e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN CERITA RAKYAT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS IV SD Made Ayu Mirantini1, I Kt. Dibia2, Ni Nym. Kusmariyatni2 123
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected]¹,
[email protected]²,
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara setelah diterapkan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD N 1 Penyabangan Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Pelaksanaan tindakan tiap siklus adalah tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD Negeri 1 Penyabangan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menujukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keterampilan berbicara pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Penyabangan. Pada siklus I, keterampilan berbicara adalah 67,32%. Persentase keterampilan berbicara yang diperoleh di siklus I berada pada kategori kurang. Pada siklus II adalah 83,48%. Persentase keterampilan berbicara yang diperoleh di siklus II berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekata saintifik berbantuan cerita rakyat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV tahun pelajaran 2014/2015 di SD Negeri 1 Penyabangan, Kecamatan Gerokgak. Kata-kata kunci: saintifik, cerita rakyat, keterampilan berbicara
Abstract The aim of this research is to know the improvisation of speaking skill after being applied by scientific approach to 4th grade students in SD Negeri 1 Penyabangan, Gerokgak district, Buleleng regency in academic year 2014/2015. Kind of this research is classroom action research which was held into two cycles. Each cycle devided into three steps namely; planning, implementation, obsrrvation,evaluation, and reflection. The implemntation of this researh was held in three times. The subject of this research is 4th grade elementary students in Sdn 1 penyabangan in academic year 2014 2015 which is contained of 30 students. The object of this research is speaking skill. The method of data collection in this research was conducted by using onservation method. The data was analyzed by using descriptive analysis statistics. The result of this research showed there was a significant of improvement in precentage of speaking skill in 4grade students in SD N 1 penyabangan. In the first cycle, speaking skill in fist meeting was gathered result of precentage about scored about 83,48%. The precentage of speaking skill in the second cycle was catagoryzed as good catagory. Based on the result of the data collection above, it could be concluded that the integration of scientific approach by using fairytail can improve
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 speaking skill of 4th grade students in SD N 1 penyabangan, gerokgak diatrict in academic year 2014/2015 Keywords: scientific, fairytail, speaking skill.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masayrakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikan. Hamalik (2008:3), menyatakan bahwa: Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungi dalam kehidupan masyarakat. Pengajaran bertugas mengarahkan proses ini agar sasaran dan peubahan itu dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk, 2000) mengungkapkan pengertian belajar sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif yang menghasilkan perubahan dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran yang kompleks dengan mengutamakan aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Tarigan, 1987:2). Semua aspek tersebut saling berkaitan satu sama lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari keempat keterampilan berbahasa sangatlah diperlukan agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar. Keterampilan berbicara adalah salah satu aspek berbahasa yang sangat penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif dan berbudaya. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Berbicara merupakan salah satu kegiatan yang paling banyak dilakukan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kamus linguistik (Kridalaksana, 1982)
