Analisis Determinansi Infrastruktur Jalan Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (Studi Kasus Di Provinsi Nusa Tenggara Timur
)
Nugroho Y.F.S Maku*, A.Agung Gde Kartika, ST. M.Sc**, Ir. Soemino, M.MT** *Mahasiswa Magister Manajemen Aset, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember ** Dosen Konsultasi Pada Magister Manajemen Aset, FTSP-ITS Tel : 081339108008, 085732932284 Email :
[email protected]
Abstrak— Jalan merupakan infrastruktur yang penting dalam aktivitas manusia dan pendukung pembangunan bangsa. Hal ini terlihat pada sejarah perkembangan jalan, aktivitas perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain serta aktivitas ekonomi dalam hal ini perdagangan. Di sisi lain, keberhasilan pembangunan bangsa tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi yang didukung sarana dan prasarana yang memadai. Indikator pertumbuhan ekonomi yang baik adalah meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kenaikan ini inheren dengan produktivitas sektor regional, meningkatnya produktivitas sektor regional berkaitan dengan kelancaran distribusi barang dan jasa, sementara itu kelancaran distribusi barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi selama 10 (sepuluh) tahun terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan melihat laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengindikasikan rata-rata pertumbuhan masih di bawah 8%, hal ini menunjukkan kurang dari kondisi ideal pertumbuhan ekonomi untuk negara berkembang secara umum dan daerah secara khusus. Dengan demikian penelitian ini menitikberatkan pada signifikansi infrastruktur jalan dalam mendukung pembangunan daerah terutama pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan alat analisis statistik deskriptif frekuensi yang direpresentasikan lewat PDRB sebagai variabel terikat serta panjang jalan, kondisi jalan, alokasi anggaran sebagai variabel bebas atau dapat diformulasikan melalui model Y = f (X1, X2, X3), adapun lokus penelitian ini pada Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kata kunci: Infrastruktur Jalan, PDRB, Kondisi Jalan, Panjang Jalan, Anggaran, Nusa Tenggara Timur.
I.
PENDAHULUAN
Jalan merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam aktivitas kehidupan manusia, penggerak roda kehidupan dan pendukung pembangunan bangsa. Hal ini nyata terlihat pada sejarah perkembangan jalan, aktivitas perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain baik reguler ataupun kondisional serta aktivitas ekonomi dalam hal ini perdagangan maupun seluruh kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Di sisi lain dengan diberlakukannya otonomi daerah, sebagian kewenangan pemerintah pusat diserahkan kepada pemerintah daerah. Hal ini berimplikasi kepada kewenangan pemerintah daerah
untuk mengatur dirinya sendiri, menggali potensi sumber daya yang ada untuk pembangunan, serta mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada wilayahnya. Oleh karena itu pembangunan infrastruktur jalan merupakan tanggung jawab pemerintah baik itu pemerintah pusat maupun daerah. Pembangunan infrastruktur jalan di tanah air sejauh ini memberikan landasan berputarnya roda perekonomian. Penciptaan pembangunan infrastruktur jalan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tidak terlepas dari peran pembangunan yang dilakukan oleh masingmasing daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah masing-masing dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui pembangunan (khususnya pembangunan infrastruktur jalan yang berkelanjutan) yang serasi dan terpadu antar sektor, antar daerah, serta antar wilayah dalam rangka untuk mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kemajuan ataupun perkembangan suatu negara secara umum dan daerah secara khusus tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari salah satu indikator pertumbuhan ekonomi yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian ini terdapat tiga aspek yang perlu digarisbawahi, yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang, pertumbuhan sebagai proses berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran perekonomian pada suatu saat tertentu. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan jumlah penduduk, karena output per kapita adalah total output dibagi jumlah penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan output per kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama (5 tahun, 10 tahun, 20 tahun atau 50 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi). Kenaikan output per kapita dalam satu atau dua tahun kemudian diikuti penurunan bukan merupakan pertumbuhan ekonomi. Berkaitan dengan pembangunan daerah terutama pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dalam menjawab permasalahan yang ada seperti kemiskinan, ketimpangan, kelaparan, mortalitas, dan produktivitas yang rendah, maka pemerintah daerah seyogyannya memperhatikan faktor-
B-13 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
faktor pendukung dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi yang memiliki letak yang sangat strategis karena berbatasan dengan dua negara yaitu Timor Leste dan Australia. Adapun letak geogafis yaitu terletak di selatan katulistiwa pada posisi 80 – 120 Lintang Selatan dan 1180 – 1250 Bujur Timur. Batas-batas wilayah : • Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores • Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Australia • Sebelah Timur dengan Negara Timor Leste • Sebelah Barat dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 566 pulau, 432 pulau diantaranya sudah mempunyai nama dan sisanya sampai saat ini belum mempunyai nama. Diantara 432 pulau yang sudah bernama terdapat 4 pulau besar: Flores, Sumba, Timor dan Alor (FLOBAMORA) dan pulaupulau kecil antara lain: Adonara, Babi, Lomblen, Pamana Besar, Panga Batang, Parmahan, Rusah, Samhila, Solor (masuk wilayah Kabupaten Flotim/ Lembata), Pulau Batang, Kisu, Lapang, Pura, Rusa, Trweng (Kabupaten Alor), Pulau Dana, Doo, Landu Manifon, Manuk, Pamana, Raijna, Rote, Sarvu, Semau (Kabupaten Kupang/ Rote Ndao), Pulau Loren, Komodo, Rinca, Sebabi, Sebayur Kecil, Sebayur Besar Serayu Besar (Wilayah Kabupaten Manggarai), Pulau Untelue (Kabupaten Ngada), Pulau Halura (Kabupaten Sumba Timur, dll. Dari seluruh pulau yang ada, 42 pulau telah berpenghuni sedangkan sisanya belum berpenghuni. Terdapat tiga pulau besar, yaitu pulau Flores, Sumba dan Timor, selebihnya adalah pulau-pulau kecil yang letaknya tersebar, komoditas yang dimiliki sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh iklim. Luas wilayah daratan 47.349,90 km2 atau 2,49% luas Indonesia dan luas wilayah perairan ± 200.000 km2 diluar perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Gambar 1.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Timur
Untuk memberi gambaran mengenai kondisi infrastruktur jalan yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur maka berikut ini akan diuraikan panjang jalan menurut status se-provinsi Nusa Tenggara Timur: Tabel 1.1 Panjang Jalan Provinsi Nusa Tenggara Timur Status Jalan Panjan g jalan (Km) Tahun 2006 Tahun 2009
Nasio nal
Provi nsi
Kabupa ten
Non Status
Total Panjang
1.273, 02
1.737, 37
12.866, 81
1.201,8 4
17.079, 04
2.464, 32
1.738, 81
12.866, 45
1.201,8 4
18.271, 42
Sumber: Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2009 Selain itu dapat diketahui pula bahwa trend Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur dari tahun ke tahun semakin meningkat sejalan dengan peningkatan ruas jalan yang ada, peningkatan Produk Domestik Regional Bruto Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Persentase Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur
TAHUN
(Persentase/Percentage) PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2001
4,73
2002
4,88
2003
4,57
2004
5,34
2005
3,46
2006
5,08
2007
5,15
2008
4,81
Sumber: Provinsi NTT dalam Angka Tahun 2009
Sedangkan untuk nilai Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Melihat letak geografis provinsi Nusa Tenggara Timur yang berbatasan dengan negara lain maka peluang yang ada harus bisa dimanfaatkan dengan baik lewat pembangunan infrastruktur khususnya infrastruktur jalan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
B-14
ISBN : 978-979-18342-3-0
Tabel 1.3 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur (Jutaan Rupiah/Million Rupiahs) TAHUN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
2001
8.221.573
2002
8.622.491
2003
9.016.717
2004
9.446.770
2005
9.769.548
2006
10.368.505
2007
10.902.405
2008
11.462.426
2.
