e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN SIKAP SOSIAL KELAS IV SDN 2 TONJA Ni Putu Suastini1, Ni Nyoman Ganing2, I Ketut Adnyana Putra3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected] } ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan (2) untuk meningkatkan sikap sosial siswa tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 48 orang siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes (lisan) dan metode kuesioner (angket). Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada siswa kelas IV SDN 2 Tonja. Nilai ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) pada siklus I sebesar 64,58% dan pada siklus II sebesar 85,42% sedangkan nilai ketuntasan klasikal sikap sosial pada siklus I sebesar 79,17% dan pada siklus II sebesar 89,58%. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku siswa kelas IV SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. Kata kunci: pendekatan saintifik, penilaian proyek, keterampilan berbicara, sikap sosial ABSTRACT This study aimed at (1) improving the result of the study of Indonesian knowledge (speaking skill) and (2) improving student’s social attitude in theme cita – citaku through the application of scientific approach with project assessment. The kind of this research is class action research with two cycles. The subject of this research was the fourth grade student of SDN 2 Tonja in academic year 2014/2015 with the subject was 48 students. Method of data collection which used was oral test method and questionnaire method. The data was analyzed by using method of descriptive quantitative analysis. The result of this research show that there was an improvement of the result of the study of Indonesian knowledge (speaking skill) and student’s social attitude in theme cita – citaku through the application of scientific approach with project assessment to the fourth grade student of SDN 2 Tonja. The completeness of classical score of the result of Indonesian knowledge (speaking skill) in cycle I was 64,58% and for the cycle II was 85,42% while the completeness of classical score in social attitude in cycle I was 79,17% and in cycle II was 89,58%. Based on this research can be concluded that the application of scientific approach with project assessment can improve the result of the study of Indonesian knowledge (speaking skill) and student’s social attitude in theme cita – citaku of fourth grade student of SDN 2 Tonja in academic year 2014/2015. Keywords : scientific approach, project assessment, speaking skill, social attitude
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional adalah salah satu kriteria yang menyusun sebuah kurikulum. Kurikulum ini disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Daryanto (2014) menyatakan bahwa secara konseptual, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda bangsanya. Secara pedagogis, kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan untuk peserta didik mengembangkan potensi dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan kemampuan dirinya untuk memiliki kualitas yang diinginkan masyarakat dan bangsanya. Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan yang didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang pendidikan. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Daryanto (2014) mengungkapkan bahwa suatu proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga mereka mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut dimiliki peserta didik apabila pengetahuan, kemampuan, intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk secara aktif mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut maka sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menjadi dasar pendidikan harus dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dasar pendidikan tersebut dirumuskan dalam Standar Kompetensi Kelulusan dan
dikembangkan dalam bentuk kurikulum dimana pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan kurikulum baru yang kita kenal dengan nama kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran dilaksanakan secara tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Daryanto (2014) menyatakan bahwa pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan. Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya, maka kondisi pembelajaran yang tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu. Artinya pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik bukan pada guru. Melalui aktivitasaktivitas tersebut dapat membentuk sikap peserta didik itu sendiri. Menurut Watson (dalam Sanjaya, 2006:278), “dalam proses pembelajaran di sekolah baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan”. Proses pembiasaan tersebut dapat melatih peserta didik secara bertahap dalam mengamalkan sikap-sikap yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai salah satu mata pelajaran wajib di dalam pembelajaran, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang masuk ke dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarmanusia. Bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 sesama manusia. Menurut Poerwadarminta (2002:88), “bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”. Seseorang yang mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai akan lebih mudah menyerap dan menyampaikan informasi baik secara lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Peserta didik harus menguasai keempat aspek tersebut agar terampil berbahasa sehingga pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori saja, tetapi peserta didik juga dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagaimana fungsinya, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi tepatnya pada keterampilan berbicara. Abbas (2006:83) menyatakan bahwa berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Jadi berbicara itu adalah kemampuan mengucapkan bunyibunyi artikulasi atau kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berdasarkan pendapat para ahli sebelumnya, maka berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan menggunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat yang lain. Menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan wali kelas IV SDN 2 Tonja, hasil belajar peserta didik khususnya pada pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) belum optimal. Dari 48 orang peserta didik, yang tergolong tuntas sebanyak 29 orang siswa (60,42%) dan yang tergolong tidak tuntas sebanyak 19 orang siswa (39,58%).
