PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN
AMELIA ANGGRAENI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2013 Amelia Anggraeni NIM A44080073
ABSTRAK AMELIA ANGGRAENI. Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan. Dibimbing oleh AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW Taman Margasatwa Ragunan (TMR) mempunyai fungsi sebagai tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi alam. Perlu adanya evaluasi terkait pengelolaan lanskap TMR untuk mengetahui pengelolaan yang berjalan sudah baik dan sesuai atau masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pengelolaan lanskap tersebut dengan kegiatan magang. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang ini mencakup aspek fisik/biofisik, aspek pengelolaan, aspek legalitas, aspek ekonomi dan sosial dari TMR. Dengan demikian akan tercipta suatu strategi pengelolaan lanskap TMR. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis kenyamanan pengunjung, dan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT tersebut yaitu terdapat delapan butir strategi untuk pengelolaan lanskap TMR. TMR memiliki beberapa kekurangan dalam pengelolaannya. TMR perlu pengelolaan yang lebih profesional dengan didukung dari berbagai pihak. TMR berada dibawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Oleh karena itu, TMR perlu perhatian yang lebih dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kata kunci: analisis SWOT, pengelolaan lanskap, Taman Margasatwa Ragunan
ABSTRACT AMELIA ANGGRAENI. Landscape Management of Taman Margasatwa Ragunan South Jakarta. Supervised by AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW Taman Margasatwa Ragunan (TMR) has been serviced as a conservation, education, research, and outdoor recreation functions. Meantime an evaluation related to the landscape management in TMR is needed to know either management is good and compatible or not. Therefore, the study to identify the aspects that affect the landscape management in TMR has been done by having internship activity. The data needed in this internship include the physical/biophysical aspects, management aspects, legal aspects, economic and social aspects of the TMR. Thus, it will produce a landscape management strategy for TMR. Analysis of data is performed by using the descriptive analysis, visitor comfort analysis, and SWOT analysis. The results of SWOT analysis found that there are nine point of strategies for landscape management of TMR. TMR has some shortcomings in its management. TMR needs more professional management with support from various parties. TMR is under the responsibility of the Dinas Kelautan dan Pertanian of DKI Jakarta, so that TMR needs more attention from the Government of DKI Jakarta. Keyword: landscape management, SWOT analysis, Taman Margasatwa Ragunan
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2013 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB. Dialarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN
AMELIA ANGGRAENI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan Nama : Amelia Anggraeni NIM : A44080073
Disetujui oleh
Dr Ir Afra D. N. Makalew, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan berhasil diselesaikan. Pengerjaan skripsi ini dilakukan dengan kegiatan magang di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang berlangsung sejak bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Afra D. N. Makalew, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan hingga skripsi ini selesai, dan Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap, serta kepada teman-teman Departemen Arsitektur Lanksap angkatan 45 dan juga para senior dan alumni yang telah memberi masukan dan dukungan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu lancarnya kegiatan magang penulis di TMR, khususnya untuk Ibu Mimi, Pak Caesar, Pak Nirwono Joga, Pak Suryono, Mas Priambudi, Ibu Devi, Ibu Diana, dan lain-lain. Ucapkan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibu, bapak, adik, seluruh keluarga, serta sahabat-sahabat yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak TMR dan pihak lainnya yang membutuhkan.
Bogor, Maret 2013 Amelia Anggraeni
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vii vii viii
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat 1.4 Kerangka Pikir
1 1 2 2
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi Ex-situ 2.2 Taman Margasatwa 2.3 Lanskap Taman Margasatwa Ragunan 2.4 Pengelolaan Lanskap 2.5 Wisata dan Rekreasi
2 4 4 5 6 7 9
3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Magang 3.2.1 Persiapan 3.2.2 Inventarisasi 3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis 3.2.3.1 Analisis Deskriptif 3.2.3.2 Analisis Kenyamanan Pengunjung 3.2.3.3 Analisis SWOT 3.2.3 Sintesis 3.3 Alat dan Bahan 3.4 Proses Kegiatan Magang
11 11 11 11 11 12 12 12 13 16 16 16
4 INVENTARISASI 4.1 Aspek Fisik/Biosfisik 4.1.1 Kondisi Umum 4.1.1 Letak Geografis, Luas, dan Batas Kawasan 4.1.2 Aksesibilitas 4.1.3 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan 4.1.4 Peran, Visi, Misi Taman Margasatwa Ragunan 4.1.2 Topografi dan Tanah 4.1.3 Hidrologi 4.1.4 Iklim 4.1.5 Vegetasi dan Satwa 4.1.6 Visual 4.2 Aspek Legalitas 4.3 Aspek Pengelolaan 4.3.1 Struktur Organisasi 4.3.2 Tenaga Kerja dan Jadwal Kerja
17 17 17 17 18 19 20 21 21 23 24 25 27 27 30
4.3.3 Sumber dan Anggaran Biaya 4.3.4 Sarana dan Prasarana 4.4 Aspek Ekonomi dan Sosial 4.4.1 Jumlah Pengunjung 4.4.2 Harga Tiket Masuk, Parkir, dan Wahana
31 31 39 39 39
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Karakteristik Pengunjung 5.2 Analisis Persepsi Pengunjung 5.3 Analisis Kenyamanan Pengunjung 5.4 Analisis SWOT 5.4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 5.4.2 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) 5.4.3 Pembuatan Matriks Internal-Eksternal (IE) 5.4.4 Matriks SWOT 5.4.5 Perangkingan Alternatif Strategi 5.5 Rekomendasi Strategi Pengelolaan
41 41 44 45 48 48
6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.2 Saran
60 60 60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
61 63 78
51 52 53 54 56
DAFTAR TABEL 1
Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) 2 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 3 Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE) 4 Inventarisasi satwa 5 Data jumlah pegawai Taman Margasatwa Ragunan 6 Jumlah pengunjung TMR tahun 2005-2011 7 Tarif masuk, parkir, dan penggunaan fasilitas wahana TMR 8 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) TMR 9 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) TMR 10 Matriks SWOT 11 Perangkingan alternatif strategi
14 14 14 23 30 39 40 52 52 54 55
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Kerangka pikir kegiatan magang Peta lokasi kegiatan magang Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks SWOT Peta lokasi Taman Margasatwa Ragunan Danau ragunan Suhu udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Curah hujan rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Kecepatan angin rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Gerbang pintu utara dan kolam pelikan Gerbang pintu timur dan danau ragunan Taman elang bondol di area pintu barat Struktur organisasi UPT. Taman Margasatwa Ragunan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Peragaan satwa Pusat informasi Masjid Pendopo Taman satwa anak Taman pemancingan alam ragunan Pusat Primata Schmutzer Satwa tunggang Taman perahu angsa Rakit wisata Sarana untuk mengelilingi TMR Pentas satwa Arena bermain anak-anak Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan jenis kelamin Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan usia Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan asal tempat tinggal Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tingkat pendidikan Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan pekerjaan Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tujuan Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan frekuensi dan lama kunjungan Karakteristik pengunjung TMR pendamping saat berkunjung Persepsi pengunjung tentang objek yang disenangi Persepsi pengunjung tentang tingkat kebersihan dan kenyamanan area TMR Persepsi pengunjung tentang jumlah dan kondisi fasilitas TMR Persepsi pengunjung tentang keindahan lanskap TMR Peta keindahan TMR Peta kenyamanan TMR Matriks Internal-Eksternal (IE) TMR
3 11 15 16 17 21 21 22 22 22 23 24 24 25 28 32 32 33 33 33 34 34 35 36 36 37 37 37 41 41 42 42 43 43 44 44 45 45 46 46 47 48 53
44 Tempat parkir tambahan di dalam TMR 45 Papan petunjuk arah TMR dan rekomendasi 46 Papan peta wisata TMR dan rekomendasi
58 59 59
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang Kuesioner pengunjung Data vegetasi TMR Kuesioner SWOT Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal TMR Peta wisata TMR
64 66 68 73 76 77
1
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, terdapat banyak flora dan fauna dari beragam spesies. Flora dan fauna tersebut keberadaannya menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah memiliki fauna yang unik dan menjadi ciri khas. Menurut Fandeli (2001), kawasan tropis yang ditempati negara Indonesia memberikan atribut yang spesifik tentang keadaan sumberdaya alami yang dimiliki, baik yang berupa flora maupun fauna. Sejumlah spesies satwa bersifat endemik, yang berarti hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan di tempat lain, antara lain burung cendrawasih di Papua, burung maleo di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo, anoa di Sulawesi, dan masih banyak lagi. Hal tersebut menyebabkan banyak orang kagum. Salah satu upaya perlindungan flora dan fauna yaitu dengan metode konservasi ex-situ yang merupakan upaya melindungi spesies tumbuhan dan hewan di luar habitat aslinya di bawah perlindungan manusia. Salah satu bentuk konservasi ex-situ yaitu Taman margasatwa. Taman margasatwa tidak hanya berfungsi sebagai tempat konservasi, tetapi juga berfungsi sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi, kawasan ini mempunyai konsep yang menyerupai habitat asli satwa. Beragam satwa dari banyak penjuru berada di taman margasatwa. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 taman margasatwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa Ragunan (TMR) adalah salah satu taman margasatwa di Indonesia yang berada di Ibukota DKI Jakarta, tepatnya di daerah Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TMR memiliki beragam koleksi satwa yang menjadi objek utamanya. TMR juga menjadi salah satu pusat penelitian satwa langka yang ada di Indonesia. Selain itu, TMR menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan secara tidak langsung turut mendukung penghijauan kota Jakarta. Fungsi TMR yaitu sebagai tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi. Fungsi konservasi yaitu pelestarian alam baik flora maupun fauna, terdapat banyak flora dan fauna dengan beberapa fauna yang bersifat endemik. Fungsi edukasi yaitu dengan memberikan pendidikan konservasi agar pengunjung mempunyai kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Fungsi penelitian yaitu sebagai pusat penelitian satwa-satwa langka yang ada di Indonesia. Fungsi rekreasi alam yaitu TMR merupakan tempat bernuansa alami dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang. Lanskap TMR bertema alami, terutama pada kandang satwa yang menyerupai habitat aslinya. Hal tersebut bertujuan untuk menyejahterakan satwa yang ada di dalamnya. Selain itu, TMR menciptakan suasana yang alami dan
2
teduh untuk pengunjung. Lanskap TMR perlu dikelola dengan baik dan benar agar lingkungannya tetap lestari. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Terwujudnya pengelolaan yang baik di TMR membuat makhluk hidup yang ada dalamnya memperoleh kualitas lingkungan yang baik. Untuk pengunjung khususnya akan mendapatkan suatu kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan. Perlu adanya evaluasi terkait pengelolaan lanskap TMR untuk mengetahui pengelolaan yang berjalan sudah baik dan sesuai atau masih memiliki kekurangan. Pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik harus dipertahankan dan ditingkatkan keberlanjutannya, sedangkan kekurangan dalam pengelolaan tersebut harus dapat diperbaiki dengan strategi-strategi pengelolaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pengelolaan lanskap TMR dengan kegiatan magang. Dengan demikian, dapat dihasilkan suatu strategi pengelolaan lanskap TMR.
1.2 Tujuan Tujuan dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu: 1. menginventarisasi aspek fisik/biofisik, aspek pengelolaan, aspek legalitas, dan aspek ekonomi dan sosial yang berkaitan dengan TMR, 2. menganalisis faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap TMR, dan 3. menyusun strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR.
1.3 Manfaat Manfaat dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu: 1. menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja serta menjalin kerjasama yang baik dengan TMR, 2. memberikan rekomendasi strategi-strategi pengelolaan lanskap untuk TMR, dan 3. sebagai bahan masukan untuk pengelolaan Kebun Binatang lainnya di Indonesia.
1.4 Kerangka Pikir Pada kegiatan magang ini dipelajari aspek fisik/biofisik, aspek legalitas, aspek pengelolaan, aspek ekonomi dan sosial dari TMR. Aspek fisik/biofisik terdiri dari kondisi umum topografi dan tanah, hidrologi, iklim, vegetasi dan satwa, dan visual. Aspek legalitas yaitu peraturan perundang-undangan. Aspek pengelolaan yang terdiri dari struktur organisasi, tenaga kerja dan penjadwalan, sumber dan anggaran biaya, dan sarana dan prasarana. Aspek ekonomi dan sosial yaitu jumlah pengunjung, harga tiket dan fasilitas, karakteristik pengunjung, dan
3
persepsi pengunjung. Hasil yang diketahui dari karakteristik pengunjung dan persepsi pengunjung digunakan untuk analisis kenyamanan pengunjung. Aspekaspek tersebut mempengaruhi kualitas lanskap TMR, sehingga diketahui kekurangan dan kelebihan dari pengelolaan TMR. Pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik harus dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan kekurangan dalam pengelolaan tersebut perlu diperbaiki yaitu dengan strategistrategi pengelolaan. Suatu analisis mengenai potensi, kendala, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan TMR dibutuhkan untuk menciptakan strategistrategi tersebut. Analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ada pada TMR. Hasil dari analisis kenyamanan pengunjung juga digunakan sebagai acuan dalam menentukan faktor internal. Selanjutnya, akan didapat matriks SWOT yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Matriks SWOT tersebut menghasilkan strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR yang tepat dan sesuai dengan urutan prioritas. Kerangka pikir kegiatan magang secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1. Lanskap Taman Margasatwa Ragunan
Aspek fisik/biofisik:
Aspek legalitas:
Aspek pengelolaan :
Aspek ekonomi dan sosial:
Kondisi Umum Topografi dan tanah Hidrologi Iklim Vegetasi dan Satwa Visual
Peraturan Perundangundangan
Struktur Organisasi Tenaga Kerja dan Jadwal Kerja Sumber dan Anggaran Biaya Sarana dan Prasarana
Jumlah pengunjung Harga tiket dan fasilitas Karakteristik pengunjung Persepsi pengunjung
Analisis Kenyamanan Pengunjung
Evaluasi Pengelolaan Analisis SWOT Matriks SWOT
Strategi Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan
Gambar 1 Kerangka pikir kegiatan magang
4
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konservasi Ex-situ Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar habitat alaminya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Bentuk-bentuk konservasi ex-situ antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa (Muntasib dan Masy’ud 2003). Taman margasatwa merupakan metode konservasi ex situ konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies. Konservasi ex-situ ini sangat bermanfaat untuk melindungi biodiversitas, tetapi kurang untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan. Metode ini digunakan sebagai cara terakhir atau sebab suplemen terhadap konservasi in situ karena tidak dapat menciptakan kembali habitat secara keseluruhan, seluruh variasi genetik dari suatu spesies, pasangan simbiotiknya, atau elemen-elemennya, yang dalam jangka panjang, mungkin membantu suatu spesies beradaptasi pada lingkungan yang berubah. Konservasi ex situ melindungi spesies di bawah kondisi semi-terisolasi di mana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan sementara atau dirubah dengan mengintroduksi spesimen pada habitat yang tidak alami. Menurut Muntasib dan Masy’ud (2003) konservasi ex-situ dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara : 1. pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi ex-situ dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking, 2. hasil-hasil penelitian dari populasi ex-situ dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru, 3. populasi ex-situ dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari, 4. hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi ex-situ dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam, 5. kawasan konservasi ex-situ juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat. Menurut Fandeli (2001) inti dari kegiatan pembangunan satwa ex-situ adalah manajemen. Manajemen yang dibicarakan bukan yang berkaitan dengan peningkatan kuailtas satwa liar itu saja. Pada dasarnya pengelolaan satwa liar ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu: 1. untuk konservasi satwa liar
5
2. untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomik. Selanjutnya, menurut Fandeli (2001) manajemen satwa liar adalah seni membuat area kehidupan satwa liar yang lestari untuk manfaat rekreasional dan manipulasi populasi satwa liar serta habitatnya dan interaksi diantara keduanya dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu: 1. melindungi jenis satwa liar tertentu dan habitatnya 2. membuat taman satwa untuk tujuan wisata 3. membuat taman buru (game hunting). Pengelolaan satwa sangat penting, karena: a. dapat melindungi satwa liar (dan habitatnya) dari bahaya kepunahan b. dapat menciptakan dan mengembangkan fasilitas-fasilitas untuk menikmati satwa liar c. berguna untuk kepentingan ilmiah, estetika dan nilai-nilai pendidikan d. memelihara ekosistem e. mengembangkan rekreasi.
