e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA PAPAN FLANEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DI TK KAMILA SINGARAJA Nurhidayah1, I Nyoman Wirya2, Putu Rahayu Ujianti3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita berbantuan media papan flanel pada anak kelompok A tahun pelajaran 2015/2016 di TK Kamila Singaraja. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang di laksanakan dalam dua siklus dan sebjek penelitianya sebanyak 15 orang anak kelompok A di TK Kamila Singaraja pada tahun pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan berbicara anak dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen lembar observasi. Data tentang kemampuan berbicara anak dikumpulkan dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap kemampuan berbicara anak kelompok A di TK Kamila Singaraja setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media papan flanel. Rata-rata persentase kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar 70,00%, dan rata-rata presentase hasil kedisiplinan anak pada siklus II sebesar 82,22% yang tergolong pada kategori tinggi. Jadi terdapat peningkatan kedisiplinan anak dari kategori rendah menjadi kategori tinggi sebesar 12,22% pada anak kelompok kelompok A tahun pelajaran 2015/2016 di TK Kamila Singaraja. Kata-kata kunci: metode bercerita, papan flanel, kemampuan berbicara
Abstract This study aimed to determine the increase of student’s speaking skill through the application of storytelling method by using flannel board on group A of children at TK Kamila Singaraja in the academic year 2015-2016. This research was a classroom action research that was carried out in two cycles and subject of the study are 15 children in group A of TK Kamila Singaraja in the academic year 2015/2016. The research data on student’s speaking skill were collected by the method of observation by using observation sheet instruments. The data of student’s speaking skill were analyzed by using descriptive statistical analysis and descriptive analysis methods and quantitative methods. The result shows that there is an increase student’s speaking skill in group A of TK Kamila Singaraja after the storytelling method by using flannel board was applied. The average percentage of student’s speaking skill at the first cycle of 70.00%, and the average percentage of the result of student’s speaking skill at the second cycle of 82.22% which are classified into the high category. So there is an increase of student’s speaking skill from the low category into high category of 12.22% for the group A of TK Kamila Singaraja Keywords: storytelling method, flannel board, speaking skill
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, dimana anak dibekali dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan anak usia dini merupakan investasi besar bagi bangsa. Oleh karena itu PAUD menjadi sangat penting dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas. Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini. Taman kanak-kanak merupakan lembaga yang tepat untuk mendidik anak usia dini mulai dari usia 4-6 tahun, untuk mengembangkan seluruh aspek yang meliputi: aspek prilaku (Sosial Emosional), kognitif, psikomotor, bahasa dan seni. Pada anak usia dini, semua aspek harus dapat dikembangkan dengan baik dan sesuai dengan keunikan dan tahap perkembangan usia anak. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulai mengenal dunia, anak belum mengetahui aturan, perilaku baik dan cara bersikap dengan orang lain termasuk berkomunikasi menggunakan bahasa sehari-hari. Bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di TK ialah usaha atau kegiatan mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan berbahasa anak merupakan kemampuan yang sangat penting untuk distimulasi sejak dini. Perkembangan berbahasa anak meliputi perkembangan berbicara, membaca dan menyimak serta menulis. Pemahaman tentang karakteristik perkembangan bahasa anak secara natural diperlukan dalam rangka memberikan pengalaman berbahasa yang tepat pada anak sesuai dengan kebutuhannya (Dhieni, 2007:31). Semakin tinggi penguasaan bahasa anak maka semakin baik pula kemampuan berbicara anak dalam berkomunikasi. Pada saat ini, anak usia dini memerlukan berbagai rangsangan yang dapat meningkatkan perkembangan bahasanya, sehingga
