e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN METODE AUDIOLINGUAL BERBANTUAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV Ni Pt. Eka Ari Adnyani1, I Wyn. Suwatra2, Kt. Pudjawan3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1 ,
[email protected] 2 ,
[email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui terjadinya peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas IV Semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan metode Audiolingual berbantuan media wayang di SDN 2 Tukadmungga. Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 24 orang siswa. Objek penelitian ini adalah keteramilan berbicara. Data keterampilan berbicara dikumpulkan menggunakan metode observasi. Instrumen yang digunakan yakni lembar observasi. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan presentase keterampilan berbicara pada siswa kelas IV di SDN 2 Tukadmungga. Pada siklus I rata-rata peningkatan keterampilan berbicara sebesar 71,66% (katagori sedang) mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,32% (katagori baik). Rata-rata hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 18,33 pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 21,95. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode audiolingual berbantuan media wayang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV semester II di SDN 2 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: metode audiolingual, media wayang, keterampilan berbicara Abstract The purpose of this research is determine the speaking skills improvement in grade IV Semester II 2015/2016 school year with a media-assisted method audiolingual puppet in SDN 2 Tukadmungga. This type of study is classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of phases of planning, action, observation / evaluation and reflection. The subjects were students of class IV SDN 2 Tukadmungga the academic year 2015/2016 amounting to 24 students. The object of this study is keteramilan speak. Data were collected using the speaking skills of observation methods. The instrument used the observation sheet. Data were analyzed using quantitative descriptive analysis. The results showed that an increasing percentage of speaking skills in the fourth grade students at SDN 2 Tukadmungga. In the first cycle an average increase of 71.66% speaking skills (medium category) increased in the second cycle into 84.32% (both categories). The average results of the speaking skills of students in the first cycle of 18.33 on the second cycle increased to 21.95. Based on the results of this study concluded that the application of the method audiolingual aided the puppet media can improve students' speaking skills in the second half of the fourth grade SDN 2 Tukadmungga the academic year 2015/2016. Key Words: metode audiolingual, media wayang, speaking skill
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, hal ini disebabkan karena pendidikan adalah sektor yang dapat menciptakan kecerdasan manusia dalam melangsungkan kehidupanya. Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sebagai alat komunikasi dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Bahasa dianggap sebagai alat yang paling sempurna dan mampu membawakan pikiran dan perasaan baik mengenai hal-hal yang bersifat konkrit maupun yang bersifat abstrak. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dituntut untuk mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Dibia dkk (2007:13), “Manusia sudah berbahasa sejak ia baru lahir. Bayi yang baru lahir biasanya akan menangis, tangisanya itu merupakan bahasa pertamanya yang keluar dari alat ucapnya”. Manusia belajar berbahasa dari bayi sampai dia dewasa. Manusia dapat belajar dari segala arah yaitu di keluarga, Sekolah (informal) dan masyarakat (nonformal). Manusia ketika sudah beranjak umur 4-6 tahun dia akan belajar berbahasa di bangku sekolah pertamanya bersama temantemanya di Taman Kanak-Kanak (TK) dan setelah lulus dari (TK) anak akan beranjak ke Sekolah Dasar (SD) dan begitu juga seterusnya. Pembelajaran Bahasa Indonesia di (SD) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memahami dan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi secara efektif,