2.2 Taman Margasatwa Kebun Binatang menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang lembaga konservasi, adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Selanjutnya, kriteria Kebun Binatang meliputi : 1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 3 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES); 2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup; 4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, naungan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain; 5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung (termasuk pusat informasi); 6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan. Taman Satwa atau Taman Margasatwa menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006, adalah Kebun Binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan,
6
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenis/spesies dalam satu kelas tertentu. Kriteria Taman Satwa meliputi : 1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES); 2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup; 4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain; 5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung; 6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi mengenai perolehan tumbuhan dan satwa dalam Taman Margasatwa yaitu: 1. Lembaga konservasi dapat memperoleh spesimen jenis tumbuhan dan satwa untuk koleksi dari: a. hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari masyarakat b. hibah atau pemberian atau sumbangan dari lembaga konservasi lainnya c. tukar-menukar d. pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi e. pengambilan atau penangkapan dari alam. 2. Pengambilan atau penangkapan dari alam dapat dilakukan apabila: a. untuk kepentingan pemurnian genetik, dan atau b. untuk kepentingan penyelamatan jenis, dan atau c. tidak dapat memperoleh jenis dari sumber sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, c, dan d. 3. bagi pemohon lembaga konservasi yang telah mempunyai koleksi satwa sebelum diterbitkan izin lembaga konservasi, harus dapat menunjukkan surat keterangan asal usul satwa secara sah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, 4. tata cara perolehan jenis tumbuhan dan satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri. Spesimen jenis tumbuhan dan satwa koleksi lembaga konservasi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangbiakan, penelitian dan pendidikan, pertukaran, pelepasliaran di alam, dan peragaan.
2.3 Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia, dimana karakter suatu lanskap
7
menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat lanskap tersebut (Simonds,1983). Elemen-elemen lanskap dibagi menjadi elemen lanskap utama dan elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat diubah, seperti bentukan-bentukan gunung, sungai, pantai dan lain-lain. Elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah seperti bukit-bukit, semak-semak dan sungai kecil. TMR merupakan lembaga konservasi ex-situ yang mempunyai peran penting dalam upaya konservasi, edukasi, penelitian dan rekreasi alam. Fungsi konservasi yaitu pelestarian alam baik flora maupun fauna, terdapat banyak flora dan fauna dengan beberapa fauna yang bersifat endemik. Fungsi edukasi yaitu dengan memberikan pendidikan konservasi agar pengunjung mempunyai kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Fungsi penelitian yaitu sebagai pusat penelitian satwasatwa langka yang ada di Indonesia. Fungsi rekreasi alam yaitu TMR merupakan tempat yang bernuansa alami dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang TMR memiliki lanskap yang menyerupai habitat asli satwa, terdapat koleksi satwa yang sangat beragam. Peragaan satwa yang dilakukan di dalam TMR bertujuan untuk mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Selain itu, TMR merupakan paru-paru kota dengan terdapat banyak pepohonan. TMR menyediakan berbagai fasilitas dan sarana hiburan yang mendukung kegiatan pengunjung. TMR merupakan tempat yang bernuansa alami dan memiliki daya tarik tersendiri karena disini dapat dinikmati keelokan beragam satwa yang eksotis. Selain itu, dengan rimbunnya pepohonan yang ada dapat memberikan udara yang sejuk.
2.4 Pengelolaan Lanskap Pengelolaan adalah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (actuating), dan pengendalian (controlling) upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen pada hakekatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia, bahanbahan, uang, metode, sistem, dan pangsa pasar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkann dengan penerapan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif. Manajemen menyangkut pencapaian tujuan yang telah ditetetapkan organisasi yang bersangkutan (Stoner dan Freeman, 1992). Manajer adalah orang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian suatau perusahaan atau organisasi. manajer bertindak selaku saluran komunikasi di dalam organisasi. Selanjutnya menurut Stoner dan Freeman (1992), terdapat empat kegiatan pokok di dalam manajerial, yaitu: 1. Perencanaan, menyiratkan bahwa manajer terlebih dahulu memikirkan dengan matang tujuan dan tindakannya. Lazimnya tindakan manajer itu didasarkan atas metode, rencana, atau logika tertentu, bukan atas suatu firasat. Rencana memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Empat langkah pokok dalam perencanaan: a. Tetapkan tujuan atau perangkat tujuan
8
Membuat keputusan sesuai dengan apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau sub unit. Tanpa suatu definisi yang jelas tentang tujuan, maka organisasi akan menyebarkan sumberdayanya terlalu luas. Prioritas dan pemaparan secara tegas tujuan-tujuannya memungkinkan organisasi memusatkan sumberdayanya secara efektif. b. Tentukan situasi sekarang Perhatikan seberapa jauh organisasi atau subunit berada dari tujuannya dan sumberdaya apa yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut. Hanya setelah keadaan terakhir dari persoalan yang ada dianalisis, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya. c. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan Identifikasi faktor lingkungan luar dan lingkungan dalam yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya. Mengantisipasi situasi, masalah, dan peluang di masa yang akan datang merupakan bagian penting perencanaan. d. Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan Langkah terakhir dalam proses perencanaan adalah mengembangkan berbagai alternatif tindakan, mengevaluasi alternatif-alternatif ini, dan memilih alternatif yang paling cocok. 2. Pengorganisasian, berarti bahwa manajer mengkoordinasi sumberdaya manusia serta sumberdaya bahan yang dimiliki organisasi bersangkutan. Keefektifan sebuah organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengarahkan sumberdaya guna mencapai tujuannya. Jelas kiranya, semakin terpadu dan terorganisasi tugas-tugas sebuah organisasi, akan semakin efektif organisasi tersebut. Menggapai koordinasi ini adalah bagian dari pekerjaan manajer. 3. Pemimpinan, memberikan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana cara agar orang-orang lain melaksanakan tugas-tugas yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat, manajer membantu para bawahannya untuk bekerja sebaik-baiknya. Pemimpinan dikenal dengan berbagai sebutan: pemimpinan, pengarahan, pemotivasian, penggerakan, dan masih banyak lagi. 4. Pengendalian, berarti bahwa manajer berusaha untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya. Apabila ada bagian tertentu dari organisasi itu berada pada jalan yang salah, manajer berusaha untuk menemukan penyebabnya kemudian membelokannya kembali ke arah yang benar. Pengendalian mencakup tiga unsur utama: a. menetapkan standar prestasi b. mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan c. mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005).
9
2.5 Wisata dan Rekreasi Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No.9 Tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Menurut Desky (2001) tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata adalah untuk mencari kesenangan. Secara lebih spesifik, kesenangan-kesenangan tersebut bisa berupa: 1. keinginan bersantai; 2. keinginan mencari suasana lain; 3. memenuhi rasa ingin tahu; 4. keinginan bertualang; dan 5. keinginan mencari kepuasan. Menurut Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990 yang menjabarkan beberapa pengertian tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Menurut Darsoprajitno (2002) dimana pun obyek dan daya tarik wisata dibina, tata lingkungan alam di sekitarnya selalu menjadi tumpuannya, tetapi sangat jarang menjadi perhatian yang memadai untuk pengelolaannya. Padahal tata alam yang ada di sekitar objek dan daya tarik wisata, baik yang masih murni alami, maupun yang sudah terancu oleh budidaya manusia, keadaannya masih tetap dinamik. Daya tarik wisata banyak ragamnya, baik yang murni alami maupun hasil rekayasa manusia. Sekalipun hasil rekayasa manusia, bahan aslinya tetap berasal dari unsur alam yang diolah melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia. Ada kalanya hukum alam dan lainnya, dapat pula dirangsang oleh rekayasa manusia, tetapi jika tidak diperhitungkan dengan tepat, mungkin timbul dampak negatif cukup besar. Rekreasi menurut Gold (1980) adalah kegiatan di waktu senggang yang dijalankan dengan kepuasan atau sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman rekreasi tresebut. Rekreasi dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan. Rekreasi memiliki banyak bentuk aktivitas di manapun tergantung pada pilihan individual. Beberapa rekreasi bersifat pasif seperti menonton televisi atau aktif seperti olahraga. Rekreasi telah menjadi unsur penting dalam kehidupan moderen. Pendapatan, kondisi pekerjaan dan perkembangan transportasi yang
10
semakin baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia. Menurut Yoeti (2008), lingkungan bersih dan sehat adalah hal utama produk industri pariwisata. Hal ini dianggap penting bagi pengembangan industri. Praktik ramah lingkungan, tidak saja benar dilihat dari sudut moral, akan tetapi juga sehat dilihat dari sisi bisnis dan dapat menghemat biaya yang tidak kecil. Kepariwistaan dapat pula membahayakan lingkungan hidup, misalnya: a. pembuangan sampah sembarangan selain menyebabkan bau tidak sedap, juga dapat membuat tanaman di sekitarnya mati; b. pembuangan limbah yang merusak air sungai, danau, atau bahkan laut; c. kerusakan terumbu karang; d. perambahan hutan dimana-mana, akibatnya orangutan sukar hidup di habitatnya sendiri, burung cendrawasih menjadi langka, akhirnya daya tarik wisata alam menjadi sirna; e. perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali, merambah hutan bakau untuk dijadikan tambak udang, dan banyak contoh lainnya. Dalam Yoeti (1996) baik prasarana maupun sarana merupakan “tourist supply” yang perlu dipersiapkan atau disediakan. Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan pariwisata dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana yaitu sistem penyediaan air bersih, pembangkit tenaga listrik, jaringan jalan raya, terminal, telekomunikasi, dan lain-lain. Sarana adalah semua bentuk fasilitas yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan.
11
3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan magang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang secara administratif berada dalam wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan (Gambar 2). Kegiatan magang ini dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 yang meliputi kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisik/biofisik, pengelolaan, legalitas, ekonomi dan sosial sesuai dengan kerangka pikir magang. Pengolahan data dimulai dari bulan Mei 2012 sampai dengan selesai.
Gambar 2 Peta lokasi kegiatan magang
3.2 Metode Magang Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini yaitu deskriptif dan kuantitatif. Selain itu, berpartisipasi aktif dalam mempelajari teknis administrasi bidang pengelolaan lanskap yang mencakup struktur organisasi, peraturan, dan sistem kerja. Tahapan dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis berupa strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR. Berikut penjelasan dari masing-masing tahap:
3.2.1 Persiapan Pada tahap ini persiapan yang dilakukan pertama kali yaitu pencarian informasi umum tentang kondisi eksisting TMR, pembuatan proposal, perizinan dengan pihak TMR, serta mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
3.2.2 Inventarisasi Inventarisasi merupakan kegiatan pengumpulan data yang diperlukan pada tapak berupa data primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh dengan mengamati langsung kondisi eksisting tapak dan wawancara langsung dengan
12
pihak yang berperan dalam kegiatan magang yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari buku, dokumen, brosur, internet, dan sumber pustaka lainnya. Data yang dibutuhkan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dari hasil inventarisasi dengan menggunakan analisis yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing data. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis kenyamanan pengunjung, dan analisis SWOT. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis:
3.2.3.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data inventarisasi yang dibutuhkan. Analisis ini dilakukan dengan pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Analisis deskriptif berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada analisis deskriptif ditujukan pada kumpulan data yang ada. Data ini didapat melalui studi pustaka, wawancara dengan pengelola dan pengunjung, penyebaran kuesioner kepada pengunjung sebanyak 30 orang (Lampiran 2), dan pengamatan langsung pada tapak.
3.2.3.2 Analisis Kenyamanan Pengunjung Analisis kenyamanan pengunjung digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan keindahan TMR mengacu pada kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung, meliputi persepsi tentang kenyamanan dan keindahan TMR. Menurut Yulianda (2007) dalam Khairunnisa (2011), tingkat keindahan dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan: Ka : nilai keindahan (%) Ers : jumlah responden yang menyatakan indah dan sangat indah Ero : jumlah semua responden Kriteria/nilai keindahan: Ka ≥ 75% : indah 40% ≤ Ka ≤75% : cukup indah Ka < 40 : tidak indah Selanjutnya, untuk mengetahui kenyamanan pengunjung menggunakan rumus (Yulianda (2007) dalam Khairunnisa (2011)):
dapat
13
Keterangan: Na : nilai kenyamanan (%) Ers : responden yang menyatakan nyaman dan sangat nyaman Ero : jumlah semua responden Kriteria/nilai kenyamanan: Na ≥75% : nyaman 40% ≤ Na ≤75% : cukup nyaman Na < 40 : tidak nyaman
3.2.3.3 Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2011). Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap TMR. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor internal dan faktor eksternal dengan metode analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Tahapan dengan menggunakan analisis SWOT sebagai berikut: a. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini dilakukan pengumpulam data, yaitu data faktor internal dan data faktor eksternal (Rangkuti, 2011). Faktor internal didapat dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap dalam TMR. Faktor eksternal dapat diketahui dengan mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar TMR. b. Penilaian faktor internal dan faktor eksternal. Setiap faktor internal dan faktor eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya, penilaian tersebut dilakukan oleh pihak pengelola TMR. Tingkat kepentingan setiap faktor internal dan eksternal ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap pengelolaan lanskap TMR. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dilakukan penentuan bobot setiap variabel faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu: 1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal 2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal 3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal 4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor internal. Selanjutnya, bobot setiap variabel dapat diperoleh dengan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991):
14
keterangan: ai : bobot variabel ke-i xi : nilai variabel ke-i i : 1, 2, 3, ….., n n : jumlah variabel c. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) yaitu dengan mengalikan nilai dari pembobotan dengan nilai peringkat dari hasil penilaian masing-masing faktor internal dan eksternal, nilai peringkat tersebut berskala 1-4 (Tabel 1, 2 dan 3) Tabel 1 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE Nilai Peringkat Strengths (S) Weakness (W) 1 Kekuatan yang Kelemahan yang sangat kecil sangat berarti 2 Kekuatan sedang Kelemahan yang berarti 3 Kekuatan yang Kelemahan yang besar kurang berarti 4 Kekuatan yang Kelemahan yang sangat besar tidak berarti
Matriks EFE Opportunities (O) Threats (T) Peluang yang Ancaman rendah sangat besar Peluang yang Ancaman sedang besar Peluang yang Ancaman tinggi sedang Peluang sangat Ancaman tinggi sedikit
Tabel 2 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Kekuatan (Strenght) S1 S2 Sn Kelemahan (Weakness) W1 W2 Wn Total
Skor
Sumber: Rangkuti (1997)
Tabel 3 Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Peluang (Opportunities) O1 O2 On Ancaman (Threats) T1 T2 Tn Total Sumber: Rangkuti (1997)
Skor
15
d. Pembuatan matriks Internal – Eksternal (IE). Skor yang didapat dari pembobotan rangking digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks IE. Menurut David (2010), skor bobot IFE total 1.0 sampai 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Serupa dengannya, skor bobot EFE total 1.0 sampai 1.99 dipandang rendah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi. Pada sumbu merupakan skor bobot IFE total dan pada sumbu merupakan skor bobot EFE total. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pada kuadran I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Pada kuadran III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan. Pada kuadran VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3. SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3.00 – 4.00
2.00 – 2.99
1.00 – 1.99
3.0
2.0
1.0
SKOR BOBOT TOTAL EFE
4.0 Tinggi 3.00 – 4.00
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3.0 Sedang 2.00 – 2.99 2.0 Rendah 1.00 – 1.99 1.0
Sumber: David (2010)
Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE) e. Pembuatan matriks SWOT dengan memanfaatkan semua informasi yang telah didapat kedalam model kuantitatif perumusan strategi. Matriks SWOT menggambarkan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) eksternal yang dihadapi TMR yang disesuaikan dengan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimilikinya. Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set alternatif strategis, antara lain strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses-Opportunities), strategi WT (Weaknesses-Threats). Strategi SO merupakan strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 4.
16
Eksternal
Opportunities (O)
Threats (T)
Strenghts (S)
Strategi SO: Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi ST: Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Weaknesses (W)
Strategi WO: Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Strategi WT: Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Internal
Sumber: Rangkuti (2011)
Gambar 4 Matriks SWOT f. Perangkingan alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi-strategi tersebut dengan penyusunan rangking. Rangking tersebut didapat dari hasil penjumlahan semua skor di setiap faktor strategis yang terkait. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menjadi prioritas.
3.2.4 Sintesis Sintesis yang diperoleh yaitu hasil dari analisis SWOT. Hasil tersebut berupa rekomendasi strategi pengelolaan lanskap TMR yang sesuai dengan urutan prioritas. Sintesis yang dibuat berisi strategi-strategi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir kendala.
3.3 Alat dan bahan Alat yang akan digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data yaitu perekam suara, alat gambar, kamera, dan komputer. Bahan yang diperlukan berupa gambar, catatan, sumber pustaka, dan kuesioner. Sumber pustaka yang digunakan berasal dari buku, dokumen, brosur, dan internet. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner untuk pengunjung dan pihak pengelola TMR.
3.4 Proses Kegiatan Magang Selama kegiatan magang berlangsung mahasiswa berada dibawah bimbingan Urusan Pertamanan yang merupakan bagian dari Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa. Kegiatan magang yang dilakukan yaitu mempelajari beberapa kegiatan operasional yang dikerjakan oleh TMR yang meliputi struktur organisasi, peraturan dan sistem kerja. Selain itu, melihat langsung kegiatan di lapang, wawancara dan diskusi dengan staf TMR yang mengerti benar akan kondisi TMR dan beberapa pekerja taman. Dilakukan pula pengumpulan data-data yang dibutuhkan dengan partisipasi aktif di lapang dan studi pustaka. Mahasiswa juga menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara dengan pengunjung.
