macarthurii
1
2
1
2
3
9
20
0,45
Kurang Sesuai
24
Ravenala madagascariensis
1
1
2
2
3
9
20
0,45
Kurang Sesuai
25
Roystonea regia
2
2
1
2
2
9
20
0,45
Kurang Sesuai
26
Samanea saman
4
3
3
4
2
16
20
0,80
Sesuai
27
Schefflera actinophylla
3
2
3
2
4
14
20
0,70
Sesuai
28
Spathodea campanulata
4
3
3
3
2
15
20
0,75
Sesuai
Keterangan : 0-1= Tidak Sesuai; 2= Kurang Sesuai; 3= Sesuai; 4= Sangat Sesuai K1= Diameter tajuk pohon lebar (spreading, globular, dome, irregular) K2= Kerapatan daun tinggi K3= Percabangan menyebar ke seluruh arah dan berada 5 meter di atas tanah K4= Tekstur daun halus dan ringan K5= Tinggi tanaman sedang (< 15 meter)
*) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Sumber: Grey dan Deneke (1978), Simonds (1983), Suryowinoto (1995), dan Vitasari (2004)
67
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEGENDA TIDAK SESUAI
JUDUL PENELITIAN KURANG SESUAI
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN REKREASI SENTUL CITY
SESUAI SANGAT SESUAI
JUDUL GAMBAR
KESESUAIAN POHON UNTUK KENYAMANAN DOSEN PEMBIMBING
DIBUAT OLEH
Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN,
NUR AZMI
TANGGAL PENGESAHAN: ORIENTASI
U
PARAF NO. GAMBAR
SKALA 0
40
160 meter 120 10.000 m
31
68
Dari hasil evalusi diatas dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu jenis pohon yang digunakan pada ketiga lokasi studi dominan sudah sangat sesuai dengan fungsi ekologisnya dalam memberikan kenyamanan termal. Terdapat 6 jenis pohon yang sangat sesuai yaitu belimbing wuluh, bintaro, sawo kecik, ceri dengan nilai KPI=0,90 serta beringin dan sengon dengan nilai KPI=0,85. Pohon yang tidak sesuai dalam memberikan kenyamanan termal terdapat 4 jenis pohon yaitu pinang, palm ekor ikan, bismark, dan kelapa. Sedangkan jenis pohon yang kurang sesuai sama dengan jenis pohon yang sesuai dalam memberikan kenyamanan yaitu 9 jenis pohon. Jumlah pohon juga mempengaruhi kenyamanan termal yang diperoleh. Semakin banyak pohon yang sesuai, maka semakin besar dalam memberikan kenyamanan termal. Tanaman yang kurang sesuai dalam memberikan kenyamanan termal dapat menjadi sesuai jika ditaman secara massal atau kontinyu. Tanaman yang ditanam secara kontinyu akan memberikan naungan. Berikut tabel luas area tanaman yang tidak sesuai, kurang sesuai, sesuai, dan sangat sesuai dalam memberikan kenyamanan termal dari hasil GIS. Tabel 20. Luas RTH dalam Memberikan Kenyamanan No
Kriteria
1 2 3 4
Tidak sesuai Kurang sesuai Sesuai Sangat sesuai TOTAL
Luas Efektif (m2)
Proporsi Luas (%)
217 m2 1.572 m2 16.282 m2 7.793 m2 25.864 m2
1% 6% 63 % 30 % 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dominan pohon yang digunakan di ketiga lokasi studi sesuai untuk fungsi kenyamanan yaitu dengan luas RTH sebesar 16.282 m2 atau 63%. Pohon yang sesuai ini menyebar di ketiga lokasi dan dominan terlihat pada riverscape (Gambar 31). Pohon yang kurang sesuai tidak terlalu menonjol sebesar 6% dengan luas 1.572 m2, namun terlihat pada gambar ditanam secara kontinyu atau berdekatan. Sedangkan pohon yang tidak sesuai hanya sebesar 1% dengan luas RTH 217 m2. Pohon yang tidak sesuai ini tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan dalam menurunkan suhu udara sekitar karena jumlahnya yang sedikit.
69
5.2.3. Evaluasi Pohon sebagai Habitat Burung Jenis pohon yang berada di tiga lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristikkarakteristik tanaman tersebut mungkin disukai oleh jenis burung tertentu. Berdasarkan hasil evaluasi fungsi ekologis tanaman sebagai habitat burung diperoleh suatu kesimpulan bahwa jenis pohon yang digunakan di ketiga lokasi studi (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) sesuai untuk habitat burung yaitu sebesar 61%, bahkan terdapat jenis tanaman yang harus tetap dipertahankan karena fungsinya dalam menjaga kelangsungan hidup burung sangat besar. Jenis tanaman yang sangat sesuai untuk habitat burung adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), pohon kupu-kupu (Bauhinia blakeana), dadap merah (Erythrina cristagali), beringin (Ficus benjamina), sawo kecik (Manilkara kauki), ceri (Munthingia calabura), sengon (Paraserianthes falcataria), dan kecrutan (Spathodea campanulata). Jenis pohon tersebut terletak dominan pada daerah riverscape. Pihak Pengelola Sentul City sengaja memilih jenis tanaman yang sesuai untuk habitat burung di area riverscape ini. Kawasan ini juga dibiarkan tumbuh secara alami untuk menarik perhatian dan memberi kenyamanan pada burung. Terdapat 4 jenis tanaman yang tidak sesuai dalam memberikan habitat burung yaitu palm bismark, phonix, bambu kuning, dan pisang kipas. Namun, keempat jenis tanaman ini tidak terlalu signifikan pengaruhnya. Palm bismark, phonix, dan bambu kuning masing-masing berjumlah 2 pohon dan berada di Danau Teratai. Sedangkan pisang kipas merupakan tanaman yang sangat eksotik dan memiliki nilai estetika yang tinggi dijumpai di jalur pedestrian sebanyak 5 pohon. Untuk lebih jelas perhatikan tabel hasil evaluasi karakteristik pohon yang sesuai atau tidak sesuai sebagai habitat burung berikut ini.
70
Tabel 21. Hasil Evaluasi Fungsi Ekologis Tanaman (Persatuan Pohon) sebagai Habitat Burung No
Nama Tanaman
Karakteristik Tanaman yang Disukai Burung
Nilai Aktual
Nilai Standar
KPI*)
Keterangan
K1
K2
K3
K4
Acacia mangium
3
3
3
3
12
16
0,75
Sesuai
2
Araucaria heterophylla
1
2
3
3
9
16
0,56
Kurang Sesuai
3
Areca catechu
1
4
1
4
10
16
0,63
Sesuai
4
Artocarpus communis
2
2
2
4
10
16
0,63
Sesuai
5
Averrhoa bilimbi
4
3
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
6
Bauhinia blakeana
3
4
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
7
Bismarckia nobilis
1
1
1
3
6
16
0,38
Tidak Sesuai
8
Caryota mitis
1
3
2
4
10
16
0,63
Sesuai
9
Cerbera manghas
3
3
3
3
12
16
0,75
Sesuai
10
Cocos nucifera
1
3
1
3
8
16
0,50
Kurang Sesuai
11
Elais guinensis
1
3
1
3
8
16
0,50
Kurang Sesuai
12
Erythrina cristagali
3
4
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
13
Ficus benjamina
4
3
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
14
Gmelina arborea
2
2
3
3
10
16
0,63
Sesuai
15
Manilkara kauki
4
3
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
16
Munthingia calabura
4
3
3
4
14
16
0,88
Sangat Sesuai
17
Paraserianthes falcataria
4
3
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
18
Phonix reobelenii
1
2
1
3
7
16
0,44
Tidak Sesuai
19
Phyllostachys sulphrurea
3
2
1
1
7
16
0,44
Tidak Sesuai
20
Pinus merkusii
3
3
3
3
12
16
0,75
Sesuai
21
Plumeria rubra
1
3
2
2
8
16
0,50
Kurang Sesuai
22
Pterocarpus indicus
3
3
3
3
12
16
0,75
Sesuai
23
Ptychosperma macarthurii
2
3
1
3
9
16
0,56
Kurang Sesuai
24
Ravenala madagascariensis
1
1
1
2
5
16
0,31
Tidak Sesuai
25
Roystonea regia
2
2
1
3
8
16
0,50
Kurang Sesuai
26
Samanea saman
4
2
3
3
12
16
0,75
Sesuai
27 28
Schefflera actinophylla Spathodea campanulata
2
2
3
1
8
16
0,50
Kurang Sesuai
3
4
3
3
13
16
0,81
Sangat Sesuai
1
Keterangan : 0-1= Tidak Sesuai; 2= Kurang Sesuai; 3= Sesuai; 4= Sangat Sesuai K1= Bertektur daun halus K2= Bunga menarik K3= Percabangan kontinyu K4= Berbuah dan berbiji
*) KPI = Key Performance Indicator 0,25 - 0,44 0,45 - 0,62 0,63 - 0,80 0,81 - 1,00
= Tidak sesuai dengan standar = Kurang sesuai dengan standar = Sesuai dengan standar = Sangat sesuai dengan standar
Sumber: Dahlan (1992), Pakpahan (1998), Mukhtar dan Elvizar (1986)
71
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEGENDA
TIDAK SESUAI KURANG SESUAI
JUDUL PENELITIAN
EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS RTH DI KAWASAN REKREASI SENTUL CITY
SESUAI SANGAT SESUAI
JUDUL GAMBAR
KESESUAIAN POHON UNTUK HABITAT BURUNG DOSEN PEMBIMBING
