BAB V PEMBAHASAN
5.1 Evaluasi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City 5.1.1
Tujuan Jalur Sepeda
Jalur sepeda Sentul City merupakan jalur sepeda yang berbagi jalan dengan jalur kendaraan lainnya. Kawasan ini sering dijadikan tempat acara untuk bersepeda, baik bersepeda santai maupun turun gunung. Para pengguna sepeda sangat menyukai tempat ini dikarenakan banyaknya tujuan untuk bersepeda di sekitar kawasan Sentul City. Sentul City menjadi daerah start bagi pengguna sepeda. Pengguna yang sebagian besar berasal dari luar Sentul City ini datang dengan menggunakan mobil menuju Plaza Niaga 1 untuk memarkirkan sepeda. Menurut American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO, 1991), rencana untuk mengaplikasikan proyek sepeda harus konsisten dengan rencana transportasi dari masyarakat dan harus mencerminkan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan wawancara dengan perencana, jalur sepeda yang diusulkan oleh direktur Sentul City ini dibuat dengan tujuan memfasilitasi para pengguna sepeda yang ramai di hari sabtu dan minggu. Tujuan lainnya adalah untuk rekreasi dan berolahraga. Pelaksanaan pembuatan jalur sepeda ini dimulai pada bulan Oktober 2010, dengan waktu penyelesaiannya selama satu bulan. Kegiatannya berupa pemasangan rambu lalu lintas serta pengecatan garis marka jalan dan simbol panah dan sepeda. Standar yang digunakan untuk membuat jalur ini mengacu pada standar yang ada di website dengan menyesuaikan keadaan di Sentul City. Pemilihan desain dari jalur sepeda akan mempengaruhi tingkat penggunaan, jenis pengguna yang diharapkan untuk menggunakan jalur tersebut, dan mobilitas yang diberikan oleh sepeda (AASHTO, 1991). Lebar dari jalur ini dibuat menyesuaikan dengan jalan yang sudah eksisting, baik jalan yang melebar dan menyempit. Standar jalur mobil di Sentul City adalah 3,5 meter masing masing badan jalan, sehingga jalur sepeda menyesuaikan dari lebar jalur yang sudah eksisting. Tidak dapat dilakukan pelebaran jalan karena terbentur oleh bukit.
47
Standar ukuran lebar dari jalur sepeda yang digunakan adalah 1,2 meter dengan panjang jalur dari jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. Garis marka jalan dibuat lurus sepanjang jalur sepeda tetapi berhenti pada daerah pintu masuk setiap CBD. Sedangkan untuk kondisi yang menyimpang jalan, dibuat garis putusputus, sehingga pengguna sepeda dapat melintas jalan. Standar untuk sign system mengacu pada website dan dari salah kawasan di Kota Bandung. Sign system diletakkan setiap 200 meter. Berdasarkan AASHTO 1991, kualitas perkerasan permukaan jalur sepeda harus bebas dari gundukan, lubang, atau penyimpangan permukaan lainnya untuk menarik dan memuaskan pengguna sepeda. Cat yang digunakan untuk pembatas antara jalur sepeda dengan jalur mobil adalah cat khusus untuk garis marka jalan. Material jalur sepeda adalah aspal, mengikuti material pada jalan utama.
5.1.2
Lokasi Jalur Sepeda
Pembangunan jalur sepeda telah dilakukan sejak bulan bulan Oktober 2010, bertepatan setelah pengaspalan jalan. Jalur sepeda ini merupakan hasil usulan dari direktur Sentul City, Adrian Budi Utama. Banyaknya para pengguna sepeda di Sentul City, menjadi alasan utama pembangunan jalur sepeda ini. Tujuan awal dibuat jalur ini untuk memfasilitasi para pengguna sepeda untuk transportasi, rekreasi dan olahraga menggunakan sepeda. Untuk mengakses jalur sepeda ini, dapat melalui Tol Jagorawi dan Tol alternatif Bogor Outer Ring Road sepanjang ± 3,8 km. Jalur sepeda Sentul City terletak pada jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman. jalan MH. Thamrin merupakan jalan utama di Sentul City. Jalan MH. Thamrin terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median. Masingmasing jalan mempunyai lebar 9 meter, dengan median selebar 6 meter. Jalan ini merupakan jalan penghubung antara kawasan pemukiman Sentul City dengan Tol Jagorawi. Jalan Jendral Sudirman terdiri dari dua badan jalan yang dipisahkan dengan median dan dua badan jalan tanpa median. Masing-masing mempunyai lebar 6,5 meter. Terdapat median selebar 2 meter yang memisahkan kedua jalan tersebut. Jalur sepeda terletak di sebelah kiri jalan, dengan mengambil 1,8 meter dari lebar
48
jalan. Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan penghubung dari arah Sirkuit Sentul ke kawasan pemukiman. Banyak pengguna sepeda datang dari arah sirkuit sentul. Pesepeda yang datang dari arah sini biasanya rombongan bersama teman atau keluarga. Jalur sepeda ini menghubungkan daerah-daerah CBD dan fasilitas-fasilitas dari Centul City, diantaranya adalah marketing office, Mall Belanova, Plaza Amsterdam, Plaza Niaga 1, Plaza Niaga 2, dan fasilitas-fasilitas pendidikan seperti SPH, BPK Penabur, kompleks Sentul City Islamic Center, Sentul International Convention Center (SIC), Hotel Harris, Eco-art Park dan Pasar apung (dalam proses), dan pemberhentian transportasi umum seperti Trans Pakuan dan Terminal Bis AO Sentul City.
5.1.3
Tipe Jalur Sepeda
Tipe jalur sepeda di Sentul City adalah bicycle lane. Bicycle lane atau jalur sepeda berfungsi untuk meningkatkan tertib lalu lintas dengan menetapkan garis tertentu di antara daerah untuk sepeda dan daerah untuk kendaraan bermotor. (AASHTO 1999). Jalur sepeda di sini di aplikasikan pada jalan arteri yang sudah ada, dengan cara mempersempit jalan arteri. Jalur sepeda dengan jalan arteri di pisahkan menggunakan garis marka jalan berwarna kuning yang mempunyai lebar 12 cm. Jalur sepeda itu sendiri mempunyai lebar yang berbeda-beda di tiap jalan, mengikuti bentuk dari jalan yang lurus atau belok. Rata-rata jalur sepeda di Sentul City mempunyai lebar 1,5 meter. Jalur di sini sudah sesuai dengan lebar minimum dari AASHTO (Tabel 24). Tabel 24. Lebar Jalur Sepeda
Lebar Jalur Sepeda
Jalur Sepeda di Sentul City
Standard Jalur Sepeda
1,5 meter
1,2 – 1,5 meter
Jalur dengan jenis bicycle lane seperti ini sangat rawan kecelakaan karena berdampingan dengan kendaraan lainnya. Berdasarkan wawancara dengan pihak keamanan Sentul City, tidak ada terdapat kecelakaan yang diakibatkan atau dialami oleh pengguna sepeda. Tidak ada peraturan khusus yang dibuat untuk bersepeda di Sentul City.
