FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 63-67
63
Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Ekonomi Regional Jawa Timur Tan Serlinda Deltania Alatan dan Sautma Ronni Basana Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected] Abstrak - Penelitian ini ingin melihat pengaruh dari kredit perbankan yang dibagi menjadi 9 sektor ekonomi dengan variabel kontrol BI Rate terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Jawa Timur. Dalam penelitian ini, tingkat pertumbuhan ekonomi di proxy kan terhadap PDRB riil Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Penelitian ini menggunakan data seluruh kredit sektor ekonomi yang konsisten 2002-2013. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tidak seluruh sektor ekonomi di Jawa Timur signifikan dan memberikan pengaruh positif terhadap PDRB. Namun secara bersama-sama penelitian ini berhasil menunjukan bahwa kredit sektor ekonomi dan BI Rate berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Kata Kunci- Bank, Kredit Produktif, Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga
Pembangunan
Abstract - This study is conducted to see the effect of bank credit, which is classified into 9 economic sectors, to East Java Economic Growth using BI Rate as control variable. In this study, economic growth rate is proxied by real East Java Gross Domestic Regional Product. The method used is Ordinary Least Square (OLS). By using data from 2002-2013, it is found that not all economic sectors credit are statistically significant and positively affecting Gross Domestic Regional Product. On the other hand, this study finds that bank credit and BI rate simultaneously affecting economic growth rate in East Java. Keyword- Banking, Economic Growth, Productive Credit, Rate
Development,
Economic
1. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita (Irawan, 2002) Setiap pembangunan ekonomi diharapkan dapat berpengaruh dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan total output dalam perekonomian yang didefinisikan oleh beberapa ekonom sebagai peningkatan GDP (Gross Domestic Product) riil per kapita (Case & Fair, 2006). Negara Indonesia memiliki GDP per kapita sebesar $868.345.645.449 pada tahun 2013 (The World Bank), dibandingkan dengan tahun 2012 GDP Indonesia mengalami peningkatan sebesar 5,8% (The World Bank). Dalam tingkat pertumbuhan tersebut, kawasan Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar terhadap perekonomian nasional, provinsi-provinsi yang memberikan sumbangan terbesar adalah DKI Jakarta 16,76 persen, Jawa Timur 15,17 persen, dan Jawa Barat 14,34 persen (BPS,2014). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah penjumlahan dari seluruh nilai tambah bruto barang dan jasa yang dihasilkan dari berbagai aktivitas ekonomi diseluruh
daerah dalam periode waktu tertentu, tanpa memperhatikan status kepemilikan (Irawan & Soeparmoko, 2002). Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi atau peningkatan PDRB antara lain : penduduk dan tenaga kerja, kapital, sumber daya alam, dan teknologi (Irawan & Soeparmoko, 2002), namun menurut Mankiw (2003) kapital atau modal merupakan sumber utama dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Akapansung dan Babalola (2009) bahwa dengan meningkatnya kredit dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Nigeria. Dalam suatu sistem ekonomi modern, perbankan memiliki peran strategis dalam perekonomian suatu negara (Suta & Musa, 2003). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dan membantu memperluas kesempatan kerja pada bulan Desember 1973 pemerintah mulai memperkenalkan kredit komersial (Suyatno, Sukada, Chalik, Ananda, & Marala, 1995) dan untuk menjalankannya, bank mengalirkan modal ke dalam perekonomian, sehingga tidak ada perekonomian yang mampu berkembang tanpa adanya peranan bank. Dalam penelitian sebelumnya, suku bunga kredit juga dapat mempengaruhi peningkatan kredit (Bayoumi & Melander, 2008), oleh karena itu penelitian ini menggunakan tingkat suku bunga sebagai variabel kontrol. Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini ditujukan untuk melihat pengaruh pertumbuhan kredit sektor ekonomi dan tingkat suku bunga secara bersama-sama dan juga parsial terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. 2. TEORI PENUNJANG Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa (Irawan, 2002). Meier mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang (Meier, 2005). Pembangunan ekonomi nasional berbeda dengan pembangunan ekonomi regional. Pembangunan ekonomi nasional merupakan pembangunan ekonomi yang dilakukan secara menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan pembangunan ekonomi regional merupakan pembangunan ekonomi yang dijalankan daerahnya sendiri karena memiliki otonomi dan wewenangnya sendiri. Pertumbuhan Ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (Sukirno, 2006). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 63-67 penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara. Untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi regional, salah satu indikator yang sering digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Bruto merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar, PDRB atas haga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga (Bank Indonesia, 2014). Lembaga perbankan, mulai masuk di Indonesia pada tahun 1926 pada masa penjajahan Hindia Belanda. Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara debitur dan kreditur dana (Santoso, 1993). Saat ini, fungsi utama perbankan Indonesia ialah sebagai penghimpun dana, penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak (Bank Indonesia, 2011). Dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dan membantu memperluas kesempatan kerja pada bulan Desember 1973 pemerintah mulai memperkenalkan kredit komersial (Suyatno, Sukada, Chalik, Ananda, & Marala, 1995). Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain, dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Kredit komersial adalah kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada suatu perusahaan atau perorangan untuk tujuan komersil. Kredit komersial ini merupakan suatu kredit yang berperan penting dalam perputaran bank umum. Para debitur atau peminjam terdiri atas badan usaha yang bergerak di bidang dan skala usaha yang menggunakan kredit perbankan tersebut untuk membiayai kebutuhan modal kerja dan investasi perusahaan. Di Indonesia, kredit komersil berdasarkan sektor usaha terbagi dalam 9 sektor ekonomi. Sembilan sektor tersebut adalah : (Bank Indonesia, 2014) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor pertanian. Sektor pertambangan. Sektor pengolahan. Sektor listrik, gas, dan air. Sektor kontruksi. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel. Sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi. Sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan. Sektor jasa-jasa.
64 Bank Indonesia selaku pengambil kebijakan moneter bertugas untuk mengatur laju inflasi dan juga jumlah uang beredar, dan untuk menjalankan tugasnya, Bank Indonesia menggunakan BI rate yang dianggap lebih fleksibel dan dapat menjadi suku bunga acuan kredit dan mengendalikan jumlah uang beredar (Putra, 2009). Case dan Fair (2001) mendefiniskan suku bunga sebagai pembayaran bunga dari suatu pinjaman, dalam bentuk presentase pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima dibagi dengan jumlah pinjaman. Berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini:
Gambar 1. Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan serta kerangka berpikir yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Hipotesis 1 : Pertumbuhan kredit sektor ekonomi (pertanian, pertambangan, pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; restoran; dan hotel, pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi) dan tingkat suku bunga secara pasrsial berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Hipotesis 2 : Pertumbuhan kredit sektor ekonomi (pertanian, pertambangan, pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; restoran; dan hotel, pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi) dan tingkat suku bunga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebabakibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen namun dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab (Suryabrata, 2003). Populasi penelitian ini menggunakan data kredit berdasarkan sektor lapangan usaha yang terdapat di Bank Indonesia periode 2005 hingga 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dari sumber data dengan pertimbangan tertentu dan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan (Sugiyono, 2009). Kriteria yang harus dipenuhi dalam
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 63-67
65
pengambilan sampel penelitian ini adalah kredit sektor ekonomi konsisten ada pada tahun 2005 hingga 2013.
