e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DI TK CATUR PARAMITA Putu Mila Puspita1, I Nyoman Wirya2, Putu Aditya Antara3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 semester II di TK Catur Paramita Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah anak 25 orang, laki-laki 16 orang dan perempuan 9 orang. Data penelitian tentang kemampuan berbicara anak dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data pada siklus I sebesar 68%. yang berada pada kategori sedang ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,33% yang berada pada kategori tinggi. Jadi terjadi peningkatan kemampuan berbicara anak sebesar 14,33%. Dari hasil penelitian tersebut berarti penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B1 semester II di TK Catur Paramita Kecamatan Gianyar tahun pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: pendekatan saintifik, media kartu gambar, kemampuan berbicara
Abstract This research was aimed at investigating the improvement of children speaking skill by using picture-card-media-assisted scientific approach. This research was classroom action research which was conducted in two cycles. The subjects of this research were B1 group in second semester in Catur Paramita kindergarten Gianyar sub-district 2015/2016 academic year with number 25 children consisted of 16 male children and 9 female children. The data of the children speaking skill was obtained through observational method by using observation sheet instrument. The obtained data was analyzed by utilizing descriptive statistical analysis method and quantitative analysis method. The analysis result showed that in the first cycle was 68% at average category experienced improvement in the second cycle into 82,33% at high category. So an increase in children’s ability to speaking skill for 14,33%. Thus, there was improvement by the implementation of picture-card-media-assisted scientific approach could improve the children speaking skill at B1 group in the second semester in Catur Paramita kindergarten Gianyar sub-district 2015/2016 academic year. Keywords: scientific approach, picture card media, speaking skill
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan anak yang terjadi di masa awal cenderung permanen dan sangat berpengaruh bagi kehidupan anak kelak. Perkembangan dapat diartikan sebagai suatu perubahan individu dari tidak matang menjadi matang. Perkembangan anak merupakan suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek perkembangannya. Kemampuan berbicara anak merupakan salah satu aspek perkembangan anak yang sudah selayaknya mulai diasah ketika anak berada pada usia dini. Dengan menguasai bahasa dan memiliki kemampuan berbicara yang baik, maka seseorang dapat melakukan komunikasi dengan orang lain di dalam kehidupannya seharihari. Menurut Hurlock (1978) bicara adalah “Bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud”. Sehingga dapat diartikan bahwa berbicara bukan sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, maupun perasaan kepada orang lain. Dalam dunia pendidikan kita mengenal banyak cara yang dapat kita modifikasi untuk menciptakan pembelajaran interaktif dan menyenangkan. Kurniasih & Sani (2014) menyatakan bahwa Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksikan konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan. Selain pemilihan cara yang tepat, media dalam proses pembelajaran juga
memiliki suatu fungsi penting yang dapat menunjang tecapainya peningkatan kemampuan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut Pamadhi (dalam Madyawati, 2014) “Kartu gambar mampu menghantarkan apa yang akan disampaikan memiliki kualitas yang baik, tujuan yang relevan, jelas, mengandung kebenaran, aktual, lengkap, sederhana, dan menarik”. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelompok B1 Semester II TK Catur Paramita Gianyar, masih terdapat guru yang dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak, menggunakan cara yang monoton, sehingga hal ini akan membuat anak menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak adalah dengan mengajak anak bercerita. Guru meminta anak maju ke depan kelas untuk menceritakan pengalaman yang pernah dialami anak. Guru juga mengajak anak untuk bersajak atau menyanyikan sebuah lagu, namun kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan tanpa menggunakan media pendukung, anak hanya di minta mengungkapkan apa yang ada dalam ingatan mereka saat itu. Hal ini tentu bukan cara belajar anak usia dini, seharusnya mereka belajar menggunakan media konkret dan anak bisa berinteraksi langsung dengan media tersebut, sehingga anak akan memiliki gambaran nyata tentang apa yang diungkapkan. Dari data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berbicara anak pada TK Catur Paramita, Kecamatan Gianyar, perlu ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas, terungkap permasalahan perlu dibahas dan dicarikan jalan keluarnya yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan berbicara sehingga menuntut pembelajaran yang menarik untuk dapat meningkatkan kemampuan anak dengan menerapkan pendekatan dan media yang tepat. Sehingga pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dirasa dapat menjadi salah satu alternative yang dapat digunakan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berdasarkan pemaparan diatas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul Penerapan Pendekatan Saintifik Berbatuan Media Kartu Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B1 Semester II Di TK Catur Paramita Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Kurikulum 2013 dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik. Permendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa “Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran didalamnya mencangkup komponen mengamati, menanya, menalar, mencoba/mencipta, menyajikan/ mengkomunikasikan”. Sedangkan Sani (2014) berpendapat pendekatan saintifik berkaitan dengan metode saintifik, dimana metode saintifik umumnya melibatkan observasi yang dibutuhkan untuk pengumpulan data. Pemaparan data umumnya diperoleh melalui percobaan, tetapi dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dalam ruang lingkup PAUD dibuat lebih sederhana dan disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dirancang untuk membuat proses pembelajaran agar anak dapat secara aktif membangun pengetahuan mereka melalui proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Sehingga pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada anak dalam mengenal serta memahami bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Karakteristik pendekatan saintifik adalah berpusat pada anak, dimana anak bisa mengemukakan segala pikirannya dalam proses pengembangan karakter anak. selain itu anak juga didorong agar memiliki pemikiran tepat sesuai dengan taraf usianya sehingga anak terbiasa dapat memecahkan beberapa masalah sederhana yang sering kali dihadapi. Selain itu terdapat tujuan dari pendekatan
saintifik seperti meningkatkan kemampuan intelek, melatih kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah, tercipta keinginan untuk belajar, hasil belajar tinggi, melatih dalam berkomunikasi, dan untuk mengembangkan karakter anak. Pendekatan saintifik memiliki lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu dalam Permendikbud (2014) juga dijelaskan bahwa ada lima tahap dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang diterapkan di PAUD yakni mengamati dilakukan untuk mengetahui objek diantaranya dengan menggunakan indra seperti melihat, mendengar, menghirup, merasa, dan meraba, anak didorong untuk menanya baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-ahal lain yang ingin diketahui, mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan mencoba, mendiskusikan, dan menyimpulkan hasil dari berbagai sumber, menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh seingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu hal, dan mengkomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan degan menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari bubur kertas, kerajinan dari bahan daur ulang dan hasil anyaman. Sadiman, dkk (dalam Latif dkk, 2013) menyebutkan bahwa “Media berasal dari bahasa latin medius dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar”. Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2007) menyatakan bahwa “Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal”. Media pembelajaran pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yakni media visual/grafis yang hanya dapat dilihat, terdiri dari gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, peta dan globe. Kedua media audio yakni media yang berkaitan dengan indra pendengaran. Ketiga media audio visual yakni gabungan antara media visual dan audio. Kartu gambar adalah salah satu media pembelajaran yakni media visual. Menurut Jaruki (dalam Madyawati, 2016) kartu gambar adalah “Sekumpulan gambar terpisah yang memuat satuansatuan gambar serta mewakili serentetan cerita”. Gambar-gambar tersebut dapat dibuat menggunakan tangan atau dapat juga memanfaatkan foto atau gambar yang sudah ada yang ditempel pada lembaran-lembaran kertas tebal. Gambargambar yang ada merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan menyertakan keterangan gambar. Kartu gambar adalah media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan menurut Pamadhi (dalam Madyawati, 2014) “Kartu gambar mampu menghantarkan apa yang akan disampaikan memiliki kualitas yang baik, tujuan yang relevan, jelas, mengandung kebenaran, aktual, lengkap, sederhana, dan menarik”. Kartu gambar yang baik harus memenuhi enam syarat sehingga dapat dijadikan media menurut Sadiman (dalam Madyawati, 2014) yaitu autentik, sederhana, ukuran relative, gambar mengandung gerak, gambar bagus, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Madyawati (2016) menyebutkan kartu gambar memiliki tujuan yakni “Untuk menstimulasi munculnya ide, pikiran, dan gagasan baru. Gagasan ini selanjutnya mendorong anak untuk berbuat, mengikuti pola berfikir seperti gambar atau justru muncul ide baru dan menggugah rasa”. Sedangkan Pahmadhi (dalam Madyawati,