17
4 INVENTARISASI 4.1 Aspek Fisik/Biofisik 4.1.1 Kondisi Umum 4.1.1.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Kawasan TMR secara geografis terletak pada 104o BT dan 106o LS. TMR berada pada ketinggian 50 mdpl. Secara administratif TMR terletak di Jalan Harsono RM No.1, Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Secara keseluruhan TMR memiliki luas sebesar 147 hektar. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Lokasi TMR pada bagian sebelah barat berbatasan langsung dengan jalan Kavling Polri dan jalan Cilandak Raya. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di jalan Jati Padang. Sebelah utara berbatasan dengan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Harsono R.M. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di jalan Sagu. Peta lokasi TMR dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta lokasi Taman Margasatwa Ragunan
4.1.1.2 Aksesibilitas Aksesibilitas TMR mudah dan bisa ditempuh melalui banyak arah. TMR memiliki empat pintu masuk yaitu pintu utara, pintu timur, pintu barat, dan pintu selatan. Pintu selatan hanya dibuka pada saat tertentu, yaitu saat hari libur pendidikan dan nasional. Pintu utara merupakan pintu utama yang bisa dicapai melalui jalan Harsono R.M. Untuk pengunjung TMR yang melalui jalan Tol TB. Simatupang baik yang berasal dari Jakarta, Bekasi, Tanggerang, maupun dari
18
Bogor, pintu keluar Ampera Timur akan mempermudah untuk mencapai kawasan Ragunan. Pengunjung yang menggunakan jasa transportasi umum Kereta Api bisa berhenti di stasiun Pasar Minggu dan melanjutkan perjalanan menuju TMR dengan menggunakan kendaraan umum. Pengguna bus transjakarta juga bisa mencapai TMR dengan mudah, terdapat halte busway Ragunan yang berada tepat di depan pintu utara. Pintu timur hanya dibuka pada akhir pekan dan hari libur untuk pengunjung. Pada hari kerja, yaitu Senin sampai dengan Jum’at, khusus untuk pegawai TMR pintu timur dibuka dari pukul 6.00-8.00 WIB dan dibuka kembali pada pukul 16.00 WIB. Untuk mencapai pintu timur dapat melalui jalan Jati Padang. Stasiun terdekat untuk menuju pintu timur yaitu stasiun Lenteng Agung dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan mikrolet M 17 dari Pasar Lenteng Agung. Pintu barat TMR dapat ditempuh melalui jalan Cilandak Raya dan jalan Kavling Polri. Setelah keluar dari tol Ampera Timur dapat diteruskan melalui jalan Cilandak Raya dan masuk ke jalan Kavling Polri dengan jalan satu arah.
4.1.1.3 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Pertama kali didirikan pada tanggal 19 September 1864 di Batavia (kini Jakarta) dengan nama “Planten en Dierentuin” yang dikelola oleh perhimpunan penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia). Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia. Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964 pada masa Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya No.73 ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh, Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektar di Ragunan, Pasar Minggu. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini. Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Semakin berkembangnya zaman, sebuah kebun binatang bukan lagi zamannya satwa liar diperlihara dalam kandang yang sempit dan berjeruji. Sebuah kebun binatang harus mengarah kepada kebun flora dan fauna modern yang menempatkan satwa sebagai museum hidup dan bertema ekologi yang mendekati perilaku jenis dan habitat aslinya serta penyajiannya dalam sangkar terbuka. Pada tahun 1974 Taman Margasatwa Ragunan dipimpin oleh Benjamin Galstaun selaku direktur pertama TMR. Pada tahun 1982, TMR melakukan perluasan lahan secara terus-menerus hingga saat ini luasnya mencapai 147 ha. Pada tahun 1993 Taman Margasatwa Ragunan menjalani perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola (BP) Kebun Binatang Ragunan.
19
Kebun Binatang Ragunan melakukan usaha pembenahan yang mengikuti perkembangan zaman. Perbaikan dan perubahan yang dilakukan yaitu perbaikan komposisis jenis koleksi satwa, sifat dan tema penyajian koleksi, perbaikan teknis dan administrasi, perbaikan pengelolaan dana, perbaikan sumber daya manusia, dan penggantian nama Kebun Binatang Ragunan menjadi Taman Margasatwa Ragunan yang diresmikan pada tanggal 1 April 1999 sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.34 Tahun 1999 tentang Pengesahan Peraturan DKI Jakarta. Pada tahun 2001 sampai tahun 2008 namanya berubah menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan dan terakhir pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan saat ini melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUTII/2006.
4.1.1.4 Peran, Visi, dan Misi Taman Margasatwa Ragunan Peran keberadaan TMR tidak hanya melakukan perlindungan dan pelestarian satwa terutama satwa langka, tetapi juga melakukan perlindungan kawasan sebagai daerah hijau terbuka yang bermanfaat sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menyangga banjir di wilayah Ibukota. Peran TMR juga sangat mendukung sebagai tempat pendidikan dan penelitian, karena ideal sebagai laboratorium alam yang memadukan kehidupan harmonis antara flora dan fauna. Pengunjung yang datang ke TMR disuguhkan oleh suasana dan nuansa alam yang asri sebagai tempat kumpul keluarga, melepas kepenatan rutinitas harian di Ibukota. TMR merupakan salah satu sarana berinteraksi sosial masyarakat baik melalui pertemuan keluarga maupun melalui olahraga. Selain masyarakat lokal, terdapat beberapa warga negara asing yang berkunjung ke TMR. Dilain pihak keberadaan TMR sebagai aset Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menjadi katup pengamanan sosial ditengah himpitan dan kesulitan serta beratnya perjuangan hidup di Ibukota, masih ada tempat rekreasi yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. Peran TMR adalah sebagai lembaga konservasi yang melakukan pelestarian dan perlindungan keanekaragaman flora-fauna diluar habitatnya. Pelestarian jenis dan genetis satwa langka di luar habitatnya, ketika habitat aslinya mengalami kerusakan dan pengrusakan. TMR diharapkan dapat menjadi rumah terbaik bagi satwa yang ada didalamnya. Sasaran TMR yaitu: 1. meningkatkan jumlah koleksi satwa dan flora berdasarkan kelangkaannya 2. meningkatkan jenis satwa popular yang disenangi pengunjung 3. berhasilnya pengembangbiakan satwa popular yang disenangi pengunjung
20
4. 5. 6. 7. 8.
meningkatnya partisipasi program in-situ tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang tetanganinya masalah limbah meningkatnya angka kunjungan wisata meningkatnya kualitas SDM. Visi dari TMR yaitu mewujudkan TMR sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di Negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi dari TMR antara lain: 1. meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya 2. meningkatkan masyarakat cinta satwa dalam rangka sosialisasi konservasi ex-situ 3. meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri 4. meningkatkan hubungan antar daerah atau Negara melalui program tukar menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri 5. meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu 6. meningkatkan TMR sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau. TMR memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan tersebut antara lain: 1. terwujudnya TMR sebagai penyelamat satwa langka 2. terwujudnya TMR sebagai paru-paru kota dan wilayah resapan air di ibu kota 3. terwujudnya TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap 4. tenjadikan TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap 5. menjadikan TMR sebagai tempat mengekspresikan rasa cinta satwa dan flora.
4.1.2 Topografi dan Tanah TMR berada pada ketinggian 40-50 mdpl. Kawasan ini memiliki kemiringan lahan antara 2°-60°. Pada umumnya kawasan TMR cenderung datar dan landai, tetapi pada daerah danau dan kolam peragaan satwa memiliki kemiringan lahan yang curam. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah jenis ini memiliki karakteristik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga di TMR tanaman dapat tumbuh subur. Tanah latosol merah memiliki profil tanah yang dalam, memiliki kepekaan terhadap erosi yang tergolong kecil sampai sedang, dan mudah menyerap air sehingga sehingga kawasan TMR tidak terkena banjir.
4.1.3 Hidrologi TMR memiliki danau dengan luas kurang lebih 7 ha (Gambar 6). Danau ini merupakan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan penggunaan air di TMR. Selain itu, danau ragunan dapat dijadikan sebagai wahana untuk rekreasi
21
air, memancing, dan bersantai di pinggir danau. TMR memiliki banyak lubang drainase alami yang berasal dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di dalam TMR, tersedianya RTH merupakan media resapan air yang baik sehingga kawasan TMR terbebas dari banjir. Selain itu, TMR memiliki saluran air yang terdapat di sepanjang jalan yang mengelilingi kawasan tersebut.
Gambar 6 Danau ragunan
4.1.4 Iklim
Suhu udara (°C)
Data iklim TMR diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Kemayoran, Jakarta yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, dan kecepatan angin dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Suhu udara rata-rata di kawasan TMR sebesar 28.4°C. Suhu rata-rata tertinggi bulanan terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 28.84°C dan terendah pada bulan Februari sebesar 26.32°C (Gambar 7). 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
Sumber: BMKG (2012)
Gambar 7 Suhu udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 Kelembaban udara rata-rata di kawasan TMR yaitu sebesar 75%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 80.50% dan terendah pada bulan Agustus sebesar 70.25% (Gambar 8). Penyinaran matahari rata-rata bulanan tertinggi di kawasan TMR terjadi pada bulan Agustus
22
Kelembaban udara (%)
sebesar 82.80% dan terendah pada bulan Desember sebesar 26.40%. Rata-rata penyinaran matahari di kawasan TMR yaitu sebesar 56.64%. Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR dapat dilihat pada Gambar 9. 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Sumber: BMKG (2012)
Penyinaran matahari (%)
Gambar 8 Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
Sumber: BMKG (2012)
Gambar 9 Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011
Curah hujan (mm/bulan)
Kawasan TMR memiliki curah hujan rata-rata sebesar 226 mm/bulan, untuk curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 494.56 mm/bulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 52.32 mm/bulan (Gambar 10). Angin berhembus dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam. Kecepatan angin rata-rata bulanan tertinggi yaitu sebesar 5.4 km/jam yang terjadi pada bulan Januari, Maret, dan Desember. Kecepatan angin rata-rata bulanan terendah yaitu terjadi pada bulan Februari sebesar 4.8 km/jam (Gambar 11) 500 400 300 200 100 0
Sumber: BMKG (2012)
Gambar 10 Curah hujan rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011
Kecepatan angin (km/jam)
23
6 5 4 3 2 1 0
Sumber: BMKG (2012)
Gambar 11 Kecepatan angin rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011
4.1.5 Vegetasi dan Satwa TMR memiliki banyak koleksi vegetasi dan satwa, terdapat 171 jenis vegetasi dengan jumlah mencapai 15 389 pohon, vegetasi yang ada di TMR didominasi oleh pohon. Di sekitar pintu barat TMR didominasi oleh pohon pinus (pinus merkusii) dan pada daerah sekitar danau dan kolam satwa didominasi oleh bamboo (Bambussa sp). Keberadaan RTH yang ada di TMR memiliki fungsi penting, yaitu untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan pengatur iklim mikro. Selain itu, RTH tersebut berfungsi sebagai sebagai ruang interaksi sosial dan sarana rekreasi. Data vegetasi yang ada di TMR dapat dilihat pada Lampiran 3. Sebagai lembaga konservasi ex-situ, TMR berperan dalam melestarikan satwa. Jumlah keseluruhan satwa yang ada di TMR yaitu 2101 ekor. Pengelompokan satwa yang ada di TMR berdasarkan kelasnya yaitu Pisces, Reptilia, Aves, dan Mammalia. Masing-masing kelas tersebut diklasifikasikan lagi, dengan jumlah 31 ordo, 76 family, 220 species, dan 71 sub species. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Inventarisasi satwa Bangsa/ Ordo Pisces 4 Reptilia 3 Aves 14 Mammalia 10 Jumlah 31
No. Kelas 1 2 3 4
Suku/ Family 8 8 28 32 76
Sumber : Taman Margasatwa Ragunan, 2012
Jenis/ Species 16 34 101 69 220
Anak jenis/ Sub species 0 5 20 46 71
Jumlah/ Specimen 171 267 703 960 2101
24
4.1.6 Visual TMR dikelilingi oleh pemandangan yang bernuansa alami dengan 60% kawasannya didominasi oleh RTH dan terdapat kandang satwa yang menyerupai habitat aslinya. Selain itu, pada sebagian lahan TMR terlihat area pertamanan, kantor, dan bangunan lain yaitu ruang serbaguna, area bermain anak, kantin, musholla, dan gedung informasi. Secara keseluruhan TMR memiliki pemandangan yang cukup indah. Namun terdapat juga beberapa area yang terlihat tidak indah. Pada setiap pintu masuk TMR terdapat penanda atau ciri khas. Pada pintu masuk utama yaitu pintu utara, terdapat patung orang utan. Setelah memasuki pintu utara terdapat pemandangan yang indah yaitu taman dan kolam pelikan (Gambar 12). Pada pintu timur terdapat pemandangan yang sedikit berbeda, taman yang berada di area pintu timur tidak seindah taman yang berada di pintu utara. Dekat dengan pintu timur terdapat pemandangan dari danau ragunan yang merupakan good view pada area pintu timur (Gambar 13). Di sekitar pintu barat pemandangan yang dapat dilihat yaitu taman dengan hamparan rumput, pepohonan, dan tanaman hias, dan terdapat taman dengan patung elang bondol sebagai ciri khas kawasan pintu barat (Gambar 14).
Gambar 12 Gerbang pintu utara (a) dan kolam pelikan (b)
Gambar 13 Gerbang pintu timur (a) dan danau ragunan (b)
25
Gambar 14 Taman elang bondol di area pintu barat
4.2 Aspek Legalitas Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006, Taman Margasatwa adalah Kebun Binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenis/spesies dalam satu kelas tertentu. Kriteria Taman Margasatwa meliputi : 1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES); 2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup; 4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain; 5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung; 6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan. TMR merupakan Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PermenPAN) No. PER/18/M.PAN/11/2008. UPT adalah organisasi mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau penunjang tertentu. Mandiri artinya diberikan kewenangan mengelola kepegawaian, keuangan dan perlengkapan dan perlengkapan sendiri dan tempat kedudukan terpisah dari organisasi induknya. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada Bab I Pasal 1
26
Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum (BLU), adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat dan/atau daerah. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat. BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional tersebut bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Selanjutnya, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPKBLU) menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/gubernur/bupati walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan: a. kontinuitas dan pengembangan layanan, b. daya beli masyarakat, c. asas keadilan dan kepatutan, dan d. kompetisi yang sehat. Pada Bab V Bagian Ketiga tentang Pendapatan dan Belanja, dijelaskan bahwa penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan BLU. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional BLU. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek bisnis yang sehat. Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.
