e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN METODE SIMAK ULANG-UCAP BERBANTUAN MEDIA AUDIO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS II Ni Ketut Windu Ratnasari1, Ni Wayan Arini2, I Nyoman Murda3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio pada siswa kelas II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 2 Penarukan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 2 Penarukan, yang berjumlah 21 orang. Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan berbicara siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keterampilan berbicara pada siswa kelas II di SD Negeri 2 Penarukan. Pada siklus I persentase rata-rata keterampilan berbicara diperoleh sebesar 72,33% dengan kategori baik. Pada siklus II persentase rata-rata keterampilan berbicara diperoleh sebesar 78,81% dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Metode Simak Ulang-Ucap, Media Audio, Keterampilan Berbicara Abstract This study aims to improve the skills of speaking on subjects Indonesian by applying the method of re-consider the said audio media aided in the second grade students in academic year 2015/2016 in SD Negeri 2 Penarukan. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and evaluation, and reflection. The subjects were second grade students in the academic year 2015/2016 in SD Negeri 2 Penarukan, totaling 21 people. The object of this study is to increase students' speaking skills. Collecting data in this study conducted by the method of observation. The data were analyzed with descriptive statistical analysis methods. The results showed that an increase in the percentage of speaking skills in class II, SD Negeri 2 Penarukan. In the first cycle the average percentage of speaking skills gained by 72.33% in both categories. In the second cycle the average percentage of speaking skills gained by 78.81% in both categories. Based on these results it can be concluded that the application of said methods refer to re-aided audio media can improve speaking skills in the subject of Indonesian students in grade II SD Negeri 2 Penarukan District of Buleleng regency of Buleleng in the academic year 2015/2016 Key words: Listen method Re-Said, Media Audio, Speech Skills
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Proses pendidikan pada anak usia SD merupakan hal yang penting, karena pendidikan di SD menjadi dasar untuk pendidikan selanjutnya. Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD. Sesuai dengan lampiran DEPDIKNAS No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, secara jelas menyatakan, Bahwa bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Di SD mata pelajaran Bahasa Indonesia umumnya ditekankan pada penguasaan empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Dibia dkk, (2007:3) menyatakan, menyimak adalah kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif. Berbicara adalah kegiatan berbahasa lisan yang bersifat produktif. Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis. Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Keempat aspek ini memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dari keempat keterampilan berbahasa, yang menjadi fokus utama kajian ini adalah keterampilan berbicara. Pada keterampilan berbicara mendukung semua keterampilanketerampilan yang dimiliki siswa. Berbicara adalah sebuah keterampilan yang memerlukan latihan secara terus menerus. Tanpa dilatih, seorang yang pendiam akan terus-menerus berdiam diri dan tidak akan berani untuk menyuarakan pendapatnya. Pembelajaran keterampilan berbicara pada jenjang SD merupakan tantangan untuk peningkatan kompetensi berbicara mereka. Siswa
diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar keterampilan berbicara untuk menjadi bekal kejenjang yang lebih tinggi atau memiliki keterampilan berbicara unggul. Ros & Roe (dalam Rofi’udin & Zuhdi 1998:19) menyatakan, Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama kegiatan belajar di sekolah, guru menciptakan berbagai pengalaman yang memungkinkan muridmurid mengembangkan kemampuan berbicara. Kegiatan-kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu antara lain, menyajian informasi, berpartisifasi dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur atau menyajikan pertunjukan. Kutipan tersebut menyatakan bahwa keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila murid-murid memperoleh kesempatan untuk mengomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Sebaiknya guru menciptakan berbagai pengalaman yang memungkinkan murid-murid mengembangkan kemampuan berbicara dengan cara menyajikan informasi dan berfartisifasi dalam diskusi. Berbicara tidak diajarkan sebagai suatu pokok bahasan yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan dalam pembelajaran bahasa bersama dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kenyataan tersebut dapat dilihat bahwa dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan berbahasa tertentu dapat dikaitkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Pengaitan keterampilan berbahasa yang dimaksud tidak selalu melibatkan keempat keterampilan berbahasa sekaligus, melainkan dapat hanya menggabungkan dua keterampilan berbahasa saja sepanjang aktivitas berbahasa yang dilakukan bermakna. Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia tidak hanya sekedar memberikan konsep pengetahuan kebahasaan kepada pembelajaran, tetapi lebih dari itu supaya pebelajar memiliki keterampilan berbicara. 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Keterampilan dalam berbicara dilakukan dengan memberikan banyak latihan kepada siswa. Dengan adanya tuntutan tersebut, sangat penting bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang dapat melatih siswa berbicara. Pembelajaran yang dapat melatih siswa berbicara dapat dilaksanakan dengan berbagai metode pembelajaran. Konsekuensi logis dari ketidak tepatan penggunaan metode pembelajaran sering menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton yang akhirnya menimbulkan siswa menjadi pasif. Oleh karena itu untuk menghindari kepatuhan yang terpaksa dari siswa, guru hendaknya cukup cermat dalam memilih dan menggunakan metode dalam pembelajaran. Banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membuat siswa berlatih berbicara, tetapi dalam hal ini dibutuhkan metode pembelajaran yang mengutamakan keterampilan siswa dalam berbicara. Berdasarkan dari hasil mengamati/observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas II. Permasalahan-permasalahan yang ditemui yaitu: (1) secara umum guru menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran masih didominasi guru sebagai sumber utama pengetahuan, (2) kecenderungan siswa hanya menerima materi yang diberikan menyebabkan siswa menjadi pasif. Ini menyebabkan kurangnya interaksi antara siswa dan siswa serta guru dan siswa, (3) kurangnya rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran. Hal ini dapat diamati dari sikap siswa yang masih malu dalam mengomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan permasalahannya, (4) siswa kurang terbiasa untuk tampil di depan kelas saat menceritakan kembali mengenai materi pada aspek keterampilan berbicara. Hasil observasi tersebut sejalan dengan hasil wawancara dengan Ibu Vina Arista Dewi guru kelas II, pada tanggal 09 Desember 2015 di SD Negeri 2 Penarukan, diketahui bahwa: (1) keterampilan berbicara siswa masih rendah ini disebabkan penggunaan metode dan media pembelajaran masih terbatas karena kurangnya pengetahuan guru mengenai
metode-metode pembelajaran serta terbatasnya media pembelajaran yang disediakan oleh sekolah, (2) guru hanya berpegang pada buku guru maupun buku siswa dan metode ceramah pun menjadi yang paling dominan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, (3) saat diberikan pertanyaan hampir semua siswa menunduk karena mereka takut ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, (4) saat jam pelajaran sudah hampir berakhir guru menanyakan apakah sudah mengerti atau belum, siswa cenderung menjawab sudah mengerti agar pembelajaran cepat berakhir. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yaitu pencatatan nilai ulangan akhir semester I siswa kelas II pada mata pelajaran Bahasa Indonesia diperoleh hasil belajar di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah SD Negeri 2 Penarukan. Nilai ratarata ulangan akhir semester I siswa kelas II di SD Negeri 2 Penarukan adalah 68 dengan KKM adalah 73. jumlah siswa kelas II sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 9 orang putra dan 12 orang putri. Siswa yang mendapat nilai di bawah KKM adalah 16 siswa dengan nilai berkisar 50-70, sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 5 siswa dengan nilai berkisar 75-80. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, diperlukan suatu solusi pembelajaran yang sesuai dengan latar belakang siswa agar nantinya memperoleh hasil yang lebih optimal. Sebagai acuannya maka akan dicoba menggunakan metode yang didapat pada perkuliahan Bahasa Indonesia yaitu metode simak ulang-ucap dengan berbantuan media audio agar pembelajaran berlangsung secara efektif, dengan menggunakan media siswa akan lebih berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia metode simak ulang-ucap adalah metode pembelajaran yang digunakan dalam memperkenalkan bunyi bahasa dan cara mengucapkannya. Cara ini dapat di praktikan dikelas rendah dan di kelas tinggi dengan menyesuaikan bahan dengan taraf kemampuan siswanya. Penggunaan metode simak ulang-ucap dalam pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