2014) menjelaskan manafaat kartu gambar bagi anak yakni “Alat untuk mengutarakan atau mengekspresikan isi hati, pendapat, maupun gagasan, media bermain fantasi, dan imajinasi, stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menambah gagasan baru, dan alat untuk menjelaskan bentuk serta situasi”. Kelebihan dari media kartu gambar menurut Sadiman (2008) adalah Sifatnya konkrit, gambar atau foto lebih realistis; Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan manusia; Gambar dapat memperjelas dalam bidang apa saja, sehingga dapat mencegah dan memperbaiki kesalah pahaman; Gambar harganya murah, gampang didapat serta mudah digunakan; Mudah dibawa-bawa karena praktis; Gampang diingat; dan Menyenangkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Madyawati (2014) adalah “Memudahkan dalam menyampaikan materi kepada anak, memudahkan anak dalam memahami materi yang disampaikan, menarik perhatian anak dan dapat digunakan secara berulang”. Sedangkan kekurangan yang dimiliki Sadiman (2008) adalah“Gambar hanya menekankan persepsi indra mata, ukurannya terbatas dan hanya cocok digunakan untuk kelompok kecil siswa dan tidak lebih dari 30 orang”. Menurut Madyawati (2014) langkahlangkah pembuatan media kartu gambar adalah siapkan berbagai alat yang dibutuhkan; membuat sketsa gambar, lalu diwarnai dengan warna mencolok dan menarik atau dapat menggunakan gambar yang telah ada; perhatikan bahwa isi gambar pada masing-masing lembar terdiri dari satu gambar tertentu yang dilengkapi dengan keterangan gambar; Kertas dapat dibingkai menggunakan kertas warna agar lebih menarik; dan untuk perawatan kartu gambar dapat dilaminating. Sementara itu cara menggunakan media kartu gambar adalah kartu-kartu yang sudah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap ke depan siswa; Cabutlah satu persatu kartu tersebut setelah guru menerangkan; Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) tersebut kepada siswa yang duduk di dekat guru; Mintalah anak untuk mengamati kartu tersebut satu persatu, kemudian teruskan pada anak yang lain; Jika disajikan dalam suatu permainan, letakkan kartu-kartu tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu disusun. Kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek dari perkembangan bahasa. Menurut penelitian para ahli psikologi perkembangan (dalam Asrori, 2007) mendefinisikan bahwa “perkembangan bahasa sebagai kemampuan individu dalam menguasai kosa kata, ucapan, dan etika pengucapan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan umur kronologisnya”. Berbicara adalah bagian dari aspek perkembangan bahasa, bukan sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Menurut Hurlock (1978) bicara adalah “Bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud”. Lebih jauh Hurlock (1978) menjelaskan bahwa “ada dua kreteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara atau hanya membeo. Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang digunakan dan mengkaitkannya dengan objek yang diwakilinya; kedua, anak harus melafalkan kata-kata sehingga orang lain memahami dengan mudah”. Hurlock (1978) menyatakan bahwa “komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan, dimana ada dua unsur penting di dalamnya yakni pertama, anak harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi orang yang mereka ajak berkomunikasi; kedua, dalam berkomunikasi anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain”. Tahap kemampuan berbicara menurut Berk (dalam Asrori, 2007) adalah sebagai berikut tahap pralinguistik, holofrastik, kalimat dua kata, bahasa awal, dan bahasa lanjut. Sedangkan Vygotsky (dalam Dhieni (2007) menjelaskan tiga tahap kemampuan berbicara anak yang