Sumber: Provinsi NTT dalam Angka tahun 2009
Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi dan upaya untuk meningkatkan produktivitas sektor riil maka pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur menetapkan 13 (tiga belas) kawasan prioritas pertumbuhan ekonomi yang dibagi berdasarkan produk unggulan yang dihasilkan pada kawasan tersebut. Adapun 13 (tiga belas) kawasan prioritas pertumbuhan ekonomi di provinsi Nusa Tenggara Timur tersebar pada 4 (empat) gugusan pulau yang terbesar, dikenal dengan akronim FLOBAMORA (Flores, Sumba, Timor dan Alor). Ketigabelas kawasan tersebut yaitu: kawasan Bolok, kawasan Noelmina, kawasan Noelbesi dan kawasan Benanain yang berada di Pulau Timor, Kawasan Alor Selatan yang berada di Pulau Alor, kawasan Kodi Laratama, kawasan WanoKaka Anakalang, dan kawasan Mangili Lewa berada di Pulau Sumba, dan kawasan berikut ini berada di Pulau Flores antara lain: kawasan Tanjung Bunga Magepanda, kawasan Mbay Mautenda, kawasan Iteng Buntal, kawasan Lembor Nggorang dan kawasan Komodo, untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar dalam Lampiran Proposal Thesis ini. Ringkasan terhadap kondisi eksisting dan kondisi ideal yang telah dijelaskan sebelumnya sebagai analisa gap dalam penelitian ini maka hal tersebut dapat di representasikan lewat tabel di bawah ini. Tabel 1.4 Analisa Gap Kondisi Eksisting 1). a. Tahun 2009, total jalan 1. provinsi dan jalan kabupaten yang rusak sepanjang 7.269 Km, khusus jalan yang rusak berat sepanjang 1.270 Km. b. total jalan provinsi NTT sepanjang 1.738 Km, dengan kondisi Rusak Berat sepanjang 120 Km, rusak sedang 275 Km dan rusak ringan 474 Km.
Kondisi Ideal Untuk ruas jalan berdasarkan status jalan baik itu Nasional, Provinsi maupun Kabupaten hendaknya terhadap kondisi jalan dengan tipe kerusakan Rusak Berat menjadi prioritas utama penanganan sehigga dapat berfungsi melayani distribusi dengan baik.
c. total jalan kabupaten 2. di prov.NTT sepanjang 12.866 Km, dengan kondisi rusak berat 1.150 Km, rusak sedang 1.750 Km dan rusak ringan 3.500 Km Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto dari tahun ke tahun sejak tahun 2001 sampai tahun 2008 masih di bawah 8 %
Untuk PDRB Provinsi NTT yang masih di bawah 8% sebaiknya dapat dicapai di atas 8% melalui penyediaan prasarana yang baik dalam mendukung produktivitas sektor riil demi kemajuan daerah secara khusus maupun bangsa secara umum.
Berikut ini akan dideskripsikan contoh output bidang prasarana jalan dan jembatan tahun 2008 yang merupakan evaluasi kinerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut: 1. Program Perencanaan Teknis dan Pengawasan Jalan dan Jembatan : • Laporan Perencanaan Teknis Jalan 200 km • Laporan Pengawasan pelaksanaan Jalan 31 ruas, 90,17 km 2. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan • Laporan data Inspeksi kondisi jalan. 3. Pemeliharaan Jalan dan Jembatan • Pemeliharaan rutin prasarana Jalan 11 ruas, 354,64 km • Pemeliharaan berkala prasarana Jalan 21 ruas, 517,895 km • Pemeliharaan prasarana jalan pasca bencana alam 244,51 km, 5 kab. 4. Peningkatan Jalan dan Jembatan • Peningkatan sarana dan prasarana Jalan 31 ruas 90,17 km. Selain itu Kondisi jalan di Nusa Tenggara Timur sangat buruk. Jalan provinsi dan jalan kabupaten yang rusak mencapai 7.269 kilometer. Khusus jalan yang rusak berat 1.270 kilometer, setara dengan jarak Jakarta-Denpasar jika dibandingkan dengan Pulau Jawa. Total panjang ruas jalan provinsi di NTT 1.738 kilometer. Kondisi rusak berat (120 km), sedang (275 km), dan rusak ringan (474 km). Sementara total panjang jalan kabupaten 12.866 km. Kategori rusak berat (1.150 km), rusak sedang (1.750), dan rusak ringan (3.500 km). Melihat kondisi jalan secara keseluruhan dan perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur yang rata-rata masih di bawah 8% maka perlu menjadi perhatian utama Stakeholders dalam mendukung pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
II.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penentu infrastruktur jalan terhadap peningkatan Produk Regional Domestik Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menganalisa kondisi jalan, panjang jalan terdahulu, alokasi anggaran dan Produk Domestik Regional Bruto tahun sebelumnya. Hasil dari analisa yang dilakukan adalah berupa besarnya pengaruh infrastruktur jalan sebagai faktor penentu meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara garis besar rancangan
B-15 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
penelitian ini terdiri dari studi NSPM, identifikasi variabel, pengumpulan data, koreksi dan tabulasi data, uji persyaratan analisis regresi linier ganda/uji asumsi klasik, analisis regresi linier ganda dengan variabel dummy, penilaian goodness of fit model, kemudian interprestasi hasil yang diperoleh.