rasa senang siswa terhadap pelajaran, memfasilitasi siswa dalam belajar, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai keterampilan berbicara yang baik dan benar. Penggunaan metode simak ulang ucap lebih efektif apabila didukung dengan media sebagai alat bantu pembelajaran. Pemilihan media harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik anak didik. Penggunaan alat bantu media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar mengajar seperti yang dikemukakakan Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Media audio merupakan alat bantu yang dikaitkan dengan indra pendengaran. Media ini membantu para siswa agar dapat berfikir dengan baik, menumbuhkan daya ingat serta mempertajam pendengaran. Dalam proses pembelajaran, media tersebut diajarkan ke siswa berupa pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Sehingga proses pembelajaran dapat terprogram dengan baik. Media ini merupakan bentuk pembelajaran yang murah dan terjangkau. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat memberikan pesan yang menarik dan memotivasi siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Simak Ulang-Ucap Berbantuan Media Audio untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas II di Sekolah Dasar Negeri 2 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia setelah menerapkan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio pada siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dipilih PTK, karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran, dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD Negeri 2 Penarukan Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan yang berjumlah 21 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan. Penelitian ini dilakukan dengan pola siklus, mengacu pada teori yang dikemukanakan Arikunto (2008:16). Dalam model PTK ada empat tahapan pada satu siklus penelitian. Tahap yang dilakukan dalam setiap siklus meliputi: (a) perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) observasi/evaluasi, dan (d) refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Metode yang digunakan dalam pengumpulan keterampilan berbicara siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan, yaitu metode observasi. Lembar observasi keterampilan berbicara siswa digunakan untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi. Aspek keterampila berbicara yang diobservasi meliputi aspek kebahasaan dan aspek non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri dari ketepatan ucapan, penempatan tekanan dan pilihan kata, sedangkan aspek non kebahasaan terdiri dari sikap, kelancaran, gerak-gerik dan mimik. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Dalam penerapan teknik analisis 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam menghitung angka rata-rata (mean). Dalam penerapan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam persentase untuk mencari persentase nilai keterampilan berbicara.
elaborasi, guru menugaskan siswa menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait dengan isi cerita dongeng yang telah diputar. Setelah siswa dapat menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar, siswa ditugaskan satu persatu ke depan kelas untuk mengulang isi rekaman cerita yang sudah didengarkan, setelah itu siswa menceritakan kembali cerita dongeng yang telah diputar oleh guru dengan tepat dan lancar. Siswa yang lain mendengarkan pengulangan cerita yang disampaikan oleh temannya. Pada kegiatan pembelajaran inti terkait dengan kegiatan konfirmasi, guru melakukan kegiatan tersebut dengan cara memberikan penguatan positif sesuai dengan hasil penyajian siswa di depan kelas. Guru memberikan perbaikan apabila ada cerita siswa yang perlu diperbaiki dan perlu disempurnakan. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa agar guru mengetahui cakupan materi atau bahan yang belum dikuasai siswa. Selain itu, dalam kegaiatan ini, guru membimbing siswa melakukan refleksi tentang pengalaman belajarnya. Guru memberikan motivasi pada siswa yang masih tertinggal. Pada akhir kegiatan, yaitu kegiatan pembelajaran penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan. Guru memberikan evaluasi/melakukan refleksi tentang hasil dan proses pembelajaran yang telah terjadi, agar guru mengetahui kelemahan dan kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran. Setelah kegiatan evaluasi dan refleksi selesai, guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan bahan belajar untuk pertemuan berikutnya dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. Sesuai dengan rancangan penelitian pada bab III, maka setelah pelaksanaan tindakan dilanjutkan dengan observasi atau evaluasi mengenai keterampilan berbicara siswa pada siklus I. Data keterampilan berbicara siswa diperoleh melalui observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas II di Sekolah Dasar Negeri 2 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016” dengan guru ibu Vina Arista Dewi, M.Pd. Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan-permasalahan yang ada di kelas tersebut. Permasalahan yang ada yaitu belum meningkatnya keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut. Penelitian ini merupakan suatu kolaborasi antara peneliti dengan guru dalam menerapkan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan dengan materi menceritakan dongeng. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus I meliputi: menyusun jadwal penelitian, materi, RPP, lembar observasi sebagai instrumen untuk mengumpulkan data hasil penelitian yang akan dilaksanakan pada siklus I. Sebelum memasuki ruangan kelas untuk memulai pelaksanaan tindakan pada siklus I ini guru menyiapkan segala alat dan perlengkapan yang akan dibawa ke ruang kelas. Sesampainya di kelas, guru melaksanakan pembelajaran pendahuluan dengan cara mengucapkan salam, melakukan absensi, memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi yang sedang diajarkan. Setelah pelaksanaan kegiatan pendahuluan selesai, guru melakukan pembelajaran inti ekplorasi dengan cara menugaskan siswa untuk menyimak cerita dongeng yang diputarkan oleh guru di depan kelas yang berjudul “Kancil Si Pencuri”. Pada kegiatan pembelajaran inti 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan dengan cara menilai kejelasan pengucapan kata-kata dalam proses menceritakan kembali isi cerita yang didengarkan, menilai kejelasan pada pemenggalan kata/jeda, menilai kalimat yang mudah dimengerti, menilai sikap saat membawakan cerita, menilai lancar saat membawakan cerita, serta menilai ekspresi dan gerak yang sesuai dengan kejadian pada cerita dalam proses menceritakan kembali isi cerita yang didengarkan. Dengan melakukan observasi, maka diperoleh data hasil observasi yang dapat dianalisis berdasarkan rancangan analisis data. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, diketahui bahwa jumlah nilai siswa secara klasikal adalah 1519 dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang. Berdasarkan hasil data observasi, data dari 21 orang anak yang diteliti baru 14 anak yang berkembang sesuai indikator. Untuk perhitungan mean, median, modus, persentase ketuntasan belajar dan penyajian data dalam bentuk grafik keterampilan berbicara siswa siklus I disampaikan sebagai berikut. a. Rata-rata (mean) keterampilan berbicara siswa Dalam perhitungan untuk menentukan nilai rata-rata perlu disampaikan cara perhitungan yaitu; Mean (M) =
c. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) setelah diasccending / diurut. Modus merupakan angka yang disyaratkan untuk dipakai patokan untuk mengetahui diantara mana letak kebanyakan kemampuan peserta didik. Angka tersebut adalah angka yang terbanyak muncul dari data yang diperoleh. Angka tersebut adalah 75. d. Persentase Ketuntasan Belajar Untuk menghitung tingkat ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus sabagai berikut.
KB =
n
KKM
N
x 100%
x 100%
= 66,67% e. Berdasarkan penghitungan tersebut, sebesar 66,67% anak yang mengalami peningkatan kemampuan pada siklus ini. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan refleksi untuk mengetahui temuan-temuan, baik berupa keberhasilan maupun kendala atau hambatan. Setelah mengamati dan mencermati pelaksanaan tindakan, dapat dijelaskan bahwa beberapa siswa telah mampu menunjukkan keaktifan dan keterampilan dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan adanya antusias siswa dalam mendengarkan cerita yang diputar serta keberanian siswa ke depan kelas dalam kegiatan simak ulang-ucap isi cerita yang sudah di simak. Siswa yang lain juga aktif dalam mendengarkan cerita yang diputar melalui media tape recorder. Pada akhir kegiatan beberapa siswa telah mampu melakukan kegiatan simak ulang-ucap isi cerita yang sudah di simak. Namun pada pelaksanaan siklus I, belum semua siswa mengalami kemajuan dalam pembelajaran. Beberapa siswa masih belum berani untuk maju ke depan kelas untuk melakukan kegiatan simak ulang-ucap isi cerita yang sudah di simak. Beberapa siswa tampak pasif dan hanya mendengarkan materi yang disampaikan. Hal tersebut menunjukkan
x N
