EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR
RIDA AGNIYA ARIFIANI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN RIDA AGNIYA ARIFIANI. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor. Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN. Gaya hidup bersepeda yang sedang berkembang saat ini merupakan bukan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas bersepeda sudah ada di kotakota Indonesia sejak dulu. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh hilangnya rasa aman dan nyaman pengguna sepeda. Sepeda tidak seperti alat transportasi lainnya, sepeda mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang cukup tinggi. Alat transportasi hijau ini tidak memiliki elemen yang dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga dapat memberikan mafaat kesehatan pada tubuh. Sebagian besar polutan di udara adalah hasil dari emisi bahan bakar fosil yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, iritasi paru-paru, bronkitis, dan lainnya. Pengguna sepeda di Indonesia sudah cukup banyak. Pengguna sepeda belum mendapatkan fasilitas ruang yang memadai dibandingkan dengan kendaraan bermesin seperti sepeda motor dan mobil. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adanya jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan. Pembangunan jalur khusus sepeda ini dapat mendukung pengembangan kota berbasis lingkungan. Sentul City sudah menyediakan fasilitas untuk bersepeda. Penyediaan fasilitas taman jalur khusus sepeda berfungsi untuk bersepeda, penyediaan stok O 2 melalui ruang terbuka hijaunya, terjaganya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fasilitas ini akan lebih efektif apabila memiliki rencana pengelolaan yang tertata dengan baik. Untuk mengetahui rencana pengelolaan yang baik untuk taman jalur khusus sepeda, maka diperlukan riset mengenai taman jalur khusus sepeda ini yang tergolong baru. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rekomendasi pengelolaan jalur sepeda berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di Sentul City. Ruang lingkup penelitian ini antara lain meliputi evaluasi aspek jalur sepeda, pengguna sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda di Sentul City. Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman. Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan shared roadway, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor. Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda. Secara umum, pengguna jalur sepeda di Sentul City merupakan laki-laki dan berasal dari Kota Bogor dan Jakarta. Mereka datang ke Sentul City dengan menggunakan kendaraan pribadi bersama temannya. Jalur sepeda di Sentul City, dikelola oleh Town Management Development (TMD) yang merupakan bagian dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Pengelolaan jalur sepeda merupakan bagian dari Kontraktor Gelar Jaya.
Pemeliharaannya berupa penyapuan dan pembersihan jalan, pencabutan rumput liar, dan penyiraman jalan. Evaluasi pengelolaan ini menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan matriks IE ( internal-eksternal), jalur sepeda Sentul City terletak pada kuadran II. Ini berarti jalur sepeda Sentul City dalam kondisi Grow and Build dengan strategi yang dapat dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertikal yang terdiri dari forward, backward dan horizontal integration dengan cara meningkatkan kualìtas SDM dan kemampuan manajerial. Jalur sepeda di Sentul City memiliki fungsi sebagai tempat untuk olahraga dan rekreasi sepeda. Berdasarkan hasil evaluasi jalur sepeda, pengguna jalur sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda, didapatkan strategi alternatif untuk pengelolaan jalur sepeda. Strategi utama dari pengelolaan jalur sepeda ini adalah mengembangkan jalur sepeda ke seluruh jalan utama Sentul City. Pengembangan ini dapat menghubungkan cluster-cluster dengan jalur sepeda. Jalur pengembangan ini dapat berfungsi sebagai moda transportasi untuk penghuni dan pegawai di Sentul City, sehingga dapat menunjang konsep Sentul City sebagi Eco-City. Kata kunci: Gaya hidup hijau, pengguna sepeda, polusi udara, analisis SWOT, rencana pengelolaan
EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR
RIDA AGNIYA ARIFIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP JALUR SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguuan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
RIDA AGNIYA ARIFIANI A44080059
© Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Judul
: Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor
Nama
: Rida Agniya Arifiani
NIM
: A44080059
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Disetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. NIP. 19591106 198501 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat dan rahmat Allah SWT yang telah memberi kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda di Sentul City, Bogor. Penyelesaian proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan segenap pihak yang terus mendukung proses penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah
banyak
memberi
bimbingan
dan
dukungan
dalam
menyelesaikan skripsi ini; 2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S dan Dr. Kaswanto, SP, M.Si selaku dosen penguji, atas saran yang diberikan kepada penulis ketika pelaksanaan ujian skripsi; 3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan saran selama kuliah di Arsitektur Lanskap IPB; 4. Bu Prastiti, Ka Fajar, Pak Toro, Dani, Pak Farid, dan para pekerja PT. Sentul City lainnya yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini; 5. Pandiyuda KLP, Wiwit, Ali, Ica, Enjoy, Amin, Ka Atik, Vivi, Dhila, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, khususnya ARL 45, atas semangat dan bantuan yang telah diberikan; 6. Ayahku Elih Juhdi Muslihat dan ibuku Kamsiah, adikku Fakhri Muhammad Zuhdi, dan Uce yang telah memberikan semangat dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna. Atas segala kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Bogor, Desember 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1989 di Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Elih Juhdi Muslihat dan Kamsiah Pendidikan penulis dimulai di TK Nugraha II dan melanjutkannya di SDN Polisi 1 Bogor pada tahun 2002, pendidikan menengah pertama diselesaikan di SMPN 4 Bogor pada tahun 2005 dan pendidikan menengah atas di SMAN 3 Bogor pada tahun 2008. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan acara kampus. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan magang di Dinas Cipta Karya dan Tata Kota (Dinas Pertamanan) Kota Bogor pada tahun 2011. Selain itu, penulis aktif dalam organisasi BEM KM IPB Kementerian Komunikasi Generasi Inspirasi dan pernah menjadi asisten Mata Kuliah Komputer Grafik Arsitektur Lanskap pada tahun 2012.
DAFTAR ISI Hal. DAFTAR TABEL ......................................................................................
i
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
ii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1
1.2. Tujuan .......................................................................................
2
1.3. Manfaat .....................................................................................
2
1.4. Kerangka Pikir ..........................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
4
2.1. Eco-City ....................................................................................
4
2.2. Jalur Sepeda ..............................................................................
4
2.3. Koridor Hijau Jalur Sepeda .......................................................
10
2.4.Rencana Pengelolaan .................................................................
11
BAB III METODOLOGI ..........................................................................
13
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................
13
3.2.Bahan dan Alat ...........................................................................
14
3.3.Metode Penelitian .....................................................................
14
BAB IV HASIL ..........................................................................................
20
4.1. Analisis Situasional ...................................................................
20
4.1.1 Sejarah Perusahaan ..........................................................
20
4.1.2 Kondisi Fisik ...................................................................
21
4.1.3 Kondisi Bio-Fisik ............................................................
22
4.1.4 Aspek Pengelolaan ..........................................................
23
4.2. Karakteristik Jalur Sepeda.........................................................
26
4.2.1 Lokasi Jalur Sepeda .........................................................
26
4.2.2 Tipe Jalur Sepeda ............................................................
27
4.2.3 Elemen Pendukung Jalur Sepeda.....................................
29
4.2.4 Rambu Lalu Lintas ..........................................................
30
4.2.5 Garis Marka Jalan ............................................................
30
4.2.6 Simbol Sepeda .................................................................
31
4.2.7 Tempat Istirahat dan Parkir Sepeda .................................
31
4.3. Karakteristik Jalur Hijau Jalur Sepeda ......................................
33
4.4. Karakteristik Sosial ...................................................................
34
4.5. Analisis SWOT .........................................................................
37
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................
47
5.1. Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City ......................
47
5.1.1 Tujuan Jalur Sepeda .......................................................
47
5.1.2 Lokasi Jalur Sepeda .......................................................
48
5.1.3 Tipe Jalur Sepeda ...........................................................
49
5.1.4 Pengguna Sepeda ...........................................................
54
5.1.5 Tempat Istirahat .............................................................
54
5.1.6 Tempat Parkir Sepeda ....................................................
56
5.2. Evaluasi Pengelolaan Jalur Hijau Jalur Sepeda .......................
59
5.2.1 Pemeliharaan Berm ........................................................
62
5.2.2 Pemeliharaan Pohon.......................................................
63
5.2.3 Pemeliharaan Jalan .........................................................
64
5.2.4 Pemeliharaan Saluran .....................................................
65
5.3. Strategi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City........................
66
5.3.1 Penentuan Alternatif Strategi .........................................
68
5.3.2 Rencana Pengelolaan .......................................................
72
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .........................................................
78
6.1. Simpulan ..................................................................................
78
6.2. Saran ........................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
79
LAMPIRAN................................................................................................
81
DAFTAR TABEL Nomor
Hal.
1. Rekomendasi untuk Lokasi Parkir Sepeda ........................................
9
2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal dan Eksternal ..........
16
3. Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal .......................
17
4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal .................................
17
5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal ..............................
17
6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)..........................
18
7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE)........................
18
8. Matriks SWOT ..................................................................................
18
9. Peruntukan Kawasan Perumahan Sentul City ...................................
20
10.Data Iklim Tahun 2011-2012 ............................................................
21
11. Kondisi Topografi Sentul City .........................................................
22
12. Data Hidrologi Sentul City ..............................................................
23
13. Luas Area Pemeliharaan Lanskap di Sentul City.............................
24
14. Tenaga Kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang ...............................
25
15. Kondisi Jalan Tempat Penelitian .....................................................
26
16. Elemen Pendukung Pada Lokasi Penelitian .....................................
29
17. Jenis Pohon di Jalan MH Thamrin dan Jendral Sudirman ...............
33
18. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal Jalur Sepeda .......................
43
19. Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal Jalur Sepeda ....................
43
20. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jalur Sepeda .........................
44
21. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jalur Sepeda ......................
44
22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Jalur Sepeda di Sentul City...................................................................................................
45
23. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Jalur Sepeda di Sentul City...................................................................................................
46
24. Lebar Jalur Sepeda ...........................................................................
49
25.Pemeliharaan Lanskap Jalur Sepeda .................................................
62
26. Posisi Matriks Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City..
66
27. Matriks SWOT Jalur Sepeda Sentul City ........................................
67
28. Perangkingan Alternatif Strategi ......................................................
68
29. Rekomendasi Sub-Jadwal Pemeliharaan Jalur Sepeda ....................
76 i
DAFTAR GAMBAR Nomor
Hal.
1. Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................
3
2. Jenis Bike Lane: Jalur yang Dipisahkan oleh Garis Marka Jalan (Kiri); Jalur dengan Warna (Kanan) ..................................................
7
3. Jenis Parkir Sepeda: Bollard (Kiri); Rak Sepeda (Tengah); Loker Sepeda (Kanan) .................................................................................
9
4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) ..........................................................................
13
5. Struktur Organisasi Sukaputra Graha Cemerlang .............................
24
6. Jalan MH. Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman ...............................
27
7. Kondisi Jalur Sepeda yang Kotor oleh Limpasan Tanah ..................
27
8. Dimensi Jalan MH. Thamrin .............................................................
28
9. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Dengan Median.............................
28
10.Dimensi Jalan Jendral Sudirman Tanpa Median...............................
29
11.Rambu Lalu Lintas: Tampak Depan (Kiri); Tampak Belakang (Kanan) ..............................................................................................
30
12. Garis Marka Jalur Sepeda Berwarna Kuning...................................
31
13. Simbol Sepeda dan Panah ................................................................
31
14. Tempat Parkir di Foodcourt Plaza Niaga 1 .....................................
32
15. Tempat Parkir di Toko Sepeda Sentul .............................................
33
16. Tingkat Pekerjaan Pengguna Sepeda Sentul City ............................
35
17. Tingkat Pendidikan Pengguna Sepeda Sentul City ..........................
35
18. Kedatangan Pengguna Sepeda Sentul City .....................................
36
19. Transportasi yang Digunakan untuk Bersepeda di Sentul City .......
36
20. Eco-Art Park Sedang Dalam Pembangunan ....................................
38
21. Pengguna Sepeda yang Mengendarai di Tengah Jalan Siliwangi ....
39
22. Sistem Pengangkutan Sepeda Menggunakan Mobil ........................
40
23. Alih Fungsi Jalur Sepeda Menjadi Tempat Parkir Mobil ................
50
24. Ilustrasi Potensi Kecelakaan antara Mobil yang Parkir dengan Sepeda ……………………………………………………………… 50 25. Perilaku Pengguna Sepeda Memotong Jalan ...................................
51
26. Simbol Jalur Sepeda di Sentul City .................................................
51
27. Rambu Lalu Lintas Sepeda di Sentul City .......................................
52 ii
28. Vandalisme Rambu Lalu Lintas Sepeda: Mengalami Kerusakan Pada Papan (Kiri); Sebagai Media Penempelan Iklan (Kanan) .......
53
29. Jarak Rambu Lalu Lintas dengan Simbol Sepeda............................
53
30. Jalur Sepeda Digunakan Sebagai Arena Track Sea Games .............
54
31. Halte di Jalan Jendral Sudirman ......................................................
55
32. Rak Gantung Sepeda di Foodcourt Plaza Niaga 1 ...........................
56
33. Tempat Parkir Sepeda di Singapore .................................................
58
34. Perilaku Parkir Ilegal di Rumput .....................................................
59
35. Jalur Hijau di Jalan Jendral Sudirman .............................................
60
36. Jalur Hijau di Jalan MH. Thamrin ...................................................
60
37. Pemangkasan Tanaman Secara Manual ...........................................
63
38. Penyiangan Rumput dengan Alat Pencukil ......................................
63
39. Jalan yang Kotor: Akibat Sisa-Sisa Perbaikan Utilitas (Kiri); Bekas Roda Kendaraan (Kanan) ......................................................
65
40. Penyiraman Jalan Menggunakan Mobil Tangki Air ........................
65
41. Jalur Pedestrian di Jalan Siliwangi ..................................................
73
42. Program Bike on Bus ........................................................................
75
43. Parkir Kendaraan Bermotor: Parkir Berderet (Atas); Rekomendasi Parkir Diagonal (Bawah) .................................................................
77
iii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Hal.
1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City ................................
82
2. Kuisioner Penilaian Bobot dan Rating ..............................................
85
3. Kondisi Eksisting Tapak ....................................................................
89
4. Elemen Pendukung Jalur Sepeda.......................................................
90
5. Rencana Pengembangan Jalur Sepeda...............................................
91
6. Rekomendasi Rambu Lalu Lintas Sepeda .........................................
92
iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup bersepeda yang sedang berkembang saat ini bukan merupakan hal baru di kalangan masyarakat Indonesia. Aktivitas bersepeda sudah ada di kotakota Indonesia sejak dulu. Namun seiring berjalannya waktu, aktivitas bersepeda di Indonesia semakin luntur. Selain diakibatkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan bermotor, hal ini juga diakibatkan oleh hilangnya rasa aman dan nyaman pengguna sepeda. Sepeda tidak seperti alat transportasi lainnya, sepeda mempunyai nilai ekonomis dan manfaat yang cukup tinggi. Alat transportasi hijau ini tidak memiliki elemen yang dapat merusak lingkungan. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga dapat memberikan mafaat kesehatan pada tubuh. Sebagian besar polutan di udara adalah hasil dari emisi bahan bakar fosil yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti asma, iritasi paru-paru, bronkitis, dan lainnya. Menurut Tugaswati (2012), kesadaran masyarakat akan pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor di kota-kota besar saat ini makin tinggi. Resiko kesehatan yang dikaitkan dengan pencemaran udara di perkotaan secara umum, banyak menarik perhatian dalam beberapa dekade belakangan ini. Pengguna sepeda di Indonesia sudah cukup banyak. Berdasarkan data Komunitas Sepeda Indonesia (2011), jumlah anggota komunitas sepeda di Indonesia sudah mencapai angka 23 juta orang. Pengguna sepeda belum mendapatkan fasilitas ruang yang memadai dibandingkan dengan
kendaraan
bermesin seperti sepeda motor dan mobil. Kebutuhan ruang bagi pengguna sepeda ini harus didukung dengan adanya jalur khusus sepeda yang menunjang keamanan bagi para pengguna sepeda di jalan. Pembangunan jalur khusus sepeda ini dapat mendukung pengembangan kota berbasis lingkungan. Jalur khusus sepeda ini dapat memfasilitasi para pengguna sepeda untuk aktivitas bersepeda ke tempat tujuan seperti sekolah, kampus, dan tempat kerja. Kota-kota di Indonesia sedang merencanakan pembangunan jalur khusus sepeda. Di antara kota-kota tersebut adalah Sentul City. Sentul City merupakan daerah yang memiliki 65% daerah hijau. Sentul City memiliki kualitas lingkungan
1
yang bersih dan sehat. Luas dari kawasan ini adalah 3.100 ha. Kawasan ini memiliki konsep Eco City, yakni pembangunan kota untuk memastikan keselarasan dengan lokasi sekitarnya dengan konsep Green Property. Salah satu kegiatan pengembangan berkelanjutan (sustainable development) menuju ecocity adalah penyediaan taman jalur khusus sepeda. Penyediaan fasilitas taman jalur khusus sepeda berfungsi untuk bersepeda, penyediaan stok O 2 melalui ruang terbuka hijaunya, terjaganya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Fasilitas ini akan lebih efektif apabila memiliki rencana pengelolaan yang tertata dengan baik. Untuk mengetahui rencana pengelolaan yang baik untuk jalur khusus sepeda, maka diperlukan riset mengenai jalur khusus sepeda ini yang tergolong baru. Meningkatnya minat masyarakat beraktifitas sepeda di Indonesia merupakan suatu peluang bagi pihak Sentul City. Peluang tersebut dapat diubah menjadi suatu keuntungan apabila pihak Sentul City mampu mengelola jalur khusus sepeda secara berkelanjutan. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun strategi rekomendasi pengelolaan jalur sepeda berdasarkan permasalahan dan potensi yang ada di Sentul City.
1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi arsitek lanskap, perencana, dan pengelola dalam mengembangkan jalur sepeda serta sebagai bahan masukan bagi pihak Sentul City dari segi pengelolaan jalur sepeda, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengelola dan mengembangkan jalur sepeda agar berkelanjutan.
