ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH INVESTASI, MODAL MANUSIA, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
JOKO PRASETIO 041111070 EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KATA PENGANTAR Tiada kata yang pantas diucapkan selain puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada saya sehingga pada akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Investasi, Modal Manusia, dan Infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Timur” sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Meskipun begitu terdapat beberapa hambatan dalam penulisan baik yang berasal dari faktor eksternal maupun internal, namun karena dukungan dari banyak pihak, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan upaya maksimal yang dapat saya lakukan. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan dukungan. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Keluarga saya, Ibu dan Bapak yang senantiasa memberikan dukungan baik moral dan material, serta saudara-saudara saya: Mbak Ningsih dan
Mbak
Istiana
yang
selalu
mengingatkan
setiap
saat,
membangkitkan semangat dalam segala hal. Terima kasih atas doanya. 2. Bapak Bambang Eko Afiatno selaku dosen pembimbing yang tidak hanya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada saya namun juga memberikan kesempatan pada saya untuk belajar tentang banyak hal khususnya mengenai ilmu ekonomi. v
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3. Dr. Muryani, SE., M.Si., MEMD selaku Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair). 4. Ni Made Sukartini, SE., M.Si., MIDEC dan Rossanto Dwi Handoyo SE., M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan FEB Unair. 5. Prof. Dr.Hj. Dian Agustia, SE.,M.Si.,Ak.selaku Dekan FEB Unair. 6. Dr. Rudi Purwono, SE., MSE. selaku Wakil Dekan I, Achmad Solihin, SE., M.Si. selaku Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan, serta jajaran staf/pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga: Bapak Soesanto (Unit Sistem Informasi), Bapak Anang (Bagian Sarpras), Bu Luluk (Kasubbag. Akademik), Tim Kemahasiswaan yang terdiri dari Bu Sri Mulyani, Bapak Taufiq, Pak Wiji, dan Mbak Indi yang telah banyak membantu saya selama menyandang status mahasiswa, menjadi teman diskusi, dan senantiasa memotivasi saya untuk segera menyelesaikan studi. 7. Dr. Nurul Istifadah, SE., M.Si. selaku dosen yang selalu memotifasi dan menginspirasi saya selama menjalani studi di Universitas Airlangga. 8. Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB Unair serta staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama saya menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
vi SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9. Jajaran pejabat dan staf di Rektorat yang telah membantu dan mendampingi saya selama menjadi ‘aktivis kampus’. Mohon maaf jika saya sering merepotkan dan membuat ‘ulah’. 10. Teman-teman LPEP khususnya para asisten peneliti ‘BEA Schooling’: Mas Daniel, Mas Pongo, Ganda, Raka, Mbak Dewi, Mbak Karina yang membantu saya dalam banyak hal dan menemani saya setiap bimbingan. 11. Teman-teman perjuangan dari Magetan dulur saklawase (Alumni SMA Negeri 1 Magetan), sahabat yang selalu memotivasi saya untuk segera menyelesaikan studi S1 agar bisa segera melanjutkan studi S2. 12. Teman-teman di MoSAIC FEB 2011-2012, BEM FEB Unair 20112013, BEM Unair 2014, Komunitas Kampus Peduli, KAMMI Airlangga 2011-2013, Ekonomi Pembangunan angkatan 2011 yang membersamai saya dalam berorganisasi, bersosialisasi, berkontribusi untuk lingkungan, dan mewarnai hari-hari saya. 13. Pihak-pihak yang sudah membantu namun tidak dapat saya sebutkan seluruhnya, dan pihak-pihak yang membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat. Surabaya, ………………… Penulis
vii SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN DAFTAR No. : ………………………………...
ABSTRAK SKRIPSI SARJANA EKONOMI NAMA : JOKO PRASETIO NIM : 041111070 TAHUN PENYUSUNAN : 2016
JUDUL : PENGARUH INVESTASI, MODAL MANUSIA, DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI JAWA TIMUR ISI
:
Jawa Timur merupakan Provinsi yang memberikan kontribusi dua per tiga ekonomi Indonesia. Kualitas infrastruktur dan kualitas sumberdaya manusia (IPM) Jawa Timur masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan investasi, modal manusia (pendidikan dan kesehatan), dan infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur. Pendekatan yang digunakan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat elastisitas variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Hasil analisis menunjukan setiap ada perubahan 1% pada variabel manusia menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,07% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel investasi menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,36% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel infrastruktur menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,81% dimana variabel lain dianggap tetap; dan jika tidak ada perubahan terhadap variabel modal manusia, investasi, dan infrastruktur maka akan terjadi perubahan PDRB sebesar 2,47% (variabel diluar model). Kata Kunci: Jawa Timur, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Investasi, Modal Manusia, dan Infrastruktur. viii SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTMENT OF NATIONAL EDUCATION FACULTY OF ECONOMICS AND BUSINESS OF AIRLANGGA UNIVERSITY STUDY PROGRAMME : DEVELOPMENT ECONOMICS LIST No. : ………………………………...
ABSTRACT THESIS OF ECONOMICS BACHELOR NAME : JOKO PRASETIO NIM : 041111070 YEAR OF DISPOSITION : 2016
TITTLE : THE EFFECT OF INVESTMENT, HUMAN RESOURCES, AND INFRASTRUCTURE TOWARD GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT OF EAST JAVA PROVINCE TEXT
: East Java is known as a province which gives two third of Indonesia’s economy activities. However, the quality of its infrastructure and human resources are still categorized at the weak point. This study is aimed to analyze the effect of investment, human resources (education and health) and infrastructure toward Gross Regional Domestic Product (GRDP) of East Java Province. In this study, the researcher happens to use an approach which is basically using the Ordinary Least Square (OLS) method to seek the elasticity of independent variable toward dependent variable. The result shows that in every 1% change of human resources variable, it causes GRDP turning up to 0,07% where the other variables are assumed to be constant; 1% change of investment variable, it causes GRDP turning up to 0,36% where the other variables are assumed to be constant; 1% change of infrastructure variable, it causes GRDP turning up to 0,81% where the other variables are assumed to be constant: and if there is no change toward human resources, investment and infrastructure variable therefore there will be a change toward GRDP up to 2,47% (the variable is outside from the model).
Keywords: East Java, Gross Regional Domestic Product (GRDP), Investment, Human Resources, and Infrastructure. ix SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI SKRIPSI .................................................................................................................. ii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................ iii DECLARATION ..................................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................ v ABSTRAK SKRIPSI SARJANA EKONOMI .................................................... viii ABSTRACT THESIS OF ECONOMICS BACHELOR ........................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah .................................................................................... 8
1.3.
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8
1.4.
Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.5.
Sistematika Skripsi ................................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 11 2.1.
Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.1.1.
Fungsi Produksi ........................................................................... 11
2.1.2.
Investasi ....................................................................................... 12
2.1.3.
Modal Manusia ............................................................................ 15
2.1.4.
Infrastruktur ................................................................................. 16
2.2.
Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 19
x SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.3.
Hipotesis dan Model Analisis................................................................. 21
2.3.1.
Hipotesis ...................................................................................... 21
2.3.2.
Model Analisis............................................................................. 22
2.4.
Kerangka Pikir ........................................................................................ 22
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 24 3.1.
Jenis Penelitian ....................................................................................... 24
3.2.
Identifikasi Variabel ............................................................................... 24
3.3.
Definisi Operasional ............................................................................... 25
3.4.
Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 26
3.5.
Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 26
3.6.
Teknik Analisis ....................................................................................... 27
3.6.1.
Ordinary Least Square (OLS) ..................................................... 27
3.6.1.1.
Uji t, Uji F, dan Adjusted R-Squared/ R2 (Kriteria Statistik) ...... 32
3.6.1.2.
Uji Multikolinearitas ................................................................... 33
3.6.1.3.
Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 33
3.6.1.4.
Uji Autokorelasi .......................................................................... 34
3.6.1.5.
Uji Normalitas ............................................................................. 35
3.6.2.
Penentuan Lag Lenght Optimal ................................................... 35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36 4.1.
Potret Makro Ekonomi Jawa Timur, Investasi (PMTB), Modal Manusia, dan Infrastruktur. ......................................................... 36
4.1.1.
Makro Ekonomi Jawa Timur ....................................................... 36
4.1.2.
Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) .................. 38
4.1.3.
Modal Manusia ............................................................................ 40
4.1.4.
Infrastruktur ................................................................................. 41 xi
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4.2.
Analisis Model dan Pengujian Hipotesis (OLS) .................................... 54
4.2.1
Regresi Berganda ........................................................................ 54
4.2.2
Uji t, Uji F, dan Adjusted R-Squared/ R2 (Kriteria Statistik) ...... 55
4.2.3
Uji Multikolinieritas .................................................................... 56
4.3.4
Uji Heteroskedasitas .................................................................... 57
4.2.5
Uji Autokorelasi .......................................................................... 58
4.2.6
Uji Normalitas ............................................................................. 58
4.2.7.
Penentuan Lag Leght Optimal ..................................................... 59
4.3.
Pembuktian Hipotesis ............................................................................. 60
4.4.
Hasil Analisis.......................................................................................... 60
4.5.
Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 67
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 68 5.1.
Simpulan ................................................................................................. 68
5.2.
Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70 LAMPIRAN ......................................................................................................... 73
xii SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi se-Pulau Jawa dan Nasional, 2011-2014 ........................................................................... 4 Tabel 4.1 Infrastruktur Penting Dalam Pembangunan di Jawa Timur, 2005-2014 .......................................................................................... 41 Tabel 4.2 Infrastruktur Jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, 2005-2014 ................................................................. 43 Tabel 4.3 Infrastruktur Gorong-gorong Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota di Jawa Timur, 2005-2014........................................................ 44 Tabel 4.4 Infrastruktur Jembatan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, 2005-2014 ................................................................. 45 Tabel 4.5 Perkembangan Infrastruktur Pertanian di Jawa Timur, 2010-2014 .......................................................................................... 53 Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 56 Tabel 4.7 Uji Lag Lenght Optimal ..................................................................... 59 Tabel 4.8 Hasil Analisis ..................................................................................... 62 Tabel 4.9 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi se-Pulau Jawa dan Nasional, 2011-2014 ......................................................................... 64
xiii SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Distribusi PDRB Nominal Terhadap Jumlah PDRB Nominal 34 Provinsi di Indonesia, 2014 ........................................................ 2
Gambar 1.2
Struktur Ekonomi dari Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran PDRB Nominal Jawa Timur 2015 ................................................... 3
Gambar 1.3
Perbandingan Belanja di Bidang Pendidikan dan Kesehatan terhadap Jumlah Belanja Keseluruhan, 2010-2014 ......................... 5
Gambar 1.4
Alokasi Dana DAK (Dana Alokasi Khusus) Infrastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2015 ................. 7
Gambar 2.1
Hubungan Investasi dan Suku Bunga ............................................ 13
Gambar 2.2
Autonomous Invesment .................................................................. 14
Gambar 2.3
Kerangka Pikir ............................................................................... 23
Gambar 4.1
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional (2001-2015) .................................................................... 36
Gambar 4.2
Perkembangan Kontribusi PDRB Ekonomi Jawa Timur terhadap PDB Nasional, 2005-2015 .............................................. 37
Gambar 4.3
Investasi (PMTB) dan Kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap Pembentukan PDRB Nominal ADHB 2000 Jawa Timur, 2005-2014 ........................................................ 38
Gambar 4.4
Struktur belanja APBD Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2011-2015 ................................................................. 39
Gambar 4.5
Perkembangan Anggaran Pendidikan dan Anggaran Kesehatan di Jawa Timur (ADHB 2000), 2010-2014..................................... 40
Gambar 4.6
Produksi Listrik yang Dibangkitkan, Penggunaan dan Susut dari Distribusi Listrik Per Tahun, 2005-2014................................ 46
Gambar 4.7
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi dan Listrik Dibangkitkan, 2005-2014 ...................................................................................... 46
Gambar 4.8
Banyaknya Pelanggan, Daya Terpasang dan Listrik Terjual Menurut Golongan Tarip, 2014 ..................................................... 47
xiv SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Gambar 4.9
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi dan Produksi Air Bersih, 2005-2014 ...................................................................................... 48