Setelah memperoleh model hasil OLS, maka selanjutnya peneliti akan menjalankan uji hipotesa menggunakan uji F sekaligus uji t.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah: 1) Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian, dengan indikator empirik :
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN (1)
2) Pertumbuhan Kredit Sektor Pertambangan, dengan endikator empirik : (2) 3) Pertumbuhan Kredit Sektor Pengolahan, indikator empirik : (3) 4) Pertumbuhan Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air, dengan indikator empirik : (4) 5) Pertumbuhan Kredit Sektor Konstruksi, dengan indikator empirik : (5) 6) Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel, dengan indikator empirik : (6) 7) Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan, Pergudangan, dan Komunikasi, dengan indikator empirik: (7) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah suku bunga, yang di proxy kan dengan BI Rate Variabel dependen dalam penelitian ini adalah PDRB, dengan indikator empirik : (8)
Populasi dalam penelitian adalah kredit sektor ekonomi yang dilaporkan oleh Bank Indonesia dari tahun 2005 hingga tahun 2013. Dalam tahun penelitian, jumlah sektor ekonomi yang dilaporkan terjadi beberapa perubahan jumlah dan juga jenis sektor ekonomi yang ada. Pada tahun 2005, BI (2005) melaporkan 10 (sepuluh). Kemudian pada tahun 2007 jumlah sektor ekonomi yang dilaporkan oleh Bank Indonesia meningkat menjadi sebelas sektor. Sepuluh jenis sektor ekonomi yang dilaporkan pada tahun 2007 merupakan sektor yang sama dengan sektor yang dilaporkan pada tahun 2005, namun pada tahun 2007 Bank Indonesia melaporkan adanya sektor jasa-jasa. Tahun 2010, jumlah sektor ekonomi di Indonesia berkurang menjadi sembilan sektor. Pada periode tersebut, terjadi pengurangan dan penggantian sektor ekonomi. Kesembilan sektor tersebut antara lain: pertanian, pertambangan, pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; restoran; dan hotel, pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi, jasa-jasa, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sehingga penelitian ini menggunakan sampel 7 (tujuh) sektor ekonomi yang terus konsisten ada, yaitu sektor pertanian, pertambangan, pengolahan, listrik; gas; dan air, konstruksi, perdagangan; restoran; dan hotel, pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi. Agar penelitian memberikan hasil yang konsisten, akurat dan dapat diandalkan, seluruh data yang digunakan harus memenuhi uji asumsi klasik, yaitu normalitas, heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Hasil dari regresi OLS adalah sebagai berikut :
Model Model regresi OLS: (9)
(Constant) PKSTN PKSTM PKSOH
Dimana: PDRB PKSTN PKSTM PKSOH PKSLGA PKSKT PKSPRH
: Produk Domestik Regional Bruto : Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian : Pertumbuhan Kredit Sektor Pertambangan : Pertumbuhan Kredit Sektor Pengolahan : Pertumbuhan Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air : Pertumbuhan Kredit Sektor Konstruksi : Pertumbuhan Kredit Sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel PKSPPK : Pertumbuhan Kredit Sektor Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi BIR : BI Rate : Error
PKSLGA PKSKT PKSPRH PKSPPK BIR R -squared Adj R-squared
Tabel 1. Hasil Uji Regresi OLS Unstandardized Coefficients Sig. Keterangan B 7.001 .000 .032 .023 Signifikan Tidak -.114 .274 Signifikan .523 .009 Signifikan Tidak -.002 .925 Signifikan -.438 .000 Signifikan Tidak .061 .696 Signifikan Tidak -.159 .295 Signifikan -3.304 .000 Signifikan .798 .738
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 63-67
66
Persamaan dari regresi sebagai berikut :
yang membutuhkan modal besar dan resiko yang tinggi (Ukar Wijaya Soelistijo, Wibowo, & Wibawa, 2012)
(10) Derajat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5% dan berdasarkan hasil dari tabel 1, sektor pertambangan; listrik, gas, dan air; sektor perdagangan, restoran, dan hotel; serta sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi memiliki signifikansi diatas 5% yang berarti terima H0 dan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Sektor pertanian, pengolahan, variabel independen lainnya, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor pengolahan, dan sektor konstruksi dan variabel kontrol BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB. 1) Sektor Pertanian Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit sektor pertanian berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kredit pertanian yang dikucurkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Hal