berhubungan erat dengan perkembanga berfikir anak yaitu tahap eksternal, egosestris, dan internal. Kemampuan berbicara Anak 5-6 tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, mampu menyusun kalimat sederhana untuk mengungkapkan ide pada orang lain dan dapat berkomunikasi dengan benar. METODE Penelitian ini tergolong Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dipilih karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Menurut Agung (2014) PTK merupakan “Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif“. Sedangkan Kunandra (2012) menjelaskan bahwa ”PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menenpatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif“. Rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan berdasarkan siklus rancangan dari penelitian tindakan kelas pada penelitian ini adalah Tahap perencanaan meliputi tahapan untuk menentukan titik fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung, tahap pelaksanaan tindakan merupakan tahap untuk mengimplementasikan atau menerapkan dari suatu rancangan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) dan pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan, tahap pengamatan yaitu tahap pada keadaan guru sebagai pelaksana berstatus pengamat, agar dapat melakukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika pelaksanaan tindakan berlangsung dan tahap refleksi merupakan tahapan untuk kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan dengan prosedur siklus, maka pada akhir dilakukan refleksi terhadap hal-hal yang telah dilaksanakan pada pembelajaran untuk mengetahui keberhasilan tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan pada anak kelompok B1 semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penentuan waktunya disesuaikan dengan kalender pendidikan di TK Catur Paramita Gianyar. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B1 semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 TK Catur Paramita Gianyar dengan jumlah 25 anak, 9 anak perempuan dan 16 anak laki-laki. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yakni variabel bebas dan terikat. Variabel merupakan suatu konsep yang sangat penting di dalam penelitian. Sugiyono (dalam Agung, 2014:40) menyatakan bahwa “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Hadi (dalam Agung, 2014:39) “Variabel merupakan gejala yang bervariasi”. Sedangkan menurut Suryabrata (dalam Agung, 2014:40) menyatakan bahwa “Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dikatakan variabel penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: media kartu gambar, dan variabel terikatnya adalah kemampuan berbicara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. (Nurkencana, 1986) menyatakan bahwa ”Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis”. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah ”Pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian” (dalam Agung, 2014:94). Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi
adalah alat yang digunakan sebagai acuan pengamatan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan berbicara anak. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikatagorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak kurang mampu dengan tanda bintang satu skor 1, anak cukup mampu dengan tanda bintang dua skor 2, anak sudah mampu dengan bintang tiga skor 3. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif, dan metode analisisi deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif ialah “Suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110). Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “Suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematik dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110). Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data kemampuan berbicara yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tabel 01. Pedoman Konverensi PAP Skala Lima tentang Kemampuan Berbicara Anak Persentase Kriteria Kemampuan Kemampuan Berbicara Berbicara 90 −100 Sangat Tinggi 80 − 89 Tinggi 65 − 79 Sedang 55 − 64 Rendah 0 − 54 Sangat Rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok B1 semester II di TK Catur Paramita Gianyar
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dengan jumlah anak sebanyak 25 orang. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama satu setengah bulan yaitu dari tanggal 2 Mei sampai 11 Juni 2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dilaksanakan sebanyak 16 kali pertemuan yang dimulai dari tanggal 2 Mei sampai 28 Mei, sedangkan siklus II sebanyak 8 kali pertemuan yang dimulai dari 31 Mei sampai 11 Juni. Data yang dikumpulkan dengan metode observasi yaitu data kemampuan berbicara anak. Data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan metode observasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Data kemampuan berbicara anak pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me) dan Mean (M), grafik polygon dan membandingkan rata-rata (M%) dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan pada saat penerapan pendekatan saintifik dengan media kartu gambar yang menggunakan 4 indikator yang muncul pada proses pembelajaran akan diberi bobot, yakni 3 (sudah mampu), 2 (cukup mampu), 1 (kurang mampu). Skor total yang diperoleh masing-masing anak akan dibagi degan bobot maksimal dikali 100.