Seperti yang sudah diketahui, pada kurikulum 2013 pembelajarannya sudah tidak lagi dilakukan per mata pelajaran namun dikaitkan dalam satu tema setiap bulannya sehingga peserta didik menjadi lebih mudah memahami pelajaran. Walaupun sudah dirangkul dalam satu tema, masih banyak peserta didik mengalami kesulitan di dalam memahami pembelajaran yang diajarkan dan merasa jenuh di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu, cara guru yang kurang efektif dalam mengajar dan kurangnya aktivitas yang dilakukan peserta didik menyebabkan peserta didik kurang bersemangat dan kurang antusias di dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, berdampak pula pada hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia peserta didik. Peserta didik cenderung bersikap individual dan kurang percaya diri di dalam menyampaikan pendapat atau ide. Peserta didik yang pandai lebih mendominasi bila guru memberikan tugas sedangkan peserta didik yang kemampuannya kurang hanya diam saja tanpa berusaha merespon apa yang dikatakan oleh gurunya. Ini menunjukkan sikap sosial peserta didik (siswa) tersebut belum optimal. Ariantini (2014) menyebutkan bahwa kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan siswa yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan siswa yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sementara itu Allport (dalam Djaali, 2013:114), “sikap adalah sesuatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu”. Definisi sikap menurut Allport ini menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau dibawa lahir tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang. Pengalaman sebagai salah satu faktor pembentuk sikap tentunya memiliki peranan yang penting bagi pembentukan sikap tersebut. Salah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 satu sikap yang terbentuk oleh pengalaman tersebut adalah sikap sosial. Djaali (2013), teori yang melandasi sikap sosial seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat bahwa kecenderungan tindakan seseorang terhadap sesama di suatu lingkungan tertentu disebut sikap sosial. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka solusi yang dapat dilakukan adalah melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek maka dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara ) dan sikap sosial siswa kelas IV SDN 2 Tonja. Sesuai Pedoman Model Penilaian Kelas yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Diknas (dalam Arikunto, 2013:251), “penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian yang diberikan melalui suatu tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu”. Melalui penilaian proyek ini siswa dapat berkreasi dan lebih aktif di dalam berinteraksi dengan sesama temannya. Menurut Tahzan (2014) “kelebihan penilaian proyek adalah meningkatkan motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber, dan meningkatkan skill”. Dengan adanya motivasi atau semangat belajar, siswa lebih sungguhsungguh dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap apa yang dipelajari menjadi meningkat terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu dengan adanya kolaborasi sesama teman kelompok yang menuntut suatu kerja sama tim, maka masingmasing siswa dapat mengutarakan pendapat dan ide-idenya serta menerima pendapat dari teman yang lain sehingga sikap sosial pada diri siswa dapat berkembang dan meningkat. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik dengan Penilaian Proyek Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan
Bahasa Indonesia (Keterampilan Berbicara) dan Sikap Sosial Tema Citacitaku Siswa Kelas IV SDN 2 Tonja”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema citacitaku siswa kelas IV SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini dirancang untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan diantaranya 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan 1 kali pertemuan atau akhir siklus diadakan tes. Menurut Arikunto, dkk. (2009:16), “ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi”. Pada tahap perencanaan, diawali dengan menganalisis silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan materi pembelajaran, membuat tugas proyek, menyiapkan alat dan bahan praktik, menyiapkan lembar kuesioner (angket) dan penyusunan instrument penilaian. Tahap pelaksanaan pada siklus I tindakan yang dilakukan dalam 3 kali pertemuan yakni 2 pertemuan pelaksanaan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan 1 kali untuk pelaksanaan tes akhir siklus I. Kemudian mengadakan analisis terhadap hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa tema cita-citaku serta mengadakan refleksi, melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa tema cita-citaku dengan memaksimalkan pemanfaatan proyek dalam bentuk Lembar Kerja Siswa yang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 akan diberikan melalui kerja kelompok. Jadwal