Katalog BPS: 9302002.33
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO .id
/
MENURUT PENGELUARAN
ur
ba lin
gg ak
ab
.b
ps
.g o
Purbalingga
ht
tp
:// p
2010-2014
Kabupaten Purbalingga
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
.id
/
MENURUT PENGELUARAN
.b
ps
.g o
PURBALINGGA
ht
tp
:// p
ur
ba lin
gg ak
ab
2010 - 2014
.id .g o
33550.1506 9302002.33 21 x 29,7 cm ix + 81 halaman
ps
: : : : :
ba lin
gg ak
ab
.b
ISBN Nomor Publikasi Katalog BPS Ukuran Buku Jumlah Halaman
/
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT PENGELUARAN PURBALINGGA 2010- 2014
:// p
ur
Naskah: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
ht
tp
Gambar Kulit: Subdirektorat Konsolidasi Neraca Pengeluaran, BPS RI
Diterbitkan Oleh: Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PURBALINGGA MENURUT PENGELUARAN 2010- 2014
: Aris Sapto Warsono, S,ST
Penyunting
: Aris Sapto Warsono, S,ST Burman Retmanto, S.ST
Penulis
: Hermanto, S.ST
.id
Penanggung Jawab
.g o
: Drs. Suryokoco
ht
tp
:// p
ur
ba lin
gg ak
ab
.b
ps
Pengarah
/
Anggota Tim Penyusun:
KATA PENGANTAR Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data ekonomi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah (provinsi maupun kabupaten/kota). Perangkat data ini dapat pula digunakan untuk kepentingan dan tujuan lain, seperti sebagai dasar pengembangan model-model ekonomi dalam rangka menyusun formulasi kebijakan, tingkat percepatan uang beredar (velocity of money), pendalaman sektor keuangan (finacial deepening), penetapan pajak, kajian ekspor dan impor dan sebagainya.
.id
/
Penghitungan PDRB dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu : (i) pendekatan produksi/penyediaan (PDRB menurut Lapangan Usaha/industry), (ii) pendekatan pengeluaran/permintaan akhir (PDRB menurut Pengeluaran /expenditure), dan (iii) pendekatan pendapatan (PDRB menurut Pendapatan/income). Ketiga pendekatan penghitungan tersebut secara teori akan menghasilkan angka PDRB yang sama.
gg ak
ab
.b
ps
.g o
Publikasi ini secara khusus membahas mengenai PDRB menurut pendekatan pengeluaran/permintaan akhir. Pendekatan ini dirinci menjadi beberapa komponen, yaitu Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Perubahan Inventori), Ekspor Luar Negeri, Impor Luar Negeri, serta Ekspor Neto Antar Daerah (ekspor antar daerah dikurangi dengan impor antar daerah). Data PDRB dalam publikasi ini menggunakan tahun dasar 2010, serta sudah menerapkan konsep System of National Accounts 2008 seperti yang direkomendasikan oleh United Nations.
:// p
ur
ba lin
Kepada seluruh anggota Tim Penyusun Publikasi ini yang telah memberikan kontribusinya dalam mewujudkan publikasi ini disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya. Demikian pula kepada instansi pemerintah dan lembaga/perusahaan swasta yang telah memberikan dukungan data bagi penyusunan publikasi ini diucapkan terima kasih. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus berlanjut serta dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang.
ht
tp
Disadari bahwa data dan informasi yang disajikan dalam publikasi ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, setiap masukan yang bersifat konstruktif sangat dihargai demi penyempurnaan isi publikasi ini selanjutnya. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Purbalingga, Juli 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK Provinsi Jawa Tengah,
Drs. Suryokoco
DAFTAR ISI Halaman i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………..
iii
Daftar Tabel ………………………………………………………………………………
v
Daftar Grafik ……………………………………………………………………………...
vii
Daftar Lampiran ………………………………………………..…………………………
ix
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………….............
1
A. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .......................
3
.id
/
Kata Pengantar …………………………………………………………………..............
A. Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga (PKRT) …….………
9
ps
7
gg ak
ab
12
C. Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah (PKP) ……….….………
15
D. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) …..……………….………
17
E. Perubahan Inventori ………………………..…………….…….……….
22
F. Ekspor Impor Barang dan Jasa …………………………………………
26
ur
ba lin
B. Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT (PKLNPRT) ……………........
TINJAUAN PEREKONOMIAN PURBALINGGA BERDASARKAN
:// p
BAB III
4
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA ……………………………
.b
BAB II
.g o
B. Kegunaan Statistik PDRB……………………. ……..………………......
tp
PDRB PENGELUARAN PROVINSI PURBALINGGA TAHUN 29
A. Tinjauan Agregat PDRB Purbalingga menurut Pengeluaran ............
31
B. Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga …………………….
36
C. Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT ………………......................
39
D. Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah ……………….………..
40
E. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) .………...
42
F. Perkembangan Perubahan Inventori …………………………..………
43
G. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri …...….……...
45
H. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri ………………
45
ht
2010-2014 .........................................................................................................
I. Perkembangan Net Ekspor Antar Daerah ……………………………
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
47
iii
BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB MENURUT PENGELUARAN PROVINSI PURBALINGGA TAHUN 2010-2014 ....................................
50
A. PDRB (Nominal) …………………………..……………….……...…….
52
B. Perbandingan Pengeluaran PDRB untuk Konsumsi Akhir Rumah 53
C. Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap PMTB .....
54
D. Proporsi Konsumsi Akhir terhadap PDRB …………………………....
55
E. Perbandingan Ekspor terhadap PMTB ………………………………..
55
F. Perbandingan PDRB terhadap Impor ……………..……………..…….
56
G. Keseimbangan Total Penyediaan dan Total Permintaan …...…….....
57
H. Neraca Perdagangan (Trade Balance) ……………………..…...……….
58
.id
/
Tangga terhadap Ekspor……………………….…………....................
ps
PENUTUP …………………………………………………………………...
59
62
ab
.b
BAB V
.g o
I. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) .…………………….…….
gg ak
LAMPIRAN …………………………………………………………………
76
ht
tp
:// p
ur
ba lin
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..
63
DAFTAR TABEL
iv
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Halaman Tabel
1. PDRB Adh Berlaku menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Miliar Rp)
Tabel
2. PDRB Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Miliar Rp) …………………………………………………………………….
31
32
Tabel 3. Distribusi PDRB Adh Berlaku menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Persen) ……………………………………………………………………….
33
Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2011-2014(Persen) ……………………………..…………………………….
35
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Persen)
35
.id
/
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun
.g o
2010-2014 …………………………………………………………………….
36
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun
ps
2010-2014 (Persen) .……………………………………………………………
38
ab
.b
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2011-2014 (Persen)…………………………………………………………….
38
gg ak
Tabel 9. Pertumbuhan Indeks Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah 39
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Tahun 2010-2014 ……..
40
ba lin
Tangga Tahun 2011-2014 (Persen) …………………………………………..
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 41
Tabel 12. Struktur Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2010-2014 ….
42
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB Tahun 2010-2014 …….…………..
43
Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Tahun 2010-2014 …
44
Tabel 15. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Tahun 2010-2014 .
46
Tabel 16. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri Tahun 2010-2014 ..
47
Tabel 17. Perkembangan Ekspor dan Impor Antar Daerah Tahun 2010-2014 …….
50
ht
tp
:// p
ur
2010-2014 ………………………………………………………………………
Tabel 18. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita Tahun 2010-2014 ………………………………………………………………………
53
Tabel 19. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010-2014 ……………………………….
54
Tabel 20. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
v
2010-2014 ……………………………………………………………………..
55
Tabel 21. Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Tahun 2010-2014 ………………………………………………………………………
56 57
Tabel 23. Rasio PDRB terhadap Impor Tahun 2010-2014 ………………………….
58
Tabel 24. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Tahun 2010-2014 ..……
58
Tabel 25. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010-2014 …………………
60
Tabel 26. Rasio Perdagangan Internasional Tahun 2010-2014 ……………………
61
Tabel 27. Incremental Capital Output Ratio Tahun 2010-2014 ……………………
62
ht
tp
:// p
ur
ba lin
gg ak
ab
.b
ps
.g o
.id
/
Tabel 22. Rasio Ekspor terhadap PMTB Tahun 2010-2014 …………………………
DAFTAR GRAFIK
vi
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Halaman Grafik 1. Perbandingan PDRB Adh Berlaku dan Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014……………...........................................
33
Grafik 2. Perbandingan Distribusi PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010 dan Tahun 2014 ...........................................................................................
34 45
Grafik 4. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Luar Negeri Tahun 2011-2014 ...........
48
ht
tp
:// p
ur
ba lin
gg ak
ab
.b
ps
.g o
.id
/
Grafik 3. Pertumbuhan Beberapa Komponen Pengeluaran 2011-2014 (Persen) ..
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
vii
/ .id .g o ps .b ab gg ak ba lin ur :// p tp ht
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Halaman Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Juta Rupiah) ………………….………….
69
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Juta Rupiah) ………………………………
70
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Persen)……………………
71
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Persen)…………….
72
.id
/
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
.g o
Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Persen)……………………
73
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
ps
Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Persen)……………….
74
ab
.b
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran (Persen)...........................................................................
75
gg ak
Lampiran 8. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (Tahun 2010=100) menurut Pengeluaran (Persen)……………………………………..
76
ba lin
Lampiran 9. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Tahun 2010=100)
ur
(Persen) …………………………………………………………………
77
:// p
Lampiran 10. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas
tp
Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Tahun
ht
2010=100) (Persen) …………………………………………………….
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
78
ix
id
/
BAB I
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
PENDAHULUAN
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
1
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 2
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
A. PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah/daerah/region tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
id
/
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar
o.
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
.g
harga yang pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat
ps
digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi. PDRB atas dasar harga konstan
ab
.b
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari suatu periode ke periode (tahun
ak
ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini tahun dasar yang digunakan
gg
adalah tahun 2010 yang diharapkan dapat mencerminkan struktur ekonomi terkini.
in
Terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan dalam menghitung angka-
:// pu
1. Pendekatan Produksi,
rb
al
angka PDRB, yaitu:
PDRB menurut pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa
ht
tp
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah/daerah/region dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: 1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Pengadaan Listrik dan Gas, 5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, 6. Konstruksi, 7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 8. Transportasi dan Pergudangan, 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 10. Informasi dan Komunikasi, 11. Jasa Keuangan dan Asuransi 12. Real Estat, 13. Jasa Perusahaan, 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 15. Jasa Pendidikan, 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
3
17. Jasa lainnya. Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan usaha.
2. Pendekatan Pendapatan PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktorfaktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah/daerah/region dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya
id
/
sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
o.
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi
.b
ps
.g
dan impor dikurangi subsidi).
ak
ab
3. Pendekatan Pengeluaran,
gg
PDRB menurut pendekatan pengeluaran adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga, (2) pengeluaran
al
in
konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga, (3) pengeluaran modal
tetap
domestik bruto,
rb
konsumsi akhir pemerintah, (4) pembentukan
:// pu
(5) perubahan inventori, dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi impor).
tp
Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
ht
Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tidak langsung neto.
B. KEGUNAAN STATISTIK PDRB Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah: 4
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
1. PDRB harga berlaku nominal menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu wilayah/daerah/region. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, atau setiap sektor, dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu wilayah/daerah/region. Sektor-sektor
id
/
ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu
ps
.g
o.
wilayah/daerah/region.
.b
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran dapat menunjukkan produk barang dan jasa
ab
yang digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan
gg
ak
pihak luar negeri/luar wilayah.
in
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan institusi dalam
rb
al
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
tp
penduduk.
:// pu
6. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per satu orang
ht
7. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
5
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 6
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
BAB II
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
7
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 8
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
A. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA (PKRT) 1. Konsep, Definisi dan Cakupan Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumahtangga dalam pembentukan PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas produksi yang dilakukan oleh institusi lain. Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang
id
/
dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai
o.