Gambar 4.10 Perkembangan Sambungan Telekomunikasi (Telepon Kabel) di Jawa Timur, 1980-2014............................................................. 49 Gambar 4.11 Perkembangan Telepon Seluler dan Jumlah Penduduk di Jawa Timur, 2005-2014............................................................. 50 Gambar 4.12 Pasar Operator Seluler di Jawa Timur, 2014 ................................. 51 Gambar 4.13 Ketenagakerjaan di Jawa Timur, 2015 .......................................... 52 Gambar 4.14 Regresi Berganda........................................................................... 54 Gambar 4.15 Hasil Uji Heteroskedasitas ............................................................ 57 Gambar 4.16 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 58 Gambar 4.17 Uji Normalitas ............................................................................... 59 Gambar 4.18 Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan, Infrastruktur dan Kesehatan Nasional (2011-2016) ...................... 61 Gambar 4.19 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Anggaran Infrastruktur Pendidikan dan Kesehatan Jawa Timur, 2000-2014 ..................... 65 Gambar 4.20 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Infrastruktur, dan Indeks Modal Manusia (Unit) di Jawa Timur, 1980-2014 .... 66
xv SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rincian Data untuk Estimasi ............................................................. 73 Lampiran 2 Rincian Data Infrastruktur ................................................................. 74 Lampiran 3 Rincian Data Indeks Infrastruktur ..................................................... 75 Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 76 Lampiran 5 Hasil Uji Heteroskedasitas................................................................. 77 Lampiran 6 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 78 Lampiran 7 Penentuan Lag Leght Optimal ........................................................... 79
xvi SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu negara tidak dapat lepas dari peran pemerintah dalam meoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki. Salah satu indikator pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat ditunjukan melalui Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui PDB merupakan salah satu indikator yang digunakan hampir semua negara untuk mengukur kondisi ekonomi dan digunakan untuk menentukan arah kebijakan ekonomi. Perhitungan PDB disetiap negara memiliki struktur yang sama untuk mempermudah mengukur perbandingan perekonomian antar negara dengan komponen yang sama. PDB merupakan jumlah nilai tambah atau balas jasa faktor produksi yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara. Perhitungan PDB untuk wilayah regional (Provinsi/Kabupaten/Kota) disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto/ PDRB (Mankiw, 2006). Pada 2014, distribusi PDRB nominal DKI Jakarta paling tinggi yakni sebesar 16,46% dari PDRB nominal seluruh provinsi di Indonesia, diikuti Jawa Timur (14,40%), Jawa Barat (12,95%), Jawa Tengah & DIY (9,52%), Pulau Sumatera (23,17%), Pulau Kalimantan (8,71%), dan Provinsi lainnya (14,75%). Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
PDB 2014 10.565,8 triliun Pulau Kalimantan; 8,71%
Provinsi Lainnya; 14,75%
Jawa Timur; 14,40%
Jawa Tengah & DIY; 9,52%
Pulau Sumatera; 23,17%
DKI. Jakarta; 16,46% Jawa Barat; 12,95%
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 1.1 Distribusi PDRB Nominal Terhadap Jumlah PDRB Nominal 34 Provinsi di Indonesia, 2014 Berdasarkan Gambar 1-2, menunjukan struktur ekonomi Jawa Timur dari sisi penawaran dan permintaan PDRB nominal. Adapun tiga sektor lapangan usaha dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Jawa Timur dari sisi penawaran yaitu sektor perdagangan besar dan eceran (17,64%), industri pengolahan (29,27%), dan pertanian (13,75%). Selanjutnya, tiga kontributor terbesar dalam pembentukan PDRB Jawa Timur dari sisi permintaan (penggunaan) yaitu konsumsi rumah tangga (60,62%), ekspor (27,51%), dan pembentukan modal tetap bruto (14,48%).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1; 13,75%
Pertambangan dan Penggalian
2; 3,79%
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
3; 29,27%
1; 60,62%
Industri Pengolahan Pengadaan Listrik , Gas dan Produksi Es
4; 0,34%
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang
5; 0,09%
Pengeluaran Konsumsi LNPRT
Konstruksi Transportasi dan Pergudangan
Real Estate Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan… Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya 0,00%
Pembentukan Modal Tetap Bruto
8; 3,36%
4; 27,51%
9; 5,41%
Informasi dan Komunikasi
Jasa Perusahaan
3; 6,52%
7; 17,64%
Penyedian Akomodasi dan Makan Minum Jasa Keuangan dan Asuransi
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
6; 9,50%
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan…
2; 1,18%
Perubahan Inventori
10; 4,56%
5; 2,53%
11; 2,75%
Ekspor Luar Negeri
12; 1,63%
6; 14,48%
13; 0,80%
7; ‐18,76% Dikurangi Impor Luar Negeri
14; 2,31% 15; 2,72%
Net Ekspor Antar Daerah
16; 0,63%
8; 5,91%
17; 1,43% 5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
30,00%
‐30,00%
‐20,00%
‐10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
Sumber: BPS Jawa Timur (2016), diolah Gambar 1.2 Struktur Ekonomi dari Sisi Permintaan dan Sisi Penawaran PDRB Nominal Jawa Timur 2015 Robert Solow berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern dan hasil atau output. Teori Robert Solow secara garis besar menjelaskan bahwa Sumberdaya Manusia merupakan bagian terpenting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sumberdaya manusia dalam pertumbuhan ekonomi mencerminkan tenaga kerja suatu negara. O’sullivan (2006: 107) menjelaskan
bahwa
peningkatan
sumberdaya
manusia
meningkatkan
produktivitas dan pendapatan sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan sumberdaya manusia dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia yang dapat menentukan peringkat pembangunan suatu wilayah/negara. Pada 2014 penghitungan Indeks Pembangunan Manusia menggunakan metode penghitungan baru yaitu mengganti tahun dasar Produk Nasional Bruto per Kapita dari 2005 menjadi 2011 dan merubah metode agregasi indeks pendidikan dari
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik. Perkembangan IPM Jawa Timur pada periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan, tetapi masih dibawah provinsi se-pulau jawa atau menempati peringkat 18 nasional (lihat Tabel 1.1). Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi se-Pulau Jawa dan Nasional, 2011-2014 Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Nasional
2011
2012
76,98 66,67 66,64 75,93 66,06 68,22 67,09
77,53 67,32 67,21 76,15 66,74 68,92 67,7
2013
2014
78,08 68,25 68,02 76,44 67,55 69,47 68,31
Peringkat Nasional 2012 2013 2014 1 1 1 1 12 12 12 12 14 14 13 13 2 2 2 2 19 18 18 18 8 8 8 8
2011
78,39 68,8 68,78 76,81 68,14 69,89 68,9
Sumber: BAPPEDA Jawa Timur, 2015 Selanjurnya, peningkatan pendidikan dan kesehatan bisa dilakukan melalui belanja pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan yang berdampak pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Pada 2015, belanja pemerintah Kab./Kota di Jawa Timur di bidang pendidikan sebesar 41,62% dan kesehatan sebesar 11,00% dari keseluruhan APBD Kab./Kota di Jawa Timur. Sementara itu, belanja pemerintah provinsi Jawa Timur pada 2015 di bidang pendidikan sebesar 2,88% dan kesehatan sebesar 14,98% dari keseluruhan APBD provinsi Jawa Timur (lihat Gambar 1.3). Belanja pemerintah Kab./Kota di Jawa Timur sekitar 50% digunakan untuk pendidikan dan kesehatan.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
Provinsi
Kab./Kota Provinsi Jawa Timur 20,00%
50,00% 41,63% 40,00%
16,35%
41,62%
16,00%
35,30% 42,74%
13,48% 15,81%
39,94%
15,05%
12,00%
30,00%
14,96%
8,00%
20,00% 11,53%
10,21%
2,90%
4,00%
10,00% 10,28%
11,00%
10,95%
0,00%
0,00% 2010
2011 Pendidikan
2012
2,72%
2013
2014
2,42%
3,00%
2010
Kesehatan
2011 Pendidikan
2012
2,88% 2013
2014
Kesehatan
Sumber: Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2015 Gambar 1.3 Perbandingan Belanja di Bidang Pendidikan dan Kesehatan terhadap Jumlah Belanja Keseluruhan, 2010-2014 Selain itu, pertumbuhan ekonomi dapat didorong dengan penambahan infrastruktur yang digunakan untuk produksi sehingga terjadi peningkatan produksi. Penambahan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk pembangunan sehingga dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Penambahan infrastruktur yang dilakukan pemerintah mencakup bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, bangunan lain seperti jalan dan bandara, serta mesin dan peralatan. Pengeluaran barang modal untuk keperluan militer tidak dicakup dalam rincian ini tetapi digolongkan sebagai konsumsi pemerintah. Komponen pertumbuhan lain menurut Kwik dalam Haris (2009) yaitu infrastruktur,
yang
merupakan
roda
penggerak
pertumbuhan
ekonomi.
Infrastuktur yang berasal dari alokasi pembiayaan publik dan swasta dinilai sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Ekonomi makro dalam ketersediaan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital,
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
sedangkan dalam konteks ekonomi mikro infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi atau efisiensi. Perkembangan infrastruktur dengan pembangunan ekonomi mempunyai hubungan yang erat dan saling ketergantungan satu sama lain. Perbaikan dan peningkatan infrastruktur pada umumnya dapat meningkatkan mobilitas penduduk, penurunan ongkos pengiriman barang-barang, pengangkutan barang lebih cepat, dan perbaikan jasa pengangkutan. Masalah infrastruktur menjadi fokus penting untuk dibenahi pemerintah daerah karena merupakan penentu utama keberlangsungan kegiatan pembangunan. Pembangunan infrastruktur merupakan strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, peningkatan mobilitas barang dan jasa, serta dapat mengurangi biaya investor dalam dan luar negeri. Pada 2015, pemerintah pusat mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 17,18% dari anggaran pemerintah atau sebesar Rp610,65 miliar. DAK diperuntukan dalam beberapa jenis pembangunan infrastruktur yaitu diantaranya
jalan (38,56%), irigasi (29,22%), air minum (19,12%), sanitasi
(9,33%), dan permukiman (3,78%) . Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.4.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
Permukinan; 3,78%
Irigasi, 29,22% Jalan; 38,56% Air Minum; 19,12% Sanitasi; 9,33%
Sumber: Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2015 Gambar 1.4 Alokasi Dana DAK (Dana Alokasi Khusus) Infrastruktur Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2015 Hasil studi Calderón dkk (2011) menunjukkan bahwa hubungan elastisitas antara infrastruktur dan ekonomi (PDB) yaitu antara 0,07 dan 0,10 atau lebih spesifik untuk infrastruktur jalan raya dan kereta api sekitar 0,07 sampai 0,08. Artinya, jika infrastruktur naik 10%, maka pertumbuhan ekonomi (PDB) naik sebesar 0,7%. Berdasarkan uraian di atas menunjukan keterkaitan antara investasi, sumberdaya manusia, dan infrastruktur dalam mempengaruhi Produk Domestik Bruto. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi (sumberdaya modal), modal manusia (anggaran pendidikan dan kesehatan), dan infrastruktur (infrastruktur fisik) terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur. Investasi menunjukan
penambahan
aset
atau
investasi
yang
dilihat
melalui
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada PDRB pengeluaran; modal
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
manusia menunjukan tingkat pendidikan dan kesehatan penduduk melalui anggaran belanja pemerintah; dan infrastruktur menggambarkan infrastruktur fisik berupa jaringan jalan, jaringan listrik, air bersih, jaringan telekomunikasi dan jaringan irigasi. 1.2. Rumusan Masalah Berpijak dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yakni seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan investasi, modal manusia, dan infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dapat dirumuskan tujuan penelitian yakni mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan investasi, modal manusia, dan infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Ekonomi khususnya Ekonomi Perencanaan. 2. Manfaat kebijakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi makro dalam suatu kebijakan nasional.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
3. Manfaat praktis, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang hendak mengadakan penelitian lebih lanjut dan menjadi bahan masukan analisa bagi pihak maupun peneliti lain. 1.5. Sistematika Skripsi Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini disajikan dalam lima bab, penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut: BAB 1 : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan pengantar terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian dan diuraikan secara berurutan dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan bahan acuan sebagai landasan teori atau kerangka pikir sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, tinjauan-tinjauan umum sebagai pelengkap dan pendukung landasan teori yang digunakan. Selain itu, bab ini menjelaskan penelitian sebelumnya yang memiliki kesamaan topik dengan penelitian ini, hipotesis dan model analisis, serta kerangka berpikir penelitian ini. BAB 3 : METODE PENELITIAN Bab ini berisi pendekatan penelitian yang digunakan, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, serta teknis analisis dan pengolahan data.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis hasil penelitian yang mencakup gambaran umum objek penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan pembuktian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan atas seluruh pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dan disertai saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil langkah kebijakan bagi pihak yang berkepentingan maupun untuk kegiatan penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi menunjukan output tertinggi yang dapat dibuat oleh perusahaan untuk sebuah kombinasi input tertentu produksi (Pindyck dan Rubenfeld, 2007:211). Selain itu teori lain mengemukakan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan matematik antara input dengan output (Nicholson 2002:159). Adapun hubungan input dan output tersebut dalam model dinyatakan sebagai berikut : Q = f (K, L, M)........................................................................................(2.1) Dimana : Q = Output barang-barang tertentu K = Modal (mesin yang digunakan selama periode tertentu) L = Tenaga kerja M = Bahan mentah yang digunakan Pada persamaan 2.1. tersebut dijelaskan bahwa dalam menghasilkan output barang-barang tertentu dibutuhkan beberapa input diantaranya adalah modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Oleh karena itu, secara langsung perubahan output yang akan dihasilkan tergantung pada perubahan input yang digunakan.
11 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
2.1.2. Investasi Investasi terbagi menjadi dua bagian yaitu Induced Invesment dan Autonomous Investment (Deliarnov, 1995:85) yaitu: a. Induced Invesment (Investasi Terpengaruh) Induced Invesment adalah investasi yang tergantung dengan pendapatan dan suku bunga. Hal ini menunjukan jika pendapatan naik maka investasi juga akan naik, begitu sebaliknya. Pada keseimbangan perekonomian dijelaskan persamaan sebagai berikut: Y= C + I ...................................................................................................(2.2) I= S ...........................................................................................................(2.3) Dimana: Y = Pendapatan C = Konsumsi I = Investasi, S = Saving/ tabungan Pada persamaan 2.2 dijelasknan bahwa pendapatan sama dengan konsumsi ditambah investasi sedangkan pada persamaan 2.3 investasi sama dengan tabungan.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Selain itu, dalam menentukan tingkat investasi perlu memperhatikan Marginal Efficiency of Investment (MEI) dan tingkat suku bunga. Marginal Efficiency of Investment (MEI) adalah suatu kurva yang menunjukan hubungan antara besaranya tingkat pengembalian modal dengan jumlah modal yang diinvestasikan sedangkan Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds). Pada saat suku bunga tinggi maka investasi akan turun. Oleh karena itu penentuan investasi perlu menghubungkan kurva Marginal Efficiency of Investment (MEI) dengan suku bunga (Lihat Gambar 2.1).
Suku Bunga ro r1 r2 MEI
0
Io
I1
I2
Investasi (I)
Sumber: Deliarnov, 1995 Gambar 2.1 Hubungan Investasi dan Suku Bunga b. Autonomous Investment (Investasi Otonom) Autonomous Invesment adalah investasi tidak tergantung dengan pendapatan dan suku bunga. Hal ini menunjukan jika pendapatan atau suku bunga tetap atau tidak berubah maka pengeluaran untuk investasi tetap ada (lihat Gambar 2.2)
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Investasi (I)
0
Pendapatan (Y)
Sumber: Deliarnov, 1995 Gambar 2.2 Autonomous Invesment Selain itu, terdapat pula teori mengenai investasi yang digambarkan melalui Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dari sisi PDRB pengeluaran. PMTB didefinisikan sebagai pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal meliputi pengadaan, pembuatan, pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal). Pengurangan barang modal meliputi penjualan barang modal (termasuk barang modal yang ditransfer atau barter kepada pihak lain). Pembentukan modal tetap bruto menggambarkan penambahan serta pengurangan barang modal pada periode tertentu. Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun serta akan mengalami penyusutan. Istilah ”bruto” mengindikasikan bahwa didalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode (BPS, 2016).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
2.1.3. Modal Manusia Pada 1995 UNDP (United Nations Development Programme) dalam laporannya “Global Human Development Report” memperkenalkan konsep pembangunan manusia (Human Development), sebagai paradigma baru model pembangunan. Konsep atau definisi pembangunan manusia pada dasarnya mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas yang dianalisis serta dipahami dari sudut manusia, bukan hanya dari pertumbuhan ekonomi. Sementara itu dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103) IPM dibangun melalui pendekatan 3 dimensi dasar, yakni panjang umur (angka harapan hidup saat lahir), pengetahuan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, dan kehidupan yang layak (paritas daya beli). Oleh karena itu, Pemerintah memiliki peran dalam fungsinya sebagai pengambil kebijakan pembangunan manusia salah satunya melalui kebijakan anggaran pemerintah. Robert D Lee, Jr dan Ronald W Johnson (1978) berpendapat pengertian anggaran adalah dokumen yang menunjukkan kondisi atau keadaan keuangan suatu organisasi (keluarga, perusahaan, pemerintah) yang menyajikan informasi mengenai pendapatan, pengeluaran, aktivitas dan tujuan yang hendak dicapai. Salah satu komponen anggaran pemerintah yakni berupa bantuan sosial yang didefinisikan sebagai transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan selektif. Selanjutnya, Kebijakan belanja negara harus mempunyai komitmen utama dalam rangka menciptakan keadilan bagi masyarakat. Belanja negara pada dasarnya harus diarahkan pada peningkatan kualitas kehidupan rakyat bukan orientasi untuk melanggengkan kekuasaan. Belanja negara sepantasnya mengakomodir kebutuhan riil rakyat seperti pemenuhuan kebutuhan pokok yaitu pangan, sandang dan papan dan kebutuhan kesehatan serta pendidikan rakyat (Dian, 2007). 2.1.4. Infrastruktur Pada fungsi produksi persamaan 2.1 menjelaskan bahwa investasi dan tenaga kerja mempengaruhi output. Oleh karena itu, hal tersebut perlu ditunjang infrastruktur untuk bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial (Kodoatie, 2003). Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (Grigg, 2003). Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau strukturstruktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk melaksanakan sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Indonesia sebagai negara berkembang masih bergantung penuh pada peran pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan di segala bidang. Pemerintah sebagai agent of development memerlukan modal yang cukup besar yang diperlukan untuk membiayai pembangunan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Modal tersebut berasal dari modal pemerintah dan modal swasta. Pembangunan pemerintah umumnya digalakkan terutama pada sektor jasa, yaitu membangun overhead social dan ekonomi, seperti jalan, kereta api, transportasi darat, telekomunikasi, air bersih, listrik, sekolah, dan lain-lain. Pembangunan pemerintah dilakukan selain untuk memenuhi kebutuhan rakyat juga digunakan untuk menarik pihak swasta agar ikut berpartisipasi dalam pembentukan modal. Hal ini dikarenakan dengan menggalakkan pembentukan modal oleh swasta, maka akan memberikan beberapa sumbangan penting dalam pembangunan, yaitu: pertama, pembentukan modal swasta menyediakan modalnya sendiri; kedua, memindahkan teknologi dan kepakaran lain ke negara yang didatanginya; ketiga, meningkatkan pembangunan teknologi moderen; keempat, kerap kali usaha mereka dapat meningkatkan ekspor (Sukirno, 2004). The World Bank (1994) membagi infrastruktur menjadi tiga yaitu : 1. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk menunjang aktivitas ekonomi baik dalam produksi maupun konsumsi akhir, meliputi public utilities (tenaga listrik, telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel, pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
2. Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi. 3. Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan koordinasi. Dalam Keputusan Presiden RI No. 81 Tahun 2001 Tentang Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur, disebutkan dalam Pasal 2, bahwa pembangunan infrastruktur mencakup: 1. Prasarana dan sarana perhubungan: jalan, jembatan, jalan kereta api, dermaga, pelabuhan laut, pelabuhan udara, penyeberangan sungai dan danau; 2. Prasarana dan sarana pengairan: bendungan, jaringan pengairan, bangunan pengendalian banjir, pengamanan pantai dan bangunan pembangkit listrik tenaga air; 3. Prasarana dan sarana permukiman, industri dan perdagangan: bangunan gedung, kawasan industri dan perdagangan, kawasan perumahan skala besar, reklamasi lahan, jaringan dan instalasi air bersih, jaringan dan pengolahan air limbah, pengelolaan sampah, dan sistem drainase; 4. Bangunan dan jaringan utilitas umum: gas, listrik, dan telekomunikasi. Penyediaan infrastruktur dapat dilakukan pemerintah melalui kerja sama dengan badan usaha sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Tidak semua layanan infrastruktur dapat dilaksanakan oleh pihak swasta walaupun pengadaannya dapat dilakukan melalui kerja sama dengan badan usaha yang telah ditunjuk. Hal ini dikarenakan ada layanan
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
infrastruktur yang memerlukan modal yang besar dengan waktu pengembalian yang lama dan resiko investasi yang besar. Todaro (2003) mengatakan ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi. Pertama, akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang beberapa 21 tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa pertumbuhan angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi. 2.2. Penelitian Sebelumnya Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelilian saat ini dapat diuraikan sebagai berikut ini: 1. Penelitian Cesar Calderon (2011) menggunakan data panel time series 88 negara dengan kurun waktu 1960 sampai 2000, dalam penelitiannya Calderon mengestimasi jangka panjang fungsi produksi yakni PDB dengan modal manusia, modal fisik, dan infrastruktur dasar seperti transportasi, energi, dan telekomunikasi. Tes kointegrasi dalam penelitian ini dilakukan perhitungan silang antar Negara dan variabel yang digunakan dalam jangka panjang fungsi produksi. Hasil perhitungan jangka panjang elastisitas indeks infrastruktur yakni diantara 0,07 dan 0,10. Artinya, jika infrastruktur naik 10%, maka pertumbuhan ekonomi (PDB) naik sebesar 0,7%.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
2. Penelitian David Canning (l999) yang menggunakan data panel dari 77 negara, penelitian ini meneliti tentang pengaruh modal manusia, tenaga kerja tak terdidik, modal fisik, dan variabel infrastruktur terhadap output suatu negara. Penelitian ini menggunakan metode kointegrasi dan model Cobb-Douglass, basil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari struktur transportasi terhadap pertumbuhan output, tetapi setelah ditambahkan dengan modal fisik implikasinya berubah menjadi berpengaruh terbadap pertumbnban. Persamaan penelitian dengan penulis adalah sama-sama menggunakan model serta beberapa variabel yang sama. Perbedaan terdapat pada peneliti menggunakan data panel serta metode kointegrasi sedangkan penulis menggunakan metode ECM serta data time series. 3. Penelitian Prasetyo dan Firdaus (2009) yang menggunakan data panel pada 26 provinsi di Indonesia, penelitian ini meneliti tentang pengaruh variabel infrastruktur jalan, air bersih, listrik), stok modal, angkatan kerja, modal manusia, serta variabel dummy krisis. Hasil estimasi dari variabel-variabel bebas tersebut adalah sebagai berikut: tenaga kerja mempunyai nilai elastisitas yang terbesar (0,44), berikutnya listrik (0,33); panjang jalan (0,13); air bersih (0,04); stok modal (0,01); dan terakhir dummy krisis mempunyai koefisien yang negatif. Persamaan penelitian dengan penulis adalah sama-sama menggunakan model dan beberapa variabel yang sama. Perbedaan terdapat pada peneliti menggunakan data panel sedangkan penulis menggunakan metode ECM serta data time series.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
4. Penelitian Sibarani (2002) mengenai kontribusi infrastruktur pada pertumbuhan ekonomi lndonesia, menyimpulkan bahwa infrastruktur (jalan, listrik, telepon) memberikan pengaruh yang signifikan dan positif pada agregat output yang diwakili oleh variabel pendapatan per kapita. Kontribusi setiap jenis infrastruktur untuk setiap wilayah berbeda. Hasil estimasi dengan data semua provinsi di Indonesia basil yang diperoleh yaitu elastisitas listrik pada pertumbuhan yaitu 0,06; pendidikan 0,07; investasi 0,01. Variabel jalan dan telepon tidak signifikan. Hasil penelitian juga meunjukkan bahwa kebijakan pembangunan infrastrukhir yang terpusat di pulau Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) menimbulkan disparitas pendapatan perkapita di masing-masing daerah di Indonesia, terutama antara pulau Jawa dengan Iuar Jawa dan Indonesia Bagian Barat (IBB) dengan Indonesia Bagian Timur (IBT), meskipun pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi meningkat. Persamaan penelitian dengan penulis adalah sama-sama menggunakan model serta beberapa variabel yang sama. Perbedaan terdapat pada peneliti menggunakan data panel serta mencari disparitas pendapatan perkapita sedangkan penulis menggunakan metode ECM serta data time series. 2.3. Hipotesis dan Model Analisis 2.3.1. Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah diuraiakan, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang akan dilakukan pengujian secara empiris maupun telaah teoritis untuk mendapatkan
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
kebenaran. Pada penelitian ini hipotesis yang diajukan yakni terdapat pengaruh yang signifikan antara investasi, sumberdaya manusia, dan infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Jawa Timur. 2.3.2. Model Analisis Model analisi yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) suatu bentuk analisis regresi yang pertama kali dikembangkan oleh Carl Friendrich Gauss, seorang matematika dari Jerman (Gujarati,2003). Metode OLS terdapat satu variabel terikat (dependent variable) dan bisa lebih dari satu variabel bebas (independent variable). Contoh persamaan OLS adalah sebagai berikut: Yi b1 b2 X 2i b3 X 3i u i …………………………………………………..(2.4)
Dimana Y adalah dependent variable dan
dan
adalah independent
variable (explanatory variable atau regressors).
2.4. Kerangka Pikir Kerangka berpikir studi disusun sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 2.3. Analisis ini didasarkan pada analisis permintaan (demand side) dan penawaran (supply side). Analisis permintaan dilihat dari investasi yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Analisis dari sisi penawaran yaitu berupa fungsi produksi. Pertumbuhan ekonomi atau produktivitas di pengaruhi oleh investasi yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta, yakni berupa investasi bukan infrastruktur dasar dan investasi investasi infrastruktur dasar.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Pemerintah atau Swasta
Hasil Analisis & Rekomendasi
Bukan Infrastruktur Dasar
Investasi Analisis Demand Side
Investasi (PMTB) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
Peralatan Mesin Bangunan dsb
Analisis OLS
Infrastruktur Dasar (Infrastruktur Ekonomi & Sosial) Modal Manusia Infrastruktur Rill Jalan Gorong2 Jembatan Listrik Air Bersih Telekomunikasi Irigasi
Anggaran Pendidikan Anggaran Kesehatan
PDRB Jawa Timur (Prduktivitas)
Publik Privat Analisis Supply Side
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Pada Gambar 2.3 yang dimaksud dengan Investasi bukan infrastruktur dasar didapat dari data PMTB yakni meliputi peralatan, mesin, bangunan, dan sebagainya, sedangkan investasi infrastruktur dasar (infrastruktur ekonomi dan sosial) meliputi modal manusia (anggaran pendidikan dan anggaran kesehatan) dan
infrastruktur riil (publik dan privat).
kualitas
tenaga
kerja
dan
kesejahteraan,
Modal manusia menggambarkan sedangkan
infrastruktur
rill
menggambarkan sarana penunjang untuk kelancaran produksi yang meliputi jalan, gorong-gorong, jembatan, listrik, air bersih, telekomunikasi, dan jaringan irigasi. Selanjutnya, investasi yang dilakukan Pemerintah atau swasta dan pertumbuhan ekonomi dianalisis dengan metode ekonometri yakni Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan investasi, sumberdaya manusia, dan infrastruktur terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sehingga menghasilkan rekomendasi untuk Pemerintah dan swasta.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Pendekatan ekonometri dilakukan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat elastisitas variabel bebas
(independent) terhadap variabel terikat (dependent). Pengolahan data dan hasil estimasi model analisis pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Eviews 7.
3.2. Identifikasi Variabel Variabel yang dihitung dalam penelitian ini adalah variabel dalam model regresi. Variabel-variabel dalam model regresi terdiri atas variabel terikat (dependent variabel) dan variabel yang menjelaskan/variabel bebas (independent variabel). Variabel terikat adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menurut harga konstan atas harga dasar berlaku 2000, sedangkan variabel bebas terdiri dari Investasi (PMTB), Modal Manusia (belanja pemerintah di bidang kesehatan dan pendidikan), dan Infrastruktur (jalan, jembatan, gorong-gorong, telekomunikasi, jaringan listrik yang dibangkitkan, air bersih dan jaringan irigasi).
