KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR
IRFAN MUHAMMAD
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN. Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah “City of Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman. Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret 2011. Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge. Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Melalui hasil evaluasi keanekaragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman hayati tanaman Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keanekaragaman hayati tanaman dapat disusun. Rencana manajemen lanskap Sentul City dalam menuju konsep Eco-City ialah
dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Kata Kunci: Density Board Standard Method, Ex-situ, Shanon-Wienner, SWOT, Tanaman Introduksi
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-city di Bogor” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dengan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini Bogor, Maret 2012
IRFAN MUHAMMAD A44070027
RINGKASAN IRFAN MUHAMMAD. Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor. Dibimbing oleh HADI SUSILO ARIFIN.
Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Secara geografis, Sentul City memiliki potensi besar untuk mengembangkan inovasi terhadap pembangunan kota. Salah satu konsepnya adalah “City of Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan. Konsep ini mempunyai empat pilar pembangunan untuk mengarahkan Sentul City lebih komprehensif untuk masa depan. Pilar pertama adalah Eco-City, yaitu konsep tentang harmoni alam sebagai kebutuhan pembangunan suatu kota (Utama, 2009). Namun, Sentul City belum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City. Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tiga pernyataan utama, yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu ada program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011). Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keanekaragaman hayati tanaman. Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha. Penelitian ini diawali dengan tahapan pengumpulan data dari bulan Februari 2011 hingga Maret 2011. Metode yang dilakukan adalah mengevaluasi keanekaragaman hayati tanaman, menghitung indeks keragaman dengan metode Density Board Standard Method yang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanoon-Wiener, dan menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situ keragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Pada penelitian ini, sebelum masuk dalam perlakuan metode, kegiatan pertama yang dilakukan adalah menentukan titik sampel terlebih dahulu. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman, yaitu; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Northridge. Pada delapan titik lokasi sampel, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil evaluasi dari delapan titik sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon manggis (Garcinia mangostana). Rasio persentase tanamannya adalah 68% tanaman introduksi dan 32% tanaman asli. Indeks keragaman jenis tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh skor tertinggi 2,66, yaitu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Melalui hasil evaluasi keanekaragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman hayati tanaman Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keanekaragaman hayati tanaman dapat disusun. Rencana manajemen lanskap Sentul City dalam menuju konsep Eco-City ialah
dengan a) mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b) melaksanakan kerja sama dengan lembaga terkait, dan c) meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: Density Board Standard Method, Ex-situ, Shanon-Wienner, SWOT, Tanaman Introduksi
Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
KONSERVASI KERAGAMAN HAYATI TANAMAN DALAM MANAJEMEN LANSKAP SENTUL ECO-CITY DI BOGOR
IRFAN MUHAMMAD
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul
: Konservasi Keragaman Hayati Tanaman dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor.
Nama
: Irfan Muhammad
NRP
: A44070027
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Disetujui, Dosen pembimbing
Prof. Dr. Ir. H. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP 19591106 198501 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
viii
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha esa, atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Konservasi Keragaman Hayati dalam Manajemen Lanskap Sentul Eco-City di Bogor”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. H. Hadi Susilo Arifin, MS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama kuliah hingga penyusunan skripsi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis, Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing akademik, pimpinan dan karyawan Sentul City, teman-teman penelitian di Sentul City, dan teman-teman ARL 44 atas bantuan dan motivasinya. Terakhir adalah ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ummi, Buya, Hanan, dan Cherish yang terus memberi semangat, dukungan, dan doa kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi Sentul City dan pihak yang memerlukannya. Kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka. Bogor, Maret 2012 Penulis
ix
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kairo, Mesir, pada tanggal 2 Juli 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari Ayahanda Muhammad Nur Samad Kamba dan Ibunda Fatin Hamama Rijal Syam. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1995 dan pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Kampung Utan I, Ciputat. Kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Sekolah Indonesia Cairo, Mesir, dan pada tahun 2007 penulis lulus SMA Sekolah Indonesia Cairo, Mesir. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis juga mengikuti kegiatan di luar akademik, seperti menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (Himaskap) Divisi Informasi dan Kesekretariatan periode 2009/2010 dan 2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti beberapa lomba dan kompetisi baik di bidang akademik maupun di luar akademik seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2010 di bidang Penelitian, Sayembara Desain Babakan Siliwangi, Bandung 2011 (peserta), Sayembara Perancangan Taman Urban Eco Park Komunitas Hijau Pondok Indah 2011 (peserta), Kompetisi Cerita Pendek Be a Good Journalistic BONJOUR 2008 (Juara I), Kompetisi Lomba Baca Puisi Lets Fight Against Drugs 2008 (Juara II), Kompetisi Cipta Lagu Ekologi Indonesian Ecology Expo 2010 (Juara III), Kompetisi Basket Sport and Entertainment Event Region in Faperta 2008, 2009, dan 2010 (Juara I). Selain itu, penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang mendukung kegiatan akademis.
x
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xiv
BAB I. PENDAHULUAN .........................................................................
1
1.1.
Latar belakang ..................................................................................
1
1.2.
Tujuan ...............................................................................................
2
1.3.
Kerangka Pikir ..................................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
3
2.1. Deskripsi Eco-City .............................................................................
3
2.2. Keanekaragaman Hayati ....................................................................
6
2.3. Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan ..................................................
8
BAB III. METODOLOGI ........................................................................
10
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
10
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................
10
3.3. Metode Penelitian ..............................................................................
11
3.3.1. Inventarisasi .............................................................................
11
3.3.2. Density Board Standard Method dan Shanon-Wiener .............
11
3.3.3. Analisis SWOT ........................................................................
12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
18
4.1.
Analisis SituasionalDeskripsi Umum Kawasan ...............................
18
4.1.1. Aspek Ekologi .........................................................................
18
4.1.1.2. Topografi ....................................................................
19
4.1.1.3. Iklim............................................................................
19
4.1.1.4. Hidrologi .....................................................................
21
4.1.1.5. Vegetasi ......................................................................
22
4.1.2 Aspek Pengelolaan ...................................................................
28
4.2. Evaluasi Keanekaragaman Hayati Tanaman .....................................
30
4.3. Indeks Keragaman Hayati Tanaman ..................................................
32
4.4. Analisis SWOT ..................................................................................
33
4.4.1. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ......
34
4.4.2. Penilaian Faktor Internal dan Eksternal .....................................
37
xi
4.4.3. Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) ............................................ 38 4.4.4. Matriks SWOT ........................................................................... 40 4.4.5. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi ...........................
42
4.5. Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keanekaragaman Hayati ................................................................................................. 4.5.1. Mempertahankan Vegetasi Lokal yang Ada ..............................
43 44
4.5.2. Kerja Sama dengan Lembaga Terkait ........................................
44
4.5.3. Konservasi Keanekaragaman Hayati dari Jenis Lokal ...............
45
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN .........................................................
47
5.1. Simpulan ...........................................................................................
47
5.2. Saran ..................................................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
49
LAMPIRAN ...............................................................................................
51
xii
DAFTAR TABEL
1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal .........................................
13
2. Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal .......................................
13
3. Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal ...............................
14
4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation ........................................
15
5. Formulir matriks External Factor Evaluation........................................
15
6. Formulir Matriks SWOT ........................................................................
15
7. Formulir rangking alternatif strategi dari matriks SWOT......................
17
8. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City ..............................................
19
9. Kelembaban udara Sentul City ...............................................................
20
10. Suhu udara Sentul City ........................................................................
20
11. Luas area perawatan lanskap................................................................
29
12. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel Sentul City .......
32
13. Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City ..................................
37
14. Tingkat kepentingan faktor eksternal Sentul City................................
37
15. Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City ...........................
38
16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City .........................
38
17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sentul City ........................
38
18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City ......................
39
19. Matriks SWOT .....................................................................................
41
20. Ranking alternatif strategi ....................................................................
42
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian .......................................................................
2
2. Peta lokasi Sentul City (tanpa skala) ......................................................
10
3. Plot yang dibuat pada ruang terbuka hijau .............................................
12
4. Instalasi pengolahan air dan limbah .......................................................
22
5. Jalan arteri, kolektor, dan subkolektor ...................................................
24
6. Kombinasi pohon, semak, dan rumput dengan perawatan tinggi ...........
24
7. Contoh Welcome Area pada permukiman/Cluster .................................
25
8. Danau Graha Utama dan Danau Parahyangan ........................................
26
9. Kantor pengelola Sentul City dan Bellanova ..........................................
26
10. Area golf di Sentul City ........................................................................
27
11. Area pembibitan dan area perkebunan warga .......................................
28
12. Struktur organisasi departemen pengelola Sentul City .........................
29
13. Lokasi pengambilan sampel indeks keragaman hayati tanaman...........
31
14. Matrik Internal-Eksternal (IE) Sentul City ...........................................
39
15. Skema strategi terciptanya Eco-City .....................................................
56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi pengambilan sampel ...............
52
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sentul Cityadalah kota yang berlokasi 35 km di sebelah selatan kota Jakarta dan memiliki luas kurang lebih 3.000 ha dengan tinggi elevasi 300 - 600 m dpl. Kota ini merupakan bukit yang dikelilingi pegunungan, hutan, dan air terjun. Kota ini dibangun pada tahun 1994 dan hingga saat ini telah menunjukkan pengembangan kota yang signifikan dengan dibangunnya fasilitas dan bangunan penunjang lainnya. Secara geografis, Sentul Citymemiliki potensi besar untuk berkembang sebagai kota mandiri. Salah satu konsepnya adalah “City of Inovation”, yaitu merupakan konsep yang memberikan unsur baru dan lebih baik dalam inovasi ke depan (Utama, 2009). SentulCitybelum sempurna dalam menerapkan konsep Eco-City.Konsep Keberlanjutan Eco-City mengandung tigapernyataan utama yaitu, efisiensi sumber daya lahan, bahan, dan energi sehingga perlu program konservasi untuk keberlanjutan ekologis, ekonomis, dan sosial budaya (Arifin, 2011).Sentul City belum sepenuhnya melakukan konservasi sumber daya alam, khususnya keragaman hayati tanaman. Ruang terbuka hijau (RTH) di dalam suatu kota mulai terasa tertekan keberadaannya akibat pembangunan perkotaan. Penggunaan lahan untuk bangunan/perumahan semakin tinggi dan masyarakat mulai bergerak ke daerahdaerah pedesaan/luar kota yang daerahnya masih “hijau” (Arifin, 2009). Oleh karena itu, keberadaan RTH dalam melakukan konservasi sumber daya alam menjadi penting karena perannya sebagai penyeimbang iklim mikro dan sebagai tempat habitat spesies flora dan fauna lokal.Suatu lanskap dengan RTH di dalamnya memberikan nilai positif terhadap aspek ekologi, visual, ekonomi, dan sosial. Penerapan, pengendalian, dan pemeliharaan RTH di Sentul City mendukung konsep kota Sentul City menuju Eco-City.
1.2 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ.