DIBUAT OLEH
Dr. Ir. ALINDA F. M. ZAIN, M.Si
NUR AZMI
TANGGAL PENGESAHAN: ORIENTASI
U
PARAF NO. GAMBAR
SKALA 0
40
120
160 meter 10.000 m
32
72
Dari gambar 32 di atas, diperoleh luasan kriteria pohon yang tidak sesuai, kurang sesuai, sesuai, dan sangat sesuai untuk habitat burung dengan sistem GIS. Berikut tabel luasan areanya. Tabel 22. Luas RTH dalam Memberikan Habitat Satwa No
Kriteria
1 2 3 4
Tidak sesuai Kurang sesuai Sesuai Sangat sesuai TOTAL
Luas Efektif (Ha)
Proporsi Luas (%)
171 m2 1.571 m2 8.765 m2 15.357 m2 25.864 m2
1% 6% 34 % 59 % 100 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dominan pohon yang digunakan di ketiga lokasi studi dapat memberikan ruang hidup bagi burung yakni sebesar 59% dengan luas RTH 15.357 m2. Pohon-pohon ini harus tetap dipertahankan melihat fungsinya yang cukup besar dalam memberikan habitat bagi burung. Dari gambar 32 terlihat pohon yang sangat sesuai ditaman secara massal, sehingga dapat menambah kenyamanan bagi burung, terutama pada area riverscape. Jika keanekaragaman burung meningkat pada lokasi studi ini, maka juga akan menambah kenyamanan bagi manusia secara termal. 5.2.4. Evaluasi Pengunjung dan Aktivitasnya Pengunjung yang datang ke lokasi studi sangat sedikit. Jumlah pengunjung yang menjadi responden dalam pengisian kuisioner adalah sebanyak 25 orang. Hal ini dikarenakan ketiga lokasi studi kurang menarik perhatian pengunjung. Sarana dan prasana pendukung sebagai area rekreasi belum cukup memadai. Suatu area rekreasi dikatakan berkualitas jika area tersebut mampu mengundang banyak pengunjung dari semua golongan umur. Sedangkan di lokasi studi dominan pengunjung yang datang adalah remaja beranjak dewasa sekitar berumur 15-25 tahun. Tidak terlihat anak-anak di sekitar lokasi studi dikarenakan kurangnya fasilitas bermain yang disukai anak-anak pada lokasi studi. Pada pedestrian, pengunjung dominan melakukan aktivitas aktif yaitu jogging. Sedangkan pada Danau Teratai pengunjung hanya sekedar bersantai, memancing, dan duduk-duduk (aktivitas pasif). Aktivitas yang dilakukan pengunjung sudah sesuai dengan fungsi area dan elemen yang disediakan. Namun,
73
pada Danau Teratai seharusnya dapat dimanfaatkan untuk menarik lebih banyak lagi pengunjung. Danau yang estetik dapat dijadikan sarana wisata tetapi wisata dengan kapasitas pengunjung yang tidak terlalu banyak. Luas danau (2,06 Ha) kurang mampu menampung pengunjung yang terlalu banyak dan sudah sesuai dengan fungsinya sebagai daerah tampungan air. Area danau memiliki topografi yang paling landai di antara dua lokasi lainnya. Kemiringan area ini juga relatif datar. Dengan kondisi fisik seperti ini, sehingga Danau Teratai dijadikan sebagai daerah buangan dan tampungan air. Sedangkan pada riverscape kurang dimanfaatkan masyarakat karena lokasinya yang kurang menarik dan tidak terlihat. Penilaian kuisioner tentang persepsi pengunjung terhadap pengaruh pohon dalam memberikan kenyamanan termal dapat dilihat dari beberapa faktor iklim. Faktor-faktor tersebut yaitu: suhu udara, penerimaan sinar matahari, angin, dan kelembaban udara. Setiap orang merasakan hal yang berbeda-beda dalam menilai kenyamanan. Adanya pohon yang dapat mengurangi iklim mikro memberikan pengaruh persepsi seseorang terhadap kenyamanan. Lokasi studi memiliki keanekaragaman tanaman yang cukup tinggi khususnya pohon peneduh. Pengunjung juga dominan mengatakan pohon yang berada di lokasi studi memiliki pengaruh yang besar dalam memberikan kenyamanan termal. Hasil penilaian terhadap faktor-faktor kenyamanan termal dapat dilihat pada gambar
12
14
10
12
Jumlah responden
Jumlah responden
berikut ini.
8 6 4 2 0
10 8 6 4 2 0
Sangat dingin
Dingin
(a)
Sejuk
Hangat
Panas
Tidak ada
Sedikit Sedang
Terik
(b)
Gambar 33. Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Suhu Udara (a) dan Penerimaan Sinar Matahari (b)
Sangat terik
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
14 Jumlah responden
Jumlah responden
74
12 10 8 6 4 2 0
Tidak ada
Kurang
Sepoi Bertiup Sgt. sepoi kencang kencang
Sangat Lembab Sedang Kering lembab
Sangat kering
(b)
(a)
Gambar 34. Grafik Persepsi Pengunjung Terhadap Angin (a) dan Kelembaban Udara (b) Dari gambar 33 dan 34 di atas, dominan pengunjung pada saat melakukan wawancara menyatakan bahwa di lokasi studi memiliki suhu udara sejuk, penerimaan sinar matahari terik, angin bertiup sepoi-sepoi dan kelembaban udara sedang. Hasil ini memberi kesimpulan bahwa di lokasi studi memberikan kenyamanan termal bagi pengunjung yang menjadi responden. Persepsi merupakan suatu gambaran, pengertian serta interpretasi seseorang
mengenai
suatu
objek,
terutama
bagaimana
orang
tersebut
menghubungkan suatu informasi dengan dirinya dan lingkungan dimana ia berada. Menurut Grilick dalam Abadi (2003), semakin tinggi pendidikan seseorang maka persepsinya terhadap suatu objek akan semakin baik. Persepsi juga tergantung pada usia dan latar belakang budaya serta suasana pikirannya pada saat itu. Responden dominan berasal dari status pendidikan sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 64% yaitu sebanyak 17 orang. Jenjang pendidikan ini kurang dapat mewakili keabsahan data yang diperoleh dalam menilai persepsi pengunjung terhadap kenyamanan termal yang dirasakan di ketiga lokasi studi. Namun demikian, hasil kuisioner ini tetap digunakan sebagai perbandingan data dengan pengukuran nilai kenyamanan atau THI yang lebih valid. Pada hasil kuisioner juga terdapat hasil yang mengatakan bahwa di lokasi studi memiliki suhu udara panas, penerimaan sinar matahari sedang, angin yang bertiup kurang terasa dan kelembaban udara kering.
75
5.3. Rekomendasi 5.3.1. Rekomendasi Fisik Ketiga lokasi penelitian (jalur pedestrian, Danau Teratai, dan riverscape) memiliki potensi sebagai area rekreasi khususnya pada Danau Teratai dan riverscape. Kedua area ini memiliki view yang indah. Namun, secara fisik perlu perbaikan lagi. 5.3.1.1. Jalur Pedestrian Jika area ini tetap dipertahankan sebagai jalur pedestrian, pihak Pengelola Sentul City harus memperhatikan lima aspek berikut ini. 1. Memperhatikan ukuran ideal lebar jalur pedestrian yaitu minimal 120 cm dan sebaiknya 180 cm. Lebar ini sudah sesuai untuk 2 orang yang saling bersisian. 2. Memberikan keindahan, keamanan, dan kenyamanan dari segi desain. Jalur pedestrian tidak membahayakan penggunanya, misalnya tidak licin, permukaan jalur tidak membuat pengguna terjatuh, dan terdapat lampu taman yang menerangi jalur pedestrian pada malam hari. 3. Memberikan akses yang mudah. Jalur pedestrian harus memiliki jalur masuk yang cukup, minimal terdapat jalur masuk dan keluar. 4. Adanya pepohonan yang dapat memberikan naungan. 5. Pemeliharaan jalur pedestrian dilakukan secara intensif agar tetap dapat berfungsi secara optimal untuk jangka pendek dan jangka panjang. Semua aspek di atas sudah cukup diperhatikan oleh pihak pengelola Sentul City, tetapi harus lebih memperhatikan aspek yang kedua. Dari segi desain, jalur pedestrian belum memberikan rasa aman dan nyaman. Sedangkan aspek yang ketiga yaitu adanya pohon penanung juga sudah dilakukan, tetapi secara termal tidak memberikan kenyamanan bagi pengguna. Hal ini dikarenakan secara fisik jarak tanam antar pohon terlalu rapat dan ditanam secara acak dan tidak teratur. Vegetasi terdiri dari berbagai strata dan daun-daun antar pohon terlalu bersinggungan yang terletak di sisi kanan dan kiri jalur. Akibatnya, angin terhalang masuk ke dalam jalur pedestrian. Jarak tanam antar pohon yang baik
76
dalam arti tidak mennghalangi angin a yang masuk adalah minim mal selabar tajuk pohon
y yang
bersinnggungan.
