PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA TIMUR
WAHYU TRY HANDY
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA TIMUR (Kegiatan Magang di Padang Golf Halim)
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2013
WAHYU TRY HANDY A44080077
PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA TIMUR
WAHYU TRY HANDY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Departeman Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
©Hak Cipta IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
RINGKASAN
WAHYU TRY HANDY. Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma Jakarta Timur. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH. Studi ini dilakukan melalui kegiatan magang di Padang Golf Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, dengan luas keseluruhan area 148 ha. Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 20 Februari sampai dengan 20 April 2012. Lapangan golf Padang Golf Halim merupakan salah satu badan usaha dari Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) yang beralamat di Jalan Squadron Halim Perdanakusuma, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur. Kegiatan magang ini bertujuan secara umum menambah wawasan, memperluas pengetahuan dan pengalaman keprofesian dalam menunjang profesionalisme di bidang arsitektur lanskap, serta mengetahui dan menganalisis berbagai kendala dan permasalahan pada kegiatan pemeliharaan lanskap padang golf sehingga dapat diperoleh alternatif pemecahannya. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mempelajari sistem pengelolaan pemeliharaan lanskap kawasan Padang Golf Halim yang dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) dan sistem pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan lanskap lapangan golf serta mengetahui dan menganalisis bahan dan teknik pemeliharaan lanskap lapangan golf sebagai bahan rekomendasi kepada pihak pengelola. Metode kerja yang dilaksanakan pada kegiatan magang ini adalah berpartisipasi aktif secara langsung di lapang pada aspek pemeliharaan lanskap. Kegiatan magang yang dilakukan meliputi pengawasan dan ikut serta dalam pemeliharaan terutama pada area permainan yang terdiri atas pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pemindahan letak tee marker dan hole cup, pemeliharaan hazard, pemeliharaan area nonpermainan, pemeliharaan fasilitas dan utilitas, mengamati dan menganalisis kegiatan organisasi dan manajemen perusahaan, serta mengamati dan menganalisis bagian-bagian lapangan golf, efektivitas kerja karyawan, serta alat dan bahan yang digunakan. Kegiatan pemeliharaan bertujuan mencapai dan menjaga kondisi lapangan seperti desain awalnya dan sesuai dengan standar kualitas rumput sehingga dapat meningkatkan manfaat lapangan golf bagi pengguna, pemilik lapangan, dan lingkungan sekitarnya. Secara garis besar, pemeliharaan di PGH bersifat rutin dan insidental. Pemeliharaan rutin pada area permainan dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas tanaman khususnya rumput. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman, kegiatan perbaiakan lahan (kultivasi), pemindahan tee marker dan hole cup, pemeliharaan hazard, dan pembersihan area permainan. Secara umum, kegiatan pemeliharaan sudah dilakukan cukup baik jika ditinjau dari sistem penjadwalan yang sudah direncanakan. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental meliputi kegiatan yang bersifat renovasi lapangan dan disesuaikan dengan kondisi lapangan seperti pergantian rumput. Kegiatan ini juga sudah berlangsung cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari minimnya protes dan ketidakpuasan dari pemain atas kondisi yang ada di lapangan meskipun banyaknya kegiatan pemeliharaan yang tidak selesai tepat pada waktunya.
Pemeliharaan rutin pada area nonpermainan dilakukan untuk menjaga kondisi seperti desain awalnya dan menambah keindahan di luar area permainan. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pendangiran, pengendalian hama dan penyakit tanaman, perbaikan elemen, dan pemeliharaan kebersihan area. Kegiatan pemeliharaan masih berlangsung kurang baik karena masih memiliki kekurangan, yaitu belum memiliki jadwal pemeliharaan yang rutin dan tenaga kerja yang ahli di bidang pertamanan. Dengan demikian, kegiatan pemeliharaan dilakukan berdasarkan kondisi yang paling dibutuhkan untuk menjaga tampilan taman-taman di area permainan. Kegiatan pemeliharaan lainnya, yaitu pemeliharaan fasilitas, dan utilitas, sudah dilakukan cukup baik jika ditinjau dari kualitas fungsional. Akan tetapi masih banyak fasilitas yang masih terlihat kurang terpelihara dengan baik. Pemeliharaan peralatan dan mesin kerja sudah belangsung baik, hal ini dapat dilihat dari kondisi mesin yang masih tetap berfungsi dengan baik walaupun sudah dapat dikatakan habis masa efektifnya. Untuk meningkatkan kualitas fisik dan visual diperlukan sumber daya manusia yang berpengalaman dan jumlah tenaga kerja yang cukup, alat dan bahan yang cukup, serta pengalokasian anggaran pemeliharaan yang dituangkan dalam rencana anggaran pemeliharaan tahunan.
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur Nama : Wahyu Try Handy NIM : A44080077
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal Lulus:
PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah paling mulia, Nabi Muhammad Saw. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh salah satu keinginan penulis untuk mempelajari aspek pemeliharaan serta pengelolaan dalam suatu lanskap. Skripsi ini merupakan hasil magang yang dilaksanakan di Padang Golf Halim dengan judul “Pengelolaan Pemeliharaan Lanskap Kawasan Padang Golf Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kelulusan dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rasa terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi dukungan. Penulis secara khusus berterima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Atas selesainya penulisan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada 1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr dan Dr. Kaswanto selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan sehingga skripsi ini lebih lengkap dalam penyajiannya. 2. Ibu dan Ayah tercinta yang tidak pernah lelah memberi dukungan, doa, dan bimbingan serta kedua kakak (Nurul dan Kharis) atas dukungan semangatnya selama ini; 3. Puput Nindya dan Muhammad Fatih yang telah banyak menginspirasi penulis; 4. Dr. Ir. Alinda Fitriani M. Zain, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan dukungan; 5. Ir. Winarto selaku Manajer Umum PGH yang telah memperbolehkan penulis melakukan kegiatan magang di PGH, Ibu Ita selaku Kepala Bagian Siap Lapang yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan penulis di lapang selama magang, Bapak Sugik selaku Kepala Bagian Umum, Bapak Widi, beserta staf yang telah banyak membantu dalam hal kebutuhan penulisan skripsi, Bapak H. Mamit dan Bapak Iskandar selaku Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan PGH I dan II, Bapak Suhendi dan Bapak Dinah selaku Kepala Urusan Lapangan PGH I beserta staf, Bapak Jajang selaku Kepala Urusan Lapangan PGH II beserta staf yang telah banyak memberikan pelajaran mengenai cara pemeliharaan pada lapangan golf khususnya, Bapak Kasih, Bapak Joko, kru water system lainnya, dan tim operator mesin lain beserta seluruh karyawan dan caddie Padang Golf Halim Perdanakusuma yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 6. seluruh teman ARL 45, khususnya, yang telah menemani perjuangan selama 3 tahun serta selalu memberi semangat dan dukungan serta teman-teman di Bogor lainnya atas doanya dan dukungan moralnya.
7. kakak-kakak ARL 42, 43, 44 yang sudah membimbing penulis selama perkuliahan dan adik-adik ARL 46, 47 yang juga selalu memberikan semangat serta dukungannya. 8. semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang berkepentingan umumnya. Semoga apa yang telah kita lakukan bernilai ibadah dan selalu mendapat barokah Allah Swt.
Bogor, Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat
1 2 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Golf 2.2 Lapangan Golf 2.2.1 Daerah Tee Box 2.2.2 Daerah Fairway 2.2.3 Daerah Green 2.2.4 Rough 2.2.5 Hazard 2.3 Lanskap Lapangan Golf 2.4 Utilitas Lapangan Golf 2.5 Pemeliharaan 2.6 Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf 2.6.1 Pemeliharaan Area Permainan 2.6.2 Pemeliharaan Area Nonpermainan 2.7 Nursery
3 3 6 7 7 8 9 10 11 11 13 13 15 15
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang 3.2 Metode Kerja 3.3 Analisis dan Rekomendasi 3.3.1 Pengolahan Data Analisis 3.3.2 Analisis Deskriptif 3.3.3 Analisis SWOT 3.3.4 Sintesis 3.4 Batasan Studi
17 17 18 19 19 19 24 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan 4.2 Konsep Dasar 4.3 Struktur Organisasi 4.4 Kondisi Biofisik Tapak 4.4.1 Letak Geografis dan Batas Tapak 4.4.2 Aksesibilitas 4.4.3 Tata Guna Lahan 4.4.4 Topografi dan Geologi 4.4.5 Iklim 4.4.6 Hidrologi
25 26 27 29 29 29 30 30 31 31
4.4.7 Vegetasi dan Satwa 4.4.8 Desain Lapangan Golf 4.5 Kondisi Sosial Tapak 4.5.1 Pengunjung 4.5.2 Masyarakat Sekitar 4.5.3 Karyawan Perusahaan 4.6 Lanskap Lapangan Golf 4.6.1 Tee Box 4.6.2 Fairway 4.6.3 Rough 4.6.4 Hazard 4.6.5 Green dan Apron 4.7 Fasilitas Lapangan Golf 4.7.1 Club House 4.7.2 Driving Range 4.7.3 Practice Putting Green 4.7.4 Golf Path 4.7.5 Shelter 4.7.6 Golf Cart 4.7.7 Nursery 4.7.8 Fasilitas Khusus 4.8 Utilitas 4.8.1 Sistem Drainase 4.8.2 Sistem Irigasi 4.8.3 Jaringan Listrik 4.9 Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf 4.9.1 Pemeliharaan Area Permainan 4.9.1.1 Pemangkasan Rumput 4.9.1.2 Pemupukan 4.9.1.3 Penyiraman 4.9.1.4 Pengendalian Gulma 4.9.1.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 4.9.1.6 Kultivasi 4.9.1.7 Pemeliharaan Hazard 4.9.1.8 Pemindahan Letak Hole Cup 4.9.1.9 Pemindahan Tee Marker 4.9.1.10 Pergantian dan Penanaman Rumput 4.9.1.11 Pengukuran Kecepatan Bola di Green 4.9.1.12 Kebersihan Lapangan 4.9.2 Pemeliharaan Area Nonpermainan 4.9.2.1 Pemangkasan Tanaman 4.9.2.2 Pemupukan 4.9.2.3 Penyiraman 4.9.2.4 Penyiangan dan Pendangiran 4.9.2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit 4.9.2.6 Perbaikan Lanskap Taman dan Elemen Lainnya 4.9.2.7 Pemindahan dan Penanaman Pohon 4.9.3 Pemeliharaan Fasilitas
32 32 33 33 33 33 34 34 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 41 42 43 43 43 44 44 45 45 53 54 56 57 59 62 63 64 64 66 66 67 68 69 70 70 70 71 72 73
4.9.3.1 Pemeliharaan Driving Range 4.9.3.2 Pemeliharaan Club House 4.9.3.3 Pemeliharaan Bangunan Peneduh 4.9.3.4 Pemeliharaan Practice Putting Green 4.9.3.5 Pemeliharaan Jalur Sirkulasi 4.9.3.6 Pemeliharaan Nursery 4.9.4 Pemeliharaan Utilitas 4.9.4.1 Pemeliharaan Sistem Irigasi 4.9.4.2 Pemeliharaan Saluran Drainase 4.9.4.3 Pemeliharaan Sistem Jaringan Listrik 4.9.5 Kebersihan Area 4.9.6 Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja 4.10 Rencana Anggaran Biaya 4.11 Tenaga Kerja 4.12 Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan 4.13 Analisis SWOT 4.13.1 Identifikasi Faktor Internal 4.13.1.1 Kekuatan 4.13.1.2 Kelemahan 4.13.2 Identifikasi Faktor Eksternal 4.13.2.1 Peluang 4.13.2.2 Ancaman 4.13.3 Pembuatan Matriks IFE dan EFE 4.13.4 Pencocokan 4.13.5 Penentuan Alternatif Strategi 4.13.6 Pemeringkatan Alternatif Strategi 4.14 Strategi Pengelolaan 4.14.1 Strategi Merekrut Supervisor Lanskap 4.14.2 Strategi Meningkatkan Promosi PGH 4.14.3 Strategi Mempertahankan Pelayanan dan Mutu 4.14.4 Strategi Mempertinggi Upaya Pemeliharaan Fasilitas dan Area Nonpermainan 4.14.5 Strategi Melengkapi Kekurangan Fasilitas
73 73 74 74 75 75 76 77 77 78 78 79 80 81 82 84 84 84 84 84 85 85 85 86 87 87 88 88 88 89 89 89
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.2 Saran
91 92
DAFTAR PUSTAKA
93
LAMPIRAN
95
RIWAYAT HIDUP
137
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Standar Tinggi Pemotongan Rumput Golf Standar Jarak Par Unsur yang Diperlukan dalam Pemupukan Penentuan Bobot Faktor Internal Penentuan Peringkat Faktor Internal Matriks IFE Penentuan Bobot Faktor Eksternal Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Matriks EFE Formulir Matriks SWOT Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Data Curah Hujan Tahun 2010 – pertengahan 2012 Jarak Tee Box ke Green Tingkat Pemeliharaan Lapangan Golf PGH Standar Pemangkasan Rumput PGH Identifikasi Hama dan Penyakit Rumput PGH Referensi Green Speed dan Jarak Rata-Rata Guliran Bola Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Masa Efektif Peralatan Pemeliharaan Perbandingan Kapasitas Kerja Pemeliharaan Matriks IFE Matriks EFE Matriks SWOT PGH Pemeringkatan Alternatif Strategi SWOT Rekomendasi Program Pengelolaan PGH
9 10 14 20 20 20 21 21 22 23 24 31 35 45 52 58 66 71 80 83 85 86 87 88 90
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45.
Ilustrasi Bagian-Bagian Area Permainan Golf Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf Tipe Lapangan Golf 18 Hole Potongan Melintang Konstruksi Green Peta Lokasi Magang Formulir Matriks IE Plakat Pendiri dan Peresmian Padang Golf Halim Struktur Organisasi Badan Pengelola Padang Golf Halim Peta Aksesibilitas Padang Golf Halim Club House PGH I dan II Driving Range PGH Practice Putting Green PGH Golf Path Halfway House dan Shelter Golf Cart PGH Nursery Fasilitas Khusus Presiden dan Staff (Eagle One) Saluran Drainase di PGH Pompa dan Sprinkler Genzet di PGH Kegiatan Pemangkasan Green Arah Pemangkasan Green Kegiatan Pemangkasan Apron Kegiatan Pemangkasan Fairway Kegiatan Pemangkasan Tee Box Kegiatan Pemangkasan Rough Kegiatan Penyiraman Kegiatan Pengendalian Gulma Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Gejala Serangan Hama Kegiatan Top Dressing Kegiatan Aerating Kegiatan Raking Pergantian Rumput Penanaman Rumput Kegiatan Pembersihan Lapangan Pemangkasan Tanaman Perbaikan Bak Pasir Pemindahan dan Penanaman Pohon Perbaikan Bangunan Peneduh Pemeliharaan Green Practice Perbaikan Jalur Sirkulasi Pemeliharaan Nursery Kegiatan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja Matriks IE PGH
3 4 5 8 17 22 25 28 29 39 39 40 40 41 41 42 42 43 44 44 47 48 49 49 51 52 55 56 57 58 60 62 63 65 65 67 68 72 72 74 75 75 76 79 86
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Jenis Data, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Kuisioner SWOT Struktur Organisasi PGH Luas Keseluruhan Lahan PGH Data Iklim Halim Perdanakusuma Jenis Vegetasi PGH Jumlah Pengunjung PGH Harga Green Fee dan Membership Jumlah Karyawan PGH Pedoman Penempatan Hole Cup Daftar Investasi Alat, Kendaraan, dan Mesin Persentase Rencana Anggaran Biaya Pendapatan Data Rencana Kebutuhan Material PGH Contoh Surat Izin Cuti Contoh Surat Teguran Contoh Surat Lembur Hasil Perhitungan Bobot Faktor Internal dan Eksternal Perhitungan Peringkat Faktor Internal dan Eksternal Rencana Jadwal Pemeliharaan PGH Tahun 2012 Contoh Jadwal Pemeliharaan Area Nonpermainan Site PGH 1 Site PGH II
96 98 103 104 109 111 113 114 115 116 117 123 124 126 127 128 131 132 133 134 135 136
1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pengelolaan merupakan suatu proses yang memberikan pengawasan secara terorganisir pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Pengelolaan lanskap dapat diartikan sebagai tindakan pengelolaan yang dikhususkan pada suatu lanskap atau bentang alam agar tercipta suatu kondisi lanskap yang berkelanjutan. Kegiatan pengelolaan lanskap secara umum dilakukan dengan tujuan menjaga dan merawat suatu lanskap beserta fasilitas yang ada agar tetap terjaga sesuai dengan tujuan desain dan fungsi semula. Lapangan golf merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai area untuk melakukan olahraga yang bersifat rekreatif, dengan tanaman yang mendominasi berupa rumput (Lily, 1999). Selain rumput, terdapat jenis tanaman lain, yaitu pohon yang tidak hanya bermanfaat memperbaiki iklim mikro, tetapi juga berfungsi sebagai rintangan alami dalam permainan golf. Lanskap golf merupakan salah satu kawasan lanskap yang memerlukan perencanaan yang matang, perancangan yang detil, dan pengelolaan yang intensif karena kondisi lanskap lapangan golf itu sangat berpengaruh terhadap permainan golf. Menurut Beard (1982), tujuan pemeliharaan lapangan golf adalah agar lapangan golf tersaji pada kondisi yang optimum di setiap waktu pada saat akan digunakan. Keahlian dan keterampilan serta pengalaman yang memadai sangat diperlukan dalam upaya pemeliharaan tersebut. Dengan usaha pemeliharaan yang cukup intensif, diharapkan akan dihasilkan lapangan golf yang berstandar nasional atau internasional sehingga akan menguntungkan baik bagi pihak pemakai maupun pihak pengelola. Padang golf terdiri dari area permainan dan area nonpermainan. Area permainan merupakan area utama yang memiliki tingkat intensitas pemeliharaan yang paling tinggi sebab area permainan harus dapat tersedia dalam keadaan yang optimum di setiap waktu yang diharapkan. Keadaan yang optimum tersebut merupakan keadaan lapangan yang memenuhi standar untuk dilakukannya permainan sehingga pemain merasa nyaman dalam melakukan permainan. Hal utama yang harus dipenuhi oleh padang golf adalah tinggi pangkasan rumput yang sesuai, rumput yang tahan injakan, keseragaman rumput, dan lapangan yang tidak becek atau tergenang air. Area nonpermainan merupakan area dengan intensitas pemeliharaan sedang sebab area permainan harus mampu mendukung berlangsungnya permainan dan tidak mengganggu jalannya permainan. Pengelolaan harus memperhatikan kualitas dan kuantitas hasil kegiatan dan fasilitasnya. Pengelolaan yang berkualitas sesuai dengan standar pemeliharaan dan operasi, sedangkan kuantitas area meliputi fasilitas-fasilitas penunjang yang cukup memadai untuk pengunjung. Setidaknya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas, di antaranya, frekuensi pemeliharaan, tenaga kerja, alat dan mesin, bahan-bahan untuk setiap kegiatan, serta estimasi waktu yang diperlukan. Faktor-faktor inilah yang membuat lanskap lapangan golf membutuhkan biaya yang tidak sedikit dalam pemeliharaannya.
2
Padang Golf Halim Perdanakusuma, atau yang lebih dikenal dengan nama Padang Golf Halim (PGH), merupakan salah satu lapangan golf yang berada di kota Jakarta Timur, dengan letak yang strategis di selatan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dan dekat dengan pusat kota Jakarta, yang menjadikan PGH sebagai pilihan tempat bermain golf bagi masyarakat kota Jakarta. PGH merupakan lapangan golf yang bertemakan hutan di tengah kota Jakarta, dilengkapi oleh fasilitas penunjang seperti 18 holes di PGH I, 18 holes di PGH II, driving range, club house, practice putting green, dan fasilitas lainnya. PGH berdiri sejak tahun 1971 dan dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau). Padang golf ini tergolong lapangan golf yang sudah lama berdiri dan masih tetap menjadi pilihan dari para pemain golf. Lapangan golf ini pun merupakan salah satu lapangan golf pilihan untuk penyelenggaraan berbagai turnamen golf nasional dan internasional. Teknik pengelolaan pemeliharaan yang menjadikan lanskap Padang Golf Halim tetap eksis hingga saat ini untuk menjadi plihan diselenggarakan turnamen-turnamen golf melatarbelakangi pemilihan lapangan golf tersebut sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan magang. 1.2
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan menambah wawasan, memperluas pengetahuan dan pengalaman keprofesian dalam menunjang profesionalisme di bidang arsitektur lanskap, serta mengetahui dan menganalisis berbagai kendala dan permasalahan pada kegiatan pemeliharaan lanskap padang golf sehingga dapat diperoleh alternatif pemecahannya. Secara khusus, tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut: 1. mempelajari sistem pengelolaan dan pemeliharaan lanskap kawasan Padang Golf Halim yang dikelola oleh Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau) dan sistem pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan lanskap lapangan golf; 2. mengetahui dan menganalisis bahan dan teknik seluruh pengelolaan pemeliharaan lanskap lapangan golf. 3. memberikan rekomendasi berupa evaluasi bentuk, cara, dan teknologi pemeliharaan lanskap lapangan golf yang efektif dan efisien 1.3
Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dengan kegiatan magang adalah sebagai berikut: 1. pelajaran dan pengalaman bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya; 2. bahan masukan dan usulan kepada pihak pengelola lapangan golf untuk kegiatan pengelolaan di masa yang akan datang; 3. bahan pertukaran informasi ilmu dan teknologi untuk mahasiswa dan instansi atau perusahaan tempat mahasiswa bekerja;
3
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Golf
Golf merupakan permainan yang unik jika dibandingkan dengan permainan lainnya baik dari sisi keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan, menyiapkan, dan memelihara lapangan permainan maupun dari segi-segi yang lain (Campbell dalam Beard, 1982). Menurut Klemme (1995), golf adalah olahraga yang meningkatkan interaksi antara manusia dengan alam. Alam tidak hanya sebagai unsur tambahan dalam permainan golf, tetapi juga merupakan bagian penting dalam permainan golf yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Golf merupakan permainan olahraga yang rekreatif karena pemain dapat menikmati pemandangan alam di sekitar lapangan golf saat melakukan permainan. Golf juga merupakan permainan olahraga yang berlangsung pada suatu hamparan rumput dan pemain dituntut untuk dapat memasukkan bola ke dalam lubang bola (hole) serta menanggulangi segala kesulitan yang dihadapi dalam bermain (Helphand, 1995). 2.2
Lapangan Golf
Lapangan golf merupakan salah satu bentuk lanskap ruang terbuka hijau yang dibuat sebagai sarana olahraga yang bersifat rekreatif dengan tanaman yang mendominasi berupa rumput. Menurut Emmons (2000), area permainan suatu lapangan golf terdiri dari beberapa zona (daerah), yaitu tee box, fairway, green, rough, dan hazard (rintangan). Rintangan pada lapangan golf terdiri dari bunker, rumput yang tinggi, vegetasi selain rumput, kemiringan lereng, gundukan tanah, bebatuan, kolam, dan air. Berikut ini merupakan contoh ilustrasi bagian-bagian dari area permainan lapangan golf.
Gambar 1. Ilustrasi Bagian-Bagian Area Permainan Lapangan Golf. Contoh Ilustrasi dari Hole 16 PGH II.
4
Menurut Beard (1982), desain lapangan golf, atau lebih spesifik bentuk antara tee dan green, dapat dikelompokkan menjadi empat kategori (Gambar 2), yaitu desain strategik, desain penal, desain heroik, dan desain terpadu.
Gambar 2. Ilustrasi Gambar Filosofi Desain Golf Strategik, Penal, dan Heroik Sumber: Beard (1982)
Desain strategik adalah desain yang pada prinsipnya menuntut pemikiran dan kemampuan teknis pemain yang sangat tinggi. Desain ini menyediakan kesenangan dan tantangan untuk selalu memecahkan rekor permainan. Desain ini membuat pemain tidak merasa “dihukum mati” jika salah memukul. Aspek yang menantang dari desain strategik ini adalah bahwa pemain harus merencanakan dan memukul bola dengan tepat. Desain penal adalah desain yang dianggap dapat membuat frustasi dan jengkel para pemain. Desain ini biasanya dicirikan dengan bunker-bunker yang dalam dan menjebak dengan rough yang tinggi, pohon, serta halangan-halangan air sehingga membuat pemain sulit menentukan arah pukulan dan sulit mengatur strategi. Desain heroik adalah konsep desain yang menantang pegolf menguras kemampuannya dengan tembakan-tembakan yang monumental untuk mencapai lubang (hole). Desain ini umumnya dijumpai pada hole dengan 5 par. Pukulanpukulan keras pada pukulan pertama dan kedua mungkin diperlukan untuk dapat menciptakan sesuatu yang monumental. Desain terpadu adalah kombinasi lebih dari satu prinsip dari tiga prinsip desain di atas, yang dijumpai di hole-hole tertentu dari suatu padang golf. Kombinasi yang biasa ditemui adalah strategik-heroik. Menurut Chiara dan Koppelman (1990), terdapat lima tipe rancangan dasar untuk lapangan golf 18 hole yang dapat menampung kebutuhan-kebutuhan khusus melalui penentuan lokasi dengan cara penelaahan topografi dan sifat khas alamiah tapak (Gambar 3), yaitu sebagai berikut.
5
Gambar 3. Tipe Lapangan Golf 18 Hole Sumber: Chiara dan Koppelman (1990)
1.
Lapangan 18 lubang berjalur tunggal dengan 9 balikan Lapangan ini mencakup 175 acre (708.194,40 m2), dengan lebar minimum antardaerah yang dibangun adalah 300 kaki (91,44 m) dan panjang bagian muka lahan kurang lebih 44.400 kaki (13.533,12 m). 2. Lapangan 18 lubang dengan jalur tunggal menerus Lapangan ini mencakup 175 acre (708.194,40 m2), dengan lebar minimum antardaerah yang dibangun adalah 300 kaki (91,44 m) dan panjang bagian muka lahan kurang lebih 46.800 kaki (14.264,64 m). 3. Lapangan 18 lubang berjalur ganda dengan 9 balikan Lapangan ini mencakup 150 acre (607.023,80 m2), dengan lebar minimum antardaerah terbangun adalah 500 kaki (152,40 m) dan panjang dari bagian muka kurang lebih 24.200 kaki (7.376,16 m). 4. Lapangan 18 lubang dengan jalur ganda menerus Lapangan ini mencakup 150 acre (607.023,80 m2), dengan lebar minimum antardaerah terbangun adalah 500 kaki (152,40 m) dan panjang dari bagian muka kurang lebih 25.000 kaki (7.620 m). 5. Lapangan 18 lubang yang merupakan lapangan golf inti Lapangan ini mencakup 140 acre (566.555,50 m2), dengan lebar antardaerah terbangun nol kaki dan panjang bagian muka kurang lebih 10.000 kaki (3.048 m). Menurut Turgeon (2002), kualitas rumput yang baik terbagi menjadi dua, yaitu kualitas visual dan kualitas fungsional. Kualitas visual merupakan kualitas dari hamparan rumput berdasarkan kondisi yang terlihat. Kualitas visual rumput meliputi hal-hal berikut: 1. kerapatan (density) yang diukur dari jumlah shoot per satuan luas areal dan kerapatan ini bergantung pada jenis rumput, lingkungan, dan faktor budi daya; 2. tekstur (texture) yang diukur dari lebar daun rumputnya dan mempunyai korelasi dengan kerapatan, yaitu jika kerapatan meningkat, tekstur daun menjadi lebih halus (sempit);
6
keseragaman (uniformity) yang tidak dapat diukur secara akurat karena hal ini dipengaruhi oleh perbedaan pada kerapatan, tekstur, jenis rumput, warna, ketinggian potongan, dan faktor lainnya; 4. warna (colour) yang dapat terlihat dari warna hijau yang menyeluruh pada rumput dan tidak berwarna kekuningan karena terkena hama dan penyakit atau kekurangan unsur-unsur hara; 5. kehalusan/kerataan (smoothness) yang dapat dicapai dengan menggunakan pisau pemotong rumput yang tajam. Kualitas fungsional merupakan kualitas hamparan rumput yang dapat dilihat dari segi fungsi rumput tersebut. Kualitas fungsional rumput meliputi hal-hal berikut: 1. kekakuan (rigidity), yaitu kemampuan dari daun rumput untuk menahan tekanan atau beban yang berat agar daun tidak patah atau robek; 2. elastisitas (elasticity), yaitu kemampuan daun untuk kembali ke bentuk atau posisi semula apabila beban atau tekanan sudah dipindahkan; 3. kekenyalan (resiliency), yaitu kemampuan rumput untuk menahan beban atau tekanan dan dapat kembali ke bentuk dan struktur semula permukaan tanah dan dipengaruhi oleh daun rumput lateral shoot, thatch, serta jenis dan struktur tanah; 4. hasil dari potongan rumput (clipping), yaitu salah satu variabel yang digunakan untuk mengevaluasi program pemupukan, penyiraman, dan budi daya lainnya, serta faktor cuaca dan lingkungannya; 5. ketegaran (verdure), yaitu jumlah shoot yang ada setelah dilakukan pemotongan pada rumput yang dipengaruhi oleh kerapatan; 6. perakaran (rooting), yaitu jumlah dan panjangnya akar yang tumbuh pada rumput; 7. kemampuan pemulihan (recuperative capacity), yaitu kemampuan rumput untuk memulihkan diri terhadap kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh hama, penyakit, dan lainnya; 8. ball roll, yaitu jarak yang ditempuh bola menggelinding sejak mulai dilepaskan di atas rumput sampai berhenti yang dapat diukur dengan alat stimpmeter. Kerapatan rumput lapangan golf dipengaruhi oleh jenis rumput, lingkungan, dan faktor budi dayanya. Kerapatan dan tekstur daun saling mempengaruhi. Jika kerapatan meningkat, tekstur daun menjadi lebih halus, begitu juga sebaliknya. Kerapatan dapat diukur dengan menghitung jumlah tunas per satuan luas areal, sedangkan tekstur dapat dilihat dari lebar daun rumputnya. Kualitas rumput yang baik sangat menentukan dalam permainan golf. 3.
2.2.1 Daerah Tee Box Daerah tee box merupakan tempat memulai permainan golf atau suatu area di hole permainan golf yang khusus disiapkan untuk pemukulan pertama (tee shot) pada setiap hole. Tee box dibuat mengarah pada fairway, mempunyai posisi agak tinggi, serta mempunyai kemiringan sebesar 1--2%. Tee box dapat berbentuk bulat, persegi, atau lonjong. Daerah tee box biasanya dibagi menjadi dua, yaitu tee box men (tempat memulai pemukulan yang digunakan oleh pria), dan tee box
7
ladies (tempat memulai pemukulan yang digunakan oleh wanita). Jarak tee box ladies biasanya dibuat dengan jarak yang lebih dekat dengan putting green. Karakteristik rumput yang digunakan pada tee box menurut Beard (1982) harus memiliki beberapa komponen sebagai berikut: 1. lembut; 2. kuat atau kokoh; 3. rapat dan padat; 4. seragam; 5. lentur serta toleran terhadap pemadatan tanah atau pemakaian yang intensif. Pada daerah yang beriklim tropis, jenis rumput yang biasanya digunakan pada tee box adalah rumput bermuda dengan ketinggian 7-10 mm. 2.2.2
Daerah Fairway
Daerah fairway merupakan daerah lapangan terbuka yang menghubungkan daerah tee box dengan green. Fungsi dari fairway adalah sebagai landing area permainan golf sebelum memasukkan bola ke dalam lubang di green. Fairway dapat berbentuk bulat, lonjong memanjang, berpola organik, atau memblok sesuai dengan kondisi tapak. Karakteristik rumput yang digunakan pada fairway menurut Beard (1982) adalah sebagai berikut: 1. mempunyai kerapatan yang tinggi; 2. mampu beradaptasi terhadap pemangkasan antara 13 dan 20 mm; 3. minim thatch; 4. toleran terhadap kondisi pemadatan tanah dan pemakaian yang intensif; 5. tahan terhadap hama penyakit. 2.2.3 Daerah Green Daerah green merupakan daerah sasaran utama pukulan yang di dalamnya terdapat hole (lubang) tempat masuknya bola. Bentuk green biasanya bulat, persegi, atau berpola organik dengan kemiringan yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan tertentu. Desain suatu green harus memperhatikan variasi kontur sebagai tantangan bagi pemain golf. Daerah green yang baik ditumbuhi rumput yang merata, rapat (tidak botak), berwarna hijau segar, dan permukaan rumput tegak halus sehingga bola dapat menggelinding dengan baik. Luasan green beragam bergantung pada jenis par. Daerah green terdiri dari tiga area, yaitu putting green, collar green, dan apron. Putting green merupakan area inti tempat lubang bola; collar green merupakan area di sekeliling putting green; apron merupakan daerah peralihan dari fairway ke collar atau putting green. Faktor yang membedakan ketiga area tersebut adalah jenis dan tinggi pemangkasan rumput. Jenis rumput yang digunakan untuk putting green dan collar adalah rumput bermuda (Cynodon dactylon kultifar Tifdwarf). Rumput pada area green dipangkas sampai ketinggian 3,5--4 mm agar bola dapat menggelinding dengan baik, sedangkan pada collar rumput dipangkas dengan ketinggian 6,5--7 mm, sedikit lebih panjang daripada green agar bola tidak mudah keluar dari area green. Rumput yang digunakan di apron juga merupakan jenis rumput bermuda (Cynodon dactylon kultifar Tifdwarf) dengan ketinggian rumput
8
9--10 mm. Jenis rumput yang biasanya digunakan pada daerah green harus memenuhi kriteria bertekstur halus, berdaun kecil, cepat merapat, tahan kering, tahan terhadap kadar garam yang tinggi, serta tahan terhadap hama dan penyakit. Potongan melintang konstruksi green menurut United States Golf Association (USGA) atau Persatuan Golf Amerika Serikat diilustrasikan pada Gambar 4. Metode konstruksi dan spesifikasi dari green ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1960 dan mengalami perbaikan pada tahun 1973. Kesimpulan ditetapkannya metode konstruksi ini dipilih berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan di beberapa lokasi dan mudah diterapkan pada hampir semua lokasi.
Gambar 4. Potongan Melintang Konstruksi Green Sumber: Beard (1982)
2.2.4 Rough Daerah rough merupakan batas terluar suatu area permainan golf dengan lingkungan sekitar atau area permainan lainnya yang memisahkan area permainan hole yang satu dengan hole yang bersebelahan atau merupakan area yang berada di luar area permainan. Daerah rough biasanya menggunakan rumput manila (Zoysia matrella) yang mempunyai daun lebih lebar, padat, dan agak tegak jika dibandingkan dengan rumput bermuda. Pada daerah ini dibangun sirkulasi pelayanan (service road) dan ditanami pohon yang berfungsi sebagai pembatas. Ketinggian rumput sekitar 30-135 mm sehingga dari jauh penampakan rough berbeda dengan area fairway.