1.3 Kerangka Pikir Sentul City dalam implementasi Eco-City memerlukan aspek ekologi sebagai pertimbangan.Aspek ekologi yang menjadi pertimbangan adalah vegetasi (Jenis tanaman lokal, jenis tanaman introduksi, dan keragaman jenis tanaman), kawasan dilindungi, dan kawasan yang dikembangkan.Evaluasi keragaman zonasi lanskap, indeks keragaman, dan analisis SWOT dijadikan sebagai pertimbangan dalam menuju pelestarian keragaman hayati tanaman secara ex-situ dan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman (Gambar 1). Menuju Implemenatasi Eco-City
Sentul City
Aspek Ekologi: 1. Vegetasi 2, Kawasan dilindungi &kawasan dikembangkan
Pelestarian Keanekaragaman Hayati Tanaman Secara Ex-situ
Evaluasi Keragaman Zonasi Lanskap danIndeks Keragaman Jenis Tanaman
Evaluasi Hasil dari Analisis SWOT
Strategi Manajemen Lanskap bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati Tanaman
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menyusun sebuah strategimanajemen yang berkelanjutan di wilayah perkotaan mandiri harus mengerti unsur-unsur yang ikut berperan di dalamnya. Untuk lebih memahaminya, unsur-unsur tersebut akan dijabarkan di dalam beberapa sub-bab Deskripsi Eco-City, Keanekaragaman Hayati,dan Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan.
2.1 Deskripsi Eco-City Indonesia dewasa ini sedang dihadapkan pada banyaknya masalah kemiskinan, bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, banjir, erupsi vulkanik, kehilangan keanekaragaman hayati, menurunnya kualitas dan kuantitas air, tingginya polusi, dan degradasi keindahan lanskap. Gangguan ini diakibatkan oleh perubahan pemakaian dan penutupan lahan yang sangat cepat seperti penebangan liar, aplikasi pertanian monokultur, urbanisasi, industrialisasi, dan berbagai pembangunan
infrastruktur.
Pemerintah,
komunitas-komunitas
pecinta
lingkungan, serta perusahaan-perusahaan telah mempromosikan beberapa program untuk ikut membantu menyelamatkan lingkungan, salah satunya konsep Eco-City (Arifin dan Nakagoshi, 2011) Eco-City adalah kota yang memiliki konsep kota yang berkelanjutan yang melibatkan aspek ekologi, ekonomi, social, dan budaya dari suatu kota. Kota berkelanjutan yang dimaksud adalah kota mandiri yang mampu menopang kebutuhan masyarakat di dalamnya dengan memaksimalkan sumber daya lokal yang dimiliki. Pemanfaatan kekayaan sumber daya lokal dapat meminimkan bantuan kebutuhan hidup dari kota sekitarnya sehingga suatu kota menjadi dapat bertahan
hidup.
Selain
itu,
kota
mandiri
yang
berkelanjutan
juga
mempertimbangkan dampak-dampak lingkungan dengan melakukan penghematan energi, pemakaian air, dan polusi. Oleh karena itu aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya harus terlibat dalam pelaksanaannya (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Konsep keberlanjutan mengandung beberapa bahasan yaitu jaringan hijau, jasa lingkungan, carbon stock, pengelolaan air, konservasi keanekaragaman
hayati, dan keindahan lanskap. Jaringan hijau (green network) merupakan hubungan ekologis antara ruang terbuka hijau yang menjadi pusat dengan ruang terbuka hijau yang lainnya seperti hutan kota, taman, kebun, dan pekarangan. Habitat-habitat pada ruang terbuka hijau seperti tepi sungai, danau, semak-semak, dan pepohonan tinggi merupakan aset keanekaragaman hayati.Oleh karena itu, jaringan hijau sangat penting untuk keberlanjutan satwa burung dan makhluk hidup lainnya. Jasa lingkungan merupakan jasa yang diberikan oleh fungsi ekosistem untuk dapat dirasakan stakeholders dalam rangka memelihara kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat. Kualitas lingkungan yang sehat pada EcoCity dapat meningkatkan produktivitas masyarakat di dalamnya. Pemanfaatan jasa lingkungan seperti rekreasi alam, perlindungan sistem hidrologi, pengendalian erosi dan banjir secara optimal akanberpengaruh pada faktor keindahan, keunikan, dan kenyamanan yang tinggi. Eco-City harus peduli terhadap konservasi keanekaragaman hayati karena kegiatan konservasi membantu dalam melestarikan sumber daya flora dan fauna lokal.Sumber daya lokal perlu dilestarikan agar kualitas lingkungan pada wilayah tersebut tidak rusak. Selain itu, sumber daya lokal juga dapat menjadi identitas kota dan kebanggaan masyarakat (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Green city merupakan strategi radikal dan komprehensif untuk penghijauan kota. Strategi ini dirancang untuk menciptakan lanskap baru dengan pemanfaatan lahan dari bukit, hutan, dan lahan basah untuk pertanian dan pariwisata. Strategi ini merupakan tolak ukur/indikator berhasilnya konsep keberlanjutan suatu kota. Green city berhubungan dengan pengelolaan lingkungan perkotaan dan ISO 14001 di tingkat kota. ISO 14001 adalah standar internasional untuk Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang pada saat ini lebih dari 6.000 sertifikasi di Inggris dan 111.000 sertifikasi di 138 negara seluruh dunia. ISO 14001 adalah standar sistem manajemen utama yang mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan persyaratan ISO 14001, termasuk : a. pencegahan polusi b. kesesuaian dengan undang-undang yang ada
c. perbaikan berkesinambungan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Komitmen-komitmen tersebut memberikan panduan perbaikan kinerja lingkungan secara keseluruhan (http://www.nqa.com/in/atozservices/article, 2011) Pengembangan dan penerapan sistem manajemen lingkungan (SML) pada tingkat kota adalah tugas kompleks yang melibatkan banyak aktor. Pusat Teknologi Lingkungan Hidup UNEP (United Nation Envorinment Programme) merekomendasikan tiga langkah berikut dalam mengekspolarisasikan ISO 14001 dengan tingkat kota (Srinivas, 2006 disitasi oleh Arifin, 2009) a. Promotion of eco-offices. Yaitu kegiatan mereduksi pemakaian energy, menggunakan material yang bersahabat
dengan
lingkungan,
mereduksi
sampah-sampah
berat,
mereduksi pemakaian air, mempromosikan kegiatan daur ulang, dan penghijauan kota. b. Promotion of eco-project. Penggunaan alat and bahan material yang bersahabat dengan lingkungan, percepatan penggunaan bahan daur ulang, rekayasa penghijauan, pembangunan teknologi penghijauan, dan mempromosikan penghijauan. c. Green city planning. Sebagai pengatur pedoman penghijauan kepada pekerja umum, industri dan rumah. Selain itu juga kegiatan peningkatan transportasi publik, peningkatan kapasitas bangunan, dan meningkatkan aplikasi pengelolaan lingkungan pada kota. Eco-City dan keberlanjutan kota harus didukung tujuan-tujuan yang telah terintergrasi oleh modernisasi ekologi, inovasi ekologi dalam penyimpanan sumber daya alam, dan efisiensi ekologi berdasarkan keberlanjutan lanskap alami manajemen keberlanjutan lanskap. Mekanisme pembangunan harus berada dalam kontrol komunitas kota dan dilakukan secara vertikal dan horizontal sehingga menciptakan kesatuan manajemen kota yang berkelanjutan. Manajemen kota yang berkelanjutan akan memberikan kepercayaan masyarakat efektivitas dan efisiensi hasil pembangunan. Saat ini,kota baru di Indonesia, Sentul City di Bogor, Jawa Barat, telah mempromosikan kebijakan yang mempunyai sasaran dalam
membentuk Eco-City. Kebijakan ini masih satu garis dengan ISO 14001 (Arifin, 2009).
2.2 Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman alami, keanekaragaman hayati, atau biodiversitas, adalah semua kehidupan diatas bumi ini (tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme) serta berbagai materi genetik yangdikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi
di
mana
mereka
hidup.Termasuk
didalamnyakelimpahan
dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semuahabitat yang ada di darat, laut, dan sistem-sistem perairan lainnya. Oleh karena itu, keanekaragaman hayati lazimnya dianggap memiliki tiga tingkatan yang berbeda (Nichols, 2007) a. Keanekaragaman genetik merujuk kepada berbagai macam informasi genetik yang terkandung di dalam setiap makhluk hidup. Keanekaragaman genetik terjadi di dalam dan di antara populasi-populasi spesies serta di antara spesies-spesies. b. Keanekaragaman spesies merujuk kepada keragaman spesies-spesies yang hidup. Keanekaragaman ekosistem berkaitan dengan keragaman habitat, komunitas biotik, dan proses-proses ekologis, serta keanekaragaman yang ada di dalam ekosistem-ekosistem dalam bentuk perbedaan-perbedaan habitat dan keragaman proses-proses ekologis. Perubahan secara evolusi menghasilkan proses diversifikasi terus-menerus di dalam makhluk hidup. c. Keanekaragaman hayati meningkat ketika variasi genetik baru dihasilkan, spesies baru berevolusi, atau ketika satu ekosistem baru terbentuk. Keanekaragaman hayati akan berkurang dengan berkurangnya spesies, satu spesies punah, atau satu ekosistem hilang maupun rusak. Konsep ini menekankan sifat keterkaitan dunia kehidupan dan proses-prosesnya. Indonesia memiliki 187,9 juta ha area terrestrial dan 137,09 juta ha (70% dari total area Indonesia) yang merupakan lahan hutan.Kegiatan konservasi hutanhutan seperti hutan hijau tropis dataran tinggi dan dataran rendah, hutan mangrove, dan hutan rawa menjadi sangat penting.Karena semua kegiatan ini bertujuan untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia.Berdasarkan data,
hutan di Indonesia mencakup hutan konservasi seluas 23,54 juta ha, hutan lindung seluas 31,6 juta ha, dan hutan produksi seluas 81,95 juta ha. Walaupun hanya 1,3% dari area terestrial dunia, Indonesia memiliki 17% keragaman spesies dunia (Departemen Kehutanan, 2008 disitasi oleh Arifin, 2011). Indonesia adalah salah satu titik ekologis yang menjadi daya tarik dunia.Berdasarkan data jumlah sumber daya hayati flora dan fauna, UNEP memposisikan Indonesia di urutan ketiga setelah Brazil dan Kongo, di antara sepuluh negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Selain itu, Indonesia termasuk dalam lima negara yang memiliki keragaman tanaman paling beragam dengan lebih dari 38.000 spesies tanaman dan 55% merupakan spesies lokal (LIPI, 2010 disitasi olehArifin, 2011). Karakter keanekaragaman hayati Indonesia yang kuat di mata dunia berbanding terbalik dengan tingkat deforestasi yang terjadi belakangan ini.Indonesia memiliki tingkat deforestasi yang tinggi di dunia, yaitu 3,8 juta ha hutan hilang per tahun atau 7,2 ha per menit. WRI (World Resource Institute) melaporkan bahwa hanya tinggal 20% dari hutan asli Indonesia dari 130 juta ha yang masih tersisa.Sekitar 72% hutan alami Indonesia dialihkan menjadi area industri, pemukiman, area pertanian, area perkebunan, area rumput, dan lainnya (Arifin, 2011). Populasi yang berkembang pesat membuat adanya tekanan yang tinggi terhadap pemakaian lahan, air, sumber daya energi, dan sumber daya hayati lainnya.Pada tahu 2030 mendatang, diperkirakan lebih dari 60% populasi dunia tinggal
di
lingkungan
perkotaan.