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat
ps
.g
tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta
.b
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama.
ab
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
ak
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
gg
Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP
al
(United Nations), sebagai berikut:
in
(Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN
Makanan dan minuman tidak beralkohol
2.
Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3.
Pakaian dan alas kaki
4.
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5.
Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6.
Kesehatan
7.
Angkutan
8.
Komunikasi
9.
Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
ht
tp
:// pu
rb
1.
10. Pendidikan 11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel 12. Barang dan jasa lainnya
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
9
Namun karena keterbatasan data, maka dalam penyajian di publikasi ini, 12 (dua belas) COICOP tersebut dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) COICOP, yaitu: 1. Makanan, Minuman, dan Rokok 2. Pakaian dan Alas Kaki 3. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga 4. Kesehatan dan Pendidikan 5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya 6. Hotel dan Restoran
o.
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sebagai berikut:
id
/
7. Lainnya
ps
.g
Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);
.b
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
ab
pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi
ak
sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut
gg
milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung
in
adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena
al
mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).
:// pu
rb
Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri; Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;
tp
Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen di luar wilayah
ht
atau di luar negeri (diperlakukan sebagai impor) Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu: Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah tersebut) Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
10
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan besar rumah, dan pembelian rumah. Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga.
id
o.
Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :
/
2. Metode Penghitungan
.g
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran konsumsi
ps
per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita sebulan untuk
ab
.b
kelompok bukan makanan,
ak
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
gg
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau indikator
rb
al
Indeks Harga Konsumen (IHK).
in
suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu,
:// pu
Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Untuk menghasilkan perhitungan PKRT yang mencerminkan kondisi sesungguhnya,
tp
masih diperlukan adanya beberapa penyesuaian (adjustment). Penyesuaian dilakukan
ht
dengan menggunakan data pendukung (data sekunder) dalam bentuk indikator suplai (di luar Susenas) dari beberapa komoditi tertentu. Hasil penghitungan dari data sekunder tersebut dianggap lebih mencerminkan PKRT yang sebenarnya. Penyesuaian (adjustment) yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan yang didasarkan data indikator suplai untuk beberapa komoditas. Penggantian dilakukan pada level komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Langkah penghitungan di atas, menghasilkan besarnya PKRT adh Berlaku. PKRT adh Konstan 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PKRT adh Berlaku dengan IHK tahun dasar 2010. PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
11
Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb: 1.
Estimasi PKRT hasil Susenas: a. Makanan = pengeluaran konsumsi per kapita seminggu x (30/7) x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi per kapita sebulan x 12 x jumlah penduduk pertengahan tahun
2.
Terhadap data poin ke 1 dilakukan koreksi dengan menggunakan data sekunder atau indikator suplai komoditas untuk jenis pengeluaran tertentu; Data poin ke 2 dikelompokan menjadi 7 (tujuh) kelompok COICOP,
4.
Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5.
Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Kabupaten/Kota terdekat) dan 7
id o.
.g ps
kelompok COICOP;;
PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan hasil poin
.b
6.
/
3.
ak
ab
ke 5.
al
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
in
gg
B. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT (PKLNPRT)
rb
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
:// pu
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
tp
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumah tangga secara gratis
ht
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tidak berarti secara ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar yang berlaku). LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya, LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan rumah tangga. Karakteristik unit LNP adalah sebagai berikut:
LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
12
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
id
/
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan
.g
o.
kembali pada aktivitas sejenis.
ps
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumah tangga, serta
.b
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud di sini adalah yang
kemasyarakatan,
Organisasi
sosial,
ak
Organisasi
ab
bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 (tujuh) jenis lembaga, yaitu: Organisasi
profesi,
Perkumpulan
gg
sosial/kebudayaan/olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan,
in
dan Organisasi bantuan kemanusiaan/beasiswa.
al
Nilai Pengeluaran Konsumsi LNPRT (PKLNPRT) sama dengan nilai output non-pasar
:// pu
rb
yang dihasilkan LNPRT. Nilai output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang
Konsumsi antara, contoh : pembelian alat tulis, barang cetakan; pembayaran listrik, air,
ht
a.
tp
dimaksud terdiri dari:
telepon, teleks, faksimili; biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa perlengkapan kantor dan lain-lain. b.
Kompensasi tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan lainnya
c.
Penyusutan
d.
Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dan lain-lain.
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
13
2. Metode Penghitungan Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKLNPRT adalah : Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SKLNP). Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran. Hasil up-dating direktori LNPRT. Informasi yang diperoleh dari hasil up-dating direktori LNPRT adalah jumlah populasi LNPRT menurut jenis lembaga.
id
dengan menggunakan
metode langsung, yaitu
o.
PKLNPRT diestimasi
/
Indeks Harga Konsumen (IHK)
meng-
ps
.g
gunakan hasil Survei Khusus Lembaga Non Profit (SKLNP). Tahapan estimasi PKLNPRT
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ab
a.
.b
adalah sebagai berikut :
ak
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
gg
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga menurut
x ij
:// pu
rb
al
in
jenisnya dihitung dengan rumus sebagai berikut :
xij ni
ht
tp
xij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran xij : PKLNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga
i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, …, 7 j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, …, 19 b.
Mengestimasi PKLNPRT, dengan menggunakan rumusan sebagai berikut: 7
19
i 1
j 1
X x ij N i
X : PKLNPRT adh Berlaku N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga 14
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PKLNPRT adh Berlaku. PKLNPRT adh Konstan 2010, diperoleh dengan cara men-deflate PKLNPRT adh Berlaku dengan IHK tahun dasar 2010.
C. PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH (PKP) 1. Konsep, Definisi dan Cakupan Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
id
/
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
o.
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
.g
jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
ps
atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan
ab
.b
melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
ak
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen
gg
maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi
al
in
atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan
rb
aktivitas memproduksi barang dan jasa maupun aktivitas investasi.
:// pu
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
tp
sendiri. PKP mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
ht
dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan. Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut: a. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
15
seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barangbarang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah. b. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi (pendapatan jasa).
/
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
o.
id
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
.g
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik
ps
Kabupaten, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan
.b
Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
ab
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Kabupaten mencakup PK-Pemerintah
ak
Kabupaten/Kota yang berada di wilayah Kabupaten; PK-Pemerintah Kabupaten yang
gg
bersangkutan; PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten;
in
dan PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang
Kabupaten
:// pu
rb
al
bersangkutan.
ada di wilayah
2. Metode Penghitungan
tp
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kabupaten Tahunan adalah:
ht
Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu) Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu) Statistik Keuangan Daerah (BPS) Output Bank Indonesia (BI) Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga dari BPS. a. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten adh Berlaku Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut: 16
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
PK-P adh Berlaku= Output non pasar–penjualan barang dan jasa + Output Bank Indonesia
Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yang dikeluarkan, yaitu : Belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yang dibeli dengan harga pasar), belanja pegawai, dan penyusutan.
/
Untuk level Kabupaten, PK-P Kabupaten adh Berlaku dihitung berdasarkan
o.
id
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Kabupaten itu sendiri +
.g
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah seluruh pemerintahan Kabupaten/Kota yang
ps
ada di wilayah Kabupaten tersebut + pengeluaran akhir seluruh pemerintah
.b
desa/kelurahan/nagari yang ada di wilayah Kabupaten tersebut + pengeluaran
ak
ab
pemerintah Pusat yang menjadi bagian dari Kabupaten yang bersangkutan.
gg
b. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Kabupaten adh Konstan
in
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan menggunakan metode
al
deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum
rb
tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari Produk Domestik Bruto komponen
tp
:// pu
Pembentukan Modal Tetap Bruto dan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
ht
D. PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) 1. Konsep, Definisi dan Cakupan Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi di sini terdiri dari investasi fisik dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori. PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis barang PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
17
modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan, tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya. PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumberdaya hayati yang dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau
/
barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian
o.
id
kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.
.g
Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
ps
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah ”bruto”mengindikasikan bahwa di dalamnya
.b
masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
ab
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
ak
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun barang
in
a.
gg
PMTB terdiri dari:
al
bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, bangunan
:// pu
rb
lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual (intellectual property products),
Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan aset
ht
b.
tp
dan sebagainya;
yang dipatenkan; c.
Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia pakainya (seperti overhaul mesin produksi; reklamasi pantai; pembukaan, pengeringan dan pengairan hutan; serta pencegahan banjir dan erosi).
2. Metode Penghitungan Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PMTB adalah :
18
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri konstruksi dari BPS Kabupaten/Kabupaten/Kota. Nilai impor 2 digit HS, yang merupakan barang modal impor dari KPPBC (Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai) setempat. Indeks Produksi Industri Besar Sedang dari Statistik Industri Kecil dan Rumah tangga (level Kabupaten). Laporan keuangan perusahaan.
id
/
Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang level Kabupaten.
o.
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar.
ps
.g
Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas).
ak
ab
Publikasi Statistik Konstruksi.
.b
Publikasi Statistik Listrik, Gas dan Air Minum.
gg
Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
in
Statistik Peternakan, Ditjen Peternakan.
al
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak
rb
langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-
:// pu
masing. Pendekatan “langsung” adalah dengan cara menghitung pembentukan modal
tp
(harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung.
ht
Sedangkan pendekatan “tidak langsung” adalah dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk luar negeri (impor).
Pendekatan Langsung Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
19
atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal tersebut. Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian
/
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku
o.
id
tersebut di “deflate” (dibagi) dengan indeks harga perdagangan besar (IHPB) yang sesuai
ps
.g
dengan kelompok barang modal.
ab
.b
Pendekatan Tidak Langsung
ak
Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai pendekatan arus
gg
komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh berbagai industri (supply), yang
al
in
kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi barang modal. Penghitungan PMTB
rb
dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan menggunakan rasio tertentu dari nilai output
:// pu
industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
tp
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
ht
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal. Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
20
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap. Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara. Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya,
/
mesin-mesin, alat
id
barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
o.
angkutan dan barang modal lain. Apabila rincian tersebut tidak tersedia dapat digunakan
.g
rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Kedua, untuk
ps
memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku
ab
.b
dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
ak
PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi mineral,
gg
dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel, pertumbuhan adh
al
in
Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai eksplorasi mineral pada
rb
periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstannya diperoleh dengan men-deflate nilai
:// pu
adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunannya.
tp
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara mengumpulkan
ht
data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software. Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa perusahaan. Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment, literary, or artistic original products), data yang dikumpulkan antara lain nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstannya diperoleh dengan cara men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa hiburan dan IHPB barang impor.
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
21
Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu: a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar. b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh. c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
id
/
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
o.
E. PERUBAHAN INVENTORI
ps
.g
1. Konsep, Definisi dan Cakupan
.b
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
ab
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, disamping tenaga kerja dan barang
ak
modal. Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari
gg
Pembentukan Modal Tetap Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang
in
terjadi pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori
al
menggambarkan bagian dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi,
rb
barang setengah jadi, serta bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu.
:// pu
Ketersediaan data perubahan inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan
tp
analisis tentang aktivitas investasi.
ht
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang dalam bentuk lain, yang mempunyai nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi. Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen. Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
22
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
menjelaskan
tentang perubahan posisi barang inventori,
yang dapat bermakna
pertambahan (tanda positif) atau pengurangan (bertanda negatif). Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku). Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah, kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga
id
/
stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas
o.
(publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti
.g
beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga, pengadaan inventori lebih
.b
ps
ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.
ab
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut :
ak
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,
gg
perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta konstruksi;
in
b. Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
al
komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang jadi;
rb
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum digunakan,
:// pu
termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada waktu dibeli;
tp
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum selesai
ht
(tidak termasuk konstruksi yang belum selesai). e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang eceran untuk tujuan dijual; f. Ternak untuk tujuan dipotong; g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan bakar atau persediaan; dan h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras, kedelai, gula pasir, dan gandum.