9
2.2.5
Hazard (Rintangan)
Daerah hazard biasanya merupakan bak-bak pasir (bunker), danau buatan, dan pepohonan yang tumbuh di sepanjang daerah rough. Rintangan-rintangan ini diletakkan di fairway, rough, dan sekitar green. Selain berfungsi sebagai rintangan, daerah ini juga berfungsi sebagai tempat akhir pembuangan air drainase dan bermanfaat sebagai air irigasi. Bunker yang merupakan salah satu bentuk hazard adalah suatu lahan kosong yang biasanya diisi dengan pasir. Pembuatan bunker tidak memiliki batas ketentuan ukuran dan bentuk. Pemilihan pasir untuk bunker sendiri biasanya menggunakan jenis pasir yang berwarna cerah seperti putih, coklat, atau abu-abu. Menurut Beard (1982), kedalaman bunker paling sedikit mencapai 4 inch (10 cm) untuk bagian dasar dan sekitar 2 inch (5 cm) untuk bagian permukaan. Bunker merupakan bagian yang menyatu dengan permainan golf, estetika, dan pemeliharaan lapangan golf (Beard, 1982). Fungsi bunker adalah sebagai berikut: 1. memberikan kesan atau pandangan yang lebar; 2. menghindari pukulan yang tidak benar; 3. merupakan pola lalu lintas secara langsung bagi pemain. Lapangan golf dirancang untuk memberikan kesenangan secara estetik, tetapi fungsi utamanya adalah sebagai sarana untuk berolahraga (Lily, 1999). Beard (1982) menyatakan bahwa aspek estetis adalah hal yang utama dalam permainan golf. Estetika dalam permainan ini berarti keadaan alam yang sepatutnya dipertahankan sehingga apa yang dapat dilihat oleh pemain dapat dirasakan keunikannya. Arsitek lanskap merancang dan mempercantik bentang lanskap dengan membentuk 18 hole yang memberikan tantangan (Munandar dan Hardjosuwignyo, 1990). Lapangan golf yang berdesain baik adalah lapangan yang dapat memberikan tantangan untuk semua tingkat keahlian bermain golf, tanpa pemain merasa jenuh dan bosan. Seorang arsitek lapangan golf yang baik akan mengambil keuntungan dari keindahan alam di sekitarnya untuk menciptakan lapangan golf yang menyenangkan untuk bermain. Bermain pada lapangan golf yang dirancang dengan baik akan menjadi pengalaman yang selalu diingat oleh pemain (Beard, 1982). Tinggi pemotongan rumput ditentukan berdasarkan tujuan penggunaan rumput. Pada masing-masing area permainan dibutuhkan kondisi rumput yang tepat sehingga bola dapat menggelinding dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku (Beard, 1982). Tabel 1 menunjukkan standar tinggi pemotongan rumput golf. Tabel 1. Standar Tinggi Pemotongan Rumput Golf Area permainan Green Collar Green Appron Tee box Fairway Rough Sumber: Beard (1982)
Tinggi Pemotongan Rumput (mm) 4-6 7-10 11-13 7-10 13-20 30-135
10
Jarak dari suatu area permainan ditentukan oleh par, yaitu angka yang dapat diraih oleh seorang pegolf ahli untuk suatu lubang tertentu. Persatuan Golf Amerika Serikat telah menetapkan standar umum untuk par dalam kaitannya dengan jarak (yard) (Tabel 2). Tabel 2. Standar Jarak Par No Par Pria Wanita 1. 3 sampai 250 yards (228,6 m) sampai 210 yards (192,02 m) 2. 4 250-470 yards (228,6-429,77 m) 211-400 yards (192, 94-365,76 m) 3. 5 di atas 470 yards (429,77 m) 402-575 yards (367,59-525,78 m) 4. 6 di atas 575 yards (525,78 m) Sumber: Golf Committee Manual and USGA Golf Handicap System, New York (1969)
2.3
Lanskap Lapangan Golf
Lanskap lapangan golf adalah lanskap yang didominasi oleh tanaman rumput pada area permainannya. Menurut Klemme (1995), lingkungan di sekitar lapangan golf sangat menentukan keseluruhan karakter dari lapangan golf tersebut. Menurut Beard (1982), lapangan golf tanpa adanya pohon akan terlihat gundul dan pemain akan merasakan pentingnya pohon dan tanaman ornamental. Keberadaan tanaman, baik pohon maupun ornamental, dapat menaikkan kualitas lapangan golf. Pemilihan jenis tanaman yang tepat dan penempatan yang baik pada lanskap lapangan golf memiliki empat fungsi utama yang saling berhubungan, yaitu fungsi secara arsitektural, teknik, estetika, dan ekonomi (Beard, 1982). Fungsi pohon secara arsitektural adalah 1. sebagai rintangan alami bagi pegolf untuk penempatan bola di permainan golf; 2. sebagai alat penentu jarak yang alami; 3. sebagai referensi point saat bola mendarat pada garis area permainan; 4. sebagai kontrol dalam penempatan bola agar tidak keluar area permainan dan menciptakan target utama, yaitu daerah green, serta melindungi pegolf dari sinar matahari yang menyilaukan; 5. sebagai tempat istirahat dan mencegah bola hilang saat keluar area permainan. Fungsi pohon secara teknik adalah 1. pengontrol aliran udara dan sirkulasi; 2. alat konservasi seperti pengontrol erosi dan preservasi habitat satwa; 3. pengubah lingkungan contohnya sebagai pemecah arah angin; 4. pengaman dari pukulan yang tidak terarah bagi pegolf dan properti lainnya; 5. pagar dari sesuatu yang mengganggu serta pemberi rasa nyaman bagi pegolf. Fungsi pohon secara estetika adalah 1. sebagai pemecah kemonotonan di sepanjang daerah permainan; 2. pemberi kesan tertentu seperti menghasilkan kontras, variasi, dan penarik perhatian; 3. sebagai pemberi tekanan (emphasis) terhadap suatu titik yang menjadi pusat perhatian; 4. sebagai penghubung dari bentukan-bentukan yang ada di lapangan golf.
11
Fungsi pohon secara ekonomi adalah menghasilkan produk yang ekonomis seperti buah, kayu, kayu bakar, kompos, daun, dan kacang-kacangan. Jenis tanaman yang tumbuh sesuai dengan iklim setempat akan mempengaruhi jenis produk yang dihasilkan. 2.4
Utilitas Lapangan Golf
Kelengkapan utilitas merupakan tolok ukur suatu area golf yang berkualitas. Suatu area permainan yang luas memerlukan utilitas yang berkuantitas dan berkualitas baik. Menurut McCarty (2001), jenis utilitas yang terpenting dalam konstruksi dan pemeliharaan lapangan golf adalah sistem drainase, sistem irigasi, dan jaringan listrik. Ketiga utilitas tersebut harus dipelihara agar kondisi lapangan tetap optimal untuk digunakan. 2.5
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan tujuan menjaga dan merawat areal dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankannya pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan dan desain awal. Pemeliharaan dikenal dengan istilah pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal adalah pemeliharaan yang mempertahankan tujuan dan desain semula, sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan (Arifin dan Arifin, 2005). Manjamen pemeliharaan suatu areal atau kawasan memiliki prinsip dasar. Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan. 2. Pemeliharaan harus dilaksanakan dengan waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang ekonomis. 3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasari pada rencana pemeliharaan. 4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasari pada kebijaksanaan dan prioritas. 5. Pengelola pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan untuk pencegahan. 6. Pengelola pemelihara harus terorganisir dengan baik. 7. Sumber dana yang cukup harus dimiliki untuk mendukung program pemeliharaan. 8. Tenaga kerja yang cukup harus tersedia untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan. 9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami. 10. Pengelola pemeliharan harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum dan pegawai pemeliharaan. 11. Dalam desain dan kontruksi suatu taman rekreasi dan fasilitasnya, pemeliharaan hendaknya menjadi pertimbangan awal saat pembangunan. 12. Para pegawai pemeliharaan bertanggung jawab terhadap pencitraan khalayak umum dan pihak pengelolaan.
12
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan ideal akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh upaya-upaya berikut ini: 1. perencanaan dan perancangan taman dengan desain sederhana; 2. penggunaan elemen taman yang mudah dicari; 3. pemilihan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahan-bahan perkerasan yang sesuai; 4. pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalam taman selalu lancar; 5. perlengkapan taman yang memadai, penerangan lampu pada malam hari, dan jaringan utilitas yang ada di bawah tanah harus direncanakan dengan baik sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan taman. Sternloff dan Warren (1984) menyebutkan bahwa pemeliharaan fisik memiliki dua sistem pemeliharaan, yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif menitikberatkan pada penanganan masalah yang terjadi, sedangkan pemeliharaan preventif menekankan pada identifikasi dan penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Pemeliharaan preventif ini merupakan kunci sukses untuk meminimalisasi perawatan kerusakan lanskap. Pemeliharaan lanskap memerlukan manajemen yang terjadwal dengan baik agar semua kegiatan berjalan dengan lancar dan tepat. Menurut Sternloff dan Warren (1984), perencanaan pengelolaan yang baik dan logis harus mencakup hal-hal seperti berikut: 1. inventarisasi lengkap seluruh area taman rekreasi, fasilitas, dan peralatan yang akan dipelihara; 2. perencanaaan pemeliharaan rutin secara tertulis yang meliputi a. standar pemeliharaan seluruh area, fasilitas, dan peralatan yang telah didata dalam inventarisasi, b. pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan, c. prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin, d. frekuensi kegiatan pemeliharaan, e. pegawai yang melaksanakan kegiatan, f. bahan-bahan, termasuk bahan sekali pakai, g. peralatan untuk melaksanakan kegiatan, dan h. pendugaan waktu yang akurat; 3. cara pelaksanaan pemeliharaan yang bersifat tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan perbaikan atau persiapan untuk suatu acara khusus; 4. pemeliharaan yang bersifat pencegahan terhadap kondisi yang dapat mempercepat kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal; 5. jadwal penugasan untuk tipe pekerjaan pemeliharaan yang meliputi perorangan, tim, atau kontraktor sehingga dapat terpantau dengan baik; 6. sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan, jadwal pemeliharaan, dan pengawasan beban kerja; 7. sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam pembuatan rencana pemeliharaan adalah pembagian areal lanskap berdasarkan klasifikasi dari pemeliharaan yang diinginkan untuk setiap area. Area tersebut menurut Carpenter
13
et al. (1975) dibagi menjadi tiga, yaitu area pemeliharaan intensif, area pemeliharaan semi intensif, dan area pemeliharaan ekstensif. Menurut Arifin dan Arifin (2005), efektivitas pekerjaan pegawai sangat ditentukan oleh motivasi kerja dan tingkat keterampilan para pegawai, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersediaan alat dan bahan, tingkat pengawasan kerja di lapang, dan kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor serta antara mandor dan pegawai pemeliharaan. Kinerja para pegawai menurut Sternloff dan Warren (1984) sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kecakapan dan komitmen. Kecakapan bekerja terbentuk dengan adanya pengalaman, keahlian, dan pengetahuan dasar akademiknya, sedangkan komitmen dihasilkan dari adanya motivasi. Oleh karena itu, untuk menjaga keinginan para pegawai agar tetap bekerja dan bangga dengan hasil pekerjaannya, perlu diperhatikan penghargaan dan tingkat upah atau gaji para pegawainya. 2.6
Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf
2.6.1
Pemeliharaan Area Permainan
Inti dari pemeliharaan di area permainan golf adalah pada hamparan rumputnya. Pemeliharaan pada area rumput meliputi penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, dan kegiatan renovasi. Menurut Emmons (2000), jaringan hidup pada tanaman mengandung 8095 persen air. Jika persentase tersebut berkurang hingga menjadi 60 persen, tanaman tersebut akan mati. Tanaman memperoleh air dari tanah. Sebanyak 90 persen air yang diserap oleh akar mungkin hilang melalui stomata. Penyiraman pada musim kemarau dilakukan 2--3 kali sehari, sedangkan pada musim hujan, penyiraman dilakukan dua kali sehari, sebelum dan sesudah lapangan golf digunakan. Pada umumnya, penyiraman di daerah tee, fairway, dan green menggunakan sprinkler link master yang dioperasikan secara otomatis dari pusat pengendalian sehingga waktu dan lama penyiramannya dapat diatur. Selain itu dapat digunakan sprinkler impact yang diatur secara manual dengan selang. Frekuensi penyiraman yang terlalu sering dapat mengakibatkan perakaran dangkal dan mudah terjadi pemadatan tanah. Sedangkan penyiraman yang jarang dilakukan tetapi dengan jumlah air yang banyak dapat merangsang pembusukan akar. Menurut Tjahjono (1994), pemangkasan rumput merupakan usaha paling mendasar dari pemeliharaan lapangan golf karena pemangkasan rumput golf berhubungan erat dengan kegiatan pemeliharaan lainnya. Pemangkasan sendiri bersifat merusak sehingga dapat mengganggu kesehatan rumput sendiri. Karena pemangkasan dapat menyebabkan pertumbuhan akar terhambat, mengurangi produksi dan simpanan karbohidrat, menjadikan rumput lebih rentan terhadap penyakit, membuat rumput kehilangan air dari ujung daun yang dipotong untuk sementara waktu, dan mengurangi serapan air oleh akar. Tetapi, rumput dapat beradaptasi terhadap pemangkasan yang rutin. Pemangkasan juga dapat meningkatkan pertumbuhan tajuk per unit area, meningkatkan kerapatan, mengurangi lebar daun, meningkatkan jumlah klorofil per unit area, dan mengurangi pertumbuhan rimpang.
14
Pada dasarnya, pemupukan pada lapangan golf adalah suatu usaha pemberian hara esensial bagi rumput golf yang sama pentingnya dengan pemangkasan dan penyiraman dalam menentukan kualitas dan ketahanan rumput golf (Tjahjono, 1994). Pemupukan yang tepat dan berimbang akan memberikan efek penting pada warna, kerapatan, keseragaman dan tingkat pertumbuhan rumput. Rumput yang dipupuk secara teratur dapat berkompetisi secara lebih baik terhadap serangan gulma dan lebih cepat pulih dari kerusakan serta lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur esensial. Unsur-unsur tersebut dibutuhkan dalam jumlah banyak, sedang dan sedikit. Unsur-unsur yang diperlukan dalam pemupukan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Unsur yang Diperlukan dalam Pemupukan No Unsur Esensial 1. Makro (Largest Quality) 2.
Sedang (Medium Quality)
3.
Mikro (Smallest Quality)
Elemen Nitrogen Phosphor Potassium Sulfur Calsium Magnesium Iron Mangan Boron Copper Zinc Molybdenum Chlorin
Simbol Kimia N P K S Ca Mg Fe Mn B Cu Zn Mo Cl
Unsur Tersedia NH4+, NO3HPO42-, H2PO4K+ SO42Ca2+ Mg2+ Fe2+, Fe3+ Mn2+ H2BO3 Cu2+ Zn2+ MoO42Cl-
Sumber: Turgeon, 2002
Pengendalian gulma, hama, dan penyakit dilakukan untuk mengurangi kerugian yang diakibatkannya seperti mengurangi nilai estetika dan mengganggu penyerapan hama, air tanah, masuknya sinar matahari bagi tanaman. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengendalian dapat dilakukan dengan cara manual, fisik, dan kimia. Cara manual dilakukan dengan cara mengambil langsung baik menggunakan tangan maupun alat. Cara fisik adalah memanipulasi faktor fisik (seperti suhu, kelembaban udara, dan cahaya) sehingga kondisinya tidak cocok untuk pertumbuhan gulma tersebut. Cara kimia adalah alternatif terakhir jika kedua cara tersebut sudah tidak mungkin dilakukan, dan cara yang digunakan adalah dengan menggunakan pestisida. Renovasi dapat berarti pembaharuan atau peremajaan. Renovasi dalam lapangan golf berupa kegiatan kultivasi, perbaikan drainase, dan kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan irigasi. Menurut Turgeon (2002), kultivasi berarti metode mekanik untuk memperbaiki pertukaran udara dan air yang meliputi gerakan oksigen dan air dari atmosfer ke dalam tanah serta perpindahan karbondioksida dan gas beracun lainnya dari tanah ke atmosfer. Kegiatan kultivasi yang umum dilakukan pada rumput adalah pelubangan (coring), pencacahan (slicing), pemakuan (spiking), kultivasi bawah permukaan, pemangkasan vertikal (vertical mowing), dan pengangkatan serasah (thatch removal). Perbaikan drainase berupa penggantian pipa yang bocor, perbaikan saluran apabila terjadi
15
pemampatan, dan lain-lain. Perbaikan irigasi berupa perbaikan satelit pengendali untuk penyiraman dengan menggunakan sistem springkler. 2.6.2 Pemeliharaan Area Nonpermainan Area nonpermainan menjadi faktor pendukung terhadap estetika lapangan golf. Pemeliharaan area nonpermainan meliputi pemeliharaan lanskap nonrumput, club house, dan nursery. Menurut Beard (1982), semak, tanaman penutup tanah, dan tanaman bunga biasanya digunakan untuk menambah keindahan di luar area permainan, seperti sekitar club house, entrance, halfway house, shelter, dan sekitar green menuju tee box. Entrance dapat dibuat dengan desain sederhana atau detil bergantung pada kesan fasilitas dari lapangan golf yang diinginkan (Beard, 1982). Penanaman di sekitar club house dimaksudkan untuk menunjang bangunan dan menciptakan pemandangan yang indah (Witteveen dan Bavier, 1998). 2.7
Nursery
Nursery merupakan tempat untuk penggandaan dan pembudidayaan tanaman (Davidson et al., 2000). Nursery menyediakan bibit yang diperlukan untuk membangun taman baru baik mengganti maupun menyulam taman yang telah terbangun (Arifin dan Arifin, 2005). Pemilihan lokasi untuk penempatan nursery harus dipikirkan dengan cermat. Perlu dipertimbangkan faktor utama seperti air, jenis tanah, dan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Davidson et al. (2000), areal pada nursery dapat dibagi menjadi areal penyemaian, areal transplantasi, areal yang tidak ditanami, dan areal yang diperuntukkan untuk fasilitas nursery seperti lahan untuk bangunan, parkir, jalan, pagar, fasilitas irigasi, dan penahan angin. Keberadaan nursery di lapangan golf sangat bermanfaat karena dapat menghemat biaya pembelian tanaman, juga dapat mempermudah dan mempercepat dalam penyediaan tanaman yang akan dipakai untuk penanaman di lapangan sewaktu-waktu (insidental).
16
17
METODOLOGI 3.1
Lokasi dan Waktu Magang
Kegiatan magang dilaksanakan di Padang Golf Halim Perdana Kusuma, yang berlokasi di Jalan Squadron Halim Perdana Kusuma, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Peta lokasi magang dapat dilihat pada Gambar 5. Kegiatan magang berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari tanggal 20 Februari hingga 20 Mei 2012. Kegiatan magang dimulai pada pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 15.00 WIB setiap hari dari Senin sampai dengan Jumat.
0
500
Gambar 5. Peta lokasi magang, Padang Golf Halim Perdana Kusuma Sumber: Google Earth (2012)
3.2
Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan selama kegiatan magang adalah berpartisipasi aktif secara langsung di lapang dan kantor dalam aspek pemeliharaan lanskap. Kegiatan magang dilakukan selama 1,5 bulan pertama di PGH I, kemudian dilanjutkan 1,5 bulan berikutnya di PGH II. Tahap awal kegiatan magang meliputi kegiatan pengenalan terhadap kondisi umum di lapang dan berbagai pekerjaan pemeliharaan baik di lapang maupun di kantor. Pada tahap berikutnya kegiatan magang yang dilakukan meliputi penelaahan desain lapangan golf di lapang dan dari dokumen Padang Golf Halim, yakni kegiatan mengamati dan menganalisis bagian-bagian lapangan golf, keterlibatan dalam kegiatan administrasi dan pelaksanaan pemeliharaan lanskap lapangan golf, dan pengelolaan tenaga kerja. Dalam kegiatan administrasi ditelaah hal-hal berikut: 1. sejarah perusahaan dan struktur organisasi perusahaan;
18
2. cara-cara serta proses-proses yang dilakukan dalam penjadwalan kerja, sistem tenaga kerja, anggaran biaya pemeliharaan, pembelian bahan dan alat, peminjaman barang, dan lain-lain; 3. sistem upah tenaga kerja serta mengetahui jumlah upah yang diterima tenaga kerja tiap harinya; 4. pengaturan penyediaan jumlah alat dan bahan; 5. penyusunan pembuatan program pemeliharaan; 6. pencatatan berbagai data yang terkait pada pemeliharaan lanskap. Dalam kegiatan pelaksanaan pemeliharaan dilakukan hal-hal berikut: 1. mengamati, mencatat, dan membuat dokumentasi yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan di lokasi pekerjaan; 2. mengikuti seluruh kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh masing-masing departemen, seperti a. pemangkasan rumput di daerah tee box, green, fairway, dan rough, b. pemeliharaan area hazard, c. pemeliharaan elemen hardscape di lapangan golf, d. pemeliharaan tanaman di nursery, e. pemupukan lanskap dan rumput, f. penanaman tanaman pada flowerbed, g. pemangkasan lanskap di lapangan, h. penyiraman lanskap dan rumput di lapangan, i. penyulaman dan pendangiran di lanskap, dan j. pengendalian gulma, hama, dan penyakit tumbuhan. Dalam pengelolaan tenaga kerja, dipelajari efektivitas kerja karyawan serta alat dan bahan yang dipergunakan. Efektivitas kerja dihitung dengan mengikuti kegiatan pemeliharaan di Padang Golf Halim kemudian membandingkannya dengan standar kapasitas kerja berdasarkan pustaka. Data diperoleh melalui observasi, partisipasi aktif, diskusi, serta wawancara. Selain itu, juga dilakukan penelusuran studi pustaka dan dokumen perusahaan (Lampiran 1). 3.3
Analisis dan Rekomendasi
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah pada tempat magang, yaitu sebagai berikut: 1. aspek fisik, yang meliputi jenis tanah, jenis rumput, topografi, iklim, hidrologi, vegetasi, satwa liar, fasilitas, utilitas, konsep lanskap, dan rencana lanskap lapangan golf tersebut; 2. aspek sosial, yang meliputi struktur organisasi, konsep dasar, karyawan perusahaan, pengunjung, dan masyarakat sekitar; 3. aspek ekonomi, yang meliputi biaya-biaya pemeliharaan; 4. aspek teknik, yang meliputi aturan-aturan penggunaan alat pemeliharaan, keamanan, dan pembuangan limbah; 5. pemeliharaan rumput; 6. pemeliharaan nonrumput, yang meliputi pemeliharaan pohon, hazard, fasilitas, utilitas, ketenagakerjaan, mesin, dan alat-alat kerja.
19
3.3.1
Pengolahan Data dan Analisis
Pengolahan seluruh data yang diperoleh dari hasil inventarisasi dan observasi dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di kawasan magang. Kegiatan analisis dilakukan untuk pemecahan permasalahan yang ada. Setelah menganalisis berbagai masalah tersebut, tahap selanjutnya adalah membandingkan dengan kriteria ideal untuk memberi solusi dari sudut pandang arsitektur lanskap. 3.3.2
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui survei lapang, penyebaran kuisioner, wawancara, dan studi pustaka. 3.3.3
Analisis SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Padang Golf Halim dengan mengalisis kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif juga dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dengan cara memberi bobot dan memberi peringkat. Perumusan strategi dengan menggunakan analisis SWOT memerlukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Perumusan faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil diskusi dengan pihak pengelola berdasarkan hasil inventarisasi data yang terdapat pada Lampiran 1. Setelah merumuskan faktor internal dan eksternal, pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh tiga responden yang ketiganya merupakan responden internal yang paham mengenai kondisi Padang Golf Halim (Lampiran 2). Para responden tersebut adalah Kepala Bagian Kesiapan Lapangan (Kabag Siaplap), Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan (Kabag Harlap) PGH I, dan Kepala Urusan Lapangan (Kaur Lap) II PGH I. Pada analisis SWOT, faktor internal dirumuskan dalam matriks yang dikenal dengan sebutan matriks evaluasi faktor internal (IFE, internal factor evaluation) dan faktor eksternal dirumuskan dalam matriks evaluasi faktor eksternal (EFE, external factor evaluation). Langkah kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut. 1. Pembuatan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Evaluasi faktor internal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori kekuatan dan kelemahan (David, 2011). Matriks IFE membantu perusahaan untuk menganalisis dan mengatur faktor-faktor strategi internal. Menurut David (2011), dalam membuat matriks IFE terdapat lima langkah berikut yang harus dilakukan. a. Langkah pertama mengindentifikasi dan mendaftar setiap faktor yang menjadi kelemahan dan kekuatan bagi perusahaan.
20
b. Langkah kedua memberi bobot pada setiap faktor yang telah ditentukan. Bobot yang diberikan berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Menurut David (2011), bobot mengindikasikan pentingnya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penentuan Bobot Faktor Internal Faktor Internal
Tingkat Kepentingan Jumlah Responden 1 2 3 4
Rata-Rata
Bobot
S1 Sn W1 Wn Jumlah Rata-rata Sumber: Rosa (2003)
1.00
c. Langkah ketiga memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor, dengan 1 kelemahan utama, 2 kelemahan minor, 3 kekuatan minor, dan 4 kekuatan utama. Kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Pada Tabel 5, peringkat adalah nilai rata-rata dari tingkat kepentingan. Tabel 5. Penentuan Peringkat Faktor Internal Faktor Internal
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Jumlah Responden
Peringkat
S1 Sn W1 Wn Sumber: Rosa (2003) d. Langkah keempat menentukan skor bobot masing-masing faktor dengan cara mengalikan bobot pada tiap faktor dengan peringkatnya. Perhitungan ini dibuat dalam matriks IFE (Tabel 6).
Simbol S1 Sn W1 Wn
Tabel 6. Matriks IFE Faktor Internal
Total Sumber: David (2011)
Bobot
Peringkat
Skor Bobot
21
e. Langkah kelima menjumlahkan seluruh skor bobot untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot maksimal adalah 4,0 dan skor bobot minimal adalah 1,0, dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 menandakan bahwa perusahaan lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2,5 menandakan bahwa perusaahaan kuat secara internal. 2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori peluang dan ancaman (David, 2011). Secara umum, tahapan kerja pada matriks EFE sama dengan matriks IFE, yaitu sebagai berikut. a. Langkah pertama mengidentifikasi dan mendaftar faktor yang menjadi ancaman dan peluang yang mempengaruhi perusahaan. b. Langkah kedua menentukan bobot pada setiap faktor eksternal mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penentuan Bobot Faktor Eksternal Faktor Eksternal
Tingkat Kepentingan Jumlah Responden 1 2 3 4
Rata-rata
O1 On T1 Tn Jumlah Rata-rata Sumber: Rosa (2003)
Bobot
1.00
c. Langkah ketiga memberikan peringkat 1--4 pada setiap faktor eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja perusahaan dalam merespon faktorfaktor eksternal yang berpengaruh. Peringkat 1 menandakan bahwa respon perusahaan di bawah rata-rata, Peringkat 2 menandakan bahwa respon perusahaan rata-rata, Peringkat 3 menandakan bahwa respon perusahaan di atas rata-rata, dan Peringkat 4 menandakan bahwa respon perusahaan sangat bagus. Baik ancaman maupun peluang dapat menerima Peringkat 1,2,3, atau 4. Perhitungan peringkat dapat dilihat pada Tabel 8. Peringkat merupakan nilai rata-rata tingkat kepentingan. Tabel 8. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Faktor Eksternal
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
O1 On T1 Tn Sumber: Rosa (2003)
Jumlah Responden
Peringkat
22
d. Langkah keempat mengalikan bobot dengan peringkat setiap faktor untuk mendapatkan skor bobot. Perhitungan ini dibuat dalam matriks EFE (Tabel 9).
Simbol O1 On T1 Tn
Tabel 9. Matriks EFE Faktor Eksternal Bobot
Peringkat
Skor Bobot
Total Sumber: David (2011) e. Langkah kelima menjumlahkan seluruh skor bobot tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot total tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 4,0 sedangkan skor bobot terendah yang mungkin didapatkan adalah 1,0. Semakin tinggi skor bobot total yang didapatkan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang dan ancaman yang ada dengan baik, perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalisir ancaman yang ada. 3. Pencocokan (Matriks Internal-Eksternal) Tahapan pencocokan dilakukan untuk mengetahui strategi mana yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan. Dari skor pembobotan yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dapat diketahui Matriks Internal-Eksternal (IE) yang dibagi kuadran-kuadran yang masing-masing kuadran tersebut menggambarkan implikasi strategi yang berbeda-beda. Sumbu X pada matriks IE menggambarkan skor bobot IFE dan skor bobot EFE digambarkan pada Sumbu Y (Gambar 6).
Gambar 6. Formulir Matriks IE Sumber: David (2011)
Menurut David (2011), matriks IE memiliki sembilan kuadran yang dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut. a. Grow and build strategy (Kuadran I, II, dan IV) Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk yang bersifat intensif dan agresif. b. Hold and maintain strategy (Kuadran III, V, dan VII) Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk.
23
c. Harvest and divest strategy (Kuadran VI, VIII, dan IX) Fokus strategi ini adalah perlunya manajemen biaya yang agresif saat biaya peremajaan bisnis untuk merevitalisasi bisnis tergolong rendah. 4. Penentuan Alternatif Strategi Pemilihan alternatif strategi berfokus terhadap kuadran yang didapatkan. Fokus strategi tersebut dikembangkan agar didapatkan suatu alternatif strategi manajemen lanskap yang dapat meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang kemudian digambarkan dengan matriks SWOT (Tabel 10). Matriks SWOT memiliki empat alternatif strategi (David, 2011). Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut. a. Strategi SO (Strengths-Opportunities) Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. b. Strategi ST (Strengths-Threats) Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities) Strategi ini bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. d. Strategi WT (Weaknesses-Threats) Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Tabel 10. Formulir Matriks SWOT Internal Eksternal Opportunities
Threats
Strenghts
Weaknesses
Memanfaatkan kekuatan untuk menarik keuntungan dari peluang Menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman
Memperbaiki kelemahan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang Taktik defensif untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber: David (2011) 5. Pemeringkatan Alternatif Strategi Penentuan prioritas dilakukan kepada beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT. Jumlah dari skor pembobotan yang menentukan peringkat dari setiap strategi. Peringkat diurut berdasarkan skor tertinggi sampai yang terendah (Tabel 11). Urutan peringkat tersebut menunjukkan urutan alternatif strategi pengelolaan yang direkomendasikan.
24
Tabel 11. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi Alternatif Keterkaitan dengan Unsur Strategi SWOT SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn Sumber: Saraswati (2010) 3.3.4
Skor
Peringkat
Sintesis
Sintesis merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan. Sintesis bertujuan mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga didapatkan suatu rekomendasi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan. 3.4
Batasan Studi
Kegiatan magang yang dilakukan adalah untuk menjabarkan sistem pengelolaan yang ada di Padang Golf Halim Perdana Kusuma yang difokuskan pada pengelolaan lanskap padang golf dan pemeliharaan rumput, pohon, semak, dan perdu. Kegiatan magang dilakukan di bawah pengawasan Departemen Pemeliharaan. Studi difokuskan pada pemeliharaan lanskap golf yang meliputi area permainan dan area nonpermainan.
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Latar belakang pembangunan Padang Golf Halim (PGH) berawal dari adanya pemikiran untuk memanfaatkan lahan yang sebelumnya berupa hutan dan rawa-rawa yang terbengkalai menjadi sarana olahraga bermain golf bagi masyarakat luas terutama anggota TNI-AU. Selain itu, pembangunan PGH ini dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat sekitar dan keluarga besar TNI-AU yang berupa a. fasilitas bermain golf bagi keluarga TNI-AU; b. lahan pekerjaan kepada keluarga dan pensiunan anggota TNI-AU; c. lahan pekerjaan kepada perkumpulan pemuda yang berdomisili di daerah Halim atau yang disebut “Halim Boys” yang memiliki citra negatif di mata masyarakat. Pembangunan lapangan golf di Halim memberikan dampak yang sangat baik bagi lingkungan sekitar dan kondisi sosial ekonomi masyarakat karena selain dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, didirikannya PGH juga telah mengubah pandangan masyarakat tentang daerah Halim itu sendiri. Menurut data karyawan Badan Pengelola Padang Golf Halim, tercatat pada bulan April 2012, jumlah karyawan yang tinggal di Kelurahan Halim Perdanakusuma yaitu 138 orang.Keinginan para anggota TNI-AU atas adanya sarana permainan golf inilah yang membuat pembangunan PGH dilaksanakan sendiri oleh anggota TNI-AU.
Gambar 7. Plakat Pendiri dan Peresmian Padang Golf Halim
Pendiri PGH bernama Ashadi Tjahyadi dengan dibantu oleh beberapa pihak, di antaranya, Fred Mamboo dan Suwoto Sukendar sebagai penasihat, Dr. Ibnu Sutowo dan Dadang Suprayogi sebagai pendukung, dan secara finansial mendapat bantuan dari Rahmat Saleh (saat masih menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia). Pelaksanaan pembangunan dipimpin oleh Ir. Hasan Maulana yang bekerja sama dengan Sugiharto, Mamit, dan Utja. Proses pembangunan PGH dilaksanakan secara swadaya dan bertahap mulai dari 9 holes kemudian dikembangkan menjadi 18 holes yang menjadi standar lapangan golf internasional. Lapangan golf inilah yang kemudian diberi nama Padang Golf
26
Halim I (PGH I). Kerja sama dengan Bank Indonesia terus dilanjutkan sehingga dapat dibuat 18 holes berikutnya yang menjadi PGH II. PGH I diresmikan oleh mantan Presiden RI Bapak Soeharto pada tanggal 14 Juli 1971 dan PGH II diresmikan pada tanggal 29 Juli 1982. Keberadaan Padang Golf Halim selanjutnya adalah di bawah lingkup usaha dan menjadi milik Yayasan TNI-AU Adi Upaya (Yasau). Dalam rangka pembenahan organisasi dan tata kerja Padang Golf Halim, Yasau mengeluarkan Surat Keputusan tentang Pengesahan Anggaran Dasar Padang Golf Halim Nomor: Skep/Yasau/020/X/1990 tanggal 04 Oktober 1990. Pengawakan dan pengelolaan organisasi Padang Golf Halim telah tertuang dalam Anggaran Rumah Tangga Badan Pengelola Padang Golf Halim. Sesuai dengan AD/ART Padang Golf Halim, pelaksanaan Manajemen Padang Golf Halim di samping mencari keuntungan berupa sisa hasil usaha (SHU), juga mengemban fungsi sosial terutama bagi keluarga TNI-AU sehingga tidak menerapkan sistem Full Business Oriented. Bagi keluarga besar TNI-AU dapat bermain sepuasnya tanpa dikenakan biaya green fee, bahkan untuk anggota PIA (Persatuan Istri Anggota) dan sebagian anggota TNI-AU dibantu biaya caddie fee. Selain itu, Padang Golf Halim juga mendukung penuh kegiatan pertandingan/latihan yang diselenggarakan oleh TNI-AU/PGAU. Selain mengalokasikan hasil yang didapat untuk pembagian keuntungan kepada Yasau, Badan Pengelola Padang Golf Halim dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas lapangan, kualitas pelayanan kepada para pegolf, serta menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh suatu padang golf agar dapat memuaskan pemain dan peminat golf, disamping dapat memberikan pendapatan yang layak bagi para karyawannya. Dalam organisasi APLGI (Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia) Padang Golf Halim termasuk dalam kategori/terakreditasi “B”. Meskipun demikian, PGH dinilai masih memiliki reputasi yang baik. PGH merupakan salah satu lapangan golf dengan jumlah pengunjung yang sangat banyak dan merupakan tempat favorit bermain bagi para pejabat negara. Presiden RI saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono pun memiliki jadwal khusus dalam bermain golf di sini. PGH pernah menjadi tempat diselenggarakannya turnamen-turnamen besar berskala nasional dan internasional, di antaranya, Jakarta Golf Circuit, Indonesia Open, dan Seleksi Pekan Olahraga Nasional. 4.2
Konsep Dasar
Pembangunan lapangan golf di Halim yang pada awalnya merupakan hutan dan rawa secara tidak langsung menjadikan lingkungan di kawasan Halim lebih terawat. Lapangan golf PGH ini dibuat tidak dengan perombakan total hutan dan rawa menjadi sebuah lapangan golf, tetapi kondisi ekologi, topografi, vegetasi, dan satwa asli yang ada disana masih tetap dipertahankan. Oleh karena itu, PGH menjadi salah satu lapangan golf yang memiliki tingkat keragaman vegetasi dan satwa yang tinggi. Vegetasi di PGH juga terlihat sudah cukup tua, hal ini dapat dilihat, di antaranya, dari bentuk fisik vegetasi yang tinggi dan besar. Lapangan golf yang dibangun berdasarkan semangat gotong royong dari para anggota TNI-AU ini memiliki konsep dasar ‘Hutan di Tengah Kota’. Konsep dasar ini dibuat karena memiliki beberapa alasan, di antaranya, tingkat keragaman
27
vegetasi yang tinggi disertai dengan usia vegetasi yang rata-rata sudah cukup tua dan masih terlihat keanekaragaman satwa langka di tengah kota. Akan tetapi, konsep dasar ini kurang tepat jika menggunakan kata ‘hutan’ karena vegetasi yang ada di PGH sendiri bukan vegetasi yang biasanya tumbuh di hutan. Namun, konsep dasar ini sangat mendukung adanya konsep ruang terbuka hijau kota, khususnya bagi wilayah Halim. Dampak positif lainnya yang dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar adalah dapat memberikan perbaikan iklim mikro dan menjadikan daerah resapan air untuk wilayah Halim dan sekitarnya. PGH terbagi menjadi dua lapangan golf, yaitu PGH I dan PGH II yang masing-masing memiliki jumlah hole sebanyak 18 hole. Desain dari tiap-tiap lapangan memiliki konsep alamiah, yaitu jenis rumput yang sudah tertanam untuk di daerah tee box dan fairway tidak dirubah kecuali untuk daerah green yang sesuai dengan peraturan internasional harus menggunakan rumput bermuda (Cynodon dactylon). PGH merupakan tipe lapangan golf inti dengan 18 lubang dengan letak club house di tengah-tengah. Hal ini memudahkan pemain untuk memulai permainan dari hole 1 atau dari hole 10 terlebih dahulu. 4.3
Struktur Organisasi
Padang Golf Halim adalah salah satu badan usaha dari Yayasan Adi Upaya (Yasau) yang dikelola oleh Badan Pengelola Padang Golf Halim berdasarkan Surat Keputusan Nomor Skep/Yasau/020/X/1990 tanggal 04 Oktober 1990 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Padang Golf Halim. Badan Pengelola Padang Golf Halim memiliki atasan dengan jabatan tertinggi yaitu General Manager yang membawahi manajer operasi, manajer umum, manajer keuangan, manajer PGH I, manajer PGH II, dan manajer driving range (DR). Secara keseluruhan, susunan organisasi PGH dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 8 menyajikan struktur organisasi Badan Pengelola PGH. Kegiatan magang difokuskan pada kegiatan pemeliharaan lapangan dan dilakukan di bawah bimbingan serta pengawasan Bagian Kesiapan Lapangan (Kabag Siaplap) dan Bagian Pemeliharaan Lapangan (Kabag Harlap). Kedua bagian inilah yang bertanggung jawab atas segala kegiatan pemeliharaan lapangan golf di PGH. Kepala Bagian Kesiapan Lapangan (Kabag Siaplap) merupakan staf pelaksana dari manajer operasi yang memiliki tugas merencanakan renovasi lapangan, menyiapkan data kebutuhan peralatan dan material (pasir, pupuk, pestisida, dan lain-lain), merencanakan dan memantau sistem irigasi, merencanakan dan mengendalikan program keindahan PGH, serta mengumpulkan data penyusunan rencana kesiapan lapangan. Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan (Kabag Harlap) merupakan staf Manajer PGH I/II. Kabag Harlap beserta staf anggota bertugas merawat dan menyiapkan lapangan agar selalu dalam kondisi yang optimum, memelihara keindahan lapangan, dan mengendalikan sistem irigasi dan penyiraman. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kepala Bagian Pemeliharaan Lapangan dibantu oleh Kepala Urusan Lapangan (Kaur Lap) beserta staf anggota, Kepala Urusan Pertamanan (Kaur Taman) beserta staf anggota, Kepala Urusan Water System (Kaur Water System) beserta staf anggota, dan Kepala Urusan Peralatan (Kaur Pal).