1.4 Kerangka Pikir Gaya hidup bersepeda sebagai implementasi konsep green harus dijaga agar tidak menjadi tren yang semakin lama meredup. Perlu penyediaan fasilitas penunjang yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman dalam bersepeda. Sentul City sudah memiliki solusi tentang permasalahan ini dengan memfasilitasi pengguna sepeda berupa jalur khusus sepeda. Butuh evaluasi untuk mengetahui
2
efektifitas dari fisik, sosial, dan pengelolaan. Sehingga menghasilkan suatu strategi pengelolaan jalur khusus sepeda (Gambar 1). Gaya Hidup Bersepeda Sebagai Implementasi Konsep “Green” Penyediaan Jalur Sepeda di Sentul City Untuk Memfasilitasi Pengguna Sepeda di Sentul City
Evaluasi Jalur Sepeda 1. Ukuran dan Luas 2. Jenis 3. Kondisi 4. Material 5. Sarana dan prasarana
Evaluasi Pengguna 1. Karakteristik 2. Aktivitas dan Perilaku 3. Kondisi sosial ekonomi dan budaya
Evaluasi Pengelolaan 1. Program Pengelola 2. Jumlah tenaga kerja 3. Jadwal 4. Bahan dan alat
Analisis SWOT Strategi Rekomendasi Pengelolaan Jalur Sepeda di Sentul City Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eco-City Eco-city merupakan suatu kota ekologis yang sehat (Register, 1987). Kota yang ekologis dirancang untuk mempertimbangkan dampak lingkungan seperti, gangguan kesehatan. Konsep ini menekankan adanya ketergantungan secara fisik dari masyarakat pada kondisi lingkungan. Eco-city juga mensyaratkan adanya peningkatan tingkat kesehatan, tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai dan terciptanya peningkatan kualitas hidup. Yang pada akhirnya mendorong terciptanya sebuah konsep sustainable development. Ruang hijau di eco-city dipertahankan dan transportasi lebih berkaitan dengan jalan setapak dan jalan sepeda. Transportasi merupakan salah satu masalah yang paling sulit untuk dipecahkan. Masyarakat masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil, yang sebentar lagi habis. Tantangannya adalah mengembangkan sistem transportasi berkelanjutan untuk masa depan. Kunci dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan itu terletak pada bagaimana alam, transportasi, pemukiman, dan lainnya saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan mengubah penggunaan mobil dengan menempatkan orang-orang, pekerjaan dan fasilitas dekat satu sama lain, masyarakat dapat berjalan atau bersepeda ke tempat tujuan. Sentul City yang terletak di Kota Bogor memiliki konsep city of innovation. Untuk mengimplementasikan konsep tersebut, Sentul City menawarkan kenyamanan berbagai fasilitas yang diharmonisasikan dengan alam. Sentul City mengembangkan
konsep
eco-city
dengan
penyediaan
area
konservasi,
mempertahankan topografi kawasan, dan lainnya. Salah satu pengembangan yang dilakukan Sentul City adalah penyedian jalur khusus sepeda. 2.2 Jalur Sepeda Jalur sepeda adalah jalur yang dibuat khusus untuk pengendara sepeda yang bertujuan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengendara sepeda. Berdasarkan Pedoman untuk Pengembangan Fasilitas Bersepeda oleh American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) 1991
4
(disusun oleh satuan tugas pada desain geometris AASHTO), istilah dalam kegiatan bersepeda di antaranya: 1) Sepeda, semua kendaraan yang didorong oleh tenaga manusia saat dia
menaikinya dan memiliki dua roda tandem. Istilah “sepeda” ini juga mencakup kendaraan roda empat bertenaga manusia, tetapi bukan becak untuk anak-anak. 2) Fasilitas bersepeda, fasilitas yang dibuat oleh lembaga-lembaga publik untuk
mengakomodasi
kegiatan
bersepeda,
termasuk
fasilitas
parkir
dan
penyimpanan, dan berbagi jalan untuk jalan yang didesain tidak khusus untuk sepeda. 3) Jalur sepeda, bagian dari jalan yang sudah didesain dengan striping, penanda
jalan, dan penanda perkerasan (paving) khusus untuk pengguna sepeda. 4) Sistem rute sepeda,
sistem ini ditunjuk oleh yurisdiksi yang mempunyai
wewenang menentukan rute arah dan informasi yang sesuai, dengan atau tanpa nomor rute sepeda tertentu. Rute Sepeda harus dibuat rute yang berlanjut, tetapi bisa juga kombinasi dari setiap dan semua jenis jalan sepeda. 5) Jalan sepeda, istilah umum untuk setiap jalan raya, jalan kecil, trotoar, atau
jalan yang didesain khusus untuk pengguna sepeda, terlepas dari apakah fasilitas tersebut ditujukan untuk penggunaan eksklusif sepeda atau harus berbagi dengan transportasi lain. 2.2.1
Jenis Jalur Sepeda
Terdapat
empat
jenis
jalan
khusus
sepeda
yang
dirancang
untuk
mengakomodasi rekreasi dan kebutuhan pengguna sepeda menurut Time-Saver Standards For Landscape Architecture Second Edition (Harris dan Dines, 1998), di antaranya: 1. bicycle path: merupakan bagian kanan jalan dengan perlengkapan yang terpisah; 2. bicycle lane: bagian dari jalan namun dipisahkan oleh tanda atau strip yang bertekstur; 3. wide outside lane: kurang diminati, tetapi umum; 4. shared roadway: umum, namun memiliki potensi tertinggi untuk terjadinya konflik dengan mobil.
5
Bicycle path atau jalan kecil untuk sepeda adalah sebuah jalur sepeda yang secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor, dapat terletak di bahu kanan atau kiri jalan raya. Jalur sepeda ini harus memiliki minimal cross flow kendaraan bermotor. Jalur sepeda ini biasanya untuk memenuhi kebutuhan transportasi sepeda komuter dengan jalan pintas lingkungan perumahan (misalnya, koneksi antara dua cul-de-sac jalan) atau dengan menyediakan akses sepeda ke daerah-daerah yang sebaliknya hanya dilayani oleh akses kendaraan bermotor. Lebar minimum untuk bicycle path yang diaspal untuk jalur sepeda dua arah adalah 2,4 meter. Sedangkan untuk jalur sepeda yang satu arah adalah 1,5 meter. Minimal 0,6 meter ruang yang harus disediakan berdekatan dengan trotoar. Untuk jalur yang lebarnya 1 meter, harus dilakukan pembersihan dari tiang, pohon, dinding, pagar, pagar, atau penghalang lateral yang lainnya. Jalur yang lebih luas juga dapat berfungsi sebagai jalur joging. Kecepatan minimum untuk sepeda pada jalur ini adalah 40 km/jam. Struktur Perkerasan jalur sepeda harus dirancang dengan cara yang sama seperti pada jalan raya, dengan pertimbangan kepada kualitas dan beban tanah basement agar tahan selip (AASHTO, 1991). Bicycle lane atau jalur sepeda dimaksudkan untuk meningkatkan aliran tertib lalu lintas dengan menetapkan garis tertentu antara daerah untuk sepeda dan daerah untuk kendaraan bermotor. Jalur ini ditunjang oleh tanda-tanda jalur sepeda dan tanda-tanda trotoar. Jenis dari Bicycle lane di antaranya adalah jalur sepeda berwana dan jalur sepeda yang hanya dipisahkan oleh garis marka jalan dan simbol sepeda (Gambar 2). Jalur sepeda dapat sangat berguna bagi pengendara berpengalaman dan tidak berpengalaman. Pengendara sepeda pada jalur ini cenderung untuk melakukan perjalanan pada kecepatan yang lebih rendah (AASHTO, 1991). Menurut Federal Highway Administration (FHWA), bicycle lane yang mengarah ke persimpangan perlu untuk dibuat garis putus-putus. Jalur sepeda satu arah sebaiknya tidak dibangun kecuali jelas menunjukkan arah perjalanan dan jalur paralel dalam arah yang berlawanan jelas ditandai serta mudah dicapai. Jalur sepeda dua arah harus memiliki lebar minimal 3 meter. Pertimbangan juga harus diberikan untuk menyediakan lebar tambahan apabila terdapat jalan yang curam. Tepi jalan yang sempit akan cepat menurun kualitasnya oleh pelapukan akibat tanpa pemeliharaan (AASHTO, 1991).
6
Pengelolaan jalur khusus sepeda penting untuk keselamatan pengguna. Jalur yang terawat baik dapat meminimalkan bahaya yang ditimbulkan dari jalur khusus sepeda tersebut.
Gambar 2. Jenis Bike Lane: Jalur yang Dipisahkan oleh Garis Marka Jalan (Kiri); Jalur dengan Warna (Kanan) Jenis jalur sepeda lainnya adalah jalur alami, yaitu jalur dengan permukaan alami
ditujukan
untuk
bersepeda
off-road.
Menurut
Federal
Highway
Administration (FHWA), pada jalan dua arah, jalur sepeda selalu terletak pada masing-masing sisi jalan. Apabila terdapat dua arah jalur sepeda pada satu sisi jalan akan menimbulkan kondisi berbahaya bagi pesepeda. 2.2.2
Sarana dan Prasarana Jalur Sepeda
Jalur sepeda perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik untuk memfasilitasi pengguna sepeda. Sarana dan prasarana seperti jalur sepeda yang baik, tempat parkir, dan sebagainya. Material untuk jalur sepeda yang baik harus mampu bertahan dari cuaca panas maupun hujan agar tetap terjaga dari lumut. Signage untuk jalur khusus sepeda juga dibutuhkan untuk menambah keamanan pengendara sepeda. Simbol sepeda berfungsi sebagai panduan visual untuk pengguna sepeda di sepanjang jalur sepeda. Selain itu, simbol ini juga berfungsi untuk meningkatkan kesadaran pengendara kendaraan bermotor untuk memberikan ruang kepada pengguna sepeda. Garis marka jalan digunakan untuk membatasi antara jalur
7
sepeda dengan jalan kendaraan bermotor. Garis ini juga berfungsi sebagai refleksi cahayaan pada sore atau malam hari. London Cycling Design Standar membagi papan penunjuk arah dan garis marka jalan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. regulatory,
peraturan
mengenai
manajemen
lalu
lintas
yang
dapat
dilaksanakan; 2. warning and informatory, papan petunjuk arah dan garis marka jalan yang memperingatkan tentang bahaya dan membimbing ke posisi yang benar; 3. route guidance, papan petunjuk mengenai arah dan lokasi. Menurut Caltrans Highway Design Manual (2006), pencahayaan juga harus dipertimbangkan untuk memfasilitasi jalur sepeda pada malam hari. Pencahayaan dapat membantu untuk meminimalisir konflik yang terjadi antara sepeda dengan kendaraan
bermotor
di
persimpangan
jalan.
Pencahayaan
memberikan
kenyamanan dengan menerangi jalur sepeda sehingga sepeda dapat melihat jalur jalan, kondisi permukaan dan rintangan. Tempat parkir harus diperhatikan dalam memfasilitasi pengguna sepeda. Tempat parkir yang kurang aman dapat membuat pengguna sepeda malas untuk bersepeda. Ukuran dari tempat parkir harus memperhatikan ukuran standar dari sepeda. Berdasarkan Data Arsitek Jilid 2 (Neufert, 2002), ukuran dari kendaraan sepeda adalah panjang 1,70 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 1,05 cm. Terdapat tiga jenis tempat parkir, diantaranya adalah rak sepeda, bollard, dan loker sepeda (Gambar 3). Rak sepeda adalah tempat parkir sepeda yang aman dan dapat dipasang di berbagai lokasi. Rak sepeda harus harus mampu menunjang sepeda dengan frame yang tegak di dua tempat untuk mencegah sepeda jatuh dan memungkinkan frame sepeda dan satu atau dua roda sepeda untuk dikunci. Loker sepeda memiliki bentuk yang paling besar dibanding jenis parkir sepeda lainnya karena memuat sepeda dengan cara dimasukkan ke dalam loker tertutup. Ini dapat digunakan sebagai fasilitas penyimpanan sepeda yang aman pada tempat-tempat seperti rumah sakit, sekolah, stasiun, tempat kerja, dan tempat lainnya yang membutuhkan parkir sepeda dalam jangka waktu panjang.
8
Sumber foto: Bike-parking.ca
Gambar 3. Jenis Parkir Sepeda: Bollard (Kiri); Rak Sepeda (Tengah); Loker Sepeda (Kanan) Parkir sepeda akan aman apabila terletak dekat dengan pintu masuk bangunan, karena
mengurangi risiko kerusakan atau kehilangan sepeda. Lokasi parkir
sepeda berada pada tempat-tempat yang strategis untuk memudahkan pengguna sepeda menuju tempat tujuan (Tabel 1). Tabel 1. Rekomendasi untuk Lokasi Parkir Sepeda Lokasi Taman Kota
Lokasi fisik Berdekatan dengan kamar mandi, area piknik, lapangan, dan lainnya
Kapasitas sepeda 8 parkir sepeda per hektar
Sekolah Kota
Dekat dengan pintu masuk dengan visibilitas yang baik
8 parkir sepeda per 40 murid
Fasilitas Umum
Dekat dengan pintu masuk
8 parkir sepeda perlokasi
Dengan visibilitas yang baik Kawasan Komersial Dekat dengan pintu masuk dengan visibilitas yang baik dan tidak menggangu pergerakan mobil dan pedestrian. Stasiun transit Dekat dengan pos penjaga
2 parkir sepeda per 200 meter
1 parkir sepeda per 30 ruang parkir Sumber: American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO), 1991 Fasilitas parkir sepeda harus tahan lama, menawarkan perlindungan dari pencurian, kerusakan dan cuaca. Jenis fasilitas parkir sepeda: 9
1. parkir jangka panjang: Sepeda fasilitas parkir di tempat-tempat seperti stasiun transit dan taman kota. Fasilitasnya dapat berupa loker sepeda; 2. parkir jangka pendek: Biasanya terletak pada lokasi perpustakaan umum, tempat rekreasi dan pusat kota atau jalan-jalan umum. Parkir jangka pendek harus nyaman dan dekat pintu masuk bangunan atau mudah terlihat untuk keselamatan dan keamanan sepeda. Parkir sepeda dapat menjadi penghalang bagi pejalan kaki. Tempat parkir sepeda harus dibangun dari bahan yang kokoh dan sulit untuk membongkar, mereka harus memberikan kesempatan untuk mengunci kedua frame dan roda sepeda dengan kunci tipe U-lock serta kunci dari rantai kombinasi. Loker sepeda harus dibangun dari bahan tahan lama tidak mudah rusak oleh vandalisme dan cuaca (AASHTO, 1991). Parkir sepeda dapat dalam bentuk rak sepeda atau loker sepeda. Sedangkan loker sepeda memberikan perlindungan tambahan dari pencurian dan cuaca. Menurut London Cycling Design Standards jenis parkir yang umum adalah Sheffield Stand. Bentuknya berupa huruf “U” terbalik atau “Universal”. Jarak antara tempat parkir adalah 1200mm untuk dua sisi parkir, untuk ruang yang terbatas, jaraknya adalah 1000mm. Perawatan harus diberikan dalam memilih lokasi rak, loker dan fasilitas sepeda lain untuk membantu memastikan bahwa sepeda tidak akan rusak oleh kendaraan bermotor, dicuri, dirusak, dll. Fasilitas parkir sepeda tidak boleh mengganggu aliran pejalan kaki dan harus memberikan akses yang mudah untuk sepeda mereka diparkir. 2.3 Koridor Hijau Jalur Sepeda Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (DPU, 2009). Penanaman jalur hijau jalan di sepanjang berm dan median jalan yang bersifat sederhana dalam penataannya harus berpedoman pada kebutuhan, kecocokan
10
penampilan di tiap musim penampilan di tiap tahapan pertumbuhan, kecocokan antara tanaman dan bangunan serta lingkungan sekitar dan keefisienan dalam pemeliharaan (Simonds, 1983). Penggunaan elemen tanaman pada lanskap dikarenakan keindahan dari bagian tanaman dengan aneka bentuk, warna, tekstur, dan aroma dan kesan alami yang ditimbulkan (Carpenter et al., 1975). Koridor hijau jalur sepeda berfungsi ekologis, sebagai peneduh pengguna sepeda dari panas, penambah nilai kualitas lingkungan untuk keindahan dan rekreasi, serta pelestarian biodiversitas. Sangat penting untuk mendalami konsep green-city,yang salah satunya adalah tumbuhnya sikap saling bergantung dan menjaga antara manusia dengan lingkungan yang dalam hal ini adalah keanekaragaman hayati (Arifin, 2011). Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati (DPU, 2009). Koridor hijau jalan yang berada di kanan kiri jalan dengan pepohonan di dalamnya akan memberikan kesan asri bagi jalan tersebut dan memberikan kesan teduh. Koridor hijau jalan dengan pepohonan akan meberikan kesejukan bagi pengguna jalan, dengan penggunaan pepohonan pada koridor jalan diharapkan dapat mengurangi polusi udara, serta dapat memberikan kesan asri. 2.4 Rencana Pengelolaan Pengelolaan merupakan suatu proses dari konsep, teori, dan analisis tujuan, yang dengannya seorang manajer merencanakan, mengatur, memimpin, dan menjalankan tujuan tersebut melalui usaha manusia secara sistematis, koordinatif, dan saling kerja sama (Kraus and Curtis, 1982). Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Lyle mengungkapkan bahwa tugas pengelola lanskap harus kreatif, tanggap terhadap semua bentuk masalah lingkungan termasuk perilaku yang tidak
11
wajar dari kebiasaaan manusia dan proses alam. Pengelola lanskap harus mengarahkan perubahan dan bentuk perubahannya. Kegiatan dalam pengelolaan lanskap itu menjaga lanskap agar tetap nyaman, bersih dan menarik, baik dalam maupun luar guna melindungi dan meningkatkan fungsi dan estetika dari suatu lanskap. Fungsi dari pengelolaan lanskap adalah sebagai keberlanjutan dari kegiatan perencanaan dan desain suatu lanskap. Kegiatan pengelolaan lanskap dimulai dari pengembangan strategi pengelolaan yang berkelanjutan dari desain sampai pemeliharaan dalam upaya untuk membangun lanskap yang berfungsi lebih efisien dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu pemelihara taman hendaknya memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat, mengetahui jenis peralatan yang digunakan, fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan Arifin, 2005). Rencana pengelolaan berisi tentang struktur organisasi, alat dan bahan, jadwal pengelolaan, tenaga kerja, dan rencana anggaran biaya. Pengelolaan permukaan perkerasan jalur khusus sepeda yang sesuai standar sangat penting untuk menarik pengguna sepeda dalam menggunakan fasilitas tersebut dan dapat memberikan keamanan dalam bersepeda.
12
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama 6 bulan, dari bulan Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012.