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
23
2. Metode Penghitungan Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori adalah:
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait, dari survei atau dari mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id); Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang.
Data komoditas perkebunan;
Indeks harga implisit PDRB industri terpilih, dan
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) terpilih.
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari Asosiasi
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
ak
Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan ternak dari Dirjen
gg
Peternakan Kementrian Pertanian.
in
Terdapat 2 (dua) metode yang digunakan dalam penghitungan komponen perubahan Pendekatan
al
inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
rb
langsung adalah pendekatan dari sisi “korporasi”, sedangkan pendekatan tidak langsung
:// pu
adalah pendekatan dari sisi “komoditas”.
tp
Dilihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan data yang
hanya
dapat
ht
relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung. Pendekatan komoditas dilakukan
jika
data
posisi
inventori
tersedia
secara
rinci
dan
berkesinambungan. Pendekatan Langsung Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan inventori adh
24
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan, adalah sebagai berikut :
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan
id
/
inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.
o.
Pendekatan Tidak Langsung
.g
Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas
ps
(commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga masing-
.b
masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku diperoleh dengan
ab
cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal dikalikan rata-rata harga
ak
pembelian, atau harga penjualan, bila data harga pembelian tidak tersedia. Perubahan
gg
barang inventori adh Konstan dihitung dengan: a. men-deflate nilai perubahan inventori adh
in
Berlaku dengan indeks harga yang sesuai, b. mengalikan perubahan volume stok akhir dan
rb
al
stok awal dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.
Inventori adalah:
:// pu
Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung komponen Perubahan
ht
tp
Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu saat untuk periode waktu yang berurutan; Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya; Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB yang sesuai; Diperlukan adjustment dengan cara me-mark-up, untuk melengkapi estimasi untuk industri yang datanya tidak tersedia.
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
25
F. EKSPOR IMPOR BARANG DAN JASA 1. Konsep, Definisi dan Cakupan Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
id
/
bahkan ke luar negeri.
o.
Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas
ps
.g
barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
.b
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
ab
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin
ak
berkembang.
gg
Ekspor-impor di suatu wilayah didefinisikan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik
in
penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen
al
wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.
:// pu
rb
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari: Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten tersebut
b.
Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari Kabupaten tersebut
tp
a.
lainnya c.
ht
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan jasa
Net Ekspor antar daerah
Ekspor antar daerah
Impor antar daerah
2. Metode Penghitungan Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi ekspor impor adalah :
26
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$)
Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
Neraca Pembayaran Indonesia dari Bank Indonesia
Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk Kabupaten di jembatan timbang;
Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk Kabupaten dari hasil survei.
Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
id
/
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai
o.
PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar negeri
.g
dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata
ps
tertimbang. Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang
.b
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu, nilai ekspor-impor tersebut masih
ab
ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaksi yang
ak
tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non residen.
in
ht
tp
:// pu
rb
al
usaha dengan PDRB pengeluaran.
gg
Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB lapangan
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
27
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 28
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
BAB III
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
TINJAUAN PEREKONOMIAN PURBALINGGA BERDASARKAN PDRB PENGELUARAN KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 - 2014
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
29
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 30
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Purbalingga akibat proses pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010 sampai dengan 2014, tidak terlepas dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir. Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional. Data yang ada menunjukkan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan
/
jasa yang tersedia di wilayah domestik Purbalingga digunakan untuk memenuhi
o.
id
permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian lagi
.g
digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk
ps
lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada
ab
.b
bagian berikut.
ak
A. TINJAUAN AGREGAT PDRB PURBALINGGA MENURUT PENGELUARAN
gg
Kondisi perekonomian Purbalingga menunjukkan tanda pemulihan, setelah
in
berlalunya masa krisis yang melanda ekonomi dunia sejak tahun 2008. Hal ini terlihat dari
al
PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang tetap menunjukkan arah
rb
positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui Nilai PDRB atas dasar harga
:// pu
(adh) Berlaku dan atas dasar harga (adh) Konstan, serta pertumbuhan pada total PDRB.
ht
tp
Tabel 1. PDRB Adh Berlaku menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Miliar Rp)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor Total PDRB * Angka Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
8,531.81
9,385.58
10,340.40
11,632.81
12,865.43
161.07
174.61
199.02
231.16
266.23
916.90
1,027.97
1,144.90
1,281.73
1,421.22
1,932.78
2,223.50
2,622.39
2,828.04
3,249.63
92.41 4,365.49 5,141.83
477.94 5,309.48 6,393.72
800.62 5,500.46 7,906.84
621.20 6,325.99 8,750.97
382.95 7,595.92 9,834.71
10,858.63
12,205.36
12,700.95
14,169.97
15,946.68
** Angka Sangat Sementara
31
Nilai PDRB Purbalingga adh Berlaku selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume.
Tabel 2. PDRB Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014 (Miliar Rupiah) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2. Konsumsi LNPRT
161.07
168.23
178.08
3. Konsumsi Pemerintah
916.90
943.95
974.20
1,932.78
2,092.59
92.41
518.98
6. Ekspor
4,365.49
4,545.37
7. Impor
5,141.83
5,685.81
10,858.63
11,474.22
Total PDRB
2,474.19
2,608.75
574.04
316.41
236.00
5,594.71
5,739.61
6,377.72
6,424.09
6,311.69
12,138.45
12,819.16
13,554.30
ps
.g
2,352.30 5,164.09
** Angka Sangat Sementara
gg
* Angka Sementara
205.88 1,052.17
.b
5. Perubahan Inventori
189.46
10,023.59
1,025.47
ab
4. PMTB
9,643.00
/
9,273.47
id
8,890.90
o.
8,531.81
ak
1. Konsumsi Rumah Tangga
in
Selain dinilai adh Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai adh Konstan
rb
al
2010 atau atas dasar harga berbagai produk yang dinilai dengan harga pada tahun 2010.
:// pu
Melalui pendekatan penghitungan adh Konstan, PDRB di masing-masing tahun dapat memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja
tp
(tanpa ada pengaruh perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan
ht
menggambarkan perubahan atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume konsumsi akhir. Selama kurun waktu 2010–2014, gambaran tentang perkembangan ekonomi Purbalingga berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada Tabel 2 di atas. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran akhir PDRB adh Konstan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari grafik berikut, nampak bahwa nilai PDRB adh Berlaku lebih besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh Konstan pengaruh harga telah ditiadakan. 32
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
Grafik 1. Perbandingan PDRB Adh Berlaku dan Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
gg
Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari
in
semua komponen pengeluarannya, yang terdiri dari konsumsi akhir rumah tangga
al
(PKRT), konsumsi akhir LNPRT (PKLNPRT), konsumsi akhir pemerintah (PKP),
:// pu
rb
pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau ekspor dikurangi impor.
ht
tp
Tabel 3. Distribusi PDRB Adh Berlaku menurut Pengeluaran Tahun 2010—2014 (Persen)
Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga
78.57
76.90
81.41
82.09
80.68
2. Konsumsi LNPRT
1.48
1.43
1.57
1.63
1.67
3. Konsumsi Pemerintah
8.44
8.42
9.01
9.05
8.91
17.80
18.22
20.65
19.96
20.38
0.85
3.92
6.30
4.38
2.40
6. Ekspor
40.20
43.50
43.31
44.64
47.63
7. Impor
47.35
52.38
62.25
61.76
61.67
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
4. PMTB 5. Perubahan Inventori
Total PDRB * Angka Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
** Angka Sangat Sementara
33
Berdasarkan Tabel 3 di atas terlihat bahwa selama periode 2010 – 2014, produk yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 75 persen). Ekspor dan Impor juga mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 40 - 47 persen produk Purbalingga diperdagangkan ke luar daerah, baik ke luar negeri maupun ke Kabupaten lain di Indonesia. Demikian halnya dengan impor mempunyai peran yang relatif besar, karena sekitar 47 - 61 persen permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Pengeluaran untuk kapital (PMTB) memberi kontribusi sekitar 17 - 20 persen, sedangkan kontribusi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 8,44
id
/
– 9,01 persen. Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk
.g
o.
domestik tidak terlalu besar. Pada tahun 2010-2014 perdagangan Purbalingga yang
bahwa perdagangan Purbalingga selalu
.b
lebih rendah dari nilai impor, yang berarti
ps
direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor, menunjukkan bahwa nilai ekspor selalu
ab
menunjukkan posisi “defisit”.
ak
Grafik 2. Perbandingan Distribusi PDRB menurut Pengeluaran
gg
Tahun 2010 dan Tahun 2014 Distribusi PDRB Pengeluaran 2014 (Persen)
ht
tp
:// pu
rb
al
in
Distribusi PDRB Pengeluaran 2010 (Persen)
Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi
34
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Purbalingga dari tahun 2011 - 2014 secara rata-rata mencapai 5,70 persen, dengan masingmasing pertumbuhan sebesar 5,67 persen (2011); 5,79 persen (2012); 5,61 persen (2013); dan 5,73 persen (2014). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar 5,79 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2013 (5,61 persen). Tabel 4. Pertumbuhan PDRB Adh Konstan 2010 menurut Pengeluaran Tahun 2011—2014 (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
/
Komponen Pengeluaran
4.21
4.30
3.98
2. Konsumsi LNPRT
4.45
5.85
6.39
2.95 8.27 461.61 4.12 10.58
3.20 12.41 10.61 13.61 12.17
5.26 5.18 (44.88) 8.34 0.73
2.60 5.44 (25.42) 2.59 (1.75)
5.61
5.73
Total PDRB
5.67
o.
.g
5.79
8.66
** Angka Sangat Sementara
gg
ak
* Angka Sementara
ps
.b
ab
3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB 5. Perubahan Inventori 6. Ekspor 7. Impor
3.95
id
1. Konsumsi Rumah Tangga
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan
al
in
harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan
rb
pemerintahan) maupun konsumen lainnya (perusahaan dan luar negeri) juga menunjukkan
:// pu
peningkatan.
ht
tp
Tabel 5. Indeks Implisit PDRB menurut Pengeluaran Tahun 2010– 2014 (Persen)
Komponen Pengeluaran (1)
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi LNPRT 3. Konsumsi Pemerintah 4. PMTB
100.00 100.00 100.00 100.00
105.56 103.79 108.90 106.26
111.51 111.76 117.52 111.48
120.63 122.01 124.99 114.30
128.35 129.32 135.08 124.57
5 Perubahan Inventori
100.00
92.09
139.47
196.33
162.27
6. Ekspor
100.00
116.81
106.51
113.07
132.34
7. Impor
100.00
112.45
123.98
136.22
155.82
Total PDRB
100.00
106.37
104.63
110.54
117.65
* Angka Sementara 1
2010
** Angka Sangat Sementara
Indeks perkembangan harga
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
35
B. PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut pengeluaran. Data pada Tabel 6 menunjukkan hal tersebut, dimana sebagian besar produk domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga. Dalam kurun waktu 2010 – 2014 konsumsi akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku) maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi rumah tangga, yang pada gilirannya akan
id
/
mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
2011
(2)
(3)
2013*
2014**
(5)
(6)
9,385.58 8,890.90
10,340.40 9,273.47
11,632.81 9,643.00
12,865.43 10,023.59
76.90
81.41
82.09
80.68
43,808.32 41,499.35
47,728.18 42,803.51
53,107.43 44,023.34
58,118.38 45,280.62
10,028.29 10,028.29
10,905.91 10,331.10
11,881.75 10,655.77
13,220.91 10,959.45
14,468.32 11,272.42
211,797 850.77
4.21 3.02 3.02 214,242 860.60
4.30 3.14 3.14 216,652 870.28
3.98 2.85 2.85 219,043 879.88
3.95 2.86 2.86 221,366 889.21
in
gg
78.57
ak
8,531.81 8,531.81
(4)
al
40,282.95 40,282.95
ht
tp
:// pu
rb
Total Konsumsi Rumah Tangga a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB) Rata-rata konsumsi per-Rumah Tangga/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Rata-rata konsumsi perkapita/tahun (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Pertumbuhan1) (% ADHK) a. Total konsumsi RT b. Per-RT c. Perkapita Jumlah RT (unit) Jumlah penduduk (000 org)
2012
.b
2010
(1)
ab
Uraian
ps
.g
o.