Pihak
Pengelola P
Sentul
Ciity
juga
harus
memperkiirakan lebarr tajuk optiimal pohon n jika tetap menginginnkan penan naman dengan peenggabungaan dua kanoppi pohon yaang kemudiaan disesuaikkan dengan lebar jalur pedeestrian. Jikaa lebar jaluur pedestrian sempit (hanya sessuai dua orrang), sebaiknyaa salah satu sisi tidak ditanam po ohon agar memberikan m n bayangan yang efektif. Peerhatikan gaambar beriku kut ini.
Gambar 35. Pergerak kan Aliran Angin A S Sumber: Micrroclimatic Lanndscape Desig gn’s Book (Brown dan Terrry, 1995)
(a)
(b))
P Pohon di Jaalur Pedestrrian Gambarr 36. Evaluaasi dan Rekkomendasi Penanaman (a. Konddisi Awal; b.. Rekomenddasi) Sumber: Time Saver Standards S for Landscape L Arrchitecture’s Book B (Harris ddan Dines, 199 95)
Jikka aspek yanng ketiga dapat terpenu uhi, juga akkan memberrikan penyinaran matahari yang cukkup ke daalam jalur. Sinar maatahari dappat mengu urangi kelembabaan di dalam m jalur yanng akan mengurangi tuumbuhnya llumut dan dapat
77
mengeringgkan air yanng tergenang pada jalurr pedestriann ini. Pihak ppengelola Sentul S City juga sebaiknya s m menambahk kan elemen-elemen harrdscape yanng lebih alam mi. Jallur pedestriaan ini memiiliki kondisi topografi yang y lebih ttinggi dari kedua k tempat laiinnya. Potennsi ini dapaat dijadikan sebagai areea untuk meengamati bu urung ke arah danau d dan riverscape. r wasan Khususnyaa pada riverrscape meruupakan kaw hutan keccil yang alami sehinggga dapat memikat m baanyak jeniss burung. Pihak P pengelola Sentul Citty dapat mengembang m gkan tempaat ini sebaggai area wiildlife mbahkan ban ngkuviewing (ddaerah obseervasi satwaa). Pihak peengelola daapat menam bangku taaman atau sebuah gaazebo kecil di suatu titik yang dapat mew wakili penglihataan ke arah area a yang memiliki m hab bitat burungg yang dom minan. Perhaatikan gambar beerikut ini.
(a)
(c)
(bb)
(d)
Gambaar 37. Rekom mendasi Beeberapa Titik Observasi Satwa dann Desain yan ng Efektiif (a. Di ujunng jalur sirkkulasi pada area tersem mbunyi; b. Pemberian P bbangku padaa titik tertentu; c. c Penambahhan dindingg kayu dengan sedikit luubang; d. Peemberian taangga untuk menciptaka m an ketinggiaan) Sumbeer: Design forr Outdoor Reccreation’s Boook (Bell, 2008)
78
5.3.1.2. Danau Terataai Secara fisik dan visual, Danau D Terattai ini lebih baik dari kedua lokasi studi lainnya. View yangg indah daari sekeliling kawasaan dan terrlihat juga dari keanekaraagaman hayati yang adaa. Danau memberikan m kesegaran, ketenangan n, dan kedamaiann. Namun, pemanfaattannya kuraang optimaal. Keanekaaragaman hayati h yang terdapat di areea ini relatiif tinggi naamun kuranng dapat m menarik perh hatian beberapa jenis buruung dan kurang k meemberi nauungan secaara termal bagi pengunjunng. Pihak pengelola p seebaiknya leebih mempeerhatikan ppenggunaan jenis tanaman pada area ini. Agarr tetap meenarik, pihak Pengeloola Sentul City man perdu, seemak, atau ground covver untuk m memberikan strata menambahhkan tanam tanaman secara verrtikal. Keannekaragamaan ini akann menarik perhatian baik manusia maupun m buruung dan sebbaiknya lebih memilih jenis tanam man yang diisukai burung. Pihak P pengeelola juga dapat d menaambahkan permainan p aair sederhaana di tengah-tenngah danauu, selain unntuk menin ngkatkan niilai estetikaa juga berffungsi untuk menningkatkan dinamika aiir sehingga produktivittas organism me yang hid dup di dalam dannau juga meeningkat. Peerhatikan gaambar berikkut ini.
(a)
(b)
Danau Terataai Gambar 38. Evaluuasi dan Reekomendasi Permainan Air pada D (a. Konddisi awal; b. Rekomenddasi) Sum mber: Dokumeentasi Pribadi
5.3.1.3. Riiverscape Paada riverscaape memiliki view yang y alami namun kuurang men ndapat pengelolaaan yang baik. Seharuusnya pihak k pengelola Sentul C City dapat lebih memanfaaatkan area ini i sebagai area rekreeasi “bird watching”. w K Keindahan yang alami ini memberikkan habitatt bagi satw wa khusussnya burunng. Untuk lebih
79
meningkattkan perhatian penguunjung ke area a ini, disarankan d pihak peng gelola Sentul City ty memperhhatikan aspek berikut in ni. 1. Konseep “natural”” pada areaa ini harus tetap t dipertaahankan unntuk membeerikan kesann yang lebihh alami untuuk masa yan ng akan dataang (Gambaar 39). 2. Adanyya jalur sirkkulasi bagi pengunjung g atau penggamat satwaa dengan ko onsep “naturral”, selain untuk mennyelaraskan n dengan koondisi alam riverscapee juga akan memberikaan kenyamaanan bagi pengunjungg dan satw wa yang diamati mbar 40). (Gam 3. Lebihh memperhhatikan peengelolaan (maintenannce) dalam m pemelih haraan supayya riverscap ape ini tetap terpelih hara sesuaii dengan hharapan ko ondisi riversscape pada masa m yang akan a datang g.
(b) (a)) Gambbar 39. Evalluasi dan Reekomendasii Riverscapee ( Kondisi awal; b. Ko (a. ondisi masa depan) Sumber: www w.google/walllpaper collectiion.com
(a)
( (b)
G Gambar 40. Evaluasi E dann Rekomen ndasi Sirkulaasi pada Rivverscape (a. Konddisi awal; b. Rekomenddasi) Sum mber: Dokumen ntasi pribadi
80
5.3.2. Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Pada umumnya, dominan pohon yang digunakan pada ketiga lokasi studi sudah sesuai dengan fungsi ekologis suatu area rekreasi yaitu dominan pohon peneduh untuk memberikan kenyamanan termal dan pohon yang memiliki karakteristik yang digemari beberapa jenis burung. Namun, untuk lebih meningkatkan nilai kedua ekologis tersebut perlu memperhatikan penataannya secara tepat. Rekomendasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan kedua fungsi ekologis yang diteliti disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 24. Rekomendasi Vegetasi Berdasarkan Fungsi Ekologisnya No Penilaian Rekomendasi 1 Sangat sesuai dan RTH di lokasi studi harus tetap dipertahankan melihat fungsinya yang cukup besar dalam memberikan naungan sesuai serta fungsi RTH dalam memberikan habitat bagi burung. Hanya saja pihak pengelola Sentul City harus lebih meningkatkan pengelolaannya agar lebih dapat memperoleh hasil yang optimal untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 2
Kurang sesuai
RTH lebih diperbanyak lagi dan ditanam secara massal. Jika tanaman yang ditanam secara massal walaupun kurang sesuai untuk ekoligisnya akan lebih memberikan manfaat yang lebih baik dalam memberikan kenyamanan maupun menambah relung hidup burung.
3
Tidak sesuai
Untuk pergantian tanaman selanjutnya sebaiknya menggunakan jenis tanaman yang dapat memberikan kenyamanan secara termal dan memberikan habitat burung dengan karakteristik tanaman yang sesuai dengan kedua fungsi ekologis tersebut. Secara termal, tanaman yang baik digunakan adalah jenis tanaman peneduh yang memiliki karakteristik diameter tajuk lebar, kerapatan daun tinggi, percabangan menyebar ke seluruh arah dan berada 5 meter di atas permukaan, tekstur daun halus dan ringan, serta tinggi tanaman sedang (< 15 meter). Sedangkan untuk habitat burung sebaiknya bertekstur daun halus, percabangan kontinyu, memiliki bunga menarik, berbuah dan berbiji. Sebagai area rekreasi harus menjadi area yang nyaman, aman, dan indah bagi manusia. Sehingga, untuk penanaman lebih lanjut sebaiknya menggunakan tanaman yang tidak beracun, tidak berbahaya, dan tidak mengundang banyak ulat karena dapat menimbulkan penyakit gatal.