berbicara (wicara) diartikan sebagai perbuatan menghasilkan bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah satu keterampilan dasar dalam berbahasa. Berdasarkan definisi kamus, berbicara atau wicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif lisan. Berbahasa dikatakan produktif lisan karena dalam kegiatan ini orang yang berbicara (pewicara) dituntut dapat menghasilakan paparan secara lisan yang merupakan cermin dari gagasan, perasaan dan pikirannya (Tarigan, 1987). Dalam melakukan proses pembelajaran guru dapat memilih pendekatan pembelajaran. Pemilihan suatu pendekatan perlu memperhatikan beberapa hal seperti yang disampaikan pada tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia, jumlah siswa, mata pelajaran, fasilitas dan kondisi siswa dalam pembelajaran serta hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran (Suryabrata, 1993). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan berbicara di SD saat ini masih menggunakan sistem penyampaian secara klasikal, yaitu sistem yang bertumpu pada aktivitas guru. Pada umumnya guru cenderung berceramah dalam mengajar karena lebih mudah dilakukan dan tidak banyak memerlukan suatu media. Keberanian dalam menyampaikan pendapat, bertanya maupun menjawab pertanyaan masih rendah dan mereka cepat bosan dalam belajar. Hal ini berdampak pada aspek rendahnya keterampilan berbicara siswa kelas IV pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Faktanya dapat dilihat dari hasil obeservasi awal menunjukkan keterampilan berbicara siswa tergolong masih rendah dibandingkan dengan kriteria minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 11 dari 31 orang siswa mendapat nilai sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dari observasi yang telah dilakukan di SD Negeri 1 Penyabangan ditemukan sebagian besar siswa kelas IV hasil belajar bahasa Indonesia khususnya pada
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 keterampilan berbicara masih di bawah KKM yaitu 65. Seluruh siswa yang berjumlah 31, siswa yang tergolong tuntas 11 orang siswa (25%) dan siswa yang belum tuntas berjumlah 20 orang siswa (75%) dan keterampilan berbicara siswa masih cukup rendah. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya keberanian dalam menyampaikan pendapat, bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara. Salah satu pendekatan yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah pendekatan saintifik. Kurniasih dan Berlin (2014:29), menyatakan bahwa: Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Sesuai dengan uraian di atas, dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Pendekatan Saintifik Berbantuan Cerita Rakyat Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara setelah diterapkan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015
jumlah siswa perempuan adalah 15 orang. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan keterampilan berbicara siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan dengan memberikan pembahasan materi dan penilaian keterampilan berbicara pada setiap pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahapantahapan yang direncanakan yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Waktu penelitian siklus I pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 15 April 2015, dan pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 21 April 2015. Selanjutnya, siklus II pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 22 April 2015, pertemuan II dilaksanakan pada tanggal 28 April 2015, dan pertemuan III dilaksanakan pada tanggal 29 April 2015. Alur penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan terdiri dari tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap obsewrvasi, dan tahap refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus. Dua siklus tersebut dapat digambarkan dalam model seperti gambar berikut.
METODE Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 1 Penyabangan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 orang. Dari jumlah tersebut, jumlah siswa laki-laki 21 orang dan
Tahapan tindakan siklus dipaparkan sebagai berikut. Perencanaan, beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan adalah (1) penyamaan persepsi dengan guru Bahasa Indonesia kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan mengenai penerapan pendekatan saintifik
Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & Tanggart (Dalam Agung 2005:91)
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 berbantuan cerita rakyat, (2) menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk setiap pembelajaran (4) menyiapakn instrumen penelitian yang terdiri dari rubrik penilaian, (5) mempersiapkan salah satu contoh cerita rakyat. Tindakan, pada tahap tindakan dilaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan menerapakan pendekatan saintifik. Observasi, pada tahap observasi, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengamati segala kendala-kendala yang dialami dalam penerapan pendekatan saintifik. Pada setiap pertemuan dilakukan penilaian keterampilan berbicara. Refleksi, refleksi adalah kegiatan sangat penting untuk dilaksanakan. Tahap ini bertujuan untuk merenungkan dan mengkaji hasil tindakan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan mengenai keterampilan berbicara siswa. Berdasarkan hasil refleksi, dipilih alternatif tindakan baru yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode yang digunakan adalah metode observasi. Berdasarkan metode tersebut, maka instrument penelitian