Tabel 6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2010—2014
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
Proporsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada periode tahun 2010 s.d 2014 cukup berfluktuatif. Titik tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 82,09 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu 76,90 persen.
36
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Masa pemulihan ekonomi telah mendorong rumah tangga untuk memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian lama mengalami masa-masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik maupun yang berasal dari impor turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi rumah tangga. Secara umum, rata-rata konsumsi per kapita terus meningkat dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun harga konstan. Pada tahun 2010 konsumsi rumah tangga per kapita sebesar 10,02 juta rupiah, yang artinya setiap penduduk Purbalingga rata-
/
rata mengeluarkan biaya sebesar 10,02 juta rupiah selama setahun untuk konsumsi, baik
o.
id
dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan,
ps
2014 rata-rata konsumsi per kapita sebesar 14,46 juta.
.g
kesehatan, dan lain-lain). Pengeluaran tersebut terus meningkat setiap tahun dan tahun
.b
Apabila dilihat menurut harga konstan, pertumbuhan konsumsi per kapita berada
ab
pada kisaran 2,85 – 3,14 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 3,14
ak
persen dan terendah sebesar 2,85 persen pada tahun 2013. Pertumbuhan konsumsi per
gg
kapita setiap tahun baik menurut harga berlaku maupun harga konstan menunjukkan
in
bahwa rata-rata konsumsi setiap penduduk Purbalingga meningkat, baik secara kuantitas
rb
al
(volume) maupun secara nilai (termasuk juga peningkatan kualitas).
:// pu
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 4,21 persen pada tahun 2011 tumbuh 4,30 persen pada tahun 2012. Kemudian, menurun pada dua
tp
tahun berikutnya yaitu berturut-turut sebesar 3,98
persen (2013), 3,95 persen (2014).
ht
Nampak bahwa peningkatan keseluruhan konsumsi rumah tangga secara “riil” lebih tinggi dari peningkatan jumlah penduduk yang umumnya berada di bawah 1 persen. Hal ini mengindikasikan terjadi perubahan tingkat kemakmuran masyarakat, meskipun tidak dapat dijelaskan lebih jauh melalui perangkat data PDRB ini. Tabel 7 di bawah, memperlihatkan struktur penggunaan konsumsi akhir rumah tangga. Dari tabel tersebut nampak 3 (tiga) konsumsi yang peranannya paling besar, yaitu yang terbesar konsumsi makanan, minuman dan rokok, konsumsi transportasi, komunikasi, rekreasi dan budaya; serta konsumsi perumahan, perkakas, perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga. PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
37
Tabel 7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2010—20141) (Persen) Kelompok Konsumsi
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
45,82
45,,51
45,04
43,75
4,78 10,44
4,82 10,54
4,41 10,56
4,04 10,50
3,97 10,74
8,49 20,25
8,37 21,06
8,37 21,70
7,98 22,84
8,04 23,48
7,97 1,61 100,00
7,79 1,87 100,00
7,77 2,04 100,00
7,70 1,89 100,00
8,18 1,84 100,00
id
ps
.g
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB)
/
46,45
o.
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya Total Konsumsi
.b
Dari ketiga kelompok konsumsi terbesar tersebut, konsumsi makanan, minuman
ab
dan rokok pertumbuhannya relatif rendah setiap tahun, sangat berbeda dengan
ak
pertumbuhan kelompok perumahan dan transportasi yang cukup tinggi di setiap tahunnya.
gg
Pada tahun 2014 konsumsi perumahan tumbuh 6,13 persen, meningkat dibanding tahun
in
sebelumnya, sedangkan konsumsi transportasi tumbuh 6,21 persen, melambat dibanding
rb
al
pertumbuhan tahun 2013.
:// pu
Tabel 8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2011—2014 (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
ht
tp
Kelompok Konsumsi a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya Konsumsi Akhir Rumah Tangga * Angka Sementara
38
0,50
0,96
1,43
1,24
3,23 5,47
5,04 5,25
3,78 5,14
4,80 6,13
5,71 10,93
5,53 9,08
5,48 7,28
4,03 6,21
2,64 21,21 4,21
5,61 10,96 4,30
4,31 8,79 3,98
7,82 5,12 3,95
** Angka Sangat Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Pertumbuhan konsumsi selain makanan dan rokok yang lebih tinggi tersebut menunjukkan kebutuhan non-makanan menjadi semakin penting, hal ini sebagai akibat dari pengaruh
tatanan
ekonomi
sosial
dalam
masyarakat
yang
telah
mengalami
perubahan/pergeseran. Pertumbuhan konsumsi (riil) ini juga dapat menunjukan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume) dari waktu ke waktu. Informasi ini menggambarkan terjadinya peningkatan kemakmuran masyarakat, meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat tertentu. Tingkat perubahan harga penggunaan konsumsi akhir rumah tangga secara implisit
/
disajikan dalam Tabel 9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rincian peningkatan harga
o.
id
pada kelompok konsumsi akhir rumah tangga sebesar 5,56 persen (2011); 5,63 persen (2012);
.g
8,19 persen (2013); dan 6,40 persen (2014).
2011
(1)
(3)
tp
:// pu
rb
* Angka Sementara perubahan harga produk konsumsi
2014**
(5)
(6)
ak 7,32 7,55
8,23 (4,20)
10,61 (0,59)
6,10 3,81
5,26
4,84
6,45
6,60
2,56 3,13
4,38 4,08
1,71 10,36
7,07 7,02
4,79 5,41 5,56
3,95 8,06 5,63
6,97 (3,87) 8,19
9,00 2,14 6,40
** Angka Sangat Sementara
ht
1)Tingkat
2013*
(4)
gg
al
in
a. Makanan, Minuman, dan Rokok b. Pakaian dan Alas Kaki c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga d. Kesehatan & Pendidikan e. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya f. Hotel & Restoran g. Lainnya Konsumsi Akhir Rumah Tangga
2012
ab
Kelompok Konsumsi
.b
ps
Tabel 9. Pertumbuhan Indeks Implisit Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Tahun 2011—20141) (Persen)
C. PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT Peranan konsumsi akhir LNPRT dalam PDRB menurut pengeluaran masih sangat kecil dibandingkan dengan komponen pengeluaran lainnya, yaitu hanya sekitar 1 persen saja. Hal ini menunjukkan bahwa peranan institusi ini dalam perekonomian suatu wilayah masih dapat ditingkatkan lagi. Beberapa lembaga yang memberikan andil cukup besar untuk PKLNPRT adalah organisasi kemasyarakatan (ormas), partai politik, dan lembaga keagamaan. PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
39
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Konsumsi LNPRT a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB ( % ADHB)
161.07 161.07
174.61 168.23
199.02 178.08
231.16 189.46
266.23 205.88
1.48
1.43
1.57
1.63
1.67
-
4.45
5.85
6.39
8.66
Pertumbuhan (% ADHK) * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
id
/
Dari tabel di atas, dapat dilihat pertumbuhan konsumsi LNPRT dari tahun ke tahun
o.
yang terus meningkat. Pertumbuhan tahun 2012 dan 2014 meningkat cukup tinggi, yang
.g
salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan pengeluaran ormas, parpol , LSM dan lembaga
ps
lainnya karena adanya pemilihan kepala daerah (bupati/walikota dan gubernur) pada
ab
.b
tahun 2013 dan pemilihan umum (legislatif) serta pemilihan presiden pada tahun 2014.
ak
D. PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH
gg
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan konsumsi akhir rumah tangga dan
al
in
LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah.
rb
Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Purbalingga serta
:// pu
bagaimana perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini. Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan,
tp
baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran
ht
konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 0,91 triliun rupiah, kemudian meningkat terus hingga pada tahun 2014 nilainya mencapai 1,42 triliun rupiah. Demikian halnya dengan konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, yang juga mengalami peningkatan pada masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.
40
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Tabel 11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah Tahun 2010 – 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Konsumsi Pemerintah a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
1,027.97 943.95
1,144.90 974.20
1,281.73 1,025.47
1,421.22 1,052.17
8.44
7,98
8,16
8,32
8,28
1,077.73 1,077.73
1,194.48 1,096.86
1,315.56 1,119.41
1,456.71 1,165.47
1,598.28 1,183.25
75,180.56 75,180.56
84,425.54 77,525.49
93,936.82 79,930.78
-
2.95 1.77 3.12
12,196 850.77
131,290.14 97,197.74
3.20 2.06 3.10
5.26 4.11 18.52
2.60 1.53 2.60
12,188 870.28
10,825 879.88
10,825 *) 889.21
ps
118,404.98 94,731.91
.b
ab 12,176 860.60
gg
Jumlah penduduk (000 org)
ak
Konsumsi Pemerintah perpegawai pemerintah (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010 Pertumbuhan1) a.Total konsumsi pemerintah b. Konsumsi perkapita c. Konsumsi per-pegawai Jumlah Pegawai Pemerintah2)
.g
o.
Konsumsi Pemerintah perkapita (Ribu Rp) a. ADHB b. ADHK 2010
id
Proporsi terhadap PDRB ( % - ADHB)
/
916.90 916.90
al
in
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 2)Tidak termasuk polisi dan militer
rb
Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya
:// pu
cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat
tp
diartikan bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani
ht
penduduk, baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada ratarata konsumsi pemerintah per kapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per kapita adh Berlaku sebesar 1,07 juta rupiah dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2014 konsumsi pemerintah per kapita sebesar 1,59 juta rupiah. Konsumsi akhir pemerintah secara “riil” menunjukkan peningkatan baik secara keseluruhan maupun rata-rata (per kapita maupun per pegawai). Parameter ini adalah pendekatan untuk mengukur
pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan
sumber daya finansial oleh pemerintah. Dalam kurun waktu 2011-2014, pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
41
konsumsi pemerintah tertinggi terjadi pada tahun 2013, sebesar 5,26 persen, dan terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 2,60 persen. Kondisi yang hampir sama terjadi pada pertumbuhan konsumsi pemerintah per kapita dan konsumsi pemerintah per pegawai, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar (4,11 persen dan 18,52 persen) serta terendah tahun 2014 (1,53 persen dan 2,60 persen).
E. PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut menjelaskan
tentang
bagian
dari
pendapatan
(income)
/
lebih
id
pengeluaran,
yang
.g
o.
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
ps
sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai
.b
investasi fisik (kapital)22. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect-input)
ab
di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari
ak
produksi domestik maupun dari impor.
gg
Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga
in
maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun
al
riil. Data di atas menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun
rb
waktu 2010 – 2014 melambat dari 8,27 persen (2011) menjadi 5,44 persen (2014). PMTB
:// pu
dalam bentuk bangunan memberikan proporsi lebih besar dibanding non-bangunan dalam pembentukan modal tetap bruto. Rata-rata perbandingan antara kedua komponen ini
ht
tp
adalah 76 persen untuk PMTB bangunan dan 24 persen untuk non-bangunan. Tabel 13. Perkembangan dan Struktur PMTB Tahun 2010—2014
Uraian
2010
(1)
(2)
Total PMTB a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
2Selain
42
2011
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
1,932.78 1,932.78
2,223.50 2,092.59
2,622.39 2,352.30
2,828.04 2,474.19
3,249.63 2,608.75
17.80
18.22
20.65
19.96
20.38
(6)
bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Struktur PMTB 1) a. Bangunan (Miliar Rp)
1,562.91
1,743.08
1,936.87
2,080.93
2,376.45
14.39
14.28
15.25
14.69
14.90
369.87
480.41
685.52
747.10
873.18
3.41
3.94
5.40
5.27
5.48
1,932.78
2,223.50
2,622.39
2,828.04
3,249.63
17.80
18.22
20.65
19.96
20.38
-
3.38 28.92 8.27
4.89 37.89 12.41
6.45 1.91 5.18
6.10 3.65 5.44
(%) b. NonBangunan (Miliar Rp) (%) Total PMTB (Miliar Rp) (%) Pertumbuhan2) (%) a. Bangunan b. Non Banguan Total PMTB
id
/
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) 2)Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
o.