81
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan Berdasarkan hasil studi , dapat diperoleh beberapa simpulan yaitu sebagai berikut. 1. Secara fisik, lokasi studi sudah sesuai sebagai area rekreasi yang memberikan kenyamanan dan sebagai habitat burung. Nilai KPI diperoleh pada Danau Teratai (0,63), jalur pedestrian (0,63), dan riverscape (0,75). Nilai KPI pada Danau Teratai dan jalur pedestrian merupakan nilai minimal dalam kategori sesuai, sehingga harus lebih memperhatikan area ini secara fisik untuk menciptakan area rekreasi yang ekologis. 2. Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di ketiga lokasi studi dominan berasal dari tanaman peneduh dan memiliki karakteristik yang digemari burung. 3. Evaluasi vegetasi dalam menentukan kesesuaian berdasarkan fungsi ekologisnya diperoleh kesimpulan yaitu dominan pohon yang digunakan di lokasi studi sudah sesuai dengan fungsi ekologis tanaman dalam memberikan kenyamanan (54%) dan sebagai habitat satwa (61%). Evaluasi kenyamanan juga dilakukan dengan pengukuran suhu di lapang dan kemudian menghitung index kenyamanan atau THI (Temperature Humidity Index) serta mengolah kuisioner tentang persepsi pengunjung terhadap pengaruh pohon dalam memberikan kenyamanan termal. Hasil THI menujukkan bahwa ketiga lokasi studi baik tanpa naungan pohon dan di bawah naungan pohon kecuali rivescape di bawah naungan pohon memberikan ketidaknyamanan secara termal (THI >27). Nilai THI pada rivescape di bawah naungan pohon adalah sebesar 26,45. 4. Rekomendasi terbagi dua yaitu rekomendasi fisik dan rekomendasi RTH. Rekomendasi fisik dibuat dikarenakan melihat kondisi fisik lokasi studi yang harus lebih diperhatikan pihak Pengelola Sentul City. Secara ekologis sudah sesuai namun kesalahan terletak pada fisiknya.
82
6.2 Saran Hasil studi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi berbagai pihak untuk lebih mementingkan fungsi ekologis tanaman yang digunakan dalam suatu area rekreasi. Secara spesifik, hasil studi ini diharapkan sebagai berikut. 1. Menjadi
masukan
bagi
pihak
pengelola
Sentul
City
untuk
lebih
memperhatikan area rekreasi di Jalan Siliwangi ini supaya lebih banyak memikat perhatian pengunjung. 2. Menjadi rujukan dan mengoptimalkan potensi ketiga lokasi studi sebagai area rekreasi berdasarkan rekomendasi yang diusulkan. 3. Menjadi masukan dalam memilih tanaman untuk lebih memperhatikan fungsi ekologisnya.
83
DAFTAR PUSTAKA Abadi, R.N. 2003. Persepsi Kenyamanan Pengunjung Terhadap Fasilitas Rekreasi Pasar Seni Jaya Ancol, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 8 hal. Amri,
A. 2001. Sistem Informasi Geografis (SIG). http://www. bakorsurtanal.co.id/sign_uppape_sig_asmaru.pdf. Diakses 19 Februari 2010.
Anonim. 2005. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pengantar dan Perecanaan Evaluasi LAKIP. [terhubung berkala]. http://bapsi.unnes.ac.id/files/Pengantar_LAKIP.pdf. Diakses 19 Maret 2010. .. 2010, Kota Satelit. http//kotasatelit.wikipedia.com. Diakses 2 Februari 2010. Bell, Simon. 2008. Design For Outdoor Recreation. Taylor & Francis Inc. New York. Brockman dan L.C. Merriem. 1979. Recreational Use of Wild Land. Mc-Graw Hill Pub. Co. New York. 347p. Brown, R.D. dan Terry J.G. 1995. Microclimatic Landscape Design. John Wiley and Sons Inc. New York. Bukit Sentul Tbk. 2000. ANDAL Pembangunan Permukiman Bukit Sentul. Bandung: [penerbit tidak diketahui]. Carpenter, P.L., T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape. W.H. Freeman and Co. San Fransisco. Dahlan, E.N. 1992. Membangun Kota Kebun (Green City) Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. Djamal, Z.I. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lanskap Hutan Kota. PT Bumi Aksara. Jakarta. Faikoh. 2008. Deteksi Perubahan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Industri Cilegon [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 8-13 hal. Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
84
Fitri, E.I. 2008. Perubahan Penggunaan, Penutupan Lahan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Tahun 1905-2005 [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Prtanian Bogor. Bogor. Grey, G.W. dan Deneke, F.J. 1978. Urban Forestry. John Willey and Sons Inc. New York. Harris, C.W. dan Dines, N.T. 1995. Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. Singapore. Lestari, G. dan I.P. Kencana. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya. Bogor. Mukhtar, A.S. dan Elvizar. 1986. Arsitektur dan Karakteristik Pohon Habitat Burung di Berbagai Hutan Suaka Margasatwa Way Kambas, Lampung. Buletin Penelitian Hutan. 41-54 hal. Napisah, I. 2009. Evaluasi Aspek Fungsi dan Kualitas Estetika Tanaman Lanskap Kebun Raya Bogor (Kasus: Pohon dan Perdu) [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 5 hal. Nowak, D.J., McPherson, E.G. 1997. Quantifying The Impact of Trees : The Chicago Urban Forest Climate Project. Journal Food Industries [serial online]. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Diktat Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pakpahan, A.M. 1993. Penanaman Pohon Untuk Habitat Burung. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Volume 1, Nomor 1. Studio Arsitektur Pertamanan. Fakultas Pertanian. IPB Bogor. 29-31 hal. Permata, Y. 2009. Pengaruh Perubahan Penggunaan Ruang Terhadap Kenyamanan Lanskap Wilayah Pengembangan Bojonagara, Kota Bandung [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 8-9 hal. Prahasta, E. 2004. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. CV. Informatika. Bandung Robinette. 1993. Landscape Planning for Energy Conservation. Environmental Design Press. Virginia.
85
Setyaningrum, N. 2001. Pengelolaan Lanskap Danau dan Koridor Ditinjau dari Aspek Ekologis di Pemukiman Bukit Sentul, Jawa Barat [Skripsi]. Departemen Arsitektur Lanskap. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Simonds, O.J. 1983. Landscape Architecture. McGraw-Hill Pub. Co. New York. 278 p. Suryowinoto, S.M. 1995. Flora Estetika Tanaman Peneduh. Kanisius. Yogyakarta. Susilo, H.A, Munandar A., Arifin, N.H.S., Pramukanto, Q. dan Damayanti, V.D. 2008. Sampoerna Hijau Kotaku Hijau Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Sampoerna Hijau. Vitasari, D. 2004. Evaluasi Tata Hijau Jalan Pada Tiga Kawasan Pemukiman Besar di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 8-10, 20 hal.
86
LAMPIRAN
87
Lampiran 1. Tabel Higrometer Suhu Kering 40 39 38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15
Kolom Hasil Selisih Angka Suhu Kering (TBK) dan Suhu Basah (TBB)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
100
94
88
82
76
71
66
61
56
100
94
87
82
76
70
65
60
55
100
94
87
81
75
70
64
59
54
100
93
87
81
75
69
64
59
53
100
93
87
81
75
69
63
58
53
100
93
87
80
74
68
63
57
52
100
93
86
80
74
68
62
56
51
100
93
86
80
73
67
61
56
50
100
93
86
79
73
66
61
55
49
100
93
86
79
72
66
60
54
48
100
92
85
78
72
65
59
53
47
100
92
85
78
71
64
58
52
46
100
92
85
77
70
64
57
51
45
100
92
84
77
70
63
56
50
43
100
92
84
76
69
62
55
48
42
100
92
84
76
68
61
54
47
41
100
91
83
75
68
60
53
46
39
100
91
83
75
67
59
52
45
38
100
91
82
74
66
58
50
43
36
100
91
82
73
65
57
49
43
34
100
91
81
73
64
56
48
40
32
100
90
81
72
63
54
46
38
30
100
90
80
71
62
53
44
36
28
100
90
80
70
61
51
43
34
26
100
89
79
69
59
50
41
32
23
100
89
78
68
58
48
39
30
21
88
Lampiran 2. Cara Perhitungan Nilai Temperature Humidity Index (THI) 1.
Pada Jalur Pedestrian a. Di bawah Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (30 x 2) + 33 + 29,67 4
Tr =
= 30,67
Nilai rata-rata RH (%) RH =
75,67 + 69,33 + 78 = 74,33 3
Nilai THI THI
= 0,8 x 30,67 +
(30,67 x 74,33) 500
= 29,09
b. Tanpa Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (35 x 2) + 36,33 + 30,33 4
Tr =
= 34,17
Nilai rata-rata RH (%) RH =
64,67 + 62 + 78,33 = 68,33 3
Nilai THI THI
= 0,8 x 34,17 +
2.