49
Jalur sepeda di Sentul City banyak yang beralih fungsi menjadi tempat parkir kendaraan bermotor. Berdasarkan wawancara dengan pihak keamanan Sentul City, tidak boleh ada mobil yang parkir di pinggir jalan, kendaraan yang parkir di pinggir jalan memiliki waktu maksimal 5 menit, setelah itu akan diusir oleh pihak keamanan. Pihak keamanan melakukan pemeriksaan di seluruh kawasan Sentul City, tetapi karena keterbatasan tenaga keamanan, pengendara mobil yang tidak mengetahui aturan dapat bebas parkir di pinggir jalan. Pinggir jalan di Jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman adalah jalur sepeda. Kendaraan yang parkir di pinggir jalan sudah pasti mengganggu para pengguna sepeda (Gambar 23).
Gambar 23. Alih Fungsi Jalur Sepeda Menjadi Tempat Parkir Mobil Jalur seperti ini rawan kecelakaan dan mengancam keselamatan pengguna sepeda, seperti kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda sebagai tempat untuk parkir, ketika pengguna kendaraan bermotor membuka mobil dan menghalangi pengguna sepeda dikhawatirkan terjadi kecelakaan (Gambar 24).
Sumber foto: Charlotte Departement of Transportation
Gambar 24. Ilustrasi Potensi Kecelakaan antara Mobil yang Parkir dengan Sepeda
50
Kecelakaan tidak hanya terjadi pada mobil dan sepeda, dapat terjadi juga akibat kelalaian pengguna sepeda, diantaranya adalah tidak memakai helm, menggunakan jalur yang tidak seharusnya dengan cara menyebrangi berm untuk menuju jalur di sebelahnya, dan sebagainya (Gambar 25).
Gambar 25. Perilaku Pengguna Sepeda Memotong Jalan Jalur sepeda di Sentul City memiliki penanda atau simbol jalur sepeda dengan panah. Simbol ini memperingatkan pengendara jalan akan keberadaan jalur sepeda di jalan tersebut (Gambar 26). Simbol ini terdiri dari gambar panah dan gambar sepeda. Gambar panah memiliki panjang 130 cm, sedangkan gambar sepeda memiliki panjang 80 cm. Simbol yang berwarna putih ini didasarkan dengan garis merah selebar jalur sepeda, yang memiliki panjang 400 cm.
Gambar 26. Simbol Jalur Sepeda di Sentul City Rambu lalu lintas khusus sepeda di jalur ini berfungsi sebagai peringatan kepada pengguna jalan untuk berhati-hati dengan adanya pengguna sepeda (Gambar 27). Peringatan ini memiliki total tinggi 300 cm, dengan tinggi papan
51
120 cm dan tinggi tiang 180 cm. Kurangnya pengendalian pada papan ini mengakibatkan banyaknya vandalisme yang dilakukan, seperti menempelkan iklan, mencorat-coret papan, dan sebagainya.
Gambar 27. Rambu Lalu Lintas Sepeda di Sentul City Menurut Federal Highway Administration (FHWA), poin penting yang harus diperhatikan perencana dan insinyur adalah dengan bergerak yang relatif bebas, pengguna sepeda akan menggunakan berbagai cara untuk melewati persimpangan dan menuju tempat tujuan mereka. Selain itu, penggunaan jalan bersamaan akan menimbulkan konflik yang dapat terjadi di persimpangan jalan dan pintu masuk bangunan. Hambatan pada jalur sepeda di Sentul City terletak pada fitur topografi yang ada, yaitu kondisi jalan yang menanjak. Rambu lalu lintas sangat bermanfaat bagi pengguna sepeda, khususnya bagi yang baru pertama kali datang ke Sentul City, baik itu pengguna sepeda atau pengguna kendaraan lainnya. Rambu lalu lintas sepeda di Sentul City menjadi tempat yang mudah untuk digunakan sebagai tiang menempelkan sesuatu bagi pengunjung yang datang. Secara tidak langsung, hal ini sangat menggaggu dari sisi estetikanya. Pengelola perlu menjaga dan merawat rambu lalu lintas sepeda ini agar tetap dalam keadaan yang baik. Rambu lalu lintas sepeda di Sentul City ada yang ditemukan dalam kondisi yang tidak baik (Gambar 28). 52
Gambar 28. Vandalisme Rambu Lalu Lintas Sepeda: Mengalami Kerusakan Pada Papan (Kiri); Sebagai Media Penempelan Iklan (Kanan) Berdasarkan AASHTO, untuk daerah perkotaan, tanda-tanda sepeda harus ditempatkan setiap 500 meter atau sekitar ¼ mil, untuk setiap putaran dan persimpangan. Pada jalur sepeda di Sentul City, tiap rambu lalu lintas dan simbol jalur sepeda ditempatkan setiap 400 meter, dengan selang-seling antara rambu lalu lintas dan simbol jalur sepeda ditempatkan setiap 200 meter (Gambar 29).
Gambar 29. Jarak Rambu Lalu Lintas dengan Simbol Sepeda
53
5.1.4
Pengguna Sepeda
Pengguna sepeda Sentul City sebagian besar berasal dari luar Sentul City. Mereka melakukan hobi bersepeda serta melepas lelah dari kepenatan di kantor dengan bersepeda mulai dari hari kamis dan jumat sore, sabtu, serta minggu . Berdasarkan laporan dari Federal Highway Administration tahun 1994, terdapat tiga kategori pengguna sepeda, yaitu: 1. advanced or experienced riders, pengguna yang menggunakan sepeda seperti kendaraan bermotor. Mereka bersepeda untuk kenyamanan dan kecepatan memperoleh akses langsung ke tempat tujuan; 2. basic or less confident adult riders, pengguna yang dapat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi menuju rumah kerabat dan toko. Tipe ini lebih senang untuk menghindari jalan dengan kendaraan yang cepat dan ramai, sehingga lebih memilih bersepeda di bahu jalan; 3. children, bersepeda sendiri atau dengan orang tua mereka. Bersepeda pada jalur yang kecepatan kendaraan bermotor rendah untu menuju toko, sekolah, dan fasilitas rekreasi. Pengunjung Sentul City berasal dari berbagai kawasan, seperti Jakarta, Kota Bogor, dan sebagainya. Sebagian besar mereka merupakan pegawai kantoran yang bersepeda dengan klub sepeda di kantornya. Selain bersama klub sepeda, mereka bersepeda bersama keluarga dan teman. Terdapat beberapa rute bersepeda, diantaranya adalah cross country, downhill, uphill dan sebagainya (Gambar 30).