Peningkatan
populasi
urban
ini
akanmengakibatkan masalah terhadap pasokan air bersih hingga masalah sampah. Menghadapi kemungkinan-kemungkinan besar seperti ini, sangat penting untuk mendalami konsep green-city,yangsalah satunya adalah tumbuhnya sikap saling bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini adalah keanekaragaman hayati (Arifin, 2011). Saling bergantung antara manusia dan keanekaragaman hayati sangat penting karena pada akhirnya seluruh masyarakat akanbergantung kepada layanan dan sumberdaya keanekaragaman hayati. Saat ini hanya sebagian orang yang menjalani gaya hidup bergantung pada keanekaragaman. Padahal, budaya,
sejarah, dan identitas berkaitan erat dengan lingkungan alam dan sistemsistemnya.Tiap budaya dan bangsa memiliki perbedaan dalam memandang dan menilai keanekaragaman hayati sebagai akibat dari perbedaan warisan dan pengalaman
mereka.Meskipun
ketergantungan
banyak
orang
pada
keanekaragaman hayati menjadi semakin kurang jelas, keanekaragaman hayati tetap sangat penting bagi semua kelompok masyarakat.
2.3 Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan Pengelolaan lanskap merupakan upaya dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan suatu kawasan.Mengelola lanskap harus memperhatikan ruang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksesibilitas, serta fungsi ekologisnya.Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan dan perbaikan iklim mikro,
pertimbangan
estetika
dan
pemeliharaan
juga
harus
diperhatikan.Keamanan, kebersihan, dan estetika juga menjadi aspek penting yang harus diperhatikan, karena baik atau buruknya pelaksanaan pengelolaan akan menentukan keberhasilan suatu keberlanjutan karya lanskap. Oleh karena itu, rencana pengelolaan lanskap harus ada dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan master plan suatu proyek. Pentingnya pengelolaan lanskap adalah untuk menjaga areal lanskap dengan
segala
fasilitasnya
agar
tetap
berfungsi
sesuai
dengan
yang
direncanakan.Pengelolaan berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dan terorganisasi.Program yang terstruktur dan terorganisasi bertujuan agar lanskap tersusun secara sistematis dan mudah dikelola.Program perencanaan perlu mempertimbangkan aspek fisik, sosial, budaya, ekologi, dan ekonomi.Program pengelolaan biasa disebut dengan rencana pengelolaan (management plan). Manajemen suatu tapak mempunyai beberapa prinsip yang harus dimiliki pengelola.Terdapat dua belas prinsip yang dapat dijadikan petunjuk dasar untuk mewujudkan program pengelolaan,yaitu (Sternloff and Warren, 1984): a. Memiliki tujuan dan standar pemeliharaan b. Pemeliharaan harus berdasarkan penggunaan waktu, tenaga, alat, bahan secara ekonomis.
dan
c. Pelaksanaan pemeliharaan berdasarkan perencanaan pemeliharaan tertulis. d. Jadwal pekerja pemeliharaan harus berdasarkan pada pertimbangan prioritas dan kebijakan. e. Seluruh bagian pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance). f. Divisi pemeliharaan harus dikelola dengan baik. g. Sumberdaya dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan h. Sumberdaya tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi pemeliharaan. i. Memiliki tanggung jawab terhadap keamanan pegawai serta masyarakat. j. Program pengelolaan harus dirancang untuk memelihara lingkungan alami. k. Pemeliharaan harus menjadi pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman dan fasilitasnya. l. Pegawai bagian pemeliharaan bertanggung jawab bagi pencitraan masyarakat terhadap dinas pertamanan. Setiap arsitek dalam membuat satu karya harus bertangggung jawab terhadap lingkungan alami. Beberapa cara spesifik untuk melindungi lingkungan alami adalah sebagai berikut (Simonds and Starke, 2006) a. Setiap pengguna memiliki sikap untuk memelihara lingkungan. b. Setiap pengelola melindungi setiap sumber daya alam yang berada di tapak dan memikirkan masa depan. c. Fasilitas yang didirikan perancang dan perencana terkombinasi dengan lanskap alami tapak, bukan sebaliknya.
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, dengan luas kurang lebih 3.000 ha (Gambar 2).Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian adalah 3 bulan, dari akhir bulan Februari hingga Mei 2011.
Sumber: http://maps.google.com/ Gambar 1. Peta lokasi Sentul City (tanpa skala) 3.2 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan pada kegiatan inventarisasi dan pengolahan data adalah kamera digital, tali-temali untuk membuat petak, dan program komputer seperti,Autocad, dan Adobe Photoshop CS3. Bahan yang dibutuhkan adalah master plan Sentul City serta buku literatur tentang tanaman, yaitu “Plants Resources
of
South-East
Asia(PROSEA)
No.5(1)Timber
Commercial Timbers” dan buku “Galeri Tanaman Lanskap”.
Trees:
Major
3.3 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan menyusun rencana pengelolaan lanskap melalui konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ, metode yang digunakan sebagai berikut 3.3.1
Menginventarisasi vegetasi berdasarkan jenis dan asalnya. Metode ini dilakukan dengan survei lapang, mencatat jenis tanaman yang ditemukan di setiap zona yang ditentukan, dan mencari asalnya di literature “Plants Resources of South-East Asia(PROSEA) No.5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers” dan buku “Galeri Tanaman Lanskap”. Zona yang ditentukan merupakan lokasi pengambilan sampel indeks keragaman jenis tanaman, yaitu a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Venesia. Lokasi sampel ditentukan dengan cara purposive, yaitu dengan pertimbangan bahwa suatu lokasi memiliki formasi kombinasi tanaman yang rimbun, lokasi sebagai ruang publik di bawah naungan pengelolaan lanskap Sentul City, lokasi mewakili jenis lanskap yang ada, dan lokasi dizinkan pengelola kawasan Sentul City.
3.3.2 Menghitung index keragaman dengan metode Density Board Standard Methodyang dilanjutkan dengan analisis keragaman hayati tanaman dengan metode Shanon-Wienner Density Board Standard Methodmerupakan pengumpulan data jumlah dan jenis vegetasi pada lokasi pengamatan yang dilakukan dengan melakukan inventarisasi tanaman dengan menerapkan metode kombinasi antara metode jalur dan metode garis berpetak. Plot contoh berukuran 10 m x 10 m dapat mencakup segala jenis tanaman mulai dari herba, semak, perdu, sampai pohon. Untuk mengidentifikasi keragaman jenis tumbuhan bawah (semak dan herba), dilakukan dengan membuat petak 5 m x 5 m di dalam petak berukuran 10 m x 10 m sejauh jalur pengamatan (Gambar 3). Terdapat 3 plot ulangan pada lokasi pengamatan lanskap greenway dan
cluster,dan2 plot ulangan pada lokasi pengamatan danau. Plot dibuat pada ruang terbuka hijau yang di dalamnya terdapat keragaman tanaman selain itu juga, plot dibuat di tepi jalan dan danau (Indriyanto, 2006). 50 m Plot 1 10 m
Plot 2
Plot 3
Plot 4
Plot 5
5m 5m
Gambar 2. Plot yang dibuat pada ruang terbuka hijau
Metode Shanon-Wiener (Odum, 1971) merupakan penghitung indeks keragaman jenis tanaman pada lanskap RTH Sentul City. Metode ini dilakukan untuk mengetahui kompleksitas keragaman jenis. H = - ∑ Pi ln Pi dengan Pi = ∑ Ni / N Total Keterangan: H
: Indeks Keragaman Shanon-Wienner
Pi
: Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
Ni
: Jumlah individu spesies ke-i
N total
: Jumlah total individu
Nilai perhitungan indeks keragam (H) tersebut menunjukkan bahwa Jika H ≥ 3, keragaman spesies tinggi; Jika 1 < H < 3, keragaman spesies sedang; Jika H≤ 1, keragaman spesies rendah.
3.3.3
Menyusun rencana pengelolaan konservasi ex-situkeragaman hayati tanaman dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah analisis yang didasarkan pada logika dengan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), tetapi secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).Analisis SWOT menganalisis kekuatan dan kelemahan
dari faktor internal dan menganalisis peluang dan ancaman dari faktor eksternal
(Rangkuti,
2009).Kerangka
kerja
dengan
menggunakan
pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut, a. Penentuan bobot setiap variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya.Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 1 dan 2).
Tabel 1. Formulir tingkat kepentingan faktor internal Simbol Faktor Kekuatan (Strength) S1 S2 S3 Sn
Tingkat Kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sedang
Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) W1 W2 W3 Wn
Tingkat Kepentingan Kelemahan yang tidak berarti Kelemahan kurang berarti kelemahan yang cukup berarti
Tabel 2. Formulir tingkat kepentingan faktor eksternal Simbol Faktor Peluang (Opportunity) O1 O2 O3 On
Tingkat Kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang tinggi Peluang rendah
Simbol Faktor Ancaman (Threat) T1 T2 T3 Tn
Tingkat Kepentingan Ancaman yang besar Ancaman yang sedang Ancaman yang kecil
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut
digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 3).
Tabel 3. Formulir pembobotan faktor internal dan eksternal Simbol A B C D E Total
A
B
C
D
E
Total
Bobot
Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu (David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertical
b. Penentuan peringkat (Rating) Penentuan
tiap
variabel
terhadap
kondisi
objek
diukur
dengan
menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki Sentul City. Nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada setiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan(David, 2008 yang disitasi Rangkuti, 2009) (Tabel 4 dan Tabel 5).
Tabel 4. Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Kekuatan
Bobot
Rating
Skor
Rating
Skor
Kelemahan
Total Tabel 5. Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Peluang
Bobot
Ancaman Total c. Penyusunan alternatif strategi Hubungan antara kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan ancaman digambarkan dalam matriks SWOT.Matriks ini menghasilkan beberapa alternatif strategi sehingga kekuatan dan peluang dapat ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diatasi (Tabel 6). Tabel 6.FormulirMatriks SWOT Eksternal
Opportunities
Threats
Strenghts
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Weaknesses
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahankelemahan
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Internal
Berdasarkan Matriks SWOT (Tabel 6) didapatkan 4 langkah strategi berikut Strategi SO (Strenghts-Opportunities) Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran pengelola, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Strategi
SO
menggunakan
kekuatan
internaluntuk
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST (Strenghts-Threats) Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki pengelola untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
d. Pembuatan tabel Ranking alternatif strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menetukan rangking prioritas strategi (Tabel 7). Jumlah skor ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi yang ada. Perangkingan ini dilakukan secara subjektif dengan strategi usaha memaksimumkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) serta meminimumkan ancaman (threats) dan kelemahan (weaknesses).