24 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
3.3. Definisi Operasional Beberapa definisi operasional veriabel dalam penelitian ini memiliki batasan sebagai berikut: 1. Produk Domestik Regional Bruto adalah keseluruhan nilai tambah barang dan jasa dari berbagai sektor ekonomi di suatu daerah dalam waktu tertentu (Rupiah/tahun). Data PDRB yang digunakan adalah PDRB harga konstan Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku 2000 periode 1980-2014. Data PDRB didapat dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2. Investasi didapat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang merupakan pengeluaran untuk barang modal yang mempunyai umur pemakaian lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi. Data investasi pada model estimasi dalam penelitian ini menggunakan data PMTB harga konstan Provinsi Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku 2000 selama periode 1980-2014 yang didapat dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 3. Modal manusia menggambarkan kualitas sumberdaya manusia dalam peningkatan tenaga kerja dan produksi untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Data modal manusia pada model estimasi dalam penelitian ini menggunakan data anggaran pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi Jawa Timur di bidang pendidikan dan kesehatan selama periode 19802014 menggunakan harga konstan Atas Dasar Harga Berlaku 2000 yang didapat dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
4. Infrastruktur pada model estimasi dalam penelitian ini menggunakan penjumlahan dari infrastruktur rill meliputi panjang jalan (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), panjang gorong-gorong (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), panjang jembatan (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), air bersih yang tersalurkan, produksi listrik yang dibangkitkan, sambungan telekomunikasi (telepon kabel), dan jaringan irigasi. Perhitungan penjumlahan menggunakan metode indeks (tahun dasar indeks 100) karena satuan setiap variabel didalam infrastruktur berbeda-beda. Data modal infrastruktur menggunakan data series selama periode 1980-2014 yang didapat dari Badan Pusat Statistik Jawa Timur, Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur. 3.4. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa data runtut waktu atas (time series) dengan kurun waktu dari tahun 1980-2014. Data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu dari kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur. 3.5. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data-data yang sudah diolah dan diperoleh dari dua sumber yang relevan yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) dengan mengakses website resmi BPS dan mendatangi langsung
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
BPS untuk mendapatkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), dan data anggaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan (Modal Manusia), serta data infrastruktur yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Jawa Timur, dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur. 3.6. Teknik Analisis Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk melihat elastisitas variabel bebas (independent)
terhadap variabel terikat (dependent) dan melakukan penentuan lag leght optimal. 3.6.1. Ordinary Least Square (OLS) Metode Ordinary Least Square (OLS) merupakan bentuk analisis regresi yang pertama kali dikembangkan oleh Carl Friendrich Gauss, seorang matematika dari Jerman (Gujarati,2003). Metode OLS terdapat satu variabel terikat (dependent variable) dan bisa lebih dari satu variabel bebas (independent variable). Contoh persamaan OLS adalah sebagai berikut: Yi b1 b2 X 2i b3 X 3i u i …………………………………………………..(3.1)
Dimana Y adalah dependent variable dan
,
, dan
adalah
independent variable (explanatory variable) sedangkan b adalah parameter. Di
mana b1 , b2 , dan b3 masing-masing adalah nilai penaksir. Selanjutnya, b1 adalah koefisien intersep atau konstanta dan b2 , b3 adalah koefisien slope atau
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
kemiringan. Koefisien slope mengukur tingkat perubahan rata-rata Y per unit akibat perubahan X. Pada umumnya regresi memiliki dua pengertian fungsi regresi yang berbeda yakni fungsi regresi populasi (population regression function = PRF) dan fungsi regresi sampel (sample regression function = SRF). Pada persamaan fungsi regresi pupulasi (population regression function/ PRF) tidak bisa langsung diamati tapi bisa didekati dengan fungsi regresi sampel (sampel regression
function/ SRF). Secara matemnatis, PRL dapat dinyatakan sebagai berikut: E (Y X i ) 0 1 X i …………………………..………..........…………..(3.2)
Pada kasus dunia nyata, data populasi sulit untuk didapatkan atau ditemukan, sehingga salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah mengambil sampel dari populasi. Adapun bentuk dari persamaan SRF adalah sebagai berikut: Yˆi b0 b1 X i ……………...…….…………….………………..……………..(3.3)
Dimana, Yˆi
=
Penaksir
dari
E (Y X i )
atau
penaksir
rata-rata
kondisional populasi. b0 dan b1 = masing-masing adalah penaksir dari 0 dan 1 . Fungsi regresi sampel/SRF digunakan sebagai pendekatan untuk mengestimasi PRF. Penggunaan SRF harus memperhatikan kenyataan bahwa dalam dunia nyata terdapat unsur ketidakpastian (tidak ada hubungan yang pasti). Oleh karena itu dalam persamaan ditambahkan faktor pengganggu atau acak ( u i ). Persamaan SRF dapat ditulis kembali sebagai berikut:
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
Yi b0 b1 X i u i ……….…….…..………….………………..……………..(3.4) Selanjutnya persamaan 3.4 dapat diestimasi dengan menggunakan metode OLS. Metode OLS yakni metode kuadrat terkecil yang dapat digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter hubungan ekonomi dari SRF sebagai penaksir yang benar untuk PRF. Fungsi regresi sampel (sampel regression function/ SRF) ditentukan melalui persamaan berikut:
0
1
…………....………………………………..……………..(3.5)
Pada persamaan 3.5 residual, u i merupakan perbedaan antara nilai Y aktual dengan nilai Y yang diestimasi. Nilai
b0 dan b1 dikatakan sebagai
penaksir terbaik dari β 0 dan β1 apabila memiliki nilai u i yang sekecil mungkin. Pemilihan b0 dan b1 pada metode OLS dapat dilakukan dengan memilih nilai jumlah kuadrat residual (residual sum of squared=RSS),
yang paling kecil.
Atau dapat ditulis sebagai berikut: 2
2
0
2
1
….........…………..……………..(3.6)
Selanjutnya, dari persamaan 3.6 diturunkan dengan metode turunan parsial maka akan diperoleh persaman sebagai berikut: 2
2
/
/
0
0
2
0
1
1 …....…………..……….……..(3.7)
2
0
1
1
SKRIPSI
…..........………..…………..(3.8)
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Selanjutnya, dari persamaan 3.7 dan 3.8 mengoptimasi order pertama sama dengan nol maka akan diperoleh persaman sebagai berikut:
Y
i
nb1 b2 X i ……………..…………………………....……………..(3.9)
Y X i
i
b1 X i b2 X i2 …………………………………….…..…….(3.10)
Dimana n adalah ukuran sampel. Persamaan-persamaan simultan dikenal sebagai persamaan normal. Cara untuk memecahkan persamaan normal secara bersama-sama, adalah sebagai berikut:
b1
n X i Yi X i Yi n X i2 ( X i ) 2
( X X )(Y Y ) (X X ) i
i
2
i
x y x i
i
2 i
…………………...………..…………………...……………....(3.11)
dan
Dimana
adalah cara yang digunakan untuk sampel X dan Y dan dan
mendifinisikan
. Selanjutnya, menerapkan
konvensi tersebut untuk membiarkan huruf kecil menunjukkan penyimpangan dari nilai rata-rata.
b0 Y b1 X
b0
X Y X X Y n X ( X ) 2 i
i
2 i
i
i i
2
.................……………………………....(3.12)
i
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
Ada beberapa kriteria untuk menyatakan bahwa model regresi yang dihasilkan adalah baik, yakni (Gujarati, 2003): 1. Kriteria Ekonomi (tanda dan besaran) Evaluasi model dengan kriteria ekonomi dilakukan dengan melihat kecocokan tanda dan nilai koefisien penduga (estimator) dengan teori ekonomi atau nalar. 2. Kriteria Statistik (Uji t, F dan R2) 3. Kriteria Ekonometrika BLUE (Best Liniear Unbiased Estimator) Dalam melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan metode OLS maka asumsi-asumsi dari OLS harus dipenuhi, jika asumsi tidak terpenuhi maka tidak menghasilkan nilai parameter yang BLUE (Best Liniear Unbiased Estimator). Asumsi BLUE (Best Liniear Unbiased Estimator), yakni (Gujarati, 2003): 1. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol 2. Variansnya tetap (homoskedasticity) 3. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term. 4. Tidak ada korelasi serial antara error (no-autocorrelation) 5. Pada regresi linier berganda tidak terjadi hubungan antar variabel bebas (multicolinearity). Perlu dilakukan beberapa pengujian untuk memenuhi kriteria statistik dan asumsi BLUE atau tidak, yaitu melalui:
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
3.6.1.1. Uji t, Uji F, dan Adjusted R-Squared/ R2 (Kriteria Statistik)
Uji t merupakan uji terhadap koefisien variabel bebas secara parsial yang digunakan untuk melihat signifikansi setiap koefisien regresi. Uji t dilakukan dengan melihat >
dan membandingkannya dengan
, apabila
maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan
antara variabel dependen dan variabel independen. Uji F adalah pengujian model secara keseluruhan yang digunakan untuk melihat signifikansi setiap koefisien regresi. Oleh karena itu Uji F ini lebih relevan dilakukan pada regresi berganda. Konsep Uji F adalah apabila
, yakni
kurang dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1
diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen Selanjutnya, koefisien determinasi R-Squared (R2) digunakan untuk mengukurr
tingkat
keberhasilan
model
regresi
yang
digunakan
dalam
memprediksi nilai variabel terikat. Nilai dari R2 terletak nol hingga satu. Model dikatakan dikatakan baik jika semakin mendekati satu. Nilai R2 dapat bernilai negatif jika tidak menggunakan intersept atau konstanta, atau jika metode yang kita gunakan adalah TSLS.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
3.6.1.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas atau kolinearitas berganda merupakan salah satu pelanggaran asumsi OLS, yakni terdapat hubungan linier yang signifikan antara beberapa atau semua variabel bebas dan model regresi (Gujarati, 2003). Hal tersebut diakibatkan dari hubungan linier dalam satu persamaan regresi adalah nilai koefisien sulit untuk ditentukan; atau bahkan jika dalam suatu persamaan regresi terdapat perfect multicollinearity (multikolinieritas sempurna), maka nilai koefisien tidak dapat ditentukan dan nilai standart error menjadi tidak terhingga (infinite). Cara untuk mendeteksi multikolinearitas dapat dilihat dari: 1. R2 yang tinggi, tetapi t yang signifikan sedikit 2. Korelasi pair-wise yang tinggi antara variabel bebasnya, jika korelasinya lebih dari 0,8 (rule of thumbs 0,8), maka dapat dikatakan telah terjadi masalah multikolinearitas. 3.6.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan asumsi regresi linier klasik menganggap bahwa varian error bersifat konstan atau homokesdastis. Secara simbol dapat dituliskan sebagai berikut (Gujarati, 2003): ……………………………………………….(3.11) Heteroskedasitas terjadi apabila varians error di dalam sampel tidak konstan. Heteroskedasitas dapat dilihat dari beberapa metode formal yaitu: Park Test, Glejser Test, Spearman’s rank correlation test, Goldfed-Quandt test, Bartlett homogeneity-of variance test, Breusch-Pagan test, Peak test, White’s general
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
heteroscedasticity test (Gujarati, 2003). Penelitian ini menggunakan metode White’s general heteroscedasticity test dengan Ho tidak ada heteroskedasitas dan H1 ada heteroskedasitas, jika probabilitas F dan Obs*R-Squared
(P-Value)
kurang dari α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat heteroskedasitas begitu sebaliknya. 3.6.1.4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara kesalahan (error term) tahun t dengan kesalahan tahun t-1 (periode sebelumnya) atau korelasi antara dua seri waktu (time series), seperti
. Data time series lebih
cenderung terjadi autokorelasi (Gujarati, 2003). Autorelasi dapat menyebabkan nilai estimasi OLS tidak BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Hasil parameter masih tetap linier-unbiased tetapi tidak efisien (varians under estimate). Nilai standard error yang dihasilkan estimasi OLS lebih kecil dibandingkan dengan standart error yang sebenarnya sehingga cenderung menolak Ho (Pindyck dan Rubinfield, 1997). Uji yang digunakan untuk mengetahui adanya korelasi serial yaitu the Breusch-Godfrey serial correlation LM Test, ynng dikembangkan oleh BreuschGodfrey. Nilai F dan Obs*R-Squared, jika nilai probabilitas F dan Obs*R-Squared kurang dari α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat autokorelasi begitu sebaliknya.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
3.6.1.5. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan jika sampel yang digunakan kurang dari 30, karena jika sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi secara normal. Uji normalitas menggunakan Jarque – Bera Test, jika probabilitas lebih dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain error term terdistribusi normal begitu sebaliknya. 3.6.2. Penentuan Lag Lenght Optimal
Penentuan lag merupakan hal yang paling menentukan dalam uji stasioneritas. Lag yang terlalu sedikit maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Akibatnya
dan standart error tidak diestimasi dengan baik.
Jika memasukkan terlalu banyak lag maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi degrees of freedom (Haris, 1995:65). Selanjutnya, untuk menentukan jumlah lag ditentukan berdasarkan kriteria informasi yang direkomendasikan dengan metode Final Prediction Error (FPE), Aike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC), dan Hannan-Quinn (HQ). Penentuan lag optimal dengan menggunakan kriteria informasi tersebut, maka dipilih kriteria yang mempunyai Final Prediction Error (FPE) atau jumlah dari AIC, SIC, dan HQ paling kecil diantara berbagai lag yang diajukan (Ajija, dkk., 2011:167).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Potret Makro Ekonomi Jawa Timur, Investasi (PMTB), Modal Manusia, dan Infrastruktur. 4.1.1. Makro Ekonomi Jawa Timur
Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan peran yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sejak 2009 sampai 2015, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi ini menunjukkan posisi ekonomi Jawa Timur yang kuat dan menciptakan peningkatan daya beli masyarakat yang disebabkan kenaikan pendapatan dan penurunan harga barang secara umum (lihat Gambar 4.1). 7,50% 7,00% 6,50% 6,00% 5,50% 5,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% Indonesia
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 3,64% 4,50% 4,78% 5,03% 5,69% 5,50% 6,35% 6,01% 4,63% 6,22% 6,49% 6,26% 5,73% 5,06% 4,79%
Jawa Timur 3,76% 3,80% 4,78% 5,83% 6,06% 5,80% 6,11% 5,94% 5,01% 6,68% 7,22% 7,27% 6,55% 5,86% 5,44%
Sumber: BPS (2016), diolah Gambar 4.1 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Nasional (2001-2015)
36 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
Rata-rata kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sejak 2005 sampai 2015 adalah 12,73% (atas dasar harga berlaku). Kontribusi PDRB Jawa Timur mengalami penurunan tajam pada 2008 yakni sebesar 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian dunia. Kenaikan kontribusi PDRB Jawa Timur pada 2012 sebesar 0,24% dari periode sebelumnya. Grafik perkembangan kontribusi PDRB Jawa Timur terhadap PDB Nasional terus meningkat sejak 2011 sampai 2013 (lihat pada Gambar 4.2).
15,00%
14,60%
14,50%
14,14%
14,00%
13,59%
13,50% 13,00%
12,56%
12,50%
12,25%
12,50%
12,08%
12,00%
12,40%
12,15% 11,91%
11,89%
11,50% 11,00% 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Sumber: BPS (2016), diolah Gambar 4.2 Perkembangan Kontribusi PDRB Ekonomi Jawa Timur terhadap PDB Nasional, 2005-2015
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
4.1.2. Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB)
Investasi pemerintah dilihat dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau dari sisi permintaan (demand side) PDRB nominal Jawa Timur Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Dasar 2000 menunjukan kontribusi rata-rata sebesar 18,52% terhadap jumlah keseluruhan PDRB Jawa Timur selama periode 20052014. Kontribusi PMTB paling besar yakni pada 2012 sebesar 20,12% terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur. Pada 2014 kontribusi PMTB turun menjadi 19,68% terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur. Secara rinci untuk kontribusi PMTB terhadap pembentukan PDRB Jawa Timur 2005-2014 dapat dilihat pada Gambar 4.3.
20,50%
80.000,00
20,00% 19,50%
70.000,00
19,00%
65.000,00
18,50%
60.000,00
18,00% 17,50%
55.000,00
Dalam Persen
Dalam Rp‐Miliar
75.000,00
17,00% 50.000,00 45.000,00
16,50% 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
16,00%
Investasi (PMTB) 46.92 50.31 51.67 54.70 57.55 61.66 67.62 71.26 76.01 78.66 Kontribusi PMTB 17,59% 18,16% 17,61% 17,78% 17,86% 17,74% 18,87% 20,12% 19,75% 19,68% Investasi (PMTB)
Kontribusi PMTB
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.3 Investasi (PMTB) dan Kontribusi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) terhadap Pembentukan PDRB Nominal ADHB 2000 Jawa Timur, 2005-2014
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
Berdasarkan struktur belanja APBD Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2011-2015 menunjukan belanja APBD masih belum optimal. Hal itu ditunjukan melalui proporsi belanja daerah yang paling besar adalah belanja pegawai yakni dengan proporsi di atas 40%, namun selama lima tahun terakhir memiliki kecenderungan yang menurun. Hal tersebut berbeda dengan proporsi belanja modal relatif cukup kecil yakni berada pada tingkat terkecil pada struktur belanja APBD secara keseluruhan, namun proporsinya mengalami peningkatan selama periode 2011-2015 (lihat pada Gambar 4.4).
