e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA DI TK DARMA KUMALA PENATAHAN Ni Made Evi Marianti1, Ketut Pudjawan2, I Gede Raga 3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru PAUD Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 2
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa setelah penerapan model picture and picture berbantuan media kartu gambar pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Darma Kumala Penatahan Tabanan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah 26 anak TK pada kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014. Data tentang kemampuan berbahasa anak kelompok A dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen dengan instrumen berupa lembar observasi, pedoman wawancara, dan lembar dokumentasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbahasa setelah penerapan model picture and picture berbantuan media kartu gambar pada siklus I sebesar 55,12% berada pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi sebesar 80,12% berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan berbahasa setelah penerapan model picture and picture berbantuan media kartu gambar sebesar 25%. Kata kunci: model picture and picture, kemampuan berbahasa, media kartu gambar. Abstract This study aims to determine the improvement of language skills after the implementation of the model picture and picture on picture card media aided children in group A the second semester of academic year 2013/2014 in kindergarten Darma Kumala Penatahan Tabanan. This research is an action research conducted in two cycles. Subjects were 26 kindergarten children in group A the second semester of academic year 2013/2014. Data on language skills of children in group A were collected by the method of observation, interviews, and recording documents with instruments such as observation sheets, interview guidelines, and documentation sheets. The data were analyzed using quantitative descriptive analysis. The results of the data analysis showed that an increase in the ability to speak after the application of the model picture and picture on picture card media aided the first cycle of 55,12 % in the low category and the second cycle increased to 80,12 % in the high category. So an increase in the ability to speak after the application of the model picture and picture aided drawing card media by 25 %. Keywords: models of picture and picture, the ability to speak, the media card image.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Anak usia dini memiliki berbagai potensi dasar yang perlu dikembangkan. Oleh karena itu, setiap anak perlu diberikan pendidikan dari sejak dini. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling dasar dalam dunia pendidikan. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 angka 14). Menurut Aisyah (2008:1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sifat egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, dan sebagai bagian dari makhluk sosial. Berdasarkan observasi awal di TK Darma Kumala Penatahan ditemukan bahwa kemampuan berbahasa anak kelompok A masih sangat rendah. Hal ini dipengaruhi kurangnya inovasi pembelajaran oleh guru. Guru hanya menjelaskan materi di depan kelas dan pemanfaatan media yang masih kurang. Hal ini mengakibatkan anak menjadi cepat bosan hanya mendengarkan gurunya berbicara dan tidak mengerti apa yang dijelaskan. Pengembangan kemampuan berbahasa anak bertujuan untuk memudahkan anak dalam dalam berkomunikasi, baik dengan guru, teman, dan orang lain. Untuk mencapai hasil yang optimal maka diperlukan inovasi pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Inovasi pembelajaran yang dilakukan guru adalah menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu
model pembelajaran yang inovatif adalah model picture and picture. Menurut Suprijono (2009:110) “model pembelajaran picture and picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis”. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambargambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu kecil atau dalam bentuk kartu ukuran besar. Model pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif, setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metode, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran. Menurut Agung (2012:3) langkahlangkah dari pelaksanaan picture and picture terdapat tujuh langkah, yaitu: guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai, menyajikan materi sebagai pengantar, guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis, guru menanyakan alasan/dasar pemikiran dari urutan gambar tersebut, dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan kesimpulan/saran. Model pembelajaran picture and picture memiliki kelebihan. Menurut Istarani (2011:8) menyatakan bahwa kelebihan model picture and picture, yaitu: materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu, siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari, dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar, dan pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru. Pemanfaatan media dalam proses pembelajaran juga memiliki peranan yang penting. Media merupakan sarana yang digunakan guru untuk memudahkan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran anak usia dini disesuaikan dengan tahapa perkembangan anak. Media yang menarik agar lebih mudah di senangi oleh anak. Gagne (1970) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Briggs (1970) mengemukakan media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang anak didik untuk belajar. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi dari sumber kepada anak didik yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian anak didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Penggunaan media diharapkan mampu meningkatkan proses belajar mengajar agar lebih menarik dan menyenangkan bagi anak. Salah satu media yang bisa digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak adalah media kartu gambar. Gambar merupakan media yang paling disenangi oleh segala jenis kalangan baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan. Media kartu gambar merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digolongkan sebagai media visual karena media kartu bergambar dapat dilihat dan nyata. Media
kartu gambar mudah didapatkan dan juga bisa dibuat sendiri. Media gambar yang diungkapkan oleh Sudjana (2005:3) yaitu, media gambar masuk ke dalam media grafis atau media dua dimensi, dimana media grafis adalah media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Hamalik (1994:95) mendefinisikan bahwa, media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, strip, opaque proyektor. Berdasarkan definisi di atas maka dapt disimpulkan bahwa media kartu gambar adalah media yang dapat menyajikan suatu proses dan perwujudan dari hasil-hasil peniruan benda, makhluk hidup, curahan pikiran, pemandangan, atau ide-ide divisulisasi ke dalam bentuk dua dimensi yang dapat berupa gambar, foto, atau lukisan. Media kartu gambar diharapkan mampu membantu anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasanya. Hamalik (1994:12) mengemukakan fungsi penggunaan media kartu gambar, yaitu: fungsi edukatif artinya mendidik dan memberikan pengaruh positif pada pendidikan. Fungsi sosial artinya memberikan informasi yang autentik dan pengalaman berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap orang. Fungsi ekonomis artinya memberikan produksi melalui pembinaan prestasi kerja secara maksimal. Fungsi politis berpengaruh pada politik pembangunan dan fungsi seni budaya dan komunitas. Menurut Rahardi (2003:27-28) menyebutkan beberapa ciri-ciri media gambar yaitu harus autentik artinya dapat menggambarkan objek atau peristiwa seperti anak melihat langsung, Sederhana komposisinya cukup jelas menunjukkan bagian-bagian pokok gambar tersebut, ukuran gambar proporsional, dan memadukan antara keindahan dengan kesesuaian. Gambar yang dibuat dengan ukuran yang proporsional dan sederhana lebih mudah dipahami oleh anak usia 4 tahun. Gambar utama dibuat dengan proporsi yang lebih besar dibandingkan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) latar belakang gambar utama. Pemberian warna dan proporsi bentuk dibuat menarik agar dapat menarik perhatian anak. Menurut Dhieni (2007:11.17-11.18) menyatakan bahwa media kartu gambar memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media kartu gambar, yaitu gambar bersifat konkret, nyata terlihat, gambar mampu mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan kemampuan daya indera manusia, gambar dapat digunakan menjelaskan sesuatu masalah, baik masalah yang bersifat konkret ataupun abstrak, gambar merupakan media yang mudah didapat dan murah (bernilai ekonomis), dan gambar juga mudah digunakan, baik secara individual, kelompok, klasikal, seluruh kelas atau sekolah. Kekurangan kartu gambar, yaitu terlalu menekankan pada persepsi mata (20% penyerapan informasi melalui audio/pendengaran, 80% melalui media audio visual), dan kelas akan penuh dengan gambar jika terlalu sering menggunakan gambar. Berdasarkan kelebihan media kartu gambar tersebut maka pemanfaatan media kartu gambar sangat efektif digunakan dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak karena gambar menarik bagi anak usia dini. Model picture and picture berbantuan media kartu gambar adalah model pembelajaran yang digunakan guru untuk mengembangkan kemampuan berbahasa pada anak usia dini dengan kartu gambar sebagai medianya. Kelebihan model picture and picture dan kelebihan media kartu gambar yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa model picture and picture berbantuan media kartu gambar efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran anak usia dini. Model picture and picture dapat diterapkan melalui kegiatan bermain dan media kartu gambar merupakan media yang menarik bagi anak usia dini. Model picture and picture berbantuan media kartu gambar merupakan variabel bebas. Menurut Yusuf (2004) bahasa merupakan alat dan cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam
bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan maupun mimik muka. Bahasa sebagai fungsi dari komunikasi memungkinkan dua individu atau lebih mengekspresikan berbagai ide, arti, perasaan dan pengalaman. Badudu (1989) menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individuindividu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya. Berdasarkan definisi bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar individu yang berupa sistem simbol digunakan untuk menyatakan perasaan, ide dan keinginannya. Bahasa memiliki karakteristik yang menjadikannya sebagai bentuk khas komunikasi. Menurut Dhieni (2007:1.17) karakteristik bahasa sebagai berikut: sistematis, artinya bahasa merupakan suatu cara menggabungkan bunyi-bunyian maupun tulisan yang bersifat teratur, standar, dan konsisten; arbitrari, yaitu bahwa bahasa terdiri dari hubunganhubungan antara berbagai macam suara dan visual, objek, maupun gagasan; fleksibel, artinya bahasa dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman; beragam artinya dalam hal pengucapan, bahasa memiliki berbagai variasi dialek atau cara; dan kompleks yaitu bahwa kemampuan berpikir dan bernalar dipengaruhi oleh kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai konsep, ide, maupun hubunganhubungan yang dapat dimanipulasikan saat berpikir dan bernalar. Karakteristik bahasa di atas menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki dialek yang berbeda-beda begitu juga pada anak usia dini. Setiap anak memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Anak menggunakan kemampuan bahasa, khususnya kemampuan berbicara untuk melibatkan diri dalam sejumlah percakapan. Anak menggunakan bahasa dengan berbagai cara, termasuk bertanya, dialog, bernyanyi, dan syair. Bromley (1992) menyebutkan 5 macam fungsi bahasa sebagai berikut: bahasa
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku, bahasa membantu perkembangan kognitif, bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain, dan bahasa mengekspresikan keunikan individu. Bahasa pada anak usia dini digunakan untuk mendapat perhatian dari orang lain, beradapatsi dengan lingkungan disekitar, dan mengungkapkan keinginannya. Menurut Yamin (2013:109) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini antara lain anak berada di dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan, menunjukan sikap dan minat yang tulus pada anak, menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan non verbal, dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapan, dan melibatkan anak dalam komunikasi. Melibatkan anak dalam pembicaraan menambah kosa kata anak. Orang dewasa perlu menunjukkan ekspresi yang sesuai dengan ucapan saat berbicara dengan anak agar anak mengerti yang dimaksudkan. Sebagai makhluk sosial bahasa memiliki peran penting untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Menurut Mulyati (2007:1.8) keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, yaitu mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis”. Terdapat empat keterampilan yang saling mempengaruhi yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang sering dikatakan satu tapi empat. Istilah yang sering digunakan adalah Catur Tunggal. Menurut Tarigan (2008:1) istilah ini dipakai karena antar keterampilan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa oleh seseorang dilalui dengan urutan yang teratur. Mulanya seseorang akan belajar menyimak kemudian belajar berbicara. Selanjutnya saat memasuki usia sekolah seseorang akan belajar membaca dan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara didapatkan
secara alami dari proses komunikasi secara langsung. Keterampilan membaca dan menulis didapatkan seseorang dari proses belajar. Menurut Doyin (2009:11) keterampilan membaca dan menulis digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung atau tertulis. Keterampilan mendengarkan merupakan keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan mengeluarkan bahasa lisan dalam situasi tertentu. Keterampilan membaca yaitu keterampilan reseptif bahasa tulis. Keterampilan menulis yaitu keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Empat keterampilan berbahasa tidak dapat dipisahkan, keempatnya saling mempengaruhi satu sama lain dan urutan pemerolehan keterampilan berbahasa pada seseorang juga diperoleh secara urut. Mula-mula terampil menyimak, kemudian dari bahan yang disimak, seseorang akan menanggapi atau menirukan dengan berbicara. Selanjutnya seseorang akan belajar membaca dan kemudian menuliskan