Tabel 7. Formulir rangking alternatif strategi dari Matriks SWOT Alternatif Strategi SO1 SO2 SO3 ... SOn WO1 WO2 WO3 ... WOn ST1 ST2 ST3 ... STn WT1 WT2 WT3 ... WTn
Keterkaitan dengan Unsur SWOT
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada
Mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada
Skor
Rank
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Situasional Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Kota ini terdiri dari kawasan perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas komersial, industri ringan, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan fasilitas umum. Secara geografis, kota mandiri ini terletak pada 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT. Sebelah utara berbatasan dengan ibu kota Jakarta, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Ciawi. Sentul City diapit oleh kota Bogor di sebelah barat dan kota Jonggol di sebelah timur. Akses dari Jakarta menuju Sentul City dapat melalui jalan Tol Jagorawi lalu keluar di Pintu Tol Sentul Selatan. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat melalui Tol Bogor Ring Road, sedangkan akses dari kota Jonggol melalui Karang Tengah. Sentul City memiliki luas 3.000 ha sesuai dengan master plan pembangunan kawasan. Lokasi kegiatan pembangunan Sentul City berada pada 8 wilayah desa dan 2 Kecamatan, yaitu Desa Cipambuan, Desa Babakan Madang, Desa Citaringgul, Desa Bojong Koneng, Desa Sumur Batu, Desa Cijayanti, Desa Kadumanggu, dan Desa Cadas Ngampar, Kecamatan Babakan Magang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
4.1.1 Aspek Ekologi Sentul City sering disebut kota pegunungan karena tapaknya yang menuju Gunung Pancar. Kontur serta kemiringan lahan tapak ini sudah banyak diberi perlakuan cut and fill untuk kepentingan perumahan dan fasilitas komersial lainnya. Iklim tropis menjadikan Sentul City berpotensi untuk berkembang biaknya vegetasi-vegetasi dengan mudah sehingga pihak Sentul City banyak memakai tanaman-tanaman introduksi ke dalam perencanaannya.Sentul City dengan konsep vegetasinya mendapatkan penghargaan Rekor Muri sebagai Taman Terluas di Jalan Utama Kota Mandiri, yaitu 27 Ha pada tahun 2009. Selain itu, di kota mandiri ini juga banyak ditemukan satwa burung yang sering terlihat di jalan-jalan serta ruang tebuka hijau di dalam kawasan perumahan.
1
2
Sentul City dilintasi oleh dua sungai, yaitu sungai Cikeas dan sungai Citeureup.Sungai Cikeas mengalir dari area Bogor dan bermuara di laut utara Bekasi.Sungai yang melintasi kawasan perumahan Sentul City ini juga menjadi sarana para pengelola untuk dijadikan kawasan rafting. Sungai Citeurup melewati kawasan Sentul City hingga Subang.
4.1.1.1 Topografi Topografi Sentul City merupakan kawasan yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 200 m – 750 m di atas permukaan laut.Kawasan ini mempunyai kemiringan lereng yang berkisar antara 0% sampai lebih besar dari 25% (Tabel 8).
Tabel 1. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City Bentuk Wilayah Datar - berombak Bergelombang Berbukit Bergunung-gunung
Lereng (%) 0-8 8 - 15 15 - 25 >25
Perbedaan Tinggi (m) 0 - 15 15 - 50 50 - 200 >200
Luas (Ha) Proporsi (%) 1109,3 36,98 706,3 23,54 695 23,17 489,4 16,31
Sumber : Bukit Sentul Tbk. 2009 Berdasarkan data tersebut, terdapat daerah yang dapat dibangun dan tidak dapat dibangun. Daerah yang boleh dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lereng <15% (datar-bergelombang), yaitu seluas 1.815,6 ha (60,25% dari luas total area) dan daerah yang tidak dapat dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lebih dari 15% (berbukit dan bergunung-gunung) atau seluas 1.184,4 ha (39,48% dari luas total area).
4.1.1.2 Iklim Berdasarkan data dari stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga (BMG) Dramaga, Bogor, kelembaban udara kawasan Sentul City rata-rata tercatat 76,69% - 86,35%. Kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus dan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Februari (Tabel 9). Data temperatur menunjukan bahwa suhu rata-rata tercatat 24,6°C – 26,73 °C. Suhu
3
minimum terjadi pada bulan Januari dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober (Tabel 10). Tabel 2. Kelembaban Udara Sentul City Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Tahun 2001 2002 84,8 74,4 88,0 86,9 87,8 83,9 86,3 83,6 n.a 80,5 79,8 79,9 80,0 82,4 76,1 76,1 80,0 75,1 85,5 72,0 83,1 83,3 74,4 84,7
2003 79,4 80,8 83,7 83,8 80,0 78,0 72,4 73,9 81,1 83,1 85,9 87,7
2004 88,3 88,1 82,9 82,0 83,8 76,9 83,8 74,2 82,4 80,5 84,8 86,1
2005 88,3 87,8 88,3 83,4 81,5 84,9 82,4 81,0 80,8 82,5 83,0 84,3
2006 86,6 86,9 83.4 82,0 79,5 77,2 78,4 70,9 64,5 71,8 81,7 87,3
2007 77,9 89,2 84,2 87,2 82,7 82,0 77,3 76,3 76,3 81,2 85,6 89,6
2008 81,9 90,1 83,8 83,3 79,7 79,1 73,6 81,1 78,6 80,1 85,5 86,5
2009 88,0 88,0 82,0 82,0 85,0 81,0 77,0 75,0 75,0 82,0 81,0 85,0
2010 88,0 85,0 86,0 77,0 84,0 86,0 84,0 84,0 84,0 86,0 82,0 83,0
2011 83,0 79,0 82,0 84,0 84,0 77,0 80,0 75,0 n.a n.a n.a n.a
2005 25,0 25,9 25,6 26,5 26,7 26,3 26,0 26,0 26,1 26,6 26,8 25,1
2006 25,1 25,1 25,3 25,7 26,8 26,5 26,7 26,6 27,7 27,7 27,2 25,6
2007 24,3 24,3 25,6 25,7 26,7 25,9 26,2 26,7 26,8 26,3 25,8 24,3
2008 24,0 25,2 25,2 26,2 26,6 26,3 26,9 26,6 27,0 27,5 26,0 25,6
2009 25,0 25,1 25,8 26,2 26,1 26,1 25,8 26,3 26,6 26,0 26,3 26,1
2010 25,3 25,9 26,0 27,1 26,7 25,9 25,8 25,8 25,3 25,4 25,9 25,5
2011 25,4 25,6 25,7 25,8 26,1 26,1 25,8 25,7 n.a n.a n.a n.a
Rata-rata 83,6 86,3 84,4 83,1 82,0 80,1 79,2 76,6 77,7 80,4 83,5 84,8
Tabel 3. Suhu Udara Sentul City Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember
Tahun 2001 2002 24,6 24,3 23,0 24,4 25,2 25,9 23,5 26,0 n.a 26,2 26,2 26,2 25,7 25,5 26,2 25,8 26,1 26,4 26,0 28,3 25,3 26,1 25,8 26,0
2003 24,2 24,6 25,1 26,3 26,0 26,6 26,2 27,1 26,4 26,1 25,9 24,9
2004 23,4 24,4 26,0 26,4 26,2 25,7 25,4 26,3 26,5 27,4 26,4 25,2
Rata-rata 24,6 24,8 25,5 25,9 26,4 26,1 26,0 26,2 26,4 26,7 26,1 25,4
Curah hujan rata-rata kawasan Sentul City lebih dari 4.000 mm. Rata-rata curah hujan bulanannya berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai dengan 474.5 mm/bulan. Bulan paling basah berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan Mei.Selain itu, jumlah hari hujan rata-rata 150 hari/tahun.
4
4.1.1.3 Hidrologi Berdasarkan jenisnya, kawasan Sentul City memiliki air sungai, air tanah, dan mata air.Kawasan Sentul City dilewati sungai Cikeas, Sungai Citeureup, dan beberapa anak sungainya.Sungai Cikeas dan sungai Citeureup merupakan sungai permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya merupakan sunga intermiten yang hanya berair pada musim hujan dan kering pada musim kemarau.Air tanah yang terdapat di kawasan Sentul City merupakan air tanah dangkal yang tidak bertekanan dengan kedudukan muka tanah air bebas berkisar antara 4 hingga 12 meter.Potensi air tanah di kawasan Sentul City sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Sumber air dari mata air mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada di kawasan tersebut dengan debit air yang umumnya kecil, yaitu kurang lebih sebesar 0,5 liter/detik. Selain sungai Cikeas dan sungai Citeureup, sumber air lain yang cukup potensial adalah sungai Ciliwung meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi kawasan. Pihak Sentul City telah mendapatkan SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai tersebut.Sungai Cikeas dan Sungai Citeureup berfungsi untuk mengairi dua danau buatan yang terdapat di kawasan Sentul City, selain juga berfungsi sebagai cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di kawasan Sentul City terutama saat musim kemarau. Kawasan Sentul City dibangun pada daerah minim air, baik permukaan maupun air tanah. Pada awal pembangunan, pengelola Sentul City menggunakan air sungai Citeureup dan air hujan yang ditampung dalam waduk dan kolam untuk dijadikan sumber air baku. Namun, setelah Sentul City bekerja sama dengan PDAM Kota Bogor, air untuk kebutuhan minum dan penyiraman tanaman tidak lagi bermasalah. Baik air hujan maupun air sungai dibiarkan begitu saja sebagai cadangan air tanah. Kualitas air permukaan yang terletak di kawasan Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang Batas Baku Mutu Golongan B, sehingga untuk pemanfaatannya sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi. Untuk itu telah dibangun tempat khusus pengolahan air dan ditangani
5
oleh Departemen Instalasi Pengolahan Air dan Limbah atau Water Treatment Plant Departement (WTP)(Gambar 4). Sumber air yang digunakan WTP berasal dari sungai Cibarengkok yang dijernihkan dengan proses kimia dan fisika. Penggunaan sistem WTP dapat mengurangi kebergantungan pada sumber daya dari tempat lain, serta dalam skala lebih besar jika dipadukan dengan pengelolaan limbah cair dapat membentuk suatu sistem recycle dalam pengelolaan sumber daya air.
Gambar 1.Instalasi pengolahan air dan limbah.
4.1.1.4 Vegetasi Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City dipengaruhi oleh topografi yang dibedakan menjadi dua bentang alam, bentang alam basah dan bentang alam kering.Daerah bentang alam basah sebagian besar merupakan tanaman budidaya seperti pisang, talas, ketela pohon, dan kacang tanah.Tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang banyak membutuhkan air.Pada daerah bentang alam kering, jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Willd.Ex. Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli.Sedangkan hutan binaan di kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera. Konsep Eco-City tentang pengayaan keragaman hayati tanaman pada Sentul City direfleksikan pada perencanaan vegetasinya.Sentul City mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu Taman Jalan Terbesar untuk Pengembangan Kota dengan luas area 27 ha, 6518 pohon dengan 49 spesies yang berbeda dan belum termasuk spesies semak, perdu, dan rumput.