Dari sisi pertumbuhan adh Konstan, pertumbuhan PMTB bangunan lebih stabil setiap
.g
tahunnya, dan selama lima tahun ini berada pada kisaran 3,38 – 6,45 persen, dengan
ps
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013. Pertumbuhan PMTB non-bangunan sangat
ab
.b
fluktuatif, tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 37,89 persen dan terendah pada tahun
ak
2013 yang mengalami kontraksi pertumbuhan 1,91 persen.
in
gg
F. PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI
al
Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan
rb
dalam bentuk “persediaan” berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam
:// pu
proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud di sini
tp
bisa berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).
ht
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum, komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan
pengukuran terhadap nilai
persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
43
Tabel 14. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Tahun 2010—2014
Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Total Nilai Inventori a. ADHB (Miliar Rp)
92.41
477.94
800.62
621.20
382.95
b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
92.41
518.98
574.04
316.41
236.00
0.85
3.92
6.30
4.38
2.40
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
** Angka Sangat Sementara
id
/
* Angka Sementara
o.
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
.g
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
ps
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
.b
lebih dalam. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah proporsi, dalam PDRB
ab
pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level maupun
ak
tandanya (positif atau negatif).
gg
Proporsi perubahan inventori terhadap PDRB mengalami fluktuasi. Pada tahun
persen pada tahun 2012. Proporsi perubahan inventori pada tahun 2014
al
sebesar 6,30
in
2010 proporsinya sebesar 0,85 persen, terendah dalam kurun waktu 2010-2014, dan tertinggi
:// pu
rb
sebesar 2,40 persen.
ht
tp
Grafik 3. Pertumbuhan Beberapa Komponen Pengeluaran 2011-2014 (Persen)
44
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
G. PERKEMBANGAN EKSPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi dikonsumsi oleh pihak luar wilayah dan luar negeri, baik secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk pula dalam ekspor pembelian oleh badan-badan internasional, kedutaan besar (termasuk konsulat), awak kapal (udara maupun laut) yang singgah dan sebagainya.
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
(5)
(6)
6,325.99 5,594.71
7,595.92 5,739.61
43.31
44.64
47.63
13.61
8.34
2.59
43.50 4.12
gg
-
2014**
5,500.46 5,164.09
ak
40.20
Pertumbuhan 1)
ps
5,309.48 4,545.37
.b
4,365.49 4,365.49
ab
Total Nilai Ekspor a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp)
2013*
o.
2010
.g
Uraian
id
/
Tabel 15. Perkembangan Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri Tahun 2010 – 2014
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
:// pu
rb
al
in
1)Diturunkan
Pertumbuhan ekspor luar wilayah sangat fluktuatif, seperti terlihat pada Tabel 15 di
tp
atas, pertumbuhan tertinggi dicapai pada yahun 2012 yaitu sebesar 13.61 persen, sedangkan
persen.
ht
pertumguhan terendah selama periode 2011-2014 terjadi pada tahun 2014 sebesar 2.59
H. PERKEMBANGAN IMPOR BARANG DAN JASA LUAR NEGERI Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari luar wilayah (impor). PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi domestik, sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
45
mengurangkan nilai PDRB pengeluaran dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha. Berbeda dengan komponen ekspor, transaksi impor menjelaskan ada tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi domestik yang berasal dari non residen. Impor terdiri dari produk barang maupun jasa, meskipun rincian penggolongannya bisa berbeda dengan ekspor. Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya ketergantungan Purbalingga terhadap ekonomi atau produk negara lain. Komponen impor
id
/
termasuk pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct purchase) oleh
o.
penduduk (resident) Purbalingga, baik yang berupa makanan maupun bukan makanan
ps
.g
(termasuk jasa).
Tabel 16. Perkembangan Impor Barang dan Jasa Luar Negeri
(2)
Pertumbuhan 1)
2012
2013*
2014**
(4)
(5)
(6)
7,906.84 6,377.72
8,750.97 6,424.09
9,834.71 6,311.69
15,67
18,30
19,45
22,43
23,81
-
10.58
6,67
13,50
-7,30
in
6,393.72 5,685.81
al
:// pu
Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB)
(3)
5,141.83 5,141.83
rb
Total Nilai Impor a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (MiliarRp)
2011
ak
2010
(1)
gg
Uraian
ab
.b
Tahun 2010 – 2014
ht
tp
* Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara 1) Diturunkan dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010
Tabel 16 di atas menunjukan bahwa nilai impor luar wilayah Purbalingga adh Berlaku selalu meningkat dari tahun ke tahun, dan nilai ini mencapai 9,83 triliun rupiah pada tahun 2014. Bila dibandingkan dengan impor tahun 2010 sebesar 5,14 triliun rupiah, nilai impor tahun 2014 mencapai 1,91 kalinya. Dilihat dari sisi harga konstan, pertumbuhan impor luar negeri Purbalingga cukup fluktuatif, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 13,50 persen. Meskipun tahun 2014 nilai impor adh Berlaku meningkat dibanding tahun sebelumnya, tetapi tidak demikian bila dihitung menurut harga konstan. Pada tahun ini nilai impor adh Konstan lebih kecil dibanding tahun 2013 dan mengalami
46
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
kontraksi pertumbuhan sebesar 7,30 persen, yang merupakan pertumbuhan terendah selama periode 2010-2014. Sebagai gambaran, pada tahun 2014 nilai tukar rupiah terhadap USD melemah, yang berdampak langsung terhadap kenaikan harga barang-barang impor. Seiring dengan peningkatan nominal impor setiap tahun, proporsi impor luar negeri terhadap PDRB juga meningkat. Pada tahun 2014 peranan impor luar negeri mencapai 61,67 persen, jauh lebih tinggi dibanding kondisi tahun 2010 sebesar 47,35 persen. Hal ini menunjukkan ketergantungan ekonomi Purbalingga terhadap produk-produk impor luar negeri semakin meningkat. Produk impor dari luar negeri diantaranya dalam bentuk bahan
id
/
baku untuk keperluan industri manufaktur, barang modal dan barang-barang konsumsi.
o.
Grafik 4. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Luar Negeri
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
Tahun 2011-2014
I. PERKEMBANGAN NET EKSPOR ANTAR DAERAH Net ekspor antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Berbeda dengan penghitungan ekspor-impor barang dan jasa luar negeri, pada penghitungan ekspor-impor antar daerah tidak tersedia sumber data yang sesuai PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
47
dengan konsep dan definisi yang ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut. Keberadaan data dengan kondisi seperti ini menyebabkan penghitungan ekspor-impor antar Kabupaten menjadikan komponen ini (dalam series PDRB tahun dasar
2010) diperlakukan sebagai item penyeimbang (residual), yakni
perbedaan antara total PDRB menurut pengeluaran dengan total PDRB menurut lapangan usaha. Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk dimanfaatkan sebagai informasi pendukung.
/
Komponen ini secara implisit mencakup dua unsur pokok yaitu: ekspor antar
o.
id
daerah dan impor antar daerah. Sama halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar
.g
daerah juga hasilnyadapat memiliki 2 (dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini
ps
bertanda “positif” berarti nilai ekspor antar daerah lebih besar dari pada impor antar
.b
daserah, demikian pula sebaliknya.
ab
Pada saat ini untuk memisahkan net ekspor antar daerah menjadi nilai ekspor antar
ak
daerah dan nilai impor antar daerah dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu
gg
dengan metode cross-hauling. Metode ini bekerja dengan memanfaatkan sifat keseimbangan
in
permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap komoditas di suatu perekonomian.
rb
al
Penghitungan ekspor impor dengan metode cross-hauling diawali dengan metode commodity
:// pu
balance. Metode commodity balance adalah metode penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output “bayangan”.Dalam metode ini, transksi ekspor-impor
tp
dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item) dalam keseimbangan demand dan
ht
supply suatu perekonomian. Dari tabel berikut dapat dilihat gambaran ekspor dan impor antar daerah, yaitu ekspor Purbalingga ke Kabupaten lain serta impor dari Kabupaten lain ke Purbalingga. Terlihat bahwa nilai ekspor antar daerah selalu lebih kecil dibanding nilai impornya, sehingga net ekspor antar daerah selalu minus dari tahun ke tahun.
48
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Tabel 17. Perkembangan Ekspor dan Impor Antar Daerah Tahun 2010 - 2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
2014**
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Nilai Ekspor dan Impor (ADHB) a. Ekspor (Miliar Rp) b.Impor (Miliar Rp) Net Ekspor (Miliar Rp)
4,365.49 5,141.83 (776.33)
5,309.48 6,393.72 (1,084.24)
5,500.46 7,906.84 (2,406.38)
6,325.99 8,750.97 (2,424.98)
7,595.92 9,834.71 (2,238.79)
Nilai Ekspor dan Impor (ADHK) a. Ekspor (Miliar Rp) b. Impor (Miliar Rp) Net Ekspor (Miliar Rp)
4,365.49 5,141.83 (776.33)
4,545.37 5,685.81 (1,140.44)
5,164.09 6,377.72 (1,213.64)
5,594.71 6,424.09 (829.38)
5,739.61 6,311.69 (572.09)
id
/
** Angka Sangat Sementara
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
* Angka Sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
49
BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB
id
/
MENURUT PENGELUARAN
.g
o.
KABUPATEN PURBALINGGA
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
TAHUN 2010 - 2014
50
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
51
Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis, di tengah keterbatasan informasi yang tersedia.
A. PDRB (NOMINAL) Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah ekonomi domestik, dimana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas”, karena menjelaskan kemampuan
id
/
wilayah dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan,
.g
o.
yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
ps
Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
.b
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga, dan
ab
tenaga kerja). Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, misalnya,
gg
ak
maka disajikan data PDRB perkapita.
(1)
(2)
2011
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
(6)
al
2010
rb
Uraian
in
Tabel 18. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Per kapita Tahun 2010—2014
10,858.63 10,858.63
12,205.36 11,474.22
12,700.95 12,138.45
14,169.97 12,819.16
15,946.68 13,554.30
PDRB perkapita (Ribu Rp) - ADHB - ADHK 2010
12,763.24 12,763.24
14,182.45 13,332.88
14,594.16 13,947.81
16,104.43 14,569.21
17,933.45 15,243.01
-
5.67
5.79
5.61
5.73
850.774 -
860.596 1.15
870.276 1.12`
879.88 1.10
889.214 1.06
ht
tp
:// pu
Nilai PDRB (Miliar Rp) - ADHB - ADHK 2010
Pertumbuhan PDRB perkapita ADHK 2010 Jumlah penduduk (000 org) Pertumbuhan * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
PDRB perkapita Kabupaten Purbalingga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun (Tabel 18), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan 52
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
bahwa secara ekonomi setiap penduduk Purbalingga rata-rata mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing tahun tersebut. Sementara itu pertumbuhan per kapita secara “riil” juga selalu meningkat di kisaran 5,7 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut diikuti pula oleh penambahan jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 1,11 persen setiap tahunnya. Dengan demikian maka pertumbuhan perkapita tersebut tidak saja terjadi secara kuantitas tetapi juga terjadi secara kualitas
o.
id
/
B. PERBANDINGAN PENGELUARAN PDRB UNTUK KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP EKSPOR
.g
Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi rumah
ps
tangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah
.b
tangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Purbalingga
ab
(sekitar 80 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di wilayah
ak
Purbalingga sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga. Namun di
gg
dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
in
Tabel 19. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir
(1)
2011
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
8,531.81
9,385.58
10,340.40
11,632.81
12,865.43
4,365.49
5,309.48
5,500.46
6,325.99
7,595.92
1.95
1.77
1.88
1.84
1.69
ht
tp
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp)
2010
:// pu
Uraian
rb
al
Rumah Tangga terhadap Ekspor Tahun 2010—2014
Total Ekspor (ADHB) (Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT terhadap Ekspor * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga lebih dari 1,95 kali dari yang diekspor. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply) domestik diserap untuk memenuhi permintaan PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
53
konsumsi akhir rumah tangga. Dari tahun ke tahun rasio ini mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi 1,69. Hal ini lebih disebabkan peningkatan nilai ekspor yang cukup tinggi di tahun-tahun tersebut. Di sisi lain, meskipun konsumsi rumah tangga meningkat setiap tahun, namun kenaikannya tidak setajam kenaikan ekspor. Secara implisit data tersebut menjelaskan, bahwa baik nilai konsumsi akhir rumah tangga maupun ekspor meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan tersebut disebabkan oleh perubahan volume maupun harga.