28
General Manager Pengawas
Manajer Umum
Manajer Operasi
Manajer Keuangan Manajer PGH I
Kabag Pers
Kabag Siaplap
Ket:
Kabag Gunlap
Manajer DRPGH
Kabag Akun Kabag Ops
Kabag Kal
Manajer PGH II
Kabag Harlap
Kabag CH
Kabagum
Kabagku
: Unit Kegiatan Magang Gambar 8. Struktur Organisasi Badan Pengelola Padang Golf Halim
Puncak pimpinan dari struktur organisasi di PGH dipimpin oleh seorang purnawirawan TNI-AU dengan masa jabatan maksimal dua tahun. Pergantian pemimpin ini biasanya terjadi pada posisi general manager, pengawas, dan para manajer. PGH yang dipimpin oleh seorang purnawirawan TNI-AU dinilai mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kelebihan dari pemimpin seorang purnawirawan TNI dinilai, antara lain, tegas, disiplin, dan disegani oleh bawahan lainnya sehingga dalam proses pelaksanaan program kerja yang direncanakan, tidak terlalu memiliki banyak kendala yang berasal dari tenaga kerja dan karyawan. Kekurangannya adalah para manajer dan general manager tidak terlalu paham akan pengelolaan dan pemeliharaan lanskap lapangan golf yang baik. Hal tersebut sangat wajar karena latar belakang mereka yang hampir tidak pernah mempelajari cara pelaksanaan pengelolaan dan pemeliharaan lanskap sebagai akibatnya, program kerja pemeliharaan lapangan golf biasanya hanya meneruskan dari program kerja manajer-manajer sebelumnya dan kegiatan pemeliharaannya diserahkan sepenuhnya kepada bagian kesiapan lapangan dan pemeliharaan lapangan. Kekurangan lain dapat dilihat dari program kerja kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dibuat oleh manajer baru banyak yang kurang memperhitungkan sisi ekologi dan lebih mementingkan sisi estetika dari sudut pandang manajer sendiri. Masa jabatan yang hanya berlangsung dua tahun juga dinilai memiliki kekurangan karena sering sekali terjadi program kerja dari manajer sebelumnya banyak yang belum terselesaikan sepenuhnya dan harus terhenti karena adanya program kerja yang baru dari manajer pengganti.
29
Secara umum, organisasi di PGH telah tersusun dengan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya wewenang, tanggung jawab, dan uraian tugas sehingga fungsi masing-masing bagian jelas dan tidak saling tumpang tindih. Hal ini memberi manfaat dalam meningkatkan kelancaran kegiatan operasional. 4.4
Kondisi Biofisik Tapak
4.4.1
Letak Geografis dan Batas Tapak
Padang Golf Halim terletak di sebelah timur kota Jakarta yang berada di dalam Kompleks TNI-AU Halim Perdanakusuma. Lokasinya terletak di sebelah selatan Bandara Udara Halim di Jalan Squadron Halim Perdanakusuma. Secara administrasi, lapangan golf ini berada di Kelurahan Halim Perdanakusuma Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. Posisi PGH I berseberangan dengan PGH II yang dipisahkan oleh Jalan Squadron. Batas-batas tapak secara administratif adalah sebagai berikut: Komplek Perumahan TNI-AU Dirgantara I Halim di sebelah timur; Jalan Wisma Haji Asrama Haji Jakarta Timur di sebelah barat; Bandara Udara Halim Perdanakusuma di sebelah utara; Jalan Raya Pondok Gede di sebelah selatan. 4.4.2
Aksesibilitas
PGH merupakan lapangan golf yang letaknya sangat strategis dari pusat kota Jakarta dan sekitarnya. Akses yang mudah dijangkau menjadikan PGH menjadi salah satu lapangan golf pilihan pemain yang bukan berasal dari kota Jakarta saja, tetapi dari kota-kota satelit Jakarta seperti Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi. Peta aksesibilitas menuju PGH dapat dilihat pada Gambar 9.
0
1 km
Gambar 9. Peta Aksesibilitas Padang Golf Halim (Sumber Google Maps, 2012)
30
Jalur-jalur kendaraan untuk mencapai lokasi adalah sebagai berikut: 1. melalui Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR), dari arah Bekasi, Depok, atau Tanggerang keluar di TMII lalu ke arah Jalan Raya Pondok Gede; 2. melalui Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dari arah Cikampek keluar di HalimCawang; 3. melalui Jalan Tol Dalam Kota Jakarta, dari arah Pluit-Tomang keluar di Cawang-Cililitan; 4. melalui Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, dari arah Tanjung Priuk keluar di Cawang-Cililitan; 5. melalui Jalan Tol Jagorawi, dari arah Bogor keluar di Kramat Jati. Aksesibilitas yang mudah dijangkau menjadikan PGH sebagai salah satu lapangan yang ramai dikunjungi. Akan tetapi, seiring dengan semakin berkembangnya industri lapangan golf yang baru dengan desain yang lebih modern, banyak pengunjung yang mulai berpindah dan bermain di lapangan golf lain tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor menurunnya akreditasi PGH. Namun, disisi lain, PGH merupakan salah satu lapangan golf yang menurut pengunjung dengan green fee yang relatif murah. Alasan inilah yang menjadikan PGH tetap dapat menjaga kestabilan para pengunjung yang datang hingga tidak terlalu terjadi penurunan jumlah pengunjung secara signifikan. 4.4.3
Tata Guna Lahan
Luas keseluruhan Padang Golf Halim adalah sekitar 148 ha dengan luas area permainan di PGH I sebesar 52 ha, PGH II sebesar 87 ha, dan Driving Range PGH sebesar 3,8 ha. Luas lahan terbangun di PGH adalah sekitar 5,5 ha. Data selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 4. Area permainan golf yang ada sudah memenuhi standar internasional, yaitu memiliki 18 holes (lubang permainan). Setiap area permainan memiliki par yang berbeda di tiap lubangnya, yaitu par 3, par 4, dan par 5 dengan total 72 par di masing-masing lapangannya. PGH dilengkapi juga dengan fasilitas yang dapat menunjang permainan dan fasilitas bagi pengunjung, seperti club house yang di dalamnya terdapat restoran, golf shop, coffee shop, locker, dan ruang istirahat. Fasilitas lain yang dimiliki PGH adalah VIP room, mini golf course, musala, dan massage. Fasilitas khusus juga dimiliki oleh PGH, yaitu tempat singgah untuk Presiden RI yang sangat steril dan tidak sembarangan dapat dimasuki oleh orang lain. Fasilitas khusus ini diberi nama ‘Eagle One’ dan hanya terletak di PGH II. 4.4.4
Topografi dan Geologi
Menurut rencana rinci tata letak wilayah Kecamatan Makasar tahun 2005, keadaan topografi di sekitar areal Padang Golf Halim dikategorikan sebagai daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 – 2% dengan elevasi 10 – 40 mdpl. Jenis tanah yang terdapat di PGH sebagian besar berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat dengan tekstur halus sampai sedang, drainase sedang dengan bahan induk terdiri dari Tuf-Vulcan Intermediate. Tanah di area PGH memiliki pH berkisar 6 – 6,8. Bentuk wilayah atau topografinya berupa kipas vulkan datar sampai berombak dengan punggung cembung. Keadaan geografis dataran terdiri
31
dari batuan yang dipengaruhi sifat batuan gunung api muda dengan daya dukung sedang. Kondisi tanah yang bekas hutan dan rawa dinilai oleh para pemain yang memiliki keahlian dalam bidang ilmu tanah kurang tepat untuk dijadikan lapangan golf karena unsur zat besi yang terkandung pada lapangan golf PGH cukup tinggi sehingga dinilai berbahaya jika bermain pada saat cuaca sedang terjadi intensitas petir yang tinggi. 4.4.5
Iklim
Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Halim Perdanakusuma tahun 2010 sampai pertengahan tahun 2012, secara umum kondisi iklim di sekitar PGH adalah panas dengan suhu rata-rata sekitar 28 °C, kelembaban udara sekitar 70 – 80%, kecepatan angin sekitar 4,1 knot, penyinaran matahari sekitar 60%, dan curah hujan rata-rata 2032,6 mm per tahun. Curah hujan tertinggi rata-rata terjadi pada bulan Januari dan terendah pada bulan Agustus (Lampiran 5). Tabel 12 menunjukkan curah hujan di PGH dua tahun terakhir hingga pertengahan tahun 2012. Tabel 12. Data Curah Hujan Tahun 2010 - Pertengahan 2012 (dalam satuan mm) Bulan 2010 2011 2012 Januari 403,4 130,0 560,8 Februari 270,2 613,9 249,9 Maret 151,3 97,3 339,2 April 109,4 72,6 155,6 Mei 275,4 226,9 97,9 Juni 142,2 48,1 143,3 Juli 83,6 12,3 Agustus 137,0 0 September 346,8 9,7 Oktober 519,1 72,9 November 279,7 263,3 Desember 177,1 109,9 Rata-rata 241,67 138,07 257,61 Total 2895,2 1656,9 1545,7 Sumber: Base Operation Meteorologi Lapangan Udara Halim Perdanakusuma
4.4.6
Hidrologi
Kawasan Padang Golf Halim dilalui dan dibatasi oleh saluran air Kali Sunter di sebelah timur, Saluran Inspeksi Kalimalang di sebelah utara, dan Kali Ciliwung di sebelah barat. Seluruh kebutuhan air untuk irigasi lapangan golf dan memenuhi kebutuhan air di seluruh fasilitas penunjang lainnya dapat dipenuhi dari sumber air yang berasal dari sumur-sumur yang berada di kawasan PGH. Air yang digunakan untuk irigasi ditampung terlebih dahulu dalam kolam-kolam yang ada di bak penampungan.
32
Sistem drainase di lapangan golf ini adalah open drainage dan subsurface drainage atau sistem drainase tertutup menggunakan pipa yang terdapat di dalam tanah sepanjang area permainan. 4.4.7
Vegetasi dan Satwa
Vegetasi yang terdapat di PGH sangat beragam dan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu tanaman penutup tanah, semak, dan pohon. Keseluruhan jenis tanaman yang terdapat di PGH dapat dilihat pada Lampiran 6. Fungsi pohon yang ada di PGH secara umum sebagai pembatas area permainan antar hole yang diletakkan di area rough. Jenis vegetasi yang umumnya digunakan untuk area rough ini adalah damar (Agathis dammara), pohon loreng (Eucalyptus deglupta), tembesu (Fagraea fragrans), dan jati (Tectona grandis). Fungsi pohon lain yang terlihat adalah sebagai bentuk estetika visual untuk taman-taman kecil yang ada di sekitar area hole, sedangkan semak dan tanaman penutup tanah sebagai tanaman hias yang menambah estetika visual pada taman-taman kecil tersebut. Jenis rumput yang dipakai pada area permainan golf sangat alamiah, yaitu tidak mengubah jenis rumput yang sudah ada sebelumnya kecuali untuk daerah putting green dan collar green. Jenis rumput yang digunakan di area putting green adalah Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifdwarf, sedangkan untuk area collar green dan apron menggunakan Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifway 419. Untuk area tee box, fairway, rough, dan slope bunker secara umum penggunaan rumput didominasi oleh rumput paetan (Axonopous compressus). Jenis satwa yang ditemukan sangat bervariasi dan seluruh golongan hewan vertebrata terdapat disini. Golongan pisces seperti ikan sepat, dan mujair dapat dijumpai hampir di seluruh danau buatan yang ada di PGH. Untuk golongan amfibi lebih sering dijumpai spesies katak. Reptilia yang sering dijumpai adalah jenis ular dan kadal. Golongan aves yang sering dijumpai adalah ayam, burung pentet, burung jalak, kepodang, kutilang, tekukur, dan lainnya. Untuk mamalia hanya terlihat mamalia kecil seperti tupai dan kucing. Lokasi PGH yang dahulunya merupakan daerah hutan dan rawa-rawa menyebabkan masih banyak terlihat satwa liar yang dapat mengganggu pengunjung yang datang. 4.4.8 Desain Lapangan Golf Prototipe dasar dari Padang Golf Halim (PGH) menurut Chiara dan Koppelman (1990), adalah lapangan golf inti dengan 18 lubang permainan yang dimodifikasi. Modifikasi desain terlihat dari lapangan inti dengan berjalur ganda 9 balikan. Selain itu, modifikasi juga terlihat dengan adanya danau-danau buatan serta adanya sawah di PGH II. PGH memiliki dua lapangan golf yang masingmasing memiliki 18 hole. Jumlah par pada masing-masing lapangan adalah 72 dengan panjang total lapangan permainan 6.073 meter pada PGH I dan 6.508 meter pada PGH II. Site PGH I dan II dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22. Letak club house ditempatkan sangat strategis, yaitu berada di tengahtengah yang bertujuan memudahkan pemain untuk memulai dari Hole 1 atau dari Hole 10 terlebih dahulu sehingga jika terdapat banyak pemain tidak perlu
33
mengantri terlalu lama dan dapat memulai ke tempat yang lebih sepi. Tujuan lainnya adalah agar pemain dapat beristirahat jika sudah menyelesaikan sembilan hole yang pertama, kemudian menyelesaikan sembilan hole berikutnya. 4.5
Kondisi Sosial Tapak
4.5.1
Pengunjung
Padang Golf Halim (PGH) merupakan salah satu lapangan yang tergolong ramai dikunjungi untuk kawasan di Jakarta. Tidak hanya pada hari Sabtu dan Minggu, tetapi pada hari kerja pun banyak pengunjung yang bermain di lapangan golf ini. Pengunjung yang bermain terlihat sepi hanya di hari Senin karena pada setiap hari Senin PGH melakukan pemeliharaan total yang harus membuat PGH buka setengah hari pada hari Senin. Harga green fee yang relatif murah dan dengan aksesibilitas yang mudah dijangkau, pengunjung yang datang untuk bermain golf di PGH mencapai angka rata-rata menurut data perusahaan sekitar 3.000 – 5.000 orang tiap bulannya. (Lampiran 7). Menurut data perusahaan, pengunjung yang datang ke PGH berasal dari kalangan pebisnis, dokter, WNA (kebanyakan berasal dari Jepang, Korea, dan Amerika), pensiunan TNI dan POLRI, kepala satuan TNI/POLRI, manajermanajer dari padang golf lain, artis, hingga presiden RI. PGH sendiri juga menawarkan sistem keanggotaan dengan menjadi member. Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi member bervariasi bergantung dari jangka waktu dan pemilihan lapangannya. Harga green fee dan membership dapat dilihat pada Lampiran 8. 4.5.2
Masyarakat Sekitar
Keberadaan PGH bagi masyarakat sekitarnya dinilai merupakan salah satu keberuntungan karena dapat meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi masyarakat serta mengubah citra negatif masyarakat yang berdomisili di daerah Halim. Banyak karyawan baik karyawan tetap maupun karyawan harian, caddie, penjual bola dan golf kit, penjual makanan dan minuman, dan pekerja lapang yang berasal dari masyarakat sekitar. Karyawan PGH sendiri sebagian besar berasal dari sekitar Halim Perdanakusuma yang ikut ambil bagian dalam pelaksanaan pembangunan lapangan golf. Keadaan ini dapat sangat menguntungkan bagi karyawan karena biaya transportasi mereka dapat ditekan dengan waktu kerja yang lebih efektif. 4.5.3
Karyawan Perusahaan
Badan Pengelola Padang Golf Halim memiliki karyawan dengan status sebagai pengurus, pengawas, karyawan tetap, karyawan honorer, dan karyawan percobaan yang digaji tiap bulannya. Sebagian besar karyawan dan pekerja lapangan berasal dari keluarga TNI-AU dan masyarakat sekitar Halim. Fasilitas yang diberikan kepada karyawan, antara lain, berupa tunjangan Jamsostek, THR, uang bonus, uang lembur, seragam, uang makan, dan cuti 12 hari per tahunnya. Puncak pimpinan dari manajemen PGH (General Manager) memiliki persyaratan
34
minimal lulus S1 dan merupakan Purnawirawan TNI-AU dengan pangkat minimal Marsekal Muda (Marsda). Tingkat pendidikan dari karyawan dan pekerja lapangan yang bekerja di PGH sangat bervariasi mulai dari lulusan Sekolah Dasar hingga Sarjana Perguruan Tinggi. Pekerja lapangan di PGH pada umumnya merupakan lulusan SD sampai lulusan SMA atau sederajat, bahkan ada juga yang tidak tamat SD. Walaupun kebanyakan pekerja lapangan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan sangat baik. Pekerjaan lain yang ditawarkan untuk dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar, antara lain, membuka kios dan kantin, menjual makanan/minuman, menjual golf kit dan souvenir, dan sebagai caddie golf yang memiliki status sebagai pekerja lepas. Jumlah karyawan di PGH I, PGH II, dan Driving Range PGH pada bulan Februari 2012 adalah 313 orang. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Dalam suatu perusahaan, kesenjangan antarkaryawan merupakan suatu hal yang lumrah terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi, di antaranya, tingkat pendidikan dari karyawan yang berbeda-beda dan perasaan lebih senior dari karyawan yang sudah lebih dulu bekerja pada perusahaan. Kondisi internal dari karyawan PGH juga masih terdapat kesenjangan antarkaryawan, salah satu di antaranya yang sangat dirasakan pada saat kegiatan magang berlangsung adalah karyawan yang sudah lebih dahulu bekerja pada perusahaan merasa sangat berpengalaman dalam kegiatan pemeliharaan lanskap lapangan golf, dan selalu banyak bertentangan dengan karyawan baru yang mempelajari pemeliharaan lanskap lapangan golf berdasarkan teori saja. Hal ini tentu dapat sangat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, seharusnya diperlukan komunikasi yang lebih baik antarkaryawan dan seorang general manager seharusnya dapat menjadi mediator untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat mengenai pemecahan permasalahan yang ada pada lapangan golf dan kegiatan pemeliharaan lapangan golf secara umum yang dapat dikombinasikan antara pengalaman yang sering terjadi di lapangan dan teori pada buku pemeliharaan. 4.6
Lanskap Lapangan Golf
4.6.1 Tee Box Tee box adalah tempat bagi pemain untuk melakukan tee off (pukulan pertama). Sebagai lapangan golf yang bertaraf internasional, masing-masing hole memiliki empat macam tee marker yang disesuaikan berdasarkan gender, usia, dan kemahiran. Keempat macam tee marker tersebut berwarna hitam yang diperuntukkan bagi pemain profesional dan terletak paling jauh dengan green, berwarna biru untuk amatir yang terletak di depan tee marker hitam, berwarna putih untuk senior yang terletak di depan tee marker biru, dan berwarna merah yang diperuntukkan bagi pemain golf wanita dengan jarak yang paling dekat dengan green di antara tee marker yang lain. Course dan slope rating PGH I adalah 70,6/116 untuk black tee, 69,9/115 untuk blue tee, 68,6/114 untuk white tee, dan 70,3/115 untuk ladies tee, sedangkan course dan slope rating PGH II adalah 74,4/130 untuk black tee, 72,1/124 untuk blue tee, 70,5/121 untuk white tee, dan 72,3/119 untuk ladies tee.
35
Jenis rumput yang digunakan pada tee box di PGH adalah Axonopus compressus dengan kondisi yang baik secara umumnya dan sudah memenuhi standar kualitas permainan golf. Ketinggian rumput tee box dipertahankan setinggi 50 mm. Bentuk tee box yang ada di PGH secara umum adalah persegi dan terdapat beberapa variasi bentuk lainnya. Tee box sendiri memang sengaja dibuat lebih tinggi daripada fairway. Hal ini dimaksudkan agar pemain lebih mudah melakukan pemukulan yang jauh dan terarah ke green. Secara umum, tee box di PGH memiliki taman kecil yang ditanami oleh semak dan tanaman penutup tanah yang berwarna menarik. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi stress dan kejenuhan pemain yang menunggu giliran untuk melakukan tee off. Hampir setiap tee off yang dilakukan pemain akan menyebabkan terangkatnya lapisan tanah yang disebabkan oleh hentakan stick ketika melakukan pukulan dan menimbulkan kerusakan berupa lubang di tanah yang turut terpukul (divot). Divot ini dinilai sangat bermasalah karena dapat mengurangi kualitas estetika lapangan golf. Divot diatasi dengan cara menutup lubang bekas pukulan dengan pasir (top dressing) secara manual yang biasanya dilakukan oleh caddie masing-masing pemain. Pasir yang digunakan adalah pasir halus yang sudah diayak terlebih dahulu. Jarak masing-masing tee box ke area green dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jarak Tee Box ke Area Green di PGH (dalam satuan meter) PGH I Hole Black Blue White Red Par Handicap Stroke 1 366 363 347 318 4 13 2 178 173 158 142 3 5 3 345 340 310 260 4 15 4 308 304 279 263 4 7 5 309 304 289 263 4 17 6 480 476 461 430 5 9 7 403 396 381 273 4 1 8 152 149 141 138 3 11 9 511 508 496 459 5 3 10 353 348 333 285 4 18 11 507 504 489 438 5 12 12 165 160 151 137 3 8 13 329 326 315 305 4 14 14 356 352 340 299 4 2 15 461 455 435 415 5 4 16 333 331 319 271 4 10 17 161 147 138 132 3 16 18 353 350 340 308 4 6 6073 5986 5772 5136 72 TOTAL
36
PGH II Hole Black Blue White 1 376 369 322 2 202 181 168 3 548 532 460 4 374 364 350 5 342 324 315 6 147 132 124 7 342 337 324 8 444 439 416 9 387 371 364 10 369 339 327 11 341 332 325 12 567 544 476 13 351 339 324 14 176 169 160 15 387 377 370 16 521 511 487 17 221 197 183 18 413 358 347 6508 6215 5842 TOTAL Sumber: Score Card Padang Golf Halim
Red 307 138 445 331 264 110 288 357 321 314 286 416 297 146 323 407 180 327 5257
Par 4 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 3 4 5 3 4 72
Handicap Storke 4 6 16 2 12 14 10 18 8 5 9 13 11 15 7 17 1 3
4.6.2 Fairway Fairway adalah daerah area rumput antara tee box dan green yang merupakan area yang benar untuk jatuhnya bola sebelum masuk ke green dan biasanya, di dalamnya terdapat semua rintangan bagi pemain golf. Jenis rumput yang digunakan fairway di PGH adalah rumput paetan (Axonopus compressus) dengan ketinggian rumput dipertahankan setinggi 50 mm. Bentuk fairway di PGH sangat beragam, di antaranya, memanjang, lonjong, membelok, dan berpola organik. Lebar fairway di PGH berkisar 20-35 m dan panjangnya bervariasi bergantung pada par masing-masing lapangan. Divot juga biasanya terjadi di fairway, penanganannya sama dengan di area tee box, yaitu dengan topdress manual yang dilakukan oleh caddie. 4.6.3 Rough Rough adalah daerah yang memisahkan antara area permainan hole yang satu dengan hole yang bersebelahan atau merupakan area yang berada di luar area permainan. Rough mengelilingi area permainan golf (tee box, fairway, dan green), dan di PGH sendiri kondisi rough ditanami dengan pohon, perdu, dan semak dengan tujuan untuk melindungi daerah-daerah yang mungkin dapat membahayakan pemain yang salah dalam melakukan pukulan. Jenis rumput ruogh yang digunakan di PGH sama dengan rumput di tee box, yang membedakan hanya ketinggian rumput yang dipertahankan, yaitu sekitar 70 mm untuk daerah rough ini.
37
4.6.4
Hazard
Hazard merupakan suatu rintangan dalam permainan golf. Hazard di PGH berupa bunker dan danau buatan. Bunker merupakan area berupa cekungan yang biasanya ditutupi oleh pasir. Jenis pasir yang digunakan pada bunker di PGH adalah pasir putih. Pasir yang dipilih untuk bunker harus memenuhi kriteria, berikut: dapat menyangga bola (bola yang jatuh di area bunker tidak menghasilkan pemantulan yang tinggi), lembut dipijak, memiliki drainase yang baik, dan mudah pemeliharaannya. Ketebalan bunker di PGH rata-rata berkisar 10 cm. Jumlah dan besarnya bunker ini bergantung pada panjang fairway. Semakin panjang fairway, biasanya bunker juga akan semakin banyak dan semakin besar luasnya. Bunker di PGH banyak terdapat di sekeliling area green, hal ini dimaksudkan untuk menambah tingkat kesulitan bagi pemain yang salah dalam melakukan pukulan. Bentuk rintangan lain yang ada di PGH adalah water hazard, yaitu berupa danau buatan yang berada di area fairway. Danau buatan ini dibatasi oleh retaining wall pada bagian pinggirnya. Tingkat kesulitan akan semakin bertambah dengan adanya rintangan ini karena jika bola yang dipukul masuk ke dalamnya, pemain akan terkena penalti. 4.6.5 Green dan Apron Green merupakan area yang terpenting dari suatu area permainan golf, kondisi green inilah yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu pemeliharaan lapangan golf. Desain suatu green harus memperhatikan variasi kontur sebagai tantangan bagi seorang pemain, mudah dalam pergantian pin, dan mudah dijangkau sirkulasinya. Luas green di PGH sangat beragam, yaitu berkisar 300-600 m2 dengan rata-rata luasan ± 563 m2. Daerah green terdiri dari tiga area, yaitu putting green, collar green, dan apron. Putting green merupakan area inti tempat lubang bola. Collar green merupakan area di sekeliling putting green dan apron merupakan daerah peralihan dari fairway ke collar atau putting green. Ketiga area ini dapat dengan jelas dibedakan di PGH karena sangat jelas terlihat perbedaannya pada jenis rumput yang digunakan dan ketinggian pemangkasannya. Jenis rumput yang digunakan di area putting green adalah Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifdwarf. Area collar green menggunakan Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifway 419 dan apron menggunakan rumput paetan (Axonopus compressus). Ketinggian pemangkasan pada area putting green dipertahankan sekitar 3,5-4 mm agar bola dapat menggelinding dengan baik. Untuk area collar green ketinggian pemangkasan dipertahankan sekitar 5 mm. Hal ini dimaksudkan agar bola tidak mudah keluar dari area green. Ketinggian rumput pada area apron dipertahankan sekitar 20 mm. Media tanam green di PGH adalah pasir halus yang telah disaring dan berwarna hitam. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Munandar dan Hardjosuwignya (1990) tentang keuntungan pemilihan media tanam pasir, yaitu pasir menjamin aerasi, infiltrasi, perkolasi, dan relatif tahan terhadap pemadatan. Namun, media pasir juga mempunyai kelemahan, di antaranya, kapasitas tukar kation (KTK) pasir yang rendah dan mudah menyusut. Hal ini dapat diatasi
38
dengan pemberian pupuk yang bersifat slow release, yaitu sumber N dengan laju kelarutan yang lambat dan top dressing yang berulang-ulang dalam jangka panjang sehingga dapat memperbaiki drainase dan aerasi. Penyaringan pasir perlu dilakukan agar pasir terbebas dari benih gulma, hama, dan penyakit. Bila tidak dilakukan, akan dapat menimbulkan masalah baru pada rumput, khususnya pada green, seperti stress pada rumput yang berpengaruh terhadap kecepatan bola di atas green (Wijakarsa, 2001). Evaluasi keadaan green rutin dilakukan, antara lain, dengan cara mengukur kecepatan bola di atas green yang bertujuan mempertahankan kecepatan menggelindingnya bola. Secara umum, green di PGH masih sering ditumbuhi gulma jenis krokot (Alternathera sp.). Akan tetapi, kegiatan pengendalian terhadap gulma rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat. Semua area green di PGH juga berada di tempat terbuka dan tidak berada di bawah naungan pohon atau bangunan. Hal ini disebabkan karena jenis rumput Cynodon dactylon tidak toleran terhadap naungan dan mudah terkena penyakit jika berada di bawah naungan. 4.7
Fasilitas Lapangan Golf
Padang Golf Halim dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas penunjang yang dapat memberikan kelancaran dan kenyamanan bagi para pemain. Fasilitas tersebut meliputi club house, driving range, practice putting green, golf path (jalur sirkulasi), bangunan peneduh (rain shelter dan halfway house), dan nursery. Fasilitas khusus juga terdapat di PGH, yaitu tempat singgah yang diperuntukkan Presiden RI dan staff-nya. 4.7.1 Club House Club house adalah fasilitas terpenting yang ada di setiap lapangan golf. Club house ini digunakan sebagai tempat untuk para pemain berkumpul dan mempersiapkan diri sebelum bermain golf dan juga sebagai tempat untuk beristirahat jika pemain sudah menyelesaikan permaianan. Fungsi club house bagi lapangan golf adalah untuk membantu kelancaran pelaksanaan permainan dan membantu pengaturan pemain agar tidak menumpuk di area permainan. Bangunan club house di PGH terletak di tengah-tengah lapangan permainan dan dilengkapi oleh berbagai fasilitas seperti lobby, ruang ganti pakaian, tempat penyewaan golf equipment, restoran, ruang serba guna, ruang spa dan sauna, dan area perbelanjaan alat-alat golf baik lokal maupun impor dengan kualitas tinggi yang biasa disebut proshop (toko perlengkapan untuk pegolf profesional).
39
(a)
(b)
Gambar 10. Club House PGH I (a) dan Club House PGH II (b)
4.7.2
Driving Range
Driving range merupakan tempat berlatih untuk melakukan tee off yang biasanya digunakan oleh para pemain golf pemula dengan tujuan mengurangi kesalahan dalam pemukulan dan digunakan sebagai tempat pemanasan sebelum turun ke lapangan. Driving range ini dibuat mirip dengan tee box pada lapangan golf, yaitu memanjang dan lebih tinggi dari fairway. Pada daerah fairway terdapat angka-angka penunjuk jarak (100 m, 150 m, dan 200 m) yang berfungsi untuk mengetahui jarak pukulan yang dihasilkan oleh pemain. Driving range PGH terletak terpisah dengan lapangan golf PGH, tetapi kepengurusannya masih berada di bawah manajemen PGH. Driving range PGH memiliki fasilitas tersendiri, seperti club house, restoran, proshop, dan practice putting green.
(a) (b) Gambar 11. Driving Range PGH. Area Jatuhnya Bola(a) dan Area Pemukulan Bola (b)
4.7.3
Practice Putting Green
Practice putting green merupakan bentuk putting green di luar area permainan lapangan golf yang digunakan oleh para pemain untuk latihan memasukkan bola ke lubang. Lubang yang terdapat pada practice putting green ini biasanya lebih dari satu, dimaksudkan agar pemain dapat berlatih di lubang dan posisi yang berbeda. Fungsi practice putting green ini lebih sering digunakan
40
oleh pemain sebagai sarana pelatihan ketika menunggu antrian pemain yang masih bermain di lapangan. Practice putting green terdapat di PGH I, PGH II, dan driving range PGH. Pembuatan konstruksi, desain, jenis rumput, pemotongan, dan tinggi pemotongan practice putting green disamakan dengan putting green.
Gambar 12. Practice Putting Green PGH
4.7.4 Golf Path (Jalur Sirkulasi) Jalur sirkulasi yang ada di PGH berupa jalan kecil yang menghubungkan antararea permainan. Jalur ini merupakan jalur sirkulasi untuk golf cart dan kendaraan pemeliharaan. Polanya berbentuk organik mengikuti pola lapangan golf dan terletak di pinggir fairway agar tidak mengganggu jalannya permainan. Material permukaan jalur sirkulasi di PGH ini menggunakan paving block dengan lebar sekitar 2,5 – 3 m. Jalur sirkulasi khusus untuk golf cart ini hanya dibuat di PGH II saja, sedangkan untuk di PGH I untuk mengakses seluruh hole, golf cart tidak memiliki jalur khusus.
Gambar 13. Golf Path
4.7.5 Bangunan Peneduh (Shelter) Pada setiap pertemuan antarhole, terdapat shelter yang berfungsi untuk tempat menunggu giliran memukul, beristirahat sejenak, atau berteduh jika terjadi hujan. Letak shelter berada dekat dengan tee box. Shelter ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu rain shelter dan halfway house. Perbedaan dari bangunan ini
41
terletak pada fasilitas yang tersedia pada bangunan tersebut. Rain shelter hanya menyediakan tempat duduk saja dan dilengkapi dengan prasasti hole yang menggambarkan peta lapangan, nilai par, handicap stroke, serta jarak tee ke green. Di halfway house terdapat toilet dan snack shop.
(a)
(b) Gambar 14. Halfway House (a) dan Shelter (b)
4.7.6 Golf Cart Golf cart adalah kendaraan kecil yang menyerupai mobil dan memiliki kapasitas duduk untuk dua orang yang dipakai oleh pemain golf untuk menempuh perjalanan selama bermain. Golf cart ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggeraknya. Golf cart di PGH terbagi menjadi tiga warna, yaitu putih, hijau, dan biru. Golf cart berwarna putih digunakan untuk pengunjung umum, hijau untuk bagian pengelola yang biasanya digunakan untuk pemantauan kegiatan pengelolaan, dan biru untuk kelas VIP seperti presiden RI, pejabat negara, dan tamu kehormatan.
(a) (b) Gambar 15. Golf Cart . Golf Cart Putih untuk Pengunjung dan Golf Cart Hijau Untuk Pengelola (a) dan Golf Cart Biru untuk Tamu VVIP (b)
4.7.7 Nursery Salah satu fasilitas penting yang harus dimiliki oleh lapangan golf adalah tempat pembibitan atau nursery. Nursery digunakan sebagai tempat persediaan
42
bibit tanaman berupa rumput, semak, dan pohon baik produk vegetatif maupun generatif. Nursery di PGH hanya berupa tanaman rumput, sedangkan semak dan pohon tidak memiliki tempat pembibitan sehingga pemeliharaan khusus untuk tanaman ini tidak begitu diperhatikan. Adanya nursery sendiri dibuat dengan tujuan untuk menekan biaya pengadaan tanaman pada saat tanaman baru diperlukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau terkena penyakit. Nursery di PGH ditanami dengan rumput Cynodon dactylon kultivar Tifdwarf. Konstruksinya lebih sederhana daripada green pada area permainan. Perawatan pada nursery ini sama dengan perawatan pada green. Perbanyakan dilakukan dengan lempengan (sodding), dan stolon. Perbanyakan secara stolon didapat dari hasil pencacahan (verticut).
Gambar 16. Nursery
4.7.8 Fasilitas Khusus Fasilitas khusus dimiliki oleh PGH, yaitu sebuah bangunan khusus yang diperuntukkan bagi Presiden RI jika bermain golf di PGH. Bangunan ini diberi nama ‘Eagle One’ yang berfungsi sebagai tempat singgah Presiden beserta staf yang ikut bermain. Bangunan ini sangat “steril” dan dijaga ketat, tidak sembarangan orang bisa masuk ke dalamnya.
Gambar 17. Fasilitas Khusus Presiden dan Staff (Eagle One)
43
4.8
Utilitas
Kelengkapan utilitas merupakan tolok ukur suatu area lapangan golf yang berkualitas. Jenis utilitas yang terpenting pada lapangan golf adalah sistem drainase, sistem irigasi, dan jaringan listrik. Pemeliharaan yang baik pada ketiga utilitas ini dapat menjadikan lapangan tetap pada kondisi yang optimum untuk digunakan. 4.8.1
Sistem Drainase
Lapangan golf memerlukan permukaan yang kokoh dan untuk mendapatkannya diperlukan drainase yang baik, agar air permukaan langsung mengalir ke pembuangan (Witteven dan Bavier, 1998). Sistem drainase pada PGH terbagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Sistem drainase internal adalah sistem pembuangan yang salurannya terdapat di dalam tanah. Sistem drainase internal ini dibangun di sekitar area green agar genangan air yang berlebihan dapat dihindari. Sistem drainase eksternal berupa selokan kecil, banyak terdapat di area fairway dan rough. Secara umum, kondisi drainase di PGH sudah cukup baik. Selain memiliki sistem drainase yang baik, salah satu cara untuk menghindari terjadinya genangan pada musim hujan adalah dengan membuat konstruksi green lebih tinggi dan dibuat slope di sekitar area green.