6
Pengembangan Taman Jalan ini berada di jalan utama Sentul City dengan panjang jalan 6,2 Km. Selain itu, pada peruntukan lahan lain seperti Central Bussiness District (BCD), pemukiman, Cluster, penginapan, area rekreasi, lapangan golf, hutan alami maupun buatan dan area penangkapan juga memiliki pengayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 76 spesies pohon dengan total 32.876 pohon pada area terbuka hijau (30 ha). Namun hanya 68 spesies yang teridentifikasi dan spesies-spesies itu lebih banyak ditemukan spesies tanaman introduksi dan hanya 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Sentul City dalam membangun Ruang Terbuka Hijau turut mengacu pada undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu mewajibkan setiap kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30 persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau Sentul City tersebar ke seluruh area yang terbagi dalam 6 model lanskap yaitu, Area Jalan Utama, Area Rekreasi, Area Pemukiman, Area Komersil dan Fasilitas Umum, Area Golf, dan terakhir Area Budidaya. a. Area Jalan Utama Secara umum Sentul City memiliki 3 jenis jalan, yaitu jalan arteri dua jalur, jalan kolektor dan sub kolektor. Jalan utama Sentul City memiliki panjang 6,2 Km dengan badan jalan antara 6-10 m dilapisi hotmix. Jalan arteri Sentul City dibagi menjadi dua, yaitu jalan Thamrin dan Jalan Siliwangi.Sepanjang jalan arteri terdapat komplek-komplek pemukiman yang biasa disebut dengan Cluster dan jalan arteri dan tiap Cluster dihubungkan dengan jalan kolektor. Jalan sub kolektor adalah jalan yang terdapat di lingkungan Cluster yang menghubungkan antar rumah ke rumah (Gambar 5). Vegetasi yang dapat ditemukan sepanjang Area Jalan Utama antara lain didominasi oleh pohon akasia (Acacia mangium) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Seluruh jenis pohon yang tersebar di Jalan Utama berjumlah sekitar 49 spesies dengan jumlah pohon kurang lebihnya 6.500 buah (Bukit Sentul Tbk. 2009).Selain itu di area Jalan Utama juga dapat dijumpai semak dan rumput yang cantik dan ditata dengan indah serta perawatan yang tinggi (Gambar 6).
7
Gambar 2. Jalan Arteri (atas), Kolektor (bawah kiri), dan Sub Kolektor (bawah kanan) Sentul City
Gambar 3. Kombinasi cantik pohon, semak, dan rumput dengan perawatan tinggi b. Area Pemukiman (Cluster Area) Sentul City saat ini memiliki 17 Cluster besar dan 10 Cluster kecil dengan luas seluruh lahan 1.109,25 ha. Area pemukiman Sentul City juga menyediakan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 230 ha yang di dalamnya terdapat Buffer, taman ketetanggaan, dan pekarangan. Buffer tiap cluster didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia mangium), pohon mahoni,
8
dan pohon tanjung.Taman ketetanggan dan pekarangan didominasi tanamantanaman hias dan tanaman buah (Gambar 7).
Gambar 4. Contoh welcome area pada area pemukiman
c. Area Rekreasi (Danau, Taman Budaya, dan fasilitas rekreasi lainnya) Area Rekreasi adalah area atau wilayah yang berfungsi untuk digunakan manusia sebagai tempat beristirahat, bersenang-senang, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.Kegiatan rekreasi berguna untuk menyegarkan kembali tubuh agar siap untuk kerja. Sentul City memiliki area rekreasi terdiri dari danau, taman budaya dan theme park Alam Fantasia. Sentul City memiliki delapan danau atau waduk buatan yang saat ini dapat diharapkan menjadi cadangan air tanah dan membantu peresapan air.Namun danau yang cocok untuk kegiatan rekreasi ada tiga danau yaitu danau Parahyangan, danau Northridge dan danau gerbang Graha Utama (Gambar 8).Danau
Parahyangan
terletak
di
tengah
perumahan
Cluster
Parahyangan.Kegiatan rekreasi masyarakat di danau ini antara lain bersantai, duduk-duduk, memancing, dan piknik.Vegetasi pada area danau Parahyangan didominasi oleh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan pohon matoa (Pometia pinnata).Danau
Northridge
terletak
di
tengah
perumahan
Cluster
Northridge.Kegiatan rekreasi yang dilakukan berupa piknik, bersantai, dan memancing. Danau Northridge adalah danau terbesar antara danau Parahyangan dan danau Graha Utama.Vegetasi pada danau Northridge masih berupa hutan alami yang didominasi pohon jati (Tectona grandis) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Namun, sebagian area sudah ditanami rumput (Axonopus compressus)
9
yang dikombinasikan dengan palem bismarkia (Bismarckia sp.) dan palem pinang (Areca catechu) karena difungsikan sebagai area rekreasi. Danau Graha Utama teletak di sebelah Gerbang Graha Utama.Danau Graha Utama digunakan untuk bersantai, duduk-duduk, dan sesekali menjadi tempat shooting film.Danau Graha Utama didominasi oleh semak berbunga dan tanaman air. Vegetasi di dalam Taman Budaya didominasi pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia auriculiformis) dan pohon bintaro (Cerbera manghas).Vegetasi di dalam kawasan rekreasi Alam Fantasia didominasi oleh pohon akasia (Acacia auriculiformis).Vegetasi pohon tersebut juga dapat ditemukan hampir di seluruh area Sentul City (Saraswati, 2010).
Gambar 5. Danau Graha Utama (kiri) dan Danau cluster Parahyangan (kanan) d. Area Komersial dan Fasilitas Umum Area Komersial dan Fasilitas Umum pada kawasan Sentul City meliputi sekolah, universitas, tempat ibadah, pertokoan, pasar, dan kantor pengelola Sentul City (Gambar 9). Vegetasi pada area ini hanya berfungsi sebagai vegetasi hias
Gambar 6. Kantor pengelola Sentul City (kiri) dan Bellanova (kanan) sebagai pusat perbelanjaan
10
yang mendukung area terbangun.Vegetasi semak lebih mendominasi dari pada vegetasi pohon sehingga area terasa lebih panas karena kurang naungan. Keragaman vegetasi pun lebih kecil dibandingkan area yang lain karena hanya ada sekitar 42 jenis pohon.
e. Area Golf Area Golf pada Sentul City terdapat pada Cluster Bukit Golf Hijau, Sentul Golf Highland, dan Mediterania Golf Hill. Vegetasi area golf pada Sentul City dibagi menjadi tiga bagian menurut fungsinya, yaitu vegetasi Buffer lapangan golf, rumput golf, dan vegetasi jalan. Vegetasi Buffer didominasi pohon pinus (Pinus merkusii) dan akasia (Acacia auriculiformis), rumput golf memakai jenis rumput bermuda (Cynodon dactylon L.), dan untuk vegetasi jalan lebih sering menggunakan jenis-jenis palem. Jenis-jenispalem itu seperti pinang (Areca catechu L), bismarkia (Bismarikia nobilis), kelapa gading (Cocu mucifera L.), palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dan palem merah (Crytostachys lakka Becc.). Vegetasi pada area golf 49 jenis pohon.
Gambar 7. Area Golf di Sentul City Aa Budidaya
f. Area Budi Daya Area budidaya pada Sentul City meliputi kawasan Nursery/tempat pembibitan dan area perkebunan warga (Gambar 11).Nursery mengembangkan tanaman penutup tanah dan beberapa semak seperti bunga soka (Ixora sp.), taiwan beauty (Chupea sp.) dan iris (Neomarica longifolia). Area perkebunan warga ditanami tanaman seperti singkong, kangkung dan ubi jalar.Selain itu, terdapat
11
pula area pelatihan pertanian sebagai kawasan Edutourism sebagai program wisata Taman Budaya.
Gambar 8. Area pembibitan (kiri) dan perkebunan warga (kanan)
4.1.2 Aspek Pengelolaan PT Sentul City .Tbk mempercayai PT Sukaputra Graha Cemerlang sebagai pengelola.PT. Sukaputra Graha Cemerlang memiliki Departemen Pengelolaan yang mengelola bagian infrastruktur, kompos, kebersihan, utilitas dan lanskap.Kepala Departemen Pengelolaan membawahi tiga bagian yaitu bagian infrastruktur, bagian lanskap dan kebersihan, dan bagian kompos. Bagian lanskap dan kebersihan membawahi dua supervisor yang mengelola 296,59 ha lanskap zona hijau Sentul City secara keseluruhan, serta membawahi bagian pengelola sampah rumah tangga dan sampah hijau. Setiap supervisor membawahi pengawas yang bertugas untuk mengontrol aktivitas kontraktor perihal jadwal kerja, teknis lapang, dan absensi tenaga kerja.Selain itu supervisor juga ikut andil dalam pelaksanaan pembibitan vegetasi tanaman hias sebagai cadangan apabila vegetasi di lapangan terjadi kerusakan (Gambar 12). Perawatan RTH Sentul City dikelola oleh CV Gelar Jaya dan CV Cipta Anugrah Maulita dibawah supervisor pengelola Sentul City dengan luas wilayah kelola 296,59 ha (Tabel 11). Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting,
12
pengumpulan
sampah
daun, penggantian tanaman secara berkala, dan
pengawasan.
Gambar 9. Struktur Organisasi Departemen Pengelola Sentul City
Tabel 4. Luas area perawatan lanskap No.
Area Perawatan Lanskap 1 Taman Taman Gerbang Taman Lingkungan Spine Road 2 Rumput Berm Halaman depan Kavling RTH 3 Pohon Pohon Jalan Pohon Penghijauan Sempadan Jalan Jogging Track Drainase
Total Sumber : Bukit Sentul Tbk, 2009
Luas (ha)
Proporsi (%)
4,43 10,72 11,94
1,50 3,60 4,03
58,02 11,37 108,76 60,56
19,46 3,84 36,60 20,32
1,42 6,69 25,87 0,38 4,49 296,59
0,48 2,25 8,72 0,13 1,50 100
13
Menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ perlu dilakukan dengan evaluasi keragaman hayati tanaman, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi, dan analisis SWOT.Evaluasi keragaman hayati tanaman berfungsi untuk mengetahui jumlah, spesies, dan asal tanaman.Evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi berfungsi untuk mengetahui tingkat keragaman jenis tanaman pada Sentul City.Analisis SWOT berfungsi untuk menyusun strategi-strategi dalam memaksimalkan konsep Eco-City pada Sentul City.
4.2 Evaluasi Keanekagaraman Hayati Tanaman Pada penelitian ini, terdapat beberapa titik lokasi sebagai random sampel yang mewakili bentuk ruang terbuka hijau di Sentul City.Hasil identifikasi tiap titik lokasi merupakan bentuk evaluasi keragamanjenis tanaman Sentul City. Titik lokasi pengambilan sampel tersebar di delapan titik lokasi sampel yang mewakili lanskap danau, lanskap jalur hijau/greenway, dan lanskap ruang terbuka hijau cluster (Gambar 13). Pada delapan titik lokasi sampel evaluasi keragaman hayati tanaman, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil dari jenis vegetasi delapan titik lokasi sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli dengan kata lain persentase tanaman introduksi sebesar 68% dan tanaman asli 32%. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon Akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon Manggis (Garcinia mangostana) (Lampiran 1). Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City berjumlah 32.876 pohon dengan 68 spesies tanaman introduksi dan 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Wild.Ex.Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman
asli
kawasan
Sentul
City.