baik dengan cara lisan maupun tulis. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi. Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya (Tarigan, 1986:86). Keterampilan ini bukanlah suatu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif. Stewart dan Kennert Zimmer (dalam Haryadi dan Zamzani, 1997:56) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan setiap individu maupun kelompok. Siswa yang mempunyai keterampilan berbicara yang baik, pembicaraannya akan lebih mudah dipahami oleh penyimaknya. Berbicara menunjang keterampilan membaca dan menulis. Menulis dan berbicara mempunyai kesamaan yaitu sebagai kegiatan produksi bahasa dan bersifat menyampaikan informasi. Kemampuan siswa dalam berbicara juga akan bermanfaat dalam kegiatan menyimak dan memahami bacaan. Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Oleh sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini mungkin. Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antar individu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajarmengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran. Berdasarkan hasil wawancara berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 2 Tukadmungga dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas IV yaitu Ibu Putu Rustin Indrayati, S.Pd.SD yang dilaksanakan pada tanggal 9 November 2015 terdapat masalah yang ditemukan kurangnya kemampuan siswa dalam berbicara yang baik dan benar dan kurangnya keberanian siswa untuk berbicara mengajukan pertanyaan dan pendapat yang dimiliki. Berdasarkan hasil observasi ke dalam kelas, pada saat siswa mengikuti pembelajaran, bahwa benar siswa kurang dalam kemampuan berbahasa dengan baik dan benar menggunakan Bahasa Indonesia dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya dan mengajukan pendapat yang dimiliki. 3
Hal ini disebabkan pada saat proses pembelajaran berlangsung guru lebih cenderung menggunakan metode ceramah. Guru kurang melibatkan siswa untuk aktif di dalam proses pembelajaran. Metode ceramah penting dalam proses pembelajaran, untuk menyampaikan materi ajar, namun guru tidak harus selalu menggunakan metode ceramah sampai akhir pembelajaran dan guru harus selalu melibatkan siswa didalam proses pembelajaran agar siswa terbiasa berbicara untuk mengajukan pertanyan dan mengajukan pendapatnya didalam proses pembelajaran karena berbicara yang baik dan benar membutuhkan latihan agar tumbuhnya kebiasaan, sehingga dibutuhkan metode yang menarik untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, salah satunya dengan menggunkan metode Audioliguaal yang berbantuan media wayang. Berdasarkan masalah tersebut, maka perlu adanya upaya perbaikan di dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia, baik menyangkut pemilihan model maupun media pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Untuk itulah digunakan metode Audiolingual dan media wayang sebagai solusinya. Metode Audiolingual adalah suatu metode yang banyak melakukan praktik-praktik dan latihan-latihan dan media wayang adalah media tradisonal yang mengandung pendidikan moral yang efektif dan hiburan bahkan dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan tertentu. Oleh karena itu, metode audiolingual dan media wayang sangat cocok untuk digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara karena untuk mempunyai keterampilan berbicara diperlukan latihan yang berulang-ulang agar tumbuhnya kebiasaan-kebiasan yang benar dalam berbicara. Peneliti menerapkan metode pembelajaran Audiolingual dan memakai media
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pembelajaran wayang, untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk itu peneliti mengambil judul Penerapan Metode Audiolingual Berbantuan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbaicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV Semester II SDN 2 Tukadmungga Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah terjadinya peningkatan keterampilan berbicara pada siswa kelas kelas IV semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan metode Audiolingual berbantuan media wayang di SDN 2 Tukadmungga. Metode Audiolingual juga memiliki prinsip yang menekankan pada pola gramatika dengan teori belajar behaviorisme dengan teori belajar habit formation theory yang berpandangan bahwa proses pembelajaran bahasa diawali dengan stimulus yang di berikan oleh guru yang memunculkan respon, respon yang benar perlu di perkuat dengan penguatan-penguatan (reinforcement) agar dimulaikan kembali. Proses ini dilakukan berulang dengan melakukan penguatan secara positif sampai terbenuk pembiasan. Proses pembelajaran ada pada tataran kalimat dan sangat sedikit memberikan penekanan pada tataran bahasa yang di kaitkan pada aspek komunikasi dalam kehidupan yang sesungguhnya. Penekananya lebih pada pengucapan yang sempurna dan menghindari terjadinya kesalahan sedikit mungkin. Menurut Ridchard dan Rodgers (dalam Pradmadewi, 2012) berikut ini adalah Bebrapa teknik yang banyak dipakai dalam metode audiolingul yaitu (1) Menghafal dialog (Memorizing dialogue), dalam metode Audiolingual, pola kalimat tertentu di masukkan dalam dialog. Pola kalimat dilatih lewat pengulangan berdsarkan baris-baris