U Tanpa Skala
Peta Jalur Sepeda Sentul City Keterangan gambar: Lokasi Penelitian Sumber: Masterplan Sentul City, 2008 Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah)
13
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta jalur sepeda Sentul City, survey sheet, dan kuisioner. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: 1. GPS untuk tracking jalur sepeda di Sentul City; 2. Kamera untuk pengambilan gambar; 3. Software untuk mengolah data dan gambar seperti AutoCAD 2011, Adobe Photoshop CS6, Garmin Map Source, Google Sketch Up 8, dan lainnya. 3.3 Metode Penelitian Kegiatan penelitian evaluasi jalur sepeda di Sentul City dijabarkan dalam tiga tahap yaitu, pengumpulan data, analisis data menggunakan analisis SWOT, dan perumusan rekomendasi. 1. Pengumpulan data aspek fisik dan biofisik jalur sepeda di Sentul City, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek pengelolaan. a. Pengukuran jalur sepeda Pengumpulan data mengenai jalur sepeda di Sentul City dilakukan dengan tracking menggunakan GPS, untuk mengetahui berapa luas, lebar, dan jalanjalan yang dihubungi oleh jalur sepeda ini. b. Evaluasi fisik dan biofisik jalur sepeda Pengumpulan data mengenai kondisi fisik dan biofisik dari jalur sepeda yang ada di Sentul City berupa fasilitas penunjang jalur sepeda, vegetasi, kondisi jalur sepeda, dan sebagainya. c. Wawancara pengelola dan pengguna dengan menggunakan kuisioner Wawancara pengelola dan pengguna dilakukan untuk mengetahui data sosial, ekonomi, dan budaya tentang perilaku, aktivitas, kondisi ekonomi dan budaya dari pengguna yang ada di jalur sepeda Sentul City. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui data mengenai aspek pengelolaan tentang kegiatan pengelolaan yang sudah ada untuk memelihara jalur khusus sepeda. Untuk mengetahui aspek sosial, ekonomi, dan budaya, dilakukan penyebaran kuisioner kepada pengunjung. Kuisioner ini digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai aktivitas,
perilaku, dan
karakteristik pengunjung Sentul City mengenai jalur khusus sepeda. Metode
14
kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup, yaitu pertanyaanpertanyaan yang sudah dibatasi dengan pilihan-pilihan yang tersedia bagi responden. Responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 30 responden yang dipilih secara sengaja. d. Analisis data dengan menggunakan SWOT Tahap ini merupakan tahap di mana dilakukan pengolahan dan penyusunan data yang telah terkumpul dari hasil survey untuk memperoleh informasi tentang: a. deskripsi aspek fisik dan biofisik jalur sepeda; b. deskripsi aspek pengguna jalur sepeda; c. deskripsi aspek pengelolaan yang sedang berjalan di jalur sepeda. Analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi (Rangkuti, 1997). SWOT adalah singkatan dari Strenght (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threats (ancaman). Dari analisis SWOT akan dihasilkan matriks SWOT. Matriks ini dapat menghasilkan 4 strategi kemungkinan alternatif. Keempat strategi itu adalah: 1. SO, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; 2. ST, yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman; 3. WO, yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada; 4. WT, yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Kerangka kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut: a) analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal; b) penentuan bobot setiap variable; c) penentuan peringkat (rating); d) penyusunan alternatif strategi;
15
e) pembuatan tabel rangking alternatif strategi. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Analisis Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Penilaian faktor internal (IFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal (EFE) adalah untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi untuk pengelolaan jalur khusus sepeda.
b. Penentuan Bobot Setiap Variabel Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingannya. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 2). Khusus untuk faktor internal kekuatan, tingkat kepentingan harus diberi nilai 3 atau 4, dan faktor internal kelemahan, harus diberi nilai 1 atau 2. Tabel 2. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal dan Eksternal Simbol
Tingkat kepentingan
1
Tidak penting
2
Kurang penting
3
Penting
4
Sangat Penting
Penentuan bobot dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal kepada pihak pengelola. Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal (Tabel 3).
16
Tabel 3. Formulir Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal
No.
Faktor Internal
Tingkat Jumlah RataKepentingan Bobot Responden Rata 1 2 3 4 5
Total No.
Faktor Eksternal
Tingkat Jumlah RataKepentingan Bobot Responden Rata 1 2 3 4 5
Total c. Penetuan peringkat (rating) Penentuan tiap variabel terhadap kondisi objek diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4 terhadap masing-masing faktor strategis yang dimiliki jalur khusus sepeda (Tabel 4 dan 5). Tabel 4. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Internal Simbol
Tingkat kepentingan
1
Sangat lemah
2
Lemah
3
Kuat
4
Sangat Kuat
Tabel 5. Formulir Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol
Tingkat kepentingan
1
Respon pengelola kurang baik
2
Respon pengelola cukup baik
3
Respon pengelola baik
4
Respon pengelola sangat baik
Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan IFE di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa kondisi internal
17
lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan kondisi internal kuat, Demikian juga total pembobotan EFE, jika dibawah 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah dan jika di atas 2,5 menyatakan bahwa kondisi eksternal kuat (David, 2008) (Tabel 6 dan 7). Tabel 6. Formulir Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor strategis internal Kekuatan
Bobot
Skor (Bobot x Rating)
Rating
1. Kelemahan 1. Total Sumber: Rangkuti, 1997 Tabel 7. Formulir Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor strategis eksternal Peluang
Bobot
Rating
Skor (Bobot x Rating)
1. Ancaman 1. Total Sumber: Rangkuti, 1997 d. Penentuan Alternatif Strategi Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT (Tabel 8). Tabel 8. Matriks SWOT Eksternal Internal Strenght
Opportunity
Threats
Menggunakan kekuatan
Menggunakan kekuatan
yang dimiliki untuk
yang dimiliki untuk
mengambil kesempatan
mengatasi ancaman yang
yang ada
dihadapi
18
Lanjutan Tabel 8.
Weakness
Mendapatkan keuntungan Meminimumkan dari kesempatan yang ada kelemahan dan untuk mengatasi
menghindari ancaman
kelemahan kelemahan
yang ada
Sumber: Rangkuti, 1997 e. Perumusan rekomendasi Tahapan terakhir ini merupakan perumusan rekomendasi untuk menghasilkan strategi pengelolaan guna meningkatkan pengelolaan lanskap jalur khusus sepeda di Sentul City. Pembuatan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dan studi literatur sebagai bahan pertimbangan atau acuan dalam pembuatan rekomendasi.
19
BAB IV HASIL 4.1 Analisis Situasional 4.1.1
Sejarah Perusahaan
PT. Sentul City Tbk didirikan pada tanggal 16 April 1993 dengan nama PT. Sentragriya Kharisma. Nama perseroan tersebut mengalami beberapa kali ganti nama menjadi PT. Royal Sentul Highlands (Tahun 1993), PT. Royal Sentul Highlands Tbk. (Tahun 1997), PT. Bukit Sentul Tbk. (Tahun 1997), dan nama perseroan kemudian diubah lagi menjadi PT Sentul City Tbk. (Tahun 2006). PT. Sentul City Tbk memiliki beberapa anak perusahaan seperti PT. Sukaputra Graha cemerlang, PT. Gunung Geulis Elok Abadi, PT. Gazelle Indonesia, PT. Sentul Investindo, dan PT. Aftanesia. Selain itu, PT. Sentul City Tbk juga memiliki perusahaan asosiasi seperti PT. Royal Sentul Resort Hotel, PT. Jakarta Polo and Equestrian, dan PT. Bukit Jonggol Asri. Sentul City merupakan kawasan perumahan yang sedang berkembang menjadi kota baru yang mengacu pada keselarasan lingkungan, berwawasan lingkungan dan harmonisasi terhadap lingkungan. Sistem untuk pembagian tipe perumahan pada Sentul City diterapkan sistem cluster, dimana hanya terdapat satu akses untuk masuk dan keluar areal tersebut. Peruntukan kawasan perumahan di Sentul City adalah 60% untuk area saleable dan 40% untuk area non saleable (Tabel 9). Tabel 9. Peruntukan Kawasan Perumahan Sentul City
No. 1. 2.
3. 4.
Rencana Peruntukan Perumahan Perdagangan, perkantoran, dan industri ringan Fasilitas Khusus (komersial) Sarana dan Prasarana - Fasilitas Khusus
Luas Efektif (Ha) 1098,90 189,50
Persentase (%)
45 8 60
190,60
8
36,10
1
40
Ket Area Saleable 1479,00
Area Non
Wilayah Terbangun KDB Luas (%) (Ha) 35 363 56 106
16 4
12
24
1
3
0
7
KWT
(%)
20
Lanjutan Tabel 9. - Jalan 561,70 23 - Interchange 15,00 1 - Hijau 323,00 13 - Fasos dan 50,30 2 Fasum Total 2465,00 100 Sumber: RKL dan RPL PT. Sentul City, Tbk, 2011 4.1.2
Saleable 986,00
36 60
204 9
8
18
9
0
737
30
Kondisi Fisik
A. Batas Tapak dan Geografis Sentul City terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Sentul City terletak pada koordinat 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT. Kawasan yang memiliki luas ± 3100 ha ini dekat dengan beberapa gunung, diantaranya adalah Gunung Pancar dan Gunung Salak. Secara administratif, kawasan ini terletak di beberapa desa di Kecamatan Babakan Madang, yaitu Babakan Madang, Cipambuan, Kadumangu, Citaringgul, Sumur Batu, Cijayanti, Bojong Koneng dan 1 desa di Kecamatan Sukaraja, yaitu Desa Cadas Ngampar. Batas wilayah Sentul City adalah sebagai berikut: Utara
: Desa Cipambuan dan Desa Kadungmanggu
Timur
: Desa Hambalang dan Desa Karang tengah
Selatan
: Desa Nanggrak dan Desa Cijayanti
Barat
: Desa Cijayanti, Desa Cikeas, dan Desa Cadas Ngampar
B. Iklim dan Topografi Berdasarkan Stasiun Meteorologi Dramaga Bogor, suhu udara pada kawasan ini sekitar 25,7°C dengan kelembaban udara rata-rata 70,7 %. Curah hujan rataratanya 192 mm setiap tahunnya dengan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Mei sebesar 349 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Agustus sebesar 42 mm. Tabel 10. Data Iklim Tahun 2011-2012 Tahun
Bulan
Rata-rata temperatur (°C)
2011
Januari Februari Maret April
25,4 25,6 25,7 25,8
Rata-rata kelembaban (%) 83 79 82 84
Rata-rata curah hujan (mm) 139 115 80 203
21
Lanjutan Tabel 10. Mei 26,1 Juni 26,1 Juli 25,8 Agustus 25,6 September 25,1 Oktober 26,3 November 25,3 Desember 26,1 Januari 25,1 Februari 25,6 2012 Maret 26,2 JUMLAH 385,8 Rata-rata 25,7 Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga
84 77 80 75 73 75 80 84 86 87 80 1061 70,7
349 123 122 42 82 282 227 323 213 394 186 2880 192
Sentul City terletak pada 250-600m di atas permukaan laut. Topografi pada Sentul City berupa perbukitan bergelombang sedang dengan kemiringan lereng sekitar 60o. Kawasan Sentul City memiliki kemiringan lereng yang berkisar antara 0 % sampai dengan lebih besar dari 25%, dengan detail kontur: (1) 0-8%: 1109,30 ha, (2) 8-15%: 706,3 ha, (3) 15-25%: 695 ha, (4) >25%: 498,4 ha (Tabel 11). Tabel 11. Kondisi Topografi Sentul City Bentuk Wilayah
Lereng (%)
Datar-berombak (undulating) 0-8 Bergelombang (rolling) 8-15 Berbukit (hilly) 15-25 >25 Bergunung-gunung (mountainous) Sumber: AMDAL Sentul City, 2009
4.1.3
Perbedaan Tinggi (m)
Luas (ha)
0-15 15-50 50-200 >200
1109,3 706,3 695,0 489,4
Kondisi Bio-Fisik
A. Hidrologi Sumberdaya air di kawasan Sentul City berasal dari pengolahan air mandiri yang berasal dari badan-badan air atau Water Treatment Plant (WTP) dan melalui pipa air PDAM Kabupaten Bogor yang didistribusikan melalui reservoir yang ada di Cipambuan selanjutnya didistribusikan ke daerah pelayanan di lokasi kegiatan.
22
Water Treatment Plant (WTP) adalah salah satu prasarana umum bagi kawasan Sentul City, dengan debit air 80 liter/detik. Air berasal dari air hujan dan air sungai Citeureup yang diolah pada musim penghujan yang ditampung pada danau seluas kurang lebih 4 hektar. Sentul City juga memiliki sistem pengolahan limbah cair rumah tangga yang diberi nama Sewage Tretment Plant (STP). STP mengolah limbah cair dari berbagai sarana komersil di Sentul City, seperti restoran, hotel, dan lainnya. Sungai yang mengalir di kawasan ini adalah Sungai Citeureup, Cikeas, Citaringgul. Sebagian hasil dari WTP digunakan lagi oleh pihak pengelola untuk menyirami vegetasi yang berada di kawasan Sentul City. Air tanah tergolong langka di kawasan ini, sehingga air tanah tidak digunakan dalam kegiatan operasional perumahan Sentul City. Berikut merupakan data hidrologi Sentul City (Tabel 12). Tabel 12. Data Hidrologi Sentul City No. Sumber Air
Keterangan
1.
Sungai
Sungai Cikeas dan Sungai Citereup
2.
Air Tanah
4-12 meter di bawah permukaan tanah
Sumber: AMDAL Sentul City, 2009 B. Vegetasi Sentul City memiliki bentuk topografi yang landai hingga berbukit dengan vegetasi yang bervariasi dan tersebar. Vegetasi dengan keragaman jenis yang tinggi ini dapat digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu vegetasi hutan, vegetasi kebun, dan campuran yang mendominasi daerah Sentul City pada musim penghujan, vegetasi tegalan, kemudian ada vegetasi semak belukar yang mendominasi daerah Sentul City pada musim kemarau, dan yang terakhir adalah vegetasi sawah yang mendominasi daerah pinggiran sungai. 4.1.4
Aspek Pengelolaan
A. Struktur Organisasi Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. PT. Sukaputra Graha Cemerlang atau SGC adalah anak perusahaan dari PT. Sentul City Tbk dalam bidang town management. PT. Sukaputra Graha Cemerlang mempunyai beberapa divisi, yaitu divisi lingkungan dan kebersihan, divisi pemeliharaan infrastruktur, dan divisi pergudangan di 23
Sentul City. Adanya struktur organisasi adalah untuk memberi penjelasan mengenai tanggung jawab dan tugas dari pihak-pihak yang terkait. Berikut merupakan struktur organisasi dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (Gambar 5). Departemen Pemeliharaan Lingkungan
Pemeliharaan Infrastruktur Jalan dan Drainase RTW
Lanskap dan Kebersihan
Mekanik dan Listrik
Lanskap
Pengawas Lapang
Administrasi Pergudangan
Kebersihan
Peralatan
Operator Pemeliharaan
Gambar 5. Struktur Organisasi Sukaputra Graha Cemerlang (SGC) B. Sarana dan Prasarana Pengelolaan lanskap yang baik memerlukan sarana dan prasarana yang baik pula. Sarana dan prasarana di Sentul City sudah cukup memadai, terlihat dengan adanya
beberapa
fasilitas
seperti
perumahan,
perkantoran,
keagamaan,
pendidikan, rekreasi, olahraga, dan kesehatan (sedang dalam proses). Dalam mengelola area pemeliharaan lanskap di Sentul City (Tabel 13), SGC memiliki area pembibitan (nursery) yang dapat digunakan untuk mengganti tanamantanaman yang rusak. Tabel 13. Luas Area Pemeliharaan Lanskap di Sentul City No. 1.
2.
3.
Area Perawatan Lanskap Taman Taman Gerbang Taman Lingkungan Spine Road Rumput Berm Halaman depan Kavling RTH Pohon Pohon Jalan
Luas (ha)
Proporsi (%)
4,43 10,72 11,94
1,50 3,60 4,03
58,02 11,37 108,76 60,56
19,46 3,84 36,60 20,32
1,42
0,48
24
Lanjutan Tabel 13. Pohon Penghijauan Sempadan jalan Jogging Track Saluran Drainase Total Sumber: Bukit Sentul Tbk, 2009
6,69 25,87 0,38 4,49 296,59
2,25 8,72 0,13 1,50 100,00
C. Efektivitas Pengelolaan, Tenaga Kerja, Jadwal, Peralatan, dan Biaya PT. Sukaputra Graha cemerlang membawahi beberapa kontraktor, diantaranya adalah CV. Gelar Jaya, CV. Citra Anugrah Maulita, dan PT. Makna Prakarsa Utama. Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Arifin (2009) sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan taman, ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi pimpinan dengan para pengawas serta pengawas dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang berdasarkan jenjang pendidikan dan jenjang manajemennya dapat dilihat pada tabel berikut (Tabel 14). Tabel 14. Tenaga kerja PT. Sukaputra Graha Cemerlang Komposisi Karyawan Menurut jenjang Pendidikan Jumlah Karyawan Pasca Sarjana Sarjana D3 SLTA SLTP SD 268 2 16 18 168 20 44 Komposisi Karyawan Menurut Jenjang Manajemen Div. Head Dept. Head Section Head Staff Non Staff 5 7 53 202 Sumber: Annual Report Sentul City, 2011
Total 268
Program kerja pemeliharaan di Sentul City dibagi menjadi dua bagian, yaitu pemeliharaan rutin dan pemeliharaan insidentil. Kegiatan pemeliharaan rutin merupakan pemeliharaan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan pemeliharaan insidential merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan hanya pada waktu tertentu saja atau pada saat ada permintaan. Setiap kegiatan pemeliharaan terdapat pengawasannya. Pengawasan dilaksanaakan pada saat pelaksanaan pemeliharaan dan pasca pemelaksanaan pemeliharaan, yang berupa cheklist evaluasi hasil pekerjaan. Jadwal pemeliharaan terkoordinir dari hari senin hingga minggu pada jam kerja 08.00 sampai dengan 16.00, dengan jam istirahat selama 1 jam, yaitu pada 25
jam 12.00 sampai dengan 13.00. Peralatan pekerjaan pemeliharaan terdiri dari mobil dan motor operasional, mesin rumput, tangki air dan beberapa jenis alat kerja infrastruktur seperti roda genset, pahat kayu, gergaji besi, cangkul, mesin serut, palu, linggis, troli dorong, sekop, dan lainnya.
