BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2
SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan melambat.
. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 2010
SEKTOR
I
1. PERTANIAN
II
202,910.92
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
2011 III
211,788.25
IV
222,714.91
196,262.44
I
II
III
223,179.82
224,787.49
230,885.98
7,961.24
8,142.31
8,682.90
8,359.94
8,257.09
8,584.55
8,895.41
55,015.76
55,404.57
58,447.51
58,625.45
57,776.66
59,257.96
60,036.96
3,955.07
4,057.15
4,179.22
4,325.13
4,384.61
4,478.28
4,606.70
5. BANGUNAN
61,704.57
62,974.76
67,440.50
67,803.09
66,678.94
69,915.64
71,521.92
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
97,125.44
100,459.16
106,849.22
107,653.33
109,420.78
113,410.97
118,852.33
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
74,180.78
76,493.14
79,482.14
80,207.80
81,140.56
83,224.36
85,971.27
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
60,803.88
62,593.54
65,824.82
66,410.89
66,363.76
68,321.45
70,417.46
137,724.96
142,740.17
146,291.19
141,895.20
143,204.96
148,143.80
151,592.01
701,382.61
724,653.05
759,912.40
731,543.26
760,407.19
780,124.51
802,780.04
9. JASA-JASA PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
2010
SEKTOR
I
1. PERTANIAN
II
2011 III
IV
I
II
III
1.52
1.35
1.22
14.10
9.99
6.14
3.67
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
20.65
13.07
7.52
3.20
3.72
5.43
2.45
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
11.05
10.33
6.96
7.23
5.02
6.96
2.72
7.72
9.15
5.63
8.79
10.86
10.38
10.23
19.25
12.84
8.86
7.26
8.06
11.02
6.05
9.02
9.79
10.59
11.35
12.66
12.89
11.23
11.81
9.17
9.10
9.52
9.38
8.80
8.16
8.36
9.50
9.08
8.88
9.14
9.15
6.98
10.92
9.34
4.18
3.84
3.98
3.79
3.62
8.38
7.33
5.71
9.26
8.42
7.65
5.64
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 9. JASA-JASA PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN
*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman. Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan yang menurun. Dilihat
dari
pertumbuhannya,
kinerja
pertanian
jagung
tumbuh
melambat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan III-2011 terkontraksi 52,7% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 13,8% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 20,7% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 26,7% (y.o.y). Faktor cuaca turut mempengaruhi merosotnya produksi tabama di Gorontalo. BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
9
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Pemerintah Daerah telah melakukan upaya rehabilitasi terkait rusaknya lahan-lahan pertanian padi akibat banjir pada triwulan II-2011, di kab. Pohuwato, Pemprov mengucurkan bantuan Rp 800 juta untuk memperbaiki lahan-lahan pertanian yang rusak, penggantian biaya pengadaan saprodi pertanian kepada petani namun upaya tersebut tidak serta merta mampu mendorong upaya peningkatan produksi panen karena membutuhkan waktu rehabilitasi yang tidak sebentar.
Grafik 1.23 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian
Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung
Grafik 1.24 Realisasi Panen Pertanian Tabama
Grafik 1.26 Perkembangan Luas Panen Padi
Sampai dengan akhir tahun 2011, secara tahunan perkembangan pertanian padi diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM III-2011 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 tumbuh 13,17 % (y.oy) lebih rendah dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 33,74 % (y.o.y) sementara produksi jagung tahun 2011 terkontraksi 1,34% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan produksi jagung tahun 2010 yang tumbuh 6,69% (y.o.y). Semakin terbatasnya luas lahan menjadi kendala yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
10
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL Tabel 1.4 ARAM III Pertanian Padi
Tabel 1.5 ARAM III Pertanian Jagung
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan III-2011 menunjukkan kondisi yang melambat. Pada triwulan III-2011 sektor ini tumbuh 8,16% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 8,80% (y.o.y). Perlambatan hampir terjadi pada seluruh sub sektor yaitu angkutan darat, laut dan ferry sementara kinerja angkutan udara diperkirakan mampu meredam perlambatan yang terjadi. Krisis BBM di Gorontalo diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perlambatan di sektor ini. Krisis BBM yang masih terus berlangsung menjadi salah satu pemicu menurunnya kinerja sub sektor angkutan darat. Antrian yang terjadi hampir di seluruh SPBU dan langkanya bahan bakar menjadikan proses operasional angkutan darat terganggu. Pemerintah Daerah dan Pertamina telah menerbitkan aturan pelarangan pengisian BBM untuk jerigen dan galon (pengisian ilegal) namun dalam pelaksanaannya masih terkendala di lapangan. Penjualan BBM ilegal yang dilaksanakan di luar SPBU semakin menunjukkan peningkatan. Pertamina mencatat bahwa angka penjualan premium tumbuh 38,79% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,26% (y.o.y) namun pertumbuhan penjualan premium tersebut tidak memberikan dorongan positif bagi pertumbuhan sub sektor angkutan darat.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
11
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Disisi lain itu menurunnya kegiatan sub sektor angkutan darat sedikit diredam oleh peningkatan penjualan kendaraan di Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh tingkat penghimpunan pajak kendaraan yang tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat penghimpunan pajak kendaraan bermotor tumbuh 48,93% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,97% (y.o.y).
Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan
Grafik 1.28 Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan III-2011 juga menunjukkan penurunan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat terkontraksi 12,80% (y.o.y) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,50% (y.o.y). Sementara arus penumpang kapal laut juga menunjukkan kondisi yang serupa. Pada musim lebaran, diperkirakan warga masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi udara dibandingkan tarnsportasi laut dan ferry.
Grafik 1.29 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut
Grafik 1.30 Perkembangan Kargo Laut
Disisi lain sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Peningkatan arus penumpang udara selama triwulan laporan didorong oleh musim lebaran, Tercatat selama triwulan III-2011 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani sebanyak 92.221 penumpang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 82.143 penumpang. Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat dari Gorontalo juga 12
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
meningkat dari 796 penerbangan menjadi 807 penerbangan. Tren peningkatan kinerja sub sektor penerbangan di Gorontalo direspon positif oleh maskapai penerbangan, Dinas Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa Maskapai Lion Air merencanakan untuk menambah jadwal penerbangan di Gorontalo diluar jadwal penerbangan yang telah ada saat ini. Upaya peningkatan kualitas layanan udara juga direspon positif oleh Pemerintah Daerah dengan pembangunan Instrument Light System (ILS) di Bandara Jalaluddin sehingga operasional malam nantinya dapat dilaksanakan.
Grafik 1.31 Perkembangan Penumpang Pesawat
Grafik 1.32 Perkembangan Bagasi Pesawat
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN Perkembangan
sektor
Perdagangan-Hotel-Restoran
(PHR)
di
Gorontalo
menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada triwulan III-2011 tumbuh 11,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II2011 sebesar 12,89% (y.o.y). Musim lebaran ternyata kurang memberikan dorongan bagi perekonomian, melemahnya kinerja PHR didorong oleh pelemahan kinerja sub sektor perdagangan dan restoran sementara kinerja sub sektor perhotelan menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Menurunnya kinerja sektor PHR terutama didorong oleh penurunan kinerja sub sektor perdagangan, sektor ini tumbuh sebesar 12,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,02% (y.o.y). Indikator melemahnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan kredit, volume bongkar muat barang di pelabuhan laut serta volume bongkar barang di pelabuhan udara. Tekanan kinerja sektor perdagangan tampak dari merosotnya perdagangan ekspor luar negeri maupun perdagangan ekspor antar pulau. Hal ini merupakan imbas dari penurunan sektor pertanian sehingga memicu penurunan kinerja perdagangan komoditas pertanian secara umum.
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
13
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 1.33 Kredit Perdagangan
Grafik 1.34 Volume Muat Pelabuhan
Penyerapan belanja barang dan jasa pemerintah menjadi salah satu faktor pendorong menurunnya kegiatan perdagangan di Gorontalo. Hal ini disebabkan pemerintah daerah masih mendominasi kegiatan ekonomi di Gorontalo. Tercatat penyerapan belanja barang dan jasa triwulan III-2011 mencapai 65,69%.