Gambar 30. Jalur sepeda Digunakan Sebagai Arena Track Sea Games
54
Penghuni di Sentul City terbagi menjadi dua, yaitu menetap dan tidak menetap. Penghuni yang menetap, berada di rumahnya setiap hari. Sedangkan penghuni yang tidak menetap, datang mengunjungi rumahnya hanya pada weekend dan hari libur saja. Tidak terlalu banyak penghuni yang memiliki sepeda, sebagian besar anak-anak yang memiliki sepeda dan mereka sebagian besar bersepeda hanya di sekitar clusternya saja, kecuali pada saat bersepeda bersama keluarganya.
5.1.5
Tempat Istirahat
Sentul City mempunyai halte yang dapat digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengguna sepeda. Halte ini awalnya berfungsi sebagai tempat berteduh dan tempat menunggu transportasi seperti bus (Gambar 31). Terdapat vandalisme pada halte, ini dikarenakan kurangnya perhatian pada pengelolaan halte. Selain itu, apabila malam hari, daerah sekitar halte gelap gulita, ini dikarenakan lampu yang terdapat pada halte rusak. Pada jalur sepeda, halte terletak di 3 titik. Dua halte terletak di jalan MH. Thamrin dan 1 halte terletak di jalan Jendral Sudirman. Dalam penggunaannya, halte lebih sering digunakan sebagai tempat menunggu bus, sedangkan pesepeda lebih memilih beristirahat dibawah pepohonan.
Gambar 31. Halte di jalan Jendral Sudirman
55
5.1.6
Tempat Parkir Sepeda
Tempat parkir adalah tempat dimana orang dapat meletakkan dan menyimpan sepeda dengan tersusun rapi dan terjaga dari cuaca buruk, pencurian, dan vandalisme. Ada beberapa jenis tempat parkir, yaitu berupa rak, U-lock, dan locker. Tempat parkir harus mengutamakan keamanan, oleh karena itu tidak boleh ditutupi pagar tinggi, pohon, atau penghalang lainnya. Tempat parkir menurut American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) sebaiknya diletakkan di tempat-tempat strategis seperti taman, sekolah, fasilitas umum, kawasan industri, pusat perbelanjaan, kawasan komersial, dan stasiun transit. Apabila dibandingkan dengan keadaan yang ada di Sentul City, tempat parkir sangat jarang ditemui, karena tempat parkir yang disediakan hanya ada di satu tempat saja, dan tidak ada papan informasi yang memberi tahu bahwa ditempat tersebut terdapat tempat untuk memarkirkan sepeda. Tempat parkir yang ada di Sentul City hanya tersedia pada Plaza Niaga 1. Terdapat dua tempat pada Plaza Niaga 1, yaitu foodcourt (Gambar 32) dan toko Sepeda Sentul. Tempat parkir pada foodcourt berada di tengah-tengah, diantara meja dan kursi makan. Rak sepeda ini mempunyai bentuk yang cukup rumit untuk memarkirkan sepeda. Posisi sepeda harus diangkat untuk dikaitkan pada tiang penyangga.
Gambar 32. Rak Gantung Sepeda di Foodcourt Plaza Niaga 1 Fasilitas tempat parkir yang direncanakan terletak pada Eco-art park yang sedang dalam proses. Tempat parkir direncanakan terletak pada area depan. Selain
56
tempat parkir, terdapat fasilitas untuk beristirahat, makan, dan kamar mandi. Tempat parkir yang sudah ada terdapat di Plaza Niaga 1, yaitu di foodcourt dan toko Sepeda Sentul. Di negara maju, seperti di Singapura dan Jepang, parkir sepeda dapat dilihat dimana saja, seperti di tempat perbelanjaan, sekolah, taman bermain, stasiun, terminal, dan sebagainya. Posisi parkir sepeda diletakkan di depan dari suatu bangunan. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki fasilitas tempat parkir sepeda yang bagus. Berdasarkan wawancara dengan pengguna sepeda di Jepang, tempat parkir sepeda terletak dimana-mana. Masyarakat Jepang
banyak
menggunakan sepeda sebagai alat transportasi dari rumah menuju sekolah, stasiun, atau tempat lainnya. Hal ini dikarenakan jarak antar transportasi umum dengan rumah terlampau jauh, sehingga sepeda merupakan alat transportasi yang praktis dibandingkan dengan berjalan kaki. Sistem parkir sepeda di Jepang menggunakan rak dan locker. Saat memarkirkan sepeda, pengguna mengunci sepeda dan mendapatkan nomor untuk pengambilan sepeda. Pembayaran dikenakan kepada pengguna yang memarkirkan sepedanya lebih dari dua jam. Sistem pengambilannya dengan menggunakan koin. Pada jalan raya, tidak ada simbol khusus jalur sepeda, pengguna sepeda menggunakan jalur yang sama dengan pejalan kaki. Terdapat banyak peraturan yang dikenakan bagi pengguna sepeda di Jepang, diantaranya adalah tidak boleh membonceng, terdapat plat di sepeda sebagai tanda kepemilikan, dan sebagainya. Banyak polisi yang berjaga khusus sepeda, polisi-polisi tersebut mengecek kepemilikan dari sepeda tersebut. Kasus yang sedang berkembang di Jepang adalah pelanggaran pengguna sepeda, sehingga banyak iklan di televise yang mensosialisasikan untuk bersepeda dengan hati-hati. Singapore salah satu negara yang memfasilitasi pengguna sepeda. Tempat parkir di Singapore (Gambar 33) salah satunya terletak di dekat taman kota. Tempat parkir ini menggunakan jenis Rak Sepeda. Tempat parkir seperti ini mudah untuk digunakan para pengguna sepeda. Rak ini memiliki dua tingkatan.