Gambar 18. Saluran Drainase PGH
4.8.2
Sistem Irigasi
Sistem irigasi pada lapangan golf merupakan faktor penting dalam pemeliharaan. Seluruh kebutuhan air bagi tanaman di lapangan dapat dipenuhi melalui sistem irigasi yang baik. Sistem irigasi yang digunakan pada PGH dioperasikan secara manual. Air yang digunakan berasal dari air hujan dan sumur yang ada di PGH. Kemudian air tersebut ditampung di bak penampungan dan dipompakan untuk disalurkan menuju sprinkler yang ada di seluruh area permainan. Pump house di PGH hanya memiliki satu unit pompa. Pump house berfungsi untuk memompakan air dari bak penampungan ke seluruh area permainan.
44
(a) (b) Gambar 19. Pompa di PGH (a) dan Sprinkler (b)
4.8.3
Jaringan Listrik
Kebutuhan listrik PGH berasal dari PLN cabang Makasar dengan menggunakan jaringan listrik bawah tanah (underground system). Sistem jaringan listrik ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di club house, kantor pemeliharaan, penerangan di malam hari, pompa air, dan kegiatan lain yang membutuhkan tenaga listrik. Sumber listrik cadangan juga terdapat di PGH, yaitu berupa genzet dengan bahan bakar solar yang digunakan jika aliran listrik dari PLN terputus.
Gambar 20. Genzet di PGH
4.9
Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf
Pemeliharaan lanskap lapangan golf meliputi area permainan dan area nonpermainan. Area permainan menjadi prioritas yang paling utama dari kegiatan pemeliharaan lapangan golf karena area ini dapat merefleksikan kualitas dari lapangan golf secara keseluruhan. Pemeliharaan pada area permainan ini membutuhkan biaya yang besar dalam anggaran biaya perusahaan agar mendapatkan hasil yang berkualitas. Area nonpermainan dapat dikategorikan sebagai penunjang yang tidak dapat dipisahkan dari area permainan. Waktu pelaksanaan program pemeliharaan dibagi dua, yaitu program rutin dan insidental. Program rutin merupakan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan
45
secara berkala dan mempunyai jadwal pemeliharaan. Program pemeliharaan insidental dilakukan pada saat waktu dan kondisi tertentu yang membutuhkan pemeliharaan khusus. 4.9.1
Pemeliharaan Area Permainan
Area permainan pada lapangan golf terdiri dari putting green, collar, apron, fairway, rough, dan tee box. Kegiatan pemeliharaan pada area ini meliputi pemangkasan rumput, pemupukan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, kultivasi, pemeliharaan hazard, pemindahan posisi hole cup dan tee marker, pergantian dan penanaman rumput yang rusak, kebersihan lapangan, serta pengukuran kecepatan bola di green. Pemeliharaan area permainan dibagi menjadi tiga tingkat berdasarkan rumusan zonasi ruang kerja dan frekuensi pelaksanaan kegiatan, yaitu intensif, semi intensif, dan ekstensif. Semakin beragam dan sering kegiatan pemeliharaan dilaksanakan, semakin intensif tingkat pemeliharaan. Tabel 14 menjelaskan tingkat pemeliharaan lapangan golf PGH. Tabel 14. Tingkat Pemeliharaan Lapangan Golf PGH No 1
Tingkat Pemeliharaan Intensif
Zonasi Ruang Kerja Green dan Tee Box
2
Semi Intensif
Fairway dan Bunker
3
Ekstensif
Rough alami
dan
daerah
Keterangan Mencakup keseluruhan kegiatan pemeliharaan, terutama kegiatan pemangkasan rumput. Mencakup seluruh kegiatan pemeliharaan rumput dan bunker. Mencakup kegiatan pemeliharaan rumput dan tanaman non rumput pada rough, serta pada daerah alami.
Sumber: Analisis Pelaksanaan Pemeliharaan Lapangan Golf PGH Berdasarkan tingkat pemeliharaannya, area green merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan lapangan golf sehingga kualitas keseluruhan lapangan golf ditentukan oleh kualitas green. Oleh karena itu, pemeliharaan green dilakukan lebih intensif daripada area permainan yang lainnya. 4.9.1.1 Pemangkasan Rumput Pemangkasan rumput adalah pemotongan secara periodik terhadap sebagian rumput dengan tujuan mendapatkan hamparan rumput yang seragam, rapat, dan merata. Rumput termasuk tanaman yang daunnya sangat cepat tumbuh sehingga pemangkasan rumput sangat rutin dilakukan. Tujuan dari pemangkasan adalah mendapatkan ketinggian potong yang seragam dan kehalusan rumput di area permainan. Pemangkasan sangat berpengaruh terhadap kualitas rumput. Kualitas visual dapat dilihat dari tampilan rumput yaitu kerapatan, keseragaman, tekstur, dan warna. Standar kualitas fungsional dapat dilihat dari ketegaran, perakaran yang kuat, daya pemulihan yang cepat, dan menggelindingnya bola saat permainan.
46
Waktu pemangkasan berbeda-beda pada setiap area permainan. Operator yang menggunakan alat untuk memangkas mulai diperbolehkan untuk mengoperasikan mesin pemangkas rumput sejak pukul 04.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Akan tetapi, biasanya operator sudah mulai memangkas sejak pukul 05.00 WIB, hal ini dimaksudkan agar kegiatan pemeliharaan tidak mengganggu pengunjung yang sedang bermain. Selain itu, pemangkasan dilakukan pada pagi hari karena masih terdapat embun yang menempel pada rumput sehingga pola pemangkasan akan terlihat jelas. Pemangkasan di PGH dilakukan secara rutin dengan frekuensi dan ketinggian yang bervariasi pada setiap area permainan. Ketinggian pemotongan rumput berbeda-beda berdasarkan area dan fungsinya. Pemangkasan yang terlalu rendah akan menyebabkan stress pada rumput akibat penguapan dan kehilangan cadangan karbohidrat yang tinggi. Sebaliknya, pemangkasan yang terlalu tinggi akan menyebabkan rumput mudah rebah sehingga nilai kualitas lapangan berkurang. Pemangkasan area permainan PGH pada tiap area menggunakan pola pemangkasan yang berbeda untuk setiap pemangkasan berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pemadatan tanah dan mempertahankan posisi rumput agar tetap tumbuh tegak dan tidak rebah ke arah tertentu saja, serta menampilkan kualitas visual rumput berupa garis gelap terang. Menurut Turgeon (2002), terdapat tiga variabel pemangkasan yang dapat mempengaruhi kualitas rumput, yaitu ketinggian, frekuensi, dan pola pemangkasan. Ketinggian pemangkasan rumput tidak boleh lebih dari 30 – 40% dari pertumbuhan vertikal pucuknya pada setiap pemangkasan. Frekuensi pemangkasan dilakukan secara rutin untuk menghasilkan kualitas yang diinginkan. Pola pemangkasan yang berubah-ubah secara tertatur berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rumput agar selalu tegak ke atas, menimbulkan efek gelap-terang yang memperindah view lapangan golf, dan serta mengurangi pemadatan tanah. Pemangkasan juga dapat menurunkan kerapatan populasi hama dan penyakit terutama untuk patogen yang terletak di tajuk. Namun, dengan pemotongan juga dapat menyebarkan patogen dari suatu areal ke areal yang lain. Oleh karena itu, pembersihan peralatan setelah penggunaannya harus selalu dilakukan. Selain itu, kualitas rumput juga dipengaruhi oleh clippings atau rumput sisa pemangkasan. Penggunaan mesin pangkas di PGH dilakukan dengan cara walking behind mower, riding mower, dan mesin pangkas gendong. Walking behind mower dioperasikan dengan cara didorong, sedangkan riding mower dioperasikan dengan cara dikendarai. a. Pemangkasan Green Pemeliharaan green merupakan prioritas dari seluruh rangkaian pekerjaan pada lapangan golf karena permainan golf terkonsentrasi di area ini. Area green yang terbagi menjadi putting green, collar, dan apron memiliki cara pemeliharaan yang sama karena jenis rumput yang digunakan, tekstur tanah, dan konstruksinya sama. Daerah ini hanya dibedakan berdasarkan ketinggian pemangkasannya rumputnya. Ketinggian pemangkasan pada area putting green ini dilakukan berdasarkan musim. Jika saat musin panas ketinggian pemangkasan dipertahankan sekitar 3,5-4 mm, sedangkan untuk musim penghujan dan kondisi cuaca yang
47
tidak menentu ketinggian pemangkasan dipertahankan hingga 4,5 mm. Hal ini untuk menjaga agar rumput pada putting green tidak mengalami stress. Di area collar green ketinggian pemangkasannya dipertahankan sekitar 5 mm. Jenis rumput yang digunakan di area putting green adalah Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifdwarf, sedangkan untuk area collar green dan apron menggunakan Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifway 419.
Gambar 21. Pemangkasan Green Menggunakan Green Mower Produksi John Deere
Pemotongan rumput PGH pada area green dilakukan secara rutin dilaksanakan setiap pagi hari pukul 04.30 – 06.00 WIB, setiap hari kecuali hari Minggu. Karena pada hari Minggu biasanya pemain yang datang sangat banyak dan mulai berdatangan sekitar pukul 05.30 WIB operator menggunakan waktunya untuk memotong green pada Sabtu sore saat lapangan sudah tutup. Pemangkasan pada green dilakukan secara rutin setiap harinya untuk mempertahankan kualitas visual dan fungsional dari rumput green. Kualitas visual yang didapat jika rumput green dipangkas rutin setiap harinya akan menampilkan warna hijau gelap, tetapi jika tidak dilakukan pemangkasan warna pucuk akan semakin kekuningan. Jika ditinjau dari kualitas fungsional, rumput green yang dibiarkan terlalu tinggi akan menghambat laju guliran bola. Alat yang digunakan untuk memotong green adalah green mower. Alat ini menggunakan bahan bakar bensin dan dioperasikan dengan cara didorong (walking behind mower) dengan kecepatan yang stabil. Pada alat ini terdapat cathcer, yaitu semacam kotak penampung rumput hasil pemangkasan. Catcher ini berfungsi agar potongan rumput yang sudah dipangkas tidak mengotori green. Arah pemangkasan pada area putting green berbeda-beda setiap harinya. Pemangkasan dilakukan searah dengan jarum jam dengan patokan angka 6 dan 12 yang merupakan garis lurus dari tee box terhadap green. Arah pemangkasan dapat dilihat pada Gambar 22. Arah pemangkasan dimisalkan pada hari Senin dimulai searah dengan angka 12 dan 6, kemudian hari Selasa dimulai searah dengan angka 1 dan 7, demikian seterusnya. Maksud dari arah pemotongan ini adalah untuk mencegah pemadatan tanah dan menjadikan pertumbuhan rumput selalu tegak ke atas bukan rebah ke samping.
48
12 11
1 2
10 9
3
4
8 7
5 6
Gambar 22. Arah Pemangkasan Green
Permainan golf terkonsentrasi pada area green yang hanya mempunyai luasan ± 2% dari total luasan lapangan golf. Oleh karena itu, pemeliharaan area green merupakan prioritas pertama dari seluruh rangkaian pekerjaan pemeliharaan pada lapangan golf. Kualitas rumput green ditentukan oleh keseragaman, kerataan, kekuatan, kehalusan, kelentingan, dan hasil pemangkasan. Pemangkasan rumput di green dilakukan setiap 6 hari dalam seminggu mulai pukul 05.00 WIB. Hal ini sudah baik dilakukan agar lapangan sudah dalam kondisi yang optimum sebelum para pemain berdatangan agar tidak saling terganggu antara kegiatan pemangkasan dan permainan golf. Permasalahan yang sering terjadi pada saat pemangkasan di green adalah operator yang kurang memperhatikan dengan baik kondisi mesin pemangkas yang digunakan dan kebersihan area green sebelum pemangkasan. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemangkasan dengan mesin pangkas adalah sebagai berikut. 1. Kebersihan green Sebelum pemangkasan dilakukan, green harus dalam kondisi yang bersih dari sampah, batu, dan embun. Embun terlebih dahulu dibersihkan dengan roller. 2. Arah pemangkasan Sebelum melakukan pemangkasan, terlebih dahulu harus menentukan arah pemangkasan yang berbeda dari arah pemangkasan pada hari sebelumnya. 3. Pemeriksaan oli dan bahan bakar Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebocoran oli dan kehabisan bahan bakar saat sedang dilakukannya kegiatan pemangkasan. b. Pemangkasan Apron Apron adalah area perbatasan antara fairway dengan collar green atau area yang berada sekitar 3 meter di depan sekeliling area collar green. Berbeda dengan area green, intensitas pemangkasan apron dilakukan tiga kali dalam seminggu. Ketinggian rumput pada area ini dipertahankan sekitar 20 mm. Alat pangkas yang digunakan pada area ini adalah Triplex mower. Mesin ini digunakan dengan cara dikendarai oleh seorang operator (riding mower) dengan arah pemangkasan berputar mengelilingi area apron.
49
Gambar 23. Pemangkasan Apron Menggunakan Triplex Mower Greens King IV Plus
c. Pemangkasan Fairway Fairway merupakan area penghubung antara tee box dan green yang biasanya menjadi landing area bagi bola dari tee box atau dari fairway itu sendiri. Pemangkasan area fairway dilakukan setiap hari untuk semua hole secara bergantian. Pada setiap area fairway, frekuensi pemangkasan dilakukan tiga kali dalam seminggu dengan perbedaan dua hari setelah pemangkasan sebelumnya untuk tiap hole. Pemangkasan pada fairway tidak dilakukan setiap hari karena jenis rumput yang digunakan berbeda dengan rumput green. Selain itu, laju pertumbuhan rumput yang lebih lambat dibandingkan dengan rumput green dan tidak berpengaruh terhadap laju gulir bola menjadi alasan lain rumput pada area fairway ini tidak dipangkas setiap hari. Jenis mesin yang digunakan adalah Gang mower yang digunakan dengan cara dikendarai. Pekerjaan pemangkasan fairway tidak memiliki hari khusus. Jika rumput pada fairway sudah terlihat panjang, akan segera dilakukan pemangkasan. Ketinggian pemangkasan pada fairway dipertahankan sekitar 50 mm.
Gambar 24. Pemangkasan Area Fairway Menggunakan Gang Mower Ransomes Produksi Jacobsen Tipe LF 3400
Permasalahan yang terjadi saat pemangkasan fairway di PGH adalah masih terdapat sisa rumput yang belum terpangkas seluruhnya, sehingga perlu
50
dilakukan pemangkasan menggunakan mesin pangkas gendong. Namun, hal ini dinilai tidak mempengaruhi permainan dan sangat menyita banyak waktu. Oleh karena itu, sisa rumput yang masih belum terpangkas dibiarkan saja, tidak pangkas rata. Masalah lain yang sering terjadi pada mesin pemotong untuk area fairway adalah hydraulic spill atau kebocoran selang hidrolik yang menyebabkan menetesnya oli pada saat pemangkasan dan dapat mengakibatkan “terbakar”-nya bagian rumput yang terkena tetesan oli, bahkan dapat menyebabkan rumput menjadi mati. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya perawatan pada mesin, seperti pergantian oli yang rutin. Oli yang terlalu lama tidak diganti akan menyebabkan oli menjadi hitam, menurunnya viskositas oli sehingga mesin lebih sering terjadi gesekan dan membuat mesin lebih cepat panas. Suhu panas yang terlalu tinggi inilah yang semakin mempercepat rusaknya mesin dan mempercepat pengenduran elastisitas karet pada selang hidrolik atau tutup klep (seal) yang berguna untuk menjaga agar oli tidak bocor keluar. Menurut Witteveen dan Bavier (1998), penanganan pertama untuk masalah tersebut adalah dengan segera mungkin rumput dicuci dan dibersihkan dengan sabun oleh operator mesin yang bersangkutan. Penanganan lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pemangkasan yang lebih pendek pada bagian yang terkena tetesan oli. Namun, jika permasalahan sudah terlalu berat, dilakukan penggantian dengan rumput baru yang sehat dan kemudian dilakukan top dressing. Pencegahan kebocoran hidrolik dapat dilakukan dengan cara mengecek mesin setiap pagi dan mengganti selang hidrolik yang bocor tersebut. Oleh karena itu, ketelitian, kedisiplinan, dan kerja sama antara operator dan mekanik harus selalu dipertahankan agar dapat menghindari permasalahan yang serius dan rumput selalu tersedia dalam kondisi yang optimum. d. Pemangkasan Tee Box Tee box adalah tempat pemain melakukan pukulan pertama dalam permainan golf. Luasan tee box tidak mempunyai ketentuan khusus, tetapi semakin luas tee box, semakin banyak pilihan titik pemukulan oleh pemain dan semakin berkurangnya tingkat kerusakan rumput akibat divot. Pemangkasan tee box dilakukan hampir sama dengan fairway, yaitu setiap hari untuk semua hole secara bergantian. Pemangkasan tee box dilakukan dua kali dalam seminggu pada setiap hole dan berselang sekitar 3 – 4 hari setelahnya. Alat yang digunakan untuk pemangkasan adalah Lawn Mower. Ketinggian pemangkasan rumput dipertahankan hingga 50 mm.
51
Gambar 25. Pemangkasan Tee Box Menggunakan Lawn Mower Victa S460
Menurut Witteveen dan Bavier (1998), tee box secara normal dipotong setiap dua hari sekali atau minimal tiga kali dalam seminggu, sedangkan menurut Beard (1982), ketinggian pemangkasan rumput pada tee box berada di antara ketinggian pemangkasan green dan fairway, yaitu sekitar 7,5 – 25 mm. Namun, kedua pernyataan ini tidak berlaku untuk PGH yang menggunakan rumput paetan (Axonopus compressus) untuk area tee box. Permasalahan yang sering terjadi pada area tee box adalah scalping atau terjadinya kebotakan dari hasil pemangkasan yang biasanya disebabkan oleh kontur tee box yang tidak teratur. Menurut Witteveen dan Bavier (1998), permukaan tee box harus rata secara sempurna. Tee box boleh dibuat miring menurut spesifikasi arsitek, tetapi pada prinsipnya permukaan harus rata, tidak terdapat lekukan atau benjolan. Hal ini dimaksudkan agar pemain dapat membuat pukulan bola pada roll yang lebih sempurna dan tidak terjadi kebotakan saat pemangkasan. Karena kebotakan dapat mengurangi nilai estetika dan memberi kesan yang kurang baik bagi para pemain. Untuk menghindari scalping di area tee box, perlu adanya perbaikan kontur apabila terdapat kontur yang tidak beraturan. e. Pemangkasan Rough Rough adalah daerah yang memisahkan antara area permainan hole yang satu dengan hole yang bersebelahan dan biasanya ditanami oleh pepohonan, semak, perdu, atau tanaman penutup tanah. Daerah rough ini dibagi menjadi semi-rough dan rough. Semi-rough merupakan area antara fairway dan rough. Pemangkasan semi-rough dilakukan dengan alat riding mower (dikendarai oleh operator) produksi John Deere, Jacobsen tipe Treking, Kubota tipe G180, dan Rover Rancher. Ketinggian rumput pada semi-rough dipertahankan hingga 60 mm. Rough adalah area perbatasan yang biasanya ditanami dengan pohon. Pemangkasan rough ini sulit dilakukan dengan alat riding mower. Oleh karena itu, alat yang digunakan untuk memangkas area rough sama dengan tee box, yaitu berupa lawn mower. Ketinggian rumput pada rough dipertahankan sekitar 70 mm. Pemangkasan rough hanya dilakukan sekali dalam seminggu.
52
Gambar 26. Pemangkasan Rough dengan Mesin Pangkas Gendong
Tinggi dan frekuensi pemangkasan seluruh area rumput lapangan golf PGH dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Standar Pemangkasan Rumput PGH Area Pemangkasan
Putting Green
Collar Green Apron Fairway Tee Box Rough Semi Rough
Jenis Rumput Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifdwarf Cynodon dactylon L. C. Rich cv Tifway 419. Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus Axonopus compressus
Frekuensi Pemangkasan di tiap hole (per minggu)
Tinggi Pemangkasan (mm)
Mesin/Alat
6 kali
3,5 – 4
Green Mower
6 kali
5
Green Mower
3 kali
20
Triplex Mower
3 kali
50
Gang Mower
2 kali
50
Lawn Mower
1 kali
70
Lawn Mower
1 kali
60
Mesin pangkasgendong
Terdapat perbedaan dalam spesifikasi pemangkasan rumput antar area permainan. Semakin dekat kepada hole, semakin pendek tinggi rumput golf. f. Edging Edging merupakan kegiatan pemangkasan rumput pada bagian tepi atau perbatasan. Area yang dipangkas adalah perbatasan antara putting green dan collar green, serta antara collar green dan apron. Kegiatan edging ini dilakukan dengan tujuan memangkas rumput pada area perbatasan yang tidak terpangkas oleh green mower serta memberi batas yang jelas pada tiap area green agar luas dari bagian-bagian green tidak mengalami penambahan atau penyusutan.
53
Kegiatan edging dilakukan secara rutin setiap satu bulan. Pemangkasan dilakukan secara manual dengan menggunakan kored atau arit. 4.9.1.2 Pemupukan Pemupukan juga merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam pemeliharaan lapangan golf karena sangat berperan penting dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas lapangan golf. Tujuan utama dalam proses pemupukan adalah untuk menambah ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh rumput selama pertumbuhannya karena jarang sekali tanah dapat memenuhi unsur hara secara keseluruhan untuk pertumbuhan rumput secara sempurna. Kegiatan pemupukan pada area permainan di PGH hanya dilakukan pada area green, apron, dan tee box. Kegiatan pemupukan sudah memiliki jadwal tersendiri yang direncanakan oleh bagian pemeliharaan. Jenis dan dosis pupuk juga sudah diperhitungkan sebelumnya bergantung pada kondisi di lapangan. Pada saat kegiatan magang berlangsung, percobaan pemupukan pada green dilakukan dengan menggunakan pupuk organik, yang dicampur pasir dengan rasio pasir berbanding pupuk 3:1. Pemupukan pada green saat musim panas menggunakan pupuk majemuk NPK 17-17-17. Pemberian pupuk dengan unsur kalium lebih banyak diperlukan pada saat musim hujan. Setelah kegiatan kultivasi, pemupukan juga dilakukan dengan menggunakan pupuk dengan unsur nitrogen yang tinggi, yaitu dengan perbandingan NPK 21-0-16. Jenis pupuk yang digunakan untuk green ini adalah jenis pupuk yang bersifat slow release. Aplikasi pemupukan dilakukan menggunakan alat walking spreader karena bentuk pupuk yang berupa granule atau butiran sehingga dapat menabur pupuk dengan merata. Pemupukan di area green dilakukan dua kali selama satu bulan dan untuk setiap green yang ada di PGH diberikan dengan dosis pemupukan yang memiliki standar rasio Nitrogen sebanyak 300 gram/100 m2 untuk sekali aplikasi. Pemupukan pada area apron dan tee box menggunakan pupuk majemuk dengan perbandingan NPK 15-15-15. Jenis pupuk yang digunakan bersifat fast release. Aplikasi pemupukannya dilakukan dengan mencampur pupuk dengan air terlebih dahulu kemudian disemprotkan ke rumput. Alat yang digunakan adalah mobil tangki yang memiliki mesin pompa untuk menyemprotkan pupuk. Setelah kegiatan pemupukan, harus segera dilanjutkan dengan penyiraman selama kurang lebih 20 menit. Hal ini bertujuan agar rumput tidak terbakar setelah diberi pupuk. Pemupukan pada apron dilakukan dua kali dalam sebulan, sedangkan untuk tee box pemupukan dilakukan dengan frekuensi dua bulan sekali. Kebutuhan unsur pupuk NPK untuk area apron dan tee box masing-masing sebanyak 12,5 kg dan 1,25 kg tiap hole. Menurut Witteveen dan Bavier (1998), pemberian pupuk merupakan hal penting dalam sistem pengelolaan dan pemeliharaan lapangan golf. Karena jarang sekali tanah yang dapat memenuhi unsur hara secara keseluruhan untuk pertumbuhan rumput secara sempurna. Menurut Beard (1982), faktor yang mempengaruhi pemupukan adalah banyaknya air yang diberikan, kapasitas tukar kation (KTK), iklim, dan spesies rumput yang digunakan. Pemilihan jenis pupuk di PGH tidak selalu sama dan disesuaikan dengan kondisi rumput, cuaca, dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Beard
54
tersebut. Pada saat musim penghujan, jenis pupuk yang digunakan adalah yang memiliki kandungan unsur N yang rendah dan kandungan unsur K yang tinggi. Pada musim hujan, pemberian pupuk dengan kandungan N yang tinggi dapat menyebabkan ketahanan rumput terhadap penyakit akan berkurang, sedangkan unsur K dapat membantu memperlancar proses fotosintesis dan memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko rebah akibat banyaknya air hujan yang jatuh. Penggunaan pupuk slow release merupakan salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan rumput green. Walaupun respon awal rumput rendah, tetapi akan dihasilkan respon yang baik pada akhir masa pemupukan (Spangenberg et al. dalam Tunggalini, 1999). 4.9.1.3 Penyiraman Kekurangan air dalam jaringan rumput lapangan golf akan menyebabkan terganggunya reaksi metabolisme pada rumput itu sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat atau dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kegiatan penyiraman ini perlu dilakukan jika rumput kekeringan. Kegiatan penyiraman rumput pada PGH dilakukan menggunakan sprinkler yang dioperasikan secara manual dengan bantuan mesin pompa yang terdapat di pump house dan pengaturan sistem buka atau tutupnya dilakukan secara manual oleh operator. Waktu penyiraman dilakukan berdasarkan kondisi cuaca di lapangan. Penyiraman dilakukan sekali dalam sehari jika kondisi lapangan tidak hujan. Jika pada malam hari sebelumnya terjadi hujan, kegiatan penyiraman tidak dilakukan pada hari tersebut. Penyiraman ini juga dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kondisi lapangan. Jika terjadi musim kemarau panjang, penyiraman dapat dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari dengan tujuan untuk mengurangi penguapan yang berlebih. Akan tetapi, pada saat musim hujan, penyiraman dilakukan hanya pada saat dibutuhkan saja. Kegiatan penyiraman dilakukan selama 15 – 20 menit untuk sekali penyiraman pada musim kemarau. Pada saat musim hujan lama penyiraman dilakukan sekitar 7 – 10 menit. Kebutuhan penyiraman rumput berkisar antara 5 – 10 liter/m2, dengan rata-rata penyiraman pada saat hari cerah yaitu 10 liter/m2 dan 5 liter/m2 pada saat hari berawan. Jumlah rata-rata penggunaan air untuk penyiraman area permainan di PGH I dan II adalah sekitar 50.000 m3 – 200.000 m3 per tahun. Jumlah air yang digunakan PGH sudah cukup tepat jika digunakan untuk menyirami 139 ha area permainan.
55
(b) (a) Gambar 27. Kegiatan Penyiraman Secara Manual Menggunakan Selang (a) dan Mekanis Menggunakan Sprinkler (b)
Air merupakan zat yang paling banyak diserap oleh rumput untuk pertumbuhan jika dibandingkan dengan zat lainnya. Menurut Fahmi (2002), hanya 1 – 3% air saja yang digunakan untuk metabolisme dan 97% lainnya didistribusikan ke seluruh jaringan rumput dan ditranspirasikan melalui daun. Penyiraman rumput pada area permainan di PGH dilakukan pagi dan sore hari. Kegiatan penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan air bagi rumput dan disesuaikan dengan cuaca. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ramasamy (2002) bahwa hal yang perlu dipertimbangkan untuk kebutuhan penyiraman adalah radiasi matahari, suhu, kelembaban relatif atmosfer, angin, dan hujan. Intensitas penyiraman yang berlebihan justru dapat menyebabkan timbulnya hama dan penyakit, serta kebusukan pada rumput area permainan. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Emmons (2000), waktu terbaik untuk melakukan penyiraman adalah pada saat angin sedikit, kelembaban tinggi, serta suhu rendah dan waktu yang paling tepat adalah pada pagi hari. Debit air dan lamanya penyiraman tidak selalu sama, tetapi diukur berdasarkan kebutuhan rumput di lapangan dengan melihat kondisi cuaca serta perlakuan pada area tersebut sebelumnya. Pada area green, jumlah air yang dibutuhkan lebih banyak jika dibandingkan dengan area lainnya karena jenis rumput dan media tanam pada area ini juga berbeda. Jumlah kebutuhan air pada area green bergantung pada topografi green, tekstur tanah, spesies rumput, intensitas penggunaan green, kedalaman akar, dan evapotranspirasi. Penyiraman dengan menggunakan sprinkler diatur secara manual. Sprinkler yang digunakan untuk penyiraman berjenis fullcycle dengan gerakan memutar secara penuh (360°). Penyiraman juga dilakukan pada saat penanaman pertama dan setelah pemupukan dengan menggunakan selang plastik. Hal yang perlu diperhatikan jika penyiraman dilakukan menggunakan selang plastik adalah teknik penyiraman yang mengarahkan selang ke atas agar tidak langsung jatuh ke arah tanaman sehingga deraan air yang keras tidak merusak rumput yang baru ditanam. Permasalahan yang sering terjadi pada sistem irigasi adalah pipa-pipa penyambungan yang mengalami kebocoran. Hal tersebut dapat diketahui dengan menurunnya debit air yang keluar dari sprinkler dan keluarnya air pada saluran irigasi yang menyebabkan lapangan menjadi becek.
56
4.9.1.4 Pengendalian Gulma Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan kehadirannya pada suatu pertanaman atau lanskap tertentu. Di lapangan golf, pengendalian gulma bertujuan mengurangi populasi tumbuhan yang tidak diharapkan agar tidak merusak kualitas estetika dan fungsional lapangan golf tersebut. Pengendalian gulma di PGH dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan kimiawi. Pengendalian secara mekanik ini disebut dengan weeding, yaitu dengan cara pencabutan gulma oleh pekerja lapangan (weeder). Pada pengendalian gulma secara mekanik, alat yang digunakan berupa batang besi yang runcing dengan panjang sekitar 15 cm. Cara penggunaannya adalah dengan mencungkil gulma hingga akarnya ikut terangkat. Kemudian, bekas pencungkilan tersebut ditutup kembali secara manual. Cara pengendalian gulma ini biasanya dilakukan di area putting green, collar green, dan apron. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan herbisida, aplikasinya menggunakan alat knapsack hand sprayer dengan kapasitas 15 liter. Penggunaan herbisida ini dilakukan jika populasi gulma yang terdapat pada area green sudah terlalu banyak dan gulma tersebut masih belum tumbuh besar. Jenis gulma yang sering ditemukan pada area green adalah rumput teki (Cyperus rotundus), rumput paetan (Axonopus compressus), krokot (Althernatera ficoides), dan tapak liman (Taraxacum oficinale). Jenis herbisida yang digunakan untuk setiap gulma berbeda-beda karena pengendalian gulma dengan herbisida ini perlu pertimbangan yang akurat agar tidak mengakibatkan tanaman di sekitarnya ikut teracuni oleh herbisida tersebut. Jenis herbisida yang digunakan di PGH tidak selalu pasti menggunakan merek dagang tertentu. Hal ini dikhawatirkan gulma akan menjadi imun terhadap herbisida serta pembelian herbisida juga berdasarkan kondisi keuangan perusahaan.
(a)
(b)
Gambar 28. Kegiatan Pengendalian Gulma (a) dan Jenis Gulma Krokot (Althernatera ficoides) yang Terdapat di PGH (b)
Pengendalian gulma merupakan salah satu tindakan pemeliharaan yang bersifat insidental, yaitu jika terlihat gulma pada green. Namun, pengecekan terhadap tumbuhnya gulma dilakukan secara rutin setiap harinya. Pengendalian gulma di PGH hanya difokuskan pada area green saja, secara manual dan kimiawi. Cara manual dengan mencabuti gulma secara langsung dengan tangan apabila gulma terlihat masih sedikit, memungkinkan untuk dicabut, dan tingkat
57
perkembangan gulma sudah cukup berbahaya dan harus dihilangkan sampai ke akarnya. Pengendalian gulma secara kimiawi dilakukan jika gulma yang menyerang sudah terlalu banyak dan perkembangannya masih di bawah ambang bahaya. Gulma yang perkembangannya sudah kuat akan sulit untuk dikendalikan secara kimiawi, bahkan tetap akan tumbuh kembali. Oleh karena itu, cara yang paling efektif adalah dengan cara manual, mencabut gulma hingga ke akarnya. Jenis herbisida yang digunakan merupakan jenis herbisida yang selektif sehingga aman terhadap jenis rumput bermuda. Setiap cara pengendalian memiliki kekurangan dan kelebihan. Pengendalian secara manual memiliki kekurangan, di antaranya, membutuhkan waktu yang lama dan terkadang tidak seluruh gulma tercabut karena kurangnya ketelitian dari weeder. Keuntungan yang dirasakan dapat mencapai jangka waktu yang panjang karena gulma sudah benar-benar terangkat hingga akarnya. Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian manual juga jauh lebih murah dibandingkan jika melakukan pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian secara kimiawi memiliki kekurangan, selain biaya yang mahal juga gulma hanya terlihat mati di bagian atasnya (batang dan daun) dan tidak dapat dipastikan di bagian bawah (akar) juga sudah mati. Kelebihan yang dirasakan adalah tidak menyita banyak waktu dan lebih mudah dilakukan. Masalah gulma pada lapangan golf merupakan masalah yang cukup serius, terutama pada musim hujan. Menurut Emmons (2000), jika tanah dalam keadaan lembab, mikroorganisme akan lebih mudah berpenetrasi dalam jaringan tanaman sehingga akan terserang gulma, hama, dan penyakit. Langkah utama pencegahan adalah memperbaiki sistem drainase yang ada. 4.9.1.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pengendalian hama dan penyakit tanaman di PGH dilakukan secara preventif dan kuratif. Pengendalian hama dan penyakit umumnya dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan menggunakan pestisida. Aplikasi pestisida ini dengan menggunakan alat sprayer. Penyemprotan pestisida difokuskan pada area green, apron, dan tee box.