50,0%
49,1%
47,5%
45,9% 43,3%
41,2%
40,0%
30,0%
20,0%
19,3% 15,8%
18,1% 19,3% 15,0%
18,3%
20,7%
20,4%
17,8%
15,4%
19,8%
18,1%
15,9%
21,3%
17,8%
10,0%
0,0% 2011 2012 Jenis Belanja (Miliar) 2011 26.290,07 Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa 10.307,74 8.487,55 Belanja Modal 8.458,14 Belanja Lain-Lain
2013 2012 30.579,20 11.662,60 9.680,50 12.436,80
2014 2013 33.342,70 13.279,10 11.146,30 14.818,20
2014 36.058,90 17.224,20 15.094,80 14.827,90
2015 2015 41.689,90 20.003,90 17.963,20 21.506,80
Sumber: Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2015 Gambar 4.4 Struktur belanja APBD Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2011-2015
Data investasi yang digunakan pada model estimasi dalam penelitian ini menggunakan data PMTB Atas Dasar Harga Berlaku 2000 selama periode 19802014. Secara rinci data investasi (PMTB) untuk model estimasi dalam penelitian ini dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 1.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
4.1.3. Modal Manusia
Modal manusia menggambarkan kualitas sumberdaya manusia dalam peningkatan tenaga kerja dan produksi untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada model estimasi ini variabel modal manusia menggunakan data anggaran belanja pemerintah Kab./Kota dan Provinsi di bidang pendidikan dan kesehatan dengan harga tahun dasar/ harga konstan 2000 (ADHB 2000). Pada 2014 belanja pemerintah di bidang pendidikan, jika dilihat menggunakan harga tahun dasar 2000 turun 12,80% yakni menjadi Rp7,69 triliun. Belanja pemerintah di bidang kesehatan, jika dilihat menggunakan harga tahun dasar 2000 turun 17,03% yakni menjadi Rp2,73 triliun (lihat Gambar 4.5).
10.000.000,00 9.000.000,00
Dalam Rp‐Ribu
8.000.000,00 7.000.000,00 6.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00 ‐
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Pendidikan 3.830.771
2005
4.400.574
4.144.587
5.449.737
5.891.434
5.746.718
7.990.908
8.501.409
8.812.841
7.685.103
Kesehatan
1.245.263
1.430.880
1.720.987
1.987.535
2.210.776
2.621.989
2.942.744
3.292.008
2.731.421
1.044.176
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.5 Perkembangan Anggaran Pendidikan dan Anggaran Kesehatan di Jawa Timur (ADHB 2000), 2010-2014
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Data modal manusia pada model estimasi menggunakan data anggaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan menggunakan harga tahun dasar 2000 dari 1980 sampai 2014. Secara rinci data modal manusia untuk model estimasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. 4.1.4. Infrastruktur
Perkembangan infrastruktur di Jawa Timur dalam 10 tahun terakhir, jika dilihat dari beberapa jenis infrastruktur penting dalam pembangunan menunjukan peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Beberapa jenis infrastruktur penting dalam pembangunan yaitu meliputi jalan raya (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota), gorong-gorong (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota), jembatan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota), listrik, air bersih, sambungan telekomunikasi, dan jaringan irigasi (lihat Tabel 4.1). Tabel 4.1 Infrastruktur Penting Dalam Pembangunan di Jawa Timur, 2005-2014 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang Jalan (Ribu/Km) 37.135,89 38.005,56 36.592,38 34.317,91 35.621,29 42.510,01 42.512,01 42.514,01 42.545,01 42.555,01
Panjang Gorong2 (Ribu/Km) 53,02 53,73 53,71 53,71 58,07 57,63 59,69 61,82 64,04 66,33
Panjang Jembatan (Ribu/Km) 37,45 34,39 34,39 34,39 34,73 34,71 35,05 35,38 35,72 36,06
Listrik Dibangkitkan (Ribu/Mwh) 19.468.061,82 20.054.790,18 21.163.304,82 21.871.978,72 22.766.487,24 24.469.830,03 26.151.720,80 28.824.484,96 30.704.047,94 32.591.821,83
Air Bersih Disalurkan (Ribu/m3) 303.138 319.488 317.522 350.501 354.952 418.957 502.974 432.849 501.660 524.591
Sambungan Telekomun ikasi 1.621,00 1.589,00 1.538,00 1.501,00 1.445,00 1.390,00 1.331,00 1.288,03 1.246,44 1.206,20
Jaringan Irigasi (Ribu/Km) 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23
Sumber: BPS (2015), diolah
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
Pada 2014 Infrastruktur yang megalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni jalan raya (0,02%), gorong-gorong (3,58%), jembatan (0,98%), listrik (6,15%), dan air bersih (4,57%). Sambungan telekomunikasi pada 2014 mengalami penurunan sebesar 3,23%, hal itu disebabkan pola masyarakat yang beralih dari telepon kabel ke telepon seluler. Jaringan irigasi selama 10 tahun terakhir dalam perkembangannya mengalami stagnan, namun perkembangan bendungan mengalami penambahan. Infrastruktur penting dalam pembangunan yang meliputi jalan, goronggorong, jembatan, listrik, air bersih, telekomunikasi, dan jaringan irigasi secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Infrastruktur Jalan, Gorong-gorong, dan Jembatan
Infrastruktur jalan sebagai prasarana/ akses penghubung antara wilayah dapat memberikan nilai tambah secara ekonomi dan membangkitkan kegiatan ekonomi disuatu wilayah. Pembangunan jalan terbagi menjadi jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Perkembangan pembangunan jalan didominasi oleh jalan kabupaten/kota sekitar 90% dari jumlah jalan keseluruhan. Hal itu dikarenakan pemerintah kabupaten/kota memiliki wewenang jalan yang luas di daerahnya diantaranya berupa jalan desa, kecamatan, dan kabupaten/kota. Jalan nasional terdiri atas jalan arteri primer, jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, jalan tol. Infrastruktur jalan lainnya seperti jalan provinsi dan jalan kabupaten serta jembatan-jembatan yang ada di ruas-ruas jalan tersebut masing-masing menjadi kewenangan pemerintah provinsi
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
dan pemerintah kabupaten. Perkembangan panjang jalan beberapa tahun terakhir menunjukan kondisi yang stagnan terutama jalan nasional dan jalan provinsi. Secara
rinci
perkembangan
infrastruktur
jalan
nasional,
provinsi,
dan
kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Infrastruktur Jalan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, 2005-2014 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nasional 1.899,21 1.897,25 1.899,21 1.899,21 2.027,01 2.027,01 2.027,01 2.027,01 2.027,01 2.027,01
Jalan (Ribu/Km) Provinsi Kab./Kota 1.439,18 33.797,50 1.527,58 34.580,73 1.439,00 33.689,00 1.439,00 34.476,00 2.001,00 35.824,00 2.001,00 38.482,00 2.001,00 38.484,00 2.001,00 38.486,00 2.001,00 38.517,00 2.001,00 38.527,00
Keseluruhan 37.135,89 38.005,56 37.027,21 37.814,21 39.852,01 42.510,01 42.512,01 42.514,01 42.545,01 42.555,01
Sumber: BPS (2015), diolah
Gorong-gorong merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari infrasrtuktur jalan sebagai saluran air menuju ke sungai untuk menghidari banjir yang dapat mengganggu perekonomian. Pembangunan gorong-gorong terbagi menjadi gorong-gorong nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Perkembangan pembangunan gorong-gorong didominasi oleh gorong-gorong kabupaten/kota sekitar 90% dari jumlah gorong-gorong keseluruhan. Hal itu sejalan dengan panjang jalan yang banyak berada ditingkat kabupaten/kota. Secara rinci perkembangan infrastruktur gorong-gorong nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.3.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Tabel 4.3 Infrastruktur Gorong-gorong Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, 2005-2014 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nasional 26,52 26,15 26,15 26,15 27,08 28,05 29,06 30,10 31,17 32,29
Gorong‐gorong (Ribu/Km) Provinsi Kab./Kota Keseluruhan 23,50 506,40 556,42 27,58 556,51 610,24 27,56 463,94 517,66 27,56 568,19 621,90 28,55 494,79 550,42 29,57 550,53 608,15 30,63 570,26 629,95 31,73 590,71 652,53 32,87 612,35 676,38 34,04 628,77 695,10
Sumber: BPS (2015), diolah
Jembatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari infrasrtuktur jalan sebagai penghubung antar daerah yang dilewati sungai atau laut, jembatan juga berfungsi memperpendek jarak tempuh antar daerah. Pembangunan jembatan terbagi menjadi jembatan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Perkembangan pembangunan jembatan didominasi oleh jembatan kabupaten/kota sekitar 90% dari jumlah jembatan keseluruhan. Hal itu sejalan dengan panjang jalan yang banyak berada ditingkat kabupaten/kota. Secara rinci perkembangan infrastruktur jembatan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 4.4.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
Tabel 4.4 Infrastruktur Jembatan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota di Jawa Timur, 2005-2014 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nasional 24,65 21,37 21,37 21,37 21,57 21,57 21,78 21,98 22,19 22,41
Jembatan (Ribu/Km) Provinsi Kab./Kota 12,80 379,10 13,02 356,19 13,02 297,01 13,02 363,75 13,14 308,74 13,14 331,65 13,27 334,83 13,40 338,05 13,52 341,55 13,65 341,83
Keseluruhan 416,55 390,57 331,39 398,14 343,45 366,36 369,88 373,43 377,27 377,89
Sumber: BPS (2015), diolah
Pada 2015, Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 17,18% dari anggaran pemerintah atau sebesar Rp610,65 miliar. DAK diperuntukan dalam beberapa jenis pembangunan infrastruktur yaitu diantaranya
jalan (38,56%), irigasi
(29,22%), air minum (19,12%), sanitasi (9,33%), dan permukiman (3,78%) . B. Infrastruktur Listrik dan Air Bersih
Kapasitas produksi listrik di Jawa Timur selama 10 tahun terakhir (20052014) terus mengalami kenaikan produksi. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang menyebabkan permintaan akan sumber energi baik rumah tangga maupun industri mengalami kenaikan. Selain itu, permintaan listrik yang meningkat disebabkan karena kemajuan teknologi yang semakin berkembang dan program pemerintah yang berkaitan pemerataan listrik hingga kepelosok-pelosok daerah. Pada 2005 sampai 2014, rata-rata listrik yang terjual dari produksi listrik yang dibangkitkan sebesar 92,80% dengan susut distribusi sebesar 7,20%. Besarnya susut distribusi disebabkan karena jenis bahan yang
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
digunakan dalam penyaluran listrik dan jarak daerah yang dialiri listrik (lihat Gambar 4.6). 70,00
Dalam Juta
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 ‐
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Susut Distribusi 1,63 1,67 1,65 1,58 1,52 1,86 1,93 1,69 2,00 2,00 Listrik terjual
17,84 18,39 19,51 20,29 21,25 22,61 24,22 27,13 28,71 30,52
Produksi listrik 19,47 20,05 21,16 21,87 22,77 24,47 26,15 28,82 30,70 32,53
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.6 Produksi Listrik yang Dibangkitkan, Penggunaan dan Susut dari Distribusi Listrik Per Tahun, 2005-2014
Selanjutnya, pertumbuhan infrastruktur listrik terus mengalami kenaikan dalam 10 tahun terakhir. Perbandingan produksi listrik yang dibangkitkan dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Sumber: BPS (2015), diolah
Gambar 4.7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi dan Listrik Dibangkitkan, 2005-2014
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
Penggunaan listrik di Indonesia dibedakan menjadi beberapa golongan yakni diantaranya sosial; rumah tangga; usaha, multiguna, dan hotel; industri; gedung/kantor; dan jalan. Secara rinci untuk pelanggan listrik, daya terpasang, dan listrik terjual dapat dilihat pada Gambar 4.8. Pelanggan
Rumah Tangga; 92,59%
Daya Terpasang Usaha, Multiguna dan Hotel; 4,43% Usaha, Industri; Jalan; 0,34% Multiguna 32,60% dan Hotel; Industri; 15,15% 0,14% Gedung/Kantor ; 0,16%
Rumah Tangga; 46,03%
Sosial; 2,35%
Golongan Tarip Sosial Rumah Tangga Usaha, Multiguna dan Hotel Industri Gedung/Kantor Jalan Jumlah
Listrik Terjual Gedung/Kantor ; 1,36% Usaha, Multiguna Sosial; 3,71% dan Hotel; 13,15%
Industri; 43,33%
Gedung/Kantor; 1,01% Jalan; 1,80%
Jalan; 1,14%
Rumah Tangga; 37,95%
Sosial; 2,75%
Pelanggan (Unit) Daya Terpasang (KVA) Listrik Terjual (MWH) 226.195 575.273 839.435 8.927.359 7.135.023 11.585.259 427.042 2.349.168 4.014.222 13.625 5.053.343 13.227.121 15.437 211.259 309.474 32.352 177.222 548.475 9.642.010 15.501.288 30.523.986
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.8 Banyaknya Pelanggan, Daya Terpasang dan Listrik Terjual Menurut Golongan Tarip, 2014
Pada 2014, pelanggan listrik didominasi oleh rumah tangga sebesar 92,59% dengan daya terpasang listrik (KVA) paling besar yakni sebesar 7.135.023 KVA (46,03%), tetapi listrik terjual didominasi oleh industri yakni sebesar 13.227.121 MWH (43,33%) dari keseluruhan listrik yang terjual di Jawa Timur. Hal itu dipengaruhi oleh aktifitas industri dalam produksinya yang menggunakan teknologi, sehingga membutuhkan konsumsi energi listrik yang lebih banyak (lihat Gambar 4.8).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan primer yang menjadi prasyarat penting dalam pembangunan suatu daerah. Pada 2014 pelanggan air bersih di Jawa Timur sebanyak 1.628.845 pelanggan dan jumlah perusahaan sebanyak 27.702 perusahaan, sedangkan jumlah air yang disalurkan sebesar 524.590.727 m3 dengan nilai Rp1.294,24 milyar. Air bersih dalam pembentukan PDRB Jawa Timur memberikan kontribusi nilai tambah pada 2014 sebesar Rp365,68 milyar. Perbandingan produksi air bersih dan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.9 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi dan Produksi Air Bersih, 2005-2014 C. Infrastruktur Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi bagi masyarakat modern sudah merupakan kebutuhan pokok. Perkembangan telekomunikasi yang sangat pesat dan jangkauan jaringan yang semakin luas merupakan faktor pendorong di dalam peningkatan produksi telekomunikasi. Pada awal Repelita VI masa orde baru (1994/1995-1998/1999), pembangunan telekomunikasi diarahkan untuk menjadi
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
sarana perhubungan dan aliran informasi yang cepat untuk mendukung kegiatan ekonomi. Perkembangan sambungan telekomunikasi (Telepon Kabel) dalam sepuluh tahun terakhir (2005-2014) di Jawa Timur terus mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 3,23% per tahun (lihat Gambar 4.10). Hal tersebut dipengaruhi kemajuan teknologi telekomunikasi, sehingga menyebabkan pergeseran konsumsi masyarakat dari telepon kabel beralih ke telepon seluler. 1,80 1,60 1,40
Dalam Juta
1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 ‐
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.10 Perkembangan Sambungan Telekomunikasi (Telepon Kabel) di Jawa Timur, 1980-2014
Pada 1995, telekomunikasi seluler generasi pertama kali dikenalkan yaitu CDMA (Code Division Multiple Access) yang disebut ETDMA (Extended Time Division Multiple Access) melalui operator Ratelindo yang hanya tersedia di beberapa wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Sementara itu di dekade yang sama, diperkenalkan
teknologi GSM (Global Global System
for Mobile
Communications) yang mengembangkan teknologi telekomunikasi seluler di Indonesia ke era generasi kedua (2G).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50
Perkembangan telepon seluler di Jawa Timur 2005-2014 terus meningkat. Jumlah telepon seluler di Jawa Timur pada 2011 lebih besar dari pada jumlah penduduk di Jawa Timur dan terus meningkat sampai 2014. Hal ini disebabkan karena penemuan teknologi telekomunikasi yang terus berkembang dan kemudahan yang diberikan telepon seluler dalam membantu kehidupan manusia. Pada 2014, pengguna telepon seluler di Jawa Timur sekitar 49 juta orang atau sekitar 15,30% dari pengguna telekomunikasi di Indonesia (lihat Gambar 4.11).