Gambar
1.
Grafik Polygon Data Kemampuan Berbicara Anak pada Siklus I
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (7<8<8,16). sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan
berbicara pada siklus I merupakan kurva juling positif. Tingkat kemampuan berbicara pada anak kelompok B1 semester II di TK Catur Paramita Gianyar pada siklus I dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut. PAP skala lima nilai M % = 68% seperti yang terlihat pada tabel 3.5 M % berada pada tingkat penguasaan 65-74% yang berarti bahwa kemampuan bicara anak pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada suklus terdapat beberapa kendala permasalahan yang menyebabkan kemampuan berbicara anak masih berada pada kriteria sedang, sehingga masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain terdapat beberapa anak yang memang mengalami kesulitan ketika guru melibatkan anak dalam kegiatan tanya jawab. Tidak semua anak menjawab pertanyaan yang diajukan guru dan hal ini dipicu oleh kurangnya konsentrasi dan perhatian anak ketika kegiatan berlangsung, masih ada anak yang tidak mau berbicara di depan kelas untuk memberikan penjelasan tentang gambar. Mereka masih ada yang malu ketika harus berada di depan kelas, belum semua anak dapat mengungkapkan ide atau pendapat yang berhubungan dengan gambar karena tidak semua anak memiliki ingatan yang sama dan anak masih sulit untuk dapat merangkai lebih dari tiga kata menjadi sebuah kalimat ketika ingin menyampaikan penjelasan tentang gambar kepada orang lain. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut guru dapat menarik perhatian anak ketika kegiatan berlangsung dengan membuat kartu gambar yang penuh dengan warna. Guru juga dapat memancing konsentrasi anak melalui kegiatan yang sengaja dibuat dalam suasana santai, guru dapat mendampingi anak ketika anak berada di depan kelas dan tidak lupa juga guru dapat memberikan hadiah kecil yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dapat membuat anak tertarik mengikuti pembelajaran dengan aktif, guru dapat membantu anak dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang akan membuat ingatan anak terpancing untuk mengungkapkan pendapatnya tentang gambar dan guru dapat memberikan bimbingan dengan cara mencontohkan terlebih dahulu, kemudian meminta anak untuk mengulang atau menirukan ucapan guru. Pada siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I. Pada penelitian siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), Modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima.
Gambar
2.
Grafik Polygon Data Kemampuan Berbicara Anak pada Siklus II
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo>Me>M (11>19>9,88). sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data kemampuan berbicara pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Tingkat kemampuan berbicara pada anak kelompok B1 semester II di TK Catur Paramita Gianyar pada siklus I dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut. PAP skala lima nilai M % = 82,33% seperti yang terlihat pada tabel 3.5 M % berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa kemampuan bicara anak pada siklus II berada pada kriteria
tinggi. Hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskritif kuantitatif diperoleh ratarata persentase kemampuan berbicara anak kelompok B1 di TK Catur Paramita Gianyar semester II pada siklus I sebesar 68% rata-rata persentase kemampuan berbicara anak kelompok B1 pada siklus II 82,33%, sehingga menunjukan adanya peningkatan rata-rata persentase perkembangan kognitif anak dari siklus I ke siklus II sebesar 14,33% berada pada kategori tinggi. Adapun temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut memberikan motivasi berupa pujian atau hadiah kecil dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi peningkatan kemampuan anak. Pujian diberikan agar anak memiliki motivasi untuk mengulang kembali tindakan positif yang telah anak lakukan dan proses pembelajaran telah dapat berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan, namun masih terdapat beberapa anak yang dalam mengikuti kegiatan perlu mendapatkan bimbingan dari guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis kemampuan berbicara anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase kamampuan berbicara anak kelompok B1 semester II TK Catur Paramita Gianyar pada siklus I sebesar 68% dan rata-rata persentase kamampuan berbicara anak kelompok B1 semester II TK Catur Paramita Gianyar pada siklus II sebesar 82,33%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase keterampilan berbicara pada anak dari