2.1 Identifikasi Variabel Untuk mengindentifikasi variabel-variabel infrastruktur jalan yang terkait dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Nusa Tenggara Timur sangatlah perlu diperhatikan faktor kondisi jalan, panjang jalanbdan alokasi anggaran. Berikut ini adalah identifikasi variabel: 1. Variabel Dependen/Tak Bebas Variabel dependen/tak bebas (Y) adalah Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Nusa Tenggara Timur. 2. Variabel Independen/Bebas Variabel Independen/bebas adalah: a. Panjang Jalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (X1). b. Kondisi Jalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kondisi Jalan ini merupakan variabel independen yang non metrik/ kualitatif (skala nominal). Karena Kondisi Jalan merupakan variabel independen/bebas yang non metrik/kualitatif, maka dalam model regresi variabel tersebut akan dinyatakan sebagai variabel dummy. c. Alokasi Anggaran untuk infrastruktur jalan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (X3). 2.2 Uji Persyaratan Regresi Linear Berganda / uji asumsi klasik Uji asumsi klasik harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi linier berganda agar hasil yang didapatkan dapat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Adapun uji asumsi yang harus dipenuhi tersebut adalah: 1. Asumsi Normalitas 2. Asumsi Linearitas 3. Asumsi Homoskedastisitas 4. Asumsi Non Autokorelasi 5. Asumsi Non Multikolinearitas
2.3 Analisis Regresi Linear Berganda 2.3.1 Model Signifikansi Infrastruktur Jalan Terhadap Peningkatan PDRB Model/formula yang digunakan dalam analisis regresi linier berganda dengan variabel dummy untuk menginterpretasikan pengaruh infrastruktur jalan terhadap peningkatan PDRB adalah:
B-16
ISBN : 978-979-18342-3-0
Ŷ = b0 + b1X1 + dD + b3X3 di mana: Ŷ = PDRB D= Variabel dummy Kondisi Jalan b0 = konstanta X3= Alokasi Anggaran Infrastruktur Jalan bi = koefisien regresi X1 = panjang jalan (dalam km)
demikian penulis mengolah data sementara terhadap model yang dibanngun berdasarkan kelengkapan data yang ada. Adapun hasil yang diperoleh penulis terhadap model yang dibangun adalah sebagai berikut: 3.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.1.1 Normalitas Dilihat berdasarkan plot residual:
2.4 Menilai Goodness of Fit Model
2.5 Signifikansi Infrastruktur Jalan Terhadap PDRB Setelah analisis regresi linier berganda selesai dilakukan dan telah memenuhi semua uji yang diperlukan, maka akan didapat model/persamaan garis regresi untuk menghitung besarnya signifikansi infrastruktur jalan terhadap peningkatan PDRB. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari model yang dibangun tersebut, ada 1 (satu) variabel independen/ bebas yaitu alokasi anggaran infrastruktur jalan yang sampai saat disusun karya ilmiah dalam rangka mengikuti seminar ini masih dalam pemrosesan kompilasi data, hal tersebut dikarenakan masalah teknis pada sumber pemberi data, dengan
0.8
Expected Cum Prob
Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir/memperkirakan nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, hal ini dapat diukur dari nilai nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima. 1. Uji R2 (Koefisien Determinasi) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen/tak bebas. Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen/bebas secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen/tak bebas. 2. Uji F Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabelvariabel independen/bebas secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel atau dengan melihat nilai signifikansinya. 3. Uji t Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen/tak bebas dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan thitung dengan ttabel atau dengan melihat nilai signifikansinya.