ini adalah lembar observasi keterampilan berbicara. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif kualitatif dan kuantitatif, yakni suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyususn sistematis dalam bentuk angkaangka atau presentase mengenai suatu objek yang diteliti. Analisis data dilakukan dengan mengolah data yang terkumpul. Data ini dianalisis menggunakan analisis deskriptif kunatitatif adalah suatu cara mengolah data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan/atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2010:8). Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengkonversikan presentase hasil observasi secara keseluruhan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 yang menunjukan kategori kemampuan siswa dan mengkonversiskan indeks peningkatan ratarata persentase hasil observasi kedalam kategori indeks peningkatan rata-rata persentase hasil observasi. Hasil analisis prsentase tingkat hasil belajar siswa yang diperoleh selanjutnya dikonversikan pedoman penilain untuk keterampilan berbicara di SD N 1 Penyabangan pada kriteria sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel Konversi Nilai untuk Keterampilan Berbicara No Rentangan Nilai Kategori Keterangan 1
85-100
Sangat baik
Sangat tuntas
2
75-84
Baik
Tuntas
3
65-74
Cukup
Cukup tuntas
4
55-64
Kurang
Kurang tuntas
5
0-54
Sangat kurang
Tidak tuntas
Sumber: dimodifikasi dari A.A.Agung (2005) Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% jumlah siswa telah berada pada kategori “baik” (70-84) dan telah mencapai kriteria ketuntasan menimal (KKM) 65 penelitian ini dapat dihentikan. dikonversikan pada pedoman PAP skala 5, persentase tersebut berada pada tingkat penguasaan 55-64 kriteria kurang. Setelah
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data penelitian tindakan kelas pada siklus I, keterampilan berbicara siswa sebesar 59.19. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II, terjadi peningkatan persentase rata-rata keterampilan berbicara menjadi 75.83.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Setelah dikonversikan pada pedoman PAP skala 5, nilai tersebut berada pada tingkat penguasaan 75-84. Tingkat penguasaan tersebut menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa berada pada kriteria baik. Ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sebesar 16.64% dari siklus I ke siklus II. Siklus I pertemuan ke I pada pertemuan ini, Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, siswa diberikan salah satu cerita rakyat yang berkaitan dengan materi pelajaran. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan, materi pokok dan langkah pembelajaran yang ingin dicapai. Pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti, kegiatan ini dimulai dengan membaca buku. Setelah mereka membaca buku mereka mereka diminta untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang pantun. Pembelajaran dilanjutkan dengan tahap diskusi kelompok. Pada tahap ini siswa secara individu menjelaskan tentang pantun. Dengan berdiskusi kelompok, siswa dapat mengumpulkan informasi tentang pengertian pantun. Disamping itu juga mereka mempresentasikannya hasil diskusinya kedepan kelas. Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani maju kedepan kelas. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk menyakan hal-hal yang kurang jelas, siswa diberi kata-kata pujian atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar, siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas selama pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa serta menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Guru mengucapkan salam penutup kepada seluruh siswa untuk mengakhiri pembelajaran.