57
Sumber foto: Oktaviana Miffatulani
Gambar 33. Tempat Parkir Sepeda di Singapore Pada tingkatan dasar, sepeda dapat langsung di parkirkan dengan menggunakan standar untuk menegakkan sepeda, lalu roda bagian depan di beri kunci atau gembok pada U-lock yang vertikal untuk membuat sepeda aman dari orang yang iseng. Pada tingkatan atas, memarkirkan sepedanya adalah dengan cara menarik turun rak sepeda yang berada di tingkatan atas, lalu setelah dikunci pada U-lock rak tersebut didorong lagi ke atas. Contoh tempat parkir seperti ini dapat menghemat lahan yang tidak luas. Tempat parkir yang sudah ada harus dilengkapi dengan signage agar dapat memberi informasi dimana letak tempat parkir kepada pesepeda. Signage ini juga
58
berfungsi agar tempat parkir tidak di beralih fungsi. Jumlah tempat parkir yang sedikit dan tidak strategis membuat pengguna sepeda memarkirkan sepedanya dan beristirahat di rumput pinggir jalan, dan duduk-duduk di bawah pohon (Gambar 34). Perilaku seperti ini dapat menyebabkan tanaman di pinggir jalan rusak dan tidak bagus lagi.
Gambar 34. Perilaku Parkir Ilegal di Rumput 5.2 Evaluasi Pengelolaan Jalur Hijau Sepeda Kawasan Sentul City berada di dekat pegunungan, oleh karena itu, pada tahun 1995 dipilih pohon pinus (Pinus merkusii) untuk ditanam di kawasan Sentul City, khususnya pada jalan MH. Thamrin untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Berdasarkan letak penanamannya, jalur hijau di Jalan MH. Thamrin (Gambar 35) dan Jendral Sudirman (Gambar 36) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pada tepi jalan, median jalan, dan daerah tikungan jalan. Jalur hijau pada jalur sepeda ini umumnya ditanami oleh vegetasi yang memiliki fungsi estetika. Jalur hijau ini awalnya diperuntukkan untuk jalur yang sudah eksisting yaitu untuk kendaraan bermotor. Namun, setelah ada jalur sepeda, jalur hijaunya mengikuti jalur hijau yang sudah eksisting. Jalur hijau disini berfungsi sebagai peredam suara, penyerap polusi, dan mengurangi tiupan angin. Jalur hijau yang berada di bahu jalan ini sudah direncanakan dari awal dengan ukuran yang lebar, hal ini untuk mendukung konsep eco city dari Sentul City.
59
Pada jalan utama, tidak ada kavling dan rumah-rumah, yang ada hanya kawasan CBD, ini dikarenakan letak yang strategis dan sistem pemukiman Sentul City yang berupa cluster-cluster.
Gambar 35. Jalur Hijau di Jalan Jendral Sudirman
Gambar 36. Jalur Hijau di Jalan MH. Thamrin Komposisi tanaman perlu memperhatikan bentuk, tinggi, tekstur dan warna dari bagian tanaman sehingga menciptakan keserasian secara menyeluruh (Stevens et al., 1994). Tanaman pada jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1. pohon, berfungsi sebagai penghalang sinar matahari dan angin, menutupi pemandangan yang kurang baik, pengatur iklim mikro, dan memberikan nilai estetika; 2. perdu atau semak, berfungsi sebagai pembatas dan membrikan nilai estetika; 3. rumput atau ground cover.
60
Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan pemeliharaan dan melestarikan lanskap atau lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas kelestariannya (Arifin dan Arifin, 2000). Jalur hijau di Sentul City, dikelola oleh Town Management Development (TMD) yang merupakan bagian dari PT. Sukaputra Graha Cemerlang (SGC). Pemeliharaan ada dua bagian, pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan fisik yang dilakukan oleh TMD ada dua bagian, yaitu pemeliharaan elemen lunak (soft material) dan elemen keras (hard material). Pemeliharaan fisik elemen lunak pada jalur hijau di jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman terdiri dari penyiraman, pendangiran, pemangkasan, pembabatan, penyapuan sampah, dan pengendalian hama dan penyakit. Sedangkan pemeliharaan elemen keras terdiri dari penyiraman jalan yang kotor, pembersihan gentong-gentong tanaman, perbaikan aspal jalan, dan lain sebagainya. Tingkat pemeliharaan dibagi menjadi tiga yaitu area yang membutuhkan pemeliharaan tinggi atau intensif, sedang atau semi intensif, dan rendah atau ekstensif (Carpenter et al., 1975). Pemeliharaan fisik pada lanskap jalur sepeda yang terjadwal harian, bulanan, tahunan, dan insidentil. Untuk jalur sepeda di Sentul City tidak memiliki pengelolaan yang khusus. Pemeliharaan jalur sepeda masuk kedalam pemeliharaan jalan, yang terdiri atas pembersihan daun dan sampah yang mengotori jalan, penyiraman jalan yang kotor. Jalan MH. Thamrin dan jalan Jendral Sudirman dikelola oleh kontraktor Gelar Jaya. Pengelolaan lanskap jalur sepeda ini diantaranya adalah pemeliharaan berm, pohon, saluran, dan jalan (Tabel 25). Kontraktor Gelar Jaya memiliki pekerja sebanyak 77 orang, yaitu 7 orang pekerja, 4 orang pengawas lapang, 1 orang untuk alat, dan 1 orang sekertaris. Untuk pemeliharaan penyapuan jalan dan berm, tenaga kerja dominan ibu-ibu. Dalam perekrutan tenaga kerja secara outsourching, tanpa harus memiliki keahlian.
Pelatihan
diberikan
untuk
pemeliharaan
seperti
kendaraan,
pemangkasan, pendangiran, dan bokor. Masalah yang dihadapi oleh kontraktor Gelar Jaya adalah masalah gulma pada rumput, cuaca, serta dana. Untuk hama dan penyakit, tidak dilakukan pencegahan, pemeliharaan hanya dilakukan saat ada hama tersebut.
61
Alat-alat yang dimiliki kontraktor ini diantaranya adalah mobil, mesin rumput, sapu, gunting stek, golok, pancong, cangkul, dan garpu. Peralatan ini berada di gudang yang sengaja mereka sewa di daerah Sentul City. Jam kerja pekerja di kontraktor ini adalah dari jam 08.00-12.00 dan 13.00-16.00. Tabel 25. Pemeliharaan Lanskap Jalur Sepeda No.
Jenis Pemeliharaan
Waktu Pemeliharaan
Pemeliharaan Berm 1.
Pemangkasan rumput
1 bulan sekali
2.