perkembangan bahasa anak usia dini dapat berkembang lebih optimal sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan yang telah tertuang dalam Permen Diknas No. 58 tahun 2009 sebagai berikut: Standar tingkat pencapaian perkembangan dalam kemampuan mengungkapkan bahasa anak pada kelompok usia 4-5 tahun diantaranya mampu menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana, mampu mengulang kalimat sederhana, dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana. Yus (2011:23) dalam Tri Rejeki, dkk (2015) mengatakan bahwa salah satu indikator perkembangan bahasa pada usia 4-5 tahun, diantaranya yaitu bercerita menggunakan kalimat yang terdiri dari 3-6 kata dengan ekspresi, dan membaca gambar dengan susunan kalimat yang benar. Menurut Nugraha & Ratnawati, (2003:23) dalam Tri Rejeki, dkk (2015), anak juga dapat menjawab pertanyaanpertanyaan dengan jelas, dapat bercerita mengenai hal yang terjadi pada situasi nyata atau melalui bantuan gambar, dan dapat mendongeng (membawakan sebuah cerita). Berbahasa perlu dikembangkan pada anak didik sejak usia dini. Guru merupakan salah seorang yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak selain orang tua. Guru diharapkan dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang menarik dalam meningkatkan kemampuan berbicaranya, sehingga anak dapat mencapai perkembangan bahasa sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Kemampuan berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Karena berbicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, dan penggunaannya paling luas sehingga dengan kemampuan berbicara anak dapat berkomunikasi dengan orang lain yang dapat diterima dengan baik oleh temantemannya, dan anak dapat berkembang secara optimal dan tidak mengalami hambatan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di kelompok A TK Kamila Singaraja, ditemukan ada beberapa anak yang perkembangan bahasanya masih belum berkembang. Observasi yang dilakukan pada tanggal 18 sampai 23 Januari terlihat beberapa anak yang kurang aktif saat pembelajaran di area bahasa. Hal ini terlihat ketika guru mengajak anak berkomunikasi, masih ada beberapa anak yang terlihat diam, enggan, malu-malu, dan terbata-bata bicaranya pada saat guru menyuruh anak mengulang cerita secara sederhana didepan kelas. Setiap hari pada saat belajar di area bahasa memang sebagian anak terlihat kurang merespon kegiatan yang diberikan oleh guru. Hal itu terjadi karena setiap pembelajaran diarea bahasa guru selalu menggunakan buku cerita yang bisa membuat anak cepat bosan. Hal ini juga terlihat pada adanya anak yang masih kurang mampu untuk mengekspresikan pengalaman yang pernah dialami anak disaat guru menginstruksikan anak bercerita didepan kelas atau di depan teman-temannya. Oleh sebab itu dipandang sangat perlu sebagai seorang pendidik/guru untuk memilih metode yang tepat/relevan di dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan tumbuh kembang anak sehingga anak mampu mengembangkan kemampuan berbicaranya sesuai tingkat pencapaian perkembangannya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan metode bercerita dengan berbantuan media papan flanel. Bercerita (Storytelling) merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan aspek-aspek bahasa, kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan) anak-anak. Dengan menggunakan metode bercerita (storytelling) dan berbantuan media anak dapat melatih daya pikirnya untuk memahami proses berjalannya cerita, melatih anak untuk dapat menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dan juga melatih anakanak untuk memilih kata-kata sehingga mampu berbicara dengan jelas. Dan juga bercerita (storytelling) dengan berbantuan
media memiliki banyak manfaat tak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi orang yang mendongengkannya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara anak kelompok A TK Kamila Singaraja setelah penggunaan metode bercerita berbantuan media papan flannel. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan anak TK. Efek menyenangkan dalam pembelajaran yang terkandung dalam sebuah cerita atau dongeng merupakan energi gambaran kekuatan sebuah cerita. Di samping itu, cara bercerita kita sebagai orang tua tentu lebih mengentalkan efek tersebut agar lebih disukai anak-anak. Menurut Moeslichatoen (2004:157) “metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan”. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap apa yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak. Dengan bercerita, pendengaran anak akan dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucap kata-kata, dan melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya. Sedangkan menurut Gunarti, dkk. (2010) “metode bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan seorang guru atau orangtua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka kepada anak, yang biasa dilakukan secara lisan atau tertulis”. Kemudian menurut Dewi (2013:57) metode bercerita dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu perkembangan kemampuan bahasa awal anak dalam berkomunikasi.