/
C. PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP PMTB
o.
id
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi
.g
akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal
ps
tetap). Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan produk yang
.b
tersedia di wilayah domestik Purbalingga digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
(1)
(2)
tp
* Angka Sementara
2012
2013*
2014**
(3)
(4)
(5)
(6)
9,385.58
10,340.40
11,632.81
12,865.43
1,932.78
2,223.50
2,622.39
2,828.04
3,249.63
4.41
4.22
3.94
4.11
3.96
rb
al
8,531.81
:// pu
Total Konsumsi RT (ADHB) (Miliar Rp) Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp) Perbandingan Konsumsi RT thd PMTB
2011
gg
2010
in
Uraian
ak
ab
Tabel 20. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB Tahun 2010—2014
** Angka Sangat Sementara
ht
Rata-rata rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB selama lima tahun terakhir sebesar 4,06. Hal ini dapat diartikan penggunaan produk untuk konsumsi rumah tangga 4,06 kali lebih besar dibanding untuk PMTB. Nilai ini cenderung menurun selama lima tahun terakhir, namun pada tahun 2013 terjadi kenaikan rasio dari 3,94 pada tahun 2012 menjadi 4,11. Kenaikan tersebut lebih disebabkan peningkatan nilai konsumsi rumah tangga yang cukup besar di tahun tersebut.
54
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
D. PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB Konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah. Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi, tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.
id
/
Tabel 21. Proporsi Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Tahun 2010—2014 2010
2011
2012
2013*
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
12,205.36
88.50
12,865.43 266.23 1,421.22 14,552.88
12,700.95
14,169.97
15,946.68
92.00
92.77
91.26
86.75
** Angka Sangat Sementara
in
* Angka Sementara
ps
.g
(6)
11,632.81 231.16 1,281.73 13,145.71
.b
10,858.63
10,340.40 199.02 1,144.90 11,684.32
ab
9,385.58 174.61 1,027.97 10,588.16
ak
PDRB (ADHB) (Miliar Rp) Proporsi
8,531.81 161.07 916.90 9,609.78
gg
Konsumsi Akhir (ADHB) (Miliar Rp) a. Rumah tangga b. LNPRT c. Pemerintah Jumlah
2014**
o.
Uraian
al
Lebih dari 80 persen produk barang dan jasa yang berada di wilayah domestik
rb
Purbalingga digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir. Proporsi ini terus
:// pu
meningkat dari tahun ke tahun, dari 88,50 persen pada tahun 2010 menjadi 91,26 persen
tp
pada tahun 2014. Sedangkan produk yang tidak digunakan menjadi konsumsi akhir, yaitu
ht
PMTB dan ekspor memiliki peran yang relatif kecil, sebesar kurang dari 20 persen.
E. PERBANDINGAN EKSPOR TERHADAP PMTB Ekspor merupakan produk yang tidak dikonsumsi di wilayah domestik, tetapi diperdagangkan ke luar negeri (dalam hal ini termasuk ekspor ke Kabupaten lain di luar wilayah Purbalingga). Untuk menghasilkan produk yang diekspor kemungkinan besar menggunakan kapital (PMTB). Sementara di sisi lain sebagian barang yang diekspor bisa pula berupa barang kapital. Rasio ekspor terhadap PMTB dimaksudkan untuk
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
55
menunjukkan perbandingan antara nilai produk ekspor dengan nilai produk yang menjadi kapital (PMTB). Total nilai ekspor Purbalingga lebih besar dibanding nilai PMTB, sehingga rasionya lebih dari 1. Rata-rata rasio ekspor terhadap PMTB selama lima tahun terakhir sebesar 2,26. Nilai rasio ini relatif stabil dari tahun ke tahun, karena perkembangan kenaikan ekspor seiring dengan peningkatan PMTB. Rasio terendah terjadi pada tahun 2012, sebesar 2,10. Nilai
ini menurun dibanding rasio tahun 2011 sebesar 1,20. Penurunan diantaranya
disebabkan oleh kenaikan PMTB yang relatif lebih pesat dibandingkan dengan kenaikan
/
ekspor. Untuk menghasilkan seluruh produk domestik (termasuk ekspor) disyaratkan
.g
o.
id
tersedianya sejumlah kapital (yang di dalamnya termasuk pula kapital impor).
2012
2013*
2014**
(4)
(5)
(6)
5,500.46
6,325.99
7,595.92
2,223.50
2,622.39
2,828.04
3,249.63
2.39
2.10
2.24
2.34
Uraian
2010
2011
(1)
(2)
(3)
Total PMTB (ADHB) (Miliar Rp)
1,932.78
in
** Angka Sangat Sementara
:// pu
rb
* Angka Sementara
2.26
al
Rasio Ekspor terhadap PMTB
5,309.48
ak
4,365.49
gg
Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
ab
.b
ps
Tabel 22. Rasio Ekspor terhadap PMTB Tahun 2010—2014
F. PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR
tp
Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang
ht
dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor. Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang dihasilkan oleh luar negeri (termasuk produk dari Kabupaten lain). Jika rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin tinggi, dan sebaliknya. Rata-rata rasio PDRB terhadap impor tahun 2010 – 2014 sebesar 1,69 dan relatif stabil dari tahun ke tahun. Hal ini memperlihatkan peningkatan PDRB seiring dengan peningkatan impor. Peningkatan rasio menunjukkan berkurangnya ketergantungan PDRB terhadap produk impor.
56
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Tabel 23. Rasio PDRB terhadap Impor Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2012
2013*
2014**
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
10,858.63
12,205.36
12,700.95
14,169.97
15,946.68
5,141.83
6,393.72
7,906.84
8,750.97
9,834.71
2.11
1.91
1.61
1.62
1.62
(1) PDRB (ADHB) (Miliar Rp)
2011
Total Impor (ADHB) (Miliar Rp) Rasio PDRB terhadap Impor * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
o.
id
/
G. KESEIMBANGAN TOTAL PENYEDIAAN DAN TOTAL PERMINTAAN
.g
Rasio ini dapat menunjukkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi suatu daerah
ps
oleh produk yang berasal dari impor. Ketergantungan (ketidakseimbangan) tersebut dapat
.b
dilihat melalui keseimbangan antara total penyediaan (supply) dengan total permintaan
ab
akhir (demand).
ak
Dari tabel berikut dapat dilihat bahwa untuk memenuhi permintaan akhir domestik,
gg
sebagian produk masih harus didatangkan dari luar wilayah (luar negeri dan Kabupaten
in
lain), dengan rentang 32 - 38 persen. Dengan kata lain, kebutuhan masyarakat baru bisa
rb
al
dipenuhi sekitar 65 persen dari selisih hasil produksi domestik. Dalam kurun waktu
:// pu
tersebut, tendensi permintaan (akhir) masyarakat terus meningkat setiap tahunnya, dari 16 triliun (2010) menjadi sebesar 25 triliun rupiah (2014).
ht
tp
Tabel 24. Sisi Keseimbangan Penyediaan dan Permintaan Tahun 2010—2014 Uraian (1)
Total Penyediaan PDRB (ADHB) (Miliar Rp ) % Total nilai Impor ADHB (Miliar Rp) % Total Permintaan Akhir16 (Miliar Rp) % *
Angka Sementara diskrepansi statistik
2010 (2)
2011 (3)
2012 (4)
2013* (5)
2014** (6)
10,858.63
12,205.36
12,700.95
14,169.97
15,946.68
(67.86)
(65.62)
(61.63)
(61.82)
(61.85)
5,141.83 (32.14))
6,393.72 (34.38)
7,906.84 (38.37)
8,750.97 (38.18))
9,834.71 (38.15))
16,000.46 (100,00 )
18,599.08 (100,00 )
20,607.79 (100,00 )
22,920.94 (100,00 )
25,781.39 (100,00 )
** Angka Sangat Sementara
16)Termasuk
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
57
Di sisi lain “penyediaan” produk barang dan jasa yang mampu dihasilkan oleh ekonomi domestik masing-masing sebesar 10,8 triliun rupiah (2010); 12,2 triliun rupiah (2011); 12,7 triliun rupiah (2012); 14,1 triliun rupiah (2013); dan 15,9 triliun rupiah (2014). Karena produk domestik tidak mampu mencukupi seluruh kebutuhan permintaan, maka berbagai produk barang dan jasa diimpor, dengan nilai masing-masing tahun sebesar 5,1 triliun rupiah (2010); 6,3 triliun rupiah (2011); 7,9 triliun rupiah (2012); 8,7 triliun rupiah (2013); dan 9,8 triliun rupiah (2014).
/
H. NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)
o.
id
Transaksi devisa yang berasal dari perdagangan barang dan jasa dengan pihak luar
.g
negeri (non-residen) dapat dilihat melalui neraca perdagangan. Secara konsep, selisih
ps
antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai “Ekspor Neto”,apabila nilai ekspor lebih
.b
besar dari nilai impor, maka terjadi surplus, dan sebaliknya yang terjadi adalah defisit.
ab
Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila tingkat keseimbangan dalam posisi
ak
surplus, maka terjadi aliran devisa masuk, sebaliknya kalau posisinya defisit maka terjadi
gg
aliran devisa keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa kekuatan ekonomi suatu
in
wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.
rb
al
Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio)
:// pu
antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Namun rasio tersebut tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun
tp
kuantum. Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada
ht
nilai impor, sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi daripada nilai ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu negara sangat tergantung kepada kondisi ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya. Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa Kabupaten Purbalingga dengan luar negeri dan antar Kabupaten, selalu menunjukkan nilai negatif. Hal ini menunjukkan neraca perdagangan barang dan jasa Kabupaten Purbalingga selalu dalam posisi defisit. Nilai ekspor yang lebih kecil dari impor menyebabkan adanya aliran devisa keluar, yang dalam konteks lain disebut sebagai “hutang luar negeri”. Defisit perdagangan Kabupaten Purbalingga yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan 2014 58
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
tercatat masing-masing sebesar 7,76 miliar rupiah (2010), 1,08 triliun rupiah (2011), 2,40 triliun rupiah (2012), 2,42 triliun rupiah (2013) dan 2,23 triliun rupiah (2014). Tabel 25. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Tahun 2010—2014 Uraian
2010
2011
2012
2013*
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2014** (6)
4,365.49
5,309.48
5,500.46
6,325.99
7,595.92
Nilai Impor (ADHB)(Miliar Rp)
5,141.83
6,393.72
7,906.84
8,750.97
9,834.71
Net ekspor (X – M) (Miliar Rp) Rasio ekspor thdp Impor
(776.33)
(1,084.24)
(2,406.38)
(2,424.98)
(2,238.79)
0.85
0.83
0.70
0.77
o.
0.72
** Angka Sangat Sementara
.g
* Angka Sementara
id
/
Nilai Ekspor (ADHB) (Miliar Rp)
ps
Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung stabil dari tahun 2010-2014.