= = b. Median (titik tengah) Hasil yang diperoleh dari suatu perhitungan perlu ditampilkan dalam melakukan analisis, namun yang perlu disampaikan juga adalah cara atau langkah-langkah untuk mendapatkannya. Dalam hal ini perhitungan median (titik tengah) dicari dengan mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Untuk median yang diperoleh dari data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah 75. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bahwa pelaksanaan siklus I belum sepenuhnya berhasil. Belum berhasilnya pelaksanaan siklus I disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan tindakan, yaitu sebagai berikut. a. Metode yang dipakai mengajar masih lebih banyak didominasi oleh guru sehingga interaksi antara guru dan siswa belum terjalin dengan baik sehingga beberapa siswa belum berani menunjukkan keaktifan yang diharapkan dan guru masih banyak mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran. b. Siswa belum dapat beradaptasi dengan penerapan metode pembelajaran yang diterapkan, sehingga beberapa siswa terlihat canggung dalam melaksanakan kegiatan simak ucap dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang malu untuk maju ke depan kelas untuk bercerita, bahkan ada siswa yang menangis pada saat disuruh maju ke depan kelas. c. Beberapa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga kreativitas dan keterampilan siswa kurang tampak. d. Guru belum sepenuhnya memahami minat dan karakteristik siswa dalam mengikuti pembelajaran. Permasalahan tersebut di atas, dijadikan bahan diskusi dan koordinasi dengan guru mata pelajaran untuk menyusun rancangan perbaikan pada siklus selanjutnya. Rancangan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi adalah sebagai berikut. (a) Guru menggunakan metode yang bervariasi dan media yang sesuai. Salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara yaitu simak ulang ucap dan media yang digunakan yaitu media audio. (b) Guru melakukan pendekatan kepada seluruh siswa sehingga siswa lebih berani menunjukkan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan untuk menarik
perhatian siswa yang suka bermain terhadap pembelajaran, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa yang bermainmain ketika proses pembelajaran berlangsung. (c) Menerapkan metode pembelajaran secara lebih sederhana sesuai karakteristik siswa SD. (d) Merancang pembelajaran dengan lebih memahami minat dan karakteristik siswa. Berdasarkan refleksi pada siklus I mengenai keterampilan berbahasa siswa yang belum memenuhi kriteria keberhasilan penelitian, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan penelitian pada siklus II dimulai dengan diskusi dan koordinasi dengan guru mata pelajaran untuk memperbaiki hasil sesuai dengan rancangan tindakan yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Penelitian pada siklus II dilakukan untuk memperbaiki keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa yang masih rendah dengan menerapkan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio. Untuk memperdalam pemahaman tentang metode dan media yang akan diterapkan, guru melakukan pengkajian beberapa literatur yang sesuai dengan permasalahan yang akan diselesaikan. Pada awal pelaksanaan siklus ke II, sebelum memasuki ruangan kelas untuk memulai pelaksanaan tindakan pada siklus II ini peneliti dan guru menyiapkan segala alat dan perlengkapan yang akan dibawa ke ruang kelas. Sesampainya di kelas, guru melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran pendahuluan yaitu: mengucapkan salam, melakukan absensi, memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi yang sedang diajarkan. Setelah kegiatan pendahuluan dilaksanakan, guru melaksanakan pembelajaran inti ekplorasi dengan cara 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menugaskan siswa untuk menyimak cerita dongeng yang diputarkan oleh guru di depan kelas yang berjudul “Anak Penggembala dan Serigala”. Dalam pembelajaran inti elaborasi, guru menugaskan siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku tentang cerita dongeng yang diputarkan oleh guru yang berjudul “Anak Penggembala dan Serigala”. Setelah siswa menyimak cerita dongeng yang diputarkan oleh guru, guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan isi cerita yang di putar. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru terkait dengan isi cerita dongeng yang telah diputar dengan benar dan tepat. Kegiatan tanya jawab ini dilakukan agar siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang kuat terkait materi yang diberikan. Berbekal hasil pemahaman dan pengetahuan yang ada, siswa ditugaskan satu persatu ke depan kelas untuk mengulang isi rekaman cerita yang sudah didengarkan. Dengan penugasan yang diberikan oleh guru, siswa menceritakan kembali cerita dongeng yang telah diputar oleh guru dengan tepat dan lancar di depan kelas. Siswa yang lain mendengarkan dan menyimak pengulangan cerita yang disampaikan oleh temannya. Dalam kegiatan pembelajaran inti konfirmasi, guru memberikan penguatan positif sesuai dengan hasil penyajian siswa di depan kelas. Guru memberikan perbaikan apabila ada cerita siswa yang perlu diperbaiki dan disempurnakan. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dimengerti oleh siswa, serta guru membimbing siswa melakukan refleksi pengalaman belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran ini, guru juga memberikan motivasi kepada siswa yang kurang/belum berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Pada kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan belajar yang telah dilakukan. Setelah menyimpulkan hasil kegiatan belajar, guru memberikan evaluasi/melakukan refleksi tentang hasil dan proses pembelajaran yang telah terjadi. Diakhir pembelajaran, guru mengakhiri kegiatan pembelajaran