Sedangkan
hutan
binaan
di
Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Venesia 14
kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera (Bukit Sentul Tbk. 2009). Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Hal ini berbeda dengan dengan konsep Eco-City, karena apabila Sentul City menggunakan konsep Eco-City sebagai bagian dari strategi pemasarannya, maka Sentul City harus mengedepankan indigenous spesies atau tanaman asli sebagai indentitas suatu kawasan. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011).Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono. 2002). Selain itu, dalam konteks sosial-budaya, dominasi tanaman introduksi terhadap tanaman asli akan mengakibatkan identitas kawasan menjadi pudar (Arifin, 2009).
4.3 Indeks Keragaman Hayati Tanaman Indeks keragaman jenis tanaman berdasarkan pengamatan pada delapan titik lokasi sampel di kawasan Sentul City termasuk dalam kategori keragaman jenis rendah. Indeks keragaman tertinggi terdapat pada lokasi RTH Cluster Northridge dengan indeks 1,06, yang memiliki 6 spesies vegetasi serta 31 individu di dalamnya. Indeks keragaman terendah terdapat pada lokasi Jalan Moh. Husni Thamrin bagian tengah dengan indeks 0,06, yang memiliki 5 spesies vegetasi serta 1.428 individu di dalamnya (Tabel 12).Tinggi atau rendahnya indeks keragaman jenis tanaman pada setiap jenis lanskap yang berbeda-beda di Sentul City dipengaruhi oleh pola kombinasi tanaman antara pohon, perdu, semak, dan herba.Tanaman pohon memiliki nilai keragaman yang lebih tinggi daripada tanaman perdu, semak, dan herba.
15
Tabel 5. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel di Sentul City Lokasi Jumlah individu
a 18
b 32
c 4203
d 1428
e 30
f 65
g 19
h 31
Jumlah jenis
6
5
10
5
5
2
2
6
Indeks keragaman hayati
0,74
0,47
0,37
0,06
0,72
0,23
0,64
1,06
Keragaman
R
R
R
R
R
R
R
S
Keterangan : a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, h) RTH Cluster Northridge. R : Keragaman Rendah, S : Keragaman Sedang, T : Keragaman Tinggi
Lokasi RTH Cluster Northridge memiliki nilai indeks keragaman paling tinggi dengan dominasi spesies pohon jika dibandingkan dengan perdu, semak, dan herba.Sebaliknya, lokasi yang memiliki dominasi tanaman herba yang lebih tinggi daripada tanaman pohon adalah lokasi Jalan Moh.Husni Thamrin segmen tengah.Walaupun jumlah individu lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan lokasi RTH Cluster Northridge, nilai indeks keragamannya sangat rendah.Selain itu, lokasi yang memiliki indeks rendah disebabkan karena keragaman vegetasi yang timpang akibat tanaman introduksi yang mendominasi, seperti Acacia auriculiformis.Tanaman ini ada di setiap tipe lanskap pada Sentul City dan kurang baik karena sifatnya yang invasif, akar yang kuat untuk mengambil air di dalam tanah dan penyebaran yang sangat cepat (van Reine dan Trono, 2002).
4.4 Analisis SWOT Penentuan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman dalam menuju Eco-City di Sentul City dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki berdasarkan pihak pengelola lanskapdi Sentul City. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
16
4.4.1
Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.
a. Kekuatan(Strength) Ruang terbuka hijau yang luas dan lanskap yang variatif Sentul City memiliki area hijau dengan luas 296.59 ha yang dikelola oleh pengelola lanskap Sentul City. Area hijau ini terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase (Bukit Sentul Tbk., 2009). Sentul City merupakan kawasan yang strategis dengan temperature rata-rata 22ºC – 30ºC dan memiliki 65% area hijau (Utama, 2009). Selain itu kawasan Sentul City memiliki banyak jenis lanskap seperti lanskap danau, sungai, jalan hijau, Buffer, RTH cluster, taman rekreasi, golf dan taman kantong. Beriklim tropis Lokasi Sentul City berada di kawasan tropis.Tanaman-tanaman dapat mudah tumbuh di iklim tropis sehingga untuk menuju keragaman hayati tanaman yang tinggi dapat dengan mudah dilaksanakan. Taman Budaya Taman Budaya.merupakan salah satu fasilitas yang dibangun oleh pihak Sentul City sebagai tempat rekreasi. Taman Budaya didalamnya terdapat kegiatan ekowisata, outbond, camping ground, dan sejumlah kegiatan rekreasi yang bermain dengan alam. Kegiatan rekreasi alam adalah dengan mengenal keanekaragaman hayati lokal dengan harapan pengalaman ini dapat dibawa pengunjung ke rumah masing-masing.Kegiatan ini umumnya disenangi oleh pengunjung sebagai kegiatan di hari libur dan kegiatan rekreasi ini dapat menjadi sarana informasi kepada masyarakat akan pentingnya keragaman hayati tanaman lokal. Trend-setter kota-kota lain Lokasi strategis dengan lingkungan yang masih baik sebagai nilai jual yang tinggi membuat Sentul City menjanjikan gaya hidup masa depan yang lebih baik (Utama, 2009). Ini yang membuat Sentul City percaya diri bahwa konsep kota mandiri yang Sentul City usung akan menjadi trend di masa depan sehingga
17
konsep konservasi keragaman hayati tanaman dapat menjadi panutan terhadap kota-kota mandiri yang mengusung tema atau konsep Eco-City. Pengelolaan lanskap yang cukup baik Pengelolaan menjalankan pemeliharaan lanskap dengan baik. Pengelola lanskap Sentul City
memiliki luas wilayah kelola 296.59 ha. Wilayah yang
dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting, pengumpulan sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan pengawasan. b. Kelemahan (Weakness) Tanaman introduksi yang dominan Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011). Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono, 2002). Program konservasi keragaman hayati tanaman lokal belum ada Program-program konservasi pelestarian keragaman hayati tanaman perlu ada di dalam rencana pengelolaan kawasan dalam menuju konsep Eco-City. Program konservasi dapat menjadi informasi Persepsi masyarakat yang gegar budaya Persepsi masyarakat masih membanggakan materi dari luar Indonesia (gegar budaya) khususnya tentang maraknya vegetasi introduksi. Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani
18
Tiap supervisor pengelola lanskap memimpin setengah dari keseluruhan zona hijau Sentul City saat ini, yaitu masing-masing 150 Ha.Tentunya ini cukup memberatkan dan mengakibatkan pengawasan pengelola menjadi kurang maksimal akibat lahan yang besar. c. Peluang (Opportunities) Lembaga sebagai partner dalam mengelola Terdapat lembaga-lembaga dengan kegiatan konservasi yang dapat dijadikan partner dalam mengelola kawasan Sentul City agar keragaman hayati tetap terjaga.Universitas dan Institusi di sekitar kawasan juga dapat menjadi bagian
dapam
perencanaan
pengelolaan
lanskap
berbasis
konservasi
keanekaragaman hayati karena gerakan-gerakan pecinta lingkungan hidup banyak dari kalangan mahasiswa. Pemerintah Daerah, NGO,danCSR yang mendukung Kegiatan atau gerakan penghijauan dalam rangka mereduksi efek yang diakibatkan oleh Global Warming sangat dibutuhkan bagi Pemerintah Daerah dan NGO.Pemerintah Daerah dan NGO mendukung kegiatan penghijauan, dalam hal ini adalah kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, karena lingkungan yang baik merupakan kebutuhan masyarakat.Sedangkan pihak CSR dalam suatu perusahaan memerlukan kegiatan-kegiatan penghijauan karena terkait dengan masalah administrasi dan pemasaran dimana terdapat pendanaan kegiatan penghijauan sebagai bentuk perhatian suatu perusahaan terhadap lingkungan. d. Ancaman (Threats) Ledakan popularitas tanaman-tanaman introduksi Tanaman-tanaman ini biasanya dibawa dari luar kawasan Sentul City oleh masyarakat atau pemukim.Pemukim yang rata-rata menengah ke atas dapat membeli tanaman-tanaman mahal di luar kawasan. Padahal tanaman mahal itu biasanya merupakan tanaman introduksiyang dapatmenurunkan nilai keragaman hayati tanaman lokal. Kesenjangan sosial Kesenjangan sosial pada masyarakat di luar lingkar Sentul City yang masih didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah.Keadaan ini akanmemicu kurangnya dukungan gerakan/kegiatan konservasi pada kawasan Sentul City.
19
Penebangan liar Pengawasan pengelola yang kurang intensif akibat kurangnya sumberdaya menjadikan kawasan Sentul City rawan terjadi penebangan-penebangan liar.