.b
Selama lima tahun terakhir rata-rata rasio sebesar 0,77, dan rasio terendah terjadi pada
ak
ab
tahun 2012 sebesar 0,70, sementara pada tahun 2013 terjadi defisit perdagangan terbesar.
gg
I. INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR)
al
in
”ICOR” merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio
rb
investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan
:// pu
investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap penambahan sejumlah output (keluaran).
tp
Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber
ht
daya alam, untuk digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi. Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi) yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter ”Nilai Tambah”. Formula:
ICOR
K I It Y Y Yt Yt 1 Dimana:
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
59
I t = PMTB tahun ke t Yt = Output tahun ke t Yt 1 = Output tahun ke t-1 Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital sebanyak ”K” unit. Tabel 26. Incremental Capital Output Ratio
2011
2012
(2)
(3)
(4)
13,554.30
573.52
615.59
664.22
680.71
735.14
PMTB (ADHK 2010) (miliar Rp)
1,932.78
2,092.59
2,352.30
2,474.19
2,608.75
3.37
3.54
3.63
3.55
3.40
in
ICOR
ak
(miliar rupiah)
(6)
12,819.16
Perubahan
12,138.45
.b
11,474.22
ab
10,858.63
2014**
(5)
gg
PDRB (ADHK 2010) (miliar rupiah)
2013*
.g
2010
(1)
ps
Uraian
o.
id
/
Tahun 2010 – 2014
** Angka Sangat Sementara
rb
al
* Angka Sementara
:// pu
Data di atas menunjukkan besaran ICOR meningkat dari sebesar 3,37 (2010) menjadi
tp
3,55 (2014). Peningkatan nilai ICOR terjadi setiap tahun dari 2010 sampai 2013 dan menurun
ht
di 2014. Semakin tinggi nilai ICOR menunjukkan semakin besar kapital yang digunakan untuk dapat meningkatkan 1 unit nilai output.
60
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
o.
id
/
BAB V
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
PENUTUP
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
61
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht 62
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2010 - 2014 dapat menggambarkan perubahan struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Purbalingga pada periode bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi. Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir, baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan
/
internasional dan antar daerah. Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang
id
menggunakan barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah
.g
o.
tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan
ps
perusahaan.
.b
2. Nominal PDRB Purbalingga tahun 2014 adh Berlaku mencapai 925,66 triliun rupiah.
ab
Dari nilai sebesar itu sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir, yaitu
ak
konsumsi rumah tangga, LNPRT dan pemerintah yang mencapai 73,47 persen
gg
dimana 64,03 persennya adalah konsumsi rumah tangga. Dengan peranan konsumsi
in
rumah tangga yang sangat dominan, tidak dapat dipungkiri bahwa komponen ini
al
adalah penopang dan penggerak utama pertumbuhan ekonomi Purbalingga. Tahun
rb
2014 pertumbuhan ekonomi Purbalingga sebesar 5,42 persen dan 2,55 persennya3
:// pu
bersumber dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
tp
3. Peranan investasi dalam perekonomian selalu merupakan issue yang menarik untuk
ht
diulas, karena investasi dalam bentuk kapital/modal fisik akan digunakan secara terus menerus dan berulang dalam proses produksi yang keluarannya adalah output. Peranan investasi dalam PDRB Pengeluaran Purbalingga dapat didekati dari proporsi PMTB dalam PDRB. Proporsi PMTB ini berada pada kisaran 28-30 persen, atau dapat dikatakan peranan investasi dalam perekonomian Purbalingga hanya sekitar 30 persen saja. Dari nilai ICOR Purbalingga yang terus meningkat dapat disimpulkan bahwa untuk menambah 1 unit ouput setiap tahun, investasi yang ditanamkan setiap tahunnya semakin besar. 3
Lihat Lampiran PDRB Menurut7 Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
63
4. PDRB Purbalingga 2014 baru sanggup memenuhi 79,46 persen dari total permintaan akhir, sehingga kekurangan supply diperoleh dari impor. Impor yang dimaksud disini adalah impor dari luar negeri maupun dari Kabupaten lain. Peranan impor dalam perekonomian Purbalingga cukup besar dan nilainya meningkat dari tahun ke tahun. 5. Nilai impor Purbalingga lebih besar dari nilai ekspornya, sehingga setiap tahun terjadi defisit neraca perdagangan. Namun demikian defisit ini semakin mengecil,
id
/
tahun 2012 defisit sebesar 71,06 triliun, tahun 2013 sebesar 66,45 triliun dan tahun
o.
2014 sebesar 55,05 triliun rupiah.
ps
.g
Apabila dicermati lebih jauh, sumber defisit pada neraca perdagangan Purbalingga
.b
berasal dari ekspor-impor luar negeri, dimana pada tahun 2014 nilai impor luar
ab
negeri mencapai 2,63 kali nilai ekspor luar negeri. Untuk perdagangan antar
ak
Kabupaten, ekspor Purbalingga masih lebih besar dari nilai impornya sehingga net
gg
ekspor antar Kabupaten selalu positif (surplus).
in
6. Dari seluruh data, indikator dan ulasan yang ditampilkan dalam publikasi ini dapat
al
dimanfaatkan oleh para pengguna data untuk berbagai keperluan, seperti
rb
perencanaan, evaluasi dan berbagai analis ekonomi lainnya. Data dan indikator
:// pu
yang diturunkan dari sajian data PDRB menurut pengeluaran, juga dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan perluasan indikator ekonomi makro lain seperti
tp
pendapatan disposabel, tabungan, serta model ekonomi sederhana yang saling
ht
berkaitan antara seluruh variabel ekonomi dan variabel yang tersedia.
Bahkan
secara langsung maupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan tampilan data ekonomi makro lain seperti PDRB menurut lapangan usaha (industri), Tabel InputOutput, Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) dan bahkan Neraca Arus Dana. 7. Sebagian data tentang interaksi dengan luar negeri (external account) secara agregat disajikan disini, seperti ekspor dan impor. Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi Purbalingga terhadap ekonomi negara lain (rest of the world).
64
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
LAMPIRAN
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
65
Lampiran 1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Juta Rupiah) 2010
2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
8,531,806.97
9,385,582.82
10,340,404.67
11,632,811.66
12,865,433.52
3,962,680.52
4,273,860.49
4,669,922.48
5,239,285.39
5,627,986.71
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
407,687.79
452,647.40
455,512.61
469,930.22
511,284.72
1.c. Perumahan, Perkakas,
891,104.25
989,241.81
1,091,483.56
1,221,611.55
1,382,063.08
724,681.89
785,689.47
865,416.81
928,510.17
1,034,134.28
1,728,051.36
1,976,928.93
2,244,296.96
2,657,096.43
3,020,343.56
1.f. Hotel dan Restoran
680,021.65
1.g. Lainnya
137,579.52
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
161,068.32
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
ps
Pendidikan
.b
1.d. Kesehatan dan
.g
Rumah Tangga
dan Budaya
803,011.57
895,983.65
1,052,972.79
175,772.27
210,760.67
220,394.25
236,648.38
174,612.58
199,015.84
231,163.24
266,234.61
1,027,965.34
1,144,901.95
1,281,733.91
1,421,215.76
1,932,778.65
2,223,497.88
2,622,391.01
2,828,038.35
3,249,632.50
1,562,906.58
1,743,084.36
1,936,871.17
2,080,934.61
2,376,453.48
369,872.08
480,413.51
685,519.84
747,103.74
873,179.02
92,409.19
477,940.56
800,621.32
621,203.39
382,954.18
6. Ekspor
4,365,494.72
5,309,484.01
5,500,458.06
6,325,988.38
7,595,918.21
7. Impor
5,141,828.42
6,393,724.29
7,906,841.52
8,750,972.30
9,834,712.15
Net Ekspor
(776,333.70)
(1,084,240.28)
(2,406,383.46)
(2,424,983.92)
(2,238,793.94)
10,858,631.52
12,205,358.90
12,700,951.32
14,169,966.63
15,946,676.63
in
gg
731,442.45
al
LNPRT
916,902.08
ht
4.b. Non-Bangunan
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
3. Pengeluaran Konsumsi
5. Perubahan Inventori
PDRB PENGELUARAN ** angka sementara ** angka sangat sementara
66
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Lampiran 2. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Juta Rupiah) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
8,531,806.97
8,890,903.50
9,273,465.08
9,643,003.89
10,023,590.27
3,962,680.52
3,982,444.67
4,020,683.76
4,078,058.48
4,128,799.19
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
407,687.79
420,856.42
442,077.41
458,785.80
480,827.01
1.c. Perumahan, Perkakas,
891,104.25
939,833.78
989,130.70
1,040,001.17
1,103,769.02
724,681.89
766,083.03
808,432.83
852,758.24
887,027.37
1,728,051.36
1,916,951.97
2,090,982.09
2,243,237.67
2,382,591.24
1.f. Hotel dan Restoran
680,021.65
1.g. Lainnya
137,579.52
ak
` 1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
161,068.32
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
ps
Pendidikan
.b
1.d. Kesehatan dan
.g
Rumah Tangga
dan Budaya
737,126.65
768,875.29
828,976.32
166,758.77
185,031.65
201,287.25
211,600.12
168,234.90
178,082.03
189,462.05
205,876.79
943,950.32
974,196.30
1,025,472.97
1,052,165.59
1,932,778.65
2,092,585.62
2,352,297.89
2,474,187.79
2,608,753.00
1,562,906.58
1,615,734.48
1,694,788.59
1,804,102.04
1,914,211.52
369,872.08
476,851.14
657,509.31
670,085.76
694,541.47
92,409.19
518,982.04
574,041.74
316,414.13
235,997.44
6. Ekspor
4,365,494.72
4,545,374.72
5,164,086.86
5,594,711.87
5,739,606.72
7. Impor
5,141,828.42
5,685,809.87
6,377,724.57
6,424,093.06
6,311,693.04
Net Ekspor
(776,333.70)
(1,140,435.15)
(1,213,637.71)
(829,381.18)
(572,086.32)
10,858,631.52
11,474,221.22
12,138,445.34
12,819,159.66
13,554,296.77
in
gg
697,974.87
al
LNPRT
916,902.08
ht
4.b. Non-Bangunan
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
3. Pengeluaran Konsumsi
5. Perubahan Inventori
PDRB PENGELUARAN ** angka sementara ** angka sangat sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
67
Lampiran 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
78.57
76.90
81.41
82.09
80.68
36.49
35.02
36.77
36.97
35.29
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
3.75
3.71
3.59
3.32
3.21
1.c. Perumahan, Perkakas,
8.21
8.10
8.59
8.62
8.67
6.67
6.44
.g
2010
15.91
16.20
1.f. Hotel dan Restoran
6.26
1.g. Lainnya
1.27
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
1.48
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan Rumah Tangga
6.55
6.48
17.67
18.75
18.94
5.99
6.32
6.32
6.60
1.44
1.66
1.56
1.48
1.43
1.57
1.63
1.67
8.44
8.42
9.01
9.05
8.91
17.80
18.22
20.65
19.96
20.38
14.39
14.28
15.25
14.69
14.90
3.41
3.94
5.40
5.27
5.48
0.85
3.92
6.30
4.38
2.40
6. Ekspor
40.20
43.50