ini disebabkan 20% dari wilayah Jawa Timur merupakan wilayah pertanian. Kredit pertanian memiliki peranan yang penting dalam mendorong pelaksanaan program pertanian di Indonesia. Sejarah kredit pertanian diawali dengan adanya program Padi Sentra pada tahun 1963 dan dilanjutkan dengan program Bimas Gotong Royong. Pada tahun 1985, program kredit Bimas diganti menjadi KUT (Kredit Usaha Tani). Tujuan diadakannya kredit usaha tani yaitu untuk membantu petani dalam rangka meningkatkan produksi pangan khusunya padi dan palawija (Afif, 1993). Menurut Sulistyawardahni (2000), kredit usaha tani diberikan untuk menutup biaya penggarapan lahan, pembelian bibit padi, pembelian peralatan pertanian, dan penyewaan atau pembelian sawah dan ternak dan sebagainya yang berkaitan dengan usaha tani. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mukhopadhay dan Pradhan (2010) bahwa kredit sektor pertanian diperlukan oleh negara berkenmbang, karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling dominan dalam negara berkembang. 2) Sektor Pertambangan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit sektor pertambangan tidak berpengaruh signifikan pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Hal ini disebabkan sektor pertambangan memiliki risiko yang tinggi serta sejak akhir tahun 2012, lembaga perbankan di Indonesia mengurangi kucuran dana kredit terhadap sektor pertambangan (Kontan, 2014). Hal tersebut dilakukan karena harga batu bara mengalami penurunan, serta adanya kebijakan pemerintah yang membatasi ekspor melalui undang-undang pertambangan mineral dan batu bara. Dalam penelitian sebelumnya, sektor pertambangan merupakan sektor terkecil yang menimbulkan efek penggandaan, karena sektor pertambangan merupakan sektor
3) Sektor Pengolahan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit sektor pengolahan berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor industri. Hal ini didukung oleh pernyataan yang diberikan oleh Presiden Direktur BCA, Jahja Setiatmadja “Sampai saat ini BCA hampir tidak ada penyaluran kredit ke sektor pertambangan, karena menurut kami sektor pertambangan mempunyai resiko tinggi dan harga barang tambang selalu berfluktuasi. Kami memilih banyak menyalurkan kredit ke sektor industri pengolahan” (Tribunews, 2014). Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari (2013) bahwa industri pengolahan merupakan sektor primadona Indonesia. 4) Sektor Listrik, Gas, dan Air Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit pada sektor listrik, gas dan air tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian kecil non PLN. Produksi gas dihasilkan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) dan air dihasilkan oleh perusahaan Air Minum (PAM). Baik PLN, PGN, dan PAM merupakan perusahaan yang dimiliki oleh negara, sehingga sebagian besar dana yang dibutuhkan dibiayai oleh negara (Pembiayaan Energi Terbarukan: Solusi Atas Membengkaknya Subsidi Energi ), sehingga keputusan akan pengajuan kredit kemungkinan besar berpusat di ibukota. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa peningkatan kredit sektor listrik, gas, dan air di Indonesia berpengaruh signifikan terhadap peningkatan GDP di Indonesia (Kurnia, 2013). 5) Sektor Konstruksi Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit sektor konstruksi berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi kredit yang diberikan pada sektor konstruksi, maka pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur akan mengalami penurunan. Hal ini dapat dijelaskan melalui ketidak liquid-an sektor kosntruksi. Selain itu dari seluruh sektor ekonomi yang ada, sektor konstruksi merupakan sektor yang membutuhkan waktu yang paling lama, baik dalam proses pembangunan dan penjualan. Hasil penelitian ini didukung oleh Timsina (2014) bahwa sektor konstruksi membutuhkan beberapa penyesuaian agar dapat berpengaruh positif dalam pertumbuhan ekonomi, karena sektor konstruksi memiliki trend-nya tersendiri. 6) Sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel Dari hasil Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pertumbuhan kredit perdagangan, restoran, dan hotel tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Hal ini dapat dijelaskan melalui adanya jenis kredit usaha lain di Indonesia. TNP2K (2014) menyebutkan bahwa kredit sektor perdagangan, restoran,
FINESTA Vol. 3, No. 1, (2015) 63-67
67
dan hotel mendapatkan kontribusi kredit terbesar dalam Kredit Usaha Rakyat (KUR), sehingga, peningkatan kredit perdagangan, restoran, dan hotel tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur.