1 bulan sekali
4.
Pencabutan rumput liar Edging rumput dengan batas perkerasan Pemupukan
5.
Penyiraman
3.
1 bulan sekali 3 bulan sekali 2 kali sehari
Pemeliharaan Pohon 1.
Pemangkasan daun pohon Pemupukan dan pemberian kompos Pemberantasan hama dan penyakit
2. 3.
Insidentil 6 bulan sekali Insidentil
Pemeliharaan Jalan 1.
Penyapuan dan pembersihan
Setiap hari
2.
Pencabutan rumput liar
Setiap hari
3.
Penyiraman
Insidentil Pemeliharaan Saluran
1. Pembersihan saluran Sumber: Wawancara kontraktor 5.2.1
Setiap hari
Pemeliharaan Berm
Pemeliharaan berm terdiri dari pemangkasan rumput, pencabutan rumput liar, edging rumput dengan batas perkerasan, dan pemupukan. Pemangkasan rumput dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin. Pemangkasan secara manual (Gambar 37) dilakukan dengan menggunakan gunting rumput atau arit. Pemangkasan secara manual dilakukan dengan hati-hati, karena rumput dapat menjadi gundul apabila tidak menguasai alat. Pemangkasan yang
dilakukan
sebulan sekali ini dilakukan untuk mengurangi ukuran rumput dan merangsang pertumbuhan tunas. 62
Gambar 37. Pemangkasan Tanaman Secara Manual Pencabutan rumput liar atau penyiangan adalah pemeliharaan berm yang dilakukan secara teratur setiap hari setelah jam istirahat. Rumput liar adalah tanaman pengganggu di luar dari rumput eksisting. Keberadaannya dapat merusak estetika taman. Pencabutan rumput liar ini menggunakan alat pencukil sehingga dapat mencabut rumput hingga akar-akarnya (Gambar 38). Penyiangan ini dilakukan setiap hari setelah pekerja menyapu jalan bergilir keseluruh bagian selama sebulan. Untuk pemupukan, dilakukan secara tidak serempak, dikarenakan tenaga kerja yang terbatas. Pemupukan diutamakan pada tanaman yang kira-kira harus dipupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang yang dibeli dan kompos yang diberi oleh pihak TMD.
Gambar 38. Penyiangan Rumput dengan Alat Pencukil 5.2.2
Pemeliharaan Pohon
Pemangkasan pohon merupakan salah satu pemeliharaan yang dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan pohon agar sesuai yang diinginkan serta menjaga
63
keamanan dan kenyamanan dari pengguna jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. Pihak pengelola melakukan pemangkasan pada bagian pohon yang menjuntai menghalangi jalan atau kawat listrik, bagian pohon yang tumpang tindih, dan apabila pohon tersebut tersambar petir. Waktu pemangkasan dilakukan pada saat tertentu, tergantung dari pertumbuhan pohon tersebut. 5.2.3
Pemeliharaan Jalan
Jenis pohon yang ada di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman ada yang merontokkan daunnya secara berkala (decidous) dan ada juga yang selalu hijau sepanjang tahun (evergreen). Pohon yang sering merontokkan daunnya dapat mengotori jalanan, hal ini harus diberikan pembersihan jalan dengan intensitas tinggi. Pemeliharaan jalan di Sentul City berupa penyapuan dan pembersihan jalan, pencabutan rumput liar, dan penyiraman jalan. Penyapuan dan pembersihan jalan dilakukan setiap hari, senin sampai jumat dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00, dan sabtu sampai minggu dari jam 08.00 sampai dengan jam 13.00. Lokasi penyapuan di jalan MH. Thamrin dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah interchange- round about landmark, U-turn 1, U-turn 2, U-turn 3, U-turn 4, dan main gate. Untuk penyapuan jalan, pekerjaan diberikan kepada ibu-ibu yang sebagian besar sudah tua usianya. Pencabutan rumput liar adalah salah satu pemeliharaan jalan yang dilakukan untuk mengendalikan tanaman pengganggu yang kehadirannya tidak diinginkan berada di jalan ataupun kanstin. Pemeliharaan ini dilakukan setiap hari untuk menghindari penyebaran rumput liar. Rumput liar yang sudah dicabut, dikumpulkan lalu dibuang. Tidak disembarang tempat, karena dapat tumbuh kembali bila menempel pada media yang sesuai. Penyiraman jalan adalah penyiraman yang dilakukan untuk membersihkan jalanan yang kotor. Jalanan ini kotor diakibatkan oleh sisa-sisa perbaikan utilitas, bekas roda kendaraan, akibat perbaikan jalan, dan sebagainya (Gambar 39).
64
Gambar 39. Jalan yang Kotor: Akibat Sisa-Sisa Perbaikan Utilitas (Kiri); Bekas Roda Kendaraan (Kanan) Sumber utama air penyiraman yang digunakan berasal dari WTP atau Water Treatment Plant. WTP mengolah air yang berasal dari air hujan dan air sungai Citeureup kemudian ditampung pada danau seluas kurang lebih 4 hektar. Waktu penyiraman ini dilakukan kapan saja saat dibutuhkan dan tidak pada saat hari hujan. Penyiraman jalan yang kotor menggunakan mobil tanki air (Gambar 40).
Gambar 40. Penyiraman Jalan Menggunakan Mobil Tanki Air 5.2.4
Pemeliharaan Saluran
Saluran di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman berupa selokan-selokan yang ada di sebelah kiri berm. Kegiatan pemeliharaannya bersifat insidentil seperti membersihkan lumut, membuang batu-batuan yang dapat menghambat
65
aliran air, membuang lumpur, puing-puing sisa perbaikan jalan, dan sebagainya. Pemeliharaan ini dilakukan untuk menjaga aliran air tetap berjalan dengan baik.