43.31
44.64
47.63
7. Impor
47.35
52.38
62.25
61.76
61.67
Net Ekspor
(7.15)
(8.88)
(18.95)
(17.11)
(14.04)
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
in
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
5. Perubahan Inventori
PDRB PENGELUARAN
ps
6.81
Pendidikan
.b
1.d. Kesehatan dan
** angka sementara ** angka sangat sementara
68
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Lampiran 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
78.57
77.49
76.40
75.22
73.95
36.49
34.71
33.12
31.81
30.46
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
3.75
3.67
3.64
3.58
3.55
1.c. Perumahan, Perkakas,
8.21
8.19
8.15
8.11
8.14
6.67
6.68
.g
2010
15.91
16.71
1.f. Hotel dan Restoran
6.26
1.g. Lainnya
1.27
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
1.48
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan Rumah Tangga
6.65
6.54
17.23
17.50
17.58
6.08
6.07
6.00
6.12
1.45
1.52
1.57
1.56
1.47
1.47
1.48
1.52
8.44
8.23
8.03
8.00
7.76
17.80
18.24
19.38
19.30
19.25
14.39
14.08
13.96
14.07
14.12
3.41
4.16
5.42
5.23
5.12
0.85
4.52
4.73
2.47
1.74
6. Ekspor
40.20
39.61
42.54
43.64
42.35
7. Impor
47.35
49.55
52.54
50.11
46.57
Net Ekspor
(7.15)
(9.94)
(10.00)
(6.47)
(4.22)
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
in
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
ps
6.66
Pendidikan
.b
1.d. Kesehatan dan
5. Perubahan Inventori
PDRB PENGELUARAN ** angka sementara ** angka sangat sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
69
Lampiran 5. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Persen) 2010
2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
-
156.62
136.08
129.43
131.06
-
20.95
19.63
22.18
17.57
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
-
11.03
0.63
3.17
8.80
1.c. Perumahan, Perkakas,
-
22.98
22.04
23.19
25.61
-
17.22
-
49.14
1.f. Hotel dan Restoran
-
1.g. Lainnya
-
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
-
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
14.72
22.64
43.59
50.02
31.54
7.56
9.78
11.58
17.52
27.76
19.91
4.57
7.38
8.41
13.98
16.15
15.17
-
12.11
11.38
11.95
10.88
-
15.04
17.94
7.84
14.91
-
11.53
11.12
7.44
14.20
-
29.89
42.69
8.98
16.88
5. Perubahan Inventori
-
417.20
67.51
(22.41)
(38.35)
6. Ekspor
-
21.62
3.60
15.01
20.07
7. Impor
-
24.35
23.67
10.68
12.38
Net Ekspor
-
39.66
121.94
0.77
(7.68)
PDRB PENGELUARAN
-
12.40
4.06
11.57
12.54
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
.b
Pendidikan
ps
20.50
in
1.d. Kesehatan dan
.g
Rumah Tangga
** angka sementara ** angka sangat sementara
70
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Lampiran 6. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran (Persen) Komponen Pengeluaran
2010
2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
1. Pengeluaran Konsumsi
-
84.55
72.43
67.75
62.07
-
1.37
1.91
4.82
4.74
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
-
3.23
5.04
3.78
4.80
1.c. Perumahan, Perkakas,
-
11.57
11.91
10.13
12.57
-
11.32
-
33.22
1.f. Hotel dan Restoran
-
1.g. Lainnya
-
2. Pengeluaran Konsumsi
-
/
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
ak
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
10.93
7.93
25.91
25.00
19.09
2.64
5.61
4.31
7.82
21.21
10.96
8.79
5.12
4.45
5.85
6.39
8.66
-
2.95
3.20
5.26
2.60
-
8.27
12.41
5.18
5.44
1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
.b
Pendidikan
ps
11.08
in
1.d. Kesehatan dan
.g
Rumah Tangga
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
3.38
4.89
6.45
6.10
-
28.92
37.89
1.91
3.65
5. Perubahan Inventori
-
461.61
10.61
(44.88)
(25.42)
6. Ekspor
-
4.12
13.61
8.34
2.59
7. Impor
-
10.58
12.17
0.73
(1.75)
Net Ekspor
-
46.90
6.42
(31.66)
(31.02)
PDRB PENGELUARAN
-
5.67
5.79
5.61
5.73
ht
tp
-
4.b. Non-Bangunan
** angka sementara ** angka sangat sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
71
Lampiran 7. Sumber Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto menurut Pengeluaran (Persen) 2010
2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
-
3.31
3.33
3.04
2.97
-
0.18
0.33
0.47
0.40
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
-
0.12
0.18
0.14
0.17
1.c. Perumahan, Perkakas,
-
0.45
0.43
0.42
0.50
-
0.38
-
1.74
1.f. Hotel dan Restoran
-
1.g. Lainnya
-
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
2. Pengeluaran Konsumsi
-
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
0.37
0.27
1.e. Transportasi,
1.52
1.25
1.09
0.17
0.34
0.26
0.47
0.27
0.16
0.13
0.08
0.09
0.09
0.13
ab
Komunikasi, Rekreasi,
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
6. Ekspor 7. Impor
-
-
-
-
-
0.25
0.26
0.42
0.21
-
-
-
-
-
1.47
2.26
1.00
1.05
-
0.49
0.69
0.90
0.86
-
0.99
1.57
0.10
0.19
-
3.93
0.48
(2.12)
(0.63)
-
-
-
-
1.66
5.39
3.55
1.13
-
-
-
-
5.01
6.03
0.38
(0.88)
-
-
-
-
(0.64)
3.17
2.01
rb
3. Pengeluaran Konsumsi
5. Perubahan Inventori
0.07
al
LNPRT
in
gg
dan Budaya
4.b. Non-Bangunan
ps
0.37
Pendidikan
.b
1.d. Kesehatan dan
.g
Rumah Tangga
-
Net Ekspor
-
(3.35) -
-
-
-
PDRB PENGELUARAN
-
5.67
5.79
5.61
5.73
** angka sementara ** angka sangat sementara
72
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Lampiran 8. Indeks Implisit Produk Domestik Regional Bruto (Tahun 2010=100 menurut Pengeluaran (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
100.00
105.56
111.51
120.63
1,473.95
100.00
107.32
116.15
128.47
275.02
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
100.00
107.55
103.04
102.43
106.33
1.c. Perumahan, Perkakas,
100.00
105.26
110.35
117.46
249.01
100.00
102.56
.g
2010
107.05
108.88
234.16
100.00
103.13
107.33
118.45
370.58
1.f. Hotel dan Restoran
100.00
104.79
108.94
116.53
127.02
1.g. Lainnya
100.00
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
105.41
113.91
109.49
111.84
2. Pengeluaran Konsumsi
100.00
103.79
111.76
122.01
129.32
100.00
108.90
117.52
124.99
135.08
100.00
106.26
111.48
114.30
124.57
100.00
107.88
114.28
115.34
124.15
100.00
100.75
104.26
111.49
125.72
5. Perubahan Inventori
100.00
92.09
139.47
196.33
162.27
6. Ekspor
100.00
116.81
106.51
113.07
132.34
7. Impor
100.00
112.45
123.98
136.22
155.82
Net Ekspor
100.00
95.07
198.28
292.38
391.34
PDRB PENGELUARAN
100.00
106.37
104.63
110.54
117.65
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
Pendidikan 1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
in
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
.b
1.d. Kesehatan dan
ps
Rumah Tangga
** angka sementara ** angka sangat sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
73
Lampiran 9. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Pengeluaran (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
100.00
110.01
120.18
132.68
143.27
100.00
107.85
117.12
129.31
136.73
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
100.00
111.03
111.66
114.83
123.63
1.c. Perumahan, Perkakas,
100.00
111.01
121.35
133.27
146.40
100.00
108.42
.g
2010
118.57
125.86
137.23
100.00
114.40
127.93
146.32
159.99
1.f. Hotel dan Restoran
100.00
107.56
117.35
128.92
146.45
1.g. Lainnya
100.00
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
127.76
147.67
152.24
159.61
2. Pengeluaran Konsumsi
100.00
108.41
123.56
143.52
165.29
100.00
112.11
124.87
139.79
155.00
100.00
115.04
135.68
146.32
168.13
100.00
111.53
123.93
133.15
152.05
100.00
129.89
185.34
201.99
236.08
5. Perubahan Inventori
100.00
517.20
866.39
672.23
414.41
6. Ekspor
100.00
121.62
126.00
144.91
174.00
7. Impor
100.00
124.35
153.77
170.19
191.27
Net Ekspor
100.00
139.66
309.97
312.36
288.38
PDRB PENGELUARAN
100.00
112.40
116.97
130.49
146.86
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
Pendidikan 1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
in
gg
dan Budaya
3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
.b
1.d. Kesehatan dan
ps
Rumah Tangga
** angka sementara ** angka sangat sementara
74
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
Lampiran 10. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan menurut Pengeluaran (Persen) 2011
2012
2013*
2014**
1
2
3
4
5
6
100.00
104.21
108.51
112.50
116.44
100.00
100.50
101.46
102.89
104.13
1.b. Pakaian dan Alas Kaki
100.00
103.23
108.27
112.05
116.86
1.c. Perumahan, Perkakas,
100.00
105.47
110.71
115.86
121.99
100.00
105.71
.g
2010
111.24
116.72
120.74
100.00
110.93
120.01
127.29
133.50
1.f. Hotel dan Restoran
100.00
102.64
108.25
112.56
120.37
1.g. Lainnya
100.00
ak
Komponen Pengeluaran
1. Pengeluaran Konsumsi
121.21
132.17
140.95
146.08
100.00
102.95
106.25
111.84
114.75
100.00
108.27
121.71
128.01
134.97
100.00
103.38
108.44
115.43
122.48
100.00
128.92
177.77
181.17
187.78
5. Perubahan Inventori
100.00
561.61
621.20
342.41
255.38
6. Ekspor
100.00
104.12
118.29
128.16
131.48
7. Impor
100.00
110.58
124.04
124.94
122.75
Net Ekspor
100.00
146.90
156.33
106.83
73.69
PDRB PENGELUARAN
100.00
105.67
111.79
118.06
124.83
Rumah Tangga 1.a. Makanan, Minuman
/
dan Rokok
id
Perlengkapan dan
o.
Penyelenggaraan
Pendidikan 1.e. Transportasi,
ab
Komunikasi, Rekreasi,
gg
dan Budaya
in
2. Pengeluaran Konsumsi 3. Pengeluaran Konsumsi
ht
tp
:// pu
Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.a. Bangunan
rb
al
LNPRT
4.b. Non-Bangunan
.b
1.d. Kesehatan dan
ps
Rumah Tangga
** angka sementara ** angka sangat sementara
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
75
ht
tp
:// pu
rb
al
in
gg
ak
ab
.b
ps
.g
o.
id
/
DAFTAR PUSTAKA
76
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
/ id o. .g ps .b ab ak gg in al rb :// pu tp ht PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
77
1. Badan Pusat Statistik, Sistem Neraca Nasional 2008, Jakarta, 2013. 2. ________________, Pedoman Penyusunan PDRB Kabupaten/Kota Tahun Dasar 2010 Menurut Pengeluaran, Jakarta, 2014. 3. _________________, Booklet Perubahan Tahun Dasar PDB Berbasis SNA 2008, Jakarta, 2014. 4. _________________, Produk Domestik Bruto menurut Penggunaan 2008-2013, Jakarta, 2014
id
/
5.BPS Kabupaten Purbalingga, Tabel Input Output Purbalingga, berbagai seri, Semarang. , Statistik Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kabupaten/Kota di Purbalingga, berbagai seri, Semarang.
7.
, Beberapa Indikator Makro Sosial Ekonomi Purbalingga, berbagai seri,
ps
.g
o.
6.
ab
.b
Semarang.
, Purbalingga dalam Angka, berbagai seri, Semarang.
9.
, Statistik Air Bersih Purbalingga, berbagai seri, Semarang.
10.
, Statistik ImporPurbalingga, berbagai seri, Semarang.
al
in
gg
ak
8.
,Statistik Industri Manufaktur Besar Sedang Purbalingga, berbagai
, Statistik Ekspor Purbalingga, berbagai seri, Semarang.
ht
tp
12.
:// pu
seri, Semarang.
rb
11.
78
PDRB Menurut Pengeluaran Purbalingga 2010-2014
ht pu
://
tp
ak
gg
lin
rb a
ps
.b
ab o.
.g
/
id