27
Letak TMR yang berada di Ibukota DKI Jakarta, turut berperan dalam mendukung penghijauan kota Jakarta. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Peran TMR dalam mendukung penghijauan secara tidak langsung juga turut mengurangi pemanasan global. Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Pemanasan global merupakan salah satu masalah penting yang dialami secara universal oleh seluruh negara. Pemerintah sebagai pelaksana kegiatan bernegara mempunyai tanggung jawab memberikan hak warga negaranya mendapat perlindungan terhadap keberlangsungan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4.3 Aspek Pengelolaan 4.3.1 Struktur Organisasi Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135 tahun 2009. TMR berada dibawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Dalam bab II pasal 2 mengenai Pembentukan, tercantum bahwa dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan. Kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut: 1. Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR. 2. Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Susuan Organisasi TMR terdiri dari Kepala Unit, Subbagian Tata usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi kesejahteraan Peragaan Satwa, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. TMR dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang bertanggung jawab secara keseluruhan. Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Unit Pengelola dalam pelaksanaan administrasi Unit Pengelola. Untuk memperlancar pekerjaan Subbagian Tata Usaha, maka ditetapkan adanya Kepala
28
Urusan yang mencakup Urusan Keuangan, Urusan Kepegawaian, Urusan Perencanaan Rumah Tangga dan Keamanan, dan Urusan Umum. Seksi Pelayanan Pengunjung merupakan Satuan Kerja lini Unit Pengelola dalam pelaksanaan pelayanan pengunjung TMR yang membawahi Urusan Pelayanan Pengunjung, Urusan Pendapatan, Urusan Teknologi Informasi, dan Urusan Promosi dan Pameran. Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa merupakan Satuan Kerja lini Unit Pengelola dalam pelaksanaan pengembangan dan pemeliharaan kesejahteraan satwa yang mencakup Koordinator Tata Lingkungan, Koordinator Konservasi, Urusan Rancang Teknis, Urusan Pertamanan, dan Urusan Pendidikan dan Penelitian. Unit Pengelola dapat mempunyai Subkelompok Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi TMR dapat dilihat pada Gambar 15. KEPALA UNIT
SUB BAGIAN TATA USAHA Urusan Keuangan Urusan Kepegawaian Urusan Perencanaan Rumah Tangga dan Keamanan Urusan Umum
SEKSI KESEJAHTERAAN DAN PERAGAAN SATWA
SEKSI PELAYANAN PENGUNJUNG Urusan Pelayanan Pengunjung Urusan Pendapatan Urusan Teknologi Informasi Urusan Promosi dan Pameran
Koordinator Tata Lingkungan Koordinator Konservasi Urusan Rancang Teknis Urusan Pertamanan Urusan Kebersihan Urusan Pendidikan dan Penelitian
SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Sumber: Taman Margasatwa Ragunan (2012)
Gambar 15 Struktur Organisasi UPT. Taman Margasatwa Ragunan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta Dalam pekerjaannya seorang Kepala Unit mempunyai tugas memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola, mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
29
fungsi Unit Pengelola. Selain itu, melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola. Unit Pengelola TMR mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan TMR. Untuk menyelenggarakan tugasnya, Unit Pengelola TMR mempunyai fungsi: a. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola b. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola c. pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR d. penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR e. pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR f. penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya g. pemungutan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi Taman Mragasatwa Ragunan h. pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR i. penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat j. pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR k. penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi. l. pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang m. pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan n. pelaksaan upacara dan pengaturan acara Unit Pengelola TMR o. penyiapan bahan laporan Dinas Kelautan dan Petanian yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola p. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola. Urusan Perencanaan Rumah Tangga dan Keamanan membawahi semua pemeliharaan secara luas atau umum dan mengurus segala kebutuhan Bagian/Urusan. seperti pemeliharaan alat-alat berat. Untuk kegiatan pemeliharaan lingkungan, TMR mengerahkan pihak ketiga untuk memelihara sebagian areanya. Khusus untuk kebersihan area kantor, TMR menggunakan jasa dari cleaning service. Urusan Pertamanan bertanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan di TMR, yaitu dengan melakukan administrasi kepada pihak ketiga dan membantu konsep rencana pemeliharaan. Pemeliharaannya sendiri dilakukan oleh pihak ketiga pada area-area tertentu yang dirasa penting, area lainnya dikerjakan oleh tenaga kerja harian lepas TMR yang diawasi langsung oleh pihak TMR. Koordinator Tata Lingkungan membantu konsep pekerjaan penataan dan pemeliharaan. Urusan Rancang Teknis mengurus pemeliharaan yang bersifat teknis, seperti instalasi air, mechanical electrical, dan kerusakan pada kandang. Urusan Kebersihan bertanggung jawab terhadap kebersihan jalan, halaman, lingkungan, pintu-pintu air, dan danau.
30
4.3.2 Tenaga Kerja dan Jadwal Kerja TMR memiliki tenaga kerja sejumlah 409 orang, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),Calon PNS (CPNS), Non PNS, Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan pegawai harian di Pusat Primata Schmutzer (PPS), dengan status pendidikan mulai dari lulusan SD, SMP, SMA, Diploma II/I, Diploma III, Sarjana sampai dengan Pasca Sarjana (Tabel 5). Tabel 5 Data jumlah pegawai TMR No
Pendidikan
PNS
CPNS
1 2 3 4 5
Pasca sarjana Sarjana Diploma III Diploma II/I SMA/SLTA Sederajat SMP/SLTP Sederajat SD Jumlah
3 16 40 8 121
3 4 39
Non PNS 1 1
31
-
50 269
46
6 7
2 18
Harian PPS 32
2
-
-
33
38 42
20
32
88 409
PTT
Jumlah 3 19 47 8 211
Sumber: Taman Margasatwa Ragunan (2012)
Dari data jumlah pegawai TMR diketahui jumlah tenaga kerja paling banyak yaitu sebagai PNS yang berjumlah 269 orang dengan status pendidikan mulai dari SD sampai dengan Pasca Sarjana. Tenaga kerja yang paling sedikit yaitu sebagai PTT dengan jumlah 20 orang dan dengan status pendidikan SMA/SLTA sederajat dan D III. Secara keseluruhan status pendidikan tenaga kerja TMR yang paling banyak yaitu lulusan SMA/SLTA sederajat dengan jumlah 211 orang dan yang paling sedikit yaitu lulusan Pasca Sarjana dengan jumlah 3 orang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005, sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), TMR harus dikelola secara profesional seperti bisnis. Oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional, yang meliputi PNS maupun Non PNS. Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2009, PNS pada Unit Pengelola merupakan PNS Daerah, pengelolaan kepegawaian dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. Dalam pelaksanaan pengelolaan kepegawaian, Unit Pengelola mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah melalui Badan Kepegawaian Daerah dan Biro Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat daerah sebagai bagian dari pembinaan kepegawaian Dinas Kelautan dan Pertanian. Tenaga kerja non PNS meliputi pekerja taman, petugas keamanan, dan pegawai administrasi. Pegawai harian Pusat Primata Schmutzer merupakan tenaga kerja yang ditempatkan khusus untuk melaksanakan tugas di Pusat Primata Schmutzer. Pegawai TMR bekerja selama enam hari kerja dalam seminggu, dengan satu hari libur antara hari Senin sampai Sabtu yang berbeda setiap orangnya. Khusus untuk hari Minggu pegawai diberi honor tambahan. Pekerja taman diberlakukan tujuh hari kerja dalam seminggu karena dibutuhkan untuk kegiatan
31
pemeliharaan, apabila tidak masuk kerja honor dikurangi sesuai dengan jumlah ketidakhadiran. Khusus hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, TMR memberlakukan piket lapangan kepada tenaga kerja dari PNS. Kegiatan dari piket lapangan tersebut mencakup penjagaan loket tiket, pintu masuk, dan pengawasan lapangan. Hal tersebut diberlakukan karena jumlah pengunjung meningkat pada akhir pekan dan hari libur sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk ditempatkan di lapangan. Pada hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu, waktu kerja dimulai pada pukul 08.00-16.00 WIB, sedangkan pada hari Jumat dan Minggu waktu kerja lebih lama, yaitu pada pukul 07.00-16.30 WIB. Waktu istirahat untuk pegawai TMR yaitu pada pukul 12.00-13.00 WIB, kecuali hari Jumat yaitu pada pukul 11.30-13.00 WIB. Petugas keamanan TMR bekerja secara bergiliran setiap 9 jam.
4.3.3 Sumber dan Anggaran Biaya Sumber dana untuk biaya operasional TMR didapat dari subsidi Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, didapat dari retribusi tiket masuk dan pemakaian fasilitas/sarana yang meliputi uang parkir kendaraan, satwa tunggang, Taman Satwa Anak, Pusat Primata Schmutzer, sewa panggung, sound system, gedung, pedagang, penyediaan satwa jinak untuk berfoto, dan pembuatan film. Untuk jumlah nominalnya pihak TMR tidak memberikan data tersebut, dikarenakan untuk menjaga kerahasiaan suatu instansi. Dari hasil wawancara, sumber dana TMR lebih banyak didapat dari subsidi Pemerintah yaitu rata-rata sekitar 70% dari jumlah biaya operasional TMR dan 30% berasal dari retribusi pemakaian fasilitas/sarana dan tiket masuk. Realisasi pengeluaran TMR sama dengan realisasi penerimaan sehingga TMR tidak pernah mengalami defisit, hanya saja penerimaannya selalu lebih kecil dari penerimaan yang dianggarkan. Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2009 mengenai keuangan, dijelaskan bahwa belanja pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pendapatan yang bersumber dari pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelolaan merupakan pendapatan daerah. Sejak tahun 2010, status TMR berubah menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD), dimana status UPT BLUD membolehkan TMR memiliki rekening sendiri sehingga birokrasi pengeluaran keuangan dapat lebih cepat. Selain itu, UPT BLUD juga menuntut ke arah TMR yang mandiri sehingga dapat menutupi biaya operasionalnya sendiri.
4.3.4 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pada suatu tempat wisata perlu disediakan karena merupakan pelengkap kegiatan wisata. Sarana adalah semua bentuk fasilitas yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan suatu proses dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan pengunjung untuk memenuhi kebutuhannya. TMR menyediakan sarana dan prasarana untuk
32
menunjang kegiatan pengunjung. Fasilitas sarana yang disediakan TMR antara lain: 1. Peragaan satwa, merupakan wahana yang menempatkan satwa di kandang yang mirip dengan habitatnya (Gambar 16). Di TMR terdapat tiga macam kandang peraga, yaitu kandang tertutup, kandang semi terbuka, dan kandang terbuka.
Gambar 16 Peragaan satwa Peragaan satwa merupakan wahana utama TMR, keberdaannya menyebar di dalam area TMR. Pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk melihat semua kandang peragaan satwa, hanya perlu membeli tiket masuk TMR. 2. Pusat informasi, merupakan tempat pelayanan panggilan. Terdapat fasilitas berupa ruangan pertemuan dengan fasilitas AC, ruang pameran serta perpustakaan. Pusat informasi dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Pusat informasi Ruang pertemuan dapat disewa untuk mengadakan pertemuan atau acara-acara tertentu. Perpustakaan buka pada hari kerja, yaitu Senin sampai dengan Jumat. Terdapat banyak koleksi buku tentang tanaman dan hewan. Selain itu, terdapat ruang pameran yang menampilkan koleksi beberapa satwa yang diawetkan. 3. Fasilitas ibadah, pengunjung dapat melaksanakan ibadah di beberapa masjid dan musholla yang terdapat di dekat setiap pintu masuk (Gambar 18).
33
Gambar 18 Masjid Namun, kondisi fasilitas ibadah tersebut masih kurang baik. Alat shalat sebagian dalam keadaan kurang bersih. Terlihat keadaan di dalam masjid dan musholla sedikit berdebu. 4. Fasilitas ruang pertemuan. TMR menyediakan beberapa aula untuk pertemuan, yaitu ruang auditorium, gedung informasi, pendopo, dan panggung. Selain itu, tersedia panggung hijau dan pendopo yang dapat digunakan untuk pertemuan santai, dengan nuansa hijau dan asri (Gambar 19).
Gambar 19 Pendopo Fasilitas tersebut sering digunakan oleh pengunjung yang membawa rombongan untuk acara-acara tertentu. Penggunaan ruang auditorium dan panggung dikenakan biaya sewa. Fasilitas ini padat digunakan pada akhir pekan dan hari libur. 5. Taman satwa anak, tempat ini menampilkan beberapa satwa yang disukai anak-anak yaitu ikan air tawar raksasa Arapaima, burung kakatua yang pandai berbicara, dan mini terrarium yang terdapat ular. Serta dilengkapi dengan sarana permainan anak-anak seperti ayunan, jaring laba-laba, dan seluncuran. Pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp2 500 (Gambar 20).
Gambar 20 Taman satwa anak (Children Zoo)
34
Di dalam taman satwa anak, pengunjung disuguhkan oleh beberapa satwa yang dilepas bebas. Satwa tersebut tidak membahayakan pengunjung. Selain itu, terdapat satwa yang berada di dalam kandang. Tempat ini dirancang agar pengunjung yang masih anak-anak dapat bermain dengan fasilitas yang disediakan sekaligus melihat koleksi satwa. 6. Taman pemancingan. Taman Pemancingan Alam Ragunan (TAMPAR) adalah salah satu objek wisata yang difokuskan pada maksimalisasi fungsi danau dan memaksimalkan daya tarik serta suasana danau (Gambar 21). Dengan luas 1 hektar, TAMPAR menyediakan sekitar 70 lapak. Taman Pemancingan ini terletak di dekat pintu timur.
Gambar 21 Taman pemancingan alam ragunan Bentuk dan orientasi dari taman pemancingan ini adalah pengembangan potensi danau sebagai salah satu daya tarik TMR sebagai wujud peningkatan sarana, peningkatan pelayanan pengunjung serta daya saing wisata. TAMPAR mempunyai visi yaitu pengelolaan potensi sebagai wujud kerjasama yang saling menunjang. 7. Pusat Primata Schmutzer (PPS), adalah salah satu pusat primata terbesar di Asia yang mempunyai peranan dalam konservasi primata Indonesia dan sekaligus sebagai jendela informasi primata (Gambar 22). Berbagai jenis primata Indonesia terwakili di sini dengan beberapa primata eksotisnya antara lain: orangutan, bekantan, owa Jawa, siamang kerdil, surili, lutung, dan jenis Macaca. Kompleks seluas 13 ha dirancang dengan konsep open zoo dimana satwa yang tinggal di dalamnya seolah-olah berada di habitat aslinya. Fasilitas yang ada yaitu dapur primata, karantina, laboratorium, playground, terowongan orangutan, serta pusat pendidikan yang terdapat perpustakaan, ruang teater, dan ruang diorama primata.
Gambar 22 Pusat Primata Schmutzer
35
Memasuki area PPS terlihat sebuah enklosur yang tertata secara menarik dan artistik. Pintu gerbangnya berbentuk setengah lingkaran menyerupai kubah raksasa dengan tangga menuju ke jembatan yang merupakan salah satu cara melihat koleksi satwa dari atas jembatan tersebut. Pada jam 12 siang pengunjung dapat menyaksikan petugas memberikan makanan (feeding time). Apabila pengunjung ingin melihat orangutan akan dapat melihatnya melalui terowongan orangutan (orangutan tunel) di dalam terowongan. Selain melihat satwa primata, pengunjung dapat mempelajari kehidupan primata melalui beberapa fasilitas yang ada di dalam PPS antara lain: dapur makanan satwa, fasilitas pendidikan dengan adanya ruang teater pemutaran film dokumenter, diorama satwa serta perpustakaan. Tiket masuk Pusat Primata Schmutzer untuk hari senin sampai dengan jumat yaitu Rp6 000 dan pada hari sabtu, dan minggu yaitu Rp7 500. Untuk pengunjung yang ingin menyaksikan film dokumenter Primata dikenakan biaya Rp150 000 untuk sekali putar dengan kapasitas tempat duduk 85 kursi. 8. Satwa tunggang, pengunjung dapat menunggangi beberapa satwa, yaitu gajah, kuda, dan onta (Gambar 23). Tarif per orang untuk gajah tunggang sebesar Rp7 500, kuda tunggang sebesar Rp5 000 untuk sekali putaran, dan onta tunggang sebesar Rp7 500. Fasilitas ini dapat dinikmati pada hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional pada pukul 10.00 – 15.00 WIB.
Gambar 23 Satwa tunggang Kuda disini adalah kuda pony yang tidak terlalu besar, kuda ini berada di dalam Taman Satwa Anak. Pengunjung dapat merasakan naik onta seperti di Arab Saudi atau Mesir dengan menunggangi onta di atas hamparan pasir. Menunggang gajah bisa jadi tantangan tersendiri bagi pengunjung. Pengunjung tidak perlu takut untuk menungganginya karena satwa-satwa tunggang ini jinak bersama dengan perawatnya. 9. Taman perahu angsa, merupakan kolam besar yang membentang dari utara ke selatan seluas 2000 m2 (Gambar 24). Fasilitas ini dapat dinikmati pada hari sabtu dan minggu serta hari libur nasional pada pukul 10.00-15.00 WIB. Pengunjung dikenakan tarif sebesar Rp15 000 per jam untuk dapat menikmati perahu tersebut.
36
Gambar 24 Taman perahu angsa Disini pengunjung dapat menyewa perahu angsa untuk mengelilingi danau. Terdapat beberapa pulau buatan di tengahnya yang dapat menambah daya tarik. Untuk anak-anak yang menaiki perahu angsa ini, perlu pengawasan dari orang dewasa. 10. Rakit wisata, yaitu wahana berupa perahu rakit berbentuk segi empat persegi panjang berukuran sekitar 2x4 meter (Gambar 25). Tarif yang diberlakukan untuk pengunjung yaitu Rp6 000 per jam.
Gambar 25 Rakit Wisata Rakit wisata bisa menampung sampai dengan 15 orang dewasa. Rakit ini menyerupai kayu gelondongan yang terbuat dari fiberglass. Pengunjung diajak mengelilingi danau ragunan menggunakan rakit ini, sekaligus dapat melihat pemandangan hijau di sekitar danau. 11. Sarana untuk mengelilingi TMR, pengunjung dapat mengelilingi TMR dengan menggunakan sepeda sewaan, kereta keliling, dan kuda bendi (Gambar 26). Tersedia penyewaan sepeda dengan dua model sepeda, yaitu sepeda tunggal (satu kayuh) dengan tarif sewa Rp10 000 per jam dan sepeda ganda (dua kayuh) dengan tarif Rp.15000 per jam. Tarif untuk tiket kereta keliling sebesar Rp5 000. Untuk kuda bendi dikenakan biaya Rp10 000 per bendi.
Gambar 26 Sepeda sewaan (a), kereta keliling (b), kuda bendi (c)
37
Sepeda sewa tersebut dikelola oleh perusahaan sepeda ternama. Jumlah sepeda sewaan dibatasi agar area TMR tidak terlalu dipadati oleh pengunjung yang bersepeda. Terdapat dua ukuran sepeda tunggal, yaitu besar dan sedang. Kuda bendi bisa dinaiki dengan penumpang maksimal 4 orang. Loket kuda bendi ini buka pada pukul 10.00-15.00 WIB. 12. Pentas satwa, terdapat atraksi satwa seperti kakatua bermain gelang warna warni, linsang pandai berhitung, beruang bisa bersepeda yang dikemas dalam atraksi yang menghibur (Gambar 27). Loket dibuka pukul 10.00 – 15.00 WIB. Tiket masuk yang berlaku sebesar Rp4 000 per orang.