5.3 Strategi Pengelolaan Jalur Sepeda Sentul City Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan matriks IFE dan EFE maka dapat diketahui posisi jalur sepeda di Sentul City dengan menggunakan matriks IE (Internal-Eksternal Evaluation). Berdasarkan perhitungan IFE dan EFE, dapat diketahui bahwa total nilai kondisi faktor internal adalah 2,702 dan total nilai kondisi faktor eksternal adalah 3,066. Matriks IE terdiri dari total nilai kondisi faktor internal sebagai sumbu x dan total nilai kondisi faktor eksternal sebagai sumbu y (Tabel 26). Tabel 26. Posisi Matriks Internal dan Eksternal Jalur Sepeda di Sentul City Tabel Skor IE Internal 1 2 Kuat
Sedang II
I
4 Lemah III
Grow and Build
Menengah Rendah
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1
Eksternal 2 3
4
Tinggi
3
Ket:
Posisi Matriks IE
Matriks IE memetakan jalur sepeda Sentul City terletak pada kuadran II. Hal ini berarti jalur sepeda Sentul City dalam kondisi Grow and Build dengan strategi yang dapat dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertikal dengan cara meningkatkan kualìtas SDM dan kemampuan manajerial. Strategi penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya-upaya pemasaraan yang lebih baik. Setelah diketahui letak kuadran jalur sepeda Sentul City, maka dibuatlah Matriks SWOT (Tabel 27) untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir
66
ancaman. Dihasilkan empat golongan alternatif untuk memperoleh strategi pengelolaan jalur sepeda di Sentul City. Tabel 27. Matriks SWOT Jalur Sepeda Sentul City Opportunities - Berkembangnya gaya hidup bersepeda Eksternal - Dekat dengan tempat tujuan bersepeda - Antusiasme pesepeda dari luar penghuni Sentul City yang besar Internal Strenghts - Jalur sepeda sudah tersedia - Sign system yang mendukung - Taman sepanjang jalur sepeda - Eco-art Park - Sumber Daya Manusia sebagai pengelola lanskap - Jalur sepeda yang dirancang untuk keamanan pesepeda
Strategi SO - Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme dan gaya hidup bersepeda pada masyarakat. - Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda
Weaknesses - Alih fungsi jalur sepeda - Fasilitas penunjang jalur sepeda kurang - Tidak ada pengelolaan khusus jalur sepeda
Strategi WO - Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitasfasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. - Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang
Threats - Vandalisme oleh pengunjung - Pengguna Jalur sepeda merusak taman - Jalur sepeda Sentul City susah dijangkau - Iklan kendaraan bermotor meningkat Strategi ST - Memanfaatkan SDM untuk mengelola fasilitas agar dapat dan mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme.. - Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Strategi WT - Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi - Meningkatan fasilitasfasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut..
67
Lanjutan Tabel 27.
-
5.3.1
menggunakan jalur sepeda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan demi mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda.
Penentuan Alternatif Strategi
Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE yang menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh jalur sepeda di Sentul City
serta peluang dan ancaman yang dihadapi,
dengan
menggunakan matriks SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, and Threats) dapat diperoleh alternatif strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan. Matriks SWOT menghasilkan empat tipe strategi yaitu strategi SO (Strenght-Opportunities), strategi WO (WeaknessOpportunities), strategi ST (Strenght-Threats), strategi WT (Weakness-Threats). Penentuan alternatif strategi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait (Tabel 28). Tabel 28. Perangkingan Alternatif Strategi No. 1.
2.
3.
Alternatif Strategi Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme bersepeda pada masyarakat. Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda Memanfaatkan SDM untuk mengelola fasilitas agar dapat dan
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S1, S2, S3, O3
1,945
2
S4, S5, S6, O2
1,661
3
S5, T1, T2
0,988
6
68
Lanjutan Tabel 28.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme. Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda. Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan demi mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi Meningkatan fasilitas-fasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut.
S2, S4, T2
1,027
5
W5, O2, O3
1,479
4
W1, W3, W4, O1, O2, O3
2,444
1
W2, O3
0,775
7
W4, T1
0,457
9
W3, W4, T2
0,538
8
A. Strategi SO Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi SO yang dihasilkan yaitu : 1. Meningkatkan kenyamanan dari jalur sepeda dan taman sepanjang jalur sepeda untuk memfasilitasi antusiasme bersepeda pada masyarakat.
69
2. Dengan memanfaatkan SDM yang ada, dapat mengelola fasilitas Eco Art Park dan serta mempertahankan jalur sepeda yang aman, sehingga dapat menjadikan Sentul City sebagai tempat tujuan bersepeda B. Strategi WO Strategi WO atau strategi kelemahan-peluang yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO yang dapat diterapkan yaitu : 1. Melakukan inovasi pengadaan program bike on bus untuk memfasilitasi antusiasme pesepeda dari luar Sentul City menuju lokasi bersepeda. 2. Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. 3. Membuat peraturan tegas untuk kendaraan bermotor yang menggunakan jalur sepeda
untuk
meningkatkan
kenyamanan
dan
keamanan
demi
mempertahankan antusiasme pengguna sepeda di Sentul City Strategi WO pertama adalah untuk mengatasi masalah transportasi yang susah dijangkau oleh pesepeda yang tidak memiliki mobil pribadi. Berdasarkan wawancara dengan pengguna sepeda dari luar Bogor, mereka mengalami kesulitan untuk bersepeda disini karena tidak memiliki kendaraan. Program ini diterapkan untuk memfasilitasi pengguna sepeda dari luar Sentul City sehingga memudahkan untuk menuju tempat ini. Program ini dapat dilakukan pada hari tertentu seperti pada weekend, dimana jalur sepeda banyak digunakan. Dengan diterapkannya strategi ini maka Sentul City dapat melakukan penetrasi pasar sehingga eksistensi jalur sepeda akan berkelanjutan. Strategi WO yang kedua diperoleh untuk mengatasi kelemahan yang ada di jalur sepeda Sentul City Kelemahan tersebut adalah tidak semua jalan memiliki jalur sepeda. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengembangkan jalur sepeda sampai ke Jalan Siliwangi dan Jalan Bali Raya, sehingga konsistensi tujuan untuk memfasilitasi pesepeda dapat terpenuhi. Strategi WO yang ketiga adalah memanfaatkan peluang dari antusiasme pengguna sepeda di Sentul City dengan meningkatkan kenyamanan dan keamanan
70
di jalur sepeda agar tidak ada lagi yang menggunakan jalur sepeda sebagai tempat parkir, tempat berjualan, tempat ojek, dan sebagainya. C. Strategi ST Strategi ST atau strategi kekuatan-ancaman yaitu strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi ST yang diperoleh yaitu : 1. Memanfaatkan
SDM
untuk
mengelola
fasilitas
agar
dapat
dan