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.11 Perkembangan Telepon Seluler dan Jumlah Penduduk di Jawa Timur, 2005-2014
Perkembangan pengguna telepon seluler yang terus meningkat sejalan dengan pekembangan operator kartu seluler di Jawa Timur. Pada 2014, operator seluler yang mendominasi persaingan telekomunkasi di Jawa Timur yaitu Telkomsel (34,92%), Indosat (22,66%), dan XL-Asiata (17,78%). Secara rinci pangsa pasar operator seluler di Jawa Timur 2014 dapat dilihat pada Gambar 4.12.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.12 Pasar Operator Seluler di Jawa Timur, 2014 D. Infrastruktur Jaringan Irigasi
Kondisi geografis Jawa timur yang terdiri dari pegunungan dan pesisir pantai yang panjang menjadikan Jawa Timur memiliki lahan yang subur dan hasil perikanan yang melimpah. Hal tersebut menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional. Oleh karena itu, banyak penduduk yang bekerja disektor informal atau sektor tradisional. Pada 2015, ketenagakerjaan Jawa Timur didominasi oleh sektor pertanian (37,36%), diikuti oleh perdagangan (21,49%) dan industri (14,40%). Sekitar 7 juta keluarga di Jawa Timur bekerja di sektor pertanian (lihat Gambar 4.13).
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52
Jasa Kemasyarakatan; 15,29% Industri; 14,40%
Perdagangan; 2015 21,49% Penduduk
Konstruksi; 7,46%
yang Bekerja 19,65 juta
Transportasi, Gudang, & Komunikasi; 3,14%
Pertanian ; 37,36%
Lainnya; 0,86%
Sumber: BPS (2016), diolah Gambar 4.13 Ketenagakerjaan di Jawa Timur, 2015
Jumlah tenaga kerja disektor pertanian yang tinggi juga harus ditunjang dengan fasilitas infrastruktur yang baik. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian, sehingga nilai tambah yang diperoleh petani akan meningkat. Pada tiga terakhir perkembangan infrastruktur pertanian cenderung menurun. Perkembangan panjang jaringan irigasi di Jawa Timur relatif menurun sejalan dengan luasan lahan irigasi yang menurun. Luas lahan irigasi yang cenderung menurun disebabkan karena alih fungsi lahan seperti digunakan untuk perumahan/KPR. Menurut Dinas Perairan Provinsi Jawa Timur, panjang jaringan irigasi di Jawa Timur tidak ada penambahan dikarenakan mengikuti jaringan irigasi yang sudah ada dan hanya mempebaiki jaringan irigasi tapi tidak melakukan penambahan panjang irigasi. Pemerintah pusat menargetkan 49 pembangunan waduk di Pulau Jawa yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan
Jangka
Menengah
Nasional
2015-2019.
Empat
dari
49
pembangunan waduk di Pulau jawa berada di Provinsi Jawa Timur yakni meliputi
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53
waduk Semantok, Bagong, Lesti, dan Wonodadi. Secara rinci perkembangan infrastruktur pertanian di Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Perkembangan Infrastruktur Pertanian di Jawa Timur, 2010-2014 No. 1 2 3 4 No. 1
2
3 4 5 6 7
Uraian 2010 2011 2012 Sawah irigasi (Ha) 879.618,00 876.835,00 931.603 Sawah non irigasi (Ha) 227.658,00 229.614,00 243.013 Lahan Sawah (Ha) 1.107.276,00 1.106.449,00 1.174.616,00 Panjang Irigasi (KM) 1.704,23 1.698,10 1.691,99 Wilayah Sungai 2010 2011 2012 Bengawan Solo 61 Waduk 61 Waduk 61 Waduk Volume Tampung (103 m3) 588.977,63 590.384,63 590.384,63 KapasitasEfektif (103 m3) 363.212,80 365.423,80 365.423,80 Luas Daerah Genangan (km2) 3.612,79 3.612,79 3.612,79 Brantas 21 Waduk 21 Waduk 21 Waduk Volume Tampung (103 m3) 459.458,00 459.458,00 475.367,00 KapasitasEfektif (103 m3) 412.640,90 412.640,90 435.954,90 Luas Daerah Genangan (km2) 2.913,75 2.913,75 2.913,75 Welang – Rejoso Pekalen – Sampean Baru – Bajulmati Bondoyudo – Bedadung Madura 1 Waduk 1 Waduk 1 Waduk Volume Tampung (103 m3) 10.000,00 10.000,00 10.000,00 KapasitasEfektif (103 m3) 7.250,00 7.250,00 7.250,00 Luas Daerah Genangan (km2) 2,80 2,80 2,80
2013 2014 928.307 924.513 250.957 252.647 1.179.264,00 1.177.160,00 1.686,01 1.679,12 2013 2014 61 Waduk 61 Waduk 590.384,63 590.384,63 365.423,80 365.423,80 3.612,79 3.612,79 21 Waduk 21 Waduk 475.367,00 475.367,00 435.954,90 435.954,90 2.913,75 2.913,75
1 Waduk 1 Waduk 10.000,00 10.000,00 7.250,00 7.250,00 2,80 2,80
Sumber: BPS (2015), diolah
Data modal infrastruktur pada model estimasi menggunakan penjumlahan dari infrastruktur panjang jalan (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), panjang gorong-gorong (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), panjang jembatan (Nasional, Provinsi, dan Kab./Kota), Produksi listrik yang dibangkitkan, air bersih, Sambungan telekomunikasi (telepon kabel), dan jaringan irigasi (lihat Lampiran 2). Perhitungan penjumlahan menggunakan metode indeks (tahun dasar indeks 100) karena satuan setiap variabel infrastruktur berbeda-beda (indeks infrastruktur dapat dilihat pada Lampiran 3). Data modal infrastruktur menggunakan data series dari 1980 sampai 2014. Secara rinci modal infrastruktur untuk model estimasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54
4.2. Analisis Model dan Pengujian Hipotesis (OLS)
Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan adalah dengan model Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan dalam model OLS adalah data time series. Beberapa tahapan dalam melakukan analisi model OLS yakni melakukan regresi berganda; uji t dan uji f; uji kausalitas; uji multikolinieritas; uji heteroskedasitas; uji autokorelasi; uji normalitas; dan penentuan lag leght optimal. 4.2.1. Regresi Berganda
Regresi berganda dilakukan untuk melihat hubungan antara satu variabel terikat (dependen) dengan variabel bebas (independen) yang lebih dari satu. Pada penelitian ini PDRB menjadi variabel terikat sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah investasi, modal manusia, dan infrastruktur. Hasil dari regresi sederhana dapat dilihat pada Gambar 4.14. Dependent Variable: LN_PDRB_ Method: Least Squares Date: 06/23/16 Time: 02:12 Sample: 1980 2014 Included observations: 35 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LN_MAN_ LN_INVES_ LN_INFRA_ C
0.067760 0.364857 0.812391 2.474775
0.015921 0.063486 0.120163 0.608968
4.256102 5.747031 6.760734 4.063882
0.0002 0.0000 0.0000 0.0003
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.985443 0.984034 0.076265 0.180307 42.53488 699.5282 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
18.92517 0.603578 -2.201993 -2.024239 -2.140632 0.965145
Gambar 4.14 Regresi Berganda
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55
Berdasarkan hasil regresi Gambar 4.14 maka akan didapat persamaan sebagai berikut: PDRB
2,47
0,07lnMan
0,36lnInves
0,81 Infra
Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa setiap ada perubahan 1% pada variabel manusia menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,07% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel investasi menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,36% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel infrastruktur menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,81% dimana variabel lain dianggap tetap; dan jika tidak ada perubahan terhadap variabel manusia, investasi, dan infrastruktur maka akan terjadi perubahan PDRB sebesar 2,47% (variabel diluar model). 4.2.2. Uji t, Uji F, dan Adjusted R-Squared/ R2 (Kriteria Statistik)
Berdasarkan hasil regresi berganda pada Gambar 4.14 dapat dilakukan uji
t, uji F, dan melihat koefisien Adjusted R-Squared. Uji t dilakukan dengan melihat dan membandingkannya dengan
, apabila
>
maka
Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Pada penelitian ini berdasarkan data yang digunakan maka nilai 2,0213. Nilai
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%) adalah semua variabel independen lebih besar
maka Ho
ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain secara individu variabel manusia ada hubungan dengan PDRB, investasi ada hubungan dengan PDRB, dan infrastruktur ada hubungan dengan PDRB.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56
Selanjutnya, melakukan uji F yang merupakan uji model secara keseluruhan atau secara bersama-sama. Konsep Uji F adalah
, yakni apabila
kurang dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Pada Gambar 4.14 menunjukan nilai
dari
adalah
0,000000, artinya pada α = 1%, 5%, dan 10% hipotesa H0 ditolak sehingga variabel independen dalam persamaan tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap variasi dari variabel dependen. Pada hasil estimasi OLS (lihat Gambar 4.14) menunjukan Adjusted Rsquared sebesar 0,98, artinya 0,98 (98%) variabel bebas menjelaskan variabel terikat sisanya dijelaskan oleh variabel di luar model. Semakin Adjusted Rsquared mendekati satu maka model yang digunakan semakin baik. 4.2.3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas variabel dapat dilihat dari koefisien korelasi dari masingmasing variabel bebas, jika koefisien korelasi antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 berarti terjadi mulikolinieritas. Hasil uji mulikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.6 dan secara rinci pada Lampiran 4. Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel LN_PDRB_ LN_MAN_ LN_INVES_ LN_INFRA_ 1,000000 0,684993 0,754036 0,782078 LN_PDRB_ 0,684993 1,000000 0,673565 0,663166 LN_MAN_ 0,754036 0,673565 1,000000 0,729536 LN_INVES_ 0,782078 0,663166 0,729536 1,000000 LN_INFRA_ Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas menunjukan bahwa antara variabel PDRB, modal manusia, investasi, dan infrastruktur tidak terjadi multikolinieritas, karena memiliki nilai correlation matrix ledih dari 0,8. 4.2.4. Uji Heteroskedasitas
Hasil yang perlu diperhatikan dalam uji heteroskedasitas menggunakan White Heteroskedasticity adalah nilai F dan Obs*R-Squared, jika nilai probabilitas F dan Obs*R-Squared kurang dari α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat heteroskedasitas begitu sebaliknya. Hasil uji heteroskedasitas dapat dilihat pada Gambar 4.15 dan secara rinci pada Lampiran 5. Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.054651 9.631692 6.425683
Prob. F(9,25) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.4275 0.3811 0.6967
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 Gambar 4.15 Hasil Uji Heteroskedasitas
Berdasarkan Gambar 4.15 menunjukan bahwa probabilitas F dan Obs*RSquared lebih dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat heteroskedasitas.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58
4.2.5. Uji Autokorelasi
Hasil yang perlu diperhatikan dalam uji autokorelasi menggunakan Metode Bruesch-Godfrey yang lebih dikenal dengan LM-Test adalah nilai F dan Obs*R-Squared, jika nilai probabilitas F dan Obs*R-Squared kurang dari α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat autokorelasi begitu sebaliknya. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Gambar 4.16 dan secara rinci pada Lampiran 6. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
4.849151 8.771459
Prob. F(2,29) Prob. Chi-Square(2)
0.1520 0.1250
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 Gambar 4.16 Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan Gambar 4.16 menunjukan bahwa probabilitas F dan Obs*RSquared lebih dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain tidak terdapat autokorelasi. 4.2.6. Uji Normalitas
Uji normalitas disebut Jarque – Bera Test, jika probabilitas lebih dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain error term terdistribusi normal begitu sebaliknya. Secara rinci untu hasil uji normalitas dapat dilihat pada Gambar 4.17.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59 8
Series: Residuals Sample 1980 2014 Observations 35
7 6 5 4 3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.48e-15 -0.001485 0.153415 -0.165399 0.072823 0.075601 2.700824
Jarque-Bera Probability
0.163870 0.921332
2 1 0 -0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016 Gambar 4.17 Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.17 menunjukan bahwa probabilitas lebih dari pada α = 1%, 5%, dan 10% maka Ho diterima dan H1 ditolak, dengan kata lain error term terdistribusi normal. 4.2.7. Penentuan Lag Leght Optimal
Penentuan lag lenght optimal dalam penelitian ini menggunakan pemilihan kriteria informasi dengan metode Final Prediction Error (FPE), Aike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC), dan Hannan-Quinn (HQ). Dari hasil estimasi Eviews 7 dapat diketahui bahwa lag optimal yang direkomendasikan adalah satu (lihat Tabel 4.7). Secara rinci untuk hasil ekonometri uji lag leght optimal dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 4.7 Uji Lag Lenght Optimal Lag 0 1 2 3
FPE 2,53E-08 1,23E-11 7,61e-12* 1,44E-11
AIC -6,13942 -1,38297 -14,26033* -1,38086
SC -5,95620 -1,21807 -13,34425* -1,14267
HQ -6,07869 -1,32831 -13,95667* -1,30190
Keterangan: * menunjukkan lag yang direkomendasikan Eviews 7 Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60
Pada Tabel 4.7 menunjukan bahwa hasil uji lag leght optimal yakni direkomendasikan dengan menggunakan lag dua, sehingga dapat disimpulkan variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh setelah ditahun kedua. Jadi, pada periode kedua secara bersama-sama variabel investasi, modal manusia, dan infrastruktur memiliki pengaruh terhadap PDRB Jawa Timur. 4.3. Pembuktian Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis model OLS yang telah dijabarkan di atas, hipotesis pertama dalam penelitian ini yang menyatakan hasil uji statistik dalam model OLS terdapat hubungan antar variabel. Penelitian ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen yang digunakan, berpengaruh signifikan. Infrastruktur, modal manusia, dan investasi dalam jangka panjang berpengaruh positif terhadap PDRB di Jawa Timur. Hasil tersebut sesuai hipotesis yang telah disusun sebelumnya. 4.4. Hasil Analisis
Pada 2014, laporan Bank Dunia menyatakan ekonomi Indonesia yang tertinggal disebabkan investasi infrastruktur yang rendah. Investasi infrastruktur di Indonesia sebelum krisis moneter 1997-1998, pernah mencapai 7% dari PDB. Beberapa tahun terakhir investasi infrastruktur Indonesia hanya berada di bawah 5%. Berbeda dengan negara ASEAN seperti Thailand dan Vietnam memiliki rasio di atas 7%, apalagi China yang investasi infrastruktur di atas 10% dari PDB. Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kurun 2001-2011 bisa lebih tinggi jika alokasi anggaran infrastruktur lebih tinggi.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, anggaran infrastruktur pada 2011 tercatat Rp114,2 triliun dan naik 58% pada 2014 menjadi Rp177,9 triliun dalam waktu lima tahun. Angka ini meningkat secara drastis setelah pemerintahan baru Presiden Joko Widodo. Pada 2015, alokasi anggaran infrastruktur mencapai Rp290,3 triliun atau melonjak 63% dibandingkan di tahun sebelumnya (2014) yang merupakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (lihat Gambar 4.18).