bahan yang dibacanya. Keempat keterampilan berbahasa yang disebutkan di atas yang akan diteliti adalah keterampilan menyimak dan berbicara. Menurut Anderson (1972:69) menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Tarigan (1994:28) bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sabarti (dalam Dhieni, 2007:4.6) juga mengemukakan bahwa menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) informasi, menangkap isi atau pesan serta mamahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan. Menurut Dhieni (2007:4.7-4.8) menyatakan bahwa keterampilan menyimak dapat berfungsi untuk menjadi dasar belajar bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua, menjadi dasar pengembangan kemampuan berbahasa tulis (membaca dan menulis), menunjang keterampilan berbahasa lainnya, memperlancar komunikasi lisan, dan menambah informasi atau pengetahuan. Menyimak merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sebelum diajarkan membaca dan menulis. Anak dapat menambah perbendaharaan kata yang meningkatkan berbahasanya dan memperluas pengetahuan dari pembicaraan yang didengar. Anak yang memiliki kemampuan menyimak yang baik maka kemampuan berbicaranya akan berkembang dengan baik pula. Menurut Bromley (1992) menyatakan bahwa jenis-jenis menyimak yang dikembangkan di TK adalah menyimak informatif artinya menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Menyimak kritis artinya kemampuan untuk menganalisis apa yang didengar dan membuat sebuah keterangan tentang hal tersebut dan membuat generalisasi berdasarkan apa yang didengar. Menyimak apresiatif artinya kemampuan untuk menikmati dan merasakan apa yang didengar. Implementasi jenis-jenis menyimak diatas dengan penerapan model picture and picture berbantuan media kartu gambar dalam proses pembelajaran di dalam kelas adalah mendengarkan guru bercerita tentang gambar yang disediakan kemudian mengurutkan gambar sesuai dengan urutan yang benar. Menurut Suhender (dalam Mulyati, 2012:6.3) mengatakan “berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran”. Ujaran yang dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Seseorang dapat meminta sesuatu kepada orang lain hanya dengan menggunakan gerak dan isyarat tangan.
Komunikasi dengan syarat dapat saja berjalan, tetapi komunikasi seperti itu memiliki keterbatasan komunikasi. Menurut Dhieni (2007:3.6) ada dua tipe perkembangan berbicara anak yaitu egocentric speech yang terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog) dan socialized speech yang terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannnya. Seorang anak pada awalnya berbicara tentang hal-hal yang berada di sekitar dirinya sendiri. Sejalan dengan perkembangan sosialisasi anak maka anak akan berbicara dengan topik orang-orang yang dikenalnya. Berbicara bagi anak bertujuan untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan meyakinkan seseorang. Menurut Jamaris (2003:32) menyatakan bahwa implikasi kemampuan berbahasa anak dalam proses pembelajaran efektif di Taman Kanakkanak adalah menciptakan situasi yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya dan menyediakan sarana pendukung perkembangan bahasa anak. Menyediakan media yang menstimulasi perkembangan bahasa anak seperti gambar. Penggunaan media yang tepat dan penyediaan sarana yang mendukung dalam proses pembelajaran akan membantu dalam mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Menurut pendapat Izzaty (2005:64) bahwa implikasi kemampuan berbahasa anak dalam proses pembelajaran efektif di Taman Kanak-kanak adalah memberi kesempatan bagi anak dengan bahasa ibu dan mendengarkan orang lain berbicara dengan bahasa ibu, mendorong anakanak dalam memperluas daftar fungsi bahasa-bahasa mereka, khususnya fungsi-fungsi pada level yang lebih tinggi seperti penalaran dan peramalan, dan memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat dalam pengalaman bermain, khususnya permainan tanya jawab dimana mereka dapat mempraktekkan bahasa dalam lingkungan. Terlibat dalam permainan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berbahasanya dan belajar
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) untuk mendengarkan orang lain berbicara sehingga memperluas kosa kata anak. Kemampuan berbahasa pada anak usia dini adalah kemampuan yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran, berinteraksi, beradaptasi dengan lingkungan, dan berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Kemampuan berbahasa pada anak diperoleh dari kegiatan menyimak untuk memperoleh informasi yang kemudian diungkapkan anak melalui pembicaraannya. Kemampuan berbahasa merupakan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa setelah penerapan model pembelajaran picture and picture berbantuan media kartu gambar pada anak kelompok A semester II Tahun pelajaran 2013/2014 di TK Darma Kumala Penatahan Tabanan. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada bulan Maret sampai dengan April 2014. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada anak kelompok A di TK Darma Kumala Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A semester II di TK Darma Kumala Penatahan tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah anak didik sebanyak 26 orang dengan 12 anak perempuan dan 14 anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa anak TK Darma Kumala Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan pada semester II dalam kegiatan pembelajaran mengembangkan kemampuan berbahasa. PTK ini mengacu pada teori yang dikemukakan Kemmis dan Mc. Taggart (Suyanto:2007). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam proses siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Tahap pertama, perencanaan yang dilakukan adalah menyamakan persepsi dengan guru mengenai kemampuan berbahasa anak usia dini, menyiapkan
materi yang diajarkan, menyusun rencana kegiatan harian/RKH, menyiapkan media kartu gambar, menyiapkan instrumen berupa pedoman observasi. Tahap kedua, pelaksanaan yang dilakukan adalah menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas, melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan harian/RKH yang telah ditetapkan, dan membahas kembali materi yang telah diajarkan. Tahap ketiga, observasi meliputi mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan mengobservasi anak dalam proses bermain. Tahap keempat, refleksi untuk mengkaji hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masalah untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Setiap siklus dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Akhir pembelajaran langsung mengevaluasi perkembangan dan memberikan penilaian kemampuan berbahasa anak. Penelitian ini terdapat dua variabel penelitian meliputi variabel terikat yaitu model picture and picture berbantuan media kartu gambar dan variabel bebas yaitu kemampuan berbahasa. Pengumpulan data menggunakan metode yaitu metode observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen. Metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencacatan secara sistematis tentang sesuatu objek (Agung, 2010:61). Observasi dilakukan terhadap kegiatan anak dalam menggunakan kartu gambar melalui kegiatan pengembangan kemampuan berbahasa. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis data menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67).
Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya perkembangan berbahasa anak ditentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data perkembangan kemampuan berbahasa anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut dapat dihitung Mean (M), Median (Me), Modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Hasil analisis statistik deskriptif kuantitatif pada siklus I diperoleh Mean sebesar 13,23. Median adalah suatu skor yang membatasi 50% frekuensi distribusi bagian atas dari 50% frekuensi bagian bawah. Mediannya adalah 13,00. Modus dilihat dari skor yang menunjukkan frekuensi tertinggi adalah 12,00. Ini terlihat bahwa Mo < Md < M (12,00 < 13,00 < 13,23), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kemampuan berbahasa anak kelompok A di TK Darma Kumala Penatahan pada siklus I merupakan kurva juling positif, yang berarti skor perkembangan kemampuan berbahasa masih cenderung rendah. Nilai M% = 55,12% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat 55-64% yang berarti bahwa tingkat perkembangan berbahasa pada siklus I berada pada kriteria rendah. Hasil observasi pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan perkembangan berbahasa anak masih berada pada kriteria rendah, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I antara lain anak masih terlihat bingung dalam mengurutkan gambar karena anak kurang mengerti hubungan antara gambar yang satu dengan yang lainnya, anak tidak mau disuruh ke depan kelas untuk mencoba mengurutkan gambar karena merasa malu, beberapa
anak tidak menyukai alat peraga kartu gambar karena gambar yang digunakan tidak tidak disenangi anak. Solusi yang bisa dilakukan adalah menjelaskan lebih rinci setiap gambar yang terdapat dalam kartu sehingga anak lebih mengerti dan mengajak anak bermain kartu dengan menebak gambar yang terdapat dalam kartu kemudian mengurutkannya. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu anak akan merasa lebih senang. Membuat kartu yang lebih menarik bagi anak dengan membuat kartu yang gambarnya disenangi anak. Pada siklus II diperoleh Mean sebesar 19,23. Mediannya adalah 19,00. Modusnya adalah 18,00. Ini terlihat bahwa Mo < Md < M (18,00 < 19,00 < 19,23), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan kemampuan berbahasa anak kelompok A di TK Darma Kumala Penatahan pada siklus II merupakan kurva juling positif, yang berarti skor perkembangan kemampuan berbahasa masih cenderung rendah. Nilai M% = 80,12% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat 80-89% yang berarti bahwa tingkat perkembangan berbahasa pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Temuan-temuan yang diperoleh pada siklus II adalah anak yang awalnya kemampuan berbahasa dalam proses pembelajaran menjadi baik. Peneliti berperan sebagai guru yang memberi motivasi pada anak apabila ada anak yang belum bisa mengerjakan tugas yang diberikan pada saat kegiatan, dan secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti sehingga perkembangan yang diharapkan dapat tercapai. Secara umum proses