4.4.2
Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan tersendiri dan setiap faktor
internal maupun eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 13 dan Tabel 14).Penilaian berdasarkan kepentingan dapat memudahkan dalam menyusun strategi nanti. Kemudian setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor internal maupun eksternal selanjutnya akan dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16). Tabel 6. Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City Simbol
Faktor Kekuatan (Strength)
Tingkat Kepentingan
S1
Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif
Kekuatan yang sangat Besar
S3
Beriklim tropis
Kekuatan yang besar
S4
Terdapat taman budaya
Kekuatan yang sedang
S5
Pengelolaan lanskap yang cukup baik
kekuatan yang sedang
S6
Trend-setter kota-kota lain
Kekuatan yang besar
Simbol
Faktor Kelemahan (Weakness)
Tingkat Kepentingan
W1
Tanaman introduksi yang dominan
Kelemahan yang sangat berarti
W2
Program konservasi belum ada
Kelemahan yang sangat berarti
W3
Persepsi masyarakat yang gegar budaya
kelemahan yang sangat berarti
W4
Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani
Kelemahan yang berarti
Tabel 7. Tingkat kepentingan faktor eksternal Sentul City Simbol O2 O3
Faktor Peluang (Opportunity) Pemda dan NGO yang mendukung Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola
Tingkat Kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang yang sangat tinggi
Simbol T1
Faktor Ancaman (Threats) Ledakan popularitas tanaman introduksi
Tingkat Kepentingan
T2
Kesenjangan sosial
T3
Penebangan liar
Ancaman yang sangat besar Ancaman yang besar
Ancaman yang besar
20
4.4.3 Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) Pertama
yang
dilakukan
adalah
menentukan
bobot
untuk
tiap
faktor.Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1 dan 4. Kemudian rating setiap faktor akan dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan untuk matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan 18). Tabel 8.Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City Simbol S1
S1
S2
3
S3
4
3
S4
4
3
2
S5
3
2
1
1
W1
2
1
1
1
1
W2
2
1
1
1
1
2
W3
2
1
1
1
1
2
2
W4
3
2
1
1
2
3
3
S2 1
S3 1
S4 1
S5 1
W1 2
W2 2
W3 2
W4 1
Total 11
Bobot 0,07
1
1
2
3
3
3
2
18
0,12
2
3
4
4
3
4
27
0,18
3
4
4
3
4
27
0,18
3
3
3
2
18
0,12
2
2
1
11
0,07
2
1
11
0,07
1
11
0,07
18
0,12
152
1.00
3
Tabel 9.Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City Simbol
O1
O2
T1
T2
T3
Total
Bobot
2
1
2
1
6
0,15
1
2
1
6
0,15
3
2
11
0,28
1
6
0,15
11
0,28
40
1,00
Bobot
Rating
Skor
Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif
0,07
4
0,27
Beriklim tropis
0,11
3
0,33
Terdapat taman budaya
0,16
2
0,33
Pengelolaan lanskap yang cukup baik
0,16
2
0,33
Trend-setter kota-kota lain
0,11
3
0,33
O1 O2
2
T1
3
3
T2
2
2
1
3
2
T3
3
3
Total
Tabel 10.Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Sentul City Faktor Strategis Internal Kekuatan
21
Lanjutan Tabel 18. Kelemahan Tanaman introduksi dominan
0,07
4
0,27
Program konservasi belum ada
0,07
4
0,27
Persepsi masyarakat yang gegar budaya
0,07
4
0,27
Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani
0,11
3
0,33
Total
1,00
29
2,74
Tabel 11.Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor
Peluang Pemda dan NGO yang mendukung
0,13
4
0,53
0,13
4
0,53
Ancaman Ledakan popularitas tanaman introduksi
0,23
3
0,70
Kesenjangan sosial
0,13
4
0,53
Penebangan liar
0,23
3
0,70
Total
1,00
18
3,00
Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola
Pada tabel dan tabel perhitungan IFE dan EFE menunjukkan kondisi internal kawasan Sentul City memiliki nilai total 2,74 dan kondisi eksternal kawasan Sentul City memiliki nilai total 3,00. Kondisi ini menunjukkan kondisi yang kuat (Total > 2,5). Kemudian setelah mengetahui nilai total tiap kondisi eksternal maupun internal, nilai total masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal (IE) (Gambar 14). Pemetaan ke Matriks Internal-Eksternal (IE) Total Skor IFE Kuat
Total Skor EFE
Sedang 3,00
4,00
Lemah 2,00
1,00
Tinggi
I
II
III
3,00 Menengah
IV
V
VI
VII
VIII
IX
2,00 Rendah 1,00
Gambar 11. Matriks Internal-Eksternal (IE) keanekaragaman hayati Sentul City
22
bertujuan untuk mengetahui posisi Sentul City pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu nilai total matriks IFE (2,74) pada sumbu x dan total matriks EFE (3,00) pada sumbu y. Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, keanekaragaman hayati Sentul City berada pada kuadran II. Kuadran II menunjukkan Sentul City berada pada posisi Growth.Strategi yang sesuai adalah strategi pengembangan produk (Rangkuti, 2009).Strategi pengembangan produk dalam kegiatan konservasi adalah menambah kualitas pengelolaan dan meningkatkan akses ke pihak-pihak luar dalam melakukan kegiatan konservasi. Secara spesifik, strategi manajemen yang dapat di ambil oleh Sentul City dalam menunjang kegiatan konservasi keanekaragaman hayati akan diperoleh dari matriks SWOT di subbab berikutnya.
4.4.4
Matriks SWOT Matriks SWOT merupakan gambaran secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi pihak Sentul City dalam melaksanakan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dengan disesuaikan oleh kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Terdapat delapan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal dan faktor eksternal, yaitu a) memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal, b) meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora, c) pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter, d) mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri
dan
dapat
dijadikan
sebagai
kebijakan
dalam
memelihara
keanekaragaman hayati, e) mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas, f) merekomendasikan program konservasi vegetasi lokal, g) meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif, dan h) meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan(Tabel 19).
23
Tabel 12. Matriks SWOT Faktor Eksternal
Faktor Internal
Pemda, CSR, dan LSM yang mendukung
Ledakan popularitas tanaman introduksi
Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola
Kesenjangan sosial Penebangan liar - Mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri dan dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam memelihara keanekaragaman hayati
Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal
Beriklim tropis -
Meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora. Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter
Pengelolaan lanskap yang cukup baik Kekuatan
Ancaman
Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif
Terdapat taman budaya
Kelemahan
Peluang
Trend-setter bagi kota baru lainnya Tanaman introduksi yang dominan Program konservasi belum ada Persepsi masyarakat yang gegar budaya Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani
Merekomendasikan program konservasi vegetasi lokal
Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif
-
Mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas
Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan
24
4.4.5
Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi Berdasarkan analisis data secara kuantitatif yang dilakukan dengan
pembobotan dan pemberian rating pada setiap alternatif strategi, diperoleh skor tertinggi 2,66 yaitu mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79 yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora (Tabel 20).
Tabel 13.Ranking Alternatif Strategi Rank
Alternatif Strategi
Skor
1
Mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas
2,66
2
Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan
1,84
3
Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal
1,74
4
Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif
1,67
5
Merekomendasikan program konservasi dalam melestarikan vegetasi lokal
1,62
6
Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif
1,61
7
Mengeksplorasi vegetasi lokal sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri
1,45
8
Meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora
0,79
25
4.5 Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keragaman Hayati Tanaman Melalui hasil evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keragaman hayati tanaman dapat disusun. Evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City menunjukkan bahwa presentase tanaman introduksi lebih dominan daripada tanaman asli.Evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City menunjukkan bahwa indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City masih tergolong rendah.Analisis SWOT menunjukkan bahwa Sentul City perlu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksidan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas. Hasil-hasil tersebut menjadi pertimbangan sehingga Sentul City dalam menuju konsep Eco-City membutuhkan program-program konservasi sebagai berikut: a. mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b. kerjasama dengan lembaga terkait, dan c. partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, strategi konservasi yang tercipta sangat sejalan dengan penilaian kategori International Union for the Conservation of Nature (IUCN).Menurut penilaian kategori IUCN, Sentul City masuk dalam kategori Cagar Biosfer, yaitu merupakan kawasan untuk melestarikan keragaman dan keutuhan komunitas tumbuhan dan satwa dalam ekosistem alaminya bagi pengguna.Kawasan ini juga ditunjuk untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan pelatihan. Strategi konservasi yang baik menurut skema kategori perlindungan yang sesuai adalah kawasan diprioritaskan bagi perlindungan alam; pemanfaatan oleh pengunjung prioritas tinggi; pemanfaatan konsumtif bagi penduduk setempat; dan pemanfaatan kawasan untuk kepentingan global (MacKinnon, Mackinnonand Child, 1993)
4.5.1
Mempertahankan vegetasi lokal yang ada Lanskap Sentul City yang diwakili oleh delapan titik lokasi pengamatan
memiliki indeks keragaman dibawah 3 menandakan bahwa nilai indeks
26
keragamannya rendah.Hasil itu tak lepas dari minimnya keragaman tanaman yang ada di tiap lokasi, dapat dikatakan bahwa keragaman tanaman yang ada cenderung homogen. Keragaman tanaman yang homogen menjadi kurang baik karena rentan terhadap serangan hama. Hama dapat menularkan dan menyebarkan penyakit lebih cepat terhadap keragaman tanaman yang homogen di suatu tapak dibandingkan dengan tapak yang memiliki keragaman tanaman yang tinggi.Selain itu, pada delapan titik lokasi pengamatan, dominasi tanaman introduksi juga lebih besar presentasenya jika dibanding dengan tanaman asli.Maka perlu ada kegiatan konservasi dalam mempertahankan tanaman asli yang sudah ada dan meningkatkan keragaman tanaman dengan pengawasan dan pengelolaan lanskap yang
baik.Tanaman
asli
memiliki
adaptasi
yang
lebih
tinggi
dan
perawatan/pengelolaannya lebih mudah karena cocok dengan kondisi biofisik kawasan daripada tanaman introduksi.Menggunakan tanaman asli mendorong kegiatan penghijauan pada kawasan perkotaan dalam pengelolaan konservasi spesies ex-situ karena tanaman asli berada di habitat aslinya (Arifin and Nakagoshi, 2011).
4.5.2
Kerja Sama dengan lembaga terkait Sentul City perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak seperti institusi
dan lembaga masyarakat yang memiliki perhatian terhadap keanekaragaman hayati.Sentul City dapat menjadi tempat penelitian dalam eksplorasi tanaman jenis lokal.Fasilitas yang Sentul City punya dapat mendukung adanya konferensi lembaga-lembaga konservasi nasional maupun internasional.Pertukaran jenis tanaman-tanaman lokal antara lembaga konservasi terkait dan Sentul City juga memberikan hal positif dalam peningkatan keragaman tanaman lokal. Kegiatankegiatan konservasi yang melibatkan lembaga masyarakat dapat menjadi informasi terhadap publikasi massa sehingga Sentul City dapat menjadi panutan atau Trend-setter terhadap kota mandiri lainnya yang mengedepankan konsep Eco-City. Selain itu, kerjasama yang baik dapat memberikan keuntungan pada pihak Sentul City karena program-program yang berkenaan dengan perlakuan pengelola terhadap keanekaragaman hayati dapat dibantu dan dipantau dengan
27
baik. Proses pengawasan dan pengelolaan keanekaragaman hayati akan terstruktur dengan baik dan program-program yang berjalan akan lebih professional.
4.5.3
Konservasi keanekaragaman hayati dari jenis lokal Program konservasi yang cocok untuk kawasan Sentul City adalah
tindakan preventif terhadap ledakan popularitas tanaman introduksi dan pengelolaan
dengan
negatif/vandalisme
kegiatan
dari
pengawasan
terhadap
masyarakat.Masyarakat
yang
tindakan-tindakan memiliki
tingkat
keberlanjutan yang sempurna secara umum memiliki kesadaran akan lingkungan ekologis, sosial-ekomis dan spiritual yang tinggi. Mereka akan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam mewujudkan konsep hijau melalui praktek-praktek kesehariannya dalam hemat lahan, hemat bahan dan hemat energi. Partisipasi masyarakat merupakan faktor pendorong untuk menuju kota hijau karena komunitas masyarakat yang partisipatif adalah masyarakat yang memiliki sifat gotong royong, menjada apa yang dimilikinya, mengajari anak-anak, berlaku baik kepada
setiap
orang,
mengonsumsi
apa
yang
benar-benar
dibutuhkan
dibandingkan apa yang didapatkan (Arifin, 2009). Menumbuhkan pemahaman masyarakat yang partisipatif kepada penduduk lokal dapat dilakukan dengan kegiatan pendidikan publik.Pendidikan publik adalah solusi efektif dalam manajemen lanskap untuk memperbaiki kepercayaan hubungan antara pengelola suatu kawasan dan masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan konservasi.Pengelola dapat memberikan pemahamanpemahaman tentang pentingnya eksistensi lingkungan, penjagaan dan pengawasan kawasan, potensi agroforestri, pekarangan, pengenalan satwa, dan pengetahuan lainnya.Pengelola harus memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman empati masyarakat lokal dalam mengelola lanskap.Kegiatan konservasi dapat membantu dalam memperbaiki hubungan dan membina kepercayaan terhadap kedua pihak (Taekuchi, Brown, Washitani, Tsunekawa, danYokohari, 2003) Apabila dianalisis secara deskriptif, kerjasama yang terjadi antara masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dengan pengelola Sentul City akanterjadi simbiosis mutualisme yaitu kedua pihak akan saling menguntungkan. Masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dapat menjadi pengawas sebagai
28
tindakan preventif pembabatan pohon secara liar.Masyarakat lokal dapat menjadi pengawas/bagian dari pengelola dengan imbalan kavling-kavling kosong yang belum dibangun perumahan dapat dijadikan lahan pertanian atau lahan agroforestri untuk sementara. Agroforestri adalah sistem pengolahan lahan yang mengkombinasikan antara pertanian dan kehutanan.Pekarangan, kebun campuran dan kebun talun juga merupakan sistem agroforestri tradisional atau dapat disebut bentuk sederhana dari system agroforestri.Struktur dan desain lahannya juga tergantung pada lahan yang ada dan pengetahuan yang ada di suatu masyarakat.Secara sosioekonomi, ada empat fungsi dasar dari kegiatan pekarangan.Pertama, masyarakat dapat menanam sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan, bumbu dapur, dan dapat juga menanam produk bukan makanan seperti rumput untuk pakan ternak dan berbagai kegiatan bercocok tanam yang dapat dilakukan dalam tempo yang tidak terlalu lama.Kedua, produk dapat dipasarkan walaupun keuntungan yang didapat sedikit namun usaha kecil ini bernilai positif.Ketiga, selain menjadi lahan bercocok tanam, pekarangan juga dapat menjadi lahan untuk anak-anak bermain dan tempat berkumpul warga.Keempat, pekarangan dapat memenuhi fungsi ekologis
yaitu
sebagai
“hutan
kecil”
yang
di
dalamnya
terdapat
keragamantanaman serta berkumpulnya satwa karena ada bahan makanan yang di tanam (Arifin dan Arifin-Nurhayati, 2010).Pekarangan dapat menjadi solusi yang baik dalam menuju konservasi keanekaragaman hayati.Pengelola dan masyarakat dapat membangun kepercayaan menuju kerukunan dan pembangunan kawasan Sentul City yang berkelanjutan.