4
kalimat yang ada didalam diaog. (2) Latihan Pengulangan (Repetition drill) adalah latihan mengulangi apa yang di ucapkan guru dengan tepat dan cepat. Hal ini biasanya dipakai untuk melatih baris-baris kalimat dalam percakapan. (3) Rantai (Chain drill), seperti namanya drill ini dipakai untuk melatih siswa untuk menirukan percakapan secara bergantian. Guru biasa memberi salam pada awal percakapan, kemudian salah satu seorang anak menjawab, anak yang duduk berikutnya kemudian mengambil giliran untuk memulai percakapan dan dilanjutnya dengan siswa yang ada di sebelahnya, demikaian seterusnya. Latihan ini dipakai oleh guru untuk mengecek pengucapan tiap-tiap anak. (4) Latihan Pngucapani (Single-slot substitution drill) ini dilakukan oleh guru dimana guru mengucapkan satu baris percakapan. Setelah itu guru menyebutkan satu kata sebagai clue. Siswa menirukan kalimat yang diucapkan guru. Tujuan utama latihan ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan bagaimana menemukan dan mengisi slot atau bagian yang kosong dalam baris-baris kalimat dalam percakapan. (5) Latihan Pengganti (Multiple-slot substitution drill), drill ini hampir sama dengan single-slot substitution drill perbedaanya guru memberikan beberapa clue dalam bentuk kata atau prasa dan siswa harus bisa menentukan kata atau prasa yang mana yang cocok dengan slot atau bagaian yang kosong. Siswa kadangkadang diharapkan untuk menyesuaikan kalimatnya setelah diisi dengan kata atau frasa agar menjadi benar. (6) Latihan Perubahan (Transformation drill) drill ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mampu mengubah bentuk pola kalimat. Guru misalnya bisa memberikan suatu kalimat dalam bentuk kalimat posotof dan menyuruh siswa untuk mengubah menjadi kalimat negatif atau inetrogativ, atau dari kalimat aktif menajdi pasif atau dari kalimat langsung menjadi
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kalimat tidak langsung. (7) (Question and answer drill), drill ini bertujuan untuk melatih siswa agar bisa menjawab pertanyaan. Siswa harus menjawab pertanyaan guru dengan cepat. Dengan istilah ini siswa akan berlatih menguasi pola kalimat bertanya dan menjawab pertanya dengan cepat. (8) Latihan Menggunakan Pasangan (Use of minimal pairs) guru memberikan sepasang kata yang hanya berbeda dalam satu bunyi. Siswa dilatih untuk mengenali perbedaanya sebelum mereka disuruh untuk mengucapkan kedua kata tersebut. (9) Melengkapi dialog, latihan ini bertujuan untuk melatih siswa untuk melengkapi dialog kata-kata sendri. Latihan ini dibuat dengan menghapus kata-kata yang telah di pelajari dari suatu dialog dan kemudian menyuruh siswa untuk mengisinya. (10) Permainan grammar, permainan ini bertujuan untuk melatih siswa untuk mempraktikkan grammar yang di pelajarinya dalam suatu konteks. Siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri mereka meskipun dalam kapasitas yang masih sangat terbatas. Media pembelajaran sangat penting digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Zaman (dalam Marlinda, 2008) menyatakan, “ada tiga jenis media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan digunakan pembelajaran oleh guru disekolah, yaitu (1) Media visual adalah media yang menyampaikan pesan melalui pengelihatan anak atau media yang hanya dapat dilihat. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan nedia yang tidak diproyeksikan (non-projected visual). Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang menggunakan alat proyeksi untuk menayangkan gambar atau tulisan yang akan tampak pada layar. Contoh media visual adalah gambar. (2) Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk audikatif (hanya
dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk belajar. Contoh media audio adalah kaset dan radio. (3) Media audiovisual merupakan kombinasi dari media audio dan media visual. Media audiovisual dapat menghasilkan rupa dan suara. Dengan meggunakan audiovisual maka penyajian materi kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Contoh dari media audiovisual diantaranya adalah televisi, video dan slide bergambar. Media yang dugunakan adalah media wayang. Wayang adalah sebuah kata bahasa indonesia (jawa) asli, berarti baying-bayang, atau baying yang berasal dari akar kata “yang” mendapat tambahan “wa” yang menjadi wayang (Mulyono, 2013:14). Peranan seni dalam pewayangan merupakan unsur dominan. Akan tetapi bilamana dikaji secara mendalam dapat ditelusuri nilai-nilai edukatif yang sangat penting dalam kehidupan manusia.Unsur-unsur pendidikan tampil dalam bentuk pasemon atau perlambang. Oleh karena itu sampai dimana seseorang dapat melihat nilai- nilai tersebut tergantung dari kemampuan menghayati dan mencerna bentukbentuk simbol atau lambang dalam pewayangan. Dalam lakon-lakon tertentu misalnya baik yang diambil dari Serat Ramayana maupun Mahabarata sebenarnya dapat diambil pelajaran yang mengandung pendidikan. Bagaimana peranan Kesenian Wayang sebagai sarana penunjang Pendidikan Kepribadian Bangsa, rasanya perlu mendapat tinjauan secara khusus. Berdasarkan sejarahnya, kesenian wayang jelas lahir di bumi Indonesia. Sifat lokal genius yang dimiliki bangsa Indonesia, maka secara sempurna terjadi pembaruan kebudayaan asing, sehingga tidak terasa sifat asingnya.
5
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek-prakter pemelajaran di kelas secara professional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Tukadmungga pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan subjek siswa kelas IV yang berjumlah 24 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempaun. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu mulai bulan April sampai bulan Mei pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dengan mengambil tempat di SDN 2 Tukadmungga. Pelaksanaa Tindakan Dalam pelaksanaan ini disusun sesuai tahap pelaksanaan metode Audiolingual berbantuan media wayang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa. Langkahlangkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan metode Audiolingual berbantuan media wayang antara lain: guru memberikan contoh terlebih dahulu selanjutnya siswa mengikuti ucapan guru secara serentak setelah itu siswa yang sudah hapal ditugaskan untuk mempraktikkan didepan kelas dengan memakai media wayang. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai prosedur yang telah dirancang. Pelaksanaa Tindakan Dalam pelaksanaan ini disusun sesuai tahap pelaksanaan metode Audiolingual berbantuan media wayang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa. Langkahlangkah yang diterapkan dalam pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan penerapan metode Audiolingual berbantuan media wayang antara lain: guru memberikan contoh terlebih dahulu selanjutnya siswa mengikuti ucapan guru secara serentak setelah itu siswa yang sudah hapal
ditugaskan untuk mempraktikkan didepan kelas dengan memakai media wayang. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai prosedur yang telah dirancang. Tahap Refleksi Refleksi dilakukan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada siklus I tentang keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil renungan dan kajian ini menjadi acuan untuk dicari dan ditetapkan beberapa alternative tindakan baru yang diduga lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam tindakan penelitian kelas siklus 2. Pelaksanaan penelitian berlangsung dalam dua siklus. Alur tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 01. Model PTK dalam Dua Siklus (Sumber: Agung, 2011) Keterangan: 1. Tahap Perncanaan 2. Tahap Tindakan 3. Tahap Observasi/evaluasi 4. Tahap Refleksi 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Metode dan Insrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang keterampilan berbicara siswa. Untuk mengumpulkan data digunakan metode observasi dengan jenis observasi jenis observasi berstruktur. Dalam mengevaluasi keterampilan berbicara siswa, pada prinsipnya guru harus memperhatikan lima aspek yaitu, pelafalan, intonasi, pemahaman/ekspresi, struktur kalimat, dan kelancaran berbicara siswa (Tarigan, 2008:28). Untuk menilai kelima aspek dalam keterampilan berbicara siswa, yang digunakan Tabel 03.