proses pembelajaran pada siklus I pertemuan ke II pembelajaran dimulai dengan melakukan kegiatan pendahuluan guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, salah satu siswa ditugaskan kedepan kelas untuk mencereitakan cerita yang telah diceritakan kemarin oleh gurunya untuk mengingat kembali pembelajarn yang kemarin dan untuk pembelajaran selanjutnya. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti. Kegiatan ini dimulai dengan membaca buku. Setelah mereka membaca buku, pada kegiatan selanjutnya juga dilanjutkan dengan tahap diskusi kelompok. Setiap kelompok membuat pantun sesua dengan langkahlangkah pembutannya. Dari kegiatan diskusi kelompok ada beberapa kelompok yang tidak serius dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh gurunya. Setelah berdiskusi mereka menyampaikan hasil yang telah mereka peroleh pada saat berdiskusi kedepan kelas. Perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi. Guru langsung menanggapi hasil diskusi masingmasing kelompok serta memberi penghargaan dengan cara memberikan tepuk tangan. Kemudian guru membandingkan hasil diskusi masingmasing kelompok. Pada saat konfirmasi, guru menanggapi hasil diskusi yang disampaikan siswa mengenai materi yang belum dipahami. Siswa diberikan umpan balik, penguatan, dan motivasi agar lebih bersemangat. Setelah itu, guru melakukan refleksi namun tidak melibatkan siswa. Kegiatan penutup yang dilaksanakan meliputi membimbing siswa membuat simpulan dan menentukan cara penyelesaian terbaik dari permasalahan yang ada. Tahap tindak lanjut yaitu siswa deminta untuk berlatih berbicara dengan membacakan contoh pantun anak dengan intonasi yang benar. Selanjutnya guru menyampaikan materi pembelajaran untuk
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pertemuan berikutnya dan mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pertemuan III pada pertemuan ini, Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, siswa diberikan salah satu cerita rakyat yang berkaitan dengan materi pelajaran. Guru juga memberikan pertanyaan tentang cerita tersebut seperti ”Dari cerita tadi menurut kalian, ia menunjukkan sikap baik atau buruk?”. Siswa menjawab dengan berbagai jawaban. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti, kegiatan ini dimulai dengan membaca buku. Setelah mereka membaca buku mereka mengetahui cara menyampaikan pesan melalui telepon dengan benar dan cara berbicara yang santun, seperti di cerita rakyat yang tadi diceritakan oleh gurunya. Beberapa siswa yang maju kedepan kelas untuk bermaian peran tentang bagaimana cara menyampaikan pesan melalui telepon dengan benar dan teman-teman yang lain mengamati temannya yang sedang bermain peran didepan kelas agar nantinya ia bisa menyampaikan seperti teman yang sudah maju kedepan kelas. Pada kegiatan selanjutnya siswa berdiskusi dengan kelompok yang telah mereka pilih sendiri. Mereka mendiskusikan tentang cara menyampaikan pesan melalui telepon dengan baik dan benar. Dari diskusi tersebut beberapa siswa ditunjuk untuk maju kedepan kelas, setiap siswa yang maju kedepan kelas guru memberikan penghargaan berupa gambar bintang. Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani maju kedepan kelas untuk menyampaikan pesan tersebut. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk menyakan hal-hal yang kurang jelas, siswa diberi kata-kata pujian atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar, siswa dengan bimbingan guru
melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas selama pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa serta menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Guru mengucapkan salam penutup kepada seluruh siswa untuk mengakhiri pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan setiap kali pembelajaran berlangsung, yaitu pada pertemuan pertama, siswa terlihat masih bingung dengan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru. Selain itu dalam kegiatan pembelajaran ini siswa masih rendah untuk berbicara kedepan kelas. Hal ini didasarkan pada pembelajaran yang sebelumnya hanya berpusat pada guru, dan metode yang digunakan hanya ceramah. Kemampuan siswa dalam berbicara masih kurang. Siklus II pertemuan I pada pertemuan ini, Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, siswa ditugaskan untuk bercerita kedepan kelas menceritakan cerita yang telah diceritakan minggu lalu oleh gurunya. Pada kegiatan apersepsi ini untuk mengingat kembali pembelajaran minggu lalu. Pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan inti, kegiatan ini dimulai dengan membaca buku. Setelah mereka membaca buku mereka mengetahui cara menyampaikan pesan melalui telepon dengan benar dan mencatat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam cara menerima telepon. Pada kegiatan selanjutnya siswa kembali ke kelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan tugas yang telah diberikan oleh gurunya. Mereka mendiskusikan tentang cara menyampaikan pesan melalui telepon dengan baik dan benar dan mecatat hal-hal yang perlu