4.5.4
Skema strategi terciptanya Eco-City Kota
yang
telah
mengedepankan
Eco-City
dalam
konservasi
keanekaragaman hayati akanmenciptakan lanskap ruang terbuka hijau yang tinggi sebagai ekosistem makhluk hidup. Ekosistem makhluk hidup yang tinggi menandakan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggi juga sehingga jasa lanskap seperti carbon stock, konservasi tata air, dan visualisasi keindahan panorama lanskap akan hadir pada setiap manusia sebagai pengguna kawasan. Oleh karena itu, dengan melakukan kegiatan konservasi keragaman hayati
29
tanaman serta mengembangkan kerja sama dan partisipasi masyarakat diharapkan Eco-City dapat terwujud nyata (Gambar 15).
Gambar 12. Skema strategi terciptanya Eco-City
30
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkanbahwa dalam menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ diperlukanhal-hal berikut: a. Pada kawasan Sentul City ditemukan 8 keragaman lanskap RTH yang nyata. b. Diketahui adanya indeks keragaman tanaman yang terbesar, yaitu 1,06 di RTH Cluster Northridge dan yang terkecil di 0,06 di Jalan Moh. Husni Thamrin segmen tengah. c. Berdasarkan analisis SWOT, diperoleh skor strategi tertinggi 2,66, yaitumempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79, yaitu meningkatkan perhatian terhadap tanaman lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora.
5.2 Saran Strategi utama yang diperlukan sebagai kegiatan konservasi keanekaragaman hayati di Sentul City adalah mempertahankan keragaman lanskap untuk mempertahankan keragaman hayati yang dilakukan dengan cara pengembangan kerjasama dengan lembaga pihak dan partisipasi masyarakat. Jika suatu kota mandiri telah mengedepankan Eco-City dalam konservasi keanekaragaman hayati, akan tercipta keragaman lanskap ruang terbuka hijau sebagai ekosistem makhluk hidup. Tingginya ekosistem makhluk hidup menandakan keragaman jenis makhluk hidup juga tinggi sehingga jasa lanskap seperti carbon stock, konservasi tata air, dan visualisasi keindahan panorama lanskap akan hadir pada setiap manusia sebagai pengguna kawasan.
1
DAFTAR PUSTAKA [Anonim].2011a.Sentul City.http://maps.google.com/. [2 Juni 2011] [Anonim].2011b.Sentul City. http://www.sentulcity.co.id/ [15 Oktober 2011] [Anonim].2011c.Sentul City.http://www.wikipedia.org/. [22 Agustus 2011] [Anonim].2011. Sistem Manajemen Lingkungan. http://www.nqa.com/in/atozservices/article. [13 Desember 2011] Arifin HS, 2009.Community Participatory Based Toward Green City: Practice learning From “Kotaku Hijau” (Green City) Competition. Proceeding “The 2nd International Symposium of Green City” The Future Challenge. Bogor: Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Arifin HS, 2011.Konsep Kota Hijau – Kota Ekologis – Kota yang Berkelanjutan dan Implementasinya di Indonesia. Green City 2011 Workshop Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang dan Konsep Rencana Aksi Kota Hijau.Bogor: Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Arifin, HS and Arifin-Nurhayati, HS. 2010. Local Wisdom and Ecovillage Oriented Agroforestry Development for Enhancing Creative Economy. Wisdom 2010. World Conference on Culture, Education and Science and Colloquium in Honour of Dr. Ann Dunham Soetoro and Prof. Dr. Mubyarto Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arifin HS, Nakagoshi N. 2011.Landscape Ecology and Urban Biodiversity in Tropical Indonesian Cities.Springer.Volume 7.Hal. 33-43 Bukit Sentul Tbk. 2009.Pekerjaan Pemantauan RKL/RPL Pembangunan Kawasan Perumahan Sentul City. Bandung. Indriyanto, 2006.Ekologi Hutan.PT. Bumi Aksara. Jakarta. MacKinnon J, Mackinnon K and Child G. 1993.Managing Protected Areas in the Tropics.Diterjemahkan oleh Amir HH.Dalam Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press. Nichols, O. 2007.Biodiversity. Canberra: Australia Government - Department of Industry Tourism and Resources. Odum EP. 1971. Fundamental Ecology. Toppam Co. Ltd. Singapore. 574p. Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasusu Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi untuk Menghadapi Abad 21.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2
van Reine, W.F. P. dan Trono Jr, G.C. 2002. Plants Resources of South-East AsiaNo.5(1). Timber Trees: Major Commercial Timbers. Prosea Foundation. Bogor, Indonesia. Saraswati, DAS. 2010. Manajemen Program Rekreasi Berbasis Ekologi di Taman Budaya, Sentul City, Bogor. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Simonds, JO and Starke, BW. 2006. Landscape Architecture A Manual of Environmental Planning and Design. McGraw-Hill. New York. Sternloff, RE.and Warren, R. 1984. Park and Recreation Maintenance Management. New York: John Wiley & Sons Inc. Taekuchi, K. Brown, RD. Washitani, I. Tsunekawa, A. Yokohari, M. 2003. Satoyama the Traditional Rural Landscape of Japan. Springer.Tokyo Utama AB, 2009. Sentul City Development Concept.Proceeding “The 2nd International Symposium of Green City” The Future Challenge. Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University: Bogor.
3
LAMPIRAN
4
Lampiran 1.Jenis dan jumlah vegetasi pada lokasi pengambilan sampel No
Jenis Vegetasi
Lokasi
Nama
a
b
c
d
e
f
g
h
Gambar
Asal
Pohon
1
Acacia auriculiformis (akasia)
3
0
9
0
18
60
0
3
Australia (Introduksi)
2
Araucaria heterophylla(c emara Norfolk)
0
0
0
6
0
0
0
0
New Zeland (Introduksi)
3
Areca catechu (pinang)
2
0
0
0
0
0
0
0
New Zeland (Introduksi)
4
Artocarpus artilis(sukun)
0
4
0
0
0
0
0
0
Vietnam (Introduksi)
5
Bauhinia sp. (bunga kupukupu)
3
9
5
0
0
0
0
0
Continental Asia (Introduksi)
6
Cerbera odollan(bintar o)
0
0
3
0
0
0
0
0
Indonesia (Lokal)
7
Cocos nucifera(kelap a)
2
0
0
0
0
0
0
0
Asia Pasifik (Introduksi)
8
Ficus benjamina(ber ingin)
0
0
0
0
2
0
0
0
Indonesia (Lokal)
9
Ficus lyrata (biola cantik)
0
0
0
0
0
0
10
0
Afrika (Introduksi)
5
Lanjutan Lampiran 1. No
Jenis Vegetasi Nama
Lokasi Gambar
a
b
c
d
e
f
g
h
Asal
10
Fillicum decipiens(kerai paying)
0
0
0
0
2
0
0
0
Ceylon (Introduksi)
11
Garcinia mangostana(ma nggis)
1
0
0
0
0
0
0
0
Indonesia (Lokal)
12
Maniltoa grandiflora(sap u tangan)
0
1
0
0
0
0
0
15
Asia Pasifik (Introduksi)
13
Paraserianthes falcataria(seng on)
0
0
0
0
0
0
0
3
Indonesia (Lokal)
14
Pinus merkusii(pinus)
0
0
0
12
0
5
0
0
Sumatera (Lokal)
15
Pterocarpus indica(angsana)
0
0
0
0
0
0
0
4
Indonesia (Lokal)
16
Roystonea regia(palem raja)
0
10
0
0
0
0
0
0
Kuba (Introduksi)
17
Samanea saman(trembesi )
0
0
8
0
0
0
0
0
Amerika Tropik (Introduksi)
18
Swietenia mahagoni(mah oni)
7
0
0
0
0
0
0
0
Amerika Tropik(Introd uksi)
19
Tectona grandis(jati)
0
8
0
0
0
0
9
0
Jawa (Lokal)
6
Lanjutan Lampiran 1. No
20
Jenis Vegetasi
Lokasi
Nama
a
b
c
d
e
f
g
h
0
0
0
0
7
0
0
0
Indonesia (Lokal)
Gambar
Terminalia catappa(ketap ang)
Asal
Perdu
1
Psidium guajava(jamb u)
0
0
0
0
0
0
0
3
Amerika Tropik (Introduksi)
2
Schefflera sp.(walisongo)
0
0
0
0
1
0
0
3
Australia (Introduksi)
Herba
1
Blitum rubrum(baya m merah)
0
0
1344
0
0
0
0
0
Amerika (Introduksi)
2
Cordyline terminalis (hanjuang merah)
0
0
36
90
0
0
0
0
Indonesia (Lokal)
3
Hemerocaltis fulva(cakar ayam)
0
0
1394
0
0
0
0
0
Kaukasus (Introduksi)
4
Pancratium zeylanicum(sp ider lily)
0
0
72
900
0
0
0
0
India (Introduksi)
5
Neomarica longifolia (iris)
0
0
364
420
0
0
0
0
Meksiko (Introduksi)
Jumlah Individu
18
32
4203
1428
30
65
19
31
Jumlah jenis
6
5
10
5
5
2
2
6
Indeks Keragaman Hayati
0.74
0.47
0.37
0.06
0.72
0.23
0.64
1.06
Keragaman
R
R
R
R
R
R
R
S
Keterangan : a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang,
7
f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, h) RTH Cluster Northridge. R : Keragaman Rendah, S : Keragaman Sedang, T : Keragaman Tinggi