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) siklus I ke siklus II sebesar 14,33% dan berada pada kategori tinggi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada anak dalam mengenal dan memahami bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung dari informasi searah dari guru. Kurniasih & Sani (2014) berpendapat pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksikan konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep yang ditemukan. Selain itu penggunaan media kartu gambar juga sangat menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Pamadhi (dalam Madyawati, 2014) “Kartu gambar mampu menghantarkan apa yang akan disampaikan memiliki kualitas yang baik, tujuan yang relevan, jelas, mengandung kebenaran, aktual, lengkap, sederhana, dan menarik”. Kartu gambar juga merupakan alat untuk mengutarakan atau mengekspresikan isi hati, pendapat, maupun gagasan, media bermain fantasi, dan imajinasi, stimulasi bentuk ketika lupa atau untuk menambah gagasan baru.. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa dengan penerapan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Penelitian ini dianggap berhasil pada siklus II hingga mencapai kriteria tinggi,
tetapi karena adanya keterbatasan baik dari pihak peneliti maupun sekolah, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus berikutnya mencapai kriteria sangat tinggi.
waktu pihak tidak untuk
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbantuan media kartu gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar 68% yang berada pada katagori sedang menjadi 83,67% pada sklus II yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan ratarata persentase keterampilan berbicara pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 14,33%. Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Hasil penelitian ini bisa menjadi salah satu referensi untuk peneliti lain agar dapat melakukan penelitian yang belum dicapai secara maksimal dalam penelitian ini. Sehingga nantinya hasil penelitian berikutnya dapat menjadi penguatan bagi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, untuk kemudian dapat memberikan sumbangan kepada pengembangan ilmu pendidikan mengenai strategi-strategi pembelajaran pendidikan prasekolah di Taman Kanak-Kanak dan bagi para guru khususnya guru Taman Kanak-Kanak, hasil penelitian ini bisa dijadikan pedoman untuk dapat menerapkan suatu pendekatan berbantuan media yang mendukung demi menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meminimalisir rasa bosan yang kerap kali dirasakan anak usia dini ketika sedang belajar di dalam kelas. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Yogyakarta: Publishing.
Aditya
Media
-------, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Arsyad, Azhar. 2007. Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Prasada.
Media PT
Asrori, H. Mohammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Lampiran IV, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Lampiran IV, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014, tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Latif,
Dewi Apriana, dkk. 2014. Penerapan Metode tanya Jawab Berbantuan Media Kartu Kata Bergambar Untuk Mengembangkan Kemampuan Berbahasa Lisan Anak. e-journal PG-PAUD Undiksha, Volume 2, No 1.
Madyawati, Lilis. 2016. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenadamedia Group.
Dhieni Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Erlangga.
1978. Jakarta:
Kokasih. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Yrama Widya. Koyan, I. Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kurniasih, Imas & Sani, Berlin. 2014. Sukses Mengimpementasikan Kulikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Kuningan: Kata Pena. Kusuma Dewi Gandhari, dkk. 2015. Pendekatan Saintifik Dengan Penilaian Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Dan Kemampuan Pemecahan Masalah. e-journal PG-PAUD Undiksha, Volume 3, No 1.
dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana.
Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir Program Sarjana dan Diploma Undiksha. 2014. Undiksha: Universitas Pendidikan Ganesha. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Sadiman, Arief. 2008. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks. Salimah. 2011. “Dampak Penerapan Bermain dengan Media Gambar Seri dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini”. ISSN 1412-565X, Volume 1, Edisi Khusus (hlm. 187-196). Sani,
Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik Implementasi Kurikulum Jakarta: Bumi Aksara.
2014. untuk 2013.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Sisilana & Riyana. 2009. Media Pembelajaran Hakikat Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Wacana Prima.