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 diperhatikan pada saat menelpon. Dengan berdiskusi tersebut mereka menyimpulkan informasi tentang cara menyampaikan pesan melalui telepon dan mempresentasikan apa yang telah mereka tulis tantang cara mencatat pesan yang diterima lawata telepon. Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah berani maju kedepan kelas untuk menyampaikan pesan tersebut. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk menyakan hal-hal yang kurang jelas, siswa diberi kata-kata pujian atas keaktifan dan kesungguhan mengikuti proses belajar mengajar, siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan penutup yang dilaksanakan meliputi membimbing siswa, membuat simpulan dan menenttukan cara tebaik dari permasalahan yang ada. Tahap tindak lanjut yaitu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Pertemuan II pada pertemuan ini, Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, guru memberikan pertanyaan kepada siswa seperti, ”apakah kalian pernah membaca buku diperpustakaan?” dari jawaban siswa sanagat beragam. Siswa sangat antusias dalam menajwab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya.salah satu siswa ditunjuk untuk maju kedepan kelas untuk bercerita buku apa saja yang pernah mereka baca diperpustakaan. Pada kegiatan apersepsi ini untuk mengasah berfikir siswa sebelum memulai pembelajaran. Selajutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, pada kegiatan ini siswa membaca cerita yang telah diberikan oleh gurunya dan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. stelah membaca guru membagi kelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh gurunya yaitu menemukan kalimat utama dalam paragraf. Setelah mereka selesai
mengerjakan perwakilan kelompok maju kedepan kelas untuk mempresntasikan hasil diskusi didepan kelas. Siswa diminta untuk membaca kembali cerita rakyat yang diberikan guru. Guru mencontohkan cara bercerita dengan intonasi dan lafal yang mudah dipahami oleh siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk menyimak cerita guru sambil melihat bacaan yang telah diberikan oleh guru. Selanjutnya, mereka diminta untuk menceritakan kembali cerita Asal Mula Bukit Catu tersebut di depan kelas dengan menggunakan kata-kata sendiri selanjutnya guru memberikan penilaian Performance kepada siswa. Pada saat siswa bercerita di depan kelas, mereka sudah berani untuk bercerita menggunakan kata-kata sendiri. Siswa yang mau maju ke depan kelas untuk bercerita diberikan penghargaan berupa gambar bintang. Pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusinya guru langsung menanggapi apa yang telah disampaikan oleh perwakilan kelompoknya dan guru menyakan kembali tentang materi yang belum dipahami. Siswa diberikan umpan balik, penguatan dan motivasi agar lebih bersemangat. Setelah itu, guru melakukan refleksi. Pada kegiatan penutup, guru memberikan kesimpulan mengenai materi yang telah dibahas selama pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan pekerjaan rumah (PR) serta menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Guru mengucapkan salam penutup kepada seluruh siswa untuk mengakhiri pembelajaran. Pertemuan ke III dilaksanakan pada hari rabu 29 April 2015. Pada pertemuan ini, Pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan yaitu guru mengucapkan salam kepada siswa saat memasuki kelas. Guru mengkoordinasikan kelas yakni mengecek kehadiran siswa. Selanjutnya guru menyiapkan siswa belajar dan melakukan apersepsi sebelum memulai pembelajaran. Pada saat apersepsi, guru memberikan pertanyaan kepada siswa seperti, ”apakah kalian pernah membaca buku cerita?” dari jawaban siswa sanagat beragam. Siswa sangat antusias dalam menajwab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya. Pada kegiatan apersepsi ini untuk mengasah berfikir siswa sebelum memulai
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 pembelajaran. Selajutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Pada kegiatan inti, siswa diminta untuk membaca cerita rakyat yang diberikan guru. Dan mencari kata-kata yang tidak mengerti didalam kamus. Seteleh mereka menemukan kalimat utama dan mencari kata-kata yang tidak dimengerti di dalam kamus mereka menulisnya di buku tulis dan melaporakan hasilnya kedepan kelas. Selanjutnya guru mencontohkan cara bercerita dengan intonasi dan lafal yang mudah dipahami oleh siswa. Setelah itu, siswa diminta untuk menyimak cerita guru sambil melihat bacaan yang telah diberikan oleh guru. Mereka diminta untuk menceritakan kembali cerita Tangkuban Perahu di depan kelas dengan menggunakan kata-kata sendiri selanjutnya guru memberikan penilaian Performance kepada siswa. Pada saat siswa bercerita di depan kelas, mereka sudah berani untuk bercerita menggunakan kata-kata sendiri. Dalam pengambilan nilai ini siswa sudah menunjukkan keterampilan berbicara dan keberaniannya sudah baaik dari pertemuan yang sebelumnya. Guru menanggapi cerita yang telah disampaikan dengan menggunakan kata-kata sendiri dan memberikan penguatan, motivasi agar lebih bersemangat dan juga guru menyakan halhal yang belum dimengerti.