Gambar 29. Aplikasi Pestisida Menggunakan Knapsack Sprayer
58
Jenis hama yang terdapat di PGH adalah ulat grayak, anjing tanah (mole cricket), dan cacing tanah. Cacing tanah memang salah satu hewan penyubur tanah. Namun, pada lapangan golf, cacing tanah ini dapat mengangkat media tanam sehingga dapat mengurangi nilai estetika dan mengganggu fungsi dari green dan tee box. Jenis pestisida yang digunakan bergantung pada jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Identifikasi jenis hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Identifikasi Hama dan Penyakit Rumput di PGH Gangguan Hama Ulat grayak
Anjing tanah Cacing tanah
Gejala
Pestisida*
Konsentrasi
Bahan Aktif
Rumput menguning dan agak gundul, permukaan tanah agak berlubang Permukaan rumput berlubang, perakaran rumput habis dimakan Terdapat gundukan tanah berupa gumpalangumpalan kecil
Decis 25 EC
0,35 ml/l 3 ml/l
Deltametrin Klorpirifos
Decis 25 EC
0,35 ml/l 3 ml/l
Deltametrin Klorpirifos
Furadan 3G
3 – 7 g/m2
Karbofuran
Ujung daun kecoklatan, menyebar luas dan mengering sampai ke akar Daun berwarna kuning dan menghasilkan bercak-bercak kecoklatan Adanya lapisan berwarna coklat pada bagian dasar rumput
Dithane M 45
2 – 3 g/l
Mankozeb
Dithane M 45
2 – 3 g/l
Mankozeb
Dithane M 45
2 – 3 g/l
Mankozeb
Penyakit Curvularia leaf spot (C. Lunata) Helminthosporium leaf spot (Helminthosporium spp) Algae
*Jenis Pestisida yang Digunakan Saat Kegiatan Magang Sumber: Data Pemeliharaan Bagian Kesiapan Lapang
(a) (b) Gambar 30. Gejala Serangan Cacing Tanah (a) dan Gejala Serangan Ulat Grayak (b)
Pada area green dan apron pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan secara preventif yang merupakan tindakan rutin untuk pencegahan dan secara kuratif atau tindakan penanggulangan apabila terjadi kerusakan yang cukup
59
parah. Untuk area tee box, pengendalian hama dan penyakit dilakukan hanya secara kuratif. Menurut Tashiro (1992), hama tersebut merupakan hama yang utama pada rumput golf di area tropis dan subtropis. Gejala yang ditimbulkan oleh hama tersebut adalah pengangkatan media tanam atau pasir ke permukaan rumput. Hal ini dapat mengurangi nilai estetika dan fungsi green serta mengganggu permainan golf. Penyakit pada rumput green yang sering didapati adalah algae dan Curvularia blight. Penyakit algae ini sering dijumpai pada green karena salah satu sifat fisik rumput Cynodon dactylon yang toleran terhadap genangan air sering disalah artikan. Rumput green sering dilakukan penyiraman yang melebihi kebutuhan airnya, sehingga rumput pada area green ini mengalami kelembaban yang tinggi dan mudah menjadi habitat tinggal algae. Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit tersebut adalah daun layu, berwarna kecoklatan atau merah, dan adanya lapisan berwarna coklat di bagian dasar rumput. Hal ini mengurangi estetika dan fungsi green. Pengendalian hama dan penyakit cukup rumit karena pemberian herbisida dan fungisida harus dilakukan dengan tepat waktu, sasaran, dosis, dan jenis yang digunakan. Hal ini mengingat pentingnya kepuasan para pemain dan karena alasan mahalnya harga fungisida dan insektisida. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit di PGH sudah cukup baik karena kegiatan pengendalian dilakukan dengan cepat dan sesuai dengan gejala yang dialami sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang terjadi pada rumput. Para pekerja pun sudah dilengkapi dengan peralatan keselamatan standar, seperti sarung tangan, masker wajah, pakaian yang tertutup, selain diarahkan untuk melakukan penyemprotan yang tidak melawan arah angin agar tidak mengalami keracunan dari pestisida yang digunakan. 4.9.1.6 Kultivasi Kultivasi adalah metode secara mekanik dalam rangka memperbaiki pertukaran udara dan air antara atmosfir dan tanah. Tujuan lain dari kegiatan kultivasi ini adalah merusak dan menghancurkan lapisan tanah yang tidak sesuai, memperbaiki daya pegas (resiliency) pada tanah yang padat, dan merangsang pelapukan thatch. Thatch adalah lapisan bahan organik yang terdiri atas batang dan akar yang hidup atau mati dan berkembang di daerah antara permukaan tanah dan vegetasi hijau. Jenis kegiatan kultivasi yang dilaksanakan di PGH adalah top dressing, verticut, dan coring (aerating). a. Top Dressing Top dressing merupakan kegiatan pemberian media tanam tambahan berupa pasir ke area permukaan rumput. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperhalus permukaan tanah, mengubah tekstur lapisan permukaan tanah, mempercepat pertumbuhan rumput di daerah gundul, mengontrol thatch, dan menutupi stolon serta rhizoma agar pertumbuhan akarnya menjadi baik. Top dressing di PGH dilakukan pada area tee box dan green. Waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi area tersebut. Top dressing pada area
60
green dijadwalkan dilakukan selama enam kali dalam setahun dengan masingmasing hole minimal dilakukan dua kali top dressing dalam setahun. Top dressing dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mesin dan manual. Mesin yang digunakan untuk kegiatan top dressing adalah top dresser produksi Turfco, sedangkan cara manual dilakukan dengan menggunakan pengki. Setelah pasir ditabur, dilakukan pemerataan pasir (dragging) agar pasir menyebar rata di seluruh permukaan. Pelaksanaan top dressing dilakukan hanya pada saat permukaan tanah dalam keadaan kering. Top dressing juga dilakukan setelah kegiatan verticut dan aerating, setelah terjadi divot, dan setelah dilakukan penanaman rumput baru baik secara stolon maupun lempengan. Jenis pasir yang digunakan berukuran 0,5 – 1,5 mm.
(a) (b) Gambar 31. Kegiatan Top Dressing Menggunakan Mesin (a) dan Manual (b)
Menurut Emmons (2000), kegiatan top dressing sebaiknya tidak hanya dilakukan setelah kegiatan verticut dan aerating saja, melainkan rutin dilakukan agar permukaan green dapat lebih halus dari sebelumnya. Kegiatan top dressing di PGH juga sudah terlaksana dengan baik, yaitu terlihat dari kegiatan top dressing yang sudah memiliki jadwal rutin, tidak hanya dilakukan setelah verticut dan aerating saja. Menurut Witteveen dan Bavier (1998), material pasir untuk top dressing dapat dicampur dengan pupuk kompos. Top dressing lebih baik dilakukan tipis berulang-ulang ketimbang sekaligus tebal. Ketebalan top dressing harus kurang dari 3 mm. Kriteria ini diterapkan oleh PGH dan hasilnya terlihat sangat baik, yaitu perakaran pada rumput green menjadi lebih kokoh. b. Verticut
Verticut adalah kegiatan pemangkasan secara vertikal pada cabang rumput yang menjalar dengan tujuan merangsang untuk rumput memiliki tunas baru, menipiskan rumput untuk memberikan ruang bagi pertumbuhan rumput yang baru, dan untuk mengurangi lapisan thatch. Thatch yang berlebihan akan memacu serangan hama dan penyakit serta menimbulkan warna kuning pada suatu area tertentu. Kegiatan verticut ini hanya dilakukan pada area green, yaitu tiga kali dalam setahun. Alat yang digunakan adalah verty cutter produksi Ryan. Alat ini memiliki pisau yang berputar secara vertikal dan memotong ke dalam permukaan rumput. Setelah melakukan verticut, sisa-sisa potongan rumput dibersihkan oleh
61
weeder dan rumput kembali dipangkas dengan green mower. Selanjutnya, dilakukan kegiatan pemupukan yang diikuti dengan top dressing pasir, lalu penyiraman area green selama kurang lebih 10 – 15 menit. Kegiatan verticut atau vertical mowing adalah salah satu kegiatan kultivasi yang bertujuan mengurangi akumulasi thatch yang berlebihan. Akumulasi thatch yang berlebihan dapat berpengaruh negatif, yaitu meningkatkan masalah hama dan penyakit, kekeringan lokal, mudah scalping, serta menurunkan ketahanan terhadap panas dan kekeringan (Krisnawan, 2003). Kegiatan ini tidak disarankan untuk sering dilakukan karena jika terlalu sering dilakukan dikhawatirkan pada saat musim hujan tanah pada green dan tee box menjadi lembab sehingga rentan terserang alga. Menurut Emmons (2000), jika tanah dalam keadaan lembab, mikroorganisme akan lebih mudah masuk ke dalam jaringan tanaman sehingga tanaman akan mudah terserang hama dan penyakit. Kegiatan verticut di PGH sudah dilakukan dengan baik, yaitu 3 kali dalam setahun pada saat keadaan malam sebelumnya tidak hujan dan media tanam dalam keadaan kering. c. Aerating (Coring) Aerating merupakan kegiatan melubangi tanah sedalam 10 cm dengan menggunakan besi runcing yang berlubang sehingga dapat sekaligus mengangkat tanah tersebut keluar. Menurut Fahmi (2002), aerating atau coring merupakan kegiatan pemeliharaan untuk mengangkat media tanam (tanah dan pasir). Tujuan dari kegiatan ini adalah membuang gas-gas beracun dalam tanah, meningkatkan kapasitas infiltrasi, merangsang pertumbuhan akar, mengendalikan thatch jika diikuti dengan top dress, dan meningkatkan efisiensi pemupukan. Tujuan lain dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi kepadatan tanah, memberikan sirkulasi udara dalam tanah agar jumlah oksigen yang tersedia bagi rumput lebih optimal, mempercepat penyerapan air dan unsur hara, mengurangi alga, dan mengatasi genangan air. Bekas aerating ini akan hilang biasanya dalam waktu satu bulan karena diikuti dengan kegiatan top dressing dan pemupukan sehingga mempercepat pemulihan bekas aerator. Kegiatan aerating hanya dilakukan pada area green dan pada saat tanah cukup lembab, serangan gulma sedikit, dan rumput dalam keadaan sehat agar dapat mempertahankan kesehatan rumput tersebut. Jika dilakukan pada rumput green yang sakit, aerating menyebabkan rumput semakin stress (Witteveen dan Bavier, 1998). Kegiatan ini hanya dilakukan tiga kali dalam setahun. Alat yang digunakan adalah mesin airator. Setelah kegiatan aerating, bekas tanah yang dikeluarkan dibersihkan oleh weeder dan dilakukan top dressing.
62
Gambar 32. Kegiatan Aerating Menggunakan Mesin Aerator Produksi Ryan
Permasalahan yang sering terjadi saat kegiatan aerating ini adalah jadwal pelaksanaannya yang berbenturan dengan kegiatan bermain para pegolf dan terkadang dapat membuat para pemain kurang berkenan serta merasa terganggu kenyamanan permainan mereka. 4.9.1.7 Pemeliharaan Hazard
a. Pemeliharaan Bunker Pemeliharaan bunker bertujuan agar bunker terlihat rapi dan estetik, tidak tergenang air dan longsor saat hujan, dan tidak terjadi pemadatan yang dapat menyebabkan bola kembali memantul. Kegiatan pemeliharaan yang rutin dilakukan untuk bunker adalah sebagai berikut. 1. Penggarukan bunker (raking) Penggarukan bunker dilakukan dengan tujuan untuk menggemburkan dan meratakan permukaan pasir, serta mencegah pemadatan terhadap pasir. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum pemain datang, sekitar pukul 05.15 WIB dan juga dilakukan setelah hujan lebat untuk mencegah genangan air hujan. Alat yang digunakan adalah penggaruk pasir atau garu. 2. Penambahan pasir bunker Penambahan pasir dilakukan sesuai dengan kebutuhan atau kondisi bunker. Pasir yang digunakan harus seragam, bebas sampah, kerikil, dan benih gulma. 3. Pemotongan rumput di pinggir bunker (edging bunker) Kegiatan ini dilakukan sekali setiap bulannya atau jika rumput telah melewati batas antara rumput dan pasir. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar batas antara rumput dengan bunker terlihat jelas. Alat yang digunakan adalah kored atau arit. 4. Pembersihan bunker Pembersihan bunker meliputi kegiatan menjaga kebersihan bunker dari sampah dedaunan dan mencegah pertumbuhan gulma di area bunker.
63
Gambar 33. Kegiatan Raking (Penggarukan Bunker)
Permasalahan pada bunker yang sering terjadi dan dialami PGH adalah longsornya bunker dan terdapat cabang perakaran pohon di area bunker. Jika hal ini sudah terjadi, renovasi terhadap bunker wajib dilakukan. Masalah lain yang sering dialami adalah pasir akan mengalami kepadatan dan menjadi keras setelah digunakan selama bertahun-tahun serta tertiup angin dan mengurangi ketebalan lapisan bunker tersebut. Untuk permasalahan ini, cara penanggulangannya hanya dengan menambah pasir ke area bunker. Jenis pasir yang digunakan untuk area bunker adalah pasir putih dan jenis pasir ini mempunyai harga yang tidak murah. Dengan demikian, perawatan bunker juga dilakukan untuk menghemat pembelian pasir putih ini. b. Pemeliharaan Water Hazard Pemeliharaan water hazard berupa danau buatan bertujuan menjaga keindahan dan nilai estetika danau buatan tersebut. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari. Kegiatan pemeliharaan meliputi pembersihan danau dari kotoran sampah dedaunan atau plastik agar tidak menyumbat saluran irigasi dan mengurangi nilai estetika. Kegiatan pemeliharaan lainnya adalah menjaga tanaman air di dalam danau agar tetap indah, mengambil bola-bola golf yang masuk ke danau, serta memangkas rumput di tepian danau (edging). Pemeliharaan water hazard dilakukan juga secara rutin setiap hari, yaitu berupa kegiatan pembersihan danau dari ganggang, sampah daun kering, sampah plastik, dan pengambilan bola-bola yang masuk ke area danau buatan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar danau buatan selalu terlihat indah dan saluran drainase pada danau buatan tidak tersumbat oleh bola yang masuk ke dalam danau. Keseluruhan kegiatan pemeliharaan hazard sudah berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari permasalahan-permasalahan yang biasanya terjadi pada hazard tidak sering dialami oleh PGH. 4.9.1.8 Pemindahan Letak Hole Cup Hole cup adalah tempat masuknya bola di green. Hole cup ini menjadi tempat berdirinya flagstick yang menunjukkan posisi hole di green. Posisi hole cup ini selalu diganti secara rutin tiap minggunya. Tujuannya adalah untuk
64
mengurangi pemadatan tanah akibat tekanan pemain yang berada di sekitar area cup flagstick dan mengurangi kerusakan rumput pada area green. Selain itu pemindahan hole cup bertujuan untuk memberikan tantangan kepada pemain agar dapat memasukkan bola ke dalam lubang pada posisi yang berbeda. Pemindahan hole cup sudah mempunyai arah dan patokan yang sudah diatur sebelumnya. Letak pemindahan hole cup dapat dilihat pada Lampiran 10. Setelah pindah, hole cup diberi flagstick sebagai pemberi informasi letak hole berada. Warna flagstick berbeda-beda bergantung posisi hole cup. Warna merah berarti posisi hole cup lebih jauh, warna kuning berarti posisi hole cup lebih dekat, dan warna putih berarti hole cup berada di tengah-tengah. Alat yang digunakan untuk membuat lubang cup adalah hole cutter. Alat ini berbentuk tabung dengan tepi bawah yang tajam untuk memotong dan membuat lubang untuk pemindahan cup. Alat ini berdiameter 4 inch (sekitar 10,16 cm), dengan kedalaman yang dapat dibuat sejauh 20 cm. Setelah lubang dibuat, kemudian cup dipindahkan dengan bantuan cup setler dan lubang dari cup sebelumnya akan ditutup kembali oleh potongan turf, pasir dan tanah dari pembuatan lubang yang baru. Setelah itu dilakukan top dressing pada bagian yang ditutup agar permukaan green tetap rata. Pemindahan letak hole cup dilakukan secara rutin tiap minggunya dan bertujuan menjaga rumput green agar tidak mengalami kerusakan, mempertimbangkan faktor estetik, dan memberi tantangan bagi pemain. Menurut Beard (1982), faktor-faktor penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemindahan posisi hole cup, antara lain adalah; perubahan slope, kualitas permukaan rumput, kemudahan pandangan pemain terhadap flagstick, jarak dari batas green, panjang pukulan ke arah green, kondisi arah angin, daya pegas rumput, dasain dari hole, dan jenis permainan golf. Permasalahan yang sering terjadi dalam kegiatan ini adalah pada saat penutupan hole sebelumya, petugas kurang memperhatikan arah tumbuhnya rumput sehingga arah pertumbuhan rumput menjadi tidak seragam dan membuat area green menjadi tidak estetis. 4.9.1.9 Pemindahan Tee Marker Pemindahan tee marker bertujuan mengurangi kerusakan area tee box akibat divot yang ditimbulkan oleh pemain pada saat melakukan tee off dan mencegah agar rumput tidak mengalami kebotakan sehingga rumput yang rusak mendapat kesempatan untuk tumbuh kembali secara optimal. Pemindahan tee marker ini ditentukan oleh intensitas permainan dan tingkat kerusakan yang timbul. Pemindahan tee marker dilakukan pada setiap pagi hari sebelum pemain melakukan tee off dan setelah dilakukan pemangkasan pada area tee box. Permasalahan seringkali terjadi bagi tee box yang mempunyai luas area yang kecil, yaitu pemindahan tee marker tidak dapat dilakukan dengan jarak yang agak jauh dari sebelumnya dan mempercepat kebotakan pada rumput tee box. 4.9.1.10 Pergantian dan Penanaman Rumput Kegiatan pergantian rumput di PGH dilakukan jika rumput sudah berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk tumbuh atau terlihat tidak estetik
65
jika dibiarkan tumbuh. Hal tersebut biasanya terjadi karena kerusakan yang diakibatkan oleh divot para pemain, hasil pemotongan yang kurang baik, dan adanya serangan hama atau penyakit. Kegiatan pergantian rumput ini biasanya terjadi di area tee box, apron, collar, dan green. Rumput yang sudah rusak itu diangkat dengan menggunakan sod cutter produksi Ryan. Setelah rumput yang rusak tadi diangkat, bekas pengangkatan rumput tersebut ditanami kembali. Penanaman rumput tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan lempeng (sodding) dan stolon. Setelah dilakukan penanaman rumput, dilakukan top dressing pada rumput tersebut dan penyiraman selama 10 – 15 menit.
Gambar 34. Pergantian Rumput yang Rusak Menggunakan Sod Cutter
(a)
(b)
Gambar 35. Penanaman Rumput Menggunakan Lempeng (Sodding) (a) dan Menggunakan Stolon (b)
Pergantian dan penanaman rumput dilakukan hanya saat rumput dalam keadaan rusak parah dan tidak memungkinkan untuk tumbuh kembali atau menyita waktu yang lama jika dilakukan perawatan. Permasalahan yang sering terjadi adalah jadwal pelaksanaannya yang berbenturan dengan kegiatan bermain para pegolf. Meskipun masalah ini sering terjadi, jarang terjadi keluhan pemain soal rumput yang botak atau rusak. Hal ini karena pihak pengelola yang sudah tanggap akan permasalahan jika terjadi sedikit kerusakan.
66
4.9.1.11
Pengukuran Kecepatan Bola di Green (Green Speed)
Pengukuran kecepatan bola di green bertujuan untuk mengetahui kesempurnaan green berupa kecepatan bola yang menggelinding di permukaan green. Alat yang digunakan adalah stimpmeter berbentuk batang alumunium dengan panjang 90 cm, lebar 45 mm, dan tinggi 20 mm. Pengukuran dilakukan pada permukaan green yang relatif datar dengan menggelindingkan 2 – 3 bola yang baru dari arah yang berlawanan. Bola golf diletakkan pada ujung alat, kemudian diangkat sekitar 20° dari permukaan rumput dengan ujung yang lain menempel di atas permukaan rumput. Selanjutnya bola dilepaskan hingga menggelinding di atas rumput dan berhenti. Jarak yang dicapai bola setelah diluncurkan dari stimpmeter kemudian diukur dengan meteran. Ratarata hasil pengukuran dikelompokkan sesuai dengan diagram green speed. Pengukuran kecepatan green dilakukan pada saat kondisi green sudah dipotong dan bersih, kering, permukaan cukup halus, dan tidak sedang dalam perawatan. Pengukuran ini dapat dijadikan standar pemeliharaan di green terutama untuk mempersiapkan turnamen. Referensi green speed dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Referensi Green Speed dan Jarak Rata-Rata Guliran Bola (Roll)* Kecepatan Relatif Green Speed Cepat Agak Cepat Sedang Agak Lambat Lambat
Pertandingan Reguler (inchi) (m) 102 2,59 90 2,29 78 1,98 66 1,68 54 1,37
Turnamen (inchi) (m) 126 3,2 114 2,9 102 2,59 90 2,29 78 1,98
*Green dengan rumput Bermuda, jarak guliran kurangi sekitar 6 inchi (15 cm) Sumber: Beard, 1982 Kegiatan pengukuran kecepatan bola di green belum dilaksanakan dengan baik karena kegiatan ini belum memiliki jadwal yang pasti. Padahal, untuk standar lapangan golf, hal itu perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi umum dari rumput green. 4.9.1.12
Kebersihan Lapangan
Kebersihan lapangan dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan cara mekanik. Cara manual berupa pembersihan lapangan menggunakan sapu lidi oleh petugas kebersihan lapangan, sedangkan cara mekanik dilakukan dengan menggunakan alat hand blower merk Stihl BG 85 untuk area green dan tee box, dan blower yang ditarik dengan traktor untuk area fairway produksi Jacobsen. Prinsip kerja dari kedua alat ini sama, yaitu menghembuskan sampah yang ada di area permainan, kemudian sampah yang telah dihembuskan disapu dan diangkut oleh petugas kebersihan untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir.
67
(a)
(b)
(c) Gambar 36. Kegiatan Pembersihan Lapangan Menggunakan Hand Blower (a), Menggunakan Traktor (b), dan Menggunakan Sapu Lidi (c)
Kegiatan ini dilakukan secara rutin tiap harinya dengan membersihkan sisa-sisa sampah yang berasal dari pemotongan rumput, daun-daun kering yang berguguran, gulma yang sudah disiangi, dan lainnya. Kesalahan yang sering terjadi dari kegiatan pembersihan lapangan ini biasanya di area green, yaitu penyapuan menggunakan sapu lidi dengan posisi sapu yang tegak. Hal ini justru dapat merusak rumput green. Penyapuan rumput seharusnya dilakukan dengan sapu lidi dalam posisi rebah. Jadwal kegiatan pemeliharaan area permainan PGH selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19. 4.9.2
Pemeliharaan Area Nonpermainan
Kegiatan pemeliharaan juga dilakukan pada area nonpermainan yang merupakan salah satu bagian dari lanskap lapangan golf. Area nonpermainan ini merupakan salah satu penunjang dari area permainan yang meliputi lanskap nonrumput yang ada di lapangan (berupa taman-taman kecil yang ada di lapangan). Tujuan dari kegiatan pemeliharaan ini adalah menjaga agar kondisi lanskap yang ada sesuai dengan desain awalnya, menambah keindahan di luar area permainan, serta meningkatkan manfaat lapangan golf bagi pemakai, pemilik, dan lingkungan sekitar. Kegiatan pemeliharaan ini meliputi pemangkasan tanaman, pemupukan, penyiraman, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, perbaikan spot, dan pembersihan taman. Area nonpermainan ini tidak dapat
68
dibiarkan tanpa pemeliharaan karena sangat mempengaruhi nilai estetika dari sebuah lapangan golf. 4.9.2.1
Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan tanaman dilakukan dengan tujuan mempertahankan bentuk, ukuran, desain tanaman, serta agar tanaman tidak mengganggu kenyamanan para pengunjung dan mengurangi nilai estetika. Pemangkasan dilakukan pada semua tanaman yang ada, yaitu pohon, semak, dan ground cover dengan tujuan yang berbeda. Pemangkasan tanaman semak, perdu, dan tanaman penutup tanah dilakukan dua kali dalam sebulan atau apabila daun dan tajuk sudah layak dipotong untuk keindahan dan kerapihan dari tanaman tersebut. Jenis tanaman ini banyak digunakan untuk taman kecil yang terletak di sekitar area permainan. Pemangkasan tanaman ini tidak memiliki jadwal pemangkasan yang rutin. Alat yang digunakan untuk kegiatan ini adalah gunting pangkas, sabit, gunting daun, golok, dan mesin pangkas gendong. Kegiatan pemangkasan tanaman ini dilakukan oleh tenaga kerja urusan pertamanan. Pemangkasan pohon dilakukan apabila pohon sudah terlihat tidak beraturan atau rapi dan mengganggu jalur sirkulasi pemain maupun golf cart. Pemangkasan pohon dilakukan untuk merapikan bentuk pohon dengan memangkas cabang-cabang terluar atau yang telah mengering dari pohon dan mengganggu sirkulasi pemain, dan menghilangkan cabang pohon yang menutupi rumput dari masuknya cahaya matahari terutama pada area green dan tee box. Pemangkasan dilakukan secara insidental pada waktu tertentu saja mengingat banyaknya jumlah pohon di PGH. Alat yang digunakan adalah golok, gergaji tangan, dan gergaji mesin (jika batang pohon yang akan dipotong berukuran besar).
(a) (b) Gambar 37. Pemangkasan Semak (a) dan Pemangkasan Pohon (b)
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemangkasan tanaman bertujuan mengontrol pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan, menjaga keamanan dan kesehatan tanaman, serta meningkatkan nilai estetika tanaman. Pemangkasan dengan tujuan menjaga keamanan dilakukan pada tanaman yang mengganggu, antara lain, karena pertumbuhan yang berlebihan, kondisi tanaman yang sudah tua atau rusak, serta tajuk yang telah menyentuh kabel listrik atau
69
kabel telepon. Pemangkasan untuk kesehatan tanaman dilakukan pada bagianbagian yang telah terserang hama dan penyakit. Pemangkasan untuk estetika dilakukan ketika pertumbuhan tanaman tidak seragam dan ketika ingin membuat bentuk-bentuk tertentu dari tanaman tersebut. Jenis tanaman yang memerlukan pemangkasan adalah pohon, semak, dan tanaman penutup tanah. Pemangkasan pohon di PGH dilakukan bergantung pada kondisi pohon dan instruksi dari manajer. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemangkasan tanaman yang baik harus memperhatikan waktu tang tepat, contohnya pada pohon yang sedang berbunga dan berbuah tidak dilakukan pemangkasan. Kegiatan pemangkasan sebaiknya dilakukan pada akhir musim hujan karena dapat memperkecil transpirasi yang berlebih, menghindari serangan penyakit, mempercepat pertumbuhan vegetatif, dan merangsang pembungaan. Permasalahan yang sering terjadi adalah pengetahuan pekerja dalam teknik memangkas, serta bahan dan alat yang kurang lengkap dalam pelaksanaan. Para atasan pun terkadang kurang mempertimbangkan pemilihan tanaman yang akan dipangkas dari sisi ekologisnya dan hanya melihat dari sudut pandang estetika saja. Pemangkasan semak, perdu, dan tanaman penutup tanah lebih difokuskan pada area taman-taman kecil di sekitar tee box. Pemangkasan semak dan perdu dilakukan lebih rutin jika dibandingkan dengan pemangkasan pohon. Pemangkasan semak dan perdu dilakukan seminggu sekali, yaitu setiap hari Senin atau pada saat Maintenance Day. Pemangkasan pada semak dan perdu secara umum berfungsi meningkatkan aerasi, menurunkan kelembaban, dan menekan perkembangan penyakit, sedangkan tujuan secara khususnya untuk memberi nilai tambah terhadap estetika lapangan golf. Permasalahan yang terjadi di PGH adalah kurangnya jumlah tenaga kerja untuk bagian perawatan lanskap nonpermainan ini. Oleh karena itu, kegiatan pemangkasan pada tanaman semak dan perdu ini lebih dikhususkan dilakukan pada area di sekitar club house saja dan pada area di sekitar tee box 1 dan 9, dengan alasan memberi kesan good view pada pandangan pertama para pemain. Kondisi taman-taman kecil di area sekitar tee box kurang begitu diperhatikan. Pemangkasan pada tanaman penutup tanah dilakukan sesuai dengan kondisi tanaman dan tidak memiliki jadwal yang rutin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Carpenter et al. (1975), tanaman penutup tanah bukan jenis tanaman pangkasan sebaiknya dipangkas hanya pada bagian yang mengganggu dan bentuknya dibiarkan sesuai dengan karakternya. 4.9.2.2
Pemupukan
Metode pemupukan yang dilakukan di PGH ada dua cara, yaitu metode broadcast dan metode punch bar. Metode broadcast merupakan metode pemberian pupuk dengan cara menebar pupuk di atas permukaan tanah, sedangkan metode punch bar yaitu memberikan pupuk dengan cara membuat lubang-lubang pemupukan terlebih dahulu. Pemupukan pada tanaman semak dan perdu dilakukan dua kali dalam sebulan. Metode pemupukan untuk tanaman semak dan perdu ini adalah metode broadcast. Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK 15-15-15. Pemupukan pohon pertama kali dilakukan pada saat penanaman dengan menggunakan pupuk
70
kandang, setelah itu pemupukan jarang sekali dilakukan dan bahkan tidak dilakukan kecuali sangat diperlukan. Pemupukan pohon besar biasanya menggunakan metode punch bar. Hal tersebut dikarenakan biaya yang diperlukan untuk pemupukan cukup besar jika semua pohon yang ada di PGH harus dipupuk secara rutin. 4.9.2.3 Penyiraman Penyiraman tanaman dilakukan setiap hari bersamaan dengan penyiraman rumput pada area permainan. Penyiraman tanaman yang tidak terjangkau oleh sprinkler dilakukan selang plastik berdiameter 1 inchi dengan panjang 50 – 100 meter yang airnya berasal dari quick coupler. Kegiatan penyiraman juga bergantung pada keadaan cuaca. Pada saat musim kemarau, penyiraman dilakukan sampai dua kali sehari agar tanaman tidak mudah layu jika kondisi lapangan sangat panas. Penyiraman pada sore hari dilakukan pada kondisi khusus, terutama pada saat tanaman baru ditanam atau dipindahkan. Pada saat musim hujan, frekuensi penyiraman dilakukan berdasarkan intensitas curah hujan. Kegiatan penyiraman dilakukan oleh pekerja dari urusan pertamanan dan dibantu oleh pekerja dari urusan water system. Menurut Arifin dan Arifin (2005), untuk kawasan atau daerah yang memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada penyiraman pada sore hari, tujuannya untuk menghindari berkembangnya jamur. Oleh karena itu, penyiraman pada sore hari sedapat mungkin ditekan dan untuk mengantisipasi serangan jamur akibat hujan sore hari. 4.9.2.4 Penyiangan dan Pendangiran Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan taman dari gulma secara manual, yaitu dengan cara mencabuti gulma langsung dengan tangan sampai ke akarnya. Pendangiran adalah kegiatan menggemburkan tanah sambil menjaga tanaman tetap tersiangi. Alat yang digunakan dalam penyiangan adalah kored, sapu lidi, pengki, dan sarung tangan. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap harinya agar dapat mencegah pertumbuhan gulma serta dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Identifikasi gulma merupakan tindakan yang penting untuk mengendalikan gulma secara efektif dan ekonomis. Penyiangan gulma secara manual dengan cara fisik atau mekanik pada tanaman merupakan tindakan yang tepat, karena permasalahan yang sering terjadi jika pengendalian gulma dilakukan menggunakan herbisida adalah tidak hanya gulma yang mati, tetapi juga tanaman utamanya. 4.9.2.5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan cara kimiawi. Cara manual dilakukan dengan memangkas bagian tanaman yang sakit agar patogen tidak menular ke tanaman lain. Cara kimiawi dilakukan dengan pemberian insektisida pada tanaman yang terkena hama. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak rutin karena hanya dilakukan
71
pada saat tanaman terlihat gejala terserang hama dan penyakit. Alat yang digunakan adalah knapsack hand sprayer berkapasitas 15 liter. Beberapa jenis hama dan penyakit yang ditemukan pada tanaman saat kegiatan magang berlangsung dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman di PGH Jenis HPT
Gejala
Jenis Tanaman yang Terserang
Hama Tanaman Rayap (Ordo Hymenoptera)
Kepik (Ordo Hemiptera) Ulat daun (Ordo Lepidoptera) Penyakit Tanaman Busuk pangkal batang Jamur Upas (Upasia salmonicolor)
Bercak daun
Batang pohon keropos dan Palem botol (Hyophorbe bolong lagenicaulis), Dadap merah (Erythrina cristagali), Daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Pohon roda (Hura crepitans) Bercak coklat pada daun Crosandra (Crosandra sp), Taiwan beauty (Cuphea sp) Daun berlubang dan rusak Soka (Ixora sp), Melati jepang (Pseuderanthun varigatum) Pangkal daun berwarna kecoklatan dan membusuk Daun layu dan rontok, kulit cabang busuk, dan tertutup oleh kerak berwarna merah jambu Adanya bercak kuning pada daun
Palem botol (Hyophorbe lagenicaulis) Bougenvil (Bougenvillea apectabylis)
Pisang hias (Heliconia spp.)
Sumber: Pengamatan di Lapang Pengendalian hama dan penyakit tanaman akan dilakukan jika telah terlihat adanya gejala awal serangan dan kegiatan pencegahan akan dilaksanakan pada tanaman yang ada di sekitar tanaman yang terserang penyakit. Perlakuan yang paling baik dalam mengendalikan HPT adalah usaha pencegahan secara rutin, bukan penyembuhan terhadap tanaman yang telah terserang. Pestisida lebih baik digunakan sebelum terjadinya serangan agar tidak menyebar daripada menghilangkan HPT yang sudah ada. Secara umum kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman di PGH sudah cukup baik, tetapi perlu ditingkatkan lagi kegiatan pencegahan terhadap HPT. 4.9.2.6 Perbaikan Lanskap Taman dan Elemen Lainnya Perbaikan lanskap taman merupakan kegiatan yang bersifat insidental dan disesuaikan dengan kebutuhan. Kegiatan ini meliputi penyulaman tanaman, pergantian tanaman yang rusak, penanaman tanaman baru di taman, dan perbaikan taman yang sudah dinilai tidak enak dipandang. Perbaikan elemen lanskap yang dilakukan pada saat kegiatan magang berlangsung adalah perbaikan bak pasir yang berada di sekitar area permainan. Bak pasir ini berfungsi menampung pasir
72
untuk top dressing jika terjadi divot. Alat yang digunakan untuk perbaikan spot taman adalah golok, cangkul, sabit, kored, dan lainnya.
Gambar 38. Perbaikan Bak Pasir
Kegiatan perbaikan lanskap dilakukan berdasarkan prioritas pekerjaan. Umumnya, pelaksanaan perbaikan taman dilakukan setelah kegiatan utama selesai dikerjakan atau adanya kebijakan lain yang berhubungan dengan tingkat kepentingan dari pekerjaan perbaikan tersebut. Hal yang sering terjadi di PGH adalah penundaan terhadap kegiatan perbaikan lanskap dan elemen-elemen lanskap. Bahkan banyak yang terlihat dibiarkan begitu saja dan tidak terawat. Seharusnya pihak pengelola memperhatikan lebih detil mengenai perawatan elemen-elemen yang terdapat di dalam taman tersebut. 4.9.2.7 Pemindahan dan Penanaman Pohon Saat ini pihak dan pengelola sedang mengupayakan untuk memindahkan beberapa pohon yang dimaksudkan untuk memperindah dan menambah nilai estetika lanskap. Penanaman pohon juga sedang digalakkan oleh manajemen PGH. Jenis pohon yang ditanam, antara lain, Pucuk Merah, Damar, Rasamala, dan Kesambi.
(a) (b) Gambar 39. Pemindahan Pohon Pucuk Merah (a) dan Penanaman Pohon Damar (b)
73
Pohon yang baru dipindahkan atau baru ditanam diberi ajir (stager) berupa kayu yang ditancapkan ke tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Arifin dan Arifin (2005), yang menyarankan untuk pohon yang baru dipindahkan, hendaknya diberi ajir (stager) agar tanaman tidak goyah atau roboh akibat hembusan angin yang cukup kuat. 4.9.3 Pemeliharaan Fasilitas Kegiatan pemeliharaan fasilitas bertujuan menjaga fasilitas agar selalu dalam kondisi yang optimum sehingga fasilitas ini dapat selalu menunjang kegiatan permainan golf. Kegiatan pemeliharaan fasilitas di PGH bersifat rutin dan insidental. Kegiatan pemeliharaan fasilitas yang bersifat rutin adalah pemeliharaan rumput pada practice putting green, driving range, dan kebersihan pada bangunanbangunan fasilitas. Pemeliharaan yang bersifat insidental dilakukan untuk kegiatan yang bersifat renovasi bangunan. 4.9.3.1 Pemeliharaan Driving Range Pemeliharaan driving range terbagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan area permainan untuk driving range. Pemeliharaan bangunan di driving range bersifat rutin dan insidental. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat rutin adalah kegiatan untuk menjaga kebersihan dan keindahan bangunan seperti penyapuan dan pembersihan toilet. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat insidental untuk bangunan di drving range berupa renovasi bangunan tersebut. Untuk area permainan driving range, kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyediaan stok bola, pencucian bola, dan pemeliharaan rumput seperti pemangkasan, penyiraman, pemupukan, dan pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman. 4.9.3.2 Pemeliharaan Club House Pemeliharaan club house terbagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan bangunan club house dan pemeliharaan taman yang terdapat di area club house. Pemeliharaan bangunan club house bertujuan memberikan kenyamanan pada pemain yang datang sesuai dengan fungsi club house itu, yaitu sebagai tempat berkumpulnya para pemain untuk beristirahat sejenak sebelum atau sesudah bermain golf. Pemeliharaan lanskap taman di club house dilakukan dengan tujuan menjaga kondisi lanskap dan elemen-elemen di dalamnya selalu terlihat indah, rapi, dan memberikan pemandangan yang menarik bagi pemain. Pemeliharaan pada bangunan ada yang bersifat insidental, yaitu kegiatan renovasi pada bangunan club house. Pemeliharaan yang bersifat rutin berupa kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan pada club house. Kegiatan pemeliharaan lanskap taman club house meliputi kegiatan pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan perawatan kolam. Kegiatan pemangkasan pohon dan semak dilakukan jika daun atau batang tanaman sudah terlihat lebat dan tidak beraturan agar bentuk tanaman selalu terlihat rapi, seragam, dan tumbuh dengan baik. Alat yang digunakan untuk
74
memangkas adalah gunting pangkas untuk semak dan daun, dan gergaji atau golok untuk memangkas batang pohon. Kegiatan penyiraman dilakukan untuk tanaman yang berada di pot yang berada di luar dengan tujuan agar tanaman tidak mudah layu dan kering. Penyiraman biasanya dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pemupukan tanaman di area club house dilakukan secara insidental, tetapi untuk tanaman baru pemupukan dilakukan sekali setiap bulan dengan metode broadcast. Jenis pupuk yang digunakan adalah NPK 15-15-15 agar kebutuhan zat hara bagi tanaman selalu tersedia. Kegiatan pengendalian hama juga dilakukan insidental jika tingkat serangan hama dan penyakit sudah cukup tinggi. Kegiatan perawatan kolam meliputi kegiatan pembersihan terhadap kolam dan pengurasan atau pergantian air pada kolam untuk menjaga kebersihan kolam dari kotoran ikan, lumut, dan lainnya. 4.9.3.3 Pemeliharaan Bangunan Peneduh (Shelter) Bangunan peneduh ini berfungsi untuk tempat istirahat bagi para pemain dan pekerja lapangan. Beberapa shelter di PGH juga memiliki kios untuk berjualan makanan atau minuman serta toilet. Kegiatan pemeliharaan shelter ini bersifat rutin dan insidental. Kegiatan pemeliharaan yang bersifat rutin adalah pembersihan shelter, pembersihan toilet, dan pembuangan sampah. Pemeliharaan yang bersifat insidental berupa perbaikan atap jika bocor, pengecatan, perbaikan tempat duduk, dan perbaikan konstruksi bangunan dan elemen yang ada.