4.2 Karakteristik Jalur Sepeda 4.2.1
Lokasi Jalur Sepeda
Penelitian dilakukan pada jalur sepeda di Sentul City Bogor. Jalur sepeda ini ramai dengan pengguna sepeda pada hari sabtu dan minggu. Jalan MH Thamrin terdiri dari dua jalan yang dipisahkan oleh median jalan, dengan masing-masing jalan mempunyai jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 2,7 kilometer dengan lebar median 6 meter dan lebar jalan 9 meter. Jalan MH. Thamrin termasuk ke dalam jalan arteri, dengan kecepatan rata-rata tinggi. Jalan Jenderal Sudirman terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median, dan dua badan jalan yang tidak dipisahkan oleh median jalan, dengan jalur sepeda di sebelah kiri jalan. Jalan ini memiliki panjang 1 km dengan lebar jalan 7,5 meter dan lebar median 2 meter (Tabel 15). Tabel 15. Kondisi Jalan Tempat Penelitian
No.
1.
2.
Nama Jalan MH. Thamrin Jendral Sudirman
Panjang Jalur Sepeda (km)
Lebar (m)
Perkerasan
Jalur Sepeda
Median
Jalan
2,7
1,5
6
9
Aspal
Baik
1
1,2 - 1,4
2
7,5
Aspal
Baik
Jenis Kondisi
Jalur sepeda terletak pada jalan utama kawasan Sentul City. Jalur ini menghubungkan jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman (Gambar 6). Jalur sepeda di Jalan MH Thamrin memiliki panjang 2,7 kilometer, sedangkan jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman memiliki panjang 1 km, dengan total panjang jalur sepeda adalah 3,7 kilometer.
26
U
Tanpa Skala
Keterangan gambar: Jalan MH. Thamrin Jalan Jendral Sudirman Gambar 6. Jalan MH. Thamrin dan Jalan Jendral Sudirman
4.2.2
Tipe Jalur Sepeda
Jalur sepeda di Sentul City berada di sebelah kiri, dengan mengambil sebagian jalan arteri. Jalur ini dipisahkan dengan jalan arteri menggunakan garis marka jalan berwarna kuning. Tipe jalur seperti ini dinamakan bicycle lane, dimana jalur sepeda berada di satu badan jalan dengan kendaraan bermotor dipisahkan oleh garis marka jalan. Kondisi jalur disini terkelola dengan baik, tetapi dikarenakan tidak ada pengelolaan yang rutin, jalur sepeda terkadang kotor dengan bekas ban mobil, tanah, dan sebagainya (Gambar 7).
Gambar 7. Kondisi Jalur Sepeda yang Kotor oleh Limpasan Tanah 27
Jalur sepeda pada jalan MH. Thamrin memiliki lebar 1,5 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan. Jalur pada jalan ini berbagi jalan dengan jalur kendaraan bermotor tanpa ada bollard atau pembatas, tetapi jalur ini dipisahkan oleh garis marka jalan (Gambar 8). Skala 1 : 300
Gambar 8. Dimensi Jalan MH. Thamrin Jalur sepeda pada jalan Jendral Sudirman memiliki lebar yang berbeda. Pada badan jalan yang memiliki median, lebar jalur sepeda adalah 1,8 meter di sebelah kiri masing-masing badan jalan (Gambar 9). Sedangkan pada badan jalan yang tanpa median, lebar jalur sepeda terlihat berbeda. Lebar jalur sepedanya adalah 1,4 meter pada badan jalan sebelah kiri dan 1,2 meter pada badan jalan sebelah kanan (Gambar 10). Skala 1 : 200
Gambar 9. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Dengan Median
28
Skala 1 : 200
Gambar 10. Dimensi Jalan Jendral Sudirman Tanpa Median Ruang Terbuka Hijau pada jalur sepeda ini terletak di samping kiri jalur sepeda, dengan saluran drainase yang memisahkan antara berm dan taman tepi jalan. Saluran drainase memiliki lebar 60 sentimeter dan berm badan jalan sebelah kanan memiliki lebar 140 cm, sedangkan bagian kiri 120 cm. Terdapat kanstin selebar 15 cm yang membatasi antara berm dan jalur sepeda.
4.2.3
Elemen Pendukung Jalur Sepeda
Elemen pembentuk jalur sepeda berupa kelengkapan jalan (street furniture), antara lain rambu lalu lintas, garis marka jalan, simbol sepeda, halte, dan tempat parkir (Tabel 16). Elemen-elemen ini dimaksudkan untuk memberikan keamanan dan kenyaman untuk pengguna jalur sepeda di Sentul City (Lampiran 4). Tabel 16. Elemen Pendukung Pada Lokasi Penelitian Elemen Pendukung Lokasi
Jalan MH. Thamrin Jalan Jendral Sudirman Sumber: Pengamatan lapang
Rambu Lalu Lintas (buah) 17 6
Garis Marka Jalan
Simbol Sepeda (buah)
Halte (buah)
Tempat Parkir (buah)
2,7 km 1 km
20 6
1 2
2 0
29
4.2.4
Rambu Lalu Lintas
Fasilitas lalu lintas untuk pengguna jalur sepeda berfungsi sebagai informasi dan petunjuk lalu lintas yang dibuat sebagai komunikasi antara pengelola jalan dengan pengguna jalan sehingga dapat memperhatikan keadaan jalan. Fasilitas ini dapat meningkatkan keselamatan para pengguna jalur sepeda, karena ini dapat menjadi peringatan untuk pengguna jalan lainnya bahwa di tempat tersebut terdapat jalur sepeda. Terdapat dua jenis penggunaan bahasa dalam rambu lalu lintas ini, menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kata peringatan dalam bahasa Indonesia adalah “Hati-Hati Sepeda!” dan kata peringatan dalam bahasa Inggris adalah “Look For Bikes”. Warna dasar rambu lalu lintas ini adalah kuning. Sedangkan untuk warna pinggiran, gambar, dan tulisan adalah hitam. Warna untuk tiang penyangga adalah abu-abu. Bentuk rambu lalu lintas ini adalah persegi panjang. Rambu lalu lintas ini memiliki ukuran panjang papan 120 cm dengan lebar 80 cm, dan ukuran tiang 180 cm dengan lebar 8 cm. Rambu lalu lintas ini ditempatkan pada berm sebelah kiri jalan (Gambar 11), dengan jarak 400 meter dengan rambu lainnya. Material untuk rambu lalu lintas ini dibuat dari lempengan alumunium dan tiang rambu terbuat dari logam.
Gambar 11.Rambu Lalu Lintas: Tampak Depan (Kiri), Tampak Belakang (Kanan) 4.2.5
Garis Marka Jalan
Garis marka jalan adalah tanda di permukaan jalan yang membentul garis melintang sepanjang jalan. Garis ini berfungsi untuk memisahkan antara jalan
30
utama dengan jalur sepeda (Gambar 12). Warna dari garis ini adalah kuning, sedangkan lebar dari garis marka jalan ini adalah 12 cm. Garis marka jalan ini mengikuti jalur sepeda, kecuali pada saat pintu masuk suatu gedung, fasilitas, ataupun tempat proyek.
Gambar 12. Garis Marka Jalur Sepeda Berwarna Kuning 4.2.6
Simbol Sepeda
Simbol Sepeda merupakan salah satu penanda yang digunakan untuk menginformasikan kepada pengguna jalan bahwa jalur tersebut khusus untuk pengguna sepeda. Simbol ini memiliki warna background merah dengan warna tulisan putih. Terdapat dua simbol pada gambar ini, yaitu panah dan sepeda (Gambar 13).
Gambar 13. Simbol Sepeda dan Panah 4.2.7
Tempat Istirahat dan Parkir Sepeda
Tempat parkir sepeda adalah fasilitas yang sangat penting untuk mendukung aktivitas bersepeda sebagai pilihan transportasi yang praktis. Berdasarkan London Cycling Design Standards, terdapat empat syarat dalam merencanakan tempat parkir sepeda, diantaranya adalah: 1. Tempat parkir harus mendukung semua jenis sepeda tanpa harus merusaknya;
31
2. Tempat parkir harus dapat mengamankan frame dan roda sepeda agar dapat berdiri; 3. Tempat parkir tidak boleh menghalangi dan membahayakan pejalan kaki; 4. Pada tempat umum, tempat parkir tidak boleh mengganggu lingkungan. Tempat parkir sepeda memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah tempat parkir sepeda berdiri. Lokasi dari tempat parkir ini harus diletakkan dekat dengan tempat tujuan. Jarak untuk tempat parkir ke tempat tujuan adalah 25-50 meter, tergantung dari jangka waktu dari parkir sepeda. Posisi tempat parkir berdiri ini harus diletakkan di tempat yang minim potensi kecelakaan, contohnya saat pengendara sepeda membungkuk untuk mengunci sepeda yang akan diparkir. Tempat parkir yang ada di pinggir jalan, harus terletak minimal 0,6 meter dari tepi trotoar. Sentul City telah menyediakan tempat istirahat dan tempat parkir untuk pengguna sepeda. Tempat istirahat terletak di Plaza Niaga 1 (Gambar 14) dan halte di pinggir jalan utama. Terdapat toko sepeda pada Plaza Niaga 1, yaitu Toko Sepeda Sentul (Gambar 15). Toko Sepeda Sentul merupakan milik pribadi yang berdiri dari Juni 2010. Toko ini memberikan fasilitas tempat parkir untuk sepeda, sewa sepeda dan helm, jual sepeda dan spare part, serta café untuk beristirahat. Sedangkan pada foodcourt di Plaza Niaga 1 memberikan fasilitas yang sama seperti foudcourt pada lainnya, yang membedakan adalah terdapatnya tempat parkir untuk sepeda.
Gambar 14. Tempat Parkir di Foodcourt Plaza Niaga 1
32
Gambar 15. Tempat Parkir di Toko Sepeda Sentul 4.3 Karakteristik Jalur Hijau Jalur Sepeda Vegetasi di sekitar jalur sepeda memberikan beberapa fungsi seperti fungsi estetika, peneduh, dan pengarah. Vegetasi pada jalur sepeda di Jalan MH Thamrin di dominasi oleh pohon pinus. Sedangkan vegetasi pada jalur sepeda di Jalan Jendral Sudirman, di dominasi oleh pohon ketapang kencana. Selain pohon, terdapat juga groundcover dan semak. Bentuk jalur hijau jalan untuk jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman menggunakan pola linear mengikuti jalan. Jalur hijau terletak pada tanaman tepi jalan, median jalan, dan taman pulau jalan untuk kedua jalan tersebut. Vegetasi ini dipelihara dengan baik sehingga menambah keindahan dan kenyamanan pada kedua jalan ini (Tabel 17). Tabel 17. Jenis Pohon di Jalan MH Thamrin dan Jendral Sudirman Nama latin
Nama lokal
Kondisi
Pinus merkusii Jungh
Pinus
Baik
Terminalia mantaly
Ketapang kencana
Baik
Ravenala madagascariensis
Pisang kipas
Baik
Cassia mangium
Akasia
Baik
Ficus benjamina
Beringin
Baik
Cocos nucifera
Kelapa
Baik
Elaeis guineensis
Kelapa sawit
Tidak semua baik
Ficus sp
Beringin Bangkok
Baik
Samanea saman
Trenbesi
Baik
Dillenia aurea
Sempur
Baik
Canariensis sp.
Kenari Hijau
Baik
33
Lanjutan Tabel 17. Phoenix roebellinii
Phoenix
Baik
Bismarckia nobilis
Bismarkia
Tidak semua baik
Araucaria heterophylla
Cemara
Baik
Plumeria rubra
Kamboja
Tidak semua baik
Erythrina erista
Dadap merah
Baik
Tectona grandis
Jati
Baik
Bauhinia blakeana
Bunga kupu-kupu
Baik
Livistona rotundifolia
Palm Sadeng
Baik
Albilia falcate
Jeungjing
Baik
Gmelina sp
Gemelina
Baik
Spathodea campanulata
Sepathodea
Baik
Ukaria lagopo dioides
Palm ekor tupai
Baik
Roystonia regia
Palm Raja
Tidak semua baik
Delonix regia
Flamboyan
Baik
Pandanus utilis
Pandan melintir
Baik
Havea brasilensis
Karet
Baik
Pandanus sp
Pandan hijau
Baik
Sumber : Pengamatan Lapang dan Data Sentul City
4.4 Karakteristik Sosial Penghuni di Sentul City ada dua jenis, penghuni saat weekend dan penghuni tetap. Terdapat 40,66 % penghuni di Sentul City yang menjadikan rumahnya sebagai secondary home, hal ini dikarenakan alasan mereka tinggal di Sentul City untuk mencari kesegaran dari rutinitas kerja mereka. Pada saat weekend dan hari libur, banyak penghuni di Sentul City yang olahraga, salah satunya adalah bersepeda. Karakteristik sosial pengguna sepeda di Sentul City ini diantaranya adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Untuk mengetahui karakteristik pengguna sepeda, dilakukan penyebaran kuesioner kepada 30 responden. Pengguna sepeda laki-laki banyak dijumpai di jalur sepeda Sentul City, sedangkan pengguna sepeda perempuan jarang dijumpai.
34
Pekerjaan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar sebagai pegawai swasta (57%), BUMN atau PNS (20%), pelajar atau mahasiswa (13%), dan wiraswasta atau pengusaha (10%) (Gambar 16). Tingkat pendidikan pengguna jalur sepeda Sentul City sebagian besar adalah sarjana (57%), SLTA (17%), diploma (13%), dan pascasarjana (13%) (Gambar 17).
Gambar 16. Tingkat Pekerjaan Pengguna Sepeda Sentul City
Gambar 17. Tingkat Pendidikan Pengguna Sepeda Sentul City
35
Mayoritas pengguna sepeda yang bersepeda di Sentul City berkunjung tidak sendirian. Mereka datang dengan komunitas sepeda di perusahaannya, 73 % bersepeda bersama teman, 17 % bersepeda bersama rekan bisnis, dan 10 % dengan keluarga (Gambar 18). Sebagian besar pengguna sepeda datang ke Sentul City menggunakan kendaraan pribadi (60%) dan 40% menggunakan langsung dengan sepedanya (Gambar 19).
Gambar 18. Kedatangan Pengguna Sepeda Sentul City
Gambar 19. Transportasi yang Digunakan untuk Bersepeda di Sentul City
36
Pengguna sepeda di Sentul City memiliki berbagai macam perilaku, diantaranya adalah pengguna sepeda tidak mengikuti arah jalur yang sudah tersedia, terdapat beberapa pengguna sepeda yang tidak memakai helm, pengguna sepeda memotong jalan raya, pengguna sepeda mengganggu pengguna jalan lainnya dengan cara bersepeda secara berjajar dengan pesepeda lain, pengguna sepeda memarkirkan sepedanya di taman jalur sepeda. Sarana Transportasi yang tersedia di Sentul City adalah Bis AO dengan tujuan Sentul City-Bogor dan Sentul City-Blok M, bus Trans Pakuan Bogor-Sentul City, angkutan umum dengan trayek 05, T02, dan 044A. Sarana transportasi ini untuk melayani warga Sentul City agar mendapatkan kemudahan mobilitas warga dan pengunjung.
4.5 Analisis SWOT 4.5.1
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City
Penentuan strategi pengelolaan ini salah satunya adalah dengan menggunakan analisis SWOT. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Caranya adalah dengan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Jalur Sepeda berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen dan pengguna sepeda serta hasil penyebaran kuisioner.
4.5.1.1 Faktor Internal: Kekuatan (Strength) a. Jalur sepeda sudah tersedia Sentul City sudah mempunyai jalur sepeda untuk memfasilitasi pengguna sepeda di Sentul City. Jalur sepeda ini termasuk tipe bicycle lane yaitu jalur sepeda yang berada pada satu badan jalan dengan jalur kendaraan bermotor namun dipisahkan oleh garis marka jalan. Jalur ini terletak pada sebelah kiri badan jalan. Antara jalur kendaraan bermotor dengan jalur sepeda dipisah dengan menggunakan garis marka berwarna kuning.
37
b. Sign system yang mendukung Fasilitas sign system yang ada di jalur sepeda Sentul City sudah cukup memadai. Rambu-rambu ini antara lain berupa pavement marking (bike and separate arrow marking) dan rambu lalu lintas jalur sepeda. Pavement marking diletakkan selang seling dengan rambu lalu lintas sepeda setiap 200 meter. c. Taman sepanjang jalur sepeda Sentul City mendapatkan penghargaan dari MURI sebagai pemrakarsa taman terluas di jalan utama. Jalur sepeda terdapat pada jalan MH. Thamrin yang termasuk pada jalan utama Sentul City. Taman berada di sepanjang jalur sepeda, mulai dari taman di kanan kiri jalan sampai taman di median jalan. Pengguna sepeda dapat merasakan kenyamanan saat bersepeda di Sentul City. d. Eco-Art Park Eco-art Park merupakan salah satu rencana pembangunan yang dapat menunjang Sentul City sebagai Eco City (Gambar 20). Eco-art Park yang memiliki luas kurang lebih 3 hektar ini direncanakan menjadi pusat dari istirahat para pengguna sepeda, disamping sebagai tempat wisata edukasi. Pada tempat ini akan dibangun kamar mandi, tempat beristirahat, tempat makan, dan tempat parkir sepeda. Selain itu, disini terdapat floating market dan wisata kuliner Bondan Winarno yang diharapkan akan menambah minat pesepeda untuk bersepeda di Sentul City.
Gambar 20. Eco-Art Park Sedang Dalam Pembangunan e. Sumber daya manusia sebagai pengelola lanskap Sentul City memiliki anak perusahan yang bergerak dalam bidang pengelolaan kota yaitu PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Ruang lingkup kerjanya
38
adalah lingkungan, listrik, jalan, dan fasilitas umum lainnya di kawasan Sentul City sehingga kondisi lanskap di sepanjang jalan dapat terpelihara dengan baik. f. Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Jalur sepeda yang sudah dibangun tidak ditemukan pada beberapa titik rawan di Sentul City. Seperti pada putaran depan Marketing Office. Untuk menuju tempat ini, pengguna sepeda harus mengikuti jalur sepeda yang memutar ke arah jalan Jendral Sudirman dan melewati Eco-art Park. Hal ini akan meminimalisir kecelakaan yang terjadi.
4.5.1.2 Faktor Internal: Kelemahan (Weakness) a. Tidak semua jalan memiliki jalur sepeda Sentul City memiliki beberapa jalan utama, diantaranya adalah jalan MH. Thamrin, jalan Siliwangi, dan jalan Bali Raya. Jalur sepeda hanya terdapat pada jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman saja. Selain itu, belum ada jalur sepeda yang jelas untuk menuju ke tempat tujuan pengguna sepeda selanjutnya, seperti menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan sebagainya. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa kurang aman karena tidak adanya jalur sepeda di jalan lain (Gambar 21). Selain itu, belum ada jalur sepeda yang menghubungkan cluster-cluster di Sentul City.