pertemuan pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan pertemuan pembelajaran yang di dalamnya terdapat mata pelajaran bahasa Indonesia pada setiap sub tema dalam tema cita-citaku. Pada tahap pengamatan, dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan pembelajaran dan mengevaluasi proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek yang meliputi tes hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) tema cita-citaku menggunakan tes lisan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan setelah penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan kuesioner (angket) untuk mengetahui perkembangan sikap sosial siswa. Tahap refleksi adalah kegiatan sangat penting untuk dilaksanakan. Arikunto, dkk. (2009) mengemukakan bahwa refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Mengingat kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, maka pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hal-hal yang dianggap kurang maksimal yang ditemukan pada siklus tersebut. Kemudian diadakan perbaikanperbaikan dan hasilnya dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan pada siklus selanjutnya menjadi lebih maksimal. Pengumpulan data hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa menggunakan metode tes (lisan) dan sikap sosial siswa menggunakan metode kuesioner (angket). Agung (2012:66), “metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites, dan dari hasil tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor”. Menurut Poerwadarminta (2002:52), “angket merupakan daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan”. Sukardi (2008:76), “kuesioner sering
disebut sebagai angket dimana dalam kuesioner terdapat beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk memperoleh informasi di lapangan”. Maksud dari responden dalam penelitian ini adalah siswa atau peserta didik. Maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner (angket) merupakan daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah penelitian yang hendak dipecahkan, disusun dan disebarkan ke responden (siswa) untuk memperoleh informasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner (angket) dengan item tertutup. Artinya peneliti menyediakan beberapa alternatif jawaban yang cocok bagi responden. Peneliti memberikan beberapa alternatif jawaban pada kolom yang disediakan sementara responden tinggal memilih dari jawaban yang ada yang paling mendekati pilihan responden. Skala sikap yang digunakan adalah skala Likert. Widoyoko (2014:151) menyatakan bahwa prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi itu dilakukan dengan menguantifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan yang disediakan. Pada skala Likert ada tiga pilihan skala yaitu skala tiga, empat atau lima. Pada kuesioner (angket) sikap sosial ini, peneliti menggunakan skala empat. Setelah data untuk penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini, digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012: 67), “metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase, mengenai objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan secara umum”. Metode analisis ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) tema cita-citaku dan sikap sosial siswa yang dikonversikan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 ke dalam penilaian sesuai dengan kurikulum 2013. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penilaian ini, maka ditetapkan indikator keberhasilan yaitu (1) Nilai ketuntasan klasikal mencapai 80%; (2) Siswa memperoleh nilai minimal untuk kompetensi pengetahuan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) , yaitu 70 berdasarkan KKM sekolah atau 2,8 (predikat B) dalam kurikulum 2013; (3) Siswa memperoleh nilai minimal untuk kompetensi sikap (sikap sosial) yaitu 3 (predikat B) dalam kurikulum 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Pelaksanaan pembelajaran selama penelitian yang menggunakan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 9 Februari sampai dengan tanggal 20 Februari 2015 dalam 2 siklus yang melibatkan 48 orang siswa kelas IV semester 2 SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua merupakan proses belajar mengajar melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dan pertemuan ketiga merupakan tes akhir siklus. Data hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung mean (M) serta membandingkan nilai persentase rata-rata (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Rata-rata nilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) pada siklus I adalah 67,58 maka tingkat hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia pada siswa kelas IV berdasarkan PAP skala lima berada pada kategori sedang dengan nilai persentase rata-rata 67,58% yang berada pada tingkat persentase antara 65-79. Dilihat dari data nilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa siklus I yang telah