Gambar 40. Perbaikan Halfway House di PGH II
4.9.3.4 Pemeliharaan Practice Putting Green Practice putting green merupakan area seperti green dengan banyak lubang pada areanya sebagai tempat melakukan latihan pukulan lunak. Pemeliharaan practice putting green sama halnya dengan pemeliharaan pada area green. Kegiatan pemeliharaan meliputi pemangkasan, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta kegiatan kultivasi.
75
Gambar 41. Pemeliharaan Green Practice Berupa Pengendalian Gulma
4.9.3.5 Pemeliharaan Jalur Sirkulasi Pemeliharaan jalur sirkulasi dilakukan untuk memelihara kualitas dan kenyamanan pengguna komponen sirkulasi, baik pemain maupun para pekerja pemeliharaan lapangan. Kegiatan pemeliharaan berupa perbaikan jalan yang rusak, pembuatan jalan baru, dan pelebaran jalan. Kegiatan ini bersifat insidental, dan lebih sering dilakukan di PGH II karena hanya di PGH II saja yang memiliki akses sirkulasi ke semua hole dengan jalur yang diperuntukkan bagi golf cart. Di PGH I, jalur sirkulasi diperuntukkan bagi kendaraan pemeliharaan saja.
Gambar 42. Perbaikan Jalur Sirkulasi Golf Cart
4.9.3.6 Pemeliharaan Nursery Pemeliharaan nursery dilakukan dengan tujuan agar proses perbanyakan tanaman dapat berjalan dengan baik sehingga menghasilkan cadangan tanaman dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih baik dari tanaman sebelumnya. Nursery di PGH hanya berupa tanaman rumput, jenis rumput yang dibudidayakan adalah Cynodon dactylon kultifar Tifdwarf. Kegiatan pemeliharaan nursery yang dilakukan di PGH sejalan dengan pemeliharaan rumput secara keseluruhan:
76
a. b. c. d.
e.
f.
pembibitan, dilakukan dengan lempengan (sodding) dan stolon yang didapat dari hasil pencacahan (verticut); penyiraman, dilakukan intensif pada awal pertumbuhan dan jika hari tidak turun hujan, biasanya pada pagi hari dengan menggunakan selang air; pemupukan, dilakukan setiap dua minggu sekali dengan jenis pupuk yang digunakan sama untuk area green; penyiangan gulma, dilakukan intensif terutama pada awal pertumbuhan yang dilakukan oleh tenaga weeder yang dibantu oleh bagian pemeliharaan lapangan; pengendalian hama dan penyakit, dilakukan jika rumput terserang hama dan penyakit saja, dengan pestisida yang digunakan sama dengan yang digunakan pada pemeliharaan rumput di area permainan. pemangkasan, dilakukan secara intensif dengan frekuensi yang lebih jarang, yaitu sekali setiap tiga hari.
Gambar 43. Pemeliharaan Nursery
Secara umum pemeliharaan fasilitas di PGH sudah berjalan dengan baik dan lancar. Pemeliharaan rumput pada practice putting green dan driving range sudah dilakukan sesuai dengan rencana jadwal pemeliharaan rumput pada area permainan dan kondisi rumput sudah terlihat sehat dan terawat. Pemeliharaan jalur sirkulasi (path) di PGH kurang begitu terlaksana dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari kondisi jalur yang berlubang dan banyak yang bergelombang sehingga merusak keindahan PGH. Pemeliharaan terhadap bangunan sudah terlihat baik, tercermin dari keadaan bangunan yang bersih dan rapi. 4.9.4
Pemeliharaan Utilitas
Kegiatan pemeliharaan utilitas bertujuan menjaga seluruh jaringan utilitas agar berfungsi dengan baik dan tahan lama. Kegiatan ini meliputi kegiatan pemeliharaan sistem irigasi, pemeliharaan saluran drainase, dan pemeliharaan sistem jaringan listrik. Pemeliharaan utilitas juga bersifat rutin dan insidental. Pemeliharaan rutin yang dilakukan dapat berupa pengecekan saluran irigasi, drainase, dan pembersihan kolam penampungan, sedangkan pemeliharaan yang bersifat insidental berupa perbaikan-perbaikan alat dan saluran yang mengalami
77
kebocoran. Permasalahan yang biasanya terjadi pada saat terjadinya kebocoran pipa irigasi adalah tidak tersedianya stok bahan yang diperlukan seperti pipa PVC, sambungan, dan lem pipa. Meskipun banyak dijual secara massal, tetapi penundaan perbaikan akibat pembelian alat tersebut dapat menjadi kerugian tersendiri bagi pihak pengelola. Oleh karena itu, untuk bahan yang tidak dijual secara massal perlu selalu tersedia di gudang pemeliharaan karena penundaan perbaikannya akan memakan waktu yang jauh lebih lama lagi. 4.9.4.1 Pemeliharaan Sistem Irigasi Kegiatan pemeliharaan sistem irigasi bertujuan menjaga keseluruhan sistem agar dapat berfungsi dengan baik untuk kegiatan penyiraman tanaman. Karena jenis sistem irigasi di PGH dioperasikan secara manual, kegiatan pemeliharaan sistem irigasi dilakukan sebagai berikut. a. Pengecekan rutin kerja pompa dilakukan agar tidak terjadi hambatan dalam penyaluran air. Kegiatan pemeliharaan berupa pencucian filter pompa (satu bulan sekali), pengontrolan tekanan pompa (≤ 110 psi), greasing pada motor pompa, dan overhaul pada pompa (setahun sekali). b. Pengecekan terhadap jaringan pipa yang tertanam dalam tanah dilakukan jika terjadi kebocoran yang dapat menghambat penyaluran air dapat segera diketahui. c. Rumput dan pasir sisa top dressing di sekitar sprinkler dibersihkan agar tidak mengganggu penyiraman. Selain itu, diperiksa lokasi dan kerusakan sprinkler di area permainan. Penggantian sprinkler dilakukan jika terjadi kerusakan atau terdapat casing yang pecah pada sprinkler tersebut. d. Quick coupler dijaga kebersihannya dari rumput dan pasir sisa top dressing dan dicek kondisinya agar dapat digunakan dengan baik saat kegiatan penyiraman berlangsung. e. Pembersihan bak penampungan setiap tiga bulan sekali dilakukan agar bak penampungan bersih dari kotoran yang dapat mengganggu kelancaran sistem irigasi. Kegiatan pemeliharaan ini tidak rutin dilakukan, melainkan hanya jika terjadi kerusakan pada komponen irigasi. Kegiatan perbaikan dilakukan dengan segera setelah diketahui jenis dan lokasi kerusakannya. Pemeliharaan sistem irigasi dilaksanakan oleh pekerja urusan water system. 4.9.4.2 Pemeliharaan Saluran Drainase Kegiatan pemeliharaan saluran drainase bertujuan untuk memperlancar laju pembuangan air hujan agar tidak menggenangi area permainan. Kegiatan ini bersifat insidental, yaitu dilakukan apabila terdapat saluran-saluran drainase yang mengalami masalah. Permasalahan yang biasanya terjadi adalah tersumbatnya saluran air yang disebabkan oleh daun-daun kering yang rontok masuk ke dalam saluran drainase ini. Permasalahan lain yang biasanya terjadi adalah permukaan tanah yang kurang rata atau sudah terlalu padat sehingga air menggenangi area permainan dan tidak mengalir ke saluran drainase. Kegiatan pemeliharaan saluran drainase meliputi pembersihan saluran dari sampah dedaunan dan sampah hasil pemotongan rumput dan renovasi ketinggian permukaan tanah disertai pembuatan
78
saluran drainase di bawah tanah agar air tidak mudah tergenang pada saat musim penghujan. 4.9.4.3 Pemeliharaan Sistem Jaringan Listrik Pada pemeliharaan sistem jaringan listrik dikhususkan pada pemeliharaan sumber cadangan listik (genzet). Genzet berkapasitas 500 KVA hanya digunakan jika sumber arus listrik dari PLN Kramat Jati terputus. Pemeliharaan genzet hanya berupa pemanasan mesin setiap pagi hari selama 30 menit. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga mesin selalu dalam kondisi siap pakai apabila sewaktu-waktu terjadi pemadaman listrik. 4.9.5
Kebersihan Area
Kebersihan area meliputi kebersihan area secara menyeluruh, yaitu area permainan dan nonpermainan. Kebersihan area ini merupakan salah satu tujuan pengelolaan dan pemeliharaan lanskap. Walaupun masalah kebersihan menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya tenaga kerja khusus yang harus melakukan pekerjaan tersebut. Kegiatan kebersihan meliputi penyapuan pada setiap area perkerasan dan rumput, pengangkutan sampah, serta penyediaan tempat sampah. Tempat sampah itu harus menyebar pada setiap hole. Diperlukan juga tersedianya lahan khusus sebagai tempat pembuangan akhir sampah yang tidak terlihat secara langsung oleh pemain sehingga tidak mengganggu keindahan. Masalah kebersihan yang terjadi di PGH adalah pembuangan sampah yang dilakukan tidak pada tempatnya. Hal tersebut diperparah oleh kenyataan bahwa tidak hanya pemain saja yang membuang sampah sembarangan melainkan para karyawan juga melakukan hal yang sama. Bahkan, intensitasnya lebih sering dilakukan oleh karyawan. Sampah yang menjadi sorotan di sini kebanyakan berasal dari bungkus rokok, puntung rokok, dan botol-botol minuman. Masalah lain adalah sampah organik yang berasal dari daun-daun yang berguguran hampir di seluruh area. Hal ini diakui oleh pihak pengelola yang salah dalam desain awal PGH dengan menggunakan tanaman yang mudah menggugurkan daunnya. Salah satu yang sangat disayangkan adalah sampah organik yang banyak tersebut tidak digunakan oleh pihak pengelola untuk dijadikan pupuk kompos. Sampah-sampah tersebut, baik organik maupun anorganik sebagian dibakar dan sebagian lain dibiarkan begitu saja. Padahal, pembakaran sampah justru dapat menimbulkan asap yang dapat mencemari udara. Menurut Arifin dan Arifin (2005), walaupun sampah tetap dibakar, sebaiknya jangan di tempat yang dekat dengan area aktivitas. Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis, pengelolaan mengenai limbah dan kebersihan di PGH masih dinilai kurang baik dan efisien. Sampah organik sebaiknya dibuat menjadi kompos dan tidak melakukan pembakaran sampah mengingat letak PGH yang sangat dekat dengan area pemukiman warga.
79
4.9.6
Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja
Pemeliharaan mesin dan peralatan kerja bertujuan menjaga kondisi mesin dan peralatan agar selalu siap pakai, tetap awet, dan minim kerusakan. Pemeliharaan terhadap mesin dan peralatan kerja dilakukan karena salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pihak pengelola lapangan golf adalah kurang tersedianya suku cadang alat dan mesin (kebanyakan suku cadang harus dibeli secara impor), dan mahalnya harga suku cadang tersebut. Pengadaan alat dan mesin memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga pemeliharaan mesin dan peralatan kerja ini menjadi suatu alternatif, sebagai tindakan pencegahan dari kerusakan dini akibat pemakaian alat dan mesin secara terus-menerus. Kegiatan pemeliharaan alat dan mesin di PGH juga bersifat rutin dan insidental. Pemeliharaan yang bersifat rutin terbagi lagi menjadi rutin harian dan rutin berkala. Kegiatan pemeliharaan rutin harian adalah sebagai berikut: 1. pemeriksaan kelengkapan dan kondisi mesin sebelum dan sesudah digunakan; 2. pengecekan bahan bakar, air radiator, dan oli mesin, serta penambahan pelumas jika diperlukan; 3. pembersihan alat dan mesin jika sudah selesai digunakan, yaitu dengan cara pencucian alat dan mesin dari rumput sisa pemotongan yang melekat pada bagian mesin. Kegiatan pemeliharaan rutin berkala meliputi pergantian oli mesin, pengasahan pisau (lapping) pemangkas rumput, pengecekan persediaan spare part, penambahan gemuk (greasing), dan pengecekan mekanisme kerja mesin seperti tekanan angin, pengaturan posisi pisau, dan tegangan belt. Kegiatan pemeliharaan alat dan mesin bersifat insidental jika terjadi kerusakan pada mesin. Indikator yang dijadikan rujukan terjadinya kerusakan mesin adalah mesin tidak dapat dihidupkan, suara berisik, tekanan oli lemah, dan mesin menimbulkan getaran yang kuat sehingga pemangkasan rumput tidak stabil bahkan dapat menyebabkan kebotakan pada rumput (scalping). Pelaksanaan pemeliharaan mesin kerja dilakukan oleh bagian urusan peralatan. Kegiatan pemeliharaan dilakukan di bengkel kerja mekanik (workshop) di gedung pemeliharaan PGH. Daftar inventarisasi mesin dan peralatan pemeliharaan lapangan golf PGH dapat dilihat pada Lampiran 11.
(a) (b) Gambar 44. Kegiatan Pemeliharaan Mesin dan Peralatan Kerja Berupa Pengasahan Mesin Rotary Mower (a) dan Pencucian Mesin Pemangkas Fairway (b)
80
Menurut Beard (1982), efisiensi mesin adalah penghematan waktu dan pekerja. Faktor-faktor penting dalam efisiensi mesin adalah mekanik yang berkualitas, inventarisasi stok suku cadang yang baik, buku panduan pemeliharaan, jenis suku cadang yang terbaru, dan sistem distribusi suku cadang yang cepat. Pemeriksaaan kondisi mesin sebelum dan sesudah digunakan merupakan kunci dari pemeliharaan mesin dan peralatan di PGH. Peralatan untuk kegiatan pemeliharaan yang terdapat di bagian pemeliharaan PGH dianggap sudah cukup lengkap, tetapi sudah banyak mesin dan peralatan di PGH yang sudah tua dan rentan akan kerusakan. Penambahan jumlah mesin dan pergantian mesin lama dengan mesin baru sebenarnya dapat mempercepat pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan meningkatkan efisiensi pemeliharaan, tetapi kebutuhan pergantian mesin lama dengan yang baru belum dapat terpenuhi karena terkait biaya anggaran pada perusahaan yang belum mencukupi sepenuhnya. Permasalahan lain yang kadang terjadi adalah keterbatasannya alat jika terjadi kerusakan pada alat yang lain saat dibutuhkan. Kegiatan pemeliharaan menjadi sedikit terhambat jika hal tersebut terjadi. Tabel 19 menunjukkan masa efektif beberapa peralatan pemeliharaan yang biasa digunakan dalam lapangan golf. Tabel 19. Masa Efektif Peralatan Pemeliharaan Lapangan Golf Masa Efektif Masa Efektif (PGH)(a) (Pembanding)(b) 1 Mesin potong rumput gendong 4 tahun 3 tahun 2 Alat-alat penyemprot (sprayer) 4 tahun 3 tahun 3 Cangkul dan garpu tanah 1 tahun 6 bulan 4 Sekop 1 tahun 6 bulan 5 Kape 2 tahun 2 bulan 6 Gunting pangkas 2 tahun 6 bulan 7 Sapu lidi 3 bulan 1 bulan 8 Golok dan arit 1 tahun 6 bulan 9 Masker pelindung 6 bulan 2 bulan a) Hasil wawancara dengan pihak pengelola b) Sumber Arifin dan Arifin (2005) No
4.10
Jenis Peralatan
Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya (RAB) di PGH dibuat pada awal term atau yang biasanya dimulai pada awal tahun dan dibuat setiap tahunnya untuk jangka waktu per tahun. RAB ini dibuat oleh manajer keuangan berdasarkan kebutuhan PGH yang dibahas di setiap rapat anggaran PGH. Penyusunan RAB bertujuan mengetahui pengalokasian prakiraan banyaknya dana yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien, serta untuk mencegah terjadinya defisit pada anggaran. Hal-hal yang diperhitungkan dalam penyusunan RAB adalah jenis kegiatan, kebutuhan alat dan bahan, prediksi kenaikan harga barang, kebijakan pimpinan PGH, rencana-rencana perubahan lainnya, dan biaya tak terduga.
81
Jenis anggaran yang biasanya dialokasikan dalam penyusunan RAB adalah sebagai berikut: a. biaya karyawan, meliputi gaji dan upah, lembur, dan biaya kepentingan karyawan; b. biaya pemeliharaan lapangan, meliputi pembelian pupuk, pestisida, pembelian pasir untuk bunker dan top dressing, pemeliharaan sistem irigasi dan drainase, dan pemeliharaan area nonpermainan; c. biaya perawatan mesin, meliputi pembelian suku cadang, perbaikan mesin, serta pembelian mesin dan peralatan baru; d. biaya operasional, meliputi pembelian bahan bakar dan minyak, perjalanan dinas, transportasi, keperluan kantor, serta reparasi dan pemeliharaan kendaraan; e. biaya lainnya, meliputi kegiatan renovasi, jamuan, dan acara lainnya. Sumber dana yang pendapatan perusahaan diperoleh dari iuran keanggotaan (membership), sponsorship, koperasi karyawan, restoran dan penjualan golf kit, serta iuran sewa kios yang terdapat di PGH. Persentase rencana anggaran biaya PGH dapat dilihat pada Lampiran 12. 4.11
Tenaga Kerja
Badan Pengelola Padang Golf Halim memiliki karyawan dengan status sebagai pengurus, pengawas, karyawan tetap, karyawan honorer, dan karyawan percobaan yang digaji tiap bulannya. Tipe karyawan di PGH terbagi menjadi dua, yaitu karyawan kantor dan karyawan lapangan. Karyawan kantor bertugas melaksanakan kegiatan yang bersifat administratif, sedangkan karyawan lapang melaksanakan kegiatan operasional di lapangan. Caddie PGH memiliki status sebagai pekerja lepas. Karyawan kantor bekerja setiap hari Senin hingga Sabtu, dimulai dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00 WIB. Untuk karyawan lapangan diberlakukan sistem kerja shift sehingga karyawan lapangan memiliki jam kerja yang berbedabeda bergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan dan jumlah tenaga kerjanya. Setiap harinya jadwal bekerja karyawan lapangan diatur oleh Kepala Urusan masing-masing bidang. Absensi tenaga kerja dimonitor setiap hari oleh kepala urusan masingmasing bidang. Karyawan yang tidak hadir dengan alasan sakit harus dapat menunjukkan surat keterangan sakit dari dokter. Jika tidak hadir karena izin atau tanpa keterangan, akan dicatat sebagai cuti karyawan. Setiap karyawan mendapatkan cuti sebanyak 12 hari dalam setahun. Karyawan yang tidak hadir tanpa keterangan selama tiga hari berturut-turut, diberi surat teguran. Jam lembur juga dapat dilakukan setiap hari setelah jam kerja atau pada hari libur. Lembur karyawan akan dilaporkan kepada HRD sebagai pengatur besarnya uang lembur yang akan diterima karyawan. Fasilitas kesehatan juga diberikan bagi karyawan lapangan sebagai penunjang keselamatan pekerja yang meliputi peralatan keselamatan operasi dan asuransi keselamatan jiwa. Biaya kesehatan nantinya akan ditanggung oleh perusahaan dengan rujukan rumah sakit atau poliklinik. Syarat dan ketentuan berlaku untuk asuransi keselamatan jiwa ini. Selain itu, PGH juga menggunakan asuransi standar tenaga kerja, yaitu Jamsostek. Peralatan keselamatan operasi dan
82
tenaga kerja juga dimiliki PGH yang meliputi peralatan pemadam kebakaran, masker pengaman, sarung tangan, dan lainnya. Penilaian terhadap karyawan juga dilakukan oleh masing-masing kepala bagian untuk menentukan karyawan teladan setiap tahunnya. Karyawan teladan terpilih akan diberi bonus tambahan uang sebagai penghargaan atas kerajinan, kedisiplinan, dan kejujuran dalam bekerja. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas karyawan serta pelaksanaan kerja yang lebih baik. Pada setiap perusahaan pasti memiliki kekurangan dan kelebihan pada tenaga kerja mereka. Kelebihan dan keuntungan dari tenaga kerja yang dimiliki PGH, di antaranya, adalah tenaga kerja yang merupakan penduduk dan tinggal di sekitar area PGH. Hal ini saling menguntungkan bagi kedua belah pihak, masyarakat sekitar diberi lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Pihak perusahaan mendapat keuntungan dengan jarak tempuh tenaga kerja yang tidak jauh sehingga pekerjaan pemeliharaan dan kegiatan lainnya dapat dilaksanakan sedini mungkin. Permasalahan masih banyak terlihat dari para tenaga kerja, di antaranya, kurangnya keahlian dalam bidang pemeliharaan lapangan golf, khususnya bagi karyawan baru. Pemberian training tidak pernah dilakukan oleh pihak perusahaan, melainkan hanya dari saling berbagi pengetahuan pemeliharaan antarkaryawan saja. Masalah lain yang terlihat di PGH adalah kurangnya tenaga kerja pemeliharaan. Hal ini terlihat dari tenaga kerja yang terkadang melakukan kegiatan pemeliharaan ganda. Para atasan pun dapat dikatakan tidak terlalu paham akan pengelolaan dan pemeliharaan lanskap lapangan golf yang baik karena latar belakang mereka sebagai purnawirawan TNI-AU. Sebenarnya permasalahan ini dapat diatasi jika para manajer berkeinginan belajar lebih lanjut mengenai pemeliharaan lanskap lapangan golf yang baik. Motivasi karyawan secara individual pun masih terlihat kurang baik. Hal tersebut dilandasi dengan kerja para karyawan yang masih terlalu santai dan seringnya melakukan istirahat pada saat kegiatan kerja berlangsung. Hal ini biasa terjadi karena kejenuhan dalam bekerja, kurangnya pengawasan dari para atasan, dan upah yang didapat oleh para pekerja dinilai kurang untuk kehidupan seharihari. 4.12
Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan
Efektivitas kegiatan pemeliharaan lapangan golf PGH dilihat dari penyelesaian pekerjaan harian yang diprogramkan sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Jika ada pekerjaan yang tidak selesai sesuai dengan target penyelesaian, perlu dikaji ulang mengenai permasalahan yang terjadi yang menyebabkan mundurnya penyelesaian sesuai target. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dari penyusunan jadwal adalah prediksi jumlah pengunjung dan prediksi cuaca esok hari. Prediksi jumlah pengunjung dilakukan untuk mengantisipasi keadaan saat ramainya pemain dengan memperhitungkan waktu untuk menunggu pemain menggunakan lapangan. Karena ketika pemain sedang memukul, kegiatan pemeliharaan yang menggunakan mesin harus menunggu agar tidak mengganggu konsentrasi pemain dan juga untuk menjaga keselamatan pekerja dari benturan bola golf hingga pemain telah memukul bola. Memprediksi cuaca memang sulit dilaksanakan,
83
tetapi biasanya hujan turun pada siang dan sore hari menyebabkan kegiatan pemeliharaan hanya efektif sekitar pukul 05.00 – 14.00. Faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas kegiatan pemeliharaan adalah ketersediaan alat dan mesin kerja yang cukup dan dalam kondisi yang baik. Jika mesin yang dioperasikan masih dalam kondisi perbaikan, permasalahan akan bertambah di lapangan. Solusi untuk hal tersebut adalah penyediaan tenaga mekanik yang ahli dan selalu tersedianya suku cadang mesin pemeliharaan, atau jika memungkinkan dapat dilakukan pembelian mesin dan alat baru. Motivasi karyawan lapangan yang kurang juga merupakan salah satu masalah yang dialami PGH. Hal ini dapat dilihat dari kurang disiplinnya karyawan dalam waktu bekerja dan sering beristirahat saat kegiatan pemeliharaan berlangsung. Beberapa faktor yang dapat mengurangi motivasi karyawan adalah kejenuhan dalam bekerja, kurangnya pengawasan oleh pemimpin, kurangnya komunikasi antara atasan dan bawahan, tidak adanya penilaian dan pemberian penghargaan oleh perusahaan, serta masalah gaji yang dinilai kurang oleh karyawan lapang. Waktu yang tidak efektif adalah waktu yang terbuang untuk melakukan kegiatan tidak produktif dalam waktu pelaksanaan kegiatan pemeliharaan. Kegiatan tidak produktif tersebut, antara lain, adalah bermalas-malasan, bercakapcakap dengan rekan kerja, merokok, menunggu waktu untuk pulang dengan berhenti bekerja, terlambat datang, atau tidak masuk kerja. Kegiatan inilah yang menjadi permasalahan utama terhadap hasil pekerjaan yang tidak tepat waktu dalam penyelesaiannya. Tabel 20 menunjukkan standar kapasitas kerja PGH dibandingkan dengan lapangan golf lain yaitu JGCC (Jababeka Golf Country Club) dan KGBR (Klub Golf Bogor Raya) serta perbandingan kapasitas kerja dengan literatur. Tabel 20. Perbandingan Kapasitas Kerja Pemeliharaan No 1. 2. 3.
4.
Kegiatan Pemeliharaan Pemangkasan rumput dengan mesin gendong Pemangkasan rumput dengan mesin dorong Pemangkasan semak dan ground cover dengan gunting pangkas Penyemprotan pestisida pada rumput dengan Knapsack Hand Sprayer
Kapasitas Kerja per Jam PGHa) 250 m2
Kapasitas Kerja per Jam JGCCb) 265,5 m2
Kapasitas Kerja per Jam KGBRc) 253 m2
Kapasitas Kerja per Jam (Rujukan)d) 250 m2
1.400 m2
2.400 m2
1.500 m2
500 m2
15 m2
38 m2
20 m2
10 m2
480 m2
650 m2
500 m2
500 m2
Sumber a): Hasil Pengamatan Sumber b): Yasmita (2007) Sumber c): Anjani (2007) Sumber Rujukan d): Arifin dan Nurhayati (2005) Secara garis besar, efektivitas kegiatan pemeliharaan yang dilakukan para tenaga kerja di PGH masih kurang jika dibandingkan dengan lapangan golf lain. Perbedaan kapasitas kerja di PGH dengan lapangan golf lainnya dapat disebabkan oleh perbedaan parameter perhitungan permulaan pekerjaan dan kesalahan
84
perhitungan luasan kegiatan pemeliharaan oleh tiap pengamat. Akan tetapi, efektivitas kegiatan pemeliharaan sudah mencukupi jika dibandingkan dengan standar sumber rujukan. Kegiatan pemeliharaan yang dipilih berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan yang terlihat kurang efektif. 4.13
Analisis SWOT
Metode analisis SWOT digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan lanskap Padang Golf Halim berdasarkan pada faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh Padang Golf Halim. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). 4.13.1 Identifikasi Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam Padang Golf Halim. Faktor internal terdiri dari kekuatan dam kelemahan. Kekuatan dan kelemahan yang dapat mempengaruhi penentuan strategi pengelolaan lanskap Padang Golf Halim adalah sebagai berikut. 4.13.1.1 Kekuatan a.
b.
c. d.
Padang Golf Halim merupakan lapangan golf yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee Padang Golf Halim tergolong murah. Terdapat vegetasi dan satwa yang langka ditemui di tengah kota.
4.13.1.2 Kelemahan a. b. c. d. e.
Kondisi fasilitas masih kurang terpelihara dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi Padang Golf Halim. Sumber daya manusia masih kurang efektif dalam bekerja. Pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam Padang Golf Halim masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I tidak ada.
4.13.2 Identifikasi Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor dari luar pengelola. Faktor tersebut terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dan ancaman yang dapat mempengaruhi penentuan strategi pengelolaan lanskap Padang Golf Halim adalah sebagai berikut.
85
4.13.2.1 Peluang a. b.
Aksesibilitas mudah dijangkau, bahkan tidak hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerah-daerah di sekitar Jakarta. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI.
4.13.2.2 Ancaman a. b.
Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena mempunyai desain lebih modern. Terdapat isu mengenai pengambil alihan kepemilikan PGH menjadi milik swasta.
4.13.3 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan IFE dapat dibuat melalui tahapan pembobotan dan penentuan peringkat tiap faktor terlebih dahulu (Lampiran 17 dan 18). Hasil dari pembobotan dan penentuan peringkat dikalikan agar didapat skor IFE dan EFE (Tabel 21 dan 22). Seluruh skor bobot pada setiap faktor baik internal maupun eksternal dijumlahkan agar mendapatkan skor bobot total yang kemudian akan digunakan pada tahapan selanjutnya. Tabel 21. Matriks IFE Simbol Faktor Internal Kekuatan Padang Golf Halim merupakan lapangan golf S1 yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang S2 sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee PGH tergolong murah. S3 Terdapat vegetasi dan satwa yang langka S4 ditemui di tengah kota. Kelemahan Kondisi fasilitas masih kurang terpelihara W1 dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi di PGH. W2 SDM masih kurang efektif dalam bekerja. W3 Pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam W4 Padang Golf Halim masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I tidak W5 ada. Total
Bobot
Peringkat
Skor
0,11
3,00
0,33
0,12
4,00
0,48
0,13 0,07
3,33 3,00
0,43 0,21
0,11
1,67
0,18
0,13 0,10 0,12
2,00 1,33 2,00
0,26 0,13 0,24
0,11
1,67
0,18
1,00
2,44
86
Tabel 22. Matriks EFE Simbol Faktor Eksternal Peluang Aksesibilitas mudah dijangkau, bahkan tidak O1 hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerah-daerah di sekitar Jakarta. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain O2 golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI. Ancaman Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena T1 mempunyai desain lebih modern. Terdapat isu mengenai pengambil alihan T2 kepemilikan PGH menjadi milik swasta. Total
Bobot
Peringkat
Skor
0,36
2,33
0,84
0,15
2,00
0,30
0,27
3,00
0,81
0,22
2,67
0,59
1,00
2,54
4.13.4 Pencocokan Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 21 dan 22 didapatkan skor IFE sebesar 2,44 dan skor EFE sebesar 2,54. Menurut David (2011), total skor pembobotan minimum untuk IFE dan EFE adalah 1 dan maksimum adalah 4 dengan skor rata-rata 2,5. Jika skor di bawah 2,5, dapat dinyatakan IFE atau EFE lemah, sedangkan jika skor di atas 2,5, dapat dinyatakan IFE atau EFE kuat. Dari hasil perhitungan dapat dinyatakan bahwa kondisi faktor internal yang masih di bawah rata-rata berarti lemah dan faktor eksternal yang berada di atas rata-rata berarti kuat. Skor IFE dan EFE digunakan untuk mengetahui kuadran yang menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks IE. Hasil perhitungan skor IFE dan EFE menyatakan bahwa Padang Golf Halim berada di kuadran kelima dengan penerapan strategi menjaga dan mempertahankan (hold and maintain), dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan strategi yang paling banyak digunakan (Gambar 45). Penetrasi pasar yang dimaksud adalah strategi untuk meningkatkan pangsa pasar terhadap produk-produk melalui pemasaran yang lebih besar dan pengembangan produk adalah strategi yang mengupayakan peningkatan mutu dan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk (David, 2011).
Gambar 45. Matriks IE Padang Golf Halim
87
4.13.5 Penentuan Alternatif Strategi Penentuan alternatif strategi dilakukan untuk menentukan langkah yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Penentuan alternatif strategi ini dibuat dalam matriks SWOT (Tabel 23). Tabel 23. Matriks SWOT Padang Golf Halim Internal
Eksternal Opportunities (Peluang) 1. Aksesibilitas yang mudah dijangkau. 2. Sarana bermain golf presiden RI.
Threats (Ancaman) 1. Banyaknya kompetitor lapangan golf lain. 2. Isu mengenai pengambilan alih kepemilikan PGH menjadi milik swasta.
Strenghts (Kekuatan) 1. Terdapat ribuan pohon dan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. 2. Caddie yang sangat berpengalaman. 3. Harga green fee yang murah. 4. Terdapat vegetasi dan satwa yang langka.
Strategi SO 1. Mempertinggi upaya pemeliharaan fasilitas, utilitas, sarana, prasarana, dan area nonpermainan agar terlihat lebih berestetika (S1, S4, O1). Strategi ST 1. Meningkatkan promosi tentang keberadaan dan keunggulan PGH (S1, S3, S4, T1). 2. Mempertahankan keunggulan dalam hal pelayanan dan mutu (S2, S3, T1).
Weakness (Kelemahan) 1. Kondisi fasilitas yang masih kurang terpelihara. 2. Banyaknya sampah. 3.SDM yang kurang efektif dalam bekerja. 4. Minimnya pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam PGH. 5. Tidak adanya jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I. Strategi WO 1. Merekrut supervisor lanskap di bidang pengelolaan untuk memimpin para pekerja di bagian pertamanan (W1, W2, W3, W4, O1, O2). Strategi WT 1.Melengkapi kekurangan fasilitas yang dibutuhkan pengunjung untuk mempertahankan kinerja Padang Golf Halim sebagai sarana olahraga (W1, W4,W5, T1).
4.13.6 Pemeringkatan Alternatif Strategi SWOT Setelah menentukan alternatif strategi dalam matriks SWOT, dilakukan penentuan prioritas pada masing-masing alternatif yang ada. Hal ini bertujuan mengetahui alternatif apa yang berada pada urutan tertinggi sampai terendah. Pemeringkatan alternatif ini dilakukan dengan cara menghitung jumlah dari skor pembobotan yang mempengaruhi alternatif tersebut (Tabel 24).
88
Tabel 24. Peringkat Alternatif Strategi SWOT No 1
2 3 4 5
4.14
Alternatif Strategi
Keterkaitan
Mempertinggi upaya pemeliharaan S1, S4, O1 fasilitas, utilitas, sarana, prasarana, dan area nonpermainan agar terlihat lebih berestetika Merekrut supervisor lanskap di bidang W1, W2, W3, pengelolaan untuk memimpin para W4, O1, O2 pekerja di bagian pertamanan Meningkatkan promosi tentang S1, S3, S4, T1 keberadaan dan keunggulan PGH. Mempertahankan keunggulan dalam S2, S3, T1 hal pelayanan dan mutu Melengkapi kekurangan fasilitas yang W1, W4,W5, T1 dibutuhkan pengunjung untuk mempertahankan kinerja Padang Golf Halim sebagai sarana olahraga
Jumlah Peringkat Skor 1,38
4
1,95
1
1,78
2
1,72
3
1,38
5
Strategi Pengelolaan
Strategi Pengelolaan bertujuan mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi agar kinerja Padang Golf Halim sebagai sarana berolahraga terus dalam kondisi yang optimum. Strategi pengelolaan ini dijabarkan menjadi program yang disertai dengan penanggung jawab pelaksanaan program (Tabel 25). Berikut ini disajikan ulasan atas hasil pemeringkatan alternatif strategi dari prioritas tertinggi sampai dengan terendah. 4.14.1 Strategi Merekrut Supervisor Lanskap di Bidang Pengelolaan Strategi merekrut supervisor lanskap menjadi hal terpenting yang harus dilakukan PGH, mengingat banyaknya kelemahan PGH yang terkait dengan strategi ini, antara lain, karyawan di PGH terlalu santai dalam bekerja dan jarang diawasi. Jika strategi ini diterapkan, efektivitas kerja karyawan PGH dapat ditingkatkan. 4.14.2 Strategi Meningkatkan Promosi PGH Strategi meningkatkan promosi perlu dilakukan oleh PGH agar lebih dikenal oleh masyarakat. PGH sejauh ini sudah melakukan kerja sama dengan beberapa perusahaan BUMN serta memberikan potongan harga bagi senior dan seluruh pemain yang bermain lewat dari jam 12 selama tahun 2012 untuk meningkatkan promosinya. Namun, hal ini dinilai masih kurang. Promosi PGH dapat dilakukan melalui media cetak atau website PGH dengan cara selalu memperbaharui informasi (update) mengenai PGH karena informasi yang ada di dalam website saat ini tidak update.