mengembangkan sign system untuk menginformasikan tempat istirahat dan parkir agar tidak ada perilaku vandalisme 2. Meningkatkan fungsi Eco-Art Park dan mengembangkan sign system untuk mengarahkan Eco Art Park sebagai tempat berkumpul komunitas pesepeda agar pesepeda tidak beristirahat di taman pinggir jalan lagi. Strategi ST yang pertama diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan internal perusahaan yaitu Sumber Daya Manusia. PT. SGC memiliki sumber daya manusia yang baik, tetapi masih kurang termanfaatkan dalam mengelola jalur sepeda dan fasilitasnya serta membuat sign system untuk petunjuk arah tempat parkir dan beristirahat pengguna sepeda. Dengan diterapkannya strategi ini diharapkan jalur sepeda dan fasilitas penunjangnya dapat terpelihara dengan baik. Strategi ST kedua adalah strategi pengembangan produk. Eco-Art Park adalah tempat yang direncanakan sebagai pusat dari kegiatan pesepeda di Sentul City, hal ini dapat digunakan sebagai tempat komunitas pesepeda, mulai dari tempat berkumpul, membersihkan diri, beristirahat, makan, dan sebagainya, agar pesepeda memiliki tempat untuk beristirahat dan memarkirkan sepedanya. Hal ini untuk mengatasi ancaman berupa pengguna sepeda yang sering beristirahat di pinggir jalan, ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan. D. Strategi WT Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman yaitu strategi defensive yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi WT yang dapat dilakukan yaitu: 1. Dibuat sub jadwal pengelolaan khusus sepeda agar vandalisme dapat diatasi
71
2. Meningkatan fasilitas-fasilitas untuk menghindari pengguna jalur sepeda yang suka merusak taman dengan disertai pengelolaan pada fasilitas tersebut. Strategi WT pertama diperoleh dengan mengurangi kelemahan
yaitu
vandalisme terhadap fasilitas jalur sepeda dengan membuat jadwal pengelolaan pada jalur sepeda secara teratur. Strategi WT kedua adalah dengan mengurangi perilaku negatif pengguna sepeda yang duduk di pinggir jalan untuk beristirahat dengan menambah fasilitas seperti halte di beberapa titik untuk tempat beristirahat. Selain itu, penambahan fasilitas tempat parkir di beberapa titik seperti di sekolahan, di mall, masjid, dan kawasan CBD lainnya juga dapat meningkatkan kenyamanan pengguna sepeda dalam memarkirkan sepeda. Hal ini harus disertai dengan pengelolaan yang baik dan teratur agar fasilitas-fasilitas ini dapat berkelanjutan.
5.3.2
Rencana Pengelolaan
Berdasarkan hasil evaluasi pengelolaan lanskap jalur sepeda di Sentul City maka strategi pengelolaan yang perlu dilakukan adalah strategì intensif yang terdiri dari strategi market penetration, market development dan product development, serta strategi integrasi vertical. Strategi utama yang dapat dilakukan adalah strategi WO dengan bobot 2,444, yaitu Lokasi yang dekat dengan tujuan pesepeda serta berkembangnya gaya hidup dan antusiasme masyarakat untuk bersepeda, dapat membawa keuntungan apabila jalur sepeda dapat dikembangkan dengan disertai penambahan fasilitas-fasilitas penunjang yang dikelola dengan baik. 1. Pengembangan Jalur Sepeda Pengembangan jalur sepeda yaitu pengembangan luas jalur sepeda ke beberapa jalan utama lainnya di Sentul City. Berdasarkan wawancara dengan pihak Sentul City, jalur sepeda yang berada di jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman dibangun bersamaan dengan pengaspalan jalan. Oleh karena itu, akan lebih baik apabila jalur sepeda diperluas apabila akan diadakan pengaspalan jalan pada jalan Siliwangi dan Bali Raya. Tipe jalur sepeda yang akan dikembangkan mengikuti tipe jalur sepeda sebelumnya, yaitu bicycle lane, dimana jalur sepeda dan jalur kendaraan bermotor hanya dipisahkan oleh garis marka jalan.
72
Jalan Siliwangi memiliki jalur pedestrian di beberapa titik (Gambar 41). Jalur ini dapat dimanfaatkan sebagai jalur sepeda dengan tipe bike path, yaitu atau jalan kecil untuk sepeda adalah sebuah jalur sepeda yang secara fisik dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor, dapat terletak di bahu kanan atau kiri jalan raya. Perlu pengelolaan yang rutin untuk jalur di pedestrian ini untuk menghindari lumut, selain itu, perlu ditambah pagar untuk keamanan pesepeda pada jalur yang berhadapan dengan jurang.
Gambar 41. Jalur Pedestrian di Jalan Siliwangi 2. Penambahan Fasilitas-Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang yang seharusnya dimiliki oleh suatu jalur sepeda dalam rangka memenuhi tujuan utama pembuatan jalur sepeda di Sentul City di antaranya: A. Tempat Parkir Berdasarkan wawancara dengan pihak Sentul City, tujuan bersepeda di Sentul City adalah untuk berolahraga. Tempat parkir yang dibutuhkan untuk tujuan olahraga dapat diletakan pada tempat-tempat tertentu saja, seperti pada tempat istirahat. Tempat parkir yang tersedia masih tergolong sedikit dan tergolong susah untuk memarkirkan sepeda. Halte sebagai tempat istirahat perlu diletakkan tempat parkir sepeda agar sepeda terlihat lebih rapi. Eco-Art Park adalah tempat yang direncanakan sebagai pusat dari kegiatan pesepeda di Sentul City, hal ini dapat digunakan sebagai tempat komunitas pesepeda, mulai dari tempat berkumpul, membersihkan diri, beristirahat, makan, dan sebagainya, agar pesepeda memiliki
73
tempat untuk beristirahat dan memarkirkan sepedanya. Hal ini untuk mengatasi ancaman berupa pengguna sepeda yang sering beristirahat di pinggir jalan, ini untuk menghindari terjadinya kecelakaan. Penambahan fasilitas tempat parkir di beberapa titik seperti di sekolahan, mall, masjid, dan kawasan CBD lainnya juga dapat meningkatkan kenyamanan pengguna sepeda dalam memarkirkan sepeda. Hal ini harus disertai dengan pengelolaan yang baik dan teratur agar fasilitas-fasilitas ini dapat berkelanjutan. B. Ruang ganti pakaian dan Ruang Membersihkan Diri Berdasarkan hasil wawancara dengan pengguna sepeda di Sentul City, mereka membutuhkan tempat untuk mengganti pakaian dan membersihkan diri setelah mereka bersepeda. Tempat yang direncanakan berada di Eco Art Park, hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembangunan Eco Art Park adalah tempat awal dan akhir pengguna sepeda di Sentul City. C. Tempat Istirahat Tempat istirahat yang ada di Sentul City, perlu dikelola dengan baik. Halte adalah salah satu tempat istirahat yang sudah ada di Sentul City. Letaknya berada di pinggir jalan utama. Pengelolaan yang baik akan menambah fungsi kenyamanan pada tempat istirahat tersebut. D. Program Bike on Bus Program ini merupakan fasilitas yang diberikan untuk pesepeda yang mengalami kesulitan dalam hal transportasi menuju ke Sentul City (Gambar 42). Transportasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan orang lain untuk mengunjungi tempat tersebut. Sentul City sudah memiliki transportasi dan shelter bus nya. Dengan memanfaatkan hal ini, dapat ditambahkan fasilitas pengangkutan sepeda yang mengikuti standar pengangkutan sepeda oleh bus. Menurut Federal Highway Administration (FHWA), program Bike on Bus merupakan ide yang sangat baik, untuk pelanggan bus program ini adalah tambahan pilihan, untuk pengendara sepeda ini adalah peluang, dan untuk masyarakat umum ini merupakan langkah menuju mengurangi jumlah kendaraan bepergian di jalan.