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Menurut Musfiroh (2008 : 58), bercerita dipandang sebagai salah satu metode pengembangan kosakata anak yang tepat untuk diterapkan di Paud. Metode bercerita merupakan salah satunya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak untuk menambah perbendaharaan kosakata, mengucapkan kata-kata, melatih merangkai kalimat yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Pengaruh metode bercerita juga merupakan suatu pemberian pengalaman belajar untuk anak. Adapun manfaat bercerita bagi anak usia dini antara lain : (1) mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, (2) bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih, gembira, kesal dan lucu, (3) memberikan efek menyenangkan, bahagia, dan ceria, khususnya bila cerita yang disajikan adalah cerita lucu, (4) menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas, (5) dapat menumbuhkan empati dalam diri anak, (6) merupakan cara yang paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanmkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan. (Enik Daryanti: 2012). Tim pena cindekia (2013) menyebutkan bahwa manfaat bercerita antara lain meningkatkan keterampilan bicara anak, mengembangkan kemampuan berbahasa anak, dengan mendengarkan struktur kalimat, meningkatkan minat baca, mengembangkan keterampilan berfikir, meningkatkan keterampilan problem solving, merangsang imajinasi dan kreativitas, mengembangkan emosi, memperkenalkan nilai-nilai moral, memperkenalkan ide-ide baru, serta relaksasi. Menurut Mukhtar latif, (2013), adapun macam-macam teknik bercerita untuk anak usia dini adalah sebagai berikut: (1) guru dapat membaca langsung dari buku cerita, karena itu sangat bagus bila guru mempunyai pesan-pesan yang
ditangkap yang akan disampaikan ke anak, (2) bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku itu untuk mempelajari pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita, (3) menceritakan dongeng merupakan warisan budaya dari satu generasi kegenerasi berikutnya, (4) bercerita dengan menggunakan papan flanel, guru dapat membuat papan flanel yang berwarna netral yang berupa gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam cerita, (5) dramatisasi suatu cerita, guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Sedangkan menurut Enik daryanti (2012), adapun manfaat bercerita bagi anak usia dini antara lain : (1) mengembangkan kemampuan berbicara dan memperkaya kosa kata anak, (2) bercerita atau mendongeng merupakan proses mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak, misalnya marah, sedih, gembira, kesal dan lucu, (3) memberikan efek menyenangkan, bahagia, dan ceria, khususnya bila cerita yang disajikan adalah cerita lucu, (4) menstimulasi daya imajinasi dan kreativitas anak, memperkuat daya ingat, serta membuka cakrawala pemikiran anak menjadi lebih kritis dan cerdas, (5) dapat menumbuhkan empati dalam diri anak, (6) merupakan cara yang paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanmkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Dhieni (2011: 66), “bercerita membantu perkembangan bahasa anak untuk berkomunikasi secara aktif dan efesien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif”. Media pembelajaran di Taman Kanak-kanak merupakan bagian yang sangat penting dari proses pembelajaran. Tanpa media maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif. Menurut Tegeh (2008:7) “Media merupakan suatu komponen sistem pembelajaran, yang mepunyai fungsi dan peran yang sangat vital bagi kelangsungan pembelajaran”. Itu berarti bahwa media memiliki posisi yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) strategis sebagai bagian yang integral dari pembelajaran. Tanpa adanya media, maka pembelajaran tidak akan pernah terjadi. Sedangkan menurut Gagne (dalam Dhieni, 2007) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak didik untuk belajar. Selanjutnya Gerlach dan Ely, 1971 (dalam Muktar latif, 2013) menyebutkan bahwa media bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini guru, buku, dan lingkungan sekolah merupakan media. Jika dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini, maka media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan dan alat untuk bermain yang membuat AUD mampu memeperolah pengetahuan, keterampilan, dan menentukan sikap. Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu atau alat perantara untuk menyampaikan pesan untuk anak memperoleh pengetahuan, keterampilan yang dapat merangsang fikiran anak untuk mencapai perkembangan yang diinginkan. Tujuan penggunaan media juga untuk mempermudah guru menyampaikan informasi kepada anak didiknya. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Banyak media pembelajaran yang dapat menarik perhatian anak, salah satunya adalah media papan flanel. Dengan menggunakan media papan flannel dalam metode bercerita, penulis meyakini para peserta didikakan lebih tertarik dengan cerita yang disajikan yang dapat memberikan dampak positif pada perkembangan Bahasa anak terutama pada kemampuan berbicaranya. Media papan flannel adalah media visual yang efektif untuk menyajikan pesan-pesan tertentu pada sasaran anak didik. Menurut Zaman (2010:18), media visual adalah media yang menyampaikan pesan melaui indera pengelihatan atau media yang dapat dilihat. Bercerita dengan menggunakan media papan