89
4.14.3 Strategi Mempertahankan Pelayanan dan Mutu Menurut pihak pengelola, pelayanan caddie PGH merupakan yang terbaik di antara lapangan golf lain. Meskipun dinilai banyak kelemahan dalam estetika, PGH selalu memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjungnya. Pihak pengelola juga selalu memberikan perhatian ekstra saat terjadi lonjakan pengunjung, salah satunya dengan cara menghindari kegiatan pemeliharaan fisik di lapangan agar tidak mengganggu permainan sehingga memberikan kenyamanan bagi setiap pemain. 4.14.4 Strategi Mempertinggi Upaya Pemeliharaan Fasilitas dan Area Nonpermainan agar Terlihat Lebih Estetis Meskipun fasilitas dan area nonpermainan tidak mempengaruhi permainan secara langsung, perannya dalam hal menampilkan estetika visual sangat berpengaruh bagi kualitas dan penilaian lapangan golf sendiri di mata para pemain. Salah satu cara yang dapat dilakukan PGH adalah membuat jadwal pemeliharaan rutin area nonpermainan yang ada saat ini dan lebih memperhatikan pemeliharaan fasilitas yang ada di dalamnya. Contoh jadwal pemeliharaan area nonpermainan dapat dilihat pada Lampiran 20. Jika sudah dapat berjalan dengan baik, program melengkapi kekurangan atau menambah fasilitas pun dapat dilaksanakan berikutnya. 4.14.5 Strategi Melengkapi Kekurangan Fasilitas untuk Mempertahankan Kinerja PGH Melengkapi kekurangan fasilitas dapat dilakukan setelah adanya kegiatan pemeliharaan rutin yang baik oleh PGH. Jika fasilitas sudah lengkap, tetapi pemeliharaan tidak dijalankan dengan baik, akan membuat fasilitas yang baru diperbaiki tidak terpelihara kembali.
90
Tabel 25. Rekomendasi Program Pengelolaan Padang Golf Halim Jenis Strategi
Alternatif Strategi
Program
Penetrasi Pasar
Meningkatkan promosi tentang keberadaan dan keunggulan PGH.
Pengembangan Produk
Mempertinggi upaya pemeliharaan fasilitas, utilitas, sarana, prasarana, dan area nonpermainan agar terlihat lebih berestetika.
1. Pembaharuan informasi PGH di website PGH 2. Promosi melalui majalah-majalah golf 1. Pembuatan jadwal pemeliharaan yang rutin untuk area nonpermainan
Pengembangan Produk
Mempertahankan keunggulan 1. Pengubahan dalam hal pelayanan dan mutu. status kerja caddie sebagai karyawan Merekrut supervisor lanskap di 1. Perbaikan dan bidang pengelolaan untuk pembuatan taman. memimpin para pekerja di bagian 2. Penugasan pertamanan. supervisor lanskap untuk melakukan kegiatan pemeliharaan nonpermainan Melengkapi kekurangan fasilitas 1. Pembuatan jalur yang dibutuhkan pengunjung sirkulasi golf cart untuk mempertahankan kinerja di PGH I Padang Golf Halim sebagai sarana olahraga.
Pengembangan Produk
Pengembangan Produk
Penanggung Jawab 1. Manajer Umun 2. Kabagum
1. Manajer Operasional 2. Manajer PGH I, II, dan DRPGH 3. Kabag Siaplap 4. Kaur Taman 1. Manajer Umum 2. KabagOps 1. Manajer Operasional 2. Kabag Siaplap 3. Kaur Taman
1. Manajer Operasional 2. Manajer Umum 3. Manajer Keuangan
91
SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Simpulan
Kegiatan magang yang dilakukan selama tiga bulan telah banyak memberikan pelajaran, baik mahasiswa maupun pihak perusahaan mendapat keuntungan berupa pertukaran informasi. Terlebih bagi mahasiswa, kegiatan magang ini sangat menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan, dan keahlian dalam bidang arsitektur lanskap yaitu karena keterlibatannya secara langsung dalam kegiatan pemeliharaan lapangan golf. Kegiatan magang ini juga merupakan suatu momentum yang tepat untuk memadukan antara teori pemeliharaan yang didapat dengan kondisi sebenarnya di lapangan dan tidak semua teori ternyata dapat diterapkan secara utuh di lapangan. Salah satu faktornya adalah rumput yang digunakan pada PGH menggunakan jenis rumput Paetan (Axonopous compressus) pada tee box dan fairway. Hal ini sangat berlainan dengan kebanyakan literatur tentang pemeliharaan lapangan golf dengan rumput Bermuda (Cynodon dactylon) sebagai vegetasi yang dominan pada area permainan. Pemeliharaan lapangan golf PGH secara umum terbagi menjadi pemeliharaan area permainan, nonpermainan, fasilitas, utilitas, serta mesin dan peralatan. Semua kegiatan pemeliharaan ini memiliki sifat pemeliharaan yang rutin dan insidental. Pemeliharaan rutin pada area permainan meliputi pemangkasan, pemupukan, penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, kegiatan kultivasi, dan pemeliharaan hazard (bunker dan danau buatan). Kegiatan insidental pada pemeliharaan area permainan meliputi kegiatan renovasi dan perbaikan pada lapangan seperti pergantian rumput dan renovasi total lapangan. Secara umum, pemangkasan pada area permainan di PGH sudah dilakukan dengan baik. Namun, untuk frekuensi dan ketinggian pangkas yang dipertahankan, PGH belum menemukan literatur yang sesuai dengan kondisi area permainan. Frekuensi dan ketinggian pangkas yang dapat disesuaikan dengan literatur hanya pada area green saja, selebihnya menyesuaikan dengan kondisi permainan di lapangan. Pelaksanaan pemeliharaan area nonpermainan masih kurang baik, terlebih untuk PGH I karena masih banyak taman-taman yang terbengkalai perawatannya bahkan perlu direnovasi ulang agar taman-taman tersebut bisa menjadi nilai tambah PGH sendiri. Secara menyeluruh, tiap aspek yang meliputi kegiatan pemeliharaan lapangan golf yang dilakukan PGH sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari rencana-rencana pemeliharaan yang memiliki metode kerja, jadwal kerja, tenaga kerja, struktur organisasi departemen pemeliharaan, dan indikator kualitas lapangan golf yang sudah cukup memenuhi standar. Kegiatan pemeliharaan di PGH dinilai perlu pengawasan yang lebih intensif lagi agar waktu pekerjaan dapat menjadi lebih efektif karena sangat terlihat motivasi dan kedisiplinan tenaga kerja masih kurang optimal. Permasalahan yang paling dianggap sulit untuk diatasi oleh pihak pengelola PGH adalah penanggulangan sampah. Strategi pengelolaan yang didapatkan untuk pengelola Padang Golf Halim berjumlah lima butir dengan urutan peringkatnya sebagai berikut:
92
1. 2. 3. 4. 5.
Mempertinggi upaya pemeliharaan fasilitas, utilitas, sarana, prasarana, dan area nonpermainan agar terlihat lebih berestetika. Merekrut supervisor lanskap di bidang pengelolaan untuk dapat memimpin para pekerja di bagian pertamanan. Meningkatkan promosi tentang keberadaan dan keunggulan PGH. Mempertahankan keunggulan dalam hal pelayanan dan mutu. Melengkapi kekurangan fasilitas yang dibutuhkan pengunjung untuk mempertahankan kinerja Padang Golf Halim sebagai sarana olahraga.
5.2
Saran
1.
Peningkatan sumber daya manusia baik kuantitas maupun kualitas perlu dilakukan, antara lain, dengan melakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kerja. Pihak pengelola PGH harus lebih memperhatikan keadaan taman-taman yang sudah ada dan melakukan perubahan untuk mengubah taman-taman yang ada agar dimanfaatkan menjadi lebih baik, menarik, dan berestetika. Jadwal pemeliharaan rutin juga perlu dibuat untuk kegiatan pemeliharaan taman, serta harus dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya sebatas pada display area saja. Peningkatan motivasi kerja karyawan perlu dilakukan, antara lain, dengan memberikan tunjangan-tunjangan, penghargaan, serta bonus bagi pekerja yang dinilai baik dalam bekerjanya atau dengan cara menaikkan sedikit gaji karyawan. Pengawasan terhadap para pekerja lapang agar lebih intensif untuk meningkatkan kinerja para pekerja. Tindakan tegas terhadap karyawan yang sudah melakukan tindakan indisipliner sebaiknya tidak hanya diberikan berupa surat tertulis saja, melainkan tindakan yang nyata berupa pemberian sanksi dan lainnya. Komunikasi dan koordinasi antara pihak atasan dan bawahan perlu ditingkatkan. Rapat rutin manajer operasi dengan bagian pemeliharaan juga perlu dilakukan serta perlu adanya evaluasi pada tiap kegiatan pemeliharaan secara rutin. Pembuatan kompos dari sisa-sisa daun pohon dan bekas pemangkasan yang ada di area permainan sebaiknya dilakukan, sedangkan sampah nonorganik sebaiknya di recycle. Lima alternatif strategi yang didapatkan dengan prioritasnya masing-masing diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola Padang Golf Halim untuk mengembangkan PGH menjadi lebih baik lagi.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
93
DAFTAR PUSTAKA Arifin HS dan Arifin NHS. 2005. Pemeliharaan Taman (Edisi Revisi). Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Anjani P. 2007. Pemeliharaan Lanskap Lapangan Golf Klub Golf Bogor Raya [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Beard JB. 1982. Turf Management for Golf Course. San Fransisco (US): Burgess Publishing Company. Carpenter PL, Walker TD, dan Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. San Fransisco (US): W. H. Freeman. Chiara JD dan Koppelman LE. 1990. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. David FR. 2011. Manajemen Strategi. Cetakan ke-12. Terjemahan Oleh Budi S. Strategic Management: Concepts and Cases, 12th ed. Jakarta (ID): Salemba Empat. Davidson H, Mecklenburg R, dan Peterson C. 2000. Nursery Management Administration and Culture. New Jersey (US): Prentice-Hall Inc. Emmons R. 2000. Turfgrass Science and Management (Third Edition). New York (US): Thompson Learning Inc. Fahmi M. 2002. Fisiologi Rumput dan Penerapannya. Seminar Asosiasi Superintendant Padang Golf Indonesia. Google. 2012. Padang Golf Halim. http://maps.google.com. [17 Januari 2012] Google. 2012. Padang Golf Halim. Google Earth Geo Eye 2012. [September 2012] Helphand KL. 1995. Learning from Linksland. Landscape Journal. 14 (1) : 74-85. Klemme M. 1995. A View from the Rough. Michigan (US): Sleeping Bears Press. Krisnawan T. 2003. Usaha Perbaikan Perakaran Rumput. Seminar Asosiasi Superintendant Padang Golf Indonesia. Lily S. 1999. Golf Course Tree Management. Michigan (US): Ann Arbor Press Inc. McCarty LB. 2001. Best Golf Course Management Practices. New Jersey (US): Prentice Hall Inc. Munandar A, Hardjosuwignyo S. 1990. Rumput Lanskap. Bogor (ID): Life Science Inter University Center. Bogor Agricultural University. Ramasamy K. 2002. Irigation System: Operational and Management. Seminar Asosiasi Superintendant Padang Golf Indonesia.
94
Rosa ES. 2003. Analisis manajemen strategi pada kecap zebra dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saraswati DAS. 2010. Manajemen program rekreasi berbasis ekologi di Taman Budaya, Sentul City, Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sternloff RE dan Warren R. 1984. Park and Recreation Maintenance Management (Second Edition). New York (US): John Wiley and Sons Inc. Tashiro H. 1992. Turfgrass Insect of The United State and Canada. London (EN): Cornell University Press Tjahjono B. 1994. Pengendalian hama terpadu di padang golf. Golfer (15): 73-75 hal Tunggalini NKW. 1999. Pengaruh pemupukan urea dan nitrogen slow release terhadap pertumbuhan dan kualitas rumput lapangan golf (Cynodon dactylon var. Tifdwarf). Bogor (ID): Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Turgeon AJ. 2002. Turfgrass Management. United States of America: Reston Pub. Co. Inc. Witteveen G dan Bavier M. 1998. Pemeliharaan Lapangan Golf Yang Praktis (Sebuah Keajaiban Dalam Menjaga Hijaunya Lapangan). ASPGI, penerjemah. Jakarta: ASPGI. Terjemahan dari Practical Golf Course Maintenance. (The Magical of Greenkeeping). Michigan (US): Ann Arbor Press Inc. Wijaksara IB. 2001. Top Dressing di Padang Golf. Cipayung: Asosiasi Superintendent Padang Golf Indonesia. Yasmita N. 2007. Pemeliharaan Lanskap Lapangan Jababeka Golf and Country Club, Cikarang, Bekasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
95
LAMPIRAN
96
Lampiran 1. Jenis Data, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Kegiatan Magang No. 1
2
3
4
Jenis Data
Sumber
Cara Pengambilan
Aspek Fisik a. Letak, luas dan batas tapak
Perusahaan
Studi pustaka, observasi
b. Jenis tanah dan topografi
Perusahaan
Studi pustaka
c. Iklim
BMG
Pencatatan
d. Hidrologi
Lapang
Observasi, wawancara
e. Vegetasi
Perusahaan
Observasi, dokumen perusahaan
f. Satwa liar
Lapang
Dokumen perusahaan, wawancara
g. View
Lapang
Pemotoan
h. Fasilitas
Perusahaan
Dokumen perusahaan, wawancara
i. Utilitas
Perusahaan
Dokumen perusahaan, wawancara
a. Sejarah dan perkembangan perusahaan
Perusahaan
Dokumen perusahaan, wawancara
b. Struktur Organisasi
Perusahaan
Dokumen Perusahaan
c. Konsep dasar
Perusahaan
Wawancara
d. Karyawan perusahaan
Perusahaan
Dokumen perusahaan, wawancara
e. Pengunjung
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
f. Masyarakat sekitar
Lapang
Pencatatan, wawancara
a. Biaya secara nominal
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
b. Proporsi biaya
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
b. Keamanan (safety)
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
c. Pembuangan Limbah
Perusahaan
Pencatatan, wawancara
Pemeliharaan rumput
Lapang
Pelaksanaan, pemototan
Aspek Sosial
Aspek ekonomi
Aspek Teknik a. Aturan-aturan penggunaan alat pemeliharaan
5
97
Lampiran 1. (Lanjutan) 6
Pemeliharaan nonrumput a. Pemeliharaan hazard
Lapang
Pelaksanaan, pemotoan
b. Pemeliharaan pohon
Lapang
Pelaksanaan, pemotoan
c. Pemeliharaan fasilitas
Lapang
Pelaksanaan, pemotoan
d. Pemeliharaan utilitas
Lapang
Pencatatan, wawancara
e. Ketenagakerjaan
Perusahaan, lapang
Pencatatan, wawancara
f. Mesin dan alat-alat kerja
Lapang
Pelaksanaan, pemotoan
98
Lampiran 2. Kuisioner SWOT Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
KUISIONER PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN PADANG GOLF HALIM PERDANAKUSUMA, JAKARTA TIMUR
Kepada responden yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor, diperlukan dukungan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Kuisioner ini merupakan hasil dari penentuan faktor-faktor SWOT yang menjadi pertanyaan dalam wawancara sebelumnya. Pada kuisioner ini Bapak/Ibu diperlukan untuk memberikan nilai tingkat kepentingan pada setiap faktor-faktor yang ada. Pemberian nilai kepentingan tiap faktor tersebut dapat mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah perusahaan. Pengisian faktor-faktor merupakan pertimbangkan sinergitas atas seluruh aspek yang terkait. Oleh karena itu, diharapkan pengisian kuesioner ini adalah berdasarkan pengalaman, penilaian yang dirasakan oleh responden (Bapak/Ibu) terhadap elemen-elemen yang mendasari penyusunan strategi alternatif ini. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kesediaan waktu dan kejujuran Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan dijamin kerahasiannya. Atas kesediaan Bapak/Ibu yang telah meluangkan waktunya dalam mengisi kuesioner ini, penyusun mengucapkan terima kasih. Wahyu Try Handy A44080077
99
Lampiran 2. (Lanjutan) Petunjuk pengisian kuisioner TUJUAN Mendapatkan penilaian para responden terhadap tingkat kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi dalam penentuan strategi dan pemecahan masalah.
PETUNJUK UMUM 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan melakukan secara langsung (tidak menunda) untuk mengindari inkonsistensi jawaban.
I. PENENTUAN BOBOT FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL UNTUK PEMBUATAN MATRIKS IFE DAN EFE
PETUNJUK PENGISIAN 1. Alternatif pemberian bobot terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia dalam Tabel kuesioner 1 untuk kuesioner ini adalah : 1 = tidak penting 2 = kurang penting 3 = penting 4 = sangat penting 2. Penentuan bobot merupakan pendapat masing-masing responden mengenai tingkat pengaruh dan kepentingan faktor internal dan eksternal yang ada terhadap keberhasilan dan kemajuan Padang Golf Halim
100
Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuesioner 1. Penentuan Bobot Faktor-Faktor Internal dan Eksternal
No. Responden: 1 / 2 / 3* FAKTOR INTERNAL Faktor-faktor yang menjadi kekuatan bagi Padang Golf Halim No. 1.
2. 3. 4
Kekuatan
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
Padang Golf Halim merupakan lapangan golf yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee yang tergolong murah. Terdapat vegetasi dan satwa yang langka ditemui di tengah kota.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan bagi Padang Golf Halim No. 1.
2. 3. 4. 5.
Kelemahan Kondisi fasilitas masih kurang terpelihara dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi PGH. SDM masih kurang efektif dalam bekerja. Pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam PGH masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I tidak ada.
FAKTOR EKSTERNAL Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Padang Golf Halim No. 1.
2.
Peluang Aksesibilitas yang mudah dijangkau, bahkan tidak hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerah-daerah di sekitar Jakarta. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI.
Faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi Padang Golf Halim No. 1. 2.
Ancaman Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena mempunyai desain lebih modern. Terdapat isu mengenai pengambil alihan kepemilikan PGH menjadi milik swasta.
101
Lampiran 2 (Lanjutan) II. PENENTUAN PERINGKAT FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL UNTUK PEMBUATAN MATRIKS IFE DAN EFE
PETUNJUK PENGISIAN 1. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang tersedia untuk kuesioner ini adalah :
MATRIKS IFE (FAKTOR-FAKTOR INTERNAL) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1) atau kelemahan minor (peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4). Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2.
MATRIKS EFE (FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL) Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut, dengan 4 = respon perusahaan sangat baik, 3 = respon perusahaan di atas rata-rata, 2 = respon perusahaan rata-rata, dan 1 = respon perusahaan jelek. Peringkat didasari pada efektivitas strategi perusahaan. Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat 1, 2, 3, atau 4. Pemberian masing-masing faktor strategis dilakukan dengan tanda silang (X) pada tingkat 1-4 yang paling sesuai menurut responden. 2. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden terhadap kemampuan perusahaan dalam menghadapi faktor-faktor strategis internal dan eksternal perusahaan.
102
Lampiran 2. (Lanjutan) Tabel Kuesioner 2. Penentuan Peringkat Faktor-Faktor Internal dan Eksternal
No. Responden: 1 / 2 / 3*
FAKTOR INTERNAL Faktor-faktor yang menjadi kekuatan bagi Padang Golf Halim No. 1.
2. 3. 4
Kekuatan
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
Padang Golf Halim merupakan lapangan golf yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee yang tergolong murah. Terdapat vegetasi dan satwa yang langka ditemui di tengah kota.
Faktor-faktor yang menjadi kelemahan bagi Padang Golf Halim No. 1. 2. 3. 4. 5.
Kelemahan Kondisi fasilitas masih kurang terpelihara dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi PGH. SDM masih kurang efektif dalam bekerja. Pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam PGH masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I tidak ada.
FAKTOR EKSTERNAL Faktor-faktor yang menjadi peluang bagi Padang Golf Halim No. 1.
2.
Peluang Aksesibilitas yang mudah dijangkau, bahkan tidak hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerah-daerah di sekitar Jakarta. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI.
Faktor-faktor yang menjadi ancaman bagi Padang Golf Halim No. 1. 2.
Ancaman Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena mempunyai desain lebih modern. Terdapat isu mengenai pengambil alihan kepemilikan PGH menjadi milik swasta.
130
Lampiran 3. Struktur Organisasi Padang Golf Halim
Unit Kegiatan Magang
103
104
Lampiran 4. Luas Keseluruhan Lahan PGH (Area Permainan dan Lahan Terbangun)
NAMA / JENIS BARANG NB 1
Gedung
UNIT PGH
SATUAN
LUAS
Bak pasir Club house Gudang pasir bak Gardu air Kantor staf dan caddie Starter Starter Shelter lapangan 19 unit Warung caddie Warung pojok h 9
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
FAS-II-111-1-1 FAS-II-111-1-2 FAS-II-111-1-3 FAS-II-111-1-4 FAS-II-111-1-5 FAS-II-111-1-6 FAS-II-111-1-11 FAS-II-111-1-12 FAS-II-111-1-13 FAS-II-111-1-14 FAS-II-111-1-15 FAS-II-111-1-16 FAS-II-111-1-17 FAS-II-111-1-19 FAS-II-111-1-20
Kantor staf dan starter Kantor lapangan Cadie dan warung Kantor satpam induk Rumah pegawai hole 12 Warung dan spa Club house Kantor lapangan Gudang lapangan dan mess Gudang parcar Shelter lapangan 27 unit Bak pasir
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
DRIVING DRIVING DRIVING DRIVING DRIVING DRIVING DRIVING
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
Kantor GM dan staf Kantor Pers s/d Spa Musholla Diesel Garasi s/d bengkel Gudang umum dan mess sarban Gudang BBM dan pasir Garasi ranum dpn mess Garasi mesin dpn gudang umum Mess dan gudang fasint Rumah dinas Dirgantara I
PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
96 1,550 45 787 365 365 20 220 125 532 8 8 681 115 30 4,947 220 264 168 101 90 230 1,580 264 82 250 630 200 4,079 47 32 250 5 34 51 600 1,019 354 346 67 132 420 164 196 99 136 127 418 2,459
Parkir aspal depan Parkir aspal belakang
PGH I PGH I
Meter2 Meter2
FAS-II-121-1-1 FAS-II-121-1-2
Parkir aspal depan Parkir paving block belakang
PGH II PGH II
Meter2 Meter2
DRIVING
Meter2
4,550 1,539 6,089 2,994 3,000 5,994 1,200 1,200
MERK / KODE
Club House Gudang alat lapangan Kantor dan club house Pos satpam Ruang caddie SPA Shelter 35 tee box
2
Parkiran
Parkir paving block
NOMOR KODE SERI
FAS-II-111-2-1 FAS-II-111-2-2 FAS-II-111-2-3 FAS-II-111-2-5 FAS-II-111-2-6 FAS-II-111-2-7 FAS-II-111-2-8 FAS-II-111-2-12 FAS-II-111-2-13 FAS-II-111-2-14 FAS-II-111-2-15 FAS-II-111-2-18 FAS-II-111-3-1 FAS-II-111-3-2 FAS-II-111-3-3 FAS-II-111-3-4 FAS-II-111-3-5 FAS-II-111-3-6 FAS-II-111-3-7 FAS-II-111-4-1 FAS-II-111-4-2 FAS-II-111-4-3 FAS-II-111-4-4 FAS-II-111-4-5 FAS-II-111-4-6 FAS-II-111-4-7 FAS-II-111-4-8 FAS-II-111-4-9 FAS-II-111-4-10 FAS-II-111-4-11
FAS-II-121-2-1 FAS-II-121-2-2 FAS-II-121-3-1
105
Lampiran 4. (Lanjutan) 3
5
Jalanan
Lapangan
Jalan aspal CH-BKL Jalan aspal T5 - G5 Jalan aspal T16 - bukit Jalan aspal T18-P petir Jalan aspal G3,15,12,13,6,7,2-T4
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
Jalan paving block R7-T9 Jalan paving block T2-T10 Jalan paving block R10-G16 Jalan paving block G12-T17 Jalan paving block T11-G12 Jalan paving block G15-R18 Jalan paving block G14-T15 Jalan paving block R15 kiri Jalan paving block R15 kanan Jalan paving block T11 kiri Jalan paving block T11 kanan Jalan paving block G3-T4/1 Jalan paving block G3-T4/2 Jalan paving block R4 Jalan paving block T5 kanan Jalan paving block F7 Jalan paving block F10
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
Jalan paving block T1 Jalan paving block R1/8-R17 Jalan paving block G1-R3 Jalan paving block G1-R4 Jalan paving block BKL-G5 Jalan paving block BKL-T17 Jalan paving block G5-G6 Jalan paving block R8 Jalan paving block G9-G7 Jalan paving block CH-G9 Jalan paving block F10 Jalan paving block G10-T10 Jalan paving block T11-R12 Jalan paving block F12-R14 Jalan paving block G15-T16 Jalan paving block R17-T18 Jalan paving block G18 Jalan paving block VIP
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
Bunker 1 Bunker 2 Bunker 3 Bunker 4 Bunker 5 Bunker 6 Bunker 7 Bunker 8 Bunker 9 Bunker 10 Bunker 11 Bunker 12 Bunker 13 Bunker 14 Bunker 15 Bunker 16 Bunker 17 Bunker 18 Bunker practice 1
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
1,352 860 448 560 1,860 5,080 2,673 1,710 1,782 1,611 2,294 1,282 288 169 110 89 19 17 78 204 34 199 406 12,965 21 990 982 1,986 891 1,448 285 392 756 38 248 730 1,149 408 216 391 242 216 11,389 459 523 192 476 569 377 452 185 289 306 442 357 382 311 298 595 527 756 45 7,541
FAS-II-131-2-1 FAS-II-131-2-2 FAS-II-131-2-3 FAS-II-131-2-4 FAS-II-131-2-5 FAS-II-132-1-1 FAS-II-132-1-2 FAS-II-132-1-3 FAS-II-132-1-4 FAS-II-132-1-5 FAS-II-132-1-6 FAS-II-132-1-7 FAS-II-132-1-8 FAS-II-132-1-9 FAS-II-132-1-10 FAS-II-132-1-11 FAS-II-132-1-12 FAS-II-132-1-13 FAS-II-132-1-14 FAS-II-132-1-15 FAS-II-132-1-16 FAS-II-132-1-17 FAS-II-132-2-1 FAS-II-132-2-2 FAS-II-132-2-3 FAS-II-132-2-4 FAS-II-132-2-5 FAS-II-132-2-6 FAS-II-132-2-7 FAS-II-132-2-8 FAS-II-132-2-9 FAS-II-132-2-10 FAS-II-132-2-11 FAS-II-132-2-12 FAS-II-132-2-13 FAS-II-132-2-14 FAS-II-132-2-15 FAS-II-132-2-16 FAS-II-132-2-17 FAS-II-132-2-18 FAS-II-151-1-1 FAS-II-151-1-2 FAS-II-151-1-3 FAS-II-151-1-4 FAS-II-151-1-5 FAS-II-151-1-6 FAS-II-151-1-7 FAS-II-151-1-8 FAS-II-151-1-9 FAS-II-151-1-10 FAS-II-151-1-11 FAS-II-151-1-12 FAS-II-151-1-13 FAS-II-151-1-14 FAS-II-151-1-15 FAS-II-151-1-16 FAS-II-151-1-17 FAS-II-151-1-18 FAS-II-151-1-19
106
Lampiran 4. (Lanjutan) 5
Lapangan
Bunker 1 Bunker 2 Bunker 3 Bunker 4 Bunker 5 Bunker 6 Bunker 7 Bunker 8 Bunker 9 Bunker 10 Bunker 11 Bunker 12 Bunker 13 Bunker 14 Bunker 15 Bunker 16 Bunker 17 Bunker 18 Bunker praktice 1
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Bunker
DRIVING
Meter2
5
Lapangan
Green 1 Green 2 Green 3 Green 4 Green 5 Green 6 Green 7 Green 8 Green 9 Green 10 Green 11 Green 12 Green 13 Green 14 Green 15 Green 16 Green 17 Green 18 Green praktice 1 Green praktice 10
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Green 1 Green 2 Green 3 Green 4 Green 5 Green 6 Green 7 Green 8 Green 9 Green 10 Green 11 Green 12 Green 13 Green 14 Green 15 Green 16 Green 17 Green 18 Green praktice 1 Green praktice 10
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
890 232 932 590 280 464 186 985 269 483 443 696 366 385 298 175 495 448 50 8,667 155 155 678 396 583 582 526 557 512 396 546 537 467 451 562 565 524 653 634 514 600 600 10,883 570 529 667 522 588 528 780 500 520 600 598 624 475 576 588 600 690 616 600 600 11,771
FAS-II-151-2-1 FAS-II-151-2-2 FAS-II-151-2-3 FAS-II-151-2-4 FAS-II-151-2-5 FAS-II-151-2-6 FAS-II-151-2-7 FAS-II-151-2-8 FAS-II-151-2-9 FAS-II-151-2-10 FAS-II-151-2-11 FAS-II-151-2-12 FAS-II-151-2-13 FAS-II-151-2-14 FAS-II-151-2-15 FAS-II-151-2-16 FAS-II-151-2-17 FAS-II-151-2-18 FAS-II-151-2-19 FAS-II-151-3-1 FAS-II-152-1-1 FAS-II-152-1-2 FAS-II-152-1-3 FAS-II-152-1-4 FAS-II-152-1-5 FAS-II-152-1-6 FAS-II-152-1-7 FAS-II-152-1-8 FAS-II-152-1-9 FAS-II-152-1-10 FAS-II-152-1-11 FAS-II-152-1-12 FAS-II-152-1-13 FAS-II-152-1-14 FAS-II-152-1-15 FAS-II-152-1-16 FAS-II-152-1-17 FAS-II-152-1-18 FAS-II-152-1-19 FAS-II-152-1-20 FAS-II-152-2-1 FAS-II-152-2-2 FAS-II-152-2-3 FAS-II-152-2-4 FAS-II-152-2-5 FAS-II-152-2-6 FAS-II-152-2-7 FAS-II-152-2-8 FAS-II-152-2-9 FAS-II-152-2-10 FAS-II-152-2-11 FAS-II-152-2-12 FAS-II-152-2-13 FAS-II-152-2-14 FAS-II-152-2-15 FAS-II-152-2-16 FAS-II-152-2-17 FAS-II-152-2-18 FAS-II-152-2-19 FAS-II-152-2-20
107
Lampiran 4. (Lanjutan) 5
Lapangan
Green kanan atas Green kanan bawah Green kiri atas Green kiri bawah
DRIVING DRIVING DRIVING DRIVING
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Fair way 1 Fair way 2 Fair way 3 Fair way 4 Fair way 5 Fair way 6 Fair way 7 Fair way 8 Fair way 9 Fair way 10 Fair way 11 Fair way 12 Fair way 13 Fair way 14 Fair way 15 Fair way 16 Fair way 17 Fair way 18
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Fair way 1 Fair way 2 Fair way 3 Fair way 4 Fair way 5 Fair way 6 Fair way 7 Fair way 8 Fair way 9 Fair way 10 Fair way 11 Fair way 12 Fair way 13 Fair way 14 Fair way 15 Fair way 16 Fair way 17 Fair way 18
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Fair way
DRIVING
Meter2
5
Lapangan
Rough 1 - 18
PGH I
Meter2
5
Lapangan
Rough 1 - 18
PGH II
Meter2
5
Lapangan
Tee box man ladies 1 Tee box man ladies 2 Tee box man ladies 3 Tee box man ladies 4 Tee box man ladies 5 Tee box man ladies 6 Tee box man ladies 7 Tee box man ladies 8 Tee box man ladies 9 Tee box man ladies 10 Tee box man ladies 11 Tee box man ladies 12 Tee box man ladies 13 Tee box man ladies 14 Tee box man ladies 15
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
344 374 130 128 976 21,960 10,680 20,700 18,480 18,540 28,800 24,180 9,120 30,660 21,180 30,420 9,900 19,740 21,360 27,840 19,980 9,660 21,180 364,380 22,560 12,120 32,880 22,440 20,520 8,820 20,520 26,640 23,220 22,140 20,460 34,020 21,060 10,560 23,520 31,260 13,260 24,780 390,780 36,785 36,785 100,090 100,090 413,424 413,424 642 589 621 667 741 813 692 531 838 679 701 549 612 633 605
FAS-II-152-3-1 FAS-II-152-3-2 FAS-II-152-3-3 FAS-II-152-3-4 FAS-II-153-1-1 FAS-II-153-1-2 FAS-II-153-1-3 FAS-II-153-1-4 FAS-II-153-1-5 FAS-II-153-1-6 FAS-II-153-1-7 FAS-II-153-1-8 FAS-II-153-1-9 FAS-II-153-1-10 FAS-II-153-1-11 FAS-II-153-1-12 FAS-II-153-1-13 FAS-II-153-1-14 FAS-II-153-1-15 FAS-II-153-1-16 FAS-II-153-1-17 FAS-II-153-1-18 FAS-II-153-2-1 FAS-II-153-2-2 FAS-II-153-2-3 FAS-II-153-2-4 FAS-II-153-2-5 FAS-II-153-2-6 FAS-II-153-2-7 FAS-II-153-2-8 FAS-II-153-2-9 FAS-II-153-2-10 FAS-II-153-2-11 FAS-II-153-2-12 FAS-II-153-2-13 FAS-II-153-2-14 FAS-II-153-2-15 FAS-II-153-2-16 FAS-II-153-2-17 FAS-II-153-2-18 FAS-II-153-3-1 FAS-II-154-1-1 FAS-II-154-2-1 FAS-II-155-1-1 FAS-II-155-1-2 FAS-II-155-1-3 FAS-II-155-1-4 FAS-II-155-1-5 FAS-II-155-1-6 FAS-II-155-1-7 FAS-II-155-1-8 FAS-II-155-1-9 FAS-II-155-1-10 FAS-II-155-1-11 FAS-II-155-1-12 FAS-II-155-1-13 FAS-II-155-1-14 FAS-II-155-1-15
108
Lampiran 4. (Lanjutan) Tee box man ladies 16 Tee box man ladies 17 Tee box man ladies 18
PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Tee box man ladies 1 Tee box man ladies 2 Tee box man ladies 3 Tee box man ladies 4 Tee box man ladies 5 Tee box man ladies 6 Tee box man ladies 7 Tee box man ladies 8 Tee box man ladies 9 Tee box man ladies 10 Tee box man ladies 11 Tee box man ladies 12 Tee box man ladies 13 Tee box man ladies 14 Tee box man ladies 15 Tee box man ladies 16 Tee box man ladies 17 Tee box man ladies 18
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Water hazard fw4 Water hazard rg4 Water hazard fw 7/1 Water hazard fw7/2 Water hazard fw7/3 Water hazard fw11 Water hazard fw15/1 Water hazard fw15/2 Water hazard fw15/17
PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
5
Lapangan
Water hazard F18 Water hazard F16 Water hazard F6 Water hazard F7 Water hazard F8 Water hazard F9/10 Water hazard G9 Water hazard T12
PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II
Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2 Meter2
Sumber: Kepala Bagian Kelengkapan
681 704 686 11,984 805 759 1,290 926 824 519 580 588 894 601 629 1,655 660 547 702 840 779 669 14,267 1,820 135 630 700 182 1,591 1,665 3,290 15,150 25,163 2,460 2,246 5,561 5,535 5,525 4,748 4,394 3,120 33,589
FAS-II-155-1-16 FAS-II-155-1-17 FAS-II-155-1-18 FAS-II-155-2-1 FAS-II-155-2-2 FAS-II-155-2-3 FAS-II-155-2-4 FAS-II-155-2-5 FAS-II-155-2-6 FAS-II-155-2-7 FAS-II-155-2-8 FAS-II-155-2-9 FAS-II-155-2-10 FAS-II-155-2-11 FAS-II-155-2-12 FAS-II-155-2-13 FAS-II-155-2-14 FAS-II-155-2-15 FAS-II-155-2-16 FAS-II-155-2-17 FAS-II-155-2-18 FAS-II-156-1-1 FAS-II-156-1-2 FAS-II-156-1-3 FAS-II-156-1-4 FAS-II-156-1-5 FAS-II-156-1-6 FAS-II-156-1-7 FAS-II-156-1-8 FAS-II-156-1-9 FAS-II-156-2-1 FAS-II-156-2-2 FAS-II-156-2-3 FAS-II-156-2-4 FAS-II-156-2-5 FAS-II-156-2-6 FAS-II-156-2-7 FAS-II-156-2-8
109
Lampiran 5. Data Iklim Halim Perdanakusuma dan Sekitarnya Tahun 2010 Bulan Unsur
Satuan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Curah Hujan Rata-rata Jumlah Hari Hujan Suhu
mm
403.4
270.2
151.3
109.4
275.4
142.2
83.6
137.0
346.8
519.1
279.7
177.1
Hari
21
17
20
9
14
13
11
10
19
21
22
20
0
27.8
27.5
27.6
27.9
27.5
27.6
27.5
27.3
27.0
28.2
27.7
27.9
Kelembaban Udara Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
%
81
79
75
72
77
77
76
74
79
79
81
80
Knot
4.6
4.1
3.5
3.3
3.7
3.4
3.3
2.4
3.9
5.3
4.2
4.7
%
35
63.2
65
81
66
69
72
74
42.6
40
36
38
C
Grafik Curah Hujan PGH Tahun 2010 600 Curah Hujan (mm)
500 400 300 200 100 0
Bulan
Tahun 2011 Bulan Unsur Curah Hujan Rata-rata Jumlah Hari Hujan Suhu Kelembaban Udara Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
Satuan Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
mm
130.0
613.9
97.3
72.6
226.9
48.1
12.3
0
9.7
72.9
263.3
109.9
Hari
19
26
14
13
17
6
1
0
4
10
16
18
0
26.9
26.7
27.5
27.7
27.5
27.6
27.3
27.5
28
30.7
27.9
28
%
80
82
77
78
81
77
76
79
70
71
77
78
Knot
4.7
4.2
5.8
4.3
2.7
3.3
3.7
0.4
3.9
8
4
4.4
%
30
54.1
43.4
70
53
51
69
98
99
71
61
39
C
110
Lampiran 5. (Lanjutan)
Grafik Curah Hujan PGH Tahun 2011 Curah Hujan (mm)
700 600 500 400 300 200 100 0
Bulan
Tahun 2012 Bulan Unsur
Satuan
Curah Hujan Rata-rata Jumlah Hari Hujan Suhu Kelembaban Udara Kecepatan Angin Penyinaran Matahari
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
mm
560.8
249.9
339.2
155.6
97.9
142.3
Hari
27
16
21
12
12
5
0
28.2
28.1
28.5
28.2
28.4
28.7
%
82
79
80
71
70
71
Knot
5.5
4.8
5.3
4.4
4.1
3.2
%
38
43
54.2
69
67
76
C
Grafik Curah Hujan PGH Tahun 2012 600
Curah Hujan (mm)
500 400 300 200 100 0 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Bulan
Sumber: Base Operation Meterologi Lapangan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur
111
Lampiran 6. Jenis Vegetasi yang Terdapat di PGH Rumput Nama Latin Axonopus compressus Cynodon dactylon Zoysia matrella
Nama Lokal Rumput Paetan Rumput Bermuda Rumput Peking
Tanaman Penutup Tanah Nama Latin Aglonema sp. Ananas bracteatus tricolor Caladium hortulanum Chlorophytum comosum Coleus blumei Cuphea sp. Iresine herbstii Lavandula angustifolia Maranta leuconeura Nephrolepis exaltata Portulaca grandiflora Rhoeo discolor Sansevieria trifasciata Semak Nama Latin Acalypha macrophilla Bougainville spectabilis Catharanthus roseus Codiaeum variegatum Cordyline terminalis Dracena marginata Heliconia sp. Ixora sp. Jasminum sambac Murraya paniculata Pohon Nama Latin Acacia sangium Adenanthera pavonina Agathis dammara Albizia procera Altingia excelsa Annona squamosa Araucaria cunninghamii Araucaria heteropylla Archidendron pauciflorum Artocarpus integra Artocarpus heterophyllus
Nama Lokal Sri rejeki Nanas hias Keladi hias Lili paris Jawer kotok Taiwan beauty Bayam merah Lavender Maranta Paku jejer Sutra bombay Adam Hawa Lidah mertua
Nama Lokal Teh-tehan Bugenvil Tapak dara Puring Hanjuang merah Dracena Pisang hias Soka Melati Kemuning
Nama Lokal Akasia Pohon saga Damar Waru Rasamala Srikaya Damar laki Cemara norflok Jengkol Sukun Nangka
112
Lampiran 6. (Lanjutan) Averrhoa carambola Calophyllum inophyllum Casia siamea Chrysalidocarpus lutescens Chrysophyllum cainito Cocos nucifera Cupressus benthamii Cupressus sp. Cyrtostachys lakka Delonix regia Dillenia sp. Dracaena surculosa Eucalyptus deglupta Eugenia aquea Fagraea fragrans Felicium decipiens Ficus lyrata Garcinia mangostana Hyophorbe lagenicaulis Hura crepitans Kigelia aethiopica Lagerstromia speciosa Mangifera indica Manilkara achras Manilkara kauki Muntingia calabura Nephelium lappaceum Paraserianthes falcataria Parkia speciosa Polyalthia longifolia Pometia pinnata Psidium guajava Pterocarpus indicus Roystonea regia Samanea saman Schleichera oleosa Stelechocarpus burahol Swietenia mahogany Syzygium oleina Syzygium polyanthum Tectona grandis Terminalis catappa Thuja orientalis Veitchia merilii Wodyetia bifurcata
Belimbing Nyamplung Johar Palem kuning Sawo duren Kelapa Cemara hias Cemara gembel Pinang merah Flamboyan Sempur Bambu jepang Pohon loreng Jambu air Tembesu Krey payung Biola cantik Manggis Palem botol Buah roda Pohon sosis Bungur Mangga Sawo Sawo kecik Ceri Rambutan Sengon Petai Glodogan tiang Matoa Jambu biji Angsana Palem raja Ki hujan / Trembesi Kesambi Pohon kepel Mahoni Pucuk merah Pohon salam Jati Ketapang Cemara kipas Palem putri Palem ekor tupai
113
Lampiran 7. Jumlah Pengunjung Padang Golf Halim (2011 - Juni 2012) TAHUN 2011 PGH I Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Umum 2.106 2.038 1.911 2.322 2.281 2.317 2.754 1.857 1.898 2.502 2.240 2.811 27.037
TNI/POLRI 177 148 217 167 184 155 144 47 155 102 188 139 1.823
Member 531 496 488 470 557 655 588 402 520 629 584 703 6.623
TNI - AU 967 863 1.130 908 876 865 953 516 725 787 656 825 10.071
BI/PR/LL 732 608 808 722 787 691 703 399 683 636 697 793 8.259
Kompi 130 88 278 496
Jumlah 4.513 4.283 4.554 4.677 4.685 4.683 5.142 3.221 3.981 4.934 4.365 5.271 54.309
PGH II Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Umum 1.908 2.008 1.856 2.294 2.188 2.614 2.501 2.210 1.877 2.286 2.024 2.686 26.524
TNI/POLRI 106 78 154 92 113 137 114 59 155 126 140 162 1.436
Member 230 279 259 284 274 302 271 197 239 255 229 311 3.130
TNI - AU 511 611 561 516 599 623 564 255 543 595 508 741 6.578
BI/PR 585 461 635 718 606 545 791 378 528 457 467 556 6.727
Kompi 150 96 246
Jumlah 3.562 3.437 3.465 4.000 3.740 4.221 4.241 3.099 3.333 3.719 3.368 4.456 44.641
PGH I Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Umum 2.472 2.060 2.221 2.206 1.864 2.017 12.840
TNI/POLRI 115 136 115 161 188 130 845
Member 617 592 624 576 537 511 3.457
TNI - AU 778 627 757 765 755 675 4.357
BI/PR/LL 785 828 716 661 784 665 4.439
Kompi -
Jumlah 4.767 4.243 4.433 4.369 4.128 3.998 25.938
PGH II Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Total
Umum 2.162 1.875 2.261 1.699 1.800 1.846 11.643
TNI/POLRI 139 149 73 100 111 85 657
Member 238 217 249 228 195 202 1.329
TNI - AU 572 555 753 627 615 512 3.634
BI/PR 690 530 532 682 747 586 3.767
Kompi 108 108
Jumlah 3.801 3.326 3.868 3.336 3.468 3.339 21.138
TAHUN 2012
Sumber: Kepala Bagian Penggunaan Lapangan
114
Lampiran 8. Harga Green Fee dan Membership
PERSYARATAN MEMBER BARU PGH
GREEN FEE (18 Holes)
(Keanggotaan Umum)
a. Umum (PGH I & PGH II) 1) Senin s/d Kamis 2) Jumat 3) Sabtu,Minggu/libur 4) Minggu siang (12.00) *) Disc 10% : Senin (PGH I & II)
1. Mengisi Formulir yang disediakan Padang Golf Halim 2. Membayar Uang Pangkal untuk a. Keanggotaan dengan masa berlaku 2 tahun: - Bermain di PGH I atau PGH II
Rp. 29.700.000,-
b. Keanggotaan dengan masa berlaku 1 tahun: - Bermain di PGH I atau PGH II
Rp. 16.500.000,-
(Harga sudah termasuk PPN 10% dan iuran bulan selama masa berlaku) 3. Menyertakan fotocopy KTP 4. Menyerahkan foto berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar 5. Member PGH tidak dapat dialihkan dan diuangkan kembali 6. Iuran Country Member per tahun Rp. 1.265.000,- dibayar dimuka dan maksimal bermain golf 30 kali dalam setahun (setelah menjadi member reguler minimal 3 tahun) MASA BERLAKU Ketentuan ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan situasi kondisi yang ada.