adalah rubrik dengan skala rating. Untuk lebih jelas mengenai deskripsi verbal dengan rubrik, berikut adalah pedoman penilaian keterampilan berbicara siswa yang telah disesuaikan dengan rubrik keterampilan berbicara dengan skala rating. Setelah mendapatkan hasil skor selanjutnya mencari rata-rata dan presentase dengan menggunakan rumus mean dan Hasil perhitungan persentase yang diperoleh selanjutnya dikonversikan terhadap Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima dengan berpedoman pada kriteria seperti pada tabel di bawah ini.
Kategori Penggolongan Keterampilan Berbicara berdasarkan Skala 5 Presentase (%) 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
PAP
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145)
Peningkatan keterampilan berbicara ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Kriteria keberhasilan penelitian tindakan kelas ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa indonesia siswa kelas IV SDN2 Tukadmungga. Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keterampilan berbicara. Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan presentase ratarata hasil keterampilan berbicara hingga berada pada 80-89% dengan kriteria tinggi.
dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes keterampilan berbicara dengan penilaian melalui observasi. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 8 April 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada 11 April 2016 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 16 April 2016. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan presentase skor rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 71,66 % dengan katagori ”sedang”. Presentase skor rata-rata keterampilan berbicara pada siklus I adalah 71,66 %. Hasil ini dibandingkan dengan kriteria PAP skala 5 berada pada interval 65-79 dan Presentase skor rata-rata keterampilan berbicara. Jadi, keterampilan berbicara siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tukadmungga pada siklus I adalah “sedang” Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus I, maka hasil refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut. (1) Selama proses pembelajaran, aktivitas siswa seperti kegiatan-kegiatan pembelajaran sudah tampak, namun belum optimal. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa untuk maju kedepan kelas untuk praktik berbicara sehingga siswa merasa kesulitan dalam beradaptasi dengan pola belajar yang baru. (2) Pada saat guru memberikan contoh didepan kelas sebagian siswa terlihat sulit berkonsentrasi untuk menyimak ucapan guru. (3) Pada saat guru menanyakan siapa saja yang sudah hafal dengan pantun masih banyak siswa yang merasa malu untuk angkat tangan karena mereka belum terbiasa dan berani untuk berbicara didepan kelas. (4) Guru mengalami kesulitan memberikan bimbingan yang merata pada setiap siswa. (5) Pada saat praktik didepan kelas masih banyak siswa yang malu dan tidak berani padahal sebenarnya mereka sudah hafal dengan pantun yang di contohkan guru, Oleh karena itu berarti mereka belum terbiasa untuk berbicara di depan kelas. (6) Pada saat melakukan praktik didepan kelas masih banyak siswa mengalami kesulitan untuk berekspresi, pelafalan, intonasi, struktur kalimat belum tepat sesuai dengan yang dicontohkan gurunya. Berdasarkan hasil refleksi siklus I di atas, penelitian di pandang perlu dilanjutkan ke siklus II untuk lebih mengoptimalkan hasil yang diperoleh. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal ini di antaranya adalah sebagai berikut. (1) Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa mengetahui dan memeiliki kesiapan dalam melaksanakan proses pembelajaran. (2) Guru harus selalu menumbuhkan
rasa percaya diri kepada siswa agar berani tampil didepan kelas untuk berbicara. (3) Memberikan penjelasan kepada siswa dan menekankan kepada siswa bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, kegiatan yang dilakukan siswa selalu dinilai. Dalam hal tersebut dilakukan agar siswa merasa tertantang dan lebih berkonsentrasi dalam mendengarkan contoh dari guru dan menghafal materi yang akan dipergunakan untuk praktikk berbicara di depan kelas. Hasil Penelitian Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu dua kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan tes keterampilan berbicara dengan penilaian melalui observasi. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 22 April 2016, pertemuan kedua dilaksanakan pada 25 April 2016 dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan presentase skor rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus II sebesar 84,32% dengan katagori ”tinggi”. Presentase skor rata-rata keterampilan berbicara pada siklus II adalah 84,32 %. Hasil ini dibandingkan dengan kriteria PAP skala 5 berada pada interval 80-89. Jadi, keterampilan berbicara siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 2 Tukadmungga pada siklus I adalah “tinggi” Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa digunakan pedoman kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5, dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 4. Kriteria PAP Skala 5 Keterampilan Berbicara Siswa Presentase (%) 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sumber: Agung (2014:145)
Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, hasil yang dialami sisiwa mengalami peningkatan. Masalah yang dihadapi pada siklus I, sudah dapat dipecahkan pada siklus II. Hal ini terbukrti adanya peningkatan rata-rata keterampilan berbicara siswa. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dari kategori cukup pada siklus I menjadi kategori baik pada siklus II dengan persentase peningkatan keterampilan berbicara siklus I 71, 66% dan pada siklus II 84,32. Hal ini menunjukan bahwa keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia siswa kelas IV SDN 2 Tukdmungga mengalami peningkatan dan telah mencapai rata-rata di atas KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu penelitian di anggap berhasil dan siklus tidak dilanjutkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan metode pemebelajaran audiolingual berbantuan media wayang dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN 2 Tukadmungga. Hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari siklus I, persentase rata-rata hasil keterampilan berbicara siswa mencapai 71,66%. Bila dikonversikan berdasarkan PAP skala 5, maka hasil belajar yang diperoleh pada siklus I dapat dikriteriakan cukup. Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis data siklus II, diperoleh persentase sebesar 84,32%. Jika dikonvesikan ke PAP, maka angka tersebut masuk dalam kriteria baik, dengan demikian tingkat hasil belajar
siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II menunjukkan peningkatan pada keterampilan berbicara siswa. Secara umum pada pelaksanaan tindakan siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala seperti siklus I. Siswa sudah terbiasa untuk berani mengajukan pendapat yang dimiliki, berani untuk tampil didepan kelas untuk praktik berbicara dan sudah terbiasa menggunakan metode audiolingual. Siswa yang pada awalnyan malu untuk angkat tangan untuk mengajukan pendapatnya dan untuk tampil di depan kelas melalui metode audiolingual dan media wayang siswa menjadi lebih berani berpendapat dan berani untuk tampil di depan kelas untuk praktik berbicara. Hal itu disebabkan karena rasa percaya diri siswa telah tumbuh. Kiranawati (2007) menyebutkan “tinggginya rasa percaya diri siswa akan membuat siswa semakin termotivasi untuk berhasil dalam kegiatan pembelajaran”. Selain itu peningkatan keterampilan berbicara disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, penerapan metode pembelajaran audiolingual berbantuan media wayang dilaksanakan sesuai dengan prosedur sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Kedua, langkah-langkah metode pembelajaran audiolingual ini pembelajaran yang terjadi dengan menumbuhkan kebiasaan siswa untuk berbicara yang baik dan benar dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri untuk berani tampil berbicara di depan orang lain. Hal ini sejalan dengan hukum-hukum empiris mengenai pembelajaran yang mendasari metode audiolingual yang di kemukakan oleh 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Lado (dalam Tarigan, 2009), dua diantaranya, yaitu hukum latihan yang mengemukakan dengan tegas bahwa semakin sering suatu responsi dipraktikkan, semakin baik pula hal itu dipelajari dan semakin lama diingat, serta hukum intensitas yang menyatakan bahwa semakin intensif suatu responsi dipraktikkan, semakin mantap hal itu dipelajari dan semakin pula akan diingat. Ketiga, pemberian reward berupa hadiah dan pujian setelah melakukan praktik berbicara didepan kelas. Pmberian reward memiliki peran dalam meningkatkan aktivitas siswa yang meliputi bertanya, menjawab, dan mengajukan pendapat. Pemberian reward dapat dapat merubah prilaku siswa sesuai dengan harapan. Siswa yang kurang aktif menjadi aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa . Hal ini sejalan dengan teori Skinner (dalam Suwatra, dkk, 2007) yang menyatakan reward dapat memunculkan prilaku sesuai dengan harapan. Keberhasilan penelitian ini di dukung pula oleh penelitian relevan. Penelitian yang dilakukan oleh Doriantari (2014) yang menyatakan penerapan metode audiolingual dengan media wayang dapat meningkatkan kemampuan berbicara bahasa jepang. Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini dikatakan telah berhasil, karena semua indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran audiolingual berbantuan media wayang dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV semester II SDN 2 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. 10
Terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui penerapan motode audiolingual berbantuan media wayang pada siswa kelas IV semester II SDN 2 Tukadmungga tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan peningkatan persentase rata-rata keterampilan berbicara dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, ratarata keterampilan berbicara siswa adalah 18,33 dengan persentase ratarata adalah 71,66% (kriteria cukup). Pada siklus II, rata-rata keterampilan berbicara meningkat menjadi 21,95 dengan persentase rata-rata 84,32% (kriteria baik), dengan demikian tingkat keterampilan berbicara siswa dari hasil siklus I sampai pada hasil siklus II terjadi peningkatan. Berdasarkan simpulan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. (1) Bagi siswa, Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dan lebih berani berbicara mengajukan pendapat dan pertanyaan. Sehingga keterampilan berbicara khususnya mata pelajaran bahasa indonesia dapat meningkat. (2) Bagi Guru, Guru disarankan untuk memahami dan mampu menerapkan metode pembelajaran audiolingual dan memakai media yang menarik sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. (3) Bagi Sekolah, Pengelola di sekolah utamanya bagi kepala sekolah disarankan mampu membina dan mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan metode pembelajaran audiolingual di sekolah dasar sehingga mampu meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. (4) Bagi Peneliti dan Mahasiswa, Peneliti sebagai calon tenaga pendidik disarankan mampu menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran audiolingual dengan baik sehingga mampu meningkatkan keterampilan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 berbicara siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Marlinda, Ni Luh Delvi. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan media Boneka Jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Pada Anak Kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Di TK Ganesha Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP Undiksha Mulyono. 2013. Penggaruh Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Sholat Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta didik di Min Beji. Skripsi (tidak diterbitkan). Program studi pendidikan guru Madrasah Ibtidaiyh Jurusan Tarbiyah Fakultas Islam Universitas Muhamadyah Sidoarjo Pradmadewi, Nyoman. 2012. Strategi Pembelajaran Bahasa. Singaraja: Undiksha press. (Cetakan 1) Suwatra, I W., DKK 2007. Modul Belajar dan Pembelajaran. Singaraj: Undiksha Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Cetakan Pertama. Bandung: Angkasa. -----. 2009. Pengajaran Analisis Konstratif. Bandung: Angkasa
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Dibia, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Singaraja: Universitas pendidikan ganesha Doriantari, I Gusti Ayu. 2014. Penerapan metode audiolingual dengan media wayang untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa jepang siswa kelas X Bahasa dan Budaya SMA 2 Singaraja tahun ajaran 2013/2014. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Bahasa Jepang FBS Undiksha Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakart: Dirjen Dikti Depdikbud Kiranawati. 2011. Teknik Snowball Throwing dalam Pembelajaran Berbicara. http://repository.upi.edu./opeator/u pload/s-ind-0146020-chapter2.pdf. diakses tanggal 23 juni 2016.
11