(34,17 x 68,33) 500
= 32,00
Pada Danau Teratai a. Di bawah Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (30,67 x 2) + 30,67 + 29 4
Tr =
= 30,25
Nilai rata-rata RH (%) RH =
78,67 + 90,33 + 73,77 = 80,78 3
Nilai THI THI
= 0,8 x 30,25 +
(30,25 x 80,78) 500
= 29,09
89
b. Tanpa Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (31,67 x 2) + 33 + 29,67 4
Tr =
= 31,50
Nilai rata-rata RH (%) RH =
75 + 67 + 78,33 3
= 73,44
Nilai THI THI
= 0,8 x 31,50 +
(31,50 x 73,44) 500
= 29,83
3. Pada Riverscape a. Di bawah Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (29x 2) + 29,67 + 28,67 4
Tr =
= 29,08
Nilai rata-rata RH (%) RH =
73,77 + 82,67 + 80,33 = 54,78 3
Nilai THI THI
= 0,8 x 29,08 +
(29,08 x 54,78) 500
= 26,45
b. Tanpa Naungan Nilai rata-rata suhu udara harian (Tr) dalam 0C (33,33 x 2) + 34,33 + 29,33 4
Tr =
= 32,58
Nilai rata-rata RH (%) RH =
69,67 + 66 + 80,33 = 72 3
Nilai THI THI
= 0,8 x 32,58 +
(32,58 x 72) 500
= 30,75
90
Lampiran 3. Karakteristik Setiap Pohon yang Berada di Lokasi Studi Setiap tanaman memiliki daya tarik tersendiri karena sifat-sifat yang dimilikinya, antara lain: perawakannya, bentuk tajuknya, bentuk serta warna batangnya, bentuk percabangannya dan ranting-rantingnya, tekstur daun dan bunga, bentuk dan warna bunga atau pun buahnya. Keseluruhan sifat-sifat dari tanaman tersebut dapat memikat bagi yang melihatnya, tidak hanya manusia, tetapi juga beberapa jenis burung. Pada kawasan Sentul City khususnya ketiga lokasi penelitian terdapat 28 jenis pohon dengan karakteristik sebagai berikut (Sumber: Suryowinoto (1995) dan Lestari, dkk. (2008)). 1. Acacia mangium (Akasia) Acacia mangium merupakan tanaman asli yang banyak tumbuh di wilayah Papua Nugini. Jenis pohon ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi pada batangnya. Kayu Acacia mangium termasuk jenis kayu yang cepat tumbuh yang mencapai tinggi lebih dari 15 meter. Pohon ini biasanya berkayu keras, kasar, beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai terang. Bibit Acacia mangium memiliki kecambah dan daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun. Daunnya sama dengan sub famili Mimosoideae misalnya Paraseanthes falcataria (Sengon) yang setelah tumbuh beberapa minggu tidak menghasilkan daun lagi. Daunnya berwarna hijau tua dan berukuran besar yaitu lebar 2-4 cm dan panjang 7-10 cm. Bunganya berwarna coklat dan keras, mirip seperti bunga pinus. 2. Araucaria heterophylla (Cemara Norflok) Cemara Norflok atau dalam bahasa Latin dikenal dengan nama Araucaria heteropylla termasuk famili Araucariaceae. Cemara Norflok termasuk jenis tanaman pohon besar, ketinggiannya dapat mencapai 60 meter. Pada tanaman yang muda, susunan cabang-cabang dan ranting-rantingnya teratur rapi. Cabangcabang dan ranting-ranting menyerupai daun, berbentuk seperti jarum-jarum yang tumpul. Bunganya memiliki benang sari banyak. Buahnya berbentuk runjung. Buah yang sudah besar dapat berdiameter 10-13 cm.
91
3. Areca catechu (Pinang) Pinang merupakan jenis pohon yang tidak bercabang yang tingginya mencapai 25 meter. Tanaman ini termasuk ke dalam famili Arecaceae. Batangnya berkayu, tegak, berdiameter 15 cm, dan berwarna hijau kecoklatan. Daun dan bunganya majemuk. Daunnya berupa roset batang sedangkan bunganya berbentuk bulir terletak di ketiak daun dan berwarna putih kekuningan. Pohon pinang memiliki buah buni yang berbentuk bulat telur dan berwarna merah jingga. Akarnya merupakan akar serabut. Pinang dapat diperbanyak dengan bijinya. 4. Artocarpus communis (Sukun) Pohon peneduh ini memiliki tajuk yang lebar dan daun yang besar serta ukuran pohon yang cukup tinggi mencapai 24-30 meter. Daunnya berwarna hijau gelap dan permukaannya mengilap. Bentuk daunnya cukup unik yaitu terbelahbelah menjadi beberapa lekukan dalam. Buahnya bertekstur kasar dan tumbuh 1-3 buah dalam satu cabang. Buah berbentuk oval dengan panjang 12-20 cm, diameter 10-15 cm, dan berat 1-4,5 kg. Pohon Sukun tergolong ke dalam famili Moraceae yang bunganya terdiri dari bunga kecil. Bunga jantan berwarna kekuningan akan berubah menjadi coklat, sedangkan bunga betina berwarna kehijauan. 5. Averrhoa bilimbi (Belimbing Wuluh) Averrhoa bilimbi termasuk famili Oxalidaceae, berasal dari Malaysia. Pohon ini tidak terlalu tinggi ± 10 meter dan susunan tajuk serta daunnya sangat bagus. Daun belimbing wuluh adalah majemuk, menyirip, anak daun berbentuk bulat telur memanjang, ujung meruncing, tepi daun rata dengan panjang kira-kira 2-10 cm dan lebat 1-3 cm ke arah ujung poros semakin besar. Daunnya berwarna hijau muda dengan semua bunga bertangkai putik yang sama. Bunganya majemuk malai menggantung dengan panjang ± 5-20 cm dan kelopak bunga berukuran panjang 6 mm berwarna merah dan mahkota daun berwarna ungu. Selain digunakan sebagai tanaman peneduh, buah belimbing wuluh dapat dijadikan sebagai komponen sayur-sayuran dan obat tradisional. Buahnya menggantung pada batang, cabang, atau pun pada ranting yang tidak berdaun sehingga menambah keindahannya. Bentuk buah adalah buni dengan panjang 4-6
92
meter dan berwarna hijau kekuningan. Perbanyakan pohon belimbing wuluh ini dapat dilakukan dengan bijinya yang sudah tua atau dengan pencangkokan. 6. Bauhinia blakeana (Pohon Kupu-kupu) Keunikan dari pohon kupu-kupu adalah bentuk daunnya yang menyerupai kupu-kupu sedang merentangkan sayapnya dan menutup pada malam hari. Daunnya tunggal berwarna hijau, menyirip genap, terdiri dari 2 helaian daun yang sebagian melekat. Helaian daun lebih panjang dari pada lebarnya. Permukaan helaian daun paling atas gandul, sedangkan permukaan bagian bawahnya berambut abu-abu yang cukup rapat. Bunganya mirip anggrek yang berwarna magenta selebar 15 cm, tetapi tidak membentuk buah atau polong. Pohon ini merupakan tanaman semi-evergreen dan termasuk dalam famili Fabaceae. Tinggi tanaman ini 6-12 meter. Tajuknya yang menyebar (spreed) dengan lebar 6-7,5 meter. Tanaman ini sering difungsikan sebagai tamaman peneduh di pinggir jalan. Selain itu, tanaman ini sangat menyukai sinar matahari, sehingga sangat sesuai jika ditanam di tempat yang terbuka dan terkena matahari secara langsung. Perbanyakan pohon ini dapat dilakukan dengan bijinya dan dengan cara pencangkokan. 7. Bismarckia nobilis (Palm Bismark) Tanaman asal Madagaskar ini membentuk tajuk setengah bulat. Bismarckia nobilis atau di Indonesia sering disebut Palm Bismark tergolong ke dalam famili Arecaceae. Daunnya membentuk kipas lebar dan tumbuh pada ujung tangkai tanaman. Ujung daun bergerigi dengan lekukan yang cukup tajam. Buahnya berwarna ungu kehitaman tumbuh dalam tandan dengan jumlah yang cukup banyak. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya. 8. Caryota mitis (Palm Ekor Ikan) Bentuk daunnya mirip dengan ekor ikan sehingga diberi sebutan Palm Ekor Ikan di Indonesia. Tepi daun bergerigi seperti ekor ikan. Kulit daun mengilap dengan tulang-tulang daun yang menyirip. Warna daun hijau cerah dengan panjang 20 cm dan lebar 15 cm. Tinggi tanaman ini mencapai 3-6 m. Buahnya berbentuk bulat dan berwarna hijau kehitaman dengan sedikit kemerah-
93
merahan. Bunga tanaman ini cukup unik dengan banyak polong. Seperti famili Arecaceae lainnya, tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya. 9. Cerbera manghas (Bintaro) Cerbera manghas yang dikenal dengan sebutan bintaro ini memiliki buah seperti buah mangga apel, namun tidak bisa dimakan manusia karena memiliki zat beracun yaitu cerberin. Bintaro merupakan pohon yang berasal dari keluarga Apocynaceae. Daunnya berwarna hijau, meruncing, dan panjang ± 15-23 cm. Tinggi pohon ini mencapai 12 meter. Tanaman ini memiliki bunga yang wangi dan berwarna putih. Biasanya tanaman ini banyak dijumpai di pinggir pantai dan beradaptasi dengan baik di daerah hutan mangrove. 10. Cocos nucifera (Kelapa) Kelapa merupakan jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat. Hampir semua bagian dari kelapa dapat memberikan manfaat. Dalam lanskap kelapa berfungsi sebagai tanaman pengarah jalan dan dapat menciptakan suasana taman bergaya bali. Pohon kelapa berasal dari keluarga Arecaceae yang memiliki tajuk berbentuk bulat. Daunnya berwarna hijau dan bertekstur kasar. Buah kelapa berwarna hijau pada saat muda, lalu menguning jika sudah tua. Pohon kelapa juga memiliki bunga berwarna putih namun tidak beraroma. 11. Elais guinensis (Sawit) Elais guinensis merupakan jenis pohon yang tergolong dalam keluarga Arecaceae. Akar pohon sawit yaitu serabut yang mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi. Seperti jenis palma lainnya, daun sawit tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Sawit mempunyai dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina namun terpisah walaupun berada pada satu pohon. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang. Sedangkan bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Pohon ini juga memiliki buah yang bernilai ekonomis tinggi. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.