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) pembelajaran dengan penerapan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya rata-rata presentase (M%) perkembangan dari siklus I ke siklus II sehingga peneliti memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Berdasarkan hasil analisis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) siklus I dan siklus II memberikan gambaran bahwa dengan penerapan media kartu gambar untuk kemampuan berbahasa diperoleh rata-rata perkembangan kemampuan berbahasa pada siklus satu sebesar 55,12% dan ratarata perkembangan berbahasa pada siklus II sebesar 80,12%. Ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase perkembangan dari siklus I ke siklus II sebesar 25%. Keberhasilan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa ternyata efektif untuk meningkatkan perkembangan anak. Oleh karena itu, para guru perlu menerapkan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan perkembangan para anak didik. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dalam kemampuan berbahasa anak kelompok A semester II di TK Darma Kumala Penatahan Tabanan setelah penerapan model picture and picture berbantuan media kartu gambar sebesar 25%. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata presentase perkembangan berbahasa anak pada siklus I sebesar 55,12% yang berada pada kategori rendah menjadi sebesar 80,12% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat dapat dikemukakan beberapa saran antara lain kepada anak, disarankan untuk dapat termotivasi dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dengan media kartu gambar. Kepada guru, disarankan untuk meningkatkan kreativitas dan
kemampuan dalam membuat kartu gambar yang lebih inovatif dan disesuaikan dengan perkembangan anak. Kepada kepala sekolah, disarankan mampu memberikan suatu informasi mengenai media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga berlangsung secara efektif, efisien, dan inovatif. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede.2010. Bahan Kuliah Statistik Deskriptif. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. -------, 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif (24 Model Pembelajaran Inovatif). Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha. Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Anderson, O. W. K. 1972. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing. New York: Addison Wesley Logman. Badudu, J. S. 1989a. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Briggs,
L. 1970. Principles of Constructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Bromley, K.D. 1992. Language Arts: Exploring Connection. Second Edition. Boston: Allyn and Bacon. Dhieni, Nurbiana, dkk . 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Doyin, Mukh. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Gagne, R. M. 1970. Principles of Intruction Design. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Suyanto, Kasihani K. E. 2007. “Penelitian Tindakan Kelas: Pengembangan dan Refleksi Dosen dan Guru”. Makalah disajikan pada Kegiatan Semlok PTK dan Inovasi Pembelajaran yang Mendidik di SD. Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja 2 Juni 2007.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Cetakan ke-7. Bandung: Citra Aditya Bakti. Istarani. 2011. Model Pembelajaran Inovatif (Refrensi Guru dalam Menentukan Model Pembelajaran). Medan: Media Persada. Izzaty,
Eka Rita. 2005. Mengenali Permasalahan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Jamaris, Martini. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Program Pendidikan Usia Dini PPS Universitaas Negeri Jakarta. Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan TK dan SD. Rahardi, Ansto. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Dikjen Dikti Depdikbud. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensido.
Tarigan, Hendry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Percetakan Angkasa. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Yamin, H. Martinis & Jamilah Sabri Sanan. 2013. Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini. Ciputat: Referensi (Gaung Persada Press Group). Yusuf,
Syamsu. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.