Fisman, R., & Love, I. (2003). Trade Credit, Financial Intermediary Development, and Industry Growth. Journal of Finance , 353-374.
7) Sektor Pengangkutan, Pergudangan, dan Komunikasi Dari hasil penelitian ditunjukan bahwa pertumbuhan kredit sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. Gaikindo (2012) menemukan bahwa penggunaan kredit otomotif yang ada di Jawa Timur sebagian besar didominasi oleh kredit konsumtif kendaraan bermotor. Sehingga, peningkatan kredit pada sektor pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur.
Kurniasari, W. (2012). Analisis Pengaruh Kredit Perbankan Dan Tenaga Kerja .
5. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian menggunakan metode OLS, untuk mengetahui signifikansi dari peningkatan kredit sektor pertanian, pertambangan, pengolahan, listri; gas; dan air, konstruksi, perdangangan; restoran; dan hotel; pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi dan BI rate terhadap Produk Domestik Regional Jawa Timur maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara parsial pertumbuhan kredit sektor pertanian, pengolahan, konstruksi dan BI Rate berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur, sedangkan pertumbuhan kredit sektor pertambangan, listrik; gas; dan air, perdagangan; restoran; dan hotel, pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. 2. Pertumbuhan kredit sektor pertanian, pertambangan, pengolahan, listri; gas; dan air, konstruksi, perdangangan; restoran; dan hotel; pengangkutan; pergudangan; dan komunikasi dan BI rate berpengaruh secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi regional Jawa Timur. DAFTAR PUSTAKA Akapansung, A. O. Dan Babalola, S. J. (2009). Banking Sector Credit and Economic Growth in Nigeria : An Empirical Investigation. CBN Journal of Applied Statistics.Retrieved from http://www.cenbank.org Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. (2014). Produk Domestik regional Bruto Provinsi Jawa Timur 2009-2013. Badan Pusat Statistik. Bank Indonesia. (n.d.). Bank Indonesia. Retrieved November 17, 2014, from Bank Indonesia: http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/penjelasan/Contents/Default.aspx Bank Indonesia. (2011). Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur Triwulan IV - 2011. BI. Bayoumi, T., & Melander, O. (2008). Empirical Evidence on U.S. Macro-Financial Linkages. IMF Working Paper . Case, E. K. dan Fair, C. R. (2006). Prinsip-Prinsip Ekonomi (8th ed). Jakarta: Erlangga.
Irawan dan Suparmoko, M. (2002). Ekonomika Pembangunan (6th ed). Yogyakarta: BPFE.
Meier, S. (2005). How Global is Good Corporate Governance. Ethical Investment Research Services. Retrieved from http://www.eiris.org Mukhopadhay, & Pradhan. (2010). An Investigation of the Finance-Growth Nexus: Study of Asian Developing Countries Using Multivariate VAR Model. I , 134-140. Rodrigue, J.-P., & Theo, N. (2013). Transportation and Economic Development 3rd edition . New York: Routledge. The World Bank. (n.d.). The World Bank. Retrieved November 11, 2014, from The The World Bank. (n.d.). The World Bank. Retrieved November 11, 2014, from The World Bank: http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD Santoso, R. T. (1993) Mengenal Dunia Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Sukirno, Sadono. (2006). Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Suta, I.P. G. A. dan Musa, S. (2003). BPPN. Jakarta: Satria Bhakti. Suyatno, T., Sukada, M., Chalik, Ananda, T. Y., & Marala, D. (1995). Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Keempat. In T. Suyatno, M. Sukada, Chalik, T. Y. Ananda, & D. Marala, Dasar-Dasar Perkreditan Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Timsina, N. (2014). Impact of Bank Credit on Economic Growth in Nepal. NRB Working Paper No. 22 . TribuNews. (2014, April 2). BCA Sedikit Beri Kredit Sektor Pertambangan. Retrieved December 4, 2014, from TribuNews. Ukar Wijaya Soelistijo, U. W., Wibowo, A. P., & Wibawa, H. (2012). Peranan Subsektor Pertambangan Mineral. Undang-Undang Republik Indonesia . (1992). Indonesia