flannel yang dilengkapi dengan gambar atau bentuk dari kain flanel sesuai dengan isi cerita akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengembangkan kemampuan berbahasa lisannya baik dalam menyimak atau berbicara serta keaktifan anak dalam menebak jalan cerita. Sedangkan Moeslichatoen (2004:159) menyatakan media papan flannel merupakan sebidang papan yang permukaannya dilapisi kain flannel yang bewarna netral. Gambar tokoh – tokoh yang mewakili perwatakannya dalam cerita digunting pola pada kertas yang dibelakangnya dilapisi kain goso yang paling halus untuk menempelkan pada papan flannel supaya merekat. Hasil akhir dari penelitian ini yaiitu diharapkan adanya peningkatan dalam kemampuan Bahasa anak khususnya kemapuan berbicara. Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasaan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya. Depdikbud (1995:5) menyatakan, melalui bahasa orang dapat saling bertegur-sapa, saling bertukar pikiran untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini juga terjadi pada anak-anak. anak juga membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan isi hati atau pikirannya melalui bahasa. Apakah yang berlangsung di rumah, dilingkungan sekitar anak, atau pun di sekolah. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan kemampuan dasar ditaman kanak-kanak adalah perkembangan bahasa. Bahasa memungkinkan anak untuk menerjemahkan pengalaman kedalam simbol-simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi dan berfikir. (Ahmad Susanto, 2013). Menurut Syaodih (2001) yang berpendapat bahwa, Perkembangan bahasa dimulai dengan peniruan bunyi dan merabun. Perkembangan selanjutnya berhubungan erat dengan perkembangan kemampuan intelektual dan sosial. Bahasa merupakan alat untuk berfikir. Berfikir merupakan suatu proses memahami dan melihat hubungan. Proses ini tidak mungkin dapat berlangsung
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dengan baik tanpa alat bantu. Bahasa juga merupakan alat komunikasi dengan orang lain dan kemudian berlangsung dalam suatu interaksi sosial. Bahasa adalah alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Kemampuan berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyaknya pembendaharaan kata yang dimiliki anak. Anak mulai menyadari bahwa komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai apabila anak tidak mengerti apa yang disampaikan oleh orang lain kepada dirinya. Kesadaran inilah yang nantinya dapat mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang ia miliki. Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, gagasan, pikiran atau isi hati) seseorang kepada orang lainnya menggunakan bahas lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Suhartono, 2005:20). Sedangkan menurut Saleh Abbas (2006:83), berbicara merupakan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Selain itu, Hurlock (1978:176) menyatakan bahwa, Berbicara merupakan bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Berbicara merupakan kebutuhan manusia. Dengan berbicara manusia dapat berinteraksi dengan lingkungannya, belajar dengan lingkngannya dan mengkomunikasikan apa yang ingin diungkapkan. Dari berbicara, manusia dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk hidup. Berbicara sangatlah penting, oleh karena itu kemampuan berbicara harus diajarkan semenjak dini. Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Kemampuan berbahasa haruslah dilatih sejak usia dini karena kegagalan maupun keberhasilan seseorang dalam berbahasa sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman belajarnya sejak usia dini. Menurut Suarni (2009:95) “faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak merupakan pengaruh dari berbagai faktor baik itu dari dalam diri individu (internal) dan juga luar individu (eksternal)”. Pratiwi (2011) juga menyebutkan secara garis besar “perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (dari dalam diri individu) dan faktor eksternal (dari luar diri individu/lingkungan)”. Kedua faktor tersebut saling bersinergi mempengaruhi proses perkembangan manusia termasuk aspek bahasa anak. Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Dalam Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 disebutkan bahwa tingkat pencapaian perkembangan kemampuan bahasa anak dalam mengungkapkan bahasa pada usia 4-5 tahun, yaitu: (a) anak dapat menirukan kalimat yang disampaikan secara sederhana, (b) anak mampu mengulang kalimat secara sederhana, (c) anak dapat menjawab pertanyaan tentang informasi/kejadian secara sederhana, (d) anak dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, kenapa, mengapa, dimana, (e) anak mampu menceritakan kembali isi cerita/dongeng secara sederhana. Indikator yang akan peneliti gunakan nanti untuk mengukur peningkatan kemampuan bahasa anak adalah sebagai berikut: (1) Mengulang kalimat sederhana. (2) Menjawab pertanyaan tentang informasi/kejadian secara sederhana. (3) Menjawab pertanyaan apa, siapa, kenapa, mengapa, dimana. (4) Menceritakan kembali isi cerita/dongeng secara sederhana Beberapa indikator di atas, telah disesuaikan dengan pendapat Yus (2011:23) dalam Tri Rejeki, dkk (2015) dan didukung oleh Permendiknas nomor 58 Tahun 2009 dan akan digunakan untuk mengukur perkembangan bahasa anak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dalam kemampuan sehingga kemampuan meningkat.