Sumber: Kementrian Keuangan, 2016 Gambar 4.18 Perbandingan Subsidi Energi, Anggaran Pendidikan, Infrastruktur dan Kesehatan Nasional (2011-2016)
Jika ditinjau dari persentase anggaran infrastruktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), selama lima tahun terakhir pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono rata-rata rasio tersebut lebih kecil dibandingkan di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada 2015, kenaikan signifikan anggaran
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62
infrastruktur pada awal masa pemerintahan Presiden Joko Widodo meningkatkan rasio anggaran infrastruktur menjadi 3,2%. Pada 2016, anggaran infrastruktur bertambah menjadi Rp313,5 triliun dengan rasio 3,3% di mana porsi belanja infrastruktur pemerintah pusat menjadi lebih kecil dan transfer ke daerah meningkat (Kementrian Keuangan, 2016). Pada Gambar 4.26 menjelaskan pada periode Pemerintahan yang baru 2014-2019 menunjukan beberapa kebijakan penting terkait penyusunan APBN. Pemerintahan baru dalam dua periode awal (2015 dan 2016) menunjukan perubahan yang signifikan terutama terkait subsidi energi, di mana pengalihan dana subsidi energi untuk kegiatan yang lebih produktif yakni melalui pembangunan infrastruktur. Pengalihan anggaran tersebut diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan yang produktif. Berdasarkan asumsi di atas, maka dibuktikan apakah kebijakan tersebut memang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, dari hasil perhitungan dari variabel manusia, investasi, dan infrastruktur jika ada perubahan terhadap variabel tersebut seberapa besar perubahan terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi dilakukan di Jawa Timur untuk menggambarkan atau membuktikan apakah sudah tepat kebijakan Pemerintah saat ini. Secara rinci hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Analisis Variabel Modal Manusia Investasi Infrastruktur Perubahan 1% 1% 1% PDRB 0,07% 0,36% 0,81%
C 1% 2,47%
Sumber: Hasil Perhitungan, 2016
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63
Berdasarkan hasil analisis Tabel 4.8 menunjukan shock atau perubahan terhadap variabel investasi, modal manusia, dan infrastruktur memberikan nilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Perubahan modal manusia sebesar 1% mengakibatkan perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,07% dimana variabel lain dianggap tetap. Hal ini disebabkan peningkatan pendidikan dan kesehatan dapat meningkatan produktivitas manusia dengan skill dan keahlian yang dimiliki sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Perubahan investasi sebesar 1% mengakibatkan perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,36% dimana variabel lain dianggap tetap. Hal ini disebabkan penambahan modal untuk kegiatan produksi
dapat
meningkatkan
produktivitas
sehingga
berdampak
pada
pertumbuhan ekonomi. Perubahan infrastruktur sebesar 1% mengakibatkan perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,81% dimana variabel lain dianggap tetap. Hal ini disebabkan peningkatan akses antar daerah terkait distribusi transportasi dan logistik sehingga menciptakan daerah bangkitan ekonomi baru dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Variabel lainnya ketika ada perubahan sebesar 1% mengakibatkan perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,47% dimana variabel lain dianggap tetap. Secara bersama-sama variabel investasi, modal manusia, dan infrastruktur memiliki pengaruh terhadap PDRB Jawa Timur pada periode kedua. Berdasarkan hasil penelitian di Jawa Timur menunjukan bahwa kebijakan pemerintah saat ini untuk pengalihan subsidi energi ke infrastruktur sudah tepat karena dari hasil penelitian di Jawa Timur menunjukan perubahan infrastruktur sebesar 1% mengakibatkan perubahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,81%. Oleh
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64
karena itu, belanja pemerintah seharusnya digunakan untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, salah satu indikator penting yang digunakan dalam pembangunan adalah melalui kualitas SDM yaitu menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM Jawa Timur pada empat tahun terakhir masih tergolong rendah (lihat Tabel 4.9). Tabel 4.9 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi se-Pulau Jawa dan Nasional, 2011-2014 Provinsi DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Nasional
2011
2012
76,98 66,67 66,64 75,93 66,06 68,22 67,09
77,53 67,32 67,21 76,15 66,74 68,92 67,7
2013
2014
78,08 68,25 68,02 76,44 67,55 69,47 68,31
78,39 68,8 68,78 76,81 68,14 69,89 68,9
Peringkat Nasional 2011 2012 2013 2014 1 1 1 1 12 12 12 12 14 14 13 13 2 2 2 2 19 18 18 18 8 8 8 8
Sumber: BAPPEDA Jawa Timur, 2015
Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah peran Pemerintah yang memiliki fungsi sebagai penyedia fasilitas pendidikan dan kesehatan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat melalui kebijakan anggaran/ belanja Pemerintah. Pendidikan dan kesehatan merupakan komponen penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sehingga dapat menciptakan tenaga kerja yang handal untuk produktifitas dan pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pada 2014, anggaran pendidikan dan kesehatan Jawa Timur yang
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65
menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang juga menurun. Secara rinci untuk perbandingan pertumbuhan ekonomi, anggaran pendidikan dan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 4.19.
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.19 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Anggaran Infrastruktur Pendidikan dan Kesehatan Jawa Timur, 2000-2014
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi selain dipengaruhi oleh kualitas SDM juga dipengaruhi oleh infrastruktur ekonomi. Infrastruktur Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir masih tergolong lambat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi jika tidak diimbangi dengan infrastruktur yang baik dapat menyebabkan Bottleneck atau terhambatnya aliran (Ro, Jaebong; 2002). Selain itu, infrastruktur yang buruk atau masih kurang menyebabkan arus logistik terhambat berdampak biaya logistik meningkat sehingga harga dipasar tinggi dan menyebabkan inflasi (salah satu penyakit makro) serta berdampak pada nilai barang dan mata uang atau kurs (Achmadi, dkk, 1995). Jika perekonomian Jawa Timur melambat berdampak pada perekonomian nasional karena Jawa Timur berkontribusi dua per tiga
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66
ekonomi Indonesia. Secara rinci untuk perbandingan pertumbuhan ekonomi, indeks infrastruktur, dan indeks modal manusia (unit) di Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 4.20.
Sumber: BPS (2015), diolah Gambar 4.20 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi, Indeks Infrastruktur, dan Indeks Modal Manusia (Unit) di Jawa Timur, 1980-2014
Pembangunan infrastruktur Jawa Timur yang lambat disebabkan karena pembangunan yang cepat tetapi anggaran terbatas,
ketidak singkronan
perencanaan infrastruktur antar daerah (koordinasi lemah), dan terkait pembebasan lahan-ganti rugi. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi hal tersebut diantaranya adalah penggunaan atau perencanaan anggaran yang tepat untuk produktivitas jangka panjang dan perencanaan pembangunan infrastruktur yang seharusnya saling terkoordinasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal itu diperlukan kebijakan untuk mengatur dimasing-masing tingkatan Pemerintah, agar tidak terjadi pembangunan infrastruktur yang tumpang tindih. Koordinasi antar tingkat Pemerintah maupun daerah dan wilayah diperlukan untuk menyingkronkan perencanaan pembangunan yang tertata dan terkoordinasi.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67
4.5. Keterbatasan Penelitian
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data proxy atau hasil estimasi. Salah satunya yakni data PDRB Jawa Timur yang merupakan nilai tambah (value added) bukan output, seharusnya dalam fungsi produksi menggunakan data output. 2. Penelitian ini terbatas hanya melihat secara makro ekonomi Jawa Timur dan tidak begitu memperhatikan karakteristik yang berbeda-beda antar daerah di Kabupaten/ Kota di Jawa Timur. 3. Penelian ini tidak memperhatikan faktor-faktor non-ekonomi, seperti kondosi social, budaya, dan politik yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu wilayah. 4. Penelitian ini menggunakan beberapa data dari instansi resmi pemerintah, beberapa data diantaranya antara instansi satu dengan yang lain ada beberapa yang tidak sama nilainya.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis pada bab IV, maka penelitian ini dapat disimpulkan hasil analisis OLS dapat dijelaskan setiap ada perubahan 1% pada variabel manusia menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,07% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel investasi menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,36% dimana variabel lain dianggap tetap; perubahan 1% pada variabel infrastruktur menyebabkan perubahan PDRB sebesar 0,81% dimana variabel lain dianggap tetap; dan jika tidak ada perubahan terhadap variabel manusia, investasi, dan infrastruktur maka akan terjadi perubahan PDRB sebesar 2,47% (variabel diluar model). Secara bersama-sama variabel investasi, modal manusia, dan infrastruktur memiliki pengaruh terhadap PDRB Jawa Timur pada periode kedua.
68 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka terdapat beberapa saran yang dapat direkomendasikan sebagai berikut: 1. Investasi infrastruktur yang rendah menjadi penyebab merosotnya daya saing dan daya tarik investasi Indonesia dibandingkan negara tetangga dan negara lainnya secara global. Pembangunan infrastruktur ke depan melalui meningkatkan investasi untuk pembangunan infrastruktur yang berkualitas agar daya tarik dan daya saing Indonesia dalam konteks global dapat membaik. 2. Pengalihan dana subsidi energi untuk kegiatan yang lebih produktif yakni melalui pembangunan infrastruktur. Pengalihan anggaran tersebut diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan yang produktif. 3. Perencanaan pembangunan infrastruktur seharusnya saling terkoordinasi antar Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Hal itu
diperlukan
kebijakan
yang
mengatur
dimasing-masing
tingkatan
Pemerintah, agar tidak terjadi pembangunan infrastruktur yang tumpang tindih. Koordinasi antar tingkat Pemerintah maupun daerah dan wilayah diperlukan untuk
menyingkronkan
perencanaan
pembangunan
yang
tertata
dan
terkoordinasi. 4. Masih terbatasnya penelitian ini sehingga diharapkan penulis berikutnya dapat memasukan variabel-variabel makro ekonomi lainnya dan secara rinci antara wilayah untuk lebih mempertajam dan memperdalam analisis.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Tri; Bambang Eko Afiatno; dan Iwan Jaya Azis. 1995. Trade and Transport: Intermodal Transport Development for Promoting Export from Java. Jakarta: PAU-Ek-UI, FE-Unair, dan Lemlit ITS. Bank Indonesia. 2015. Kurs Transaksi Bank Indonesia. Diunduh dari www.bi.go.id/web/id/ moneter/kurs+bank tanggal 3 Oktober 2015. ______. 2015. Kajian Ekonomi Regional Jawa Timur, Oktober 2015. Surabaya: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter. Badan Perencanaan Pengembangan Daerah Jawa Timur. 2016. Pembangunan Daerah Dalam Angka 2015. Jakarta Pusat: BAPPENAS. Badan Perencanaan Pengembangan Nasional. 2015. Data Dinamis Provinsi Jawa Timur 2016 Triwulan 1. Surabaya: BAPPEDA Jawa Timur. _____. 2014. Pembangunan Daerah Dalam Angka 2014. Jakarta Pusat: BAPPENAS. Badan Pusat Statistik. 2016. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-provinsi di Indonesia 2000-2015. Jakarta: BPS. _____. 2015. Berita Resmi Statistik. Jakarta: BPS. _____. 2015. Kontruksi Dalam Angka 2015. Jakarta: BPS _____. 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta: BPS _____. 2015. Statistik Transportasi 2015. Jakarta: BPS Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2016. Jawa Timur Dalam Angka 2015. Surabaya: BPS _____. 2015. Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015. Surabaya: BPS _____. 2015. Statistik Transportasi Jawa Timur 2015. Surabaya: BPS Boediono. 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE Calderon, Cesar., Moral-Benito, Enrique., dan Serven, Luis. 2011. Is Infrastructure Capital Productive? A Dynamic Heterogeneous Approach. The World Bank. Canning, David. 1999. Infrastrucrure’s Contribution To Aggregrate Output. Washington: The World Bank Development Research Group. 70 SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71
Dian Puji Simatupang. 2007. “Kontruksi Yuridis Anggaran Pendidikan”. Bab dalam Hukum Anggaran Negara. Depok: Fakultas Hukum UI. Deliarnov. 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Provinsi Jawa Timur. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Surabaya. Enders, Walter. 2003. Applied Econometric Time Series. New York: John Willey and Sons Inc. Grigg, Neil dan Fontane G. Darell. 2001. Infrastructure System Management and Optimization. International Seminar “Paradigm dan Strategy Of Infrastructure Management”. Civil Engineering Department Diponegoro University. Semarang. Gujarati, Damador. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2015. “Kebijakan Keuangan Daerah dan Transfer ke Daerah serta Dana Desa”. Bahan Presentasi: Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015. Diunduh dari http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wpcontent/uploads/2015/04/musrenbang_jatim_2015_paparan_menteri_keu angan.pdf tanggal 16 Januari 2016. Keynes, J.M. 1936. The General Theory of Employment, Interest and Money. Brace and World, Harcourt. Diunduh dari http://cas.umkc.edu/ economics/people/facultypages/kregel/courses/econ645/winter2011/gene raltheory.pdf tanggal 16 Januari 2016. Kodoatie, Robert J. 2003. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mankiw, Gregory. 2010. Microeconomics. 7th edition. New York: Worth Publisher. Meier, G.M. dan J.E.Rauch. 2000. Leading Issue in Economics Development. seventh edition. NewYork-Oxford : Oxford University Press. Nanga, Muana. 2005. Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada. O’Sullivan, Arthur. 2006. Urban Economics. 6th edition. USA: Mc Graw Hill. Pindyck, Robert S. dan Daniel L. Rubinfeld. 2013. Microeconomics. eighth edition. New York: Pearson.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72
Prasetyo, R.B, dan M. Firdaus. 2009. “Pengaruh Infrastruktur Pada Pertumbuhan Ekonomi Wilayah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi, 2(2):222-236. Bogor: Institut Pertanian Bogor. PT. Telekomunikasi Indonesia. 2013. 2013 Annual Report: Creating Global Talents and Opportunities. Jakarta: PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Republik Indonesia. 2001. Keputusan Presiden RI No. 81 pasal 2 tentang Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur. Robert D. Lee, Jr dan Ronald W. Johnson.1978. Public Budgeting System. Second Edition. Baltimore:University Park Press. Sibarani, M.H.M. 2002. “Kontribusi Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Tesis Megister Sains. Jakarta: Universitas Indonesia. Solow, Robert M.. 1956. “A Contribution to the Theory of Economic Growth”. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 70, No. 1, 65-94. Sukirno, Sadono. 2004. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta: FE UI. United Nations Development Programme. 1995. Human Development Report 1995. New York: Oxford University Press. The World Bank. 2014. Indonesia: Menghindari Perangkap. Jakarta: The World Bank. _____. 1994. World Development Report 1994 : Infrastructure for Development. New York: Oxford University Press. Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia ke Tiga. Jilid Satu Edisi Ketuju. Jakarta: Bumi Aksara.