1.0
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 3.1 Grafik Distribusi Normal Titik-titik yang terbentuk cenderung mengikuti garis lurus diagonal dari kiri bawah ke kanan atas, sehingga model yang dibangun adalah berdistribusi normal. Untuk uji asumsi kenormalan terhadap model digunakan metode Kolmogorov-Smirnov: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 11 .0000000 57064.73431 .132 .132 -.124 .438 .991
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Tabel 3.1 Kolmogorov – Smirnov Test Nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,991. Nilai ini lebih besar dari 0,5 sehingga disimpulkan model berdistribusi normal. 3.1.2 Multikolinearitas Berdasarkan nilai VIF dan Tolerance: Coefficientsa
Model 1
Panjang Rusak Rusak_Berat
Collinearity Statistics Tolerance VIF .871 1.148 .427 2.344 .416 2.407
a. Dependent Variable: PDRB
Tabel 3.2 Multikolinearitas
B-17 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Nilai tolerance semua variabel > 0,1 dan nilai VIF semua variabel < 10, sehingga disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas.
3.1.3 Heteroskedastisitas Menggunakan uji Glejser: a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -157691 107370.8 Panjang 34.998 15.350 .670 Rusak 95.358 116.820 .343 Rusak_Berat-98.297 498.442 -.084
t -1.469 2.280 .816 -.197
Sig. .185 .057 .441 .849
a. Dependent Variable: absolut
Tabel 3.3 Heteroskedastisitas Nilai signifikansi semuanya >0,05 sehingga tidak signifikan. Variabel-variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai absolut residual, sehingga disimpulkan tidak terjdai kasus heterokedastisitas.
Model Regresi: PDRB = 1503628 – 65,009 Panjang Jalan – 696,063 Jalan Rusak – 3303,041 Jalan Rusak Berat + e Interpretasi terhadap model regresi di atas adalah sebagai berikut: a. Apabila panjang jalan bertambah 1 km, maka PDRB akan menurun Rp 65,009 juta. Namun pengaruh panjang jalan terhadap PDRB tidak signifikan. b. Apabila panjang jalan rusak bertambah 1 km, maka PDRB akan menurun Rp 696,063 juta. Pengaruh jalan rusak terhadap PDRB signifikan pada tingkat kesalahan 10%. c. Apabila panjang jalan rusak berat bertambah 1 km, maka PDRB akan menurun sebesar Rp 3,303 miliar. Pengaruh jalan rusak berat terhadap PDRB signifikan pada tingkat kesalahan 5%. 3.3 Goodness of Fit Model
Berdasarkan uji F: b ANOVA
Sum of Model Squares 1 Regression 2E+011 Residual 3E+010 Total 2E+011
3.1.4 Autokorelasi Menggunakan uji run (Runs Test): Runs Test
a Test Value Cases < Test Value Cases >= Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual -12468.70578 5 6 11 4 -1.254 .210
a.Predictors: (Constant), Rusak_Berat, Panjang, Rusak
Tabel 3.6 Analysis of Variance
Tabel 3.4 Autokorelasi Nilai signifikansi uji run sebesar 0,210. Nilai ini lebih besar dari 0,05 sehingga disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. 3.2 Model Regresi Hasil regresi antara panjang jalan, jalan yang rusak rusak, dan jalan yang rusak berat terhadap PDRB:
Tabel 3.5 Regression Model
B-18
Nilai signifikansi uji F sebesar 0,002. Artinya, panjang jalan, jalan rusak, dan jalan rusak berat secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap PDRB pada tingkat kesalahan 5%. Berdasarkan korelasi berganda dan koefisien determinasi: b Model Summary
Model 1
Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate .932a .869 .81268205.40304
DurbinWatson 1.221
a. Predictors: (Constant), Rusak_Berat, Panjang, Rusak b. Dependent Variable: PDRB
a Coefficients
a.Dependent Variable: PDRB
Sig. .002a
b.Dependent Variable: PDRB
a. Median
UnstandardizedStandardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta t 1 (Constant) 1503628297532.4 5.054 Panjang -65.009 42.537 -.224 -1.528 Rusak -696.063 323.716 -.451 -2.150 Rusak_Berat -3303.0411381.219 -.508 -2.391
df Mean Square F 7.181E+010 3 15.436 4651977003 7 10
Tabel 3.7 Koefisien Determinasi Sig. .001 .170 .069 .048
Nilai R (korelasi berganda) sebesar 0,932 menunjukkan hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sangat kuat. Nilai R-Square (koefisien determinasi) sebesar 0,869 menunjukkan bahwa keragaman PDRB mampu dijelaskan oleh panjang jalan dan kondisi jalan sebesar 86,9%, sedangkan 13,1% merupakan pengaruh dari faktor lain yang tidak diteliti.