dengan menyampaikan bahan belajar untuk pertemuan berikutnya. Setelah melakukan tindakan pada siklus II, dilakukan observasi atau evaluasi mengenai keterampilan berbicara siswa pada siklus II. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan dengan cara menilai kejelasan pengucapan kata-kata dalam proses menceritakan kembali isi cerita yang didengarkan, menilai kejelasan pada pemenggalan kata/jeda, menilai kalimat yang mudah dimengerti, menilai sikap saat membawakan cerita, menilai lancar saat membawakan cerita, serta menilai ekspresi dan gerak yang sesuai dengan kejadian pada cerita dalam proses simak ulang-ucap isi cerita yang didengarkan. Dengan melakukan observasi, maka diperoleh data hasil observasi yang dapat dianalisis berdasarkan rancangan analisis data. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II, diketahui bahwa jumlah nilai siswa secara klasikal adalah 1655 dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penilaian keterampilan berbicara siswa kelas II dapat dijelaskan dari 21 orang siswa yang diteliti, hanya 3 orang yang masih di bawah KKM, sedangkan 18 orang siswa sudah mampu mencapai nilai batas KKM ke atas. Gambaran yang bisa disampaikan adalah bahwa sebagian besar siswa senang dan antusias dengan cara pembelajaran yang dilakukan guru, cara tersebut telah mampu menjadikan siswa aktif, dan dapat melatih keterampilan berbicara siswa. Untuk perhitungan mean, median, modus, persentase ketuntasan belajar dan penyajian data dalam bentuk grafik keterampilan berbicara siswa siklus I disampaikan sebagai berikut:
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
a. Rata-rata (mean) Dalam penghitungan untuk menentukan nilai rata-rata perlu disampaikan cara perhitungan yaitu; Mean (M) =
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi tersebut sangat mendukung kelancaran proses pembelajaran. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, baik secara fisik maupun mental. Siswa dapat menyimak dengan baik hal-hal yang disampaikan oleh guru. Siswa dapat mengajukan pendapat secara aktif dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Kerjasama antara siswa satu dengan siswa yang lain terjalin dengan baik. Pembelajaran berlangsung secara aktif dengan partisipasi sebagian besar siswa. Pada pelaksanaan siklus II ini, siswa menunjukkan antusias yang tinggi terhadap proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan mengikuti secara sungguh-sungguh setiap kegiatan pembelajaran. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam memperoleh pengetahuan dengan ide-ide yang dimiliki. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan, sudah mampu meningkatkan aktivitas siswa dan mengasah keterampilan berbicara anak. Metode simak ulang-ucap berbantuan media audio dapat diterapkan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data yang menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berbicara siswa setelah dilakukan penerapan metode simak ulangucap berbantuan media audio. Penerapan dilakukan dengan lebih sederhana sesuai dengan karakteristik siswa SD dan sesuai dengan langkah-langkah penerapan yang telah ditetapkan. Setelah pelaksanaan tindakan, keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan. Terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Interaksi tersebut sangat mendukung kelancaran proses pembelajaran. Siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran, baik secara fisik maupun mental. Kegiatan siswa secara fisik ditunjukkan dengan melakukan pengamatan dan bekerjasama dalam proses pembelajaran. Keterlibatan secara mental ditunjukkan siswa dengan keberanian menjawab pertanyaan dan berani maju ke depan kelas untuk
x N
= = b. Median (titik tengah) Untuk mencari median, langkahlangkah yang dilakukan adalah mengurutkan data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang di tengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Median yang diperoleh dari data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah 80. c. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) Perhitungan untuk menentukan modus tidak sulit karena modus hanyalah angka yang terbanyak yang ada dari deretan angka yang diperoleh dari hasil penelitian. Angka tersebut adalah 75 dan 80. d. Persentase Ketuntasan Belajar Untuk menghitung tingkat ketuntasan belajar secara klasikal dapat menggunakan rumus sabagai berikut.