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LAMPIRAN Lampiran 1 Rincian Data untuk Estimasi PDRB H.Konstan Tahun
ADHB 2000 (Rp-Ribu)
1980 83.075.816,11 1981 85.678.302,31 1982 88.011.177,74 1983 93.867.664,65 1984 98.782.766,31 1985 104.224.241,01 1986 110.643.419,34 1987 116.034.170,13 1988 123.723.537,16 1989 132.948.152,13 1990 143.602.752,56 1991 153.787.359,52 1992 164.620.098,95 1993 176.258.476,33 1994 189.002.252,87 1995 204.462.332,66 1996 220.707.212,54 1997 232.468.377,24 1998 194.993.461,52 1999 197.248.943,01 2000 202.830.063,02 2001 210.448.570,19 2002 218.452.389,09 2003 228.884.458,54 2004 242.228.892,17 2005 256.905.220,50 2006 271.797.924,37 2007 288.404.312,28 2008 305.538.686,62 2009 320.861.168,91 2010 342.280.765,51 2011 366.984.301,20 2012 393.664.000,00 2013 419.429.000,00 2014 444.343.082,60
Investasi ADHB 2000 (Rp-Ribu)
12.817.102,70 12.833.255,39 17.719.048,70 18.856.353,45 17.261.498,65 16.536.054,03 17.199.484,64 21.265.670,53 24.150.777,59 28.718.400,60 32.048.804,48 33.845.248,62 37.087.270,01 39.091.439,55 44.296.580,87 48.582.852,32 55.023.760,97 56.756.901,17 35.041.993,00 35.213.699,38 37.579.474,00 39.845.367,05 41.133.990,76 41.837.832,73 43.304.191,60 46.922.674,65 50.311.879,25 51.673.609,25 54.702.838,69 57.559.552,03 61.661.346,66 67.624.453,28 71.267.192,03 76.018.807,07 78.669.707,20
Modal Manusia Infrastruktur ADHB 2000 Indeks 100 (Rp-Ribu)
142.686,45 167.661,19 240.581,16 156.396,50 131.885,50 186.749,38 179.435,48 175.731,01 214.018,81 236.473,42 299.610,10 284.022,09 297.499,35 285.726,88 362.685,36 351.749,69 400.326,45 402.797,90 238.658,84 254.229,60 223.550,06 499.013,54 585.992,71 2.785.749,93 4.603.472,99 4.874.947,34 5.645.837,32 5.575.468,51 7.170.725,47 7.878.969,67 7.957.495,19 10.612.898,40 11.444.154,00 12.104.850,30 10.416.525,04
44,58 45,61 47,37 48,42 49,04 50,58 51,44 56,16 61,74 64,64 69,06 74,94 75,66 70,54 74,91 82,61 82,74 86,01 85,90 95,10 100,00 109,94 113,53 112,05 118,08 118,51 120,08 114,99 122,99 119,76 127,77 133,70 133,14 138,79 141,87
73
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
Lampiran 2 Rincian Data Infrastruktur Panjang Tahun Jalan (Km) (Ribu/ .000) 1980 15.402,17 1981 15.448,30 1982 17.394,09 1983 17.450,76 1984 17.311,13 1985 18.520,10 1986 18.370,72 1987 21.045,90 1988 24.677,43 1989 25.084,10 1990 26.777,10 1991 30.608,18 1992 30.495,74 1993 30.366,05 1994 31.525,10 1995 31.557,19 1996 29.479,22 1997 29.963,22 1998 30.535,86 1999 34.119,60 2000 34.215,05 2001 36.401,66 2002 36.876,00 2003 37.029,90 2004 36.101,19 2005 37.135,89 2006 37.919,12 2007 37.589,19 2008 37.735,01 2009 39.852,01 2010 42.510,01 2011 42.512,01 2012 42.514,01 2013 42.545,01 2014 42.555,01
Panjang Panjang Listrik Dibangkitkan Sambungan Air Bersih Gorong2 (km) Jembatan (Km) (Mwh) Telekomunikasi (Ribu/ .000)
(Ribu/ .000)
(Ribu/ .000)
(Ribu/ .000)
(Ribu/ .000)
(Ribu/ .000)
224,99 232,93 242,23 251,22 258,46 272,42 280,25 332,61 391,81 422,31 463,62 511,71 503,07 438,95 455,72 469,71 442,41 455,46 456,19 498,83 525,41 578,11 585,64 502,03 540,91 556,42 610,24 517,66 621,90 550,42 608,15 629,95 652,53 676,38 695,10
171,41 172,75 174,89 176,57 176,85 181,46 181,73 209,97 240,79 252,65 275,85 311,50 299,32 183,15 190,17 264,69 249,31 270,17 229,30 283,88 298,24 397,18 402,35 398,20 404,93 416,55 390,57 331,40 398,14 343,45 366,36 369,88 373,43 377,27 377,89
1.568.255,74 1.951.058,99 2.317.087,30 2.693.330,28 2.819.181,84 2.920.971,40 3.274.969,41 3.736.158,58 4.280.564,56 4.955.248,00 5.921.050,04 6.455.675,22 6.893.635,01 7.705.015,86 8.380.566,84 9.303.938,72 10.451.712,03 11.622.473,53 11.784.452,86 13.080.024,31 14.366.545,50 15.628.023,53 16.279.353,47 17.062.929,63 18.358.042,86 19.468.061,82 20.054.790,18 21.163.304,82 21.871.978,72 22.766.487,24 24.469.830,03 26.151.720,80 28.824.484,96 30.704.047,94 32.591.821,83
69,35 78,11 75,67 80,24 86,29 90,22 93,84 98,94 110,04 137,79 152,39 184,16 251,36 344,05 512,11 713,77 791,33 813,60 893,78 1.057,19 1.207,58 1.326,39 1.438,90 1.512,14 1.614,00 1.621,00 1.589,00 1.538,00 1.501,00 1.445,00 1.390,00 1.331,00 1.288,03 1.246,44 1.206,20
143.560 148.570 153.754 159.112 164.659 170.402 176.366 182.527 188.840 195.392 202.296 209.518 216.696 223.576 232.100 240.784 249.341 255.065 264.694 278.768 286.680 290.506 309.826 295.446 346.598 303.138 319.488 317.522 350.501 354.952 418.957 502.974 432.849 501.660 524.591
1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.704,23 1.698,10 1.691,99 1.686,01 1.679,12
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
Jaringan Irigasi (Km)
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75
Lampiran 3 Rincian Data Indeks Infrastruktur
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Panjang Jalan (Km) 45,02 45,15 50,84 51,00 50,60 54,13 53,69 61,51 72,12 73,31 78,26 89,46 89,13 88,75 92,14 92,23 86,16 87,57 89,25 99,72 100,00 106,39 107,78 108,23 105,51 108,54 110,83 109,86 110,29 116,48 124,24 124,25 124,26 124,35 124,38
Panjang Gorong2 (km) 42,82 44,33 46,10 47,81 49,19 51,85 53,34 63,31 74,57 80,38 88,24 97,39 95,75 83,54 86,74 89,40 84,20 86,69 86,83 94,94 100,00 110,03 111,46 95,55 102,95 105,90 116,14 98,52 118,37 104,76 115,75 119,90 124,20 128,73 132,30
Panjang Jembatan (Km) 57,47 57,92 58,64 59,21 59,30 60,84 60,93 70,40 80,74 84,71 92,49 104,44 100,36 61,41 63,76 88,75 83,59 90,59 76,88 95,18 100,00 133,17 134,91 133,51 135,77 139,67 130,96 111,12 133,50 115,16 122,84 124,02 125,21 126,50 126,70
Listrik Dibangkitkan 10,92 13,58 16,13 18,75 19,62 20,33 22,80 26,01 29,80 34,49 41,21 44,94 47,98 53,63 58,33 64,76 72,75 80,90 82,03 91,05 100,00 108,78 113,31 118,77 127,78 135,51 139,59 147,31 152,24 158,47 170,33 182,03 200,64 213,72 226,86
SKRIPSI
Sambungan Telekomunikas 5,74 6,47 6,27 6,64 7,15 7,47 7,77 8,19 9,11 11,41 12,62 15,25 20,82 28,49 42,41 59,11 65,53 67,37 74,01 87,55 100,00 109,84 119,16 125,22 133,66 134,24 131,59 127,36 124,30 119,66 115,11 110,22 106,66 103,22 99,89
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
Air Bersih 50,08 51,82 53,63 55,50 57,44 59,44 61,52 63,67 65,87 68,16 70,57 73,08 75,59 77,99 80,96 83,99 86,98 88,97 92,33 97,24 100,00 101,33 108,07 103,06 120,90 105,74 111,44 110,76 122,26 123,81 146,14 175,45 150,99 174,99 182,99
Jaringan Irigasi (Km) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Indeks Infrastruktur 44,58 45,61 47,37 48,42 49,04 50,58 51,44 56,16 61,74 64,64 69,06 74,94 75,66 70,54 74,91 82,61 82,74 86,01 85,90 95,10 100,00 109,94 113,53 112,05 118,08 118,51 120,08 114,99 122,99 119,76 127,77 133,70 133,14 138,79 141,87
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76
Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinieritas
LN_PDRB_ LN_MAN_ LN_INVES_ LN_INFRA_
LN_PDRB_
LN_MAN_
LN_INVES_
LN_INFRA_
1.000000 0.684993 0.754036 0.782078
0.784993 1.000000 0.673565 0.763166
0.754036 0.673565 1.000000 0.729536
0.782078 0.663166 0.729536 1.000000
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77
Lampiran 5 Hasil Uji Heteroskedasitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
1.054651 9.631692 6.425683
Prob. F(9,25) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.4275 0.3811 0.6967
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/23/16 Time: 12:01 Sample: 1980 2014 Included observations: 35 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_MAN_ LN_MAN_^2 LN_MAN_*LN_INVES_ LN_MAN_*LN_INFRA_ LN_INVES_ LN_INVES_^2 LN_INVES_*LN_INFRA_ LN_INFRA_ LN_INFRA_^2
0.750585 0.100692 0.000563 0.008598 -0.022988 0.309247 -0.012072 -0.000671 -0.706291 0.044399
4.406136 0.189061 0.003375 0.020548 0.032987 0.510777 0.046663 0.186721 0.840829 0.153800
0.170350 0.532589 0.166766 0.418449 -0.696882 0.605444 -0.258702 -0.003592 -0.839994 0.288683
0.8661 0.5990 0.8689 0.6792 0.4923 0.5503 0.7980 0.9972 0.4089 0.7752
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.275191 0.014260 0.006768 0.001145 131.0705 1.054651 0.427540
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
0.005152 0.006817 -6.918312 -6.473927 -6.764910 2.152721
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78
Lampiran 6 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
4.849151 8.771459
Prob. F(2,29) Prob. Chi-Square(2)
0.1520 0.1250
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 06/23/16 Time: 12:13 Sample: 1980 2014 Included observations: 35 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
LN_MAN_ LN_INVES_ LN_INFRA_ C RESID(-1) RESID(-2)
0.001969 0.017916 -0.031227 0.018463 0.525122 -0.019744
0.014390 0.057438 0.109106 0.546793 0.188292 0.192416
0.136793 0.311918 -0.286211 0.033767 2.788874 -0.102609
0.8921 0.7573 0.7768 0.9733 0.0092 0.9190
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.250613 0.121408 0.068259 0.135120 47.58363 1.939660 0.118143
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
1.48E-15 0.072823 -2.376207 -2.109576 -2.284166 1.985507
JOKO PRASETIO
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79
Lampiran 7 Penentuan Lag Leght Optimal VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LN_PDRB_ LN_MAN_ LN_INVES_ LN_INFRA_ Exogenous variables: C Date: 06/14/16 Time: 15:06 Sample: 1980 2014 Included observations: 32 Lag
LogL
0 1 2 3
102.2307 257.2748 248.1653 272.9368
LR NA 13.09496 246.2645* 18.59857
FPE 2.53e-08 1.23e-11 7.61e-12* 1.44e-11
AIC
SC
HQ
-6.139421 -13.82968 -14.26033* -13.80855
-5.956204 -12.18072 -13.34425* -11.42673
-6.078690 -13.28310 -13.95667* -13.01904
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
SKRIPSI
PENGARUH INVESTASI, MODAL...
JOKO PRASETIO