Gambar 27 Pentas satwa Pentas satwa ini bisa menjadi wahana alternatif di TMR agar pengunjung tidak jenuh. Karena pengunjung tidak hanya melihat satwa yang ada di dalam kandang, tetapi bisa melihat satwa beratraksi. Pentas satwa ini dapat dinikmati pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur nasional. 13. Arena bermain anak-anak, selain melihat satwa, anak-anak dapat menikmati arena permainan seperti kereta monorail dino Rp5 000 per orang, mobil/motor listrik Rp5 000 per orang, kereta mini listrik Rp10 000 per orang (Gambar 28).
Gambar 28 Arena bermain anak-anak Prasarana penunjang yang disediakan oleh TMR antara lain tempat parkir, jalur pejalan kaki, sistem keamanan, shelter, jogging track, tempat duduk-duduk, warung makan, toilet, toko cinderamata, papan intepretasi, dan penanganan sampah. Prasarana tersebut tidak semuanya dalam kondisi yang baik. Papan petunjuk arah dan papan peta wisata yang ada di TMR untuk beberapa lokasi masih kurang memadai. TMR memiliki tempat parkir dengan daya tampung sekitar 400 unit kendaraan roda empat dan 10000 unit motor. Pada hari libur pendidikan dan hari libur nasional, TMR memiliki peningkatan jumlah
38
pengunjung yang tinggi dibanding hari biasa sehingga tempat parkir yang disediakan tidak cukup untuk menampung kendaraan yang dibawa pengunjung. Selain itu, TMR memiliki beberapa acara (event), antara lain: 1. Parade satwa, yaitu suatu kegiatan parade yang melibatkan beberapa satwa liar yang sudah terlatih untuk dibawa keliling di jalan utama TMR bersama perawatnya. Pengunjung dapat melihat dari jarak yang sangat dekat bahkan tidak jarang dapat melakukan interaksi langsung dengan satwa yang diparadekan karena satwa tersebut tidak berbahaya. Acara ini sangat diminati oleh pengunjung, bahkan media massa sangat tertarik meliput kegiatan ini, sehingga mempunyai peluang untuk berpromosi dengan baik. Beberapa satwa yang dilibatkan dalam parade satwa antara lain: gajah sumatera, kuda pony, onta, burung kakatua jambul kuning besar, burung elang bondol, burung elang brontok, burung bayan, burung rangkong, ular sanca sawah putih, ular sanca kembang. 2. Tantangan sepeda gunung, acara ini terselenggara atas kerjasama TMR dengan pihak event organizer. Diikuti oleh peserta dari berbagai daerah dan komunitas pecinta sepeda di Indonesia. Peluang untuk melakukan promosi dalam event ini sangat besar karena selain disponsori oleh perusahaan sepeda ternama juga produk makanan, minuman suplemen dan alat kesehatan. Rute yang dibuat di dalam kawasan TMR sangat disukai oleh para peserta karena medannya yang alami dan ditambah track buatan yang cukup menantang. 3. Penanaman bibit pohon, penanaman bibit pohon adalah suatu kegiatan yang sedang menjadi tren tersendiri berkaitan dengan isu go green yang sedang dicanangkan. TMR merupakan tempat yang sangat representatif untuk dilaksanakannya kegiatan dimaksud dengan alasan alamnya yang masih hijau, dan perlunya dipertahankan kehijaunnya dengan melakukan reboisasi. Beberapa perusahaan dalam melakukan program CSR (Corporate Social Responsibility) seringkali melaksanakan kegiatan ini di TMR sebagai bentuk rasa cinta dan peduli terhadap kelestarian alam. 4. Lari marathon, lari marathon di TMR adalah suatu acara yang rutin dilakukan oleh komunitas pecinta lari yang tergabung dalam Jakarta Free Spirit. Peserta lari adalah komunitas pecinta lari marathon yang tinggal di Jakarta. Setiap tahun lari marathon diselenggarakan sebanyak 2 s.d 3 kali perlombaan. 5. Pentas budaya tradisional, TMR mengadakan pentas budaya tradisional seperti gambang kromong, tari-tarian tradisional betawi, barongsai, reog ponorogo, dan lawak. TMR mempunyai panggung yang dapat memfasilitasi kegiatan tersebut. Peminatnya cukup banyak terutama dari pengunjung TMR maupun tamu yang diundang. 6. Lomba antar sekolah, berbagai macam lomba anak sekolah sering diadakan di TMR. Kegiatan tersebut biasanya diadakan oleh event organizer. Kegiatan tersebut antara lain: lomba menari, menyanyi, mewarnai gambar, outbond, dan gerak jalan. Kegiatan dikemas dalam satu paket edukasi yang menyenangkan. 7. Pentas musik akustik, dapat menyemarakkan suasana di TMR. Namun demikian perlu dipahami bahwa fungsi utama TMR adalah sebagai konservasi dimana satwa-satwa menjadi prioritas utama. Sehingga apabila ada acara yang bersifat musikal, hanya diperkenankan musik yang suaranya tidak mengganggu batas ambang bagi keselamatan satwa yang sensitif akan suara musik. Sebagai contoh adalah musik akustik.
39
4.4 Aspek Ekonomi dan Sosial 4.4.1 Jumlah Pengunjung TMR memiliki jumlah pengunjung yang tinggi tiap tahunnya, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 mengalami peningkatan. Terlihat bahwa jumlah pengunjung tertinggi yaitu pada tahun 2011 dengan jumlah 3 695 597 orang dan jumlah pengunjung terendah yaitu pada tahun 2005 sebanyak 2 390 077 orang, selengkapnya data dapat dilihat pada Tabel 6. TMR memiliki peminat yang besar, terlihat dari jumlah pengunjung yang mengalami kenaikan tiap tahunnya. Tabel 6 Jumlah pengunjung TMR tahun 2005-2011 Pengunjung (orang) No Tahun Dewasa Anak-anak Rombongan 1 2005 1 742 754 48 2903 164 420 2 2006 1 938 854 54 6269 67 964 3 2007 2 460 145 75 4890 164 526 4 2008 2 357 715 78 3846 160 988 5 2009 2 483 893 78 7845 167 364 6 2010 2 650 523 82 0124 109 557 7 2011 2 747 511 87 6262 71 824
Jumlah 2 390 077 2 553 087 3 379 561 3 302 549 3 439 102 3 580 204 3 695 597
Sumber: Taman Margasatwa Ragunan, 2012
Kisaran pengunjung pada hari kerja yaitu 1 000-3 000 orang, hari Sabtu bisa mencapai 10 000 orang, dan hari Minggu antara 20 000-30 000 orang. Pada hari libur pendidikan dan nasional jumlah pengunjung TMR meningkat tinggi. Pada libur lebaran antara 30 000-160 000 orang, libur tahun baru sekitar 170 000 orang/hari, dan libur nasional/long weekend antara 40 000-50 000 orang/hari.
4.4.2 Harga Tiket Masuk, Parkir, dan Wahana Harga tiket masuk TMR dibedakan menurut usia, untuk anak-anak dengan usia 3 sampai 12 tahun dikenakan tarif sebesar Rp3 000 per orang dan untuk dewasa dengan usia 12 tahun ke atas dikenakan tarif sebesar Rp4 000 per orang. Untuk masing-masing pengunjung dikenakan biaya tambahan sebesar Rp500 per orang sebagai biaya asuransi. Tarif parkir kendaraan di TMR dibedakan menjadi empat jenis yaitu golongan I (bus besar, truk besar, dan mobil box besar) dengan tarif sebesar Rp15 000, untuk golongan II (bus kecil, truk kecil, dan mobil box kecil, dan pick up besar) dikenakan tarif sebesar Rp12 500, golongan III (mobil sedan, minibus/sejenis, termasuk dalam pick up kecil) tarifnya sebesar Rp6 000, dan untuk sepeda motor dan kendaraan roda tiga dikenakan tarif parkir sebesar Rp3 000. TMR menyediakan beberapa fasilitas satwa tunggang antara lain kuda tunggang, onta tunggang, dan gajah tunggang. Selain itu, di TMR terdapat fasilitas permainan yaitu taman perahu angsa, rakit wisata, kereta keliling, kuda bendi, taman satwa anak, pentas satwa, dan tersedia pula sepeda sewa untuk
40
berkeliling. Selain itu, di TMR terdapat Pusat Primata Schmutzer yang berisi koleksi primata, untuk memasuki area ini dikenakan tarif sebesar Rp6 000 (usia 3 tahun ke atas) untuk hari senin sampai jum’at dan khusus hari sabtu, minggu, dan libur nasional dikenakan tarif sebesar Rp7 500. Tarif masuk, parkir, dan penggunaan fasilitas wahana TMR selengkapnnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Tarif masuk, parkir, dan penggunaan fasilitas wahana TMR No Keterangan Tarif (Rp.) 1 Tarif masuk pengunjung Dewasa 4 000 Anak-anak (3-12 tahun) 3 000 Asuransi/orang 500 2 Tarif penitipan kendaraan/parkir Bus besar, truk besar, dan mobil box besar 15 000 Bus kecil, truk kecil, dan mobil box kecil, dan pick up besar 12 500 Mobil sedan, minibus/sejenis, termasuk dalam pick up kecil 6 000 Sepeda motor dan kendaraan roda tiga 3 000 3 Pemakaian fasilitas wahana/fauna Kuda tunggang 5 000 Onta tunggang 7 500 Gajah tunggang 7 500 Taman satwa anak 2 500 Taman perahu angsa (per jam) 15 000 Rakit wisata (per jam) 6 000 Sewa sepeda tunggal (per jam) 10 000 Sewa sepeda ganda (per jam) 15 000 Kereta keliling 5 000 Kuda bendi (per bendi) 10 000 Pentas satwa 4 000 Kereta monorail dino 5 000 Mobil/motor listrik 5 000 Kereta mini listrik 10 000 4 Tarif masuk Pusat Primata Schmutzer Hari senin-jumat (usia 3 tahun keatas) 6 000 Hari sabtu-minggu/libur Nasional (usia 3 tahun ke atas) 7 500
41
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Karakteristik Pengunjung Untuk mengetahui karakteristik pengunjung TMR dilakukan survai dengan memberikan kuesioner kepada pengunjung dengan jumlah responden 30 orang. Karakteristik pengunjung TMR ditinjau dari jenis kelamin, umur, asal tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, tujuan berkunjung, frekuensi kunjungan, lama kunjungan, dan pendamping saat berkunjung. Hasil kuesioner yang didapat yaitu responden pengunjung TMR terdiri dari 63% perempuan dan 37% laki-laki (Gambar 29).
Laki-laki 37% Perempuan 63%
Gambar 29 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan jenis kelamin Sebanyak 7% responden pengunjung berusia kurang dari 14 tahun. Responden pengunjung dengan usia 15 sampai 24 tahun sebanyak 47%, usia 25 sampai 55 tahun yaitu 43%, dan sebanyak 3% responden pengunjung berusia lebih dari 55 tahun (Gambar 30). Hal ini menunjukkan bahwa TMR diminati oleh pengunjung dari segala usia. Responden pengunjung TMR yang paling banyak yaitu dengan rentang umur 15 sampai 24 tahun, sedangkan yang paling sedikit yaitu usia lebih dari 55 tahun. <14 7%
>55 3%
15-24 47% 25-55 43%
Gambar 30 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan usia Selanjutnya, karakteristik pengunjung diindentifikasi berdasarkan asal tempat tinggalnya. Pengunjung ada yang berasal dari dalam wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi) dan luar Jabodetabek. Sebanyak 93% responden pengunjung berasal dari dalam wilayah Jabodetabek dan 7% berasal dari luar Jabodetabek (Gambar 31). Hal ini menunjukan bahwa TMR
42
memiliki peminat tidak hanya dari dalam wilayah Jabodetabek saja, melainkan dari berbagai daerah. Luar Jabodetabek 7%
Jabodetabek 93%
Gambar 31 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan asal tempat tinggal Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu mulai dari SD, SMP, SMA, Diploma 3, dan Sarjana. Responden pengunjung TMR dengan tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebanyak 3 %, SMP berjumlah 10%, SMA yaitu sebanyak 67%, Diploma 3 (D3) berjumlah 7 %, dan responden pengunjung dengan pendidikan terakhir Sarjana (S1) sebanyak 13% (Gambar 32). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengunjung TMR berpendidikan, dengan demikian dapat mempengaruhi perilaku dalam berkunjung. Biasanya seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki intelektualitas yang tinggi pula dan hal ini berpengaruh terhadap sikapnya dalam melakukan kegiatan yang cenderung tidak merusak lingkungan. Tetapi bukan berarti pengunjung dengan tingkat pendidikan yang rendah selalu merusak lingkungan. Hal ini tergantung pada kepedulian dan etika pengunjung. D3 8%
SD 3%
S1 14%
SD 3%
SMA 72%
Gambar 32 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tingkat pendidikan Selanjutnya, karakteristik pengunjung TMR berdasarkan pekerjaan yaitu terdapat siswa, mahasiswa, ibu rumah tangga, wiraswasta, PNS dan pegawai swasta. Responden pengunjung sebanyak 13% merupakan siswa, sebanyak 34% yaitu mahasiswa, sebanyak 13% merupakan ibu rumah tangga, sebanyak 24% adalah wiraswasta, PNS sejumlah 13%, dan sebanyak 3 % merupakan pegawai swasta (Gambar 33). Hal ini menunjukkan bahwa TMR diminati oleh pengunjung dari berbagai profesi.
43
Pegawai Swasta 3% PNS 13% Mahasiswa 34%
Ibu Rumah Tangga 13%
Siswa 13%
Wiraswasta 24%
Gambar 33 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan pekerjaan Berdasarkan tujuan pengunjung, sebanyak 57% memiliki tujuan berekreasi, sebanyak 20% bertujuan untuk olahraga. Responden pengunjung yang memiliki tujuan mengisi waktu luang di TMR sebanyak 13%, dan sebanyak 10% memiliki tujuan belajar (Gambar 34). Dari hasil tersebut diketahui bahwa sebagian besar pengunjung memiliki tujuan berekreasi di TMR. Selain itu disusul oleh sebagian besar pengunjung yang berolahraga di TMR. Hal ini menunjukkan bahwa TMR memiliki fungsi yang besar untuk pengunjung berekreasi dan tempat yang cocok untuk berolahraga. Dengan adanya tujuan pengunjung yang berbedabeda, TMR harus dapat menyediakan fasilitas, sarana, dan prasarana yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung berdasarkan tujuannya masing-masing. Belajar 10% Mengisi waktu luang 13% Rekreasi 57% Olahraga 20%
Gambar 34 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tujuan berkunjung Sebanyak 63% menyatakan bahwa sering berkunjung ke TMR, dengan frekuensi berkunjung 1 bulan sekali sebanyak 23%, 1 minggu sekali sebanyak 3%, dan sebanyak 37% menyatakan frekuensi berkunjung tidak tentu tetapi sering. Pengunjung yang menyatakan jarang berkunjung sebanyak 34% dengan frekuensi berkunjung 6 bulan sekali sebanyak 7%, dan pengunjung dengan kunjungan tidak tentu sebanyak 27%. Terdapat pula pengunjung yang baru pertama kali datang ke TMR yaitu sebanyak 3% (Gambar 35(a)). Dari data diketahui bahwa sebagian besar responden pengunjung sering mengunjungi TMR. Hal ini menunjukkan bahwa TMR diminati oleh banyak pengunjung karena membuat sebagian besar pengunjung kembali mengunjungi TMR dengan frekuensi yang sering. Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 57% menghabiskan waktu berkunjung selama 2-4 jam dan sebesar 43% berkunjung selama 4-8 jam di TMR (Gambar 35(b)). Hal ini disebabkan karena banyaknya objek yang ada di TMR
44
sehingga menyebabkan pengunjung menghabiskan waktu cukup lama. Selain itu, area TMR yang luas dapat menghabiskan waktu yang lama bagi pengunjung yang ingin berkeliling dan area TMR yang teduh menyebabkan pengunjung menghabiskan waktu bersantai lebih lama.