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa memberikan simpulan bersama-sama terhadap materi yang telah dibasah selama kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru juga melakukan refleksi terhadap dirinya sendiri selama melakukan pembelajaran. Akhir pembelajaran, guru memberikan pesan untuk selalu belajar di rumah dengan baik dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru mengucapkan salam penutup kepada seluruh siswa untuk mengakhiri pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan setiap kali pembelajaran berlangsung pada siklus II, yaitu siswa sudah berani berbicara kedepan kelas. Banyak siswa yang sudah berani untuk berbicara ke depan kelas. Dalam kegiatan diskusi kelompok mereka juga menunjukkan sikap yang antusias, karena media pembelajaran yang disediakan bervariasi sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu juga dalam kegiatan berbicara, siswa sudah dapat berbicara lancar tetapi ada beberapa siswa yang masih kurang dalam berbicara tersebut. Dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dengan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat maka keterampilan berbicara di SD Negeri 1 Penyabangan, Kecamatan Gerokgak dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Analisis Keterampilan Berbicara Siklus I dan Siklus II
Tahapan Siklus I Siklus II
Nilai rata kelas 59.19 75.83
Katagori Kurang Baik
Perbaikan serta penyempurnaan yang dilakukan pada siklus II ini mampu meningkatkan rata-rata keterampilan berbicara siswa. Keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal hanya 59.19 telah meningkat pada siklus II menjadi 75.83. Sebagai bukti, hasil keterampilan berbicara siswa jika dilihat dari tiap pertemuan siklus II terus meningkat dan sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan. Dengan demikian, siklus dihentikan sampai siklus II.
Persentase ketuntasan 16.12% 83.87%
Kategori Kurang Baik
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penilitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dengan menerapkan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dalam pembelajaran siswa diberikan cerita rakyat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sehingga di dalam pembelajaran siswa dapat mengasah keterampilan berbicaranya. Cerita rakyat ini digunakan dalam apersepsi dan nantinya
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 dihubungkan ke pembalajaran yang akan dibahas. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik ini bertjuan agar siswa lebih aktif tidak lagi guru yang berceramah didepan kelas. Pada pelaskanaan siklus I kemampuan berbicara siswa berada pada ketegori “Cukup” ini dikarenakan siswa tidak terbiasa untuk berbicara didepan kelas, biasanya guru yang lebih banyak berbicara didepan. Sedangkan pada siklus II kemampuan berbicara siswa berada pada kategori “Baik”. Siswa juga diberi kesempatan untuk menemukan sendiri pemecahan atas masalah yang diberikan oleh guru, sehingga siswa tidak memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari hasil mengingat, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya. Pada kegiatan diskusi kelompok pada dasarnya siswa harus belajar bekerjasama dalam kelompokm masing-masing. Hasil belajar diperoleh dari kerjamasa atau bertukar pendapat dengan pihak lain seperti teman sekelompoknya. Bertukar pendapat ini terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi. Dalam tahap diskusi kelompok selama penelitian, siswa sudah menunjukkan kerjasamanya. Selain itu juga siswa sangat senang dalam pembelajaran ini karena media yang disediakan konkret. Media ini sering digunakan dalam kehidupan seharihari, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap dan interaksinya bersifat banyak arah. Hubugan komunikasi akan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi. Sesuai penelitian yang dilakukan dalam 2 siklus, menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar siswa secara klasikal pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 59.19 “Kurang Tuntas”. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa sebesar 75.83 dengan keterangan “Tuntas”. Keberhasilan penerapan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa di SD Negeri 1 Penyabangan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, ketertarikan siswa untuk