Gambar 21. Pengguna Sepeda yang Mengendarai di Tengah Jalan Siliwangi b. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tempat parkir sepeda dan tempat untuk beristirahat sejenak sangat kurang disini. Pengguna sepeda lebih memilih untuk membaringkan sepedanya di tanah
39
dan duduk di taman sekitar jalur sepeda disbanding beristirahat di shelter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tempat parkir sepeda di shelter atau di tempat lainnya selain di Plaza Niaga 1. Tempat parkir yang berupa 2 buah rak sepeda ini kurang strategis dan tidak ada papan informasinya, sehingga pengunjung mengalami kebingungan dimana dia akan memarkirkan sepedanya saat beristirahat. c. Alih fungsi jalur sepeda Jalur sepeda adalah jalur yang diperuntukan untuk sepeda. Pada kenyataannya, jalur sepeda sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan dan tempat parkir. Kendaraan bermotor yang parkir di jalur sepeda itu cukup banyak. Sedangkan, peraturan yang ada adalah tidak boleh parkir di pinggir jalan lebih dari 5 menit. Hal ini membuat pengguna sepeda merasa tidak aman dan tidak nyaman. d. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda Pengelolaan jalur sepeda di Sentul City masuk pada pengelolaan jalan utama, tidak ada pengelolaan khusus untuk jalur sepeda, pengelolaan hanya berupa sapu jalan apabila terdapat daun yang gugur. Tidak ada pengelolaan pada sign system yang sudah ada, sehingga papan rambu lalu lintas sepeda rusak dan menjadi tempat vandalisme. e. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau dengan sepeda Lokasi Sentul City termasuk lokasi yang strategis, tetapi apabila menggunakan sepeda, lokasi ini termasuk lokasi yang susah dijangkau. Jalur sepeda di Sentul City ramai pengunjung pada hari Sabtu dan Minggu. Kebanyakan pengunjung datang dari luar Sentul City dengan menggunakan mobil (Gambar 22).
Gambar 22. Sistem Pengangkutan Sepeda Menggunakan Mobil
40
Jalur ini susah untuk dijangkau oleh masyarakat luar yang tidak memiliki kendaraan pribadi, karena harus melewati jalan tol. Angkutan umum yang melalui jalan non-tol rata-rata tidak memperbolehkan penumpangnya untuk membawa sepeda. Selain itu, jalan menuju Sentul City belum terdapat jalur khusus sepeda yang membuat kurang aman pesepeda untuk bersepeda di jalan raya. Berdasarkan hasil kuisioner, bagi masyarakat yang ingin bersepeda di Sentul City tapi tidak memiliki mobil, cukup susah untuk menjangkau tempat ini.
4.5.1.3 Faktor Eksternal : Peluang (Opportunity) a. Berkembangnya gaya hidup bersepeda Saat ini sedang berkembang “Bike to Work, Bike to school, dan sejenisnya”, ini membuat masyarakat berminat untuk bersepeda. Selain karena polusi yang makin bertambah karena kendaraan bermotor, macet juga menjadi alesan pesepeda untuk beralih ke kendaraan tanpa mesin ini. Masyarakat dari luar Sentul City banyak yang datang ke Sentul City untuk bersepeda. Hari yang biasa ramai oleh pengguna sepeda adalah Sabtu dan Minggu. b. Dekat dengan tempat tujuan pesepeda Rute yang digunakan oleh pengguna sepeda di Sentul City adalah downhill, uphill, cross country menuju ke KM 0, Gunung Pancar, Puncak, dan lainnya. Sentul City sering menjadi tempat start, sehingga untuk menuju tempat tersebut, pesepeda memarkirkan kendaraannya di Sentul City, lalu bersepeda ke tempat tujuan selanjutnya. Setelah selesai, mereka bersepeda kembali ke Sentul City untuk beristirahat. c. Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Antusiasme ini diperoleh dari kuisioner yang dibagikan kepada pengguna sepeda di Sentul City. Didapatkan lebih dari 50% pengguna sepeda berasal dari luar Sentul City. Banyaknya pengguna sepeda yang datang ke Sentul City untuk berolahraga dengan menggunakan sepedanya di hari Sabtu dan Minggu. Mereka datang dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan sepeda langsung dari tempat mereka.
41
4.5.1.4 Faktor Eksternal : Ancaman (Threat) a. Vandalisme oleh pengunjung Vandalisme adalah kegiatan yang dapat merusak fasilitas-fasilitas yang sudah ada, seperti penempelan iklan pada signage, mencorat-coret jalan, dan sebagainya. Hal ini harus dilakukan pengelolaan secara intensif agar perilaku pengunjung ini dapat diatasi. b. Pengguna jalur sepeda merusak taman Tempat parkir dan tempat istirahat di sepanjang jalur sepeda Sentul City sangat terbatas jumlahnya. Hal ini menyebabkan pengguna sepeda lebih memilih beristirahat dan memarkirkan sepedanya di taman. Taman yang ada di sepanjang jalur sepeda dapat dirusak pengguna sepeda yang beristirahat sembarangan di sekitar jalur sepeda. c. Iklan kendaraan bermotor meningkat Iklan adalah salah satu alat untuk mempromosikan produk kepada konsumennya. Iklan dapat mempengaruhi orang untuk menggunakan dan membeli produk atau jasa tersebut. Iklan kendaraan bermotor yang semakin meningkat dapat mengancam jalur sepeda, karena semakin banyak orang yang terpengaruh untuk menggunakan kendaraan bermotor.
4.5.2
Penilaian Faktor Internal dan Eksternal
Penilaian bobot dan rating pada Matriks IFE dan EFE digunakan untuk mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal perusahaan dengan cara pemberian bobot dan rating (peringkat) terhadap pengaruh faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah yang ada. Responden untuk penilaian ini adalah tiga orang pengelola lanskap di Sentul City. Penentuan nilai bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap keadaan
perusahaan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal
perusahaan (Tabel 18 dan 19). Sedangkan penentuan nilai rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan (Tabel 20 dan 21).
42
Tabel 18. Penentuan Nilai Bobot Faktor Internal Jalur Sepeda No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
1.
2. 3. 4.
5.
Faktor Internal
Bobot Jumlah 1 2 3 4 Responden Kekuatan (Strenght) Jalur sepeda sudah tersedia 3 3
Ratarata
Bobot
4.000
0.121
Sign system yang mendukung Taman sepanjang jalur sepeda Eco-art park
1 2
3
3.667
0.111
3
3
4.000
0.121
2 1
3
3.333
0.101
Sumber daya manusia 2 1 sebagai pengelolan lanskap Jalur sepeda yang 1 2 dirancang untuk keamanan pesepeda Kelemahan (Weakness) Tidak semua jalan 3 memiliki fasilitas jalur sepeda Alih fungsi jalur sepeda 1 1 1
3
3.333
0.101
3
3.667
0.111
3
1.000
0.091
3
2.000
0.050
Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda
2 1
3
1.333
0.061
2 1
3
2.333
0.071
Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda
3
3
2.000
0.061
33
1
Bobot Jumlah 1 2 3 4 Responden Peluang (Opportunity) Berkembangnya gaya hidup 3 3 bersepeda
Ratarata
Bobot
4.000
0.207
Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda
4.000
0.207
TOTAL Tabel 19. Penentuan Nilai Bobot Faktor Eksternal Jalur Sepeda No.
1.
2.
Faktor Eksternal
3
3
43
Lanjutan Tabel 19. 3. Antusiasme pesepeda dari 3 luar penghuni Sentul City yang besar Ancaman (Threat) 1. Vandalisme oleh pengguna 2 1 2. 3.
Pengguna jalur sepeda merusak taman Iklan kendaraan bermotor meningkat TOTAL
3
4.000
0.207
3
2.333
0.121
2 1
3
2.333
0.121
1 2
3
2.666
0.121
19
1
Tabel 20. Tingkat Kepentingan Faktor Internal Jalur Sepeda No.
Faktor Internal
Kekuatan (Strenght) 1. Jalur sepeda sudah tersedia 2. Sign system yang mendukung 3. Taman sepanjang jalur sepeda 4. Eco-art park 5. Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap 6. Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Kelemahan (Weakness) 1. Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda 2. Alih fungsi jalur sepeda 3. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang 4. Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda 5. Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda
Rating Rataan R1 R2 R3 4 3 3 3 3
4 3 4 4 3
4 4 3 3 3
4.000 3.333 3.333 3.333 3.000
3
3
3
3.000
1 1 2 1
1 2 2 2
1 1 2 1
1.000 1.333 2.000 1.333
2
1
2
1.667
Tabel 21. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Jalur Sepeda No. 1. 2. 3.
Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Berkembangnya gaya hidup bersepeda Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar
Rating Rataan R1 R2 R3 3 3
4 3
4 4
3.667 3.333
3
3
4
3.333
44
Lanjutan Tabel 21. Ancaman (Threat) 1. Vandalisme 2. Pengguna jalur sepeda merusak taman 3. Iklan kendaraan bermotor meningkat Ket: R= Responden 4.5.3
3 2 2
3 3 2
3 3 2
3.000 2.667 2.000
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal factor Evaluation (EFE)
Matriks IFE dan Matriks EFE berfungsi untuk mengukur seberapa besar peranan faktor internal dan faktor eksternal pada jalur sepeda di Sentul City ini. Berdasarkan penilaian bobot faktor internal, dibuat matriks Intenal Factor Evaluation (IFE). Matriks IFE ini menunjukkan bahwa total skor sebesar 2.702 (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa jalur sepeda di Sentul City dalam kondisi yang kuat karena telah mampu memanfaatkan kekuatan untuk menghadapi kelemahan yang dimiliki. Kekuatan utama yang dimiliki jalur sepeda di Sentul City ini adalah sudah tersedianya jalur sepeda dengan skor sebesar 0,484. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki oleh jalur sepeda ini adalah kurangnya fasilitas penunjang jalur sepeda seperti tempat parkir dan tempat istirahat dengan skor sebesar 0,112. Tabel 22. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) jalur sepeda di Sentul City Faktor Strategis Internal Jalur sepeda sudah tersedia
Bobot Kekuatan 0.121
Rating
Skor
4.000
0.484
Sign system yang mendukung
0.111
3.333
0.369
Taman sepanjang jalur sepeda
0.121
3.333
0.403
Eco-art park
0.101
3.333
0.336
Sumber daya manusia sebagai pengelola lanskap Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda
0.101
3.000
0.303
0.111
3.000
0.333
0.091
1.000
0.091
0.050
1.333
0.066
Kelemahan Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda Alih fungsi jalur sepeda
45
Lanjutan Tabel 22. Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda Total
0.061
2.000
0.122
0.071
1.333
0.094
0.061
1.667
0.101
1
27.332
2.702
Berdasarkan penilaian bobot faktor eksternal, dibuat matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Matriks EFE ini menunjukkan bahwa total skor sebesar 3.016 (Tabel 23). Hal ini menunjukkan bahwa jalur sepeda di Sentul City mampu merespons faktor eksternal dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman. Peluang utama yang dimiliki jalur sepeda di Sentul City ini adalah berkembangnya gaya hidup bersepeda dengan skor sebesar 0,759 dan ancaman yang utama untuk jalur sepeda di Sentul City ini adalah vandalism oleh pengguna dengan skor 0,363. Tabel 23. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) jalur sepeda di Sentul City Faktor Strategis Eksternal Berkembangnya gaya hidup bersepeda Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Vandalisme oleh pengguna Pengguna jalur sepeda merusak taman Iklan kendaraan bermotor meningkat Total
Bobot Peluang 0.207
Rating
Skor
3.667
0.759
0.207
3.333
0.689
0.207
3.333
0.689
3.000
0.363
0.121
2.667
0.322
0.137
2.000
0.274
1
18
3.066
Ancaman 0.121
46
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City 5.1.1
Tujuan Jalur Sepeda
Jalur sepeda Sentul City merupakan jalur sepeda yang berbagi jalan dengan jalur kendaraan lainnya. Kawasan ini sering dijadikan tempat acara untuk bersepeda, baik bersepeda santai maupun turun gunung. Para pengguna sepeda sangat menyukai tempat ini dikarenakan banyaknya tujuan untuk bersepeda di sekitar kawasan Sentul City. Sentul City menjadi daerah start bagi pengguna sepeda. Pengguna yang sebagian besar berasal dari luar Sentul City ini datang dengan menggunakan mobil menuju Plaza Niaga 1 untuk memarkirkan sepeda. Menurut American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO, 1991), rencana untuk mengaplikasikan proyek sepeda harus konsisten dengan rencana transportasi dari masyarakat dan harus mencerminkan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan wawancara dengan perencana, jalur sepeda yang diusulkan oleh direktur Sentul City ini dibuat dengan tujuan memfasilitasi para pengguna sepeda yang ramai di hari sabtu dan minggu. Tujuan lainnya adalah untuk rekreasi dan berolahraga. Pelaksanaan pembuatan jalur sepeda ini dimulai pada bulan Oktober 2010, dengan waktu penyelesaiannya selama satu bulan. Kegiatannya berupa pemasangan rambu lalu lintas serta pengecatan garis marka jalan dan simbol panah dan sepeda. Standar yang digunakan untuk membuat jalur ini mengacu pada standar yang ada di website dengan menyesuaikan keadaan di Sentul City. Pemilihan desain dari jalur sepeda akan mempengaruhi tingkat penggunaan, jenis pengguna yang diharapkan untuk menggunakan jalur tersebut, dan mobilitas yang diberikan oleh sepeda (AASHTO, 1991). Lebar dari jalur ini dibuat menyesuaikan dengan jalan yang sudah eksisting, baik jalan yang melebar dan menyempit. Standar jalur mobil di Sentul City adalah 3,5 meter masing masing badan jalan, sehingga jalur sepeda menyesuaikan dari lebar jalur yang sudah eksisting. Tidak dapat dilakukan pelebaran jalan karena terbentur oleh bukit.
47
Standar ukuran lebar dari jalur sepeda yang digunakan adalah 1,2 meter dengan panjang jalur dari jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. Garis marka jalan dibuat lurus sepanjang jalur sepeda tetapi berhenti pada daerah pintu masuk setiap CBD. Sedangkan untuk kondisi yang menyimpang jalan, dibuat garis putusputus, sehingga pengguna sepeda dapat melintas jalan. Standar untuk sign system mengacu pada website dan dari salah kawasan di Kota Bandung. Sign system diletakkan setiap 200 meter. Berdasarkan AASHTO 1991, kualitas perkerasan permukaan jalur sepeda harus bebas dari gundukan, lubang, atau penyimpangan permukaan lainnya untuk menarik dan memuaskan pengguna sepeda. Cat yang digunakan untuk pembatas antara jalur sepeda dengan jalur mobil adalah cat khusus untuk garis marka jalan. Material jalur sepeda adalah aspal, mengikuti material pada jalan utama.
5.1.2
Lokasi Jalur Sepeda
Pembangunan jalur sepeda telah dilakukan sejak bulan bulan Oktober 2010, bertepatan setelah pengaspalan jalan. Jalur sepeda ini merupakan hasil usulan dari direktur Sentul City, Adrian Budi Utama. Banyaknya para pengguna sepeda di Sentul City, menjadi alasan utama pembangunan jalur sepeda ini. Tujuan awal dibuat jalur ini untuk memfasilitasi para pengguna sepeda untuk transportasi, rekreasi dan olahraga menggunakan sepeda. Untuk mengakses jalur sepeda ini, dapat melalui Tol Jagorawi dan Tol alternatif Bogor Outer Ring Road sepanjang ± 3,8 km. Jalur sepeda Sentul City terletak pada jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman. jalan MH. Thamrin merupakan jalan utama di Sentul City. Jalan MH. Thamrin terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median. Masingmasing jalan mempunyai lebar 9 meter, dengan median selebar 6 meter. Jalan ini merupakan jalan penghubung antara kawasan pemukiman Sentul City dengan Tol Jagorawi. Jalan Jendral Sudirman terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median dan dua badan jalan tanpa median. Masing-masing mempunyai lebar 6,5 meter. Terdapat median selebar 2 meter yang memisahkan kedua jalan tersebut. Jalur sepeda terletak di sebelah kiri jalan, dengan mengambil 1,8 meter dari lebar
48
jalan. Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan penghubung dari arah Sirkuit Sentul ke kawasan pemukiman. Banyak pengguna sepeda datang dari arah sirkuit sentul. Pesepeda yang datang dari arah sini biasanya rombongan bersama teman atau keluarga. Jalur sepeda ini menghubungkan daerah-daerah CBD dan fasilitas-fasilitas dari Centul City, diantaranya adalah marketing office, Mall Belanova, Plaza Amsterdam, Plaza Niaga 1, Plaza Niaga 2, dan fasilitas-fasilitas pendidikan seperti SPH, BPK Penabur, kompleks Sentul City Islamic Center, Sentul International Convention Center (SIC), Hotel Harris, Eco-art Park dan Pasar apung (dalam proses), dan pemberhentian transportasi umum seperti Trans Pakuan dan Terminal Bis AO Sentul City.
5.1.3
Tipe Jalur Sepeda
Tipe jalur sepeda di Sentul City adalah bicycle lane. Bicycle lane atau jalur sepeda berfungsi untuk meningkatkan tertib lalu lintas dengan menetapkan garis tertentu di antara daerah untuk sepeda dan daerah untuk kendaraan bermotor. (AASHTO 1999). Jalur sepeda di sini di aplikasikan pada jalan arteri yang sudah ada, dengan cara mempersempit jalan arteri. Jalur sepeda dengan jalan arteri di pisahkan menggunakan garis marka jalan berwarna kuning yang mempunyai lebar 12 cm. Jalur sepeda itu sendiri mempunyai lebar yang berbeda-beda di tiap jalan, mengikuti bentuk dari jalan yang lurus atau belok. Rata-rata jalur sepeda di Sentul City mempunyai lebar 1,5 meter. Jalur di sini sudah sesuai dengan lebar minimum dari AASHTO (Tabel 24). Tabel 24. Lebar Jalur Sepeda
Lebar Jalur Sepeda
Jalur Sepeda di Sentul City
Standard Jalur Sepeda
1,5 meter
1,2 – 1,5 meter
Jalur dengan jenis bicycle lane seperti ini sangat rawan kecelakaan karena berdampingan dengan kendaraan lainnya. Berdasarkan wawancara dengan pihak keamanan Sentul City, tidak ada terdapat kecelakaan yang diakibatkan atau dialami oleh pengguna sepeda. Tidak ada peraturan khusus yang dibuat untuk bersepeda di Sentul City.