Grafik 1.35 Kargo Pesawat
14
Grafik 1.36 Tingkat Penghunian Hotel
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan perlambatan, pada triwulan III2011 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 6,05% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,02 % (y.o.y)
Grafik 1.37 Penjualan Semen
Grafik 1.38 Kredit Konstruksi
Penurunan kinerja sektor bangunan dikonfirmasi oleh menurunnya beberapa prompt indikator sektor bangunan yaitu :
Proyek infrastruktur yang dibiayai APBD Belanja Modal Pemprov sampai dengan September 2011 hanya mencapai Rp 8,76 Miliar lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp 17,39 Miliar. Proyek infrastruktur yang dibiayai APBN juga menunjukkan penurunan, realisasi keuangan masih 68% atau lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan oleh Pemprov sebesar 75% pada akhir TW III2011. Dari hasil evaluasi kinerja, hanya kab. Bone Bolango yang berhasil mendekati capaian realisasi anggaran infrastruktur sebesar 70%.
Sementara itu kinerja kredit konstruksi juga menunjukkan penurunan. Kredit pada bulan September 2011 terkontraksi hingga 3,35% (y.o.y).
Beberapa proyek infrastruktur utama yang realisasinya masih rendah yaitu : Nama Proyek Pembangunan Jalan Petikemas Dermaga Pelabuhan III Kota Gorontalko Pembangunan Dermaga Penyeberangan Marisa Tahap V Pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo Tahap IV Pembangunan Dermaga Pelabuhan Anggrek Pembangunan ILS Bandara Jalaluddin Tahap II
Realisasi Fisik Anggaran 47%
30%
65% 2,9% 60% 20%
20% 20% 50% 20%
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
15
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Kinerja sektor keuangan tumbuh melambat 6,98% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,15% (y.o.y). Melemahnya kinerja sub sektor keuangan terutama disebabkan karena melemahnya kinerja sektor keuangan perbankan. Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang melambat Sampai dengan bulan September 2011, NIM perbankan mencapai Rp 383 Miliar atau tumbuh 14,57% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan NIM periode Juni 2011 yang tumbuh 15,04% (y.o.y). Kondisi ini didorong oleh menurunnya pendapatan bunga perbankan.
Grafik 1.39 NIM Perbankan
Grafik 1.40 Perkembangan Pendapatan/Beban
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Perkembangan sektor industri di Gorontalo menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan III-2011 tumbuh 2,72% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,96% (y.o.y). Menurunnya kinerja disektor ini ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi SKDU industri pengolahan, penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, dan survei industri pengolahan besarsedang. Menurunnya kinerja industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan dunia usaha Bank Indonesia pada triwulan laporan. Angka penjualan listrik dan BBM turut mengkonfirmasi turunnya kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri tumbuh 17,44 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 39,33% (y.o.y), sementara itu konsumsi BBM terkontraksi 17,86% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 39,33% (y.o.y).
16
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 1.41 Konsumsi Listrik Industri
Grafik 1.42 Perkembangan Kredit Perdagangan
Grafik 1.43 Konsumsi BBM Industri
Tabel 1.6 Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang
1.2.7 SEKTOR LAINNYA Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh 7,53% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 10,23% (y.o.y). Daya tersambung sampai dengan September 2011 mencapai 120.851 KVA namun pertumbuhan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
. Grafik 1.44 Daya Listrik Tersambung PLN
Grafik 1.45 Realisasi Kredit Jasa-jasa
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 melambat dibandingkan triwulan II-2011. Sektor ini tumbuh 2,45% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,43% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan penurunan. Kinerja sektor jasajasa pada triwulan III-2011 tumbuh 3,62% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 3,79% (y.o.y). BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
17
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BOKS I : PENURUNAN KINERJA EKSPOR GORONTALO Perkembangan ekspor Gorontalo pada tahun 2011 menunjukkan pernurunan yang cukup signifikan selama 3 tahun terakhir. Tekanan ekspor tersebut bersumber pada merosotnya kinerja ekspor luar negeri sementara kinerja ekspor antar pulau relatif menurun namun dengan besaran yang lebih kecil. Data statistik ekspor luar negeri mencatat bahwa pada periode Jan-Sept 2011 sebesar US$ 589.425 atau menurun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 11 juta maupun tahun 2009 yang mencapai US$ 10 juta. Sementara untuk kinerja ekspor antar pulau pada periode JanSept 2011 mencapai 139 ribu ton lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 181 ribu ton.