94
12. Erythrina cristagali (Dadap Merah) Dadap merah termasuk tanaman pohon tinggi. Ketinggiannya dapat mencapai 5-25 meter. Pohon ini menarik karena bunganya yang merah jingga atau merah darah. Bunganya tumbuh berkelompok membentuk tandan dan muncul pada ujung ranting yang gundul. Daunnya majemuk berbentuk menyirip yang berjumlah ganjil dan berwarna hijau. Poros daun bertangkai, panjang tangkai 1040 cm, tidak berduri tempel. Bakal buah berambut rapat dan bertangkai. Buahnya termasuk buah polongan yang muncul di atas sisa kelopak, panjang tangkai buah 1,5-3 cm. Setiap polong buah berisi biji yang dapat disebarkan dalam memperbanyak tanaman ini. 13. Ficus benjamina (Beringin) Ficus benjamina disebut beringin putih dalam nama lokal di Indonesia. Pohon ini berasal dari famili Moraceae dengan ukuran pohon yang besar dan kanopi yang lebar, daun, cabang dan batangnya mengeluarkan getah kental yang berwarna keputihan. Pohon ini memiliki akar napas atau akar gantung yang keluar dari cabangnya dan menjulur ke bawah. Pohon ini berkembang biak secara generatif melalui biji yang ada pada buahnya, serta merupakan tanaman yang menggugurkan daun selama musim kering. Tinggi pohon ini dapat mencapai 30 meter. Batang pohon ini tegak, bulat dengan percabangan simpodial. Pada batang tumbuh akar gantung yang berwarna coklat kehitaman. Bentuk daun pohon ini adalah tunggal bertangkai, lonjong, dan ujung yang runcing. Warna daunnya hijau dengan panjang 3-6 cm dan lebar 2-4 cm. Daun-daun pohon ini menyebar dan membuat pohon ini terlihat rimbun. Ficus benjamina juga memiliki bunga yang berada di ketiak daun. 14. Gmelina arborea (Jati Putih) Gmelina arborea merupakan tanaman yang banyak tumbuh menyebar di kawasan India, China, Indocina, dan Malaysia. Pohon ini termasuk dalam famili Labiateae. Jati putih atau sering disebut Gamar memiliki batang yang berwarna putih dan terlihat cukup kontras dengan daun yang berwarna hijau terang. Pohon ini umumnya digunakan sebagai tanaman peneduh karena tajuknya cukup lebar dan mampu memberikan kenyamanan jika berada di bawahnya. Pohon ini
95
memiliki bunga dengan warna cukup menarik yaitu kuning tua (orange). Untuk memperbanyak tanaman ini dapat dilakukan dengan stek batang, cangkok, dan penyebaran biji. 15. Manilkara kauki (Sawo Kecik) Pohon Sawo kecik (Manilkara kauki) berukuran sedang dengan tinggi mencapai 6-15 m. Pohon ini merupakan pohon penghasil buah dan memiliki batang kayu yang keras dan kuat serta berwarna kemerahan. Daun-daun sawo kecik mengelompok pada bagian ujung batang. Warna daunnya cukup unik yaitu permukaan bawah berwarna coklat dan permukaan atas berwarna hijau. Sawo kecik juga memiliki bunga yang berbentuk bulat telur, berwarna putih kusam, dan berbau harum. Sawo kecik memiliki buah yang dapat dimakan manusia jika sudah matang. Rasanya manis tetapi kadang-kadang terasa sedikit agak sepat. Buah Sawo kecik berbentuk bulat telur atau lonjong memanjang dan berukuran kecil dengan panjang berkisar 3,7 cm. Buah sawo kecik mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis namun mudah dikelupas. Warna buah ini adalah cokelat kemerahan atau merah jingga. 16. Munthingia calabura (Ceri) Munthingia calabura termasuk famili Tiliaceae yang berasal dari Meksiko. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan iklim tropis. Keindahan dari tanaman ini terlihat pada tajuknya dan buahnya yang kecil-kecil berwarna merah yang sangat digemari anak-anak kerena rasanya manis. Buahnya termasuk buah buni yang dimahkotai oleh tangkai putik yang tetap. Buah yang sudah tua berwarna merah dan berbentuk bulat dengan dimeter ± 1 cm. Ceri merupakan pohon kecil dengan percabangan yang banyak. Ranting-rantingnya berambut halus yang rapat dan berambut kelenjar. Daun pohon ceri tunggal dan berwarna hijau. Bunganya berwarna putih menjadi satu di ketiak daun. Bakal buah bertangkai pendek, gundul beruang 5-6. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya yang sudah tua atau dengan cangkokan.
96
17. Paraserianthes falcataria (Sengon) Sengon (Paraserianthes falcataria) merupakan jenis pohon dengan tinggi dapat mencapai 20-40 meter. Sengon tergolong dalam famili Mimosaceae. Pohon ini dapat menjadi tanaman peneduh karena memiliki tajuk menyebar dan daun terlihat rimbun. Daun sengon majemuk yang berbentuk menyirip rangkap dengan sirip daun 5-20 pasang. Bagian bawah daun berwarna hijau kebiruan. Bunganya berbilangan lima dan berwarna merah. Sengon dapat diperbanyak dengan cara penyebaran biji dan cangkok. 18. Phonix reobelenii (Phonix) Tanaman ini berasal dari Laos dengan tajuk membentuk setengah lingkaran. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae. Bentuk daun menyirip dan terkumpul pada ujung batang. Batangnya tunggal kokoh. Permukaan batang kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Tinggi tanaman ini tidak terlalu tinggi berkisar 2-3 meter. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya. 19. Phyllostachys sulphrurea (Bambu Kuning) Bambu kuning tergolong ke dalam keluarga Poaceae dan diperbanyak dengan tunasnya. Bentuk batang bambu kuning ini cukup unik yaitu berwarna kuning dan beruas-ruas. Keunikan lain dari tanaman ini adalah bunganya tumbuh setiap 60-120 tahun sekali. Pohon induk akan mati setelah masa tumbuh bunga itu berlangsung. Peristiwa ini terjadi secara serentak di seluruh dunia. Tipe pertumbuhan salah satunya ditentukan oleh akarnya, yaitu clumpers (simpodial) dan runners (monopodial). Tipe clumpers tumbuh baik di daerah tropis, sedangkan tipe runners tumbuh di daerah beriklim sedang. Daun pohon ini tumbuh pada ranting-ranting di bagian-bagian ruas. Tumbuh bersilangan dan berwarna hijau kekuningan. Daun-daun ini akan menghasilkan suara yang menarik jika tertiup angin. 20. Pinus merkusii (Pinus) Pinus banyak tumbuh di daerah pegunungan. Pinus merupakan jenis tanaman berpohon, yang tingginya dapat mencapai 20-40 meter. Daunnya membentuk berkas berganda. Berkas jarum pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung sisik berupa selaput tipis, panjangnya ± 0,5 cm. Bunganya terdiri dari
97
bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan muncul dari pangkal tunas yang muda, tertumpuk berbentuk bulir. Sedangkan bunga betina terkumpul dalam jumlah kecil, yang muncul dari ujung tunas yang muda berbentuk silindris sampai berbentuk telur, seringkali membengkok. Tanaman ini tergolong ke dalam famili Pinaceae dan banyak dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh. Pinus dapat hidup dengan baik di tempat terbuka dan terkena sinar matahari secara penuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanaman ini mempunyai buah yang berbentuk jajaran genjang yang akhirnya merenggang. Bijinya berbentuk bulat telur pipih. Pada tepi biji luar memiliki sayap besar yang mudah lepas. Perbanyakan tanaman pinus dapat dilakukan dengan bijinya yang sudah tua tetapi jarang dengan pencangkokan. 21. Plumeria rubra (Kamboja) Tanaman ini berasal dari Amerika dan tergolong ke dalam famili Apocynaceae. Kamboja terkenal dengan aroma yang harum dan warna bunga yang indah. Tanaman ini sering dijadikan sebagai point of interest pada sebuah taman karena warna bunganya yang menarik. Warna mahkota bunga beraneka ragam seperti kuning, ungu, putih, dan merah. Daun kamboja berwarna hijau dan terletak bergerombol di ujung tangkai batang. Tepi daun rata dan tulang daun menyirip. Helaian daun memanjang berbentuk lanset dengan panjang 20-37,5 cm dan lebar 6-12,5 cm. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara stek batang dan penyebaran biji. Tanaman ini memiliki buah berbentuk tabung yang memanjang dan berwarna hitam kecoklatan jika telah tua. 22. Pterocarpus indicus (Angsana) Angsana banyak ditanam di pinggir-pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Angsana merupakan tanaman yang jarang berbunga. Jika tanaman ini berbunga, dari tanaman ini akan terlihat buah-buah yang sudah tua berwarna coklat. Bunga angsana merupakan majemuk tandan yang terletak di ujung ranting atau muncul dari ketiak daun. Tinggi tanaman ini dapat mencapai 10-40 meter. Ujung rantingnya berambut. Daunnya majemuk menyirip ganjil. Duduk daun berseling dan berbentuk bulat telur memanjang. Daun-daun ini tumbuh sangat rimbun dengan tajuk yang terlihat bulat, panjang 4-10 cm dan lebar 2,5-5 cm.