49
Jalur sepeda di Sentul City banyak yang beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan bermotor. Berdasarkan wawancara dengan pihak keamanan Sentul City, tidak boleh ada mobil yang parkir di pinggir jalan, kendaraan yang parkir di pinggir jalan memiliki waktu maksimal 5 menit, setelah itu akan diusir oleh pihak keamanan. Pihak keamanan melakukan pemeriksaan di seluruh kawasan Sentul City, tetapi karena keterbatasan tenaga keamanan, pengendara mobil yang tidak mengetahui aturan dapat bebas parkir di pinggir jalan. Pinggir jalan di Jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman adalah jalur sepeda. Kendaraan yang parkir di pinggir jalan sudah pasti mengganggu para pengguna sepeda (Gambar 23).
Gambar 23. Alih Fungsi Jalur Sepeda Menjadi Tempat Parkir Mobil Jalur seperti ini rawan kecelakaan dan mengancam keselamatan pengguna sepeda, seperti kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda sebagai tempat untuk parkir, ketika pengguna kendaraan bermotor membuka mobil dan menghalangi pengguna sepeda dikhawatirkan terjadi kecelakaan (Gambar 24).
Sumber foto: Charlotte Departement of Transportation
Gambar 24. Ilustrasi Potensi Kecelakaan antara Mobil yang Parkir dengan Sepeda
50
Kecelakaan tidak hanya terjadi pada mobil dan sepeda, dapat terjadi juga akibat kelalaian pengguna sepeda, diantaranya adalah tidak memakai helm, menggunakan jalur yang tidak seharusnya dengan cara menyebrangi berm untuk menuju jalur di sebelahnya, dan sebagainya (Gambar 25).
Gambar 25. Perilaku Pengguna Sepeda Memotong Jalan Jalur sepeda di Sentul City memiliki penanda atau simbol jalur sepeda dengan panah. Simbol ini memperingatkan pengendara jalan akan keberadaan jalur sepeda di jalan tersebut (Gambar 26). Simbol ini terdiri dari gambar panah dan gambar sepeda. Gambar panah memiliki panjang 130 cm, sedangkan gambar sepeda memiliki panjang 80 cm. Simbol yang berwarna putih ini didasarkan dengan garis merah selebar jalur sepeda, yang memiliki panjang 400 cm.
Gambar 26. Simbol Jalur Sepeda di Sentul City Rambu lalu lintas khusus sepeda di jalur ini berfungsi sebagai peringatan kepada pengguna jalan untuk berhati-hati dengan adanya pengguna sepeda (Gambar 27). Peringatan ini memiliki total tinggi 300 cm, dengan tinggi papan
51
120 cm dan tinggi tiang 180 cm. Kurangnya pengendalian pada papan ini mengakibatkan banyaknya vandalisme yang dilakukan, seperti menempelkan iklan, mencorat-coret papan, dan sebagainya.
Gambar 27. Rambu Lalu Lintas Sepeda di Sentul City Menurut Federal Highway Administration (FHWA), poin penting yang harus diperhatikan perencana dan insinyur adalah dengan bergerak yang relatif bebas, pengguna sepeda akan menggunakan berbagai cara untuk melewati persimpangan dan menuju tempat tujuan mereka. Selain itu, penggunaan jalan bersamaan akan menimbulkan konflik yang dapat terjadi di persimpangan jalan dan pintu masuk bangunan. Hambatan pada jalur sepeda di Sentul City terletak pada fitur topografi yang ada, yaitu kondisi jalan yang menanjak. Rambu lalu lintas sangat bermanfaat bagi pengguna sepeda, khususnya bagi yang baru pertama kali datang ke Sentul City, baik itu pengguna sepeda atau pengguna kendaraan lainnya. Rambu lalu lintas sepeda di Sentul City menjadi tempat yang mudah untuk digunakan sebagai tiang menempelkan sesuatu bagi pengunjung yang datang. Secara tidak langsung, hal ini sangat menggaggu dari sisi estetikanya. Pengelola perlu menjaga dan merawat rambu lalu lintas sepeda ini agar tetap dalam keadaan yang baik. Rambu lalu lintas sepeda di Sentul City ada yang ditemukan dalam kondisi yang tidak baik (Gambar 28). 52
Gambar 28. Vandalisme Rambu Lalu Lintas Sepeda: Mengalami Kerusakan Pada Papan (Kiri); Sebagai Media Penempelan Iklan (Kanan) Berdasarkan AASHTO, untuk daerah perkotaan, tanda-tanda sepeda harus ditempatkan setiap 500 meter atau sekitar ¼ mil, untuk setiap putaran dan persimpangan. Pada jalur sepeda di Sentul City, tiap rambu lalu lintas dan simbol jalur sepeda ditempatkan setiap 400 meter, dengan selang-seling antara rambu lalu lintas dan simbol jalur sepeda ditempatkan setiap 200 meter (Gambar 29).
Gambar 29. Jarak Rambu Lalu Lintas dengan Simbol Sepeda
53
5.1.4
Pengguna Sepeda
Pengguna sepeda Sentul City sebagian besar berasal dari luar Sentul City. Mereka melakukan hobi bersepeda serta melepas lelah dari kepenatan di kantor dengan bersepeda mulai dari hari kamis dan jumat sore, sabtu, serta minggu . Berdasarkan laporan dari Federal Highway Administration tahun 1994, terdapat tiga kategori pengguna sepeda, yaitu: 1. advanced or experienced riders, pengguna yang menggunakan sepeda seperti kendaraan bermotor. Mereka bersepeda untuk kenyamanan dan kecepatan memperoleh akses langsung ke tempat tujuan; 2. basic or less confident adult riders, pengguna yang dapat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi menuju rumah kerabat dan toko. Tipe ini lebih senang untuk menghindari jalan dengan kendaraan yang cepat dan ramai, sehingga lebih memilih bersepeda di bahu jalan; 3. children, bersepeda sendiri atau dengan orang tua mereka. Bersepeda pada jalur yang kecepatan kendaraan bermotor rendah untu menuju toko, sekolah, dan fasilitas rekreasi. Pengunjung Sentul City berasal dari berbagai kawasan, seperti Jakarta, Kota Bogor, dan sebagainya. Sebagian besar mereka merupakan pegawai kantoran yang bersepeda dengan klub sepeda di kantornya. Selain bersama klub sepeda, mereka bersepeda bersama keluarga dan teman. Terdapat beberapa rute bersepeda, diantaranya adalah cross country, downhill, uphill dan sebagainya (Gambar 30).
Gambar 30. Jalur sepeda Digunakan Sebagai Arena Track Sea Games
54
Penghuni di Sentul City terbagi menjadi dua, yaitu menetap dan tidak menetap. Penghuni yang menetap, berada di rumahnya setiap hari. Sedangkan penghuni yang tidak menetap, datang mengunjungi rumahnya hanya pada weekend dan hari libur saja. Tidak terlalu banyak penghuni yang memiliki sepeda, sebagian besar anak-anak yang memiliki sepeda dan mereka sebagian besar bersepeda hanya di sekitar clusternya saja, kecuali pada saat bersepeda bersama keluarganya.
5.1.5
Tempat Istirahat
Sentul City mempunyai halte yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengguna sepeda. Halte ini awalnya berfungsi sebagai tempat berteduh dan tempat menunggu transportasi seperti bus (Gambar 31). Terdapat vandalisme pada halte, ini dikarenakan kurangnya perhatian pada pengelolaan halte. Selain itu, apabila malam hari, daerah sekitar halte gelap gulita, ini dikarenakan lampu yang terdapat pada halte rusak. Pada jalur sepeda, halte terletak di 3 titik. Dua halte terletak di jalan MH. Thamrin dan 1 halte terletak di jalan Jendral Sudirman. Dalam penggunaannya, halte lebih sering digunakan sebagai tempat menunggu bus, sedangkan pesepeda lebih memilih beristirahat dibawah pepohonan.
Gambar 31. Halte di jalan Jendral Sudirman
55
5.1.6
Tempat Parkir Sepeda
Tempat parkir adalah tempat dimana orang dapat meletakkan dan menyimpan sepeda dengan tersusun rapi dan terjaga dari cuaca buruk, pencurian, dan vandalisme. Ada beberapa jenis tempat parkir, yaitu berupa rak, U-lock, dan locker. Tempat parkir harus mengutamakan keamanan, oleh karena itu tidak boleh ditutupi pagar tinggi, pohon, atau penghalang lainnya. Tempat parkir menurut American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) sebaiknya diletakkan di tempat-tempat strategis seperti taman, sekolah, fasilitas umum, kawasan industri, pusat perbelanjaan, kawasan komersial, dan stasiun transit. Apabila dibandingkan dengan keadaan yang ada di Sentul City, tempat parkir sangat jarang ditemui, karena tempat parkir yang disediakan hanya ada di satu tempat saja, dan tidak ada papan informasi yang memberi tahu bahwa ditempat tersebut terdapat tempat untuk memarkirkan sepeda. Tempat parkir yang ada di Sentul City hanya tersedia pada Plaza Niaga 1. Terdapat dua tempat pada Plaza Niaga 1, yaitu foodcourt (Gambar 32) dan toko Sepeda Sentul. Tempat parkir pada foodcourt berada di tengah-tengah, diantara meja dan kursi makan. Rak sepeda ini mempunyai bentuk yang cukup rumit untuk memarkirkan sepeda. Posisi sepeda harus diangkat untuk dikaitkan pada tiang penyangga.
Gambar 32. Rak Gantung Sepeda di Foodcourt Plaza Niaga 1 Fasilitas tempat parkir yang direncanakan terletak pada Eco-art park yang sedang dalam proses. Tempat parkir direncanakan terletak pada area depan. Selain
56
tempat parkir, terdapat fasilitas untuk beristirahat, makan, dan kamar mandi. Tempat parkir yang sudah ada terdapat di Plaza Niaga 1, yaitu di foodcourt dan toko Sepeda Sentul. Di negara maju, seperti di Singapura dan Jepang, parkir sepeda dapat dilihat dimana saja, seperti di tempat perbelanjaan, sekolah, taman bermain, stasiun, terminal, dan sebagainya. Posisi parkir sepeda diletakkan di depan dari suatu bangunan. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki fasilitas tempat parkir sepeda yang bagus. Berdasarkan wawancara dengan pengguna sepeda di Jepang, tempat parkir sepeda terletak dimana-mana. Masyarakat Jepang
banyak
menggunakan sepeda sebagai alat transportasi dari rumah menuju sekolah, stasiun, atau tempat lainnya. Hal ini dikarenakan jarak antar transportasi umum dengan rumah terlampau jauh, sehingga sepeda merupakan alat transportasi yang praktis dibandingkan dengan berjalan kaki. Sistem parkir sepeda di Jepang menggunakan rak dan locker. Saat memarkirkan sepeda, pengguna mengunci sepeda dan mendapatkan nomor untuk pengambilan sepeda. Pembayaran dikenakan kepada pengguna yang memarkirkan sepedanya lebih dari dua jam. Sistem pengambilannya dengan menggunakan koin. Pada jalan raya, tidak ada simbol khusus jalur sepeda, pengguna sepeda menggunakan jalur yang sama dengan pejalan kaki. Terdapat banyak peraturan yang dikenakan bagi pengguna sepeda di Jepang, diantaranya adalah tidak boleh membonceng, terdapat plat di sepeda sebagai tanda kepemilikan, dan sebagainya. Banyak polisi yang berjaga khusus sepeda, polisi-polisi tersebut mengecek kepemilikan dari sepeda tersebut. Kasus yang sedang berkembang di Jepang adalah pelanggaran pengguna sepeda, sehingga banyak iklan di televise yang mensosialisasikan untuk bersepeda dengan hati-hati. Singapore salah satu negara yang memfasilitasi pengguna sepeda. Tempat parkir di Singapore (Gambar 33) salah satunya terletak di dekat taman kota. Tempat parkir ini menggunakan jenis Rak Sepeda. Tempat parkir seperti ini mudah untuk digunakan para pengguna sepeda. Rak ini memiliki dua tingkatan.
57
Sumber foto: Oktaviana Miffatulani
Gambar 33. Tempat Parkir Sepeda di Singapore Pada tingkatan dasar, sepeda dapat langsung di parkirkan dengan menggunakan standar untuk menegakkan sepeda, lalu roda bagian depan di beri kunci atau gembok pada U-lock yang vertikal untuk membuat sepeda aman dari orang yang iseng. Pada tingkatan atas, memarkirkan sepedanya adalah dengan cara menarik turun rak sepeda yang berada di tingkatan atas, lalu setelah dikunci pada U-lock rak tersebut didorong lagi ke atas. Contoh tempat parkir seperti ini dapat menghemat lahan yang tidak luas. Tempat parkir yang sudah ada harus dilengkapi dengan signage agar dapat memberi informasi dimana letak tempat parkir kepada pesepeda. Signage ini juga
58
berfungsi agar tempat parkir tidak di beralih fungsi. Jumlah tempat parkir yang sedikit dan tidak strategis membuat pengguna sepeda memarkirkan sepedanya dan beristirahat di rumput pinggir jalan, dan duduk-duduk di bawah pohon (Gambar 34). Perilaku seperti ini dapat menyebabkan tanaman di pinggir jalan rusak dan tidak bagus lagi.
Gambar 34. Perilaku Parkir Ilegal di Rumput 5.2 Evaluasi Pengelolaan Jalur Hijau Sepeda Kawasan Sentul City berada di dekat pegunungan, oleh karena itu, pada tahun 1995 dipilih pohon pinus (Pinus merkusii) untuk ditanam di kawasan Sentul City, khususnya pada jalan MH. Thamrin untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Berdasarkan letak penanamannya, jalur hijau di Jalan MH. Thamrin (Gambar 35) dan Jendral Sudirman (Gambar 36) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada tepi jalan, median jalan, dan daerah tikungan jalan. Jalur hijau pada jalur sepeda ini umumnya ditanami oleh vegetasi yang memiliki fungsi estetika. Jalur hijau ini awalnya diperuntukkan untuk jalur yang sudah eksisting yaitu untuk kendaraan bermotor. Namun, setelah ada jalur sepeda, jalur hijaunya mengikuti jalur hijau yang sudah eksisting. Jalur hijau disini berfungsi sebagai peredam suara, penyerap polusi, dan mengurangi tiupan angin. Jalur hijau yang berada di bahu jalan ini sudah direncanakan dari awal dengan ukuran yang lebar, hal ini untuk mendukung konsep eco city dari Sentul City.
59
Pada jalan utama, tidak ada kavling dan rumah-rumah, yang ada hanya kawasan CBD, ini dikarenakan letak yang strategis dan sistem pemukiman Sentul City yang berupa cluster-cluster.
Gambar 35. Jalur Hijau di Jalan Jendral Sudirman
Gambar 36. Jalur Hijau di Jalan MH. Thamrin Komposisi tanaman perlu memperhatikan bentuk, tinggi, tekstur dan warna dari bagian tanaman sehingga menciptakan keserasian secara menyeluruh (Stevens et al., 1994). Tanaman pada jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1. pohon, berfungsi sebagai penghalang sinar matahari dan angin, menutupi pemandangan yang kurang baik, pengatur iklim mikro, dan memberikan nilai estetika; 2. perdu atau semak, berfungsi sebagai pembatas dan membrikan nilai estetika; 3. rumput atau ground cover.
60
Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan pemeliharaan dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya (Arifin dan Arifin, 2000). Jalur hijau di Sentul City, dikelola oleh Town Management Development (TMD) yang merupakan bagian dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Pemeliharaan ada dua bagian, pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan fisik yang dilakukan oleh TMD ada dua bagian, yaitu pemeliharaan elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material). Pemeliharaan fisik elemen lunak pada jalur hijau di jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman terdiri dari penyiraman, pendangiran, pemangkasan, pembabatan, penyapuan sampah, dan pengendalian hama dan penyakit. Sedangkan pemeliharaan elemen keras terdiri dari penyiraman jalan yang kotor, pembersihan gentong-gentong tanaman, perbaikan aspal jalan, dan lain sebagainya. Tingkat pemeliharaan dibagi menjadi tiga yaitu area yang membutuhkan pemeliharaan tinggi atau intensif, sedang atau semi intensif, dan rendah atau ekstensif (Carpenter et al., 1975). Pemeliharaan fisik pada lanskap jalur sepeda yang terjadwal harian, bulanan, tahunan, dan insidentil. Untuk jalur sepeda di Sentul City tidak memiliki pengelolaan yang khusus. Pemeliharaan jalur sepeda masuk kedalam pemeliharaan jalan, yang terdiri atas pembersihan daun dan sampah yang mengotori jalan, penyiraman jalan yang kotor. Jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman dikelola oleh kontraktor Gelar Jaya. Pengelolaan lanskap jalur sepeda ini diantaranya adalah pemeliharaan berm, pohon, saluran, dan jalan (Tabel 25). Kontraktor Gelar Jaya memiliki pekerja sebanyak 77 orang, yaitu 7 orang pekerja, 4 orang pengawas lapang, 1 orang untuk alat, dan 1 orang sekertaris. Untuk pemeliharaan penyapuan jalan dan berm, tenaga kerja dominan ibu-ibu. Dalam perekrutan tenaga kerja secara outsourching, tanpa harus memiliki keahlian.
Pelatihan
diberikan
untuk
pemeliharaan
seperti
kendaraan,
pemangkasan, pendangiran, dan bokor. Masalah yang dihadapi oleh kontraktor Gelar Jaya adalah masalah gulma pada rumput, cuaca, serta dana. Untuk hama dan penyakit, tidak dilakukan pencegahan, pemeliharaan hanya dilakukan saat ada hama tersebut.
61
Alat-alat yang dimiliki kontraktor ini diantaranya adalah mobil, mesin rumput, sapu, gunting stek, golok, pancong, cangkul, dan garpu. Peralatan ini berada di gudang yang sengaja mereka sewa di daerah Sentul City. Jam kerja pekerja di kontraktor ini adalah dari jam 08.00-12.00 dan 13.00-16.00. Tabel 25. Pemeliharaan Lanskap Jalur Sepeda No.
Jenis Pemeliharaan
Waktu Pemeliharaan
Pemeliharaan Berm 1.
Pemangkasan rumput
1 bulan sekali
2.
1 bulan sekali
4.
Pencabutan rumput liar Edging rumput dengan batas perkerasan Pemupukan
5.