ISBN : 978-979-18342-3-0
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian terhadap model yag dibangun disimpulkan bahwa secara simultan variabel bebas infrastruktur jalan berpengaruh signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Adapun terhadap hasil uji parsial pada model regresi yang dibangun khususnya terhadap variabel panjang jalan yang berbanding terbalik dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto adalah karena kurang efektifnya pembangunan jalan baru terhadap produktivitas sektor riil sehingga sebaiknya pemerintah daerah Provinsi nusa Tenggara Timur lebih menitikberatkan atau memprioritaskan terlebih dahulu pada pemeliharaan jalan dalam hal ini penanganan kerusakan jalan baik itu jalan rusak maupun jalan dengan kondisi rusak berat.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Alfirman, Luky dan Edy Sutrisno. (2006). Analisis Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Produk Domestik Bruto dengan Menggunakan Pendekatan Granger Causality dan Vector Autoregression. Jurnal Keuangan Publik. Vol.4, No.1, April 2006. 2. Barro R.J., dan Salai Martin.(1995). Economic Growth. McGraw-Hill. New York. 3. Boediono.1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Edisi Kelima. Yogyakarta: BPFE UGM. 4. Departemen Pekerjaan Umum (2005), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 78/PRT/M/2005 tentang Leger Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 5. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (1992), Manual Pemeliharaan Rutin Jalan, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta; 6. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (1995), SK Menteri PU Nomor: 77/KPTS/Db/1990 tentang Petunjuk Teknis Perencanaan dan Penyusunan Program Jalan Kabupaten, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 7. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 8. Dumairy. (1996), Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta. 9. Ghozali, I. (2006), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 10. Gujarati, D. (2003), Basic Econometric, McGrawhill, New York.
11. Halcoussis, D (2005), Understanding Econometrics, Thomson South-Western, Ohio. 12. Kunarjo. (2002), Perencanaan dan Pengendalian Program Pembangunan, Penerbit UI Press, Jakarta. 13. Lindauue, D. dan A. Valenchick. (1992). Government Spending in Developing Countries: Trends, Causes and Determinants. World Bank Research Observer. 14. Musgrave, Richard A. dan Peggy B. Musgrave. (1989). Public Finance in Theory and Practice, Mc.Graw Hill Inc, New York. 15. Nasution, Nur. (2004), Manajemen Transportasi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. 16. Pemerintah Republik Indonesia (2004), Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta. 17. Pemerintah Republik Indonesia (2006), Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta. 18. Puslitbang Prasarana Transportasi Departemen Pekerjaan Umum (2005), Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Puslitbang Prasarana Transportasi Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. 19. Raharjo, U., et. all (-), Buku Ajar Manajemen Aset, Pusat Pendidikan Keahlian Teknik, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Bandung. 20. Rosyidi, Suherman. (2003). Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Makro dan Mikro. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 21. Siregar, D. D. (2004), Manajemen Aset, Cetakan Pertama, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 22. Sudarmanto, R. G. (2005), Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS, Cetakan Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. 23. Sukirman, S. (1999), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung. 24. Sukirno, Sadono. (2006), Pengantar Teori Makroekonomi, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 25. Suparmoko. (2000). Ekonomi Perencanaan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 26. Supranto, J. (2004), Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi, Cetakan Pertama, PT Rineka Cipta, Jakarta. 27. Todaro, Michael dan Stephen Smith. (2003), Economic Development, Pearson Education Ltd, England.
B-19 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Halaman ini sengaja dikosongkan
B-20
ISBN : 978-979-18342-3-0