Gambar 35 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan frekuensi (a) dan lama kunjungan (b) Pengunjung ada yang datang bersama keluarga, teman, bahkan sendiri. Sebagian besar responden, yaitu 70% datang bersama keluarganya. Responden pengunjung yang datang bersama temannya yaitu sebanyak 27% dan terdapat 3% yang berkunjung sendiri (Gambar 36). Hal ini menunjukkan bahwa TMR merupakan tempat rekreasi yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga atau teman. Sendiri 3%
Teman 24% Keluarga 73%
Gambar 36 Karakteristik pengunjung TMR pendamping saat berkunjung
5.2 Analisis Persepsi Pengunjung Untuk mengetahui pendapat pengunjung tentang objek wisata, kebersihan, kenyamanan, fasilitas, kondisi fasilitas, dan keindahan TMR, diperlukan suatu analisis persepsi pengunjung. Menurut hasil wawancara dengan pihak pengelola TMR, terdapat beberapa objek yang banyak diminati oleh pengunjung, antara lain peragaan satwa, atraksi satwa, Pusat Primata Schmutzer (PPS), serta taman-taman yang berada di dalam kawasan TMR. Dari hasil wawancara kuesioner, objek yang paling diminati yaitu peragaan satwa, sebanyak 47% responden pengunjung menyukainya, terlebih pengunjung yang datang bersama keluarga dan membawa anak-anak. Menurut mereka pada objek peragaan satwa selain menarik, juga dapat
45
menambah wawasan tentang satwa tersebut. Selain itu, taman-taman yang ada di dalam TMR merupakan objek yang cukup diminati responden sebesar 33%. Menurut mereka taman-taman ini merupakan tempat yang cocok untuk bersosialisasi, bersantai, berolahraga, dan tempat untuk menikmati bekal makanan yang dibawa. Selanjutnya, pengunjung sebanyak 13% menyukai atraksi satwa. Salah satu objek wisata andalan TMR yaitu Pusat Primata Schmutzer (PPS), tetapi memiliki peminat yang sedikit yaitu 7% pengunjung, dikarenakan untuk memasuki PPS dikenakan biaya tambahan (Gambar 37). PPS 7% Atraksi satwa 13%
Peragaan satwa 47% Taman 33%
Gambar 37 Persepsi pengunjung tentang objek yang disenangi di TMR Sebagian besar responden pengunjung yaitu 47% berpendapat bahwa area TMR cukup bersih, sebanyak 30% pengunjung menyatakan kurang bersih, dan sebanyak 23% responden berpendapat bahwa area TMR bersih. Kenyamanan pengunjung juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Sebagian besar responden pengunjung yaitu 67% berpendapat bahwa area TMR nyaman dan sebesar 33% berpendapat bahwa area TMR cukup nyaman (Gambar 38). Dari hasil kuesioner diketahui bahwa area TMR dalam rentang nyaman dan cukup nyaman, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan di TMR baik karena sebagian besar pengunjung merasa nyaman.
Gambar 38 Persepsi pengunjung tentang tingkat kebersihan (a) dan kenyamanan area TMR (b) TMR menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Sebagian besar responden pengunjung TMR yaitu 50% berpendapat bahwa fasilitas di TMR cukup memenuhi, sebesar 33% responden menyatakan bahwa kurang memenuhi, dan sebesar 17% berpendapat bahwa fasilitas di TMR sudah
46
terpenuhi (Gambar 39(a)). Selanjutnya, kondisi fasilitas TMR menurut 47% responden yaitu cukup baik, responden yang berpendapat kurang baik yaitu sebesar 40%, dan sebanyak 13% berpendapat bahwa kondisi fasilitas di TMR sudah baik (Gambar 39(b)). Dengan adanya responden yang berpendapat bahwa kondisi fasilitas di TMR kurang baik, maka hal ini harus menjadi bahan masukan TMR untuk meningkatkan pemeliharaan fasilitas yang sudah ada, dengan begitu pengunjung akan merasa puas dengan fasilitas yang disediakan.
Gambar 39 Persepsi pengunjung tentang jumlah fasilitas (a) dan kondisi fasilitas (b) TMR Keindahan lanskap TMR menurut sebagian besar responden yaitu 60% menyatakan indah. Sebesar 33% responden berpendapat bahwa lanskap TMR cukup indah, dan 7% berpendapat bahwa lanskap TMR sangat indah (Gambar 40). Tema lanksap TMR yang alami merupakan ciri khas dari keindahan TMR. Sangat indah 7%
Cukup indah 33%
Indah 60%
Gambar 40 Persepsi pengunjung tentang keindahan lanskap TMR
5.3 Analisis Kenyamanan Pengunjung Mengacu pada analisis persepsi pengunjung didapatkan hasil perhitungan nilai keindahan yaitu sebesar 67%, nilai tersebut berada pada rentang nilai 40%≤ Ka ≤75% yang berarti cukup indah. Hal tersebut menunjukkan bahwa TMR cukup indah, tetapi belum sepenuhnya indah. Tingkat keindahan dalam nilai cukup indah ini akan lebih baik jika ditingkatkan menjadi indah secara keseluruhan. Untuk memperindah kawasan TMR perlu dilakukan pembenahan pada area-area tertentu, khususnya area yang terlihat tidak indah yaitu sekitar tempat pengomposan, karantina, gudang pakan ternak, dan kandang siamang (Gambar
47
41). Pada area sekitar tempat pengomposan dan kandang siamang terdapat tanaman-tanaman liar yang hampir menutupi area tersebut. Untuk memperindah area tersebut dapat dilakukan dengan pencabutan tanaman-tanaman liar dan menanam tanaman yang terlihat estetik. Pada area sekitar tempat karantina dan gudang pakan ternak terdapat RTH yang terlihat kurang hijau, rumput dan tanaman dengan kondisi rusak. Sebaiknya TMR mengganti tanaman yang sudah rusak dengan tanaman yang baru.
Gambar 41 Peta keindahan TMR Tingkat kenyamanan pengunjung TMR mengacu pada analisis persepsi pengunjung, didapatkan hasil perhitungan nilai kenyamanan yaitu sebesar 67%, nilai tersebut berada pada rentang nilai 40%≤ Na ≤75% yang berarti cukup nyaman. Tingkat kenyamanan di TMR belum sampai tingkat nyaman, tetapi masih berada pada tingkat cukup nyaman. Untuk memberikan kepuasan bagi pengunjung, TMR perlu meningkatkan kenyamanan lingkungannya. Dari hasil wawancara dengan pengunjung, kebersihan lingkungan TMR mempengaruhi kenyamanan dalam berkunjung. Berdasarkan hasil pengamatan, area TMR tidak bersih secara menyeluruh. Hanya sebagian area yang difokuskan yaitu area yang ditangani oleh pihak ketiga, antara lain taman plaza pintu barat, taman dalam pintu barat, taman loket pintu barat, taman elang bondol, taman relief plaza pintu barat, taman pintu timur, taman pintu utara, taman eye catcher dan sekitarnya, taman plaza pintu utara, taman gedung informasi, taman sentra area dan sekitarnya, taman PPS, taman gajah, taman panggung, taman TSIK, taman children zoo, taman kantor pusat dan sekitarnya, dan taman lapangan upacara. Pada area lainnya cukup bersih dan sebagian area tidak bersih, TMR perlu memberi perhatian yang lebih pada area-area yang tidak bersih tersebut
48
dengan meningkatkan kebersihan lingkungannya, dengan demikian pengunjung akan merasa lebih nyaman (Gambar 42)
Gambar 42 Peta kenyamanan TMR
5.4 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2011). Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap TMR. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) dengan metode analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dari TMR, sedangkan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari TMR. Tahapan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT yaitu identifikasi faktor internal dan eksternal, pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), pembuatan matriks Internal-Eksternal (IE), matriks SWOT, dan perangkingan alternatif strategi.
5.4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Tahap pertama yaitu pengumpulan data. Data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data internal dan data eksternal. Faktor internal didapat dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap dalam TMR. Faktor eksternal dapat diketahui dengan mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar TMR.
49
Faktor internal bagi TMR sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strenght) a. TMR memiliki banyak jumlah koleksi satwa dan vegetasi TMR memiliki koleksi satwa sebanyak 220 jenis/species dan dengan jumlah 2 101 ekor. Sebagian besar pengunjung bertujuan datang ke TMR untuk melihat koleksi satwa tersebut. Selain itu, TMR memiliki koleksi vegetasi sebanyak 171 jenis dan dengan jumlah 15 389 pohon yang dapat memberikan keteduhan bagi pengguna tapak. b. Harga tiket masuk TMR terjangkau TMR menawarkan harga tiket masuk yang terjangkau, yaitu sebesar Rp3000 untuk anak-anak (3-12 tahun) dan Rp4 000 untuk dewasa. Sebagai UPT BLUD, TMR wajib memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Oleh karena itu, TMR dijuluki sebagai tempat wisata yang “murah meriah”, artinya dengan harga yang terjangkau pengunjung dapat berekreasi dengan menyenangkan. c. TMR turut mendukung penghijauan kota Jakarta TMR memiliki RTH dan berperan dalam melestarikan vegetasi yang secara tidak langsung turut mendukung penghijauan kota Jakarta. TMR mengadakan acara penanaman bibit pohon bersama-sama. TMR merupakan tempat yang representatif untuk dilaksanakannya penanaman bibit pohon tersebut. Beberapa perusahaan CSR (Coorporate Social Responsibility) pernah melaksanakan kegiatan ini di TMR. d. Satu-satunya taman margasatwa yang ada di kota Jakarta Di kota Jakarta terdapat banyak tempat wisata, namun dengan konsep Taman Margasatwa atau Kebun Binatang hanya ada satu, yaitu TMR. TMR merupakan salah satu tempat wisata incaran di kota Jakarta. e. Tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi Fungsi konservasi, yaitu pelestarian alam baik flora maupun fauna, dengan beberapa fauna yang bersifat endemik. Fungsi edukasi, yaitu dengan memberikan pendidikan konservasi agar pengunjung mempunyai kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Fungsi penelitian, yaitu sebagai pusat penelitian satwa-satwa langka yang ada di Indonesia. Para peneliti, pelajar, mahasiswa baik dari dalam dan luar negeri melakukan observasi tentang satwa sebagai bahan untuk kajian ilmiah. Fungsi rekreasi, yaitu TMR merupakan tempat rekreasi bernuansa alam dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang. f. Memiliki lahan yang luas dengan lanskap yang cukup indah dan nyaman TMR memiliki lahan seluas 147 ha. Luasnya lahan TMR dapat menampung banyak wahana dan dapat menjadi tempat alternatif bagi pengunjung untuk melakukan kegiatan lain seperti berolahraga, memancing, dan berkumpul. TMR juga memiliki lanskap yang cukup indah dan nyaman bagi pengguna tapak. 2. Kelemahan (Weakness) a. Kurangnya kebersihan pada beberapa area Pada sebagian area TMR terlihat kurang bersih. Terdapat sampah organik dan nonorganik yang berada tidak pada tempatnya. Hanya beberapa area
50
yang dipelihara secara intensif dan area lainnya kurang terpelihara sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada area-area tertentu. b. Kebersihan pada beberapa kandang satwa kurang baik Objek yang diminati sebagian besar pengunjung yaitu peragaan satwa. Peragaan satwa merupakan satwa yang berada di dalam kandang untuk dipertunjukkan kepada pengunjung. Namun, kebersihan pada beberapa kandang satwa tergolong kurang baik karena kurangnya pemeliharaan kandang tersebut. c. Kurangnya anggaran biaya Dari hasil wawancara dengan pihak pengelola TMR, dikatakan bahwa anggaran biaya operasional untuk TMR masih kurang mencukupi. d. Kurang jelasnya informasi tentang lokasi untuk pengunjung Area TMR yang luas harus memiliki papan petunjuk arah dan peta wisata yang jelas agar pengunjung tidak kebingungan atau tidak tersasar. TMR sudah menyediakannya, tetapi untuk beberapa lokasi masih kurang memadai karena informasi yang disampaikan kurang jelas. e. Kondisi sebagian fasilitas kurang baik Beberapa fasilitas di TMR memiliki kondisi fisik yang kurang baik. Terlihat beberapa fasilitas yang sudah rusak, terdapat coret-coretan, dan tidak berfungsi dengan baik. f. Kurangnya tempat parkir untuk pengunjung saat libur nasional Pada hari libur pendidikan dan hari libur nasional, TMR memiliki peningkatan jumlah pengunjung yang tinggi dibanding hari biasa. TMR memiliki tempat parkir dengan kapasitas sebanyak 400 unit kendaraan roda empat dan 10 000 unit motor. Tempat parkir yang disediakan tidak cukup untuk menampung kendaraan saat terjadi peningkatan pengunjung yang tinggi. Faktor eksternal bagi TMR sebagai berikut: 1. Peluang (Opportunities) a. Banyaknya jumlah pengunjung dari berbagai kalangan Dari data yang didapat, pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 TMR memiliki peningkatan jumlah pengunjung. Pengunjung TMR berasal dari dalam kota, luar kota, hingga mancanegara. Hal ini menunjukkan bahwa TMR diminati oleh pengunjung dari berbagai penjuru. Selain itu, TMR juga diminati oleh pengunjung dari berbagai kalangan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. b. Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta TMR berada dibawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Sumber dana untuk biaya operasional TMR lebih banyak didapat dari subsidi pemerintah yaitu dari Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta. Dalam hal ini TMR mendapat bantuan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupa dana, lahan, kepegawaian, dan kerja sama. Mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah merupakan peluang yang baik, karena pemerintah daerah dapat memberikan jaringan koordinasi yang luas untuk mengatur suatu program atau kegiatan yang berskala besar. c. Isu pemanasan global
51
Saat ini, isu tentang pemanasan global sedang menjadi tren. Penyebab dari pemanasan global ini yaitu dari faktor alam dan penghuni bumi. Hal tersebut menyebabkan banyak orang dan suatu instansi melakukan beberapa upaya untuk mengurangi dampak buruk dari pemanasan global tersebut, salah satunya yaitu dengan program penghijauan. TMR turut serta dalam penghijauan kota Jakarta yang secara tidak langsung turut mengurangi dampak dari pemanasan global. 2. Ancaman (Threats) a. Persaingan dengan tempat wisata dan tempat hiburan lain di kota Jakarta Jakarta memiliki beberapa tempat wisata yang memiliki konsep yang berbeda dengan TMR. Tempat wisata tersebut juga menarik untuk dikunjungi. Apabila TMR tidak mempertahankan dan meningkatkan kualitasnya, maka khawatir jumlah peminatnya akan berkurang dan lebih memilih ke tempat wisata lain. Selain itu, Jakarta merupakan kota metropolitan yang memiliki banyak tempat hiburan. Hal tersebut merupakan ancaman untuk TMR. b. Masuknya pedagang ilegal yang tidak bertanggung jawab Terdapat banyak pedagang ilegal di TMR yang tidak ikut serta menjaga kebersihan lingkungan TMR. TMR tidak memiliki peraturan yang tegas untuk pedagang ilegal. Akibat ulah pedagang ilegal tersebut, beberapa area di TMR menjadi kotor karena banyak sampah yang berserakan. c. Masuknya virus penyakit hewan Pada tahun 2005 TMR sempat mengalami musibah yaitu masuknya virus flu burung (avian influenza) yang menyerang satwa unggas yang ada di dalamnya. TMR sempat ditutup selama 21 hari untuk melakukan penyemprotan desinfektan dan mengobservasi keberadaan virus flu burung yang menjangkiti unggas penghuni TMR. Virus flu burung itu berasal dari burung liar yang bersarang di kawasan TMR. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan satwa dan manusia yang berada di dalam kawasan TMR.
5.4.2 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Setelah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, setiap faktor diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya. Penilaian dilakukan dengan cara mengajukan kuesioner yang berisi identifikasi faktor internal dan eksternal kepada pihak pengelola TMR dengan pilihan jawaban sangat penting, penting, cukup penting, dan tidak penting. Kusesioner yang diajukan dapat dilihat pada Lampiran 5. Setiap faktor internal dan eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya. Setelah itu, dilakukan penentuan peringkat (rating) setiap variabel faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4. Kemudian bobot setiap variabel dapat ditentukan. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal dapat dilihat pada Lampiran 6. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Eksternal Factor Evaluation (EFE) yaitu dengan mengalikan nilai dari pembobotan dengan nilai
52
peringkat dari hasil penilaian masing-masing faktor internal dan eksternal (Tabel 8 dan 9)
Tabel 8 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) TMR Faktor Strategis Internal Bobot Kekuatan Memiliki banyak jumlah koleksi satwa dan vegetasi 0.07 Harga tiket masuk TMR terjangkau 0.12 Turut mendukung penghijauan kota Jakarta 0.07 Satu-satunya taman margasatwa yang ada di kota 0.07 Jakarta Tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi 0.07 Memiliki lahan yang luas dengan lanskap yang cukup 0.07 indah dan nyaman Kelemahan Kurangnya kebersihan pada beberapa area 0.07 Kebersihan pada beberapa kandang satwa kurang 0.11 baik Kurangnya anggaran biaya 0.07 Kurang jelasnya informasi lokasi untuk pengunjung 0.07 Kondisi sebagian fasilitas kurang baik 0.07 Kurangnya tempat parkir untuk pengunjung saat libur 0.14 nasional Total Tabel 9 Matriks External Factor Evaluation (EFE) TMR Faktor Strategis Eksternal Bobot Peluang Banyaknya jumlah pengunjung dari berbagai 0.10 kalangan Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 0.10 Isu pemanasan global 0.18 Ancaman Persaingan dengan tempat wisata dan tempat hiburan 0.27 lain di Jakarta Masuknya pedagang ilegal yang tidak bertanggung 0.18 jawab Masuknya virus penyakit hewan 0.18 Total
Peringkat Skor 4 2 4 4
0.28 0.24 0.28 0.28
4 4
0.28 0.28
1 3
0.07 0.33
1 1 1 3
0.07 0.07 0.07 0.42 2.67
Peringkat Skor 4
0.40
4 3
0.40 0.54
3
0.81
2
0.36
2
0.36 2.87
5.4.3 Pembuatan Matriks Internal-Eksternal (IE) Hasil yang didapat yaitu kondisi internal TMR memiliki nilai total skor 2.67 dan kondisi eksternal dengan nilai total skor 2.87. Menurut David (2010), skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang, dari skor tersebut diketahui posisi TMR pada kuadran tertentu melalui matriks internal-eksternal (IE). Pada sumbu
53
merupakan skor bobot IFE total dan pada sumbu merupakan skor bobot EFE total. Hasilnya yaitu TMR berada pada kuadran V (Gambar 43), yang berarti dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan. SKOR BOBOT TOTAL IFE Kuat Sedang Lemah 3.00 – 4.00 4.00
2.00 – 2.99
3.00
1.0 – 1.99
2.00
1.00
SKOR BOBOT TOTAL EFE
Tinggi 3.00 – 4.00
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3.00 Sedang 2.00 – 2.99
2.00 Rendah 1.00 – 1.99
1.00
Gambar 43 Matriks Internal-Eksternal (IE) TMR
5.4.4 Matriks SWOT Tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi yang telah didapat kedalam model kuantitatif perumusan strategi, yaitu matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi TMR dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya (Tabel 10). Matriks SWOT menghasilkan empat set alternatif strategi, yaitu strategi SO (Streght-Opportunity), strategi ST (Streght-Threat), strategi WO (Weakness- Opportunity), dan strategi WT (Weakness-Threat). Strategi SO yang dihasilkan antara lain: 1. mengadakan program penghijauan yang mengikutsertakan masyarakat, 2. mempertahankan keunggulan TMR dan tetap memberikan harga tiket yang terjangkau. Strategi ST yang dihasilkan yaitu: 1. menciptakan wahana baru di TMR, 2. pencegahan dan penanganan dini terhadap virus penyakit hewan yang masuk ke kawasan TMR. Terdapat 3 strategi WO yang dihasilkan antara lain: 1. meningkatkan kebersihan lingkungan TMR pada area yang kurang bersih, 2. menyediakan peta wisata untuk pengunjung dan papan petunjuk arah yang jelas, dan 3. menyediakan tempat parkir tambahan pada hari libur nasional. Strategi WT yang dihasilkan antara lain: 1. TMR perlu membuat peraturan yang tegas untuk pedagang ilegal,
54
2. membuat iklan yang menarik agar TMR tetap eksis.
Tabel 10 Matriks SWOT Opportunities (O)
Threats (T)
1. Banyaknya jumlah pengunjung dari berbagai kalangan 2. Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 3. Isu pemanasan global
1. Persaingan dengan tempat wisata dan tempat hiburan lain di Jakarta 2. Masuknya pedagang ilegal yang tidak bertanggung jawab 3. Masuknya virus penyakit hewan Strategi ST
Eksternal
Internal Strenghts (S)
Strategi SO
1. Memiliki banyak jumlah koleksi satwa dan vegetasi 2. Harga tiket masuk TMR terjangkau 3. Turut mendukung penghijauan kota Jakarta 4. Satu-satunya taman margasatwa yang ada di kota Jakarta 5. Tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi 6. Memiliki lahan yang luas dengan lanskap yang cukup indah dan nyaman
1. Mengadakan program penghijauan yang mengikutsertakan masyarakat 2. Mempertahankan keunggulan TMR dan tetap memberikan harga tiket yang terjangkau
1. Menciptakan wahana baru di TMR 2. Pencegahan dan penanganan dini terhadap virus penyakit hewan yang masuk ke kawasan TMR
Weaknesses (W)
Strategi WO
Strategi WT
1. Kurangnya kebersihan pada beberapa area 2. Kebersihan pada beberapa kandang satwa kurang baik 3. Kurangnya anggaran biaya 4. Kurang jelasnya informasi lokasi untuk pengunjung 5. Kondisi sebagian fasilitas kurang baik 6. Kurangnya tempat parkir untuk pengunjung saat libur nasional
1. Meningkatkan kebersihan lingkungan TMR pada area yang kurang bersih 2. Menyediakan peta wisata dan papan petunjuk arah yang jelas 3. Menyediakan tempat parkir tambahan pada hari libur nasional
1. TMR perlu membuat peraturan yang tegas untuk pedagang ilegal 2. Membuat iklan yang menarik agar TMR tetap eksis
5.4.5 Perangkingan Alternatif Strategi Penentuan prioritas dari strategi-strategi yang telah dihasilkan dengan penyusunan rangking. Rangking tersebut didapat dari hasil penjumlahan semua
55
skor di setiap faktor strategis yang terkait. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menjadi prioritas. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Perangkingan alternatif strategi No Alternatif strategi Keterkaitan dengan unsur SWOT 1 Mengadakan program S1, S3, S6, O1, O3 penghijauan yang mengikutsertakan masyarakat 2 Mempertahankan keunggulan S2, S4, S5, O1, O2 TMR dan tetap memberikan harga tiket yang terjangkau 3 Menciptakan wahana baru di S1, S6, T1 TMR 4 Pencegahan dan penanganan S5, T3 dini terhadap virus penyakit hewan yang masuk ke kawasan TMR 5 Meningkatkan kebersihan W1, W2, W3, W5, lingkungan TMR pada area O1, O2 yang kurang bersih 6 Menyediakan peta wisata dan W4, O1 papan petunjuk arah yang jelas 7 Menyediakan tempat parkir W6, O2 tambahan pada hari libur nasional 8 TMR perlu membuat W1,W2, T2 peraturan yang tegas untuk pedagang ilegal 9 Membuat iklan yang menarik W4, T1 agar TMR tetap eksis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Skor
Rangking
1.22
3
1.08
4
1.37
1
0.64
8
1.34
2
0.47
9
0.82
6
0.69
7
0.88
5
Strategi yang dihasilkan sesuai dengan urutan rangking antara lain: menciptakan wahana baru di TMR, meningkatkan kebersihan lingkungan TMR pada area yang kurang bersih, mengadakan program penghijauan yang mengikutsertakan masyarakat, mempertahankan keunggulan TMR dan tetap memberikan harga tiket yang terjangkau, membuat iklan yang menarik agar TMR tetap eksis, menyediakan peta wisata dan papan petunjuk arah yang jelas, TMR perlu membuat peraturan yang tegas untuk pedagang illegal, pencegahan dan penanganan dini terhadap virus penyakit hewan yang masuk ke kawasan TMR, dan menyediakan tempat parkir tambahan pada hari libur nasional.
56
5.5 Rekomendasi Strategi Pengelolaan 5.5.1 Menciptakan wahana baru di TMR TMR perlu menciptakan wahana baru dengan tetap memperhatikan etika dan kaidah kesejahteraan satwa agar satwa tidak terganggu. Dengan memanfaatkan satwa dan lahan yang belum dimanfaatkan, TMR dapat menciptakan wahana baru yang lebih interaktif, seperti misalnya baby zoo yang ada di Taman Safari Indonesia. Baby zoo merupakan wahana dengan konsep interaksi langsung kepada bayi satwa. Bayi satwa tersebut tidak membahayakan pengunjung selama masih dalam pengawasan petugas. Bayi satwa yang dapat dimanfaatkan yaitu macan, singa, dan orang utan. Pengunjung biasanya hanya dapat melihat satwa tersebut, tetapi di baby zoo dapat berinteraksi langsung dengan berfoto dan menyentuhnya. Wahana lain yang dapat TMR ciptakan yaitu wahana dengan konsep taman burung, pengunjung dapat berinteraksi langsung dan berfoto dengan beberapa jenis burung antara lain burung kakatua, beo, cendrawasih, dan burung merak.
5.5.2 Meningkatkan kebersihan lingkungan TMR pada area yang kurang bersih Kebersihan lingkungan TMR perlu ditingkatkan, khususnya pada area yang kurang mendapatkan perhatian dari pihak pengelola TMR. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan pembersihan secara lebih rutin pada area yang dinilai tidak bersih, penambahan tempat sampah, membuat papan larangan untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan membuat papan yang berisi ajakan akan pentingnya menjaga lingkungan. Sebaiknya pihak pengelola TMR menyerahkan pemeliharaan secara lebih luas lagi kepada pihak ketiga. Selain itu, perlu pengangkutan sampah organik pada seluruh area TMR secara rutin untuk digunakan dalam pembuatan pupuk kompos sehingga dapat bermanfaat.
5.5.3
Mengadakan masyarakat
program
penghijauan
yang
mengikutsertakan
TMR perlu melakukan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat, yaitu program penghijauan dengan penanaman bibit pohon bersama-sama yang mengikutsertakan pengunjung. TMR dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan perusahaan CSR (Coorporate Social Responsibility) untuk melakukan program penghijauan tersebut dan dapat pula dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Dari hasil kegiatan tersebut diharapkan akan tercipta lingkungan TMR yang lebih hijau dan sekaligus dapat meningkatkan keindahan TMR.
57
5.5.4 Mempertahankan keunggulan TMR dan tetap memberikan harga tiket yang terjangkau TMR harus dapat mempertahankan keunggulan wahana-wahana yang menjadi ciri khasnya dan memberikan pengalaman yang menarik untuk pengunjung. TMR harus selalu memperhatikan berlangsungnya kegiatan konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi agar dapat berjalan dengan baik. Lanskap TMR yang bertema alami juga merupakan sesuatu yang dapat diunggulkan, hal tersebut harus dapat TMR pertahankan keberlanjutannya. TMR sebaiknya mempertahankan harga tiket yang terjangkau dengan memanfaatkan secara baik subsidi dari Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, agar pengunjung dari segala kalangan dapat selalu menikmati TMR.
5.5.5
Membuat iklan yang menarik agar TMR tetap eksis
TMR perlu membuat iklan yang menarik melalui website, iklan televisi, radio, billboard, atau media cetak. Sebaiknya website TMR diperbaiki dengan membuatnya lebih menarik dan tampilkan artikel-artikel yang diperbaharui terusmenerus. Dalam membuat iklan harus kreatif agar apa yang disampaikan memperoleh perhatian yang serius dari masyarakat. Pembuatan iklan tersebut sebaiknya memperhatikan ukuran, warna, intensitas, posisi, dan pemberi pesan yang menarik. TMR sebaiknya memasang iklan di media cetak dengan ukuran kolom dan ukuran huruf yang besar agar menarik perhatian dengan lebih baik. Selain itu, buat iklan dengan warna-warna yang menarik dan serasi dengan temanya. Intensitas iklan juga perlu diperhatikan, yaitu durasi iklan televisi dan radio yang lebih lama, dan frekuensinya lebih sering. Posisi atau peletakan iklan juga perlu diperhatikan, TMR sebaiknya memasang iklan di halaman utama media cetak dan menggunakan tokoh atau selebriti untuk iklannya agar lebih menarik perhatian.
5.5.6 Menyediakan tempat parkir tambahan pada hari libur nasional Pada hari libur pendidikan dan hari libur nasional, tempat parkir kendaraan di TMR tidak cukup untuk menampung jumlah kendaraan yang meningkat tinggi. Hal tersebut dapat diatasai dengan menambahkan tempat parkir di dalam area TMR, yaitu dekat kantor pengelola, pusat informasi, lapangan Pusat Primata Schmutzer, tempat karantina, gudang pakan ternak, klinik kesehatan hewan, danau timur, danau selatan, danau barat, dan dekat tempat pengomposan (Gambar 44). Pengunjung yang datang lebih dahulu sebaiknya memarkirkan kendaraannya di tempat parkir tambahan tersebut, agar tidak terjadi bentrok saat pengunjung padat. Selain itu, TMR sebaiknya meminta izin untuk menggunakan tempat parkir pada sekitar halte busway Ragunan dan menggunakan tempat parkir kantor Kementrian Pertanian yang letaknya dekat dengan TMR.
58
Gambar 44 Tempat parkir tambahan di dalam TMR
5.5.7 TMR perlu membuat peraturan yang tegas untuk pedagang ilegal TMR perlu membuat peraturan yang tegas untuk melarang masuk pedagang ilegal, pedagang yang diizinkan hanya yang memiliki izin dagang dan kios. Selain itu, perlu penjagaan yang lebih ketat pada beberapa area yang menjadi tempat masuk secara ilegal bagi pedagang tersebut dan TMR perlu menyediakan petugas kemananan yang berkeliling khusus untuk mengontrol pedagang.
5.5.8 Pencegahan dan penanganan dini terhadap virus penyakit hewan yang masuk ke kawasan TMR Pihak pengelola TMR harus selalu waspada terhadap virus penyakit yang dapat masuk ke dalam kawasan TMR dengan melakukan upaya pencegahan dan penanganan dini terhadap virus penyakit tersebut. Pencegahan penularan Avian Influenza dapat dilakukan dengan cara: 1. tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung, 2. bahan yang berasal dari saluran cerna unggas, seperti feses harus ditangani dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi lingkungan sekitarnya, 3. alat-alat yang digunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan, 4. kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan, 5. melaksanakan kebersihan lingkungan, dan
59
6. melakukan kebersihan diri. Untuk satwa yang sudah terinfeksi dapat ditangani dengan strategi: 1. peningkatan biosecurity, 2. vaksinasi, 3. depopulasi (pemusnahan terbatas) di daerah tertular, 4. pengendalian lalu lintas, produk, dan limbah peternakan unggas, 5. surveilans dan penelusuran, 6. pengisian kandang kembali, 7. pemusnahan menyeluruh di daerah tertular baru, 8. peningkatan kesadaran masyarakat, dan 9. monitoring dan evaluasi.
5.5.9
Menyediakan papan petunjuk arah dan peta wisata yang jelas
TMR perlu menyediakan papan petunjuk arah yang lebih jelas pada beberapa area dengan menyediakannya pada setiap persimpangan jalan. Selain itu, papan petunjuk arah yang sudah ada terlihat kurang menarik dan beberapa ada yang sudah rusak. Sebaiknya TMR mendesain ulang dan membuat papan petunjuk arah yang baru. Rekomendasi papan petunjuk arah TMR dapat dilihat pada Gambar 45. Sebaiknya TMR menyediakan papan peta wisata di beberapa area, yaitu dekat pintu utara, pintu barat, pintu timur, dan pintu selatan. Kondisi papan peta wisata TMR saat ini dan rekomendasi papan peta wisata TMR dapat dilihat pada Gambar 46. Gambar peta wisata TMR secara jelas dapat dilihat pada Lampiran 7.
Gambar 45 Papan petunjuk arah TMR (a) dan rekomendasi (b)
Gambar 46 Papan peta wisata TMR (a) dan rekomendasi (b)
60
6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Kegiatan magang yang telah dilakukan memberikan pengetahuan tentang pengelolaan lanskap di TMR dan memberikan pengalaman kerja serta menjalin kerjasama yang baik dengan TMR. Simpulan yang dapat diambil dari kegiatan magang yang telah dilakukan yaitu: 1. TMR merupakan tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi. TMR dikelilingi oleh pemandangan yang bernuansa alami dan dengan lanskap yang cukup indah dan nyaman. Jumlah pengunjung TMR tinggi tiap tahunnya, berasal dari segala umur, berbagai macam daerah, dan berbagai macam latar belakang sosial. TMR menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang cukup memadai. 2. TMR adalah Taman Margasatwa satu-satunya di kota Jakarta yang berada di bawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. TMR memiliki wahana-wahana yang berciri khas. Kawasan TMR didominasi oleh RTH, yang berarti TMR turut mendukung penghijauan kota Jakarta. Sebagian area TMR dinilai masih kurang bersih. 3. Rekomendasi yang dihasilkan yaitu sembilan butir strategi untuk pengelolaan lasnkap TMR yang mencakup wahana baru, kebersihan lingkungan, pemeliharaan satwa, program penghijauan, mempertahankan keunggulan TMR, tambahan tempat parkir, penertiban pedagang ilegal, pencegahan dan penanganan penyakit hewan, perbaikan papan petunjuk arah dan peta wisata.
6.2 Saran Saran untuk TMR berkaitan dengan kegiatan magang yang telah dilakukan yaitu TMR sebaiknya memberikan lebih baik lagi pengarahan yang berkaitan dengan proses kerja nyata kepada mahasiswa yang melakukan kegiatan magang. TMR perlu menyediakan data yang lebih lengkap untuk lancarnya kegiatan magang dan memberikan informasi yang lebih jelas dan rinci.
61
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2008. Taman Margasatwa Ragunan Zoo [internet]. [diacu 27 Maret 2012]. Tersedia dari: http://www.jakartazoo.org. Arifin HS, Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman (edisirevisi). Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Darsoprajitno HS. 2002. Ekologi Pariwisata: tata laksana pengelolaan objek dan daya tarik wisata. Bandung (ID): Percetakan Angkasa. David FR. 2010. Manajemen Strategis Konsep, Edisi 12. Terjemahan Oleh Sunardi D. Strategic Management, 12th ed. Jakarta (ID): Salemba Empat. Desky MA. 2001. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta (ID): Adi Cipta. Fandeli C. 2001. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Yogyakarta (ID): Liberty Offset. Khairunnisa W. 2011. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Wisata Bahari Taman Nasional Bunaken Sulawesi Utara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Riset Pemasaran Ed ke-3. Jakarta (ID): Erlangga. Muntasib E, Masy’ud B. 2003. Dasar-Dasar Konservasi. Jakarta (ID): Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135. 2009. Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan. Jakarta (ID): Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta (ID): Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006. 2006. Lembaga Konservasi. Jakarta (ID): Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23. 2005. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Jakarta (ID): Presiden Republik Indonesia Rangkuti F. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: reorientasi konsep perencanaan strategi untuk menghadapi abad 21. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. _________. 2011. SWOT Balanced Scorecard. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A manual of site planning and design. New York (US): McGraw-Hill Book Co. Stoner JAF, Freeman RE. 1994. Manajemen jilid II (terjemahan). Jakarta (ID): Intermedia. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9. 1990. Kepariwisataan. Jakarta (ID): Presiden Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26. 2007. Penataan Ruang. Jakarta (ID): Presiden Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32. 2009. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta (ID): Presiden Republik Indonesia.
62
Widyasari D. 2006. Pemberantasan Flu Burung (Avian Influenza) Melalui Penerapan Biosecurity dan Pengobatan Antiviral di Taman Margasatwa Ragunan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yoeti OA. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung (ID): Penerbit Angkasa. ________. 2008. Ekonomi Pariwisata. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kompas.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1 Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang No. Jenis Data Aspek Fisik/Biofisik 1 Kondisi Umum
2
Kondisi Biofisik
Indikator Pengamatan
Unit
Sumber
Kegunaaan
Letak dan batas wilayah
Koordinat
Pihak pengelola
Luas area
m2
Pihak pengelola
Mengetahui kondisi eksisting
Aksesibilitas
-
Pihak pengelola dan observasi
Sejarah TMR
-
Pihak pengelola
Profil TMR
-
Pihak pengelola
Topografi
-
Pihak pengelola
Hidrologi Tanah Vegetasi Satwa Visual Iklim Curah hujan Suhu
spesies spesies -
Pihak pengelola Pihak pengelola Pihak Pengelola Pihak Pengelola Observasi
mm/bulan o C
BMKG BMKG
Kelembaban Kecepatan angin
%
BMKG BMKG
Penyinaran matahari
%
BMKG
Struktur organisasi
-
Pihak pengelola dan observasi
Tenaga kerja dan jadwal kerja
-
Pihak pengelola dan observasi
Sumber dan anggaran biaya
rupiah
Pihak pengelola dan observasi
Peraturan yang terkait
-
Pihak pengelola/dokumen
Undang-undang
-
Pihak pengelola/dokumen
Pihak pengelola
Mengetahui kondisi eksisting
Aspek Pengelolaan 3
Pengelolaan lanskap
Mengetahui pengelolaan yang telah berjalan
Aspek Legalitas 4
Legalitas
Mengetahui peraturanperatutan dan undangundang yang berlaku
Aspek Ekonomi dan Sosial 5
Ekonomi
Jumlah pengunjung
orang
6
Karateristik pengunjung
Jenis kelamin
L/P
Asal
-
Umur
tahun
Pendidikan
-
Pekerjaan
-
Tujuan berkunjung
-
Frekuensi kunjungan
hari
Mengetahui besarnya permintaan Mengetahui jenis permintaan dan persepsi pengunjung
65
Lanjutan lampiran 1 No. 6 7
Jenis Data Karakteristik Pengunjung Persepsi pengunjung
Indikator Pengamatan Lama kunjungan
Unit jam
Objek wisata
-
Kebersihan
-
Kenyamanan
-
Keindahan
-
Fasilitas
-
Sumber
Kegunaaan
Mengetahui karakteristik pengunjung
66
Lampiran 2 Kuesioner pengunjung Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor KUESIONER EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA SELATAN Oleh : Amelia Anggraeni Terima kasih atas partisipasi Anda dalam mengisi kuesioner ini. Data yang ada di dalam kuesioner ini akan digunakan dalam kegiatan penyusunan skripsi dan akan dijaga kerahasiaannya. Berilah tanda cek () pada kotak yang sesuai dengan pilihan Anda. Nama
: ……………………………………………………..
Jenis Kelamin
:
Usia
: ……… tahun
Asal
:
-laki
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan
:
1.Tujuan berwisata di Taman Margasatwa Ragunan : Lainnya,sebutkan ..… 2. Frekuensi berkunjung:
3. Lama kunjungan : – 8 jam – 2 jam – 4 jam
67
Lanjutan lampiran 2 4. Pendamping saat berkunjung :
5. Objek wisata yang disukai di dalam Taman Margasatwa Ragunan : Schmutzer Lainnya, sebutkan …. 6. Pendapat anda mengenai tingkat kebersihan dari Taman Margsatwa Ragunan :
7. Pendapat anda tentang kenyamanan di Taman Margasatwa Ragunan : Sangat nyaman Cukup nyaman Tidak nyaman Nyaman Kurang nyaman 8. Fasilitas yang ada di Taman Margasatwa Ragunan : Sangat memenuhi Cukup memenuhi Memenuhi Kurang memenuhi
Tidak memenuhi
9. Pendapat anda mengenai kondisi fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Taman Margasatwas Ragunan : Sangat baik Cukup baik Tidak baik Baik Kurang baik 10. Pendapat Anda tentang keindahan Taman Margasatwa Ragunan : ang indah
Harapan dan masukan Anda untuk pengelola Taman Margasatwa Ragunan? .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... ....................................................................................................... Terima Kasih
68
Lampiran 3 Inventarisasi vegetasi di TMR No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama latin Abrus precatorius Acalypha hispida Accacia auriculiformis Acras zapota Adenanthera pawonina Agathis alba Agave sp Aglaia odarata Aglaonema pictum Alamanda cathartica Albizzia falcataria Anacardium occidentalis Ananas comosus Annona muricata Antidesna bunius Araucaria ehuninghamii Areca catecu Arenga piñata Arrabidaea magnifica Artocarpus heterophylla Artocarpus integra Artocarpus sp. Asplenium nidus Averhoa bilimbi Averhoa carambola Baccaurea racemosa Bambusa sp Bambusa sp Bambusa vulgaris Barribftonia asiatica Bauhinea purpurea Bixa orellana Borassus sudaica Bougainvillea spectabilis Bourea macrophylla Brunfelsia pauciflora Caesalpinia pulcherrima Canangium odorata
Nama lokal Saga Akalifa merah Kormis Sawo Mata kucing Damar Agave Kembang culan Sri rejeki Alamanda Jeunjing Jambu monyet Nanas Sirsak Buni Cemara susun Palem pinang Aren Stepanut Nangka Nangka cepedak Timbul Kadaka Belimbing wuluh Belimbing Menteng Bambu minyak Bambu tali Bambu kuning Keben Bunga kupu-kupu Bixa Lontar Bugenvil Gandaria Melati kosta Kembang merak Kenanga
69
Lanjutan lampiran 3 No. 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77
Nama latin Canarium commune Canna edulis Carsuarina equisetifolia Caryota mitis Cassia alata Cassia didynobotrya Cassia siamea Cassia speciosa Ceiba petandra Cerbera mangkas Chrysalylocarpus lakka Chrysalylocarpus lutescen Chrysalylocarpus macarthursii Chrysophyllum cainito Cinnamonum zeylancium Clerodendrum thomsonii Cocos micifera Codeaum variegatum Coleus sp. Colophyllum mophyllum Colophyllum soulatri Cordyline terminalis Cordyline terminalis bicolor Cougea velutina Crescentia cuyete Cupressus apricana Cupressus papuana Cynometra cauliflora Delonix regia Dendrocalamus asper Dillenia aurea Dracaena sp. Durantha repens Durantha repens variegata Durio zibethinus Elacis guinensis Entrolobium saman Erythrina indica Erythrina sp.
Nama lokal Kenari Kana Cemara laut Palem siripkan Ketepeng Kupang Johar Tengguli Kapuk Bula-bula Palem merah Palem kuning Palem jepang Sawo duren Kayu manis Nona makan sirih Kelapa Puring Miana Nyamplung Sulatri Hanjuang Hanjuang merah Kembang kincir Bernuk Cemara africa Cemara papua Nam-nam Flamboyan Bambau nerung Sempur Sugi pohon Pangkas hijau Terang bulan Durian Kelapa sawit Trembesi Dadap macan Dadap sumatra
70
Lanjutan lampiran 3 No. 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116
Nama latin Eugenia aquera Eugenia cuminii Eugenia jambos Eugenia malaceensis Eugenia polyanta Eugenia polycephala Eugenia polycephala Euphorbia longan Euphorbia pulcherrima Exoecaria biedor Fhyllostachys aurea Ficus aminulata Ficus benjamina Ficus benjamina variegata Ficus elastic Ficus lyrata Filicium decifiens Gardenia augusta Glauea cecropia Gnetum gnemon Hevea brasiliensis Hibiscus liliaceae Hibiscus rosasinensis Inocarpus fugiferus Ixora coccineae Ixora sp. Jacaranda mimosapolia Jacaranda minosifolia Jasminum sambac Khaya anthotheca Kigelia aethiopica Lagerstromia indica Lagerstromia speciosa Lansium domesticum Lucuma nervesa Malpighia eoccigera Mamgifera indica Mangifera caesia Mangifera foetida
Nama lokal Jambu air Jamblang Jambu mawar Jambu bol Salam Gowok Jambu biiji Lengkeng Kastuba Sambang darah Bambu glatik Beringin kiyara Beringin Beringin putih Karet kebo Ketapang kebo Kree payung Kaca piring Selopa serat Melinjo Karet Waru Kembang sepatu Gayam Soka Soka kerdil Bunga janda Bunga jambu Melati Kaya Gandulan Bungur cina Bungur Duku Alkesa Mirten Mangga Kemang Mangga bacang
71
Lanjutan lampiran 3 No. 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155
Nama latin Mangifera odorata Manilkara kaukis Maniltea genmipera Metroxylon saqu Michelia champaca Mimusopa elengi Murraya paniculata Mussaenda philippica Mychelia alba Mychelia champaca Myristica fragrans Nephelium lapaaceum Oreodexa regia Orthosiphon stamneus Pachystacis futea Parkia intermedia Persea americana Phyllantux augustifolius Pinus merkusii Pisonia alba Pithecslobium dulce Plumeria acuminate Plumeria rubra Polyalthia longifolia Polyscias baltoriana Pterocarpus indicus Ptithecolobium lobatum Ravenala madagascariensis Rhapis excels Rhoeo discolor Salacca edulis Samanea saman Sandoricum koetjape Sapindus rarak Schima wallichii Shorea leavis Spathodea gigantean Spondias pinnata Styraz benzoin
Nama lokal Mangga kweni Sawo kecik Sapu tangan Kiray Cempaka kuning Tanjung Kemuning Nusa indah Cempaka putih Cempaka merah Pala Rambutan Palem raja Kumis kucing Loly pop Petir Alpukat Cendrawasih Cemara getah Kol banda Asam landi Kamboja merah Kamboja putih Gelodokan Aralia Angsana Jengkol Pisang kipas Palem waregu Nanas kerang Salak Kihujan Kecapi Lerak Puspa Bang Kirai Kayu ambon Kedondong Kemenyan
72
Lanjutan lampiran 3 No. 156 157 158 159 160 161
Nama latin Swetenis mahagoni Tamarindus indica Tectona grandis Terminalia catappa Thenetia peruviana Theobroma cacao
Nama lokal Mahoni Asam jawa Jati Ketapang Topi Serdadu Coklat
73
Lampiran 4 Kuesioner SWOT Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor KUESIONER EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA RAGUNAN, JAKARTA SELATAN
Dengan Hormat, Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini, guna mengumpulkan data penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Institut Pertananian Bogor, Departemen Arsitektur Lanskap. Pada kuesioner ini Bapak/Ibu diperlukan untuk memberikan nilai tingkat kepentingan pada setiap faktor-faktor internal dan eksternal yang ada. Selanjutnya penilaian tersebut akan digunakan dalam penentuan strategi-strategi. Untuk pertanyaan-pertanyaan berikut ini, Bapak/Ibu dipersilahkan untuk memberikan jawaban dengan mengisi tanda centang (√) pada salah satu kolom yang berisi pilihan sangat penting, penting, cukup penting, dan tidak penting. Diharapkan jawaban yang diberikan sesuai dengan pandangan pribadi responden dan seobyektif mungkin karena sangat membantu keakuratan data dari penelitian ini. Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Amelia Anggraeni
74
Lanjutan lampiran 4 FAKTOR INTERNAL Tujuannya untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari TMR. Faktor-faktor kekuatan bagi TMR No
Kekuatan (Strenght)
Sangat Penting Cukup Penting Penting
Tidak Penting
Sangat Penting
Tidak Penting
1 Memiliki banyak jumlah koleksi satwa dan vegetasi 2 Harga tiket masuk TMR terjangkau 3 Turut mendukung penghijauan kota Jakarta 4 Satu-satunya taman margasatwa yang ada di kota Jakarta 5 Tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi 6 Memiliki lahan yang luas dengan lanskap yang cukup indah dan nyaman Faktor-faktor kelemahan bagi TMR No Kelemahan (Weakness) 1 Kurangnya kebersihan pada beberapa area 2 Kebersihan pada beberapa kandang satwa kurang baik 3 Kurangnya anggaran biaya 4 Kurang jelasnya informasi lokasi untuk pengunjung 5 Kondisi fasilitas yang kurang baik 6 Kurangnya tempat parkir untuk pengunjung saat libur nasional
Penting
Cukup Penting
75
Lanjutan lampiran 4 FAKTOR EKSTERNAL Tujuannya untuk mendapatkan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dari TMR. Faktor-faktor peluang bagi TMR No
Peluang (Opportunity)
Sangat Penting
Penting
Cukup Penting
Tidak Penting
Sangat Penting
Penting
Cukup Penting
Tidak Penting
1 Banyaknya jumlah pengunjung dari berbagai kalangan 2 Dukungan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 3 Isu pemanasan global Faktor-faktor ancaman bagi TMR No
Ancaman (Threat)
1 Persaingan dengan tempat wisata dan tempat hiburan lain di Jakarta 2 Masuknya pedagang ilegal yang tidak bertanggung jawab 3 Masuknya virus penyakit hewan
76
Lampiran 5 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal TMR Penilaian bobot faktor strategis internal TMR Simbol
S1
S1
S2
S3
S4
S5
S6
W1
W2
W3
W4
W5
W6
Total
Bobot
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
19
0.07
3
4
3
3
3
2
3
3
3
2
32
0.12
2
2
2
2
1
2
2
2
1
19
0.07
2
2
2
1
2
2
2
1
19
0.07
2
2
1
2
2
2
1
19
0.07
2
1
2
2
2
1
19
0.07
1
2
2
2
1
19
0.07
3
3
3
2
31
0.110
2
2
1
19
0.07
2
1
19
0.07
1
19
0.07
37
0.14
271
1.00
S2
3
S3
2
1
S4
2
1
2
S5
2
1
2
2
S6
2
1
2
2
2
W1
2
1
2
2
2
2
W2
3
2
3
3
3
3
3
W3
2
1
2
2
2
2
2
1
W4
2
1
2
2
2
2
2
1
2
W5
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
W6
4
2
4
4
3
4
4
2
4
3
3
Total
Penilaian bobot faktor strategis eksternal TMR Simbol
O1
O1
O2
O3
T1
T2
T3
Total
Bobot
2
1
1
1
1
6
0.10
1
1
1
1
6
0.10
1
2
2
11
0.18
3
3
17
0.27
2
11
0.18
11
0.18
62
1.00
O2
2
O3
3
3
T1
4
4
3
T2
3
3
2
1
T3
3
3
2
1
Total
2
77
Lampiran 6 Peta wisata TMR
skala 250 m 500 m
78
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1990 dari pasangan Burhanudin, S.Sos dan Kendang Wahyuli, S.Sos. MH. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 01 Pagi Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, dan lulus pada tahun 2002. Tahun 2005 penulis menyelesaikan pendidikan di SMPN 98 Jakarta, kemudian tahun 2008 penulis lulus dari SMAN 109 Jakarta. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) sebagai Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif mengikuti kepanitiaan beberapa acara yang diselenggarakan oleh Departemen Arsitektur Lanskap. Selain itu, penulis aktif mengikuti klub photography HPC (Himaskap Photography Club). Pada tahun 2011, penulis mengikuti kegiatan magang di Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2012, penulis mengikuti kegiatan magang di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan untuk menyelesaikan studinya.