Penyiraman
3.
1 bulan sekali 3 bulan sekali 2 kali sehari
Pemeliharaan Pohon 1.
Pemangkasan daun pohon Pemupukan dan pemberian kompos Pemberantasan hama dan penyakit
2. 3.
Insidentil 6 bulan sekali Insidentil
Pemeliharaan Jalan 1.
Penyapuan dan pembersihan
Setiap hari
2.
Pencabutan rumput liar
Setiap hari
3.
Penyiraman
Insidentil Pemeliharaan Saluran
1. Pembersihan saluran Sumber: Wawancara kontraktor 5.2.1
Setiap hari
Pemeliharaan Berm
Pemeliharaan berm terdiri dari pemangkasan rumput, pencabutan rumput liar, edging rumput dengan batas perkerasan, dan pemupukan. Pemangkasan rumput dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin. Pemangkasan secara manual (Gambar 37) dilakukan dengan menggunakan gunting rumput atau arit. Pemangkasan secara manual dilakukan dengan hati-hati, karena rumput dapat menjadi gundul apabila tidak menguasai alat. Pemangkasan yang
dilakukan
sebulan sekali ini dilakukan untuk mengurangi ukuran rumput dan merangsang pertumbuhan tunas. 62
Gambar 37. Pemangkasan Tanaman Secara Manual Pencabutan rumput liar atau penyiangan adalah pemeliharaan berm yang dilakukan secara teratur setiap hari setelah jam istirahat. Rumput liar adalah tanaman pengganggu di luar dari rumput eksisting. Keberadaannya dapat merusak estetika taman. Pencabutan rumput liar ini menggunakan alat pencukil sehingga dapat mencabut rumput hingga akar-akarnya (Gambar 38). Penyiangan ini dilakukan setiap hari setelah pekerja menyapu jalan bergilir keseluruh bagian selama sebulan. Untuk pemupukan, dilakukan secara tidak serempak, dikarenakan tenaga kerja yang terbatas. Pemupukan diutamakan pada tanaman yang kira-kira harus dipupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang dibeli dan kompos yang diberi oleh pihak TMD.
Gambar 38. Penyiangan Rumput dengan Alat Pencukil 5.2.2
Pemeliharaan Pohon
Pemangkasan pohon merupakan salah satu pemeliharaan yang dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan pohon agar sesuai yang diinginkan serta menjaga
63
keamanan dan kenyamanan dari pengguna jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. Pihak pengelola melakukan pemangkasan pada bagian pohon yang menjuntai menghalangi jalan atau kawat listrik, bagian pohon yang tumpang tindih, dan apabila pohon tersebut tersambar petir. Waktu pemangkasan dilakukan pada saat tertentu, tergantung dari pertumbuhan pohon tersebut. 5.2.3
Pemeliharaan Jalan
Jenis pohon yang ada di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman ada yang merontokkan daunnya secara berkala (decidous) dan ada juga yang selalu hijau sepanjang tahun (evergreen). Pohon yang sering merontokkan daunnya dapat mengotori jalanan, hal ini harus diberikan pembersihan jalan dengan intensitas tinggi. Pemeliharaan jalan di Sentul City berupa penyapuan dan pembersihan jalan, pencabutan rumput liar, dan penyiraman jalan. Penyapuan dan pembersihan jalan dilakukan setiap hari, senin sampai jumat dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00, dan sabtu sampai minggu dari jam 08.00 sampai dengan jam 13.00. Lokasi penyapuan di jalan MH. Thamrin dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah interchange- round about landmark, U-turn 1, U-turn 2, U-turn 3, U-turn 4, dan main gate. Untuk penyapuan jalan, pekerjaan diberikan kepada ibu-ibu yang sebagian besar sudah tua usianya. Pencabutan rumput liar adalah salah satu pemeliharaan jalan yang dilakukan untuk mengendalikan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan berada di jalan ataupun kanstin. Pemeliharaan ini dilakukan setiap hari untuk menghindari penyebaran rumput liar. Rumput liar yang sudah dicabut, dikumpulkan lalu dibuang. Tidak disembarang tempat, karena dapat tumbuh kembali bila menempel pada media yang sesuai. Penyiraman jalan adalah penyiraman yang dilakukan untuk membersihkan jalanan yang kotor. Jalanan ini kotor diakibatkan oleh sisa-sisa perbaikan utilitas, bekas roda kendaraan, akibat perbaikan jalan, dan sebagainya (Gambar 39).
64
Gambar 39. Jalan yang Kotor: Akibat Sisa-Sisa Perbaikan Utilitas (Kiri); Bekas Roda Kendaraan (Kanan) Sumber utama air penyiraman yang digunakan berasal dari WTP atau Water Treatment Plant. WTP mengolah air yang berasal dari air hujan dan air sungai Citeureup kemudian ditampung pada danau seluas kurang lebih 4 hektar. Waktu penyiraman ini dilakukan kapan saja saat dibutuhkan dan tidak pada saat hari hujan. Penyiraman jalan yang kotor menggunakan mobil tanki air (Gambar 40).
Gambar 40. Penyiraman Jalan Menggunakan Mobil Tanki Air 5.2.4
Pemeliharaan Saluran
Saluran di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman berupa selokan-selokan yang ada di sebelah kiri berm. Kegiatan pemeliharaannya bersifat insidentil seperti membersihkan lumut, membuang batu-batuan yang dapat menghambat
65
aliran air, membuang lumpur, puing-puing sisa perbaikan jalan, dan sebagainya. Pemeliharaan ini dilakukan untuk menjaga aliran air tetap berjalan dengan baik.
5.3 Strategi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan matriks IFE dan EFE maka dapat diketahui posisi jalur sepeda di Sentul City dengan menggunakan matriks IE (Internal-Eksternal Evaluation). Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE, dapat diketahui bahwa total nilai kondisi faktor internal adalah 2,702 dan total nilai kondisi faktor eksternal adalah 3,066. Matriks IE terdiri dari total nilai kondisi faktor internal sebagai sumbu x dan total nilai kondisi faktor eksternal sebagai sumbu y (Tabel 26). Tabel 26. Posisi Matriks Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City Tabel Skor IE Internal 1 2 Kuat
Sedang II
I
4 Lemah III
Grow and Build
Menengah Rendah
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1
Eksternal 2 3
4
Tinggi
3
Ket:
Posisi Matriks IE
Matriks IE memetakan jalur sepeda Sentul City terletak pada kuadran II. Hal ini berarti jalur sepeda Sentul City dalam kondisi Grow and Build dengan strategi yang dapat dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertikal dengan cara meningkatkan kualìtas SDM dan kemampuan manajerial. Strategi penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya-upaya pemasaraan yang lebih baik. Setelah diketahui letak kuadran jalur sepeda Sentul City, maka dibuatlah Matriks SWOT (Tabel 27) untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir
66
ancaman. Dihasilkan empat golongan alternatif untuk memperoleh strategi pengelolaan jalur sepeda di Sentul City. Tabel 27. Matriks SWOT Jalur Sepeda Sentul City Opportunities - Berkembangnya gaya hidup bersepeda Eksternal - Dekat dengan tempat tujuan bersepeda - Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Internal Strenghts - Jalur sepeda sudah tersedia - Sign system yang mendukung - Taman sepanjang jalur sepeda - Eco-art Park - Sumber Daya Manusia sebagai pengelola lanskap - Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda
Strategi SO - Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme dan gaya hidup bersepeda pada masyarakat. - Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda
Weaknesses - Alih fungsi jalur sepeda - Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang - Tidak ada pengelolaan khusus jalur sepeda
Strategi WO - Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitasfasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. - Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang
Threats - Vandalisme oleh pengunjung - Pengguna Jalur sepeda merusak taman - Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau - Iklan kendaraan bermotor meningkat Strategi ST - Memanfaatkan SDM untuk mengelola fasilitas agar dapat dan mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme.. - Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Strategi WT - Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi - Meningkatan fasilitasfasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut..
67
Lanjutan Tabel 27.
-
5.3.1
menggunakan jalur sepeda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan demi mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda.
Penentuan Alternatif Strategi
Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh jalur sepeda di Sentul City
serta peluang dan ancaman yang dihadapi,
dengan
menggunakan matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, and Threats) dapat diperoleh alternatif strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi yaitu strategi SO (Strenght-Opportunities), strategi WO (WeaknessOpportunities), strategi ST (Strenght-Threats), strategi WT (Weakness-Threats). Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait (Tabel 28). Tabel 28. Perangkingan Alternatif Strategi No. 1.
2.
3.
Alternatif Strategi Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme bersepeda pada masyarakat. Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda Memanfaatkan SDM untuk mengelola fasilitas agar dapat dan
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S1, S2, S3, O3
1,945
2
S4, S5, S6, O2
1,661
3
S5, T1, T2
0,988
6
68
Lanjutan Tabel 28.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme. Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda. Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan demi mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi Meningkatan fasilitas-fasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut.
S2, S4, T2
1,027
5
W5, O2, O3
1,479
4
W1, W3, W4, O1, O2, O3
2,444
1
W2, O3
0,775
7
W4, T1
0,457
9
W3, W4, T2
0,538
8
A. Strategi SO Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO yang dihasilkan yaitu : 1. Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme bersepeda pada masyarakat.
69
2. Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda B. Strategi WO Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO yang dapat diterapkan yaitu : 1. Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda. 2. Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. 3. Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda
untuk
meningkatkan
kenyamanan
dan
keamanan
demi
mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Strategi WO pertama adalah untuk mengatasi masalah transportasi yang susah dijangkau oleh pesepeda yang tidak memiliki mobil pribadi. Berdasarkan wawancara dengan pengguna sepeda dari luar Bogor, mereka mengalami kesulitan untuk bersepeda disini karena tidak memiliki kendaraan. Program ini diterapkan untuk memfasilitasi pengguna sepeda dari luar Sentul City sehingga memudahkan untuk menuju tempat ini. Program ini dapat dilakukan pada hari tertentu seperti pada weekend, dimana jalur sepeda banyak digunakan. Dengan diterapkannya strategi ini maka Sentul City dapat melakukan penetrasi pasar sehingga eksistensi jalur sepeda akan berkelanjutan. Strategi WO yang kedua diperoleh untuk mengatasi kelemahan yang ada di jalur sepeda Sentul City Kelemahan tersebut adalah tidak semua jalan memiliki jalur sepeda. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan jalur sepeda sampai ke Jalan Siliwangi dan Jalan Bali Raya, sehingga konsistensi tujuan untuk memfasilitasi pesepeda dapat terpenuhi. Strategi WO yang ketiga adalah memanfaatkan peluang dari antusiasme pengguna sepeda di Sentul City dengan meningkatkan kenyamanan dan keamanan
70
di jalur sepeda agar tidak ada lagi yang menggunakan jalur sepeda sebagai tempat parkir, tempat berjualan, tempat ojek, dan sebagainya. C. Strategi ST Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi ST yang diperoleh yaitu : 1. Memanfaatkan
SDM
untuk
mengelola
fasilitas
agar
dapat
dan
mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme 2. Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Strategi ST yang pertama diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan yaitu Sumber Daya Manusia. PT. SGC memiliki sumber daya manusia yang baik, tetapi masih kurang termanfaatkan dalam mengelola jalur sepeda dan fasilitasnya serta membuat sign system untuk petunjuk arah tempat parkir dan beristirahat pengguna sepeda. Dengan diterapkannya strategi ini diharapkan jalur sepeda dan fasilitas penunjangnya dapat terpelihara dengan baik. Strategi ST kedua adalah strategi pengembangan produk. Eco-Art Park adalah tempat yang direncanakan sebagai pusat dari kegiatan pesepeda di Sentul City, hal ini dapat digunakan sebagai tempat komunitas pesepeda, mulai dari tempat berkumpul, membersihkan diri, beristirahat, makan, dan sebagainya, agar pesepeda memiliki tempat untuk beristirahat dan memarkirkan sepedanya. Hal ini untuk mengatasi ancaman berupa pengguna sepeda yang sering beristirahat di pinggir jalan, ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan. D. Strategi WT Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman yaitu strategi defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi WT yang dapat dilakukan yaitu: 1. Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi
71
2. Meningkatan fasilitas-fasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut. Strategi WT pertama diperoleh dengan mengurangi kelemahan
yaitu
vandalisme terhadap fasilitas jalur sepeda dengan membuat jadwal pengelolaan pada jalur sepeda secara teratur. Strategi WT kedua adalah dengan mengurangi perilaku negatif pengguna sepeda yang duduk di pinggir jalan untuk beristirahat dengan menambah fasilitas seperti halte di beberapa titik untuk tempat beristirahat. Selain itu, penambahan fasilitas tempat parkir di beberapa titik seperti di sekolahan, di mall, masjid, dan kawasan CBD lainnya juga dapat meningkatkan kenyamanan pengguna sepeda dalam memarkirkan sepeda. Hal ini harus disertai dengan pengelolaan yang baik dan teratur agar fasilitas-fasilitas ini dapat berkelanjutan.
5.3.2
Rencana Pengelolaan
Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan lanskap jalur sepeda di Sentul City maka strategi pengelolaan yang perlu dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertical. Strategi utama yang dapat dilakukan adalah strategi WO dengan bobot 2,444, yaitu Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. 1. Pengembangan Jalur Sepeda Pengembangan jalur sepeda yaitu pengembangan luas jalur sepeda ke beberapa jalan utama lainnya di Sentul City. Berdasarkan wawancara dengan pihak Sentul City, jalur sepeda yang berada di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman dibangun bersamaan dengan pengaspalan jalan. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila jalur sepeda diperluas apabila akan diadakan pengaspalan jalan pada jalan Siliwangi dan Bali Raya. Tipe jalur sepeda yang akan dikembangkan mengikuti tipe jalur sepeda sebelumnya, yaitu bicycle lane, dimana jalur sepeda dan jalur kendaraan bermotor hanya dipisahkan oleh garis marka jalan.
72
Jalan Siliwangi memiliki jalur pedestrian di beberapa titik (Gambar 41). Jalur ini dapat dimanfaatkan sebagai jalur sepeda dengan tipe bike path, yaitu atau jalan kecil untuk sepeda adalah sebuah jalur sepeda yang secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor, dapat terletak di bahu kanan atau kiri jalan raya. Perlu pengelolaan yang rutin untuk jalur di pedestrian ini untuk menghindari lumut, selain itu, perlu ditambah pagar untuk keamanan pesepeda pada jalur yang berhadapan dengan jurang.
Gambar 41. Jalur Pedestrian di Jalan Siliwangi 2. Penambahan Fasilitas-Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang yang seharusnya dimiliki oleh suatu jalur sepeda dalam rangka memenuhi tujuan utama pembuatan jalur sepeda di Sentul City di antaranya: A. Tempat Parkir Berdasarkan wawancara dengan pihak Sentul City, tujuan bersepeda di Sentul City adalah untuk berolahraga. Tempat parkir yang dibutuhkan untuk tujuan olahraga dapat diletakan pada tempat-tempat tertentu saja, seperti pada tempat istirahat. Tempat parkir yang tersedia masih tergolong sedikit dan tergolong susah untuk memarkirkan sepeda. Halte sebagai tempat istirahat perlu diletakkan tempat parkir sepeda agar sepeda terlihat lebih rapi. Eco-Art Park adalah tempat yang direncanakan sebagai pusat dari kegiatan pesepeda di Sentul City, hal ini dapat digunakan sebagai tempat komunitas pesepeda, mulai dari tempat berkumpul, membersihkan diri, beristirahat, makan, dan sebagainya, agar pesepeda memiliki
73
tempat untuk beristirahat dan memarkirkan sepedanya. Hal ini untuk mengatasi ancaman berupa pengguna sepeda yang sering beristirahat di pinggir jalan, ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Penambahan fasilitas tempat parkir di beberapa titik seperti di sekolahan, mall, masjid, dan kawasan CBD lainnya juga dapat meningkatkan kenyamanan pengguna sepeda dalam memarkirkan sepeda. Hal ini harus disertai dengan pengelolaan yang baik dan teratur agar fasilitas-fasilitas ini dapat berkelanjutan. B. Ruang ganti pakaian dan Ruang Membersihkan Diri Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna sepeda di Sentul City, mereka membutuhkan tempat untuk mengganti pakaian dan membersihkan diri setelah mereka bersepeda. Tempat yang direncanakan berada di Eco Art Park, hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembangunan Eco Art Park adalah tempat awal dan akhir pengguna sepeda di Sentul City. C. Tempat Istirahat Tempat istirahat yang ada di Sentul City, perlu dikelola dengan baik. Halte adalah salah satu tempat istirahat yang sudah ada di Sentul City. Letaknya berada di pinggir jalan utama. Pengelolaan yang baik akan menambah fungsi kenyamanan pada tempat istirahat tersebut. D. Program Bike on Bus Program ini merupakan fasilitas yang diberikan untuk pesepeda yang mengalami kesulitan dalam hal transportasi menuju ke Sentul City (Gambar 42). Transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan orang lain untuk mengunjungi tempat tersebut. Sentul City sudah memiliki transportasi dan shelter bus nya. Dengan memanfaatkan hal ini, dapat ditambahkan fasilitas pengangkutan sepeda yang mengikuti standar pengangkutan sepeda oleh bus. Menurut Federal Highway Administration (FHWA), program Bike on Bus merupakan ide yang sangat baik, untuk pelanggan bus program ini adalah tambahan pilihan, untuk pengendara sepeda ini adalah peluang, dan untuk masyarakat umum ini merupakan langkah menuju mengurangi jumlah kendaraan bepergian di jalan.