KB =
n
KKM
N
x 100%
x 100%
= 85,71% Berdasarkan perhitungan tersebut, sebesar 85,71% anak yang mengalami peningkatan kemampuan pada siklus ini. Selama pelaksanaan siklus II terdapat temuan-temuan yang dijadikan acuan untuk melakukan refleksi akhir dengan tujuan untuk memperoleh gambaran umum hasil pelaksanaan tindakan. Temuan yang dapat dijabarkan adalah terjadi interaksi yang baik 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
melakukan kegiatan simak ulang-ucap isi cerita yang sudah didengar. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006) tentang keaktifan belajar yang menyangkut keterlibatan siswa secara langsung baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan siswa secara fisik dan mental menyebabkan pembelajaran berlangsung secara aktif dengan partisipasi sebagian besar siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa menunjukkan antusias yang tinggi. Antusiasme siswa ditunjukkan dengan mengikuti secara sungguh-sungguh setiap kegiatan pembelajaran. Siswa aktif melakukan kegiatan dalam memperoleh pengetahuan dengan ide-ide yang dimilki. Dengan kegiatan menyimak, siswa dapat mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya terkait dengan materi yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Garminah (2009:16) yang menyatakan bahwa “pada saat menyimak seorang penyimak bukan hanya menerima pesan dari pembicara, melainkan juga menerima kesan, yakni: cara membicara untuk menyampaikan pesan”. Dengan penerapan metode simak ulang-ucap dalam pembelajaran Bahasa Indonesia guru dapat memperkenalkan bunyi bahasa dan cara mengucapkannya. Penggunaan metode simak ulang-ucap dalam pembelajaran mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, memfasilitasi siswa dalam belajar, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga siswa mencapai keterampilan berbicara yang baik dan benar serta dapat meningkatkan hasil belajarnya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2012) menyatakan bahwa, dengan menggunakan metode simak ulang-ucap berbantuan media tipe recorder membuat siswa lebih aktif dalam berkomunikasi terutama pada saat melakukan kegiatan ulang-ucap, selain itu dalam penerapan metode simak ulangucap berbantuan media tipe recorder siswa lebih berani dalam berbicara dan menyampaikan pendapat. Dengan
demikian situasi kelas menjadi aktif pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru, guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing siswa dalam proses pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam penelitian terbukti bahwa, dengan penerapan metode simak ulang-ucap berbantuan media tipe recorder, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Metode simak ulang ucap merupakan salah satu pembelajaran bahasa yang di dalam kegiatan pembelajarannya mengaktifkan siswa melalui kegiatan menyimak dan mengucapkan kembali apa yang telah disimaknya. Menyimak materi dari ucapan guru, media audio, atau ucapan teman berarti mengaktifkan siswa dari sisi pendengaran, penghayatan, dan ingatan. Media audio yang digunakan dalam penelitian ini membantu para siswa berpikir dengan baik, menumbuhkan daya ingat, serta mempertajam pendengaran melalui aktivitas atau kegiatan menyimak dan mengucapkan kembali. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi (2013) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian yang dilakukan disebabkan oleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, siswa melihat tayangan audio-visual kemudian siswa memberikan komentar atau menjelaskan secara rinci apa yang dilihatnya dengan menggunakan bahasa yang logis dan komunikatif sesuai dengan kriteria keterampilan berbicara. Peran guru hanya mengamati siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk memberikan penilaian. Dengan kegiatan yang dilakukan tersebut, dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Metode simak-ulang ucap dalam penelitian ini digunakan dalam melatih kemampuan berbicara siswa melafalkan dengan tepat unit-unit bahasa mulai dari unit terkecil sampai unit terbesar misalnya fonem, kata, kelompok kata, kalimat, dan paragraf atau cerita pendek. Metode ucapan yang diperdengarkan dan ditiru oleh siswa dipersiapkan secara cermat oleh
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
guru. Bila memungkinkan guru dapat merekam model itu dalam pita rekaman. Menurut Tarigan (1997:54) Adapun langkah-langkah pembelajaran metode simak ulang ucap dalam kelas adalah sebagai berikut,(1) sebelum pembelajaran dilaksanakan guru menjelaskan terlebih dahulu ringkasan materi yang akan dipelajari dan mengajukan pertanyan sekitar 10-15 menit, (2) guru mempersiapkan media dan materi yang akan disampaikan kepada siswa, (3) guru memutarkan rekaman yang telah ada pada tape recorder siswa mendengarkan cerita yang diputarkan, (4) guru menugaskan siswa maju ke depan kelas satu persatu mengulang rekaman suara yang telah ada pada tape recorder, (5) masing-masing siswa menjawab soal yang telah diberikan setelah menyimak cerita yang diputarkan tadi, (6) guru mengumpulkan lembar jawaban siswa (7) tugas dikoreksi, dikomentari, dinilai dan dikembalikan pada pertemuan berikutnnya (8) hasil yang didapat dikoreksi dan dibuatkan daftar kemajuan secara individu. Penggunaan metode simak ulang ucap ternyata lebih efektif apabila didukung dengan media sebagai alat bantu pembelajaran, khususnya media audio. Penggunaan alat bantu berupa media audio dalam pembelajaran mampu membantu proses belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang dikemukakan Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) bahwa pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Widiastuti (2014) yang menyatakan bahwa melalui model pembelajaran auditory intellectualy repetition (AIR) berbantuan tape recorder pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, pengetahuan yang didapat siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena di dalam proses pembelajarannya model pembelajaran auditory intellectualy repetition (AIR) yang terdiri dari auditory merupakan proses belajar dengan mendengar, menyimak,
membaca, berbicara dan berargumentasi. Intellectualy merupakan proses belajar dengan menggali, melatih, mengidentifikasi masalah, dan repetition merupakan proses belajar berupa pengulangan mengenai materi yang belum dipahami dengan cara pemberian tugas atau kuis. Tape recorder sebagai alat bantu dalam pembelajaran dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, pembelajaran lebih menarik perhatian siswa yang dapat menumbuhkan motivasi belajar, bila ada materi yang belum dipahami bisa diputarkan lagi, serta materi pembelajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran simak ulang-ucap berbantuan media audio dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 2 Penarukan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat diketahui dari peningkatan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase keterampilan berbicara siswa kelas II pada siklus I mencapai 66,67% dengan kriteria cukup. Pada siklus II, ratarata persentase keterampilan berbicara siswa kelas II meningkat hingga mencapai sebesar 85,71% dengan kriteria sangat baik. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 66,67%, pada siklus II sebesar 85,71% sehingga diketahui ketuntasan belajar pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 19,04%. Peneliti perlu menyampaikan saran kepada berbagai pihak atau stakeholder pendidikan baik bagi sekolah, kepala sekolah, guru, maupun yang lain yang merupakan bagian dari pihak yang bertanggungjawab terhadap pendidikan. Saran utamanya dideskripsikan berdasarkan hasil penelitian yang sudah diperoleh dan perlu ditingkatkan. Sesuai data hasil penelitian, dalam upaya 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mencapai tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. Guru kelas rendah diharapkan agar menerapkan metode simak ulang-ucap berbantuan media audio sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Siswa diharapkan agar tetap mempertahankan cara belajar dengan terlibat secara aktif dan melatih keterampilan berbicara. Peneliti lain, walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari metode simak ulang-ucap berbantuan media audio untuk meningkatkan keterampilan berbicara, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan. Oleh karenanya, disarankan kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagianbagian yang tidak sempat diteliti.
Larasati, Pande Komang Diah. 2012. “Penerapan Metode Simak UlangUcap Berbantuan Media Tape Record Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas III Semester II Sekolah Dasar Negeri 2 Nongan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Undiksha Sinagaraja. Rofi’uddin, Ahmad & Zuhdi, Darmiyanti. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Depdikbud Tarigan, Henry Guntur 1997. Menyimak Suatu Keterampilan Berbahasa. Jakakarta: PT. Gramedia Utama Widiastuti, Yuni A.A. Pt. 2014. Pengaruh Model Auditory Intellectualy Repetition Berbantuan Tape Recorder Terhadap Keterampilan Berbicara Tersedia pada(http://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/In dex.Php/JJPGSD/Article/View/2223). Diakses pada 02 Maret 2016
DAFTAR PUSTAKA Adi, I Kadek Dian. 2013. “Implementasi Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Gaya Belajar Vak (Visual Auditorial dan Kinestetik) untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Berbantuan Media Film kelas VB Semester I SD No 2 Banyuasri”. Tersedia pada (http://ejournal undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/arti cle/view/1443/1304). Diakses pada 02 Maret 2016 Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafilindo Persada Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Depdiknas Dibia, K. dkk. 2007. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Singaraja: Undiksha. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Garminah, Ni Nyoman. 2009. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. 12