belajar tergantung pada langkah guru memberikan penguatan dalam pembelajaran. Siswa menjadi antusias setelah diberikan penguatan yang positif oleh guru. Hal ini mendorong timbulnya peningkatan kepercayaan diri dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga keterampilan berbicara meningkat. Singkatnya, pemberian penguatan meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Pendapat ini didukung oleh pendapat Sadiman (1992:27) yang menyatakan “motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu” Dengan kata lain, motivasi atau penguatan yang diberikan kepada siswa yakni dengan memberikan pujian, hadiah, tanda penghargaan, dan pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa. Dengan demikian, motivasi atau penguatan dapat digunakan untuk memotivasi siswa berbicara di depan kelas. Kedua, sumber belajar tidak harus guru, namun siswa juga dapat menjadi sumber belajar bagi siswa yang lainnya. Cara belajar yang menggunakan teman sebaya untuk membantu dalam proses pembelajaran sering disebut sebagai Tutor Sebaya. Menurut Djamarah (2006:25) menyatakan bahwa tutor sebaya adalah “teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah”. Tutor sebaya membantu memberikan penjelasan, bimbingan serta arahan kepada siswa yang kepandaiannya agak kurang atau lambat dalam menima pelajaran yang diajarkan guru. Adanya tutor sebaya pada saat diskusi kelompok, siswa tidak lagi merasa canggung menanyakan hal-hal yang belum dimengerti mengenai lembar pertanyaan yang diberikan oleh guru. Mereka sudah mampu bekerjasama di dalam kelompok dan tanya jawab di dalam kelompok mengenai pertanyaan yang mereka belum mengerti. Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah. Hal ini berarti, melalui pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan tahun pelajaran 2014/2015. Pada akhir penelitian semua
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 kriteria penelitian ini telah terpenuhi, dengan kata lain penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan telah berhasil. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1 Penyabangan Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa dari 67,32% atau berada pada kategori cukup pada siklus I menjadi 83,43% atau berada pada kategori baik pada siklus II. Peningkatan keterampilan berbicara siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 19,11%. Maka dari itu penelitian ini dapat dikatakan berhasil. Dari hasil perbandingan antara hasil yang dicapai dengan target yang telah ditetapkan, menunjukkan hasil yang optimal, sehingga penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dihentikan sampai di siklus II. Hal-hal yang disarankan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kepada siswa SD Negeri 1 Penyabangan, Siswa disarankan agar dalam berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. 2) Kepada guru-guru SD Negeri 1 Penyabangan, guru dapat menerapkan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. guru juga diharapkan untuk dapat merancang pembelajaran bermakna dan nyata dengan menggunakan media. 3) Kepada Sekolah, khususnya kepala sekolah, Disarankan agar dapat mendukung dan menjadikan informasi yang berguna untuk mengambil suatu kebijakan dalam meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya. 4) Bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendekatan saintifik berbantuan cerita rakyat ini pada pelajaran Bahasa Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede 2010a. “Penelitiaan Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam workshop jurusan pendidikan guru sekolah dasar FIP Undiksha. Jurusan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha Singaraja 27 sepetember 2010. Agung, A.A. Gede 2005. Konsep dan Teknik Analisis Data Hasil PTK Singaraja IKIP Negeri Singaraja. Darsono, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Kridalaksana. 1982. Kamus linguistic bahasa indonesia. Jakarta: balai pustaka. Kurniasih, Imas & Berlin, Sani, 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena. Oemar, Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara Sadiman, Arief S, dkk. 1992. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya). Cetakan ketujuh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suryabrata, Sumadi. 1993. Metode Pembelajaran. Bandung: Jica.