74
Gambar 42. Program Bike on Bus Program ini diterapkan untuk memfasilitasi pengguna sepeda dari luar Sentul City sehingga memudahkan untuk menuju tempat ini. Program ini dapat dilakukan pada hari tertentu seperti pada weekend, dimana jalur sepeda banyak digunakan. Dengan diterapkannya strategi ini maka Sentul City dapat melakukan penetrasi pasar sehingga eksistensi jalur sepeda akan berkelanjutan. Untuk keamanan, proses pengangkutan sepeda ke bus hanya dilakukan di shelter bus, tidak diperkenankan menaikan sepeda selain di shelter bus. Waktu operasional Bike on bus ini pada waktu ramai pengguna sepeda di Sentul, yaitu Sabtu dan Minggu. Dengan jam kedatangan mengikuti jadwal yang sudah ada dari bus Sentul ini. Bus dapat mengangkut semua jenis sepeda pada waktu operasional kecuali sepeda tandem, sepeda roda tiga, dan ukuran standar sepeda sesuai dengan rak yang digunakan. Rak sepeda berada di bagian depan bus, untuk sepeda yang tidak dapat dilipat dilarang dibawa masuk ke dalam bus, harus diletakkan pada rak yang disediakan di depan bus. Sedangkan untuk sepeda lipat, dapat dibawa masuk ke dalam bus selama bus belum pada kapasitas duduk penuh. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan kenyamanan pengguna bus selain pesepeda. Papan informasi mengenai syarat membawa sepeda ke dalam bus harus dibuat untuk menunjang fasilitas ini. Papan pemberitahuan diletakan di tempat yang
75
mudah dilihat oleh pesepeda di shelter bus. Papan informasi berisi tentang prosedur pengangkutan sepeda dan waktu operasional program bike on bus ini. E. Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda Sentul City A. Tenaga Kerja Pengelolaan lanskap di Sentul City sudah didukung oleh sumber daya manusia yang baik. Pengelolaan fisik lanskap jalur sepeda yang meliputi pemeliharaan fasilitas-fasilitas penunjang dan sumber daya alam perlu diperhatikan. B. Jadwal Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan untuk jalur hijau sepeda sudah terkelola dengan baik. Tetapi untuk kegiatan pemeliharaan fisik jalur sepeda belum terkelola dengan baik dan perlu penyusunan sub jadwal kerja untuk jalur sepeda (Tabel 28). Sub jadwal jalur sepeda perlu dibuat untuk menciptakan dan memelihara jalur sepeda yang aman dan nyaman untuk digunakan pesepeda agar dapat berkelanjutan. Tabel 28. Rekomendasi Sub-Jadwal Pemeliharaan Jalur Sepeda No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Pemeliharaan Penyapuan dan Pembersihan Jalur Sepeda Pembersihan lumut Pengecekan sign system Penggantian lampu halte (tempat istirahat) Pengecatan garis marka jalan
Waktu Pemeliharaan Setiap Hari Setiap Hari Setiap Hari 6 bulan sekali 1 tahun sekali
Kelengkapan alat dan bahan sangat mendukung kelancaraan dalam kegiatan pemeliharaan taman yang dilakukan setiap hari sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien (Arifin dan Arifin, 2005). Alat dan Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Sepeda disediakan oleh pihak kontraktor yang bertanggung jawab dalam jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. C. Metode Kerja Metode kerja adalah tata cara kerja untuk memperlancar pekerjaan atau pengelolaan. Menurut The Department of Transportation maintains bikeways in unincorporated Sacramento County (2011), pemeliharaan jalur sepeda meliputi penyapuan untuk menjaga jalur sepeda bebas dari puing-puing dan sampah,
76
memastikan bahwa marka jalur sepeda terlihat dan papan lalu lintas sepeda agar tetap operasional. Sistem Patroli untuk di sepanjang jalur sepeda perlu diperketat untuk meningkatakan kenyamanan dan keamanan pesepeda. Menurut The Department of Transportation Maintains Bikeways in unincorporated Sacramento County (2011), penyebab paling umum dari kecelakaan sepeda terjadi ketika pengendara sepeda berada di jalan kendaraan bermotor. Sepeda dan pengendara kendaraan bermotor harus mengikuti aturan yang berlaku. Aturan-aturan tersebut meliputi mematuhi papan lalu lintas dan tanda-tanda yang ada di jalan. Kegiatan patroli dua kali dalam sehari perlu diperketat dengan mempertegas larangan parkir di jalur sepeda. Kendaraan bermotor yang parkir di jalur sepeda dapat menimbulkan bahaya, terutama saat pengguna jaluar sepeda perlu untuk menghindari pembukaan pintu mobil. Mobil-mobil yang parkir di sekitar tenda di jalan MH. Thamrin harus diatur agar parkir secara diagonal dan mulut mobil mengarah ke depan, sehingga dapat mengurangi potensi konflik yang akan terjadi (Gambar 43). Selain penertiban parkir, dooring sign perlu diterapkan. Tanda ini diletakkan berdekatan dengan tempat parkir kendaraan bermotor yang ada untuk mengingatkan pengendara untuk melihat sebelum membuka pintu mereka.
Gambar 43. Parkir Kendaraan Bermotor: Parkir Berderet (Atas); Rekomendasi Parkir Diagonal (Bawah)
77
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Jalur sepeda di Sentul City memiliki fungsi sebagai tempat untuk olahraga dan rekreasi sepeda. Berdasarkan hasil evaluasi jalur sepeda, pengguna jalur sepeda, dan pengelolaan jalur sepeda, didapatkan strategi alternatif untuk pengelolaan jalur sepeda. Strategi utama dari pengelolaan
jalur sepeda ini adalah
mengembangkan jalur sepeda ke seluruh jalan utama Sentul City. Pengembangan ini dapat menghubungkan cluster-cluster dengan jalur sepeda.
Jalur
pengembangan ini dapat berfungsi sebagai moda transportasi untuk penghuni dan pegawai di Sentul City, sehingga dapat menunjang konsep Sentul City sebagi Eco-City. 6.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan: 1. Pihak Sentul City dapat menjadikan hasil skripsi ini sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan jalur sepeda ke jalan utama lainnya di Sentul City. Pengembangan jalur sepeda ini diharapkan dapat menghubungkan cluster-cluster dengan jalur sepeda, sehingga penghuni dapat menggunakan sepeda sebagai moda transportasi. 2. Penghuni di Sentul City yang ingin bersepeda dapat menggunakan jalan kendaraan bermotor dalam cluster tersebut karena masih memungkinkan untuk kendaraan bermotor berbagi jalan dengan sepeda. Selain itu, pedestrian track juga dapat digunakan sebagai jalur sepeda dengan tipe bike path, dimana jalur sepeda yang secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor. 3. Fasilitas tempat parkir sepeda sebaiknya disediakan pada tempat-tempat strategis pada sekolah, tempat kerja, taman bermain, dan tempat perbelanjaan. 4. Pengelolaan terhadap jalur sepeda sangat dibutuhkan untuk menjaga keberlanjutan fungsi dari jalur sepeda tersebut. Pemeliharaan jalur sepeda masih masuk ke dalam pemeliharaan jalan. Perlu dibuat sub-jadwal untuk memelihara fisik jalur sepeda dan fasilitas penunjang jalur sepeda agar jalur sepeda dapat berkelanjutan. 78
DAFTAR PUSTAKA Sentul City. 2008. Masterplan Sentul City. Bogor. Sentul City Arifin H.S. 2009. Diktat Kuliah Pengelolaan Lanskap. Institut Pertanian Bogor. 151 hlm. Arifin H.S dan Arifin N.H.S. 2005. Pemeliharaan Taman. Cetakan VII edisi revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. 169 hlm. Arifin H.S, 2011. Konsep Kota Hijau-Kota Ekologis-Kota yang Berkelanjutan dan Implementasinya di Indonesia. Green City 2011 Workshop Perundang-undangan Bidang Penataan Ruang dan Konsep Rencana Aksi Kota Hijau Bogor: Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Bukit Sentul Tbk. 2009. Pekerjaan Pemantauan RKL/RPL Pembangunan Kawasan Perumahan Sentul City. Bandung Bukit Sentul Tbk. 2011. Revisi Pekerjaan Pemantauan RKL/RPL Pembangunan Kawasan Perumahan Sentul City. Bandung Caltrans Highway Design Manual. 2006. Bikeway Planning and Design Chapter 1000 [pdf]. (http://www.dot.ca.gov/hq/oppd/hdm/pdf/chp1000.pdf, diakses tanggal 7 Juli 2012) Carpenter P.L., Walker, T.D., and Lanphear, F.O. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. 481 p. Charles W.H dan Nicholas T.D. 1998. Time Saver Standards For Landscape Architecture, Second Edition. United States of America: McGraw-Hill, Inc. David F.R. 2008. Manajemen Strategi ke-10. Terjemahan Oleh Budi S. Strategic Management: Concepts and Cases, 10th ed. Jakarta: Salemba Empat. Kraus R.G., and J.E. Curtis. 1982. Creative Management in Recreation and Parks. Edisi Ketiga. The C.V. Mosby Company. St. Louis, Toronto, London. 391 hal. London Cycling Design Standard. Parking Design Standard [pdf]. (http://www.londoncyclenetwork.org.uk/uploaded_files/LCN_Design_Ma nual.pdf, diakses tanggal 7 Juli 2012) Lyle JT. 1985. Design for Human Ecosystems. New York: Van Nostrand Reinhold Company Inc. 279 hal Neufert, Ernst (2002). Data Arsitek Jilid 2. Trans Sunarto Tjahjadi dan Ferryyanto Chaidir. Jakarta : Erlangga.
79
Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategi untuk menghadapi abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Register R. 1987. Ecocity Berkeley: Building Cities For A Healthy Future. Berkeley, California: North Atlantic Books. Simonds J.O. 1983. Landscap Architecture. Mc Graw-Hill, Inc United States of America. 331p. Tugaswati Tri. Emisi Gas Buang Kendaran Bermotor dan Dampaknya Terhadap Kesehatan [pdf]. (http://www.kpbb.orgdownload/Emisi%20Gas%20 Buang%20Bermotor%20%&%20Dampaknya%20Terhadap%20Kesehatan .pdf, diakses tanggal 7 Juli 2012) [Anonim]. 2011. Bike lane. http://www.msa2.saccounty.net/transportation/Pages/ Bikeways.aspx. 15 September 2012. [AASHTO] American Association of State Highway and Transportation Officials. 1991. Guide for the Development of Bicycle Facilities [pdf]. (www.sccrtc.org/bikes/AASHTO_1999_BikeBook.pdf, diakses tanggal 3 April 2011) [DPU] Departemen Pekerjaan Umum. 2009. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Pembentuk Utama Kota Taman. Jakarta: Direktorat Jendral Penataan Ruang. [FHWA] Federal Highway Administration. 1995. FHWA Course On Bicycle and Pedestrian Transportation [pdf]. (http://safety.fhwa.dot.gov/ PED_BIKE/univcourse/pdf/swless09.pdf, diakses tanggal 2 Juli 2012)
80
LAMPIRAN
81
Lampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR No Responden : Tanggal: Saya Rida Agniya Arifiani (A44080059), mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Saya sedang melakukan riset pengguna jalur khusus sepeda untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam pembuatan skripsi. Saya sangat mengharapkan kesediaan anda dalam mengisi kuisioner ini dan saya ucapkan terimakasih atas bantuannya. Petunjuk : Beri tanda (X) pada salah satu jawaban Anda 1. Sudah berapa kali Anda bersepeda di sini (termasuk hari ini)? a. Satu kali b. Dua kali atau lebih 2. Kapan terakhir Anda bersepeda di sini ? a. Lebih dari 3 bulan yang lalu b. Dalam tiga bulan terakhi I. Identitas Responden 1.Nama : 2.Jenis Kelamin :L/P 3. Alamat : 5. Umur : 7. Agama : 8. Pendidikan Terakhir : a. SD e. Sarjana b. SLTP f. Pascasarjana c. SLTA Lainnya, sebutkan… d. Diploma / Akademi 9. Pekerjaan : a. Pelajar / Mahasiswa d. Wiraswasta / Pengusaha b. BUMN / PNS e. Pensiunan c. Pegawai Swasta g. Lainnya, sebutkan… 10. Bersama siapakah biasanya Anda bersepeda di Sentul? a. Sendiri d. Bersama teman b. Bersama keluarga c. Bersama rekan bisnis 82
11. Jenis sepeda apa yang biasa Anda gunakan saat bersepeda di Sentul? a. Sepeda gunung c. Sepeda Fixie b. Sepeda BMX dan balap d. Sepeda Lipat 12. Transportasi apa yang sering Anda gunakan untuk menuju Sentul? a. Angkutan umum c. Mobil pribadi b. Motor Sepeda II.Proses Evaluasi Jalur Sepeda Petunjuk : Beri tanda (X) pada salah satu jawaban Anda. 1. Apakah anda mengetahui jalur yang di sebalah kiri jalan adalah jalur sepeda? a. Tidak mengetahui b. Mengetahui 2. Dari mana Anda mengetahui tentang jalur sepeda di Sentul City? a. Media Informasi Cetak atau Internet b. Teman atau keluarga c. Lainnya, sebutkan… 3. Apa pertimbangan Anda bersepeda di Sentul City? a. Hanya lewat b. Kemudahan memperoleh lokasi c. Kenyamanan jalur 4. Apakah alas an anda bersepeda di Sentul City? c. Untuk olahraga d. Untuk transportasi e. Karena aman (sudah memiliki jalur) 5. Kapan biasanya Anda bersepeda di Sentul City? a. Hari kerja b. Hari libur 6. Jam berapa biasanya Anda bersepeda di Sentul City? f. 05.00-09.00 g. 09.00-13.00 h. 13.00-17.00 i. 17.00- ke atas 7. Apakah jalur sepeda di Sentul sudah nyaman dan aman? j. Belum nyaman Belum aman k. Cukup nyaman Cukup aman l. Sudah nyaman Sudah aman 8. Apakah pemandangan sepanjang jalur sepeda di Sentul City sudah baik? Belum Cukup baik Sudah baik 83
9. Apakah garis pembatas (warna kuning) sudah cukup informatif? Belum informatif Cukup informatif Sudah informatif 10. Apakah fasilitas parkir disini sudah memadai? Belum memadai Cukup memadai Sudah memadai 11. Jika belum, tempat mana sajakah yang memerlukan tempat parkir? ………………………………………………………………………………….. 12. Apakah fasilitas papan penunjuk jalur sepeda sudah terlihat dan informatif? Belum Cukup Sudah 13. Apakah fasilitas di sini sudah terawatt dengan baik? Belum Cukup Sudah 14. Fasilitas apa saja yang perlu ditambahkan untuk mendukung fungsi jalur sepeda? Tempat duduk/beristirahat Tempat parkir Lampu jalan Papan penunjuk Lainnya, sebutkan ……………………. 15. Menurut Anda, apakah perlu pemeliharaan dan pengelolaan pada jalur sepeda ini? Tidak perlu Cukup perlu Sangat perlu 16. Setelah bersepeda di Sentul City, apakah Anda berminat untuk mengunjungi jalur ini lagi? a. Iya b. Tidak 17. Harapan Anda untuk jalur khusus sepeda di Sentul City ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………… 84
Lampiran 2. Kuisioner Penilaian Bobot dan Rating EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR No Responden : Tanggal: Saya Rida Agniya Arifiani (A44080059), mahasiswa tingkat akhir pada Program Sarjana Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Saya sedang melakukan riset pengguna jalur khusus sepeda untuk pengumpulan data yang akan digunakan dalam pembuatan skripsi. Saya sangat mengharapkan kesediaan anda dalam mengisi kuisioner ini dan saya ucapkan terimakasih atas bantuannya. Identitas Responden: 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Jabatan
: : : : :
Petunjuk Umum: Kuisioner ini dibuat untuk mendukung proses akhir pengolahan data dalam rangka pemecahan masalah. Tujuan dari kuisioner ini adalah mendapatkan penilaian para responden mengenai faktor-faktor strategis internal maupun eksternal kegiatan pengelolaan lanskap jalur sepeda dengan cara penentuan bobot dan rating pada Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE). I. PENENTUAN BOBOT Petunjuk Pengisian: 1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia untuk kuisioner ini adalah: 1 = tidak penting 2 = kurang penting 3 = penting 4 = sangat penting 2. Penentuan bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap tingkat kepentingan faktor-faktor internal dan eksternal dari kegiatan pengelolaan lanskap jalur sepeda yang telah berlangsung. 85
A. Penilaian bobot faktor-faktor strategis internal Simbol Faktor Kekuatan (Strenght) 1 S1 Jalur sepeda sudah tersedia S2 Sign system yang mendukung S3 Taman sepanjang jalur sepeda S4 Eco-art park S5 Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap S6 Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) W1 Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda W2 Alih fungsi jalur sepeda W3 Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang W4 Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda W5 Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda
Tingkat Kepentingan 2 3 4
Tingkat Kepentingan
B. Penilaian bobot faktor-faktor strategis eksternal Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 O1 Berkembangnya gaya hidup bersepeda O2 Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda O3 Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan T1 Vandalisme oleh pengunjung T2 Pengguna jalur sepeda merusak taman T3 Iklan kendaraan bermotor meningkat
86
II. PENENTUAN RATING Petunjuk Pengisian: 1. Alternatif pemberian rating terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia untuk kuisioner ini adalah: FAKTOR INTERNAL Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2. 1 = sangat lemah 2 = lemah 3 = kuat 4 = sangat kuat FAKTOR EKSTERNAL Perhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4. 1 = respon pengelola kurang baik 2 = respon pengelola cukup baik 3 = respon pengelola baik 4 = respon pengelola sangat baik 2. Penentuan rating merupakan pendapat masing-masing responden terhadap kemampuan pengelola dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal kegiatan pengelolaan tersebut. A. Penilaian bobot faktor-faktor strategis internal Simbol Faktor Kekuatan (Strenght) 1 S1 Jalur sepeda sudah tersedia S2 Sign system yang mendukung S3 Taman sepanjang jalur sepeda S4 Eco-art park S5 Sumber daya manusia sebagai pengelolan lanskap S6 Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) W1 Tidak semua jalan memiliki fasilitas jalur sepeda W2 Alih fungsi jalur sepeda W3 Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang W4 Tidak ada pengelolaan khusus pada jalur sepeda W5 Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau oleh pengguna sepeda
Tingkat Kepentingan 2 3 4
Tingkat Kepentingan
87
B. Penilaian bobot faktor-faktor strategis eksternal Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 O1 Berkembangnya gaya hidup bersepeda O2 Lokasi dekat dengan tujuan para pesepeda O3 Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Simbol Faktor Ancaman (Threat) Tingkat Kepentingan T1 Vandalisme oleh pengunjung T2 Pengguna jalur sepeda merusak taman T3 Iklan kendaraan bermotor meningkat
88
89
90
91
Lampiran 6. Rekomendasi Rambu Lalu Lintas Sepeda
Rambu Bike on Bus Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan letak dimana pengguna sepeda dapat menaikkan dan menurunkan sepedanya dengan menggunakan bus.
Rambu Parkir Sepeda Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan letak dimana pengguna sepeda dapat memarkirkan sepedanya.
Rambu Berbagi Jalan (Share the Road) Rambu ini berfungsi untuk menginformasikan kepada pengguna kendaraan bermotor untuk berbagi jalan dengan pengguna sepeda.
Rambu Hati-Hati Sepeda Rambu ini berfungsi untuk mengingatkan kepada pengendara mobil yang sedang parkir untuk melihat ke sekitar sebelum membuka pintu.
92