dikonversikan ke dalam konversi nilai kompetensi pengetahuan sesuai kurikulum 2013 maka ditentukan bahwa banyak siswa yang tuntas sebanyak 31 orang siswa dari 48 orang siswa dengan nilai ketuntasan klasikalnya adalah 64,58%. Selanjutnya nilai sikap sosial siswa juga dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung mean (M) serta membandingkan nilai persentase rata-rata (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Rata-rata nilai sikap sosial siswa pada siklus I adalah 83,28 maka tingkat sikap sosial pada siswa kelas IV berdasarkan PAP skala lima berada pada kategori tinggi dengan nilai persentase rata-rata 83,28% yang berada pada tingkat persentase antara 80-89. Dilihat dari data nilai sikap sosial siswa siklus I yang telah dikonversikan ke dalam konversi nilai kompetensi sikap sesuai kurikulum 2013 maka ditentukan bahwa banyak siswa yang tuntas sebanyak 38 orang siswa dari 48 orang siswa dengan nilai ketuntasan klasikalnya 79,17%. Refleksi dilakukan setiap akhir siklus setelah observasi. Dalam refleksi dibahas kendala-kendala yang dihadapi dan merancang kegiatan selanjutnya yang digunakan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut. Secara umum pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek sudah berjalan sesuai rencana, namun masih ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran yang perlu dijadikan pertimbangan untuk siklus berikutnya. Adapun masalah ataupun kendala yang dihadapi adalah (1) siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan pemberian tugas berupa proyek. Hal ini terjadi karena mereka jarang melakukan praktek ataupun kegiatan yang sifatnya melakukan secara langsung; (2) kurangnya antusias dan kesungguhan siswa dalam penyelesaian proyek yang diberikan. Kesempatan bertanya yang diberikan peneliti kepada siswa untuk bertanya mengenai tugas proyek yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik. Selain itu banyak siswa yang kurang mantap di dalam penilaian keterampilan berbicara; (3) sangat kurangnya rasa
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 menghargai dan sikap sosial yang dicerminkan oleh siswa tertentu terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran misalnya berbicara nyeletuk di dalam kelas tanpa memperhatikan guru yang ada di kelas. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi sebelumnya maka peneliti dibantu guru kelas mengupayakan pemecahan masalah dengan menerapkan beberapa tindakan, yaitu (1) memberikan penjelasan dan informasi dengan serinci mungkin kepada siswa mengenai tugas proyek yang diberikan guru sehingga siswa betul-betul merasa paham tentang apa yang ditugaskan guru; (2) memberikan motivasi kepada siswa agar mereka lebih antusias dan sungguhsungguh dalam mengerjakan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Salah satu motivasi yang diberikan adalah dengan memberikan pensil cantik kepada beberapa siswa yang terampil berbicara saat penilaian keterampilan berbicara pada siklus selanjutnya; (3) melakukan pendekatan dan memberikan nasihat kepada siswa-siswa yang sangat kurang rasa menghargai dan sikap sosialnya. Beberapa tindakan yang telah diuraikan di atas diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran sehingga hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa dapat meningkat pada siklus berikutnya. Siklus II Pada siklus II proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan proses pembelajaran pada siklus I. Data hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung mean (M) serta membandingkan nilai persentase rata-rata (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Rata-rata nilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) pada siklus II adalah 80,42 maka tingkat hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia pada siswa kelas IV berdasarkan PAP skala lima berada pada kategori tinggi dengan
nilai persentase rata-rata 80,42% yang berada pada tingkat persentase antara 8089. Dilihat dari data nilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa siklus II yang telah dikonversikan ke dalam konversi nilai kompetensi pengetahuan sesuai kurikulum 2013 maka ditentukan bahwa banyak siswa yang tuntas sebanyak 41 orang siswa dari 48 orang siswa dengan nilai ketuntasan klasikalnya adalah 85,42%. Selanjutnya nilai sikap sosial siswa juga dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif yaitu dengan menghitung mean (M) serta membandingkan nilai persentase rata-rata (M%) dengan kriteria PAP skala lima. Rata-rata nilai sikap sosial siswa pada siklus II adalah 87,71 maka tingkat sikap sosial pada siswa kelas IV berdasarkan PAP skala lima berada pada kategori tinggi dengan nilai persentase rata-rata 87,71 % yang berada pada tingkat persentase antara 80-89. Dilihat dari data nilai sikap sosial siswa siklus II yang telah dikonversikan ke dalam konversi nilai kompetensi sikap sesuai kurikulum 2013 maka ditentukan bahwa banyak siswa yang tuntas sebanyak 43 orang siswa dari 48 orang siswa dengan nilai ketuntasan klasikalnya 89,58%. Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus II yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan tindakan siklus I sudah berjalan dengan baik. Yang menjadi kendala dalam siklus I dapat terpecahkan pada siklus II. Dengan memberikan motivasi dan bimbingan secara intensif, siswa mengalami peningkatan baik dalam aktivitas dan kreativitas, antusias serta sikap sosial. Jadi melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema citacitaku siswa kelas IV SDN 2 Tonja. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II sangat baik, maka penelitian ini dapat dihentikan.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Berdasarkan hasil penelitian, proses pembelajaran selama dua siklus berlangsung baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun peningkatan nilai persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku serta nilai ketuntasan klasikal siswa dapat dilihat pada gambar 01. 90 80 70
83,28%
87,71% 89,58%
80,42%85,42% 79,17%
Hasil Belajar
67,58% 64,58% Sikap Sosial
60 50 40
Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar
30 20 10 0 SIKLUS I
SIKLUS II
Ketuntasan Klasikal Sikap Sosial
Gambar 01. Peningkatan nilai persentase rata-rata hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku serta nilai ketuntasan klasikal siswa Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku siswa kelas IV semester 2 SDN 2 Tonja yang berjumlah 48 orang siswa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan yaitu untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk proses pembelajaran dan pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus untuk menilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa. Untuk menilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) digunakan tes lisan sedangkan untuk sikap sosial digunakan kuesioner (angket). Dalam
proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh guru kelas IV. Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa tema cita-citaku. Pada siklus I nilai ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa mencapai 64,58% sedangkan sikap sosial siswa mencapai 79,17%. Hasil yang diperoleh ini belum memenuhi target yang diharapkan, yaitu nilai ketuntasan klasikal 80%. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I. Kendala-kendala tersebut, yaitu siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan pemberian tugas berupa proyek, kurangnya antusias dan kesungguhan siswa dalam penyelesaian proyek yang diberikan, banyaknya siswa yang kurang mantap di dalam penilaian keterampilan berbicara, sangat kurangnya rasa menghargai dan sikap sosial yang dicerminkan oleh beberapa siswa. Untuk mengatasi hal ini peneliti dibantu oleh guru kelas mengupayakan solusi yang digunakan sebagai pedoman pada siklus berikutnya. Solusi yang diambil yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi serinci mungkin kepada siswa mengenai tugas proyek yang diberikan guru sehingga siswa betul-betul merasa paham tentang apa yang ditugaskan guru, memberikan motivasi kepada siswa agar mereka lebih antusias dan sungguhsungguh dalam mengerjakan tugas proyek yang diberikan oleh guru. Salah satu motivasi yang diberikan adalah dengan memberikan pensil cantik kepada beberapa siswa yang terampil berbicara saat penilaian keterampilan berbicara pada siklus selanjutnya, melakukan pendekatan dan memberikan nasihat kepada siswa-siswa yang sangat kurang rasa menghargai dan sikap sosialnya. Hasil refleksi pada siklus I tersebut digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II. Dengan menerapkan hasil refleksi tersebut, pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 berbicara) dan sikap sosial yang baik. Nilai ketuntasan klasikal hasil belajar pada siklus II mencapai 85,42%. Nilai hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20,84%. Peningkatan juga terjadi pada nilai sikap sosial siswa, yaitu dari 79,17% pada siklus I menjadi 89,58% pada siklus II. Peningkatan terjadi sebesar 10,41%. Dengan demikian, secara klasikal hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN 2 Tonja sudah sesuai dengan kriteria yang ditentukan, yaitu nilai ketuntasan klasikal mencapai 80%. Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil dan kendalakendala seperti pada siklus I dapat teratasi. Siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek. Hal ini terlihat dari kemantapan siswa di dalam berbicara, yang berarti rasa percaya diri siswa sudah meningkat. Hal ini dikarenakan penilaian proyek memiliki kelebihan dalam pembelajaran. Menurut Tahzan (2014) “kelebihan penilaian proyek adalah meningkatkan motivasi, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kolaborasi, meningkatkan keterampilan mengelola sumber, dan meningkatkan skill”. Dengan adanya motivasi atau semangat belajar, siswa lebih sungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa terhadap apa yang dipelajari menjadi meningkat terutama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu dengan adanya kolaborasi sesama teman kelompok yang menuntut suatu kerja sama tim, maka masing-masing siswa dapat mengutarakan pendapat dan ideidenya serta menerima pendapat dari teman yang lain sehingga sikap sosial pada diri siswa dapat berkembang dan meningkat. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Wijayanti (2014) dengan judul tesis “Pengembangan Autentic Assesment Berbasis Proyek
dengan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Mahasiswa”. Beliau menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan autentic asessment berbasis proyek dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir ilmiah dengan efektif. Setiap aspek keterampilan berpikir ilmiah mahasiswa mengalami peningkatan. Secara keseluruhan peningkatan (gain) keterampilan berpikir ilmiah sebesar 0,86 yang artinya peningkatannya dengan kriteria tinggi. Damayanti (2014) dengan judul skripsi “Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Berpendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan Kulit 1 di SMK Negeri 2 Singaraja”. Menurut beliau, pembelajaran menulis teks anekdot berpendekatan saintifik dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dapat berjalan dengan baik. Perencanaan pembelajaran yang dirancang oleh guru, sudah mencakup komponen – komponen RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dan peningkatan-peningkatan yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku pada siswa kelas IV semester 2 di SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) tema cita-citaku pada siswa kelas IV semester 2 di SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 (keterampilan berbicara) pada siklus I sebesar 64,58% dan pada siklus II mencapai 85,42%. (2) Penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek dapat meningkatkan sikap sosial tema cita-citaku siswa kelas IV semester 2 di SDN 2 Tonja tahun ajaran 2014/2015. Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan klasikal sikap sosial siswa pada siklus I sebesar 79,17% dan pada siklus II mencapai 89,58%. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Bagi siswa, di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran siswa diharapkan agar lebih bersungguh-sungguh sehingga kegiatan pembelajaran memberikan manfaat yang baik untuk siswa. (2) Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan, pengetahuan dan keterampilan guru tentang pendekatan saintifik dengan penilaian proyek sehingga dapat menjadi pedoman bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya. (3) Bagi sekolah, penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial siswa tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek siswa kelas IV khususnya. Diharapkan sekolah dapat meningkatkan kualitas sekolahnya untuk menjadikan guru yang profesional dalam menjalankan tugas sebagai tenaga pendidik dan pemberi motivasi atau pendorong untuk mengadakan pembaharuan yang lebih baik. (4) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini hanya memberikan gambaran mengenai penerapan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek pada pengetahuan bahasa Indonesia (keterampilan berbicara) dan sikap sosial tema cita-citaku siswa kelas IV. Oleh sebab itu disarankan kepada peneliti lain untuk dapat mengembangkan pendekatan saintifik dengan penilaian proyek ini dengan menyempurnakan aspek-aspek yang belum terjangkau dalam penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Agung. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Ariantini, Putu. 2014. Implementasi Pengintegrasian Sikap Spiritual dan Sosial dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Kurikulum 2013 di Kelas VII SMP Negeri 1 Singaraja. Tesis (tidak diterbitkan) Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Damayanti. 2014. Pembelajaran Menulis Teks Anekdot Berpendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Siswa Kelas X Tata Kecantikan Kulit 1 di SMK Negeri 2 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Ganesha. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yogyakarta : Gava Media. Djaali. 2013. Psikologi Jakarta : Bumi Aksara.
Pendidikan.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015 Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta : Bumi Aksara. Tahzan, La. 2014. “Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Pembelajaran”. Tersedia pada https://www.scribd.com/doc/2371642 16/Kelebihan-dan-KekuranganPenilaian-Pembelajaran-docx. (diakses tanggal 20 Desember 2014) Widoyoko, S. Eko Putro. 2014. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Wijayanti. 2014. Pengembangan Assesment Berbasis Proyek Pendekatan Saintifik Meningkatkan Keterampilan Ilmiah Mahasiswa. Tesis diterbitkan) Jurusan Universitas PGRI Semarang.
Autentic dengan untuk Berpikir (tidak PGSD,