berbicaranya, tersebut dapat
METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Pada hakikatnya PTK merupakan penelitian yang bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini merupakan PTK karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena mendeskripsikan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada setiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak di Kelompok A TK Kamila Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015-2016 dikelompok A pada TK Kamila Singaraja yang berjumlah 16 anak, yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 7 anak laki-laki. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1). tahap rencana, 2). tahap tindakan, 3). tahap observasi/evaluasi 4). tahap refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan tanya jawab. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kemampuan berbicara anak dengan penerapan metode bercerita berbantuan papan flanel disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung modus (Mo), median (Me), mean (M), dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Nilai ratarata yang didapat pada siklus I sebesar
70,00%. Untuk menentukan tingkat kedisiplinan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 70,00% yang berada pada kriteria rendah. Selanjutnya nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 82,22%. Untuk menentukan tingkat kedisiplinan anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 80,22% yang berada paa kriteria tinggi. Dari hasil penelitian diatas terbukti bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media papan flanel ternyata dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai kemampuan berbicara anak yang diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan statistik deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan keterampilan berbicara anak dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media papan flanel pada anak kelompok A di TK Kamila Singaraja diperoleh rata-rata persentase hasil belajar kemampuan berbicara pada siklus I sebesar 70,00 % dan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan berbicara pada siklus II sebesar 82,22 %. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase hasil belajar kemampuan berbicara anak dari siklus I ke siklus II sebesar 12,22%. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa metode bercerita berbantuan media papan flanel berpengaruh positif terhadap kemampuan berbicara anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kemampuan berbicara anak setelah diterapkanya metode bercerita berbantuan media papan flanel pada anak kelompok A di TK Kamila Singaraja. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: (1) Anak sudah mengerti bercerita menggunakan media papan flanel karena kebanyakan anak dengan lancar bercerita sesuai dengan alur cerita dengan melihat gambar yang
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dibuat di papan flanel tersebut. (2) Anak dapat memahami isi cerita yang di sampaikan guru karena kata-kata yang di sampaikan guru mudah dipahami anak dan yang paling penting anak dapat mendengarkan dan bercerita menggunakan media papan flanel. (3) Anak nampak menjadi lebih antusias dan tertarik mengikuti pembelajaran ketika guru bercerita dengan ekspresif dan mengajak anak untuk berinteraksi. Hal tersebut dilihat ketika anak mau terlibat aktif saat kegiatan bercerita. Anak mau mengungkapkan pendapat saat guru bercerita. Penerapan metode bercerita ternyata efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Karena kebanyakan anak sudah mampu menceritakan kembali cerita yang sudah didengarnya secara sederhana menggunakan kalimat-kalimat yang telah didengarnya. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Gunarti, dkk (2007) yang menyatakan bahwa, “metode bercerita dapat melatih anak untuk memfokuskan perhatian,melatih anak untuk menjadi pendengar yang baik, mengembangkan potensi anak, mengembangkan kemampuan mengingat anak terhadap hal tertentu yang disampaikan melalui tuturan secara lisan, selain itu anak dapat berimajinasi dan mengungkapkan hasil pikirannya melalui bercerita”. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian terdahulu oleh Riyanti (2012), penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Menceritakan Kembali Cerita yang Pernah Didengar Melalui Metode Bercerita Menggunakan Media Papan Flanel di Tk Pertiwi Baji Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten Tahun 2012”. Hasil prosentase keberhasilan sebelum tindakan adalah 42,01%, siklus I mencapai 60,06%, siklus II mencapai 70,13%, siklus III mencapai 81,94%. Berdasarkan hasul analisis data dapat disimpulkan bahwa metode bercerita berbantuan media papan flanel berpengaruh positif terhadap kemampuan berbicara anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat peningkatan
yang signifikan berbicara anak
pada
kemampuan
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode bercerita berbantuan media papan flannel dapat meningkatkan kemampuan bicara pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2015/2016 di TK Kamila Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada siklus I presentase kemampuan berbicara pada anak sebesar 70,00% yang berada pada kategori sedang. Dilanjutkan dengan melakukan perbaikan pada siklus II dan mengalami peningkatan dengan presentase kemampuan berbicara pada anak sebesar 82,22 % yang berada pada criteria tinggi. Jadi peningkatan kemampuan berbicara pada anak dari siklus I ke siklus II sebesar 12,22%. Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Kepada kepala TK dan Pihak sekolah agar dapat menciptakan kondisi belajar yang inovatif dengan memperhatikan fasilitas dan sarana prasarana sekolah yang menunjang khususnya dalam bercerita sehingga guru dengan mudah mengaplikasikan proses mengajar dengan menggunakan metode bercerita berbantuan media papan flannel ini. Kepada guru sekolah agar merubah pandangan bahwa guru bukan hanya seorang komunikator tetapi juga seorang arsitek yang merancang kegiatan, ruangan kelas dan memilih bahan-bahan yang sesuai dengan anak. Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran seperti bercerita dengan media papan flanel agar anak lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas sehingga mampu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak. Selain itu kegiatan pembelajaran dengan media yang akan digunakan dalam pembelajaran hendaknya benar-benar disesuaikan dengan proses kegiatan pembelajaran. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK khususnya untuk meningkatkan kemampuan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) berbicara anak dengan menerapkan metode bercerita dengan cara bercerita yang ekspresif agar dapat lebih menarik perhatian anak dan berbantuan media yang salah satunya seperti penggunaan media papan flanel. Cerita yang disampaikan hendaknya disesuaikan dengan kehidupan anak sehari-hari agar mempermudah anak untuk memahami alur cerita. Dan juga diharapkan peneliti lain agar bisa meneruskan penelitian yang serupa sehingga mencapai hasil yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Susanto. 2013. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya.Jakarta: Kencana Dewi, Fitria Heni. 2013. Meningkatkan Kemampuan Awal Bahasa Anak Usia Dini Melalui Media Cerita Bergambar di RA Tarbiayatul Athfal. IKIP Veteran Semarang Dhieni, dkk. 2011. Model Pengembangan Bahasa. Jakarta. Universitas Terbuka. Enik,
Daryanti. 2012. Peningkatan Kemampuan Isi Gambar Seri Melalui Media Papan Flannel Pada Anak Kelompok Bermain Di TK Dan PG Kreatif Primagama Manahan Surakarta Tahun Pelajaran 20111/2012. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Gunarti, dkk. 2012. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Univerrsitas Terbuka. Hurlock, E. B. 1978. Perkembangan anak Jilid I (Alih Bahasa: dr. Med.Meitasari Tjandrasa, Dra. Muslichah Zakarsih). Jakarta: Erlangga.
Moeslichatoen. R. Pengajaran di Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.
2004. Taman
Metode Kanak-
Mukhtar Latif, dkk. 2013. Orientasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Grup Musfiroh, Takdiroatun, M. 2005. Bercerita untuk Anak Usia Din. Jakarta : Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Reublik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Riyanti.2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Cerita Yang Pernah Didengar Melalui Metode Bercerita Menggunakan Papan Flanel Di Tk Pertiwibeji Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten Tahun 2012.Surakarta : FKIP UMS. (tidak diterbitkan) Saleh,
Abbas. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Suarni,
Ni Ketut. 2009. Psikologi Pengembangan I. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Syaodih. 2001. Bimbingan Konseling untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Tim
Pena Cendekia. Mendongeng. Gazzamedia
2013.
Panduan Surakarta:
Tri Rejeki, dkk. 2015. Penggunaan Metode Bercerita Melalui Media Bagan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok A Tk Kemala Bhayangkari 83 Purworejo Tahun Ajaran 2015/2016.Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Zaman, Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka