e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B TK PUTRA SESANA ANTIGA, KARANGASEM Ni Kd. Dewi Wahyuni1, I Wyn. Wiarta 2, I Ngh.Suadnyana3 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 1
2
Email:
[email protected] ;
[email protected] ; 3
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak melalui penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri pada kelompok B semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 20 orang. Data keterampilan berbicara dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dengan instrumen lembar observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian keterampilan berbicara sebesar 42% yang berada pada kategori sangat rendah. Sedangkan pada siklus II pencapaian keterampilan berbicara sebesar 87,75% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem Tahun ajaran 2013/2014. Kata-kata kunci: metode bercerita, media gambar seri, keterampilan berbicara
Abstract This research aims to determine the child's speaking skills improvement through the application of media-assisted image storytelling series on the second half of the group B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem academic year 2013/2014. This research is Classroom Action Research (CAR). This research subjects were kindergarten children in group B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem academic year 2013/2014 as much 20 people. Speaking skills data collected using the method of observation with the observation sheet instruments. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. Data analysis is done by comparing the results of the first cycle and second cycle. In the first cycle known achievement speaking skills by 42 % which is at a very low category. While in the second cycle conversational skills attainment by 87,75 % to a high category. It can be concluded that by applying storytelling media-assisted image series can improve speaking skills on the second half of the group B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem academic year 2013/2014. Key words: methods of storytelling , drawing media series , speaking skills
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial dan budaya yang diyakini secara utuh oleh sekelompok masyarakat agar dapat mempertahankan kehidupan secara layak. Secara lebih sederhana, pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam mengembangkan manusia. Dewasa ini isu hangat dalam dunia pendididkan tentang penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disebut dengan PAUD dengan diberlakukannya undang-undang 20 tahun 2003 (Sujiono,2009:6). Penyelenggaraan pendidikan usia dini harus diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak yang berdasarkan pada minat, kebutuhan dan kemampuan anak oleh karena itu, peran pendidikan sangatlah penting. Pendidikan harus mampu memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam. Pengertian pendidikan dalam hal ini tidak terbatas pada guru saja tetapi juga orang tua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik (Permendiknas 58,2010). Dalam hal ini diperlukan sebuah kurikulum yang disesuaikan dengan proses pertumbuhan dan perkembangannya. Perlu diketahui bahwa usia empat sampai enam tahun perkembangan anak sangat pesat itu meliputi perkembangan fisik seperti bertumbuhnya berat dan tinggi badan ataupun psikis yang meliputi ranah kognitif, afektif dan juga psikomotorik (Direktorat pembinaan TK dan SD,2007). Kurikulum
pendidikan terdahulu cenderung menitikberatkan pada aspek kognitif semata-mata dengan harapan agar dapat mencetak generasi yang berintelegensi. Namun penelitian muktahir membuktikan bahwa kurikulum yang demikian kurang tepat untuk membentuk kepribadian yang utuh. Salah satu masalah dunia pendidikan adalah lemahnya pembelajaran. Seringkali pembelajaran diarahkan pada pembelajaran yang bersumber pada guru (teacher centered). Hal ini menjadikan anak malas untuk berkomunikasi dan kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannnya belum optimal. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan aspek kehidupan dalam pengembangan iptek Media mempunyai peranan yang sangat penting, hal ini dikarenakan media merupakan sarana untuk menunjang pembelajaran serta untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan sesama. Kompetensi tersebut harus dimiliki anak untuk lebih sering melihat media untuk mempercepat pembelajaran berbahasa untuk menunjang keberhasilan anak dalam menempuh pendidikan. Dengan memberikan suatu media kepada siswa didik, dapat menumbuh kembangkan minat belajar. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Sujiono,2009:6). Taman Kanakkanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 ayat 14 Sujiono(2009:8) menegaskan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Menyikapi perkembangan anak usia dini, perlu adanya suatu program pendidikan yang didisain sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Aisyiyah,2007:1). Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki dunia dan karakteristik yang khas, anak selalu aktif, dinamis, antusias dan rasa ingin tahunya yang besar terhadap apa yang didengar dan dilihat. Anak usia dini memiliki sifat egosentris, suka berfantasi, berimajinasi, memiliki pribadi yang unik dan merupakan masa potensial untuk belajar. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan sejak dini adalah bahasa. Anak usia dini merupakan masa emas atau paling ideal untuk mengembangkan kemampuan berbahasa. Masa dimana anak mudah menerima stimulus bahasa. Mengajarkan bahasa kepada anak usia dini tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan bahasa mempunyai beberapa aspek, antara lain berbicara, menyimak, membaca dan menulis. Keempat aspek itu harus diajarkan kepada anak secara menyeluruh. Mengingat karakteristik anak usia dini yang masih mempunyai rentang konsentrasi rendah, komponen-komponen bahasa tersebut tidak mudah diserap oleh anak sehingga kemampuan bahasa anak menjadi tidak sempurna.
Keterampilan berbahasa anak salah satunya adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan dalam melakukan pola-pola tingkah laku untuk penyampaian suatu maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain dan mencapai tujuan tertentu. Iskandarwassid dan Dadang suhendar (2011.241) juga menyatakan bahwa “Keterampilan berbicara merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk meyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain”. Menanamkan ide atau konsep yang bersifat abstrak merupakan persoalan yang tidak mudah dilaksanakan dalam proses belajar mengajar harus diimbangi dengan metode yang tepat yang sesuai dengan keterampilan berbicara disinilah dituntut kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan metode bercerita yang tepat dalam rangka meningkatkan berbicara anak. Pembelajaran berbicara anak usia dini yang terjadi selama ini adalah pembelajaran yang hanya menekankan kepada kegiatan pengembangan yang membosankan, pengelolaan kelas belum optimal. Dalam (Winda Gunarti,2010.5.25) “Metode bercerita adalah suatu cara pembelajaran yang dilakukan seorang guru atau orang tua untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka kepada anak, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis”. Metode bercerita berupa kegiatan menyimak tuturan lisan yang mengisahkan suatu peristiwa. Metode ini untuk mengembangkan daya imajinasi, daya pikir, emosi, dan penguasaan bahasa anak. (Trianto.2011:5.4). Pendapat lain menyebutkan bahwa “Metode bercerita adalah cara penyampaian
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak”(Nurbiana Dhieni dkk, 2007:6.6). Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode bercerita adalah penyampaian pesan secara lisan dalam bentuk cerita untuk mengembangkan penguasaan bahasa anak. Metode bercerita memiliki bentukbentuk yang menarik yang dapat disajikan. Bentuk-bentuk bercerita berikut dapat digunakan secara bergantian agar anak tidak merasa bosan dengan satu bentuk metode bercerita atau digunakan secara kombinasi agar menambah daya tarik cerita yang kita sajikan (Winda Gunarti 2010:5.5). Bentuk-bentuk metode bercerita terbagi dua jenis, yaitu (1) bercerita tanpa alat peraga dan (2) bercerita dengan alat peraga. Gambar seri yang dipergunakan hendaknya menarik dan merangsang anak untuk bercerita. Bercerita dengan gambar seri merupakan metode bercerita dengan penggunaan alat peraga berupa gambar berseri. Gambar seri yaitu beberapa gambar yang dituangkan dalam beberapa kertas yang terpisah, memuat keterkaitan isi cerita antara gambar yang satu dengan yang lainnya. Penggunaan gambar seri dalam kegiatan bercerita akan menarik perhatian anak dan memusatkan perhatian anak terhadap isi cerita. Disamping itu, penggunaan gambar berseri juga dapat memperjelas pesan-pesan yang disampaikan. Menurut Winda Gunarti, dkk (2010:5.12) menyatakan, “Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan bercerita menggunakan gambar berseri, yaitu gambar bisa dibuat di atas karton putih ukuran 50 x 30 cm, gambar
demi gambar rangkaian peristiwa yang saling berkaitan, gambar dibuat dengan menyesuaikan dengan tahap perkembangan anak, pemberian warna dan proporsi bentuk dibuat menarik namun tidak mengaburkan imajinasi anak, berilah judul cerita secara singkat tetapi menarik bagi anak, isi cerita menyangkut hal-hal sederhana yang bisa ditemui anak dalam kehidupannya sehari-hari, gunakan gaya bahasa yang bisa dipahami oleh anak, isi cerita bisa dibuat pada bagian belakang gambar”. Metode bercerita berbantuan media gambar seri merupakan penyampaian pesan secara lisan yang dilakukan guru kepada anak Taman Kanak-kanak dengan bantuan buku bergambar yang ceritanya berseri, biasanya terdiri dari empat seri. Gambar seri satu sampai dengan keempat tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah cerita atau sebuah informasi. Isi buku gambar seri tersebut adalah pokok bahasan dalam bercerita dengan menggunakan gambar seri. Konteksnya dengan peningkatan keterampilan berbicara, bercerita merupakan metode yang sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran dalam upaya menarik minat dan gairah belajar anak serta mengembangkan kemampuan berbicara, menyimak serta menambah kosakata yang dimiliki anak. Melalui kegiatan bercerita dilihat dari karakteristik anak TK yang penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan, gembira, lucu, dan mengasyikkan. Tema-tema yang ditampilkan berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa sehingga akan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada anak. Kegiatan bercerita akan memberikan stimulus terhadap daya imajinasi dan fantasi
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