74
Gambar 42. Program Bike on Bus Program ini diterapkan untuk memfasilitasi pengguna sepeda dari luar Sentul City sehingga memudahkan untuk menuju tempat ini. Program ini dapat dilakukan pada hari tertentu seperti pada weekend, dimana jalur sepeda banyak digunakan. Dengan diterapkannya strategi ini maka Sentul City dapat melakukan penetrasi pasar sehingga eksistensi jalur sepeda akan berkelanjutan. Untuk keamanan, proses pengangkutan sepeda ke bus hanya dilakukan di shelter bus, tidak diperkenankan menaikan sepeda selain di shelter bus. Waktu operasional Bike on bus ini pada waktu ramai pengguna sepeda di Sentul, yaitu Sabtu dan Minggu. Dengan jam kedatangan mengikuti jadwal yang sudah ada dari bus Sentul ini. Bus dapat mengangkut semua jenis sepeda pada waktu operasional kecuali sepeda tandem, sepeda roda tiga, dan ukuran standar sepeda sesuai dengan rak yang digunakan. Rak sepeda berada di bagian depan bus, untuk sepeda yang tidak dapat dilipat dilarang dibawa masuk ke dalam bus, harus diletakkan pada rak yang disediakan di depan bus. Sedangkan untuk sepeda lipat, dapat dibawa masuk ke dalam bus selama bus belum pada kapasitas duduk penuh. Hal ini dilakukan untuk tetap mempertahankan kenyamanan pengguna bus selain pesepeda. Papan informasi mengenai syarat membawa sepeda ke dalam bus harus dibuat untuk menunjang fasilitas ini. Papan pemberitahuan diletakan di tempat yang
75
mudah dilihat oleh pesepeda di shelter bus. Papan informasi berisi tentang prosedur pengangkutan sepeda dan waktu operasional program bike on bus ini. E. Pengelolaan Lanskap Jalur Sepeda Sentul City A. Tenaga Kerja Pengelolaan lanskap di Sentul City sudah didukung oleh sumber daya manusia yang baik. Pengelolaan fisik lanskap jalur sepeda yang meliputi pemeliharaan fasilitas-fasilitas penunjang dan sumber daya alam perlu diperhatikan. B. Jadwal Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan untuk jalur hijau sepeda sudah terkelola dengan baik. Tetapi untuk kegiatan pemeliharaan fisik jalur sepeda belum terkelola dengan baik dan perlu penyusunan sub jadwal kerja untuk jalur sepeda (Tabel 28). Sub jadwal jalur sepeda perlu dibuat untuk menciptakan dan memelihara jalur sepeda yang aman dan nyaman untuk digunakan pesepeda agar dapat berkelanjutan. Tabel 28. Rekomendasi Sub-Jadwal Pemeliharaan Jalur Sepeda No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Pemeliharaan Penyapuan dan Pembersihan Jalur Sepeda Pembersihan lumut Pengecekan sign system Penggantian lampu halte (tempat istirahat) Pengecatan garis marka jalan
Waktu Pemeliharaan Setiap Hari Setiap Hari Setiap Hari 6 bulan sekali 1 tahun sekali
Kelengkapan alat dan bahan sangat mendukung kelancaraan dalam kegiatan pemeliharaan taman yang dilakukan setiap hari sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien (Arifin dan Arifin, 2005). Alat dan Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pemeliharaan Jalur Sepeda disediakan oleh pihak kontraktor yang bertanggung jawab dalam jalan MH. Thamrin dan Jendral Sudirman. C. Metode Kerja Metode kerja adalah tata cara kerja untuk memperlancar pekerjaan atau pengelolaan. Menurut The Department of Transportation maintains bikeways in unincorporated Sacramento County (2011), pemeliharaan jalur sepeda meliputi penyapuan untuk menjaga jalur sepeda bebas dari puing-puing dan sampah,
76
memastikan bahwa marka jalur sepeda terlihat dan papan lalu lintas sepeda agar tetap operasional. Sistem Patroli untuk di sepanjang jalur sepeda perlu diperketat untuk meningkatakan kenyamanan dan keamanan pesepeda. Menurut The Department of Transportation Maintains Bikeways in unincorporated Sacramento County (2011), penyebab paling umum dari kecelakaan sepeda terjadi ketika pengendara sepeda berada di jalan kendaraan bermotor. Sepeda dan pengendara kendaraan bermotor harus mengikuti aturan yang berlaku. Aturan-aturan tersebut meliputi mematuhi papan lalu lintas dan tanda-tanda yang ada di jalan. Kegiatan patroli dua kali dalam sehari perlu diperketat dengan mempertegas larangan parkir di jalur sepeda. Kendaraan bermotor yang parkir di jalur sepeda dapat menimbulkan bahaya, terutama saat pengguna jaluar sepeda perlu untuk menghindari pembukaan pintu mobil. Mobil-mobil yang parkir di sekitar tenda di jalan MH. Thamrin harus diatur agar parkir secara diagonal dan mulut mobil mengarah ke depan, sehingga dapat mengurangi potensi konflik yang akan terjadi (Gambar 43). Selain penertiban parkir, dooring sign perlu diterapkan. Tanda ini diletakkan berdekatan dengan tempat parkir kendaraan bermotor yang ada untuk mengingatkan pengendara untuk melihat sebelum membuka pintu mereka.
Gambar 43. Parkir Kendaraan Bermotor: Parkir Berderet (Atas); Rekomendasi Parkir Diagonal (Bawah)
77