98
Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan bijinya atau dengan pencangkokan. 23. Ptychosperma macarthurii (Palm Hijau) Keseluruhan tanaman ini dominan hijau dan dapat tumbuh merumpun sehingga memberikan kesan sejuk. Batangnya tunggal dan terdapat daun yang bergerombol di ujungnya. Tinggi tanaman ini mencapai 6 meter. Buahnya berwarna merah merekah dan tumbuh bergerombol pada tandan panjang. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya. 24. Ravenala madagascariensis (Pisang Kipas) Pisang kipas merupakan jenis pisang yang ada di Madagaskar. Pisang kipas termasuk ke dalam famili Strelitziaceae. Pohon ini mempunyai bentuk yang unik seperti kipas, sehingga di Indonesia sering disebut dengan Pisang Kipas. Daunnya seperti daun pisang namun dengan ukuran yang lebih kecil dan berwarna hijau tua. Batang utama pohon ini tingginya mulai 30 cm hingga dapat mencapai 1 meter lebih. Warna batang adalah hijau keabu-abuan. Cabang dari pohon ini sangat lebar, mencapai 7 meter. Pohon ini membutuhkan sinar matahari yang banyak, khususnya untuk pohon yang sudah besar. 25. Roystonea regia (Palm Raja) Batang palm raja kokoh dan kuat dengan tinggi 25-30 meter. Daunnya berwarna hijau segar dengan bentuk menyirip. Palm raja merupakan tanaman tropis dan subtropis yang dapat menciptakan taman bergaya formal. Batang pohon ini tunggal. Warnanya abu-abu dari ¾ batang dan selebihnya berwarna hijau tua. Pada ujung batang terdapat pelepah. Pelepah ini akan rontok jika sudah tua dan akan meninggalkan bekas lingkaran atau garis berwarna abu-abu putih. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan bijinya. 26. Samanea Saman (Ki Hujan) Pohon Ki hujan (Samanea saman) tergolong dalam keluarga Mimosaceae yang tingginya mencapai 10-25 m. Ki hujan memiliki bentuk daun semakin meruncing pada bagian ujung daun dengan panjang 30 cm. Pada umumnya, dalam satu helai terdiri dari dedaunan yang bejumlah genap. Tekstur tulang daun
99
sederhana dan teratur dengan warna daun hijau muda cerah. Posisi daun dalam satu pasang sejajar simetris dengan kondisi akar tunggang yang menyerupai cakar ayam. Keistimewaan lain dari pohon ki hujan ini adalah bentuk tajuknya yang bagus yaitu menyebar dan bunganya yang indah berwarna merah kekuningan. Pohon ini juga memiliki buah yang digemari beberapa jenis burung. Buahnya berwarna hitam berbentuk polong dengan panjang antara 30-40 cm. Dalam buah terdapat beberapa biji yang keras berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 5 mm berwarna coklat kehitaman. 27. Schefflera actinophylla (Walisongo) Walisongo merupakan tanaman yang cukup unik dengan jumlah daun sembilan dalam satu ranting sekunder. Schefflera actinophylla merupakan jenis pohon yang tingginya dapat mencapai 15 meter. Pohon ini tergolong ke dalam famili Araliaceae. Daun Schefflera actinophylla ini mirip seperti daun singkong namun lebih panjang dan bergelombang. Daunnya ramping, lonjong, runcing, agak tebal, dan mengilap berwarna hijau tua. Tanaman ini dapat memperoduksi 1000 bunga dalam setiap masa bunga. Bunganya berwarna coklat kemerahan. Bentuknya seperti tangkai yang memanjang. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek atau cangkok. 28. Spathodea campanulata (Kecrutan) Spathodea campanulata berasal dari famili Bignoniaceae. Pohon ini memiliki warna bunga yang kontras dengan daunnya yaitu merah jingga, sedangkan daunnya berwarna hijau muda. Bunga kecrutan merupakan majemuk yang rapat dan sangat menarik. Pohon kecrutan ini dapat dijadikan tanaman peneduh karena tajuknya yang lebar dan tinggi. Tinggi pohon ini dapat mencapai 23 meter. Pohon ini juga memiliki buah yang berwarna coklat tua. Di dalam buah, banyak terdapat biji yang sangat digemari beberapa jenis burung.
100
Lampiran 4. Gambar Tanaman di d Lokasi Stu udi 1. Acacia manggium
2 Araucaria heterophyllaa 2.
3. Arecca catechu
Daaun Daun Batangg
Bu uah Bunga
Daun & Bunga
4. Artocarpus communis
6. B Bauhinia bla akeana
5. Averrhoa bilimbi
Daun Daun Daun Bunga
Buah
Buah Batang
8. Carryota mitis
7.. Bismarckiaa nobilis
Daun
9. Cerbeera manghass
Daun
Daun & Bunga
Buah Batang
100. Cocos nuccifera
Bunga
11. Elais E guinenssis
12. Erythhrina cristaggali
Bunga Buah
Buah
Batanng
Batang
Batang
101
13. Ficus benj njamina
15. Mannilkara kaukki
14. Gmelina G arbo orea
Bunga
Daun
Daunn
Batanng
Buah
Batang
16. Munthinggia calaburaa
17 7. Paraseriannthes falcataaria
Daun
Daun
Bunga dan Buah
Batang
18. Phonix reobelenii r
199. Phyllostacchys sulphrurea
20.. Pinus merkkusii
D Daun
Daun
Daun
Bunga B Batang
Batang
21. Plumeria rubra
22. Pterocaarpus indicuss
Bunga
Daun
Batang
Bunga
102
23. Ptychoosperma maccarthurii
24. Ravenala R maadagascariennsis
Daun
Daun
Bunga dan Buuah
Batang
25. Roystonea R reegia
26. Sam manea saman
Daaun Batang
Battang
Daun
27. Schhlefflera actiinophylla
Daun
Bunga
28. Spathhodea campaanulata
Daun
Bunga
103
Lampiran 5. Beberapa Jenis Pohon dan Semak yang Disukai Burung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57
Nama Latin Agathis damara Aglaia odorata Albizzia sp. Aleurites moluccana Alstonia scholaris Antidesma bunius Androporgom sorghum Arecha catechu Areca latiloba Areca vertiara Arenga pinnata Arundo donax Averhoa bilimbi Baccauea racemosa Bambusa vulgaris Barringtonia asiatica Bauhinia purpurea Bixa orellana Bouea macrophylla Bougainvillea glabra Calliandra surinamensis Callophyllum inophyllum Cananga odorata Canarium decumanum Carmona retusa Caryota mitis Ceiba patendra Chrysophyllum cainito Cinnamomum burmanii Cinnamomum inners Clidemia hirta Cinometra cauliflora Corypha gebenga Cordia obligua Cyrtotachys lacca Dillenia philippinensis Diospyros philippinensis Elaeocarpus grandiflorus Erythrina christagali Erythrina variagata Euphoria longans Ficus benjamina Fycus lyrata Ficus microcarpa Fycus sp. Flacourtia rukam Garcinia dulcis Gardenia jasminoides Gigantochloa apus Gigantochloa atter Gnetum gnemon Gossampinus heptaphylla Heliconia collinsiana Innocarpus fagiferus Jasminum sambac Languas galangal Lantana camara
Sumber: Pakpahan (1998)
Nama Lokal Damar Culan Albisia Kemiri Pule Buni Gandrung Pinang Jambe rende Pinang yahi Aren Kaso belang Belimbing wuluh Menteng Bambu kuning Keben Bunga kupu-kupu Galinggem Gandaria Bugenvil Kaliandra Nyamplung Kenanga Kenari babi Serutan Palm sledri Randu Sawo duren Kayu manis Kiteja Harendong lalaki Namnam Gebang Kendal Palm merah Sempur Bisbul Anyang-anyang Dadap Dadap belang Lengkeng Beringin Fikus jati Preh Gondang Rukem Mundu Kacapiring Bambu tali Bambu hitam Melinjo Dangdeur Pisang hias Gayam Melati Lengkuas Cente
No 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114
Nama Latin Licuala grandis Lucuna petaloides Malvaviscus arboreus Manilkara archas Manilkara kauki Maniltoa schefferi Medinella exim Medinellam speciosa Melastoma malabatricum Mesua ferre Michelia alba Michelia champaka Miconia densiflora Mimosops elengi Morus alba Morus sp. Mucuna novoguinensis Murraya paniculata Musa sp. Myristica fragans Munthingia calabura Oreodoxa regia Oncosperma filamentosa Palaquium sp. Pangium edule Pericopsis mooniana Phyllanthus acidus Pigaffeta filaris Pithecollobium dulce Podocarpus nerifolius Pometia pinnata Pychosperma marthacurii Salacca zalaca Samanea saman Sandoricum kotjape Santalum album Sesbania grandiflora Spathodea campanulata Spondia dulcis Steleocarpus burahol Sterculia foetida Swietenia macrophylla Syzygium aquaeum Syzygium aromaticum Syzygium commune Syzygium jambos Syzygium malaccensis Syzygium polyanthum Syzygium polycephallum Talauma condolli Terminalia catappa Trema orientalis Triphasia trifolia Ristellateia australasiae Vitex sp. Zingiber officinale Zyzypus jujuba
Nama Lokal Palm kool Alkesa Bunga sepatu kecil Sawo Sawo kecik Saputangan Lompeni Harendong bokor Harendong Nagasari Kantil Cempaka Harendong gede Tanjung Murbei Pace Bunga irian Kemuning Pisang seribu Pala Kersen Palm raja Oksosperma Palakium Kluwak Perikopsis Ceri Wanga Pete Podocarpus Matoa Palm hijau Salak Ki hujan Kecapi Cendana Turi Spatodea Kedondong Kepel Kepuh Mahoni Jambu air Cengkeh Duwet Jambu mawar Jambu bol Salam Gowok Cempaka gondok Ketapang Angrung Jeruk kingkit Hujan emas rambut Laban Jahe Widara
104
Lampiran 6. Tabel Karakteristik Pengunjung Data
Interpretasi
Responden
Persentase
Latar Belakang Alamat
Dalam kawasan Di sekitar kawasan Di luau kawasan
6 12 7
24% 48% 24%
Jenis kelamin
Pria Wanita
17 8
68% 32%
Umur
15-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun > 45 tahun
14 4 3 4
56% 16% 12% 16%
Tingkat pendidikan
SMP SMA Perguruan Tinggi Tidak sekolah
4 16 3 2
16% 64% 12% 8%
Pekerjaan
Pelajar Mahasiswa Wiraswasta TNI PNS Lain-lain
3 6 5 0 1 10
12% 24% 20% 0% 4% 40%
Tujuan berkunjung
Penelitian Kerja Rekreasi Menghadiri event Lain-lain
0 5 11 0 9
0% 20% 44% 0% 36%
Alasan berkunjung
Lokasi mudah dicapai View menarik Memperoleh kesehatan Udaranya segar Lain-lain
4 12 5 2 2
16% 48% 20% 8% 8%
Pernah berkunjung?
Ya Tidak
19 6
76% 24%
Berapa kali?
Pertama kali 1-3 kali 4-6 kali > 6 kali
6 4 3 10
32% 16% 12% 40%
Lama kunjungan
< 30 menit 30-60 menit 1-2 jam > 2 jam
7 10 3 5
28% 40% 12% 20%
Waktu
Pagi Siang Sore
14 8 3
56% 32% 12%
Lokasi
Jalur pedestrian Danau Teratai Riverscape
15 10 0
60% 40% 0%
Pengaruh tanaman
105
Nyaman?
Ya
17
68%
Tidak
8
8%
Kurang nyaman Cukup nyaman Nyaman Sangat nyaman
8 5 10 2
32% 20% 40% 8%
Ya Tidak
25 0
100% 0%
Tidak berpengaruh Berpengaruh Netral
0 8 7
0% 32% 28%
Sangat berpengaruh
10
40%
Tidak ada Rumput Semak
0 0 0
0% 0% 0%
Pohon
25
100%
Ya
17
68%
Tidak
8
32%
Suhu udara
Sangat dingin Dingin Sejuk Hangat panas
0 0 11 6 8
0% 0% 44% 24% 32%
Penerimaan matahari
Tidak ada Sedikit Sedang Terik Sangat terik
0 1 11 12 1
0% 4% 44% 48% 4%
Tidak ada Kurang nyaman Sepoi-sepoi
1 7 17
4% 28% 68%
Frekuensi Mengetahui tanaman memberikan kenyamanan Frekusi pengaruhnya?
Jenis tanaman
Kesesuaian Persepsi Termal
Angin
Kelembaban udara
Bertiup kencang
0
0%
Sangat kencang
0
0%
Sangat lembab Lembab Sedang Kering Sangat kering
3 3 12 7 0
12% 12% 48% 0% 0%
106
Lampiran 7. Contoh Lembar Kuisioner Persepsi Pengunjung terhadap Kenyaman Termal dan Pengaruh Tanaman di Kawasan Rekreasi Sentul City KUISIONER Yth. Responden, nama saya Nur Azmi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai Evaluasi Fungsi Ekologis RTH pada Kawasan Sentul City, Bogor (Studi Kasus: Jalur Pedestrian, Danau Teratai, dan Riverscape di Jalan Siliwangi). Saya berharap Bapak/ Ibu/ Saudara/ Saudari bisa membantu saya mendapatkan data yang diperlukan. Data yang Anda berikan termasuk identitas dan informasi pribadi akan dijamin kerahasiaannya, kecuali dalam pengungkapan data yang dibutuhkan secara hukum. Panduan wawancara/ kuesioner ini adalah upaya mahasiswa untuk mengetahui persepsi Anda terhadap kenyamanan termal dan pengaruh tanaman dalam kawasan rekreasi ini. Identitas Responden Nama : Alamat
:
Latar Belakang Responden (pilih salah satu jawaban) Jenis kelamin: a. Pria
b. Wanita
Umur: a. 15-25 tahun c. 36-45 tahun
b. 26-35 tahun d. > 45 tahun
Tingkat pendidikan terakhir: a. SMP c. Perguruan Tingggi
b. SMA d. Tidak Sekolah
Pekerjaan: a. Pelajar c. Wiraswasta e. Pegawai Negeri
b. Mahasiswa d. TNI / Polri f. Lain-lain……………….
Apa tujuan utama Anda dating ke Kawasan Rekreasi Sentul City? a. Penelitian b. Kerja c. Rekreasi d. Menghadiri event tertentu e. Lain-lain……………….
107
Alasan Anda mengunjungi Kawasan Rekreasi Sentul City a. Lokasi mudah dicapai b. Tempat dan pemandangan yang menarik c. Memperoleh kesehatan jasmani dan rohani d. Udaranya yang segar e. Lainnya,...................... Apakah Anda pernah berkunjung sebelumnya? a. Ya b. Tidak Berapa kali Anda sudah mengunjungi kawasan ini? a. Baru pertama kali b. 1-3 kali c. 4-6 kali d. Lebih dari 6 kali Lama kunjungan Anda ke tempat ini: a. < 30 menit b. 30-60 menit c. 1-2 jam d. > 2 jam Persepsi Pengunjung Lokasi Waktu
: :
ApakahAnda merasa nyaman terhadap kondisi iklim mikro yang ada di area ini? a. Ya b. Tidak Bagaimana pendapat Anda tentang tanaman yang berada di kawasan dalam memberikan kenyamaan? a. Kurang nyaman b. Cukup nyaman c. Nyaman d. Sangat nyaman Apakah Anda mengetahui fungsi tanaman dapat memberikan kenyamanan bagi manusia? a. Ya b. Tidak Seberapa besar pengaruh tanaman yang ada terhadap kenyamanan Anda? a. Tidak berpengaruh b. Berpengaruh c. Netral d. Sangat berpengaruh Tanaman apa yang paling berpengaruh dalam memberikan kenyamanan? a. Tidak ada b. Rumput c. Semak d. Pohon Menurut Anda, apakah tanaman yang digunakan di kawasan ini sudah sesuai dalam memberikan kenyamanan? a. Ya b. Tidak, alasan………………….
108
Bagaimana perepsi Anda terhadap faktor iklim pencipta kenyamanan termal yang dirasakan pengunjung?* SUHU UDARA Sangat dingin
Dingin
Sejuk
Hangat
Panas
PENERIMAAN SINAR MATAHARI Tidak ada
Sedikit
Sedang
Terik
Sangat terik
Kurang
Sepoi-sepoi
Bertiup kencang
Sangat kencang
Sedang
Kering
Sangat kering
ANGIN Tidak ada
KELEMBABAN UDARA Sangat lembab
Lembab
* Lingkari jawaban anda
TERIMA KASIH ☺