anak serta meningkatkan kreativitas anak khususnya dalam keterampilan berbicaranya. Secara garis besar metode yang biasanya diterapkan untuk kemampuan berbahasa adalah metode bercakap-cakap. Pada metode bercakap-cakap, guru bercakap-cakap atau bertanya jawab antara anak dan guru atau anak dan anak, bercakap-cakap dapat dilaksanakan dalam bentuk cakap bebas, bercakap bebas menurut pokok bahasan, dalam pembelajaran di TK tersebut belum menggunakan media dalam pembelajaran. Hal ini dapat ditujukan dari hasil Observasi awal pada bulan Desember di TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem. Begitu halnya yang terjadi pada TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem, keterampilan berbicara anak khususnya kemampuan dalam bercerita masih belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan, dimana 80 % anak belum mampu menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan secara urut serta tidak mampu membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalinya, sementara itu 20% anak yang sudah mampu menceritakan kembali cerita secara urut dan mampu membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana. Faktor penyebabnya adalah pengelolaan kelas, anak pasif dalam melakukan kegiatan, kosentrasi anak belum terfokus dan tidak menggunakan media dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan berbagai macam teknik dan strategi untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam kegiatan bercerita di Taman Kanak-kanak. Untuk memecahkan masalah tersebut diperlukan metode yang tepat agar nantinya anak dapat menceritakan
kembali dengan tepat dan benar dengan bahasa lugas dan menarik. Salah satu metodenya adalah metode bercerita dengan media gambar seri sehingga menarik minat dan menumbuhkan keinginan belajar anak yang nantinya dapat memahami isi cerita secara utuh dan dapat menceritakan kembali isi cerita secara utuh melalui media gambar seri. Menurut Moeslichatoen (2004:25) menerangkan bahwa, kegiatan bercerita melalui media gambar berseri memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan,memperjelas pesanpesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita sehingga anak nantinya dapat memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu, ketertarikan anak pada gambargambar yang menarik akan memudahkan pemahaman anak terhadap isi cerita yang diceritakan sehingga berdampak langsung pada peningkatan kemampuan berbahasa anak khususnya dalam kegiatan bercerita. Dari permasalahan tersebut maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas melalui “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem Tahun Ajaran 2013/2014”. Adapun masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut. Apakah penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B Semester 2 di TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem Tahun Ajaran 2013/2014? Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Untuk mengetahui
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
peningkatkan keterampilan berbicara pada anak Kelompok B Semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem Tahun Ajaran 2013/2014 setelah penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Tempat pelaksanaan penelitian ini pada kelompok B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga, Kecamatan Manggis, Kota Karangasem, Provinsi Bali. Subyek penelitian ini adalah anak TK sebanyak 20 orang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara anak TK Satu Atap Putra Sesana antiga Kecamatan Manggis, Kota Karangasem, Provinsi Bali. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, yaitu siklus I dan II.
Rencana
Refleksi
Tindakan Siklus I
Observasi & evaluasi
Pelaksanaan
Rencana Tindakan
Refleksi
Siklus II Observasi & evaluasi
Pelaksanaan
Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Suyanto (dalam Tuti seminar, 2012)
Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa terdapat dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan bercerita dengan media gambar seri, begitupun siklus II dan masingmasing siklus terdiri atas (1) rencana tindakan, (2) Pelaksanaan, (3) evaluasi/observasi, (4) Refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi. Tabel 1. Instrumen Penelitian Keterampilan berbicara Anak No 1
Variabel
Indikator
Keterampilan Berbicara
1. Membaca buku cerita bergambar yang memiliki kalimat sederhana dengan menunjuk beberapa kata yang dikenalinya 2. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan huruf dan bahasa yang jelas 3. Mendengarka n dan menceritakan kembali cerita secara urut 4. Menceritakan isi buku walaupun tidak sama tulisan dengan yang diungkapkan
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka akan dilakukan analisis data, dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung modus, d) menghitung median. Metode analisis deskritif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya keterampilan berbicara anak Taman Kanak-kanak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut
M M (%) x 100 % SMI (Agung, 2010:9) Keterangan: M (%) = Rata-rata persen M = Rata-rata skor SMI = Skor Maksimal Ideal Tingkatan keterampilan berbicara anak Taman Kanak-kanak dengan metode bercerita dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 2. Pedoman PAP Skala Lima tentang Keterampilan Berbicara Anak Kriteria Persentase Keterampilan Berbicara 90 – 100 Sangat Tinggi 80 – 89 Tinggi 65 – 79 Cukup 55 – 64 Tinggi/Sedang 0 – 54 Kurang Mampu Sangat Kurang Mampu
( Agung, 2010, 9)
Tingkat keberhasilan keterampilan berbicara anak dapat ditetapkan dengan cara membandingkan M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dan keterampilan berbicara dikatakan tuntas apabila minimal berada pada kreteria tinggi dengan skor pada rentang 80-89%. Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian penguasaan materi sudah tercapai maka penelitian diberhentikan dan akan dijadikan simpulan pembahasan bahwa siklus tersebut telah selesai. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Keterampilan Berbicara pada penelitian siklus 1 disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan berbicara dengan menggunakan 4 indikator yang muncul dalam proses pembelajaran akan diberi bobot yakni 3 (sangat baik), bobot 2 (cukup baik), bobot 1 (kurang baik). Skor total yang diperoleh masing-masing anak dibagi dengan bobot maksimal dikali 100. Nilai rata-rata yang didapat pada siklus I sebesar 42. Untuk menentukan tingkatan keterampilan berbicara anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M %) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 42%. Yang berada pada kriteria sangat rendah. Data tabel distribusi keterampilan berbicara pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) 10 8 6 4 2 0
35
40
45
Mo=35,5
50
55
Md=42
Md=38,0 Gambar 5 2. Grafik tentang keterampilan berbicara pada siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat hasil analisis dari siklus I belum mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara anak kelompok B TK Satu Atap Putra Sesana Antiga pada siklus I ini belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang didapat pada siklus II sebesar 87,75. Untuk menentukan tingkatan keterampilan berbicara anak dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebesar 87,75% yang berada pada kriteria tinggi. 8 6 4 2 0 77
82
87
92
97
Md=87,75
Mo=80,2 Md=83,65
Gambar 3. Grafik tentang keterampilan berbicara pada siklus II
Dari perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat hasil analisis dari siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan tingkat keberhasilan yang ditetapkan, maka dapat dikatakan bahwa keterampilan berbicara anak kelompok B TK Satu Atap Putra Sesana pada siklus II tuntas. Penyajian hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai keterampilan berbicara anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase keterampilan berbicara anak kelompok B semester 2 di TK Satu Atap Putra Sesana Antiga pada siklus I sebesar 42% dan rata-rata persentase keterampilan berbicara pada anak kelompok B semester 2 di TK Satu Atap Putra Sesana Antiga pada siklus II sebesar 87,75%, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata presentase sebesar 45,75% dengan kategori tinggi. Peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan metode bercerita dalam proses kegiatan pembelajaran perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya. Penerapan metode bercerita dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Melalui media gambar seri anak diberikan tugas bercerita sehingga anak dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan cerita. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak kosa kata. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, bercerita merupakan suatu metode pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak sehingga guru bisa menilai dari kegiatan menyimak anak
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
dan anak mampu mandiri dalam bercerita. Penerapan metode bercerita dalam penelitian ini dibantu dengan media gambar seri. Media ini akan merangsang imajinasi anak dan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, sehingga keterampilan berbicara anak akan berkembang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan bercerita anak pada kelompok B semester II TK Satu Atap Putra Sesana Antiga, dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dalam pembelajaran dan berkelanjutan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelompok B semester 2 TK Satu Atap Putra Sesana Antiga Karangasem. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan ratarata persentase (M%) dalam penerapan metode bercerita berbantuan media gambar seri yang dilihat dari adanya peningkatan
keterampilan berbicara pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian keterampilan berbicara sebesar 42% yang berada pada kategori sangat rendah menjadi sebesar 87,75% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran yaitu kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih kreatif, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dan menstimulasi minat belajar anak khususnya menegembangkan keterampilan berbicara anak. Kepada guru, disarankan menggunakan metode bercerita dan media gambar seri yang disesuaikan dengan tema pembelajaran sehingga anak lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: JurusanTeknologi Pendidikan, FIP Undiksha Singaraja. Aisyah, Siti dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dadang ,Sunendar dan Iskandarwassid. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Th 2010.
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD. Dhieni,
Nurbiana.dkk.2007. Metode Pengembangan Bahasa.Jakarta: Universitas Terbuka.
Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kemendiknas. Gunarti, Winda. dkk. 2010. Metode Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Meslichatoen, R (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanakkanak. Jakarta: Rineka Cipta. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Seminar, Tuti Made. 2012. Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Sederhana untuk Meningkatkan Kreativitas Mengayam dan Perkembangan Kognitif anak TK Widya Sesana Sangsit Buleleng. Skripsi.(tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Trianto. 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Kencana.