Senin s/d Kamis ½ hari (Pagi)
Rp. 27.500.000,-
½ hari (Sore)
Rp. 30.250.000,-
1 hari
Rp. 44.000.000,-
Jum’at ½ hari (Pagi)
Rp. 38.500.000,-
½ hari (Sore)
Rp. 44.000.000,-
1 hari
Rp. 55.000.000,-
Sabtu-Minggu / Hari Libur ½ hari (Pagi)
Rp. 60.500.000,-
½ hari (Sore)
Rp. 77.000.000,-
1 hari
Rp. 88.000.000,-
HARGA TERSEBUT DIATAS SUDAH TERMASUK PPN 10% Kantor Pusat Jl. Squadron Halim Perdanakusuma Jakarta 13610 Phone
(021)8000793
Fax
(021)8001232
Email
[email protected]
259.000,270.000,479.000,380.000,-
b. TNI/Polri/Pur TNI AU (PGH I & PGH II) 1) Senin s/d Kamis Rp. 160.000,2) Jumat Rp. 171.000,3) Sabtu,Minggu/libur Rp. 479.000,4) Minggu siang (12.00) Rp. 380.000,Green fee (Setelah bermain 18 holes) a. Umum (PGH I & PGH II) 1) Senin s/d Kamis Rp. 182.000,2) Jumat Rp. 209.500,3) Sabtu,Minggu/libur Rp. 292.000,b. TNI/Polri/Pur TNI AU (PGH I & PGH II) 1) Senin s/d Kamis Rp. 143.500,2) Jumat Rp. 154.500,3) Sabtu,Minggu/libur Rp. 292.000,Caddie fee a. Main 18 Holes b. Main 9 Holes
PENUTUPAN LAPANGAN
Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. 50.000,Rp. 40.000,-
DRIVING RANGE HALIM Anggota TNI AU 150 Bola 100 Bola 50 Bola Green Practice 10 bola (per jam)
Rp. Rp. Rp. Rp.
32.000,20.000,12.000,8.000,-
UMUM (Bukan Anggota TNI AU) 150 Bola Rp. 55.000,100 Bola Rp. 35.000,50 Bola Rp. 20.000,Green Practice 10 bola (per jam) Rp. 15.000,Setiap pembelian 150 bola mendapatkan bonus 50 bola Jasa Pro/Pelatih per jam Caddie tip Green Fee per jam Drive 50 Bola Drive 100 Bola JAM BUKA Senin Selasa s/d Minggu
Rp. Rp. Rp. Rp.
75.000,25.000,10.000,15.000,-
Pukul 12.30 – 21.00 WIB Pukul 06.30 – 21.00 WIB
115
Lampiran 9. Jumlah Karyawan PGH JUMLAH KARYAWAN PGH BULAN FEBRUARI 2012 NO
STATUS
PGH PUSAT
D. RANGE
PGHI
PGHII
JUMLAH
KETERANGAN
1
2
3
4
5
6
7
8
1
PENGURUS
4
1
1
1
7 Orang
Status : 1. Pengawas = 3 Orang
2
PENGAWAS
3
-
-
-
3 Orang
2. Pengurus = 7 Orang 3. Gol III A = 2 Orang
3
KARY. TETAP
65
15
107
114
301 Orang
4. Gol II C = 5 Orang 5. Gol II A = 104 Orang
4
KARY. HONORER
1
-
-
-
1 Orang
6. Gol I B = 43 Orang 7. Gol I A = 147 Orang
5
KARY. PERCOBAAN
-
-
1
-
1 Orang
8. Honorer = 1 Orang 9. Percobaan = 1 Orang Jumlah = 313 Orang
JUMLAH
73
16
109
115
313 Orang
(Tiga ratus tiga belas)
Keterangan : Honorer 1 org an. Andi Sultan Ilyas, Ka. Satpam PGH Percobaan PGH I Firmansyah (Tmt 01/12/2011) Jakarta, Februari 2012 Manajer Umum PGH
Kabagpers PGH
Ir. Winarto
Sayuti Karim
Sumber: Kepala Bagian Umum
116
Lampiran 10. Pedoman Penempatan Hole Cup
Flagstick dekat terhadap tee box Flagstick jauh terhadap tee box Flagstick berada di tengah-tengah green
117
Lampiran 11. Daftar Investasi Alat, Kendaraan, dan Mesin Padang Golf Halim SUB GOL Peralatan
NAMA / JENIS BARANG NB Alat berat 1 Dump truck
Mesin wat lap
2 3 1
Exavator Scadloader Airator
2
Blower hembus
3 4
Blower roller Blower tiup
5 6
Brush Chain saw
7
Gang mower
MERK / KODE Izusu Bison TL Izusu NKR 66 Nikko BH 50 Cat MF516 Johndeer Johndeer Jacobsen Jacobsen Walless Stihl BG85 Stihl BG85 Stihl BG85 Stihl BG85 Stihl BG88 Stihl BG88 Stihl BG88 Stihl BG88 Cuci bola dynamo Stihl 066 Stihl 066 Stihl MS070 bar 1 meter Stihl FS85 bar gagang Stihl FS85 bar gagang Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Ransomes Jacobsen LF3400 Jacobsen LF3400 Jacobsen AR522 Rotary Johndeere 8800
UNIT PGH PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PGH I PGH II PGH I PGH II PGH I PGH I PGH I PGH II PGH II PGH I PGH I PGH II DRIVING DRIVING PGH I PGH II PGH I PGH I PGH II PGH I PGH I PGH I PGH I PGH I PGH II PGH II PGH II PGH II PGH II PGH I PGH II PGH II PGH I
SATUAN Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
JMLH 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
NOMOR KODE SERI AKM-IX-111-4-1 AKM-IX-111-4-2 AKM-IX-112-4-1 AKM-IX-113-4-1 AKM-IX-211-1-1 AKM-IX-211-2-1 AKM-IX-221-1-1 AKM-IX-221-2-1 AKM-IX-231-1-1 AKM-IX-241-1-1 AKM-IX-241-1-2 AKM-IX-241-2-1 AKM-IX-241-2-2 AKM-IX-242-1-1 AKM-IX-242-1-2 AKM-IX-242-2-1 AKM-IX-242-3-1 AKM-IX-251-3-1 AKM-IX-261-1-1 AKM-IX-261-2-1 AKM-IX-262-1-1 AKM-IX-263-1-1 AKM-IX-263-2-1 AKM-IX-271-1-1 AKM-IX-271-1-2 AKM-IX-271-1-3 AKM-IX-271-1-4 AKM-IX-271-1-5 AKM-IX-271-2-1 AKM-IX-271-2-2 AKM-IX-271-2-3 AKM-IX-271-2-4 AKM-IX-271-2-5 AKM-IX-272-1-1 AKM-IX-272-2-1 AKM-IX-273-2-1 AKM-IX-274-1-1
FUNGSI untuk angkut tanah pada renovasi lap untuk angkut tanah pada renovasi lap untuk menggali renovasi lap untuk merapikan dan meratakan lap melubangi green memberi hawa akar rumput melubangi green memberi hawa akar rumput menghembus sampah di fair way menghembus sampah di fair way memadatkan tanah meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box meniup sampah di green dan tee box mencuci bola di driving range memotong pohon yang mati/riskan roboh memotong pohon yang mati/riskan roboh memotong pangkal pohon yang besar memangkas ranting/cabang pohon pengganggu memangkas ranting/cabang pohon pengganggu memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang memotong fair way dengan bentuk bergaris memotong fair way dengan bentuk bergaris memotong rumput fair way/rumput bajang memotong rumput fair way/rumput bajang
117
118
118
Lampiran 11. (Lanjutan) 8
Green Mower
9
Lawn mower
10
Ridding mower
11
Shaft line
Johndeer PGM22 Johndeer PGM22 Johndeer PGM22 Johndeer PGM22 Johndeer PGM22 Johndeer 220SL Jacobsen 522A Jacobsen 522A Jacobsen 522A Victa utylity s 460 Victa utylity s 460 Victa utylity s460 Victa utylity s460 Victa utylity s460 Victa super S600 Victa super S600 Victa super S600 Victa super S600 Victa super S600 Rover easystar Rover easystar Rover easystar Rover easystar Rover easystar Rover easystar Rover easystar Rover easystar Jacobsen Treeking Jacobsen Treeking Jacobsen Treeking Jacobsen Treeking Johndeer Kubota G180 Kubota G180 Kubota G180 Rover rancher Stihl FS 85 Stihl FS 85
PGH I PGH I PGH II PGH II PGH II PGH II PGH I PGH I PGH II PGH I PGH I PGH II PGH II PGH II PGH I PGH I PGH I PGH I PGH II PGH I PGH I PGH I PGH II PGH II PGH II DRIVING DRIVING PGH I PGH I PGH II PGH II PGH II PGH I PGH II PGH II PGH II PGH I PGH II
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-281-1-1 AKM-IX-281-1-2 AKM-IX-281-2-1 AKM-IX-281-2-2 AKM-IX-281-2-3 AKM-IX-282-2-1 AKM-IX-283-1-1 AKM-IX-283-1-2 AKM-IX-283-2-1 AKM-IX-291-1-1 AKM-IX-291-1-2 AKM-IX-291-2-1 AKM-IX-291-2-2 AKM-IX-291-2-3 AKM-IX-292-1-1 AKM-IX-292-1-2 AKM-IX-292-1-3 AKM-IX-292-1-4 AKM-IX-292-2-1 AKM-IX-293-1-1 AKM-IX-293-1-2 AKM-IX-293-1-3 AKM-IX-293-2-1 AKM-IX-293-2-2 AKM-IX-293-2-3 AKM-IX-293-3-1 AKM-IX-293-3-2 AKM-IX-2101-1-1 AKM-IX-2101-1-2 AKM-IX-2101-2-1 AKM-IX-2101-2-2 AKM-IX-2102-2-1 AKM-IX-2103-1-1 AKM-IX-2103-2-1 AKM-IX-2103-2-2 AKM-IX-2104-2-1 AKM-IX-2111-1-1 AKM-IX-2111-2-1
memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput green memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput tee box dan rough/sela2 pohon memotong rumput antara fair way dan rough memotong rumput antara fair way dan rough memotong rumput antara fair way dan rough memotong rumput antara fair way dan rough memotong rumput rough/sela sela pohon memotong rumput rough/sela sela pohon memotong rumput rough/sela sela pohon memotong rumput rough/sela sela pohon memotong rumput rough/sela sela pohon memotong rumput pinggiran sprinkle memotong rumput pinggiran sprinkle
119
Lampiran 11. (Lanjutan) 12
Scrarifier
13 13 14
Shodcutter Shodcutter T Plex
15
Tractor
Stihl FR3000
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2121-1-1
Stihl FR3000
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2121-1-2
Stihl FR3000
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2121-1-3
Stihl FR3000
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2121-1-4
Stihl FR3000
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2121-1-5
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-1
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-2
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-3
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-4
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-5
Stihl FR3000
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2121-2-6
Tanaka 328
DRIVING
Unit
1
AKM-IX-2122-3-1
Tanaka 328
DRIVING
Unit
1
AKM-IX-2122-3-2
Ryan Ryan Jacobsen Greenking Ivplus Jacobsen Greenking Ivplus Jacobsen Greenking Ivplus Jacobsen Greenking Ivplus Kubota L3050
PGH I PGH II PGH I PGH I PGH II PGH II PGH I
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-2131-1-1 AKM-IX-2131-2-1 AKM-IX-2141-1-1 AKM-IX-2141-1-2 AKM-IX-2141-2-1 AKM-IX-2141-2-2 AKM-IX-2151-1-1
Kubota L3050
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2151-2-1
Kubota L3250
PGH I
Unit
1
AKM-IX-2152-1-1
Kubota MX5000 Kubota MX5000
PGH I PGH II
Unit Unit
1 1
AKM-IX-2153-1-1 AKM-IX-2153-2-1
memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon memotong rumput pinggiran pagar,w hazard dan pohon mengupas rumput yang untuk dan akan diganti mengupas rumput yang untuk dan akan diganti memotong rumput apron/pingiran green memotong rumput apron/pingiran green memotong rumput apron/pingiran green memotong rumput apron/pingiran green menarik gang mower ransomes potong rumput bajang menarik gang mower ransomes potong rumput bajang menarik gang mower ransomes potong rumput bajang menarik mesin hembus fair way menarik mesin hembus fair way
119
120 120
Lampiran 11. (Lanjutan) 16
Top dresser
17
Turf vacum
18 19
Vertydrain Vertycutter
20
Ranum
1
2
WB spening speder
Mobil jemputan
Mobil picup
3
Mobil truck
4
Mobil tanker
5
6
Mobil Sedan
Mobil minibus
Turfco Turfco Agree metal 4420 Agree metal 4420 Redexim Ryan
PGH I PGH II PGH I PGH II PGH I PGH I
Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1
AKM-IX-2161-1-1 AKM-IX-2161-2-1 AKM-IX-2171-1-1 AKM-IX-2171-2-1 AKM-IX-2181-1-1 AKM-IX-2191-1-1
menabur pasir di green dan tee box menabur pasir di green dan tee box mesin sedot sampah di rough/sela sela pohon mesin sedot sampah di rough/sela sela pohon melubangi green memberi hawa akar rumput mencacak rumput/mengemburkan green yang akan dipasir mencacak rumput/mengemburkan green yang akan dipasir menabur pupuk di green
Ryan
PGH II
Unit
1
AKM-IX-2191-2-1
Jhondeer
PGH I
Unit
1
Jhondeer
PGH II
Unit
1
Mitsubishi HIS L 300
PGH I
Unit
1
AKM-IX-21201-11 AKM-IX-21201-21 AKM-IX-311-1-1
Mitsubishi HIS L 300
PGH II
Unit
1
AKM-IX-311-2-1
Mitsubishi HIS L 300
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-311-4-1
Mitsubishi Colt T120ss B9653GI Mitsubishi Colt T120ss B9652GI Mitsubishi Colt putih T120ss B9602HI Suzuki Carry putih Toyota kijang B9161RW Toyota kijang B9160RW Toyota dyna B9641NT Toyota rino B9130NS Toyota kijang B9400YZ
PGH I
Unit
1
AKM-IX-321-1-1
mengantar dan menjemput pemain dilapangan pada kompetisi maupun keadaan darurat mengantar dan menjemput pemain dilapangan pada kompetisi maupun keadaan darurat mengantar dan menjemput pemain dilapangan pada kompetisi maupun keadaan darurat mengangkut sampah dan material dilapangan
PGH II
Unit
1
AKM-IX-321-2-1
mengangkut sampah dan material dilapangan
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-321-4-1
mengangkut sampah dan material dilapangan
DRIVING PGH I PGH II PGH I PGH II PGH I
Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1
AKM-IX-322-3-1 AKM-IX-323-1-1 AKM-IX-323-2-1 AKM-IX-331-1-1 AKM-IX-331-2-1 AKM-IX-341-1-1
Toyota kijang B9399YZ
PGH II
Unit
1
AKM-IX-341-2-1
Mitsubishi Lancer DOHC 1,8 abu2 B8672OM Toyota Vios Silver B8449NL Chevrolet Captiva 24LAT hitam B1343TKZ
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-351-4-1
mengangkut sampah dan material dilapangan mengangkut sampah dan material dilapangan mengangkut sampah dan material dilapangan mengangkut sampah dan material dilapangan mengangkut sampah dan material dilapangan menyiram, memupuk dan meracun green dan tee box menyiram, memupuk dan meracun green dan tee box kendaraan dinas
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-352-4-1
kendaraan dinas
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-361-4-1
kendaraan dinas
menabur pupuk di green
121
Lampiran 11. (Lanjutan)
7
Sepeda motor
Ransus
1
Par car Electrik
Stationer
1 1 2 2
Backlaper Backlaper Bor listrik Bor listrik
3
Compresor angin
Mitsubishi Kuda biru B8373TR Toyota Kijang merahB7972DZ Toyota Kijang merah B7973DZ Toyota Inova TG40GM hitam B1507TKY Honda Beat merah B3742 Honda CB100 B5080YV Honda GL100K B4093BF Honda supra fit coklat Honda supra fit coklat Honda Win hitam B4057KI Honda Win hitam B4090EI Honda Win hitam B6094TZD Honda Vario biru B6554 Suzuki Econos A100 hitam B4809U Ezgo merah TXT PDS Ezgo merah TXT PDS Ezgo hijau no 9 Ezgo hijau no 10 Ezgo biru TXT PDS Ezgo biru TXT PDS Yamaha Ivori Yamaha Ivori Neary Neary Tangan Makita Tangan RYU Tangan Mactec 811 Duduk Kafer 5 s Abac 7,5 pk
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-362-4-1
kendaraan dinas
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-363-4-1
kendaraan dinas
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-363-4-2
kendaraan dinas
PUSAT
Unit
1
AKM-IX-364-4-1
kendaraan dinas
PUSAT PGH I PGH I PGH I PGH II PGH II PUSAT PUSAT
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-371-4-1 AKM-IX-372-1-1 AKM-IX-373-1-1 AKM-IX-374-1-1 AKM-IX-374-2-1 AKM-IX-375-2-1 AKM-IX-375-4-1 AKM-IX-375-4-2
kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas kendaraan dinas
PUSAT PUSAT
Unit Unit
1 1
AKM-IX-376-4-1 AKM-IX-377-4-1
kendaraan dinas kendaraan dinas
PGH II PGH II PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PGH I PGH II PGH II PGH I PGH I PGH II PUSAT PUSAT PGH I
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-411-2-1 AKM-IX-411-2-2 AKM-IX-411-4-1 AKM-IX-411-4-2 AKM-IX-411-4-3 AKM-IX-411-4-4 AKM-IX-412-1-1 AKM-IX-412-2-1 AKM-IX-511-2-1 AKM-IX-511-1-1 AKM-IX-521-1-1 AKM-IX-521-2-1 AKM-IX-521-4-1 AKM-IX-522-4-1 AKM-IX-531-1-1
kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf kendaraan pegolf mengasah pisau dan cutting mesin green mengasah pisau dan cutting mesin green Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel semprot kotoran sepatu
Abac 7,5 pk Abac 7,5 pk Puma 7,5 pk
PGH II PGH II PGH I
Unit Unit Unit
1 1 1
AKM-IX-531-2-1 AKM-IX-531-2-2 AKM-IX-532-1-1
semprot kotoran sepatu semprot kotoran sepatu semprot kotoran sepatu
121
122 122
Lampiran 11. (Lanjutan)
4 5
Charger Gurinda listrik
6
Generator
7
Las
8
Meja setting
9
Travo
Sumber: Kepala Bagian Pengadaan Alat
Shark 1/2HP Shark 2HP Swan 1 pk Champion Tangan Makita Tangan Hitachi Tangan Mactec 410 pot keramic Mercy 100 kva Mercy 500 kva Diesel Kubota Listrik Panasonic Tabung O2+Acitylin Besi Besi Unindo 400 kva Unindo 600 kva
PGH II PGH II PUSAT PUSAT PGH I PGH II PUSAT
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-533-2-1 AKM-IX-533-2-2 AKM-IX-534-4-1 AKM-IX-541-4-1 AKM-IX-551-1-1 AKM-IX-551-2-1 AKM-IX-551-4-1
Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel
PGH II PUSAT PUSAT PUSAT PUSAT PGH I PGH II PGH II PUSAT
Unit Unit Unit Unit Set Buah Buah Unit Unit
1 1 1 1 1 1 1 1 1
AKM-IX-561-2-1 AKM-IX-561-4-1 AKM-IX-571-4-1 AKM-IX-572-4-1 AKM-IX-573-4-1 AKM-IX-581-1-1 AKM-IX-581-2-1 AKM-IX-591-2-1 AKM-IX-591-4-1
Diesel/listrik Diesel/listrik Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Pal/Bengkel Diesel/listrik Diesel/listrik
123
Lampiran 12. Persentase Rencana Anggaran Biaya Pendapatan PGH Tahun 2012 Uraian Deskripsi Biaya Biaya Karyawan Administrasi / Umum Peralatan Kantor Pajak (Bumi dan Bangunan, Kendaraan Bermotor) BBM, Fuel & Lubricants Listrik Biaya Bahan Pemeliharaan Lapangan (Pupuk, Pasir, Pestisida) Renovasi Lapangan Golf Biaya Perawatan Mesin Biaya Pemeliharaan Bangunan dan Renovasi (Prasarana, Fasilitas, Utilitas) Biaya Pengadaan Alat dan Mesin Lain-lain Total Sumber: Kepala Urusan Rencana Keuangan Lapangan
Jumlah dari Total Biaya per Tahun (%) 15 5 4 8 10 4 9 16 5 11 12 1 100
*Perkiraan Pendapatan Total PGH per Tahun Berdasarkan Perhitungan Jumlah Pengunjung: Rp. 38.037.590.000,00 *Perhitungan Perkiraan Tiap Persen per Tahun: Rp. 380.375.900
124
Lampiran 13. Data Rencana Kebutuhan Material di PGH 1. Pupuk Green Keperluan untuk 36 green dan 4 practice green 1,5 kg/green/2 minggu 1440 kg/PGH I dan PGH II/tahun Tee box Keperluan untuk 72 tee box (PGH I dan PGH II aplikasi 1xsebulan) 1,25 kg NPK/tee box/bulan 45 kg NPK/36 tee box/bulan 1080 kg NPK/72 tee box/tahun Apron Keperluan untuk 36 apron (PGH I dan PGH II, aplikasi 1x sebulan) 2,5 kg NPK/apron/bulan 90 kg NPK/36 apron/bulan 1080 kg NPK/36 apron/tahun Lanskap area nonpermainan 300 kg NPK/tahun 2. Pestisida (dengan merek dagang saat kegiatan magang berlangsung) Furadan 3G Dosis anjuran : 30 – 70 kg/ha 4 kg Furadan/500m2/bulan 144 kg Furadan/PGH I dan PGH II/bulan 1728 kg Furadan/PGH I dan PGH II/tahun Dithane M45 Dosis anjuran : 2 kg/1000 liter air/ha. Sama dengan 100 gram/green Tindakan kuratif = 100 gram/green/2 minggu 43200 gram/PGH I dan PGH II/6 bulan Tindakan preventif = 100 gram/green/bulan 21600 gram/PGH I dan PGH II/6 bulan Decis 25 EC Dosis anjuran : 0,35 ml/liter air Tindakan kuratif = 1400 ml/PGH I dan PGH II/2 minggu 33600 ml/PGH I dan PGH II/6 bulan Tindakan preventif = 1400 ml/PGH I dan PGH II/bulan 16800 ml/PGH I dan PGH II/6 bulan
125
Lampiran 13. (Lanjutan)
3. Pasir a. Pasir 0,2 mesh 1. Top dressing green 1,5 m3 tiap green dilakukan 2x dalam setahun 120 m3/PGH I dan PGH II/tahun 2. Verticut green 1 m3 tiap green dengan 1x aplikasi, dilakukan 3x dalam setahun 120 m3/PGH I dan PGH II/tahun 3. Aerator 1,5 m3 tiap green dengan 2x aplikasi dilakukan 2x dalam setahun 240 m3/PGH I dan PGH II/tahun b. Pasir 0,5 mesh Keperluan untuk top dressing tee box dan divot fairway yang dilakukan secara manual oleh caddie = 700 m3/PGH I dan PGH II/tahun
126
Lampiran 14. Contoh Surat Izin Cuti
127
Lampiran 15. Contoh Surat Teguran
128
Lampiran 16. Contoh Surat Lembur
129
Lampiran 16. (Lanjutan)
130
Lampiran 16. (Lanjutan)
131
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Bobot Faktor Internal dan Eksternal No
Faktor Internal
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Kekuatan Padang Golf Halim merupakan 1. lapangan golf yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan 2. permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee yang tergolong 3. murah. Terdapat vegetasi dan satwa yang 4. langka ditemui di tengah kota. Kelemahan Kondisi fasilitas masih kurang 1. terpelihara dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi 2. PGH. SDM masih kurang efektif dalam 3. bekerja. Pemeliharaan terhadap taman-taman 4. di dalam PGH masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH 5. I tidak ada. Jumlah Rata-rata
No
Faktor Eksternal
Peluang 1. Aksesibilitas yang mudah dijangkau, bahkan tidak hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerahdaerah di sekitar Jakarta. 2. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI. Ancaman 1. Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena mempunyai desain lebih modern. 2. Terdapat isu mengenai pengambil alihan kepemilikan PGH menjadi milik swasta. Jumlah Rata-rata
2
3
3,33
0.11
1
2
3
3,67
0.12
3
3
4,00
0.13
3
2,33
0.07
1
3
3,33
0.11
3
3
4,00
0.13
1
1
3
3,00
0.10
1
2
3
3,67
0.12
2
1
3
3,33
0.11
30,67
1.00
Jumlah Responden
Ratarata
Bobot
3
4,00
0.36
3
1,67
0.15
3
3
3,00
0.27
1
3
2,33
0.22
11,00
1.00
1
3
2
2
Bobot
1
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
1
Ratarata
2
2
1
Jumlah Responden
132
Lampiran 18. Perhitungan Peringkat Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal No
Faktor Internal
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Kekuatan 1. Padang Golf Halim merupakan
2.
3. 4.
2. 3. 4. 5.
terpelihara dengan baik. Banyak sampah berasal dari vegetasi PGH. SDM masih kurang efektif dalam bekerja. Pemeliharaan terhadap taman-taman di dalam PGH masih minim. Jalur sirkulasi untuk golf cart di PGH I tidak ada.
Ratarata
3
3,00
3
3
4,00
1
3
3,33
3
3,00
3
lapangan golf yang didalamnya terdapat ribuan pohon dan dapat dikategorikan sebagai ruang terbuka hijau di tengah kota Jakarta. Padang Golf Halim memiliki caddie yang sangat berpengalaman dan memahami tata cara dan peraturan permainan golf, sehingga sangat membantu pemain yang masih amatir dalam bermain golf. Harga green fee yang tergolong murah. Terdapat vegetasi dan satwa yang langka ditemui di tengah kota.
Kelemahan Kondisi fasilitas masih kurang 1.
Jumlah Responden
2 3
1
3
1,67
3
3
2,00
1
3
1,33
3
3
2,00
2
3
1,67
2
2
1
Faktor Eksternal No
Faktor Eksternal
Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Jumlah Responden
Ratarata
Peluang 1.
2.
Aksesibilitas yang mudah dijangkau, bahkan tidak hanya untuk daerah Jakarta saja, tetapi juga untuk daerahdaerah di sekitar Jakarta. Padang Golf Halim merupakan sarana bermain golf yang dimainkan oleh sejumlah pejabat negara, bahkan hingga presiden RI.
1
2
1
3
2,33
1
1
3
2,00
3
3
3,00
2
3
2,67
Ancaman 1. 2.
Lapangan golf lain menjadi kompetitor karena mempunyai desain lebih modern. Terdapat isu mengenai pengambil alihan kepemilikan PGH menjadi milik swasta.
1
161
Lampiran 19. Rencana Jadwal Pemeliharaan Padang Golf Halim Tahun 2012
Note: Penjadwalan kegiayan Maintenance dapat berubah disesuaikan dengan situasi dan kondisi lapangan
Jakarta, Januari 2012 Manager Operasi
Djumadi AR
133
162 134
Lampiran 20. Contoh Jadwal Pemeliharaan Area Nonpermainan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kegiatan Pembersihan / Penyapuan Penyiraman Pemangkasan Tanaman Semak Penyiangan Terhadap Gulma Pemupukan Tanaman Penyemprotan Pestisida Penggemburan Tanah Penyulaman / Perbaikan Tanaman yang Mati Renovasi Taman
Harian
Mingguan
Dua Mingguan
Bulanan
Tiga Bulanan
Semesteran
Tahunan
Insidental
137
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 November 1990. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Eddy Iman Haryono dan Endang Sri Handradjati. Penulis memiliki riwayat pendidikan formal yang dimulai pada tahun 1995 di TK Yudha, Bekasi. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Jati Kramat 07, Bekasi. Kemudian, pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi di SMP-IT Iqro’, Bekasi. Pada tahun 2005 melanjutkan ke SMAN 113 Lubang Buaya, Jakarta Timur, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Departemen Arsitektur Laskap, Fakultas Pertanian. Selama masa pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi berikut: 1. periode 2008-2009, Divisi Fund Rising IKMT (Ikatan Keluarga Muslim TPB); 2. periode 2009-2010, Divisi Corporate Social and Responsibility (CSR) BEM Fakultas Pertanian IPB; 3. periode 2010-2011, Badan Pengawas Himpro Divisi Fund Rising Himaskap (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap). Penulis sempat menjadi asisten dosen Konstruksi Bangunan dan Taman pada Tahun Ajaran 2012-2013.