Grafik 1.46 Kinerja Ekspor Luar Negeri
Grafik 1.47 Kinerja Ekspor Antar Pulau
Selama tahun 2011, dari 10 negara tujuan ekspor sebelumnya hanya Philipina dan Korea Selatan yang masih bertahan yaitu komoditas kayu sementara untuk komoditas lainnya tidak dilakukan pengiriman. Dua komoditas yang mengalami penurunan cukup signifikan adalah Jagung dan Kopra, hasil liason yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo kepada beberapa pengusaha eksportir adalah sebagai berikut :
Komoditas Jagung
Faktor yang mempengaruhi -
Perkiraan produksi jagung 2011 menurun dibandingkan tahun 2010. Kondisi tersebut disebabkan oleh produktivitas yang menurun sebesar -2,33% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena penurunan luas lahan panen, penurunan produksi juga terkendala karena
pengaruh
cuaca.
Penurunan
produksi
ini
juga
mengakibatkan beberapa kuota ekspor luar negeri tidak dapat terpenuhi sehingga pengusaha menjadikan pasar domestik sebagai alternatif lainnya. 18
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
-
Penurunan ekspor luar negeri diperkirakan juga sebagai imbas dari melemahnya harga jagung internasional dibandingkan harga perolehan domestik. Pada akhir triwulan III-2011 harga jagung internasional mencapai US$ 5,71/bushel atau setara dengan Rp 2.000/kg sementara penyerapan harga domestik berkisar Rp 2.2002.500/kg.
Kopra
-
Tekanan harga kopra internasional menjadikan penjualan kopra kurang menarik bagi petani. Hasil liason pada PT. Trijaya Tangguh Isimu Utama Raya menyatakan bahwa harga kopra telah merosot hingga
Rp
4500-6000/kg
sehingga
mendorong
masyarakat
mengalihkan produksi kelapa dari kopra menjadi bahan baku tepung kelapa mengingat harga tepung kelapa masih bertahan cukup baik. Harga kopra ideal menurut petani Gorontalo berkisar Rp 9.000 – 10.000. -
Penurunan harga kopra internasional seiring dengan penurunan harga CPO internasional sebagai bahan baku minyak goreng.
-
Selain permasalahan harga internasional, menurunnya produksi kopra juga disebabkan usia kelapa di Gorontalo umumnya sudah tua sehingga produktivitasnya menurun. Upaya peremajaan kelapa perlu dilakukan untuk mempertahankan produksi kopra.
Tabel 1.7 Ekspor Luar Negeri Gorontalo Periode Jan-Sept
Negara Tujuan Jepang China Singapura Hongkong Taiwan Malaysia Philipina India Rep. Korea Vietnam TOTAL Komoditas Jagung Kayu, Barang dari Kayu Bungkil Kopra Rotan Poles Lemak&Minyak Hewan/nabati Gula & Kembang Gula Mutiara & batu permata TOTAL
2009 49,247 38,580 151,663 526,400 60,330 1,634,000 5,796,431 1,062,375 76,434 953,134 10,348,594 2009 7,430,431 111,688 847,400 250,573 1,062,375 632,134 13,993 10,348,594
2010 710,582 530,000 1,043,210 2,576,450 5,641,832 530,100 167,098 606,773 11,806,045 2010 7,201,922 162,908 1,677,150 114,532 2,649,533 11,806,045
2011 484,000 105,425 589,425 2011 484,000 105,425 589,425
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011
19
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
Merosotnya kinerja ekspor tentu saja memberikan tekanan cukup signifikan bagi perkembangan perekonomian di Gorontalo. Kontraksi ekspor yang cukup besar mendorong pertumbuhan ekonomi menurun cukup signifikan. Pada triwulan III-2011 kontraksi ekspor telah mencapai 18,21% (y.o.y) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi turun hingga 5,64% (y.o.y). Dilihat dari struktur PDRB sisi permintaan dalam dua tahun terakhir, perkembangan net ekspor/impor Gorontalo semakin menunjukkan peningkatan. Kondisi ini tentu saja tidak memberikan dorongan positif melainkan tekanan negatif bagi pertumbuhan ekonomi regional. Nampak dalam perkembangan grafik dibawah ini, capaian pertumbuhan ekonomi semakin tergerus oleh kondisi net impor yang semakin besar. Dalam beberapa hal, net impor sebenarnya akan mendororong produksi dalam negeri apabila impor yang dilakukan adalah impor bahan baku produksi, sementara di Gorontalo net impor lebih didominasi oleh impor bahan konsumsi sehingga kurang memberikan multiplier effect bagi perekonomian.
Grafik 1.48 Perkembangan Net Ekspor Impor Gorontalo
20
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA