p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 11/05/2015; Accepted: 15/07/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(2) 2015, 140-151 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i2.1325
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL Jenny Indrastoeti1, SP, & Hasan Mahfud2 1,2PGSD
FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret Slamet Riyadi No 449 Surakarta 1Email:
[email protected] 2Email:
[email protected] 1,2Jl.
ABSTRACT The purpose of this research is (1) to improve the social skill of elementary school students, (2) finding adequate instructional design model to improve students’ social skill. The research is conducted in the classroom action research consists of two cycles, every cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The average value of Social Skills students in cycle one is 62.01 and 72.52 in the two cycles. The values percentage in the classical mastery of social skills is 40% in cycle 1 and 85.85% in cycle 2. Based on the result, the conclusions are: 1) Model cooperative learning with experiential learning approach, can improve students' social skills. (2) Instructional design to improve the social skills of students in learning social studies is a model of cooperative learning with experiential learning approach Keywords: cooperative learning, social skill.
model,
experiental
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) meningkatkan keterampilan sosial siswa sekolah dasar, (2) menemukan model desain pembelajaran yang memadai untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa. Model penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang yang terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus memuat perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasilnya adalah sebagai berikut: (1) rata-rata keterampilan sosial siswa pada siklus 1 adalah 62,01 dan 72,52 pada siklus 2. Persentase nilai keterampilan sosial siswa adalah 40% pada siklus 1, dan 85,85% pada siklus 2. Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa: (1) model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan experiental learning dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, (2) salah satu desain instruksional untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif yang menggunakan experiental learning Kata kunci: model kooperatif, learning, keterampilan sosial.
experiental
How to Cite: Indrastoeti, J., & Mahfud, H. (2015). PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL. Mimbar Sekolah Dasar, 2(2), 140-151. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i2.1325.
PENDAHULUAN ~ Ilmu pengetahuan sosial
pendidikan dan pengajaran di sekolah
(IPS) merupakan salah satu pelajaran yang
dasar dan menengah. Pembelajaran IPS
diajarkan pada anak di sekolah dasar.
di sekolah dasar adalah membina anak
Pelajaran ini mengajarkan, jika kita tinjau
didik menjadi warga negara yang baik,
secara
memiliki pengetahuan, keterampilan dan
mendalam
mengajarkan
pada
maka anak
akan tentang
kepedulian
berbagai macam hal yang berguna nanti
sosial
dan
dunia
(Sumaatmadja, 2006).
dalam kehidupannya. IPS (social studies) adalah
ilmu-ilmu
disederhanakan
untuk
sosial
yang
Di
tujuan-tujuan
dalam
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan (KTSP, 2006) ditegaskan bahwa [140]
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
melalui mata pelajaran IPS peserta didik
Keterampilan sosial diarahkan agar para
diarahkan untuk dapat menjadi warga
siswa mampu hidup dan bekerjasama,
negara Indonesia yang demokratis dan
berperan serta, menghormati hak orang
bertanggung jawab serta warga dunia
lain, memiliki kepekaan sosial serta mampu
yang cinta damai. Fenomena kehidupan
mengendalikan
global di masa mendatang yang penuh
sosialnya. Keterampilan ini dikembangkan
dengan
melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
tantangan,
pelajaran
IPS
menuntut
untuk
dirancang
mengembangkan
mata bisa
kooperatif.
diri
dalam
Kegiatan
kehidupan
kooperatif
pengetahuan,
dilakukan
bisa
pemahaman, dan kemampuan analisis
kelompok
yang
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam
berinteraksi, berpartisipasi, bekerjasama,
memasuki kehidupan bermasyarakat yang
bertukar pengetahuan, pengalaman serta
dinamis.
dapat mengembangkan nilai-nilai sosial serta
Jarolimek (2002, p. 8) mengharapkan
dalam
yang
bentuk
dapat
dapat
diskusi
melatih
siswa
mengembangkan
keterampilan sosial.
bahwa pendidikan pengetahuan sosial hendaknya
mampu
mengembangkan
Beberapa
temuan
penelitian
dan
aspek pengetahuan dan pemahaman
pengamatan yang telah dilakukan, dari
(knowledge and understanding), aspek
segi hasil atau dampak pembelajaran IPS
sikap dan nilai (attitude and value) serta
terhadap
aspek keterampilan (skill) pada diri siswa.
masih belum begitu tampak. Perwujudan
Aspek pengetahuan dan pemahaman
nilai-nilai sosial yang dikembangkan di
berkaitan
dengan
pengetahuan
dan
bekal
sekolah belum tampak dalam kehidupan
pemahaman
siswa
sehari-hari di masyarakat, keterampilan sosial
di
berkaitan
khususnya
mengenai
partisipasi
dengan
aspek
pemberian
dasar-dasar
etika
bermasyarakat,
pemberian
tentang dunia dan kehidupan masyarakat sekitarnya,
kehidupan
sikap bekal
dan
norma
yang
para
lulusan
pendidikan
masih dalam
dasar
memprihatinkan, berbagai
kegiatan
kemasyarakatan semakin berkurang.
nantinya menjadi orientasi nilai dalam kehidupanannya
di
masyarakat.
Sudah cukup banyak hasil penelitian yang
Sedangkan aspek keterampilan meliputi
memberikan
keterampilan
pelaksanaan pembelajaran IPS sangat
sosial
(social
skill)
dan
simpulan
keterampilan intektual (intellectual skill)
menjemukan
agar
bersifat
monoton
permasalahan sosial di sekitarnya dan
sehingga
siswa
mampu bekerjasama dengan orang lain
membuat pembelajaran kurang menarik.
dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, Sumaatmadja (dalam
siswa
tanggap
terhadap
karena
bahwa
dan
kurang
penyajiannya ekspositoris antusias
dan
Syaodih, 2007, p. 11) menyatakan bahwa [141]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
guru IPS wajib berusaha secara optimum
belajar dengan mengalami sendiri (Kolb,
menumbuhkan minat dan motivasi siswa
2013).
untuk keberhasilan pembelajaran IPS.
kepada interaksi antara siswa dengan
Pengalaman
belajar
merujuk
segala sesuatu yang berada di luar dirinya Selanjutnya
menurut
Como
Snow
(siswa) di lingkungannya. “The learning
(dalam Syafruddin, 2001, p. 3), model
that takes place from this experience is
pembelajaran IPS yang diimplementasikan
known
saat ini masih bersifat konvensional, belum
belajar yang diperoleh dari pengalaman
banyak menyentuh aspek afektif maupun
ini
psikomotor.
“berpengetahuan dari pengalaman”).
Berdasarkan hasil pemantauan peneliti, di
Sehubungan dengan itu, Cohen & Deer
SDN
berdasarkan
(dalam Fernandes, et al., 1989, p. 40)
pengamatan yang dilakukan saat ini,
menerangkan bahwa experiental learning
masih
mencakup content maupun proses: what
Tegalmulyo lebih
&
menekankan
aspek
as
experiential
dikenal
learned
learning”
dengan
and
sebutan
kebutuhan formal daripada kebutuhan
is
real siswa sehingga proses pembelajaran
Pengalaman belajar mencakup isi dan
belum berlangsung optimal. Hal ini juga
proses, dalam hal ini belajar tidak hanya
terlihat pada keterampilan bekerjasama
sekedar
dalam diskusi kelompok, sebagian siswa
bagaimana mempelajarinya.
apa
how
(Hasil
yang
is
learned”.
dipelajari
namun
enggan bahkan tidak mau bertanya, menyampaikan saran dan yang bekerja
Sukmadinata (2004, p. 60) menyatakan
terbatas hanya ketua kelompok saja. Di
bahwa ada tiga macam keterampilan,
samping
yaitu
itu
juga,
pembelajaran
IPS
penekanan saat
ini
output
cenderung
”keterampilan
keterampilan
sosial
dan
intelektual, keterampilan
pada aspek kognitif, untuk aspek afektif
motorik’. Secara umum keterampilan sosial
dan keterampilan sosial kurang mendapat
merupakan
porsi yang seimbang. Untuk meningkatkan
bermasyarakat.
keterampilan
sosial
siswa
pembelajaran
IPS
sekolah
tersebut,
perlu
di
dikembangkan
pembelajaran
IPS
yang
menumbuhkan
keterampilan
kecakapan
untuk
hidup
dalam dasar
Com & Slaby (dalam Syaodih, 2007, p. 50)
strategi
menjelaskan bahwa keterampilan sosial
dapat
adalah kemampuan berinteraksi dengan
sosial,
orang lain dalam konteks sosial dengan
melalui model pembelajaran kooperatif
cara
yang
spesifik
sehingga
dapat
dengan pendekatan experiental learning.
diterima atau dinilai menguntungkan bagi dirinya atau orang lain. Sementara itu,
Pendekatan experiental learning adalah
Sasongko
pendekatan melalui pengalaman atau
bahwa keterampilan sosial diwujudkan [142]
(2001,
p.
57)
berpendapat
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
dalam
bentuk
dalam
mengungkapkan
baik
positif
kemampuan
individu
Jarolimek
perasaannya,
maupun
negatif
(2002,
p.
9)
merumuskan
keterampilan-keterampilan
saat
dikembangkan yaitu:
pada “1)
sosial
tingkat
living
and
yang sekolah
berhubungan dengan orang lain secara
dasar,
working
verbal maupun nonverbal.
together, taking turns, respecting the rights of others, being social sensitive, 2) Learning
Blanks (2001) melihat keterampilan sosial
self-control and self-direction, 3) sharing
disebut dengan keterampilan kelompok,
ides
berkaitan,
Rumusan tersebut
baik
sebagai
pemimpin
maupun yang dipimpin:
sosial
seseorang
adalah
Seseorang
mampu
sosial
dalam
berpartisipasi
jika disederhanakan
kegiatan-kegiatan
bekerja
yang
bersifat
memberikan kesempatan kepada para siswa
untuk
berinteraksi,
berpartisipasi,
bertukar pengetahuan, pengalaman, nilai, serta pengembangan keterampilan dan sikap.
Pembelajaran
kooperatif
dapat
dirancang, baik untuk pengembangan
akan
kelompok,
memberi
bekerjasama
kooperatif dalam kelompok yang banyak
memiliki
tinggi
kemampuan
Keterampilan ini dikembangkan melalui
terlihat
yang
yang
dan
others”.
kegiatan sosial.
khususnya dalam kegiatan yang bersifat keterampilan
with
dengan orang lain secara positif, dalam
ketika berinteraksi dengan orang lain, kelompok.
experiences
secara garis besar keterampilan sosial
The ability to perform effectively both as a leader and as a follower in solving group problems, to participate in group resesrch projects to help set group goals, to use power effectively and fairly in group situations, to make useful contributions to group project, to communicate effectively in a group and to help resolve controversy in groups. Keterampilan
and
kontribusi
keterampilan
sosial,
peningkatan
pemahaman
konsep-konsep
dan
masalah-masalah sosial, maupun nilai-nilai
dalam mencapai tujuan kelompok, aktif
sosial.
memberikan saran yang bermanfaat dan berusaha memecahkan permasalahan. Walaupun
keterampilan
sosial
Dalam
lebih
permainan, pengerjaan tugas, simulasi,
secara kelompok, tetapi berpangkal pada personal
tanya-jawab,
masing-masing
berfungsi
masing-masing personal terintegrasi dalam kelompok
dan
diskusi,
pemecahan
masalah yang dikerjakan dalam kelompok
anggotanya. Kekuatan dan keterampilan kegiatan
pembelajaran
kooperatif dapat dilaksanakan melalui
tampak sebagai kemampuan berinteraksi kemampuan
pelaksanaan
meningkatkan
keterampilan
sosial: keterampilan berinteraksi, bekerja
merupakan
sama, memimpin, berkontribusi, bertukar
kekuatan kelompok.
pendapat dan berbagi pengalaman.
[143]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Keterampilan dipraktikkan sehari-hari
sosial dalam
melalui
sebenarnya
yang
dapat
kehidupan
siswa
model
dan
Pembelajaran
kooperatif,
berhubungan
keterampilan
sosial
kooperatif
siswa. memberi
peluang yang besar kepada siswa untuk
dengan
lebih
aktif,
mencari,
mengkaji,
keterampilan intelektual atau kemampuan
mengemukakan pendapat, pengalaman,
kognitifnya. Dalam hal ini sering tidak bisa
dan
dibedakan
pandangan tersebut menjadi pandangan
dengan
keterampilan keterampilan
jelas
antara
intelektual sosial,
dengan
karena
memadukan
pandangan-
kelompok.
memang
saling berhubungan erat. Misalnya, kalau
Menurut Hasan (Solihatin, 2009, p. 4),
siswa sedang belajar kelompok dia tidak
kooperatif
hanya terampil mengemukakan ide-ide
bekerja bersama dalam mencapai tujuan
dan
bersama. Menurut Rusman (2010, p. 202),
gagasannya
namun
juga
harus
mengandung
menghargai pendapat sesama anggota
pembelajaran
kooperatif
kelompoknya
learning)
merupakan
dan
mengutamakan
pengertian
(cooperative bentuk
musyawarah mufakat dalam mengambil
pembelajaran dengan cara siswa belajar
keputusan.
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
Jika keterampilan sosial diterapkan di luar
terdiri dari empat sampai enam orang
kegiatan sekolah, misalnya ketika siswa
dengan struktur kelompok yang bersifat
berada ditempat umum dia tidak hanya
heterogen.
mengetahui bagaimana harus menjaga kebersihan
namun
mempraktikkannya kehidupannya,
juga
dalam
kenyataan
sebagai
contoh
Berdasarkan fenomena dan paparan teori di
atas,
sebagai
dirumuskan berikut:
membuang sampah pada tempatnya.
menggunakan
Dengan
kooperatif
demikian
siswa
memiliki
rasa
(1)
permasalahan
Apakah
dengan
model
pembelajaran
dengan
pendekatan
tanggung jawab dalam melaksanakan
experiental learning dapat meningkatkan
apa yang menjadi kewajibannya dalam
keterampilan sosial siswa SDN
kehidupan
Tegal Mulyo Surakarta? (2) Bagaimana
nyata,
sebagai
hasil
dari
perilaku belajar yang diperolehnya melalui
model
pembelajaran di sekolah.
memadai
desain
pembelajaran
untuk
kelas V yang
meningkatkan
keterampilan sosial siswa SDN kelas V Tegal Dibandingkan
dengan
model
pembelajaran
konvensional,
maka
pembelajaran
kooperatif
Mulyo Surakarta?
memiliki
METODE
beberapa kelebihan, terutama berkenaan
Desain dan Prosedur Penelitian
dengan
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pengembangan
kemampuan [144]
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
penelitian tindakan kelas. Prosedur yang
langkah
dilaksanakan dalam penelitian tindakan
dilakukan. 4) Memilih prosedur evaluasi
kelas
penelitian. 5) Melaksanakan tindakan.
ini
berbentuk
siklus,
yang
dan
tindakan
yang
akan
berlangsung selama dua siklus. Masingmasing siklus terdiri dari dua pertemuan.
2. Pelaksanaan Tindakan
Adapun prosedur penelitian yang dipilih
Dalam
yaitu dengan menggunakan model spiral
pembelajaran
dari
pada perencanaan yang telah dibuat
Kemmis
model
dan
Kemmis
dilakukan
Mc
dan
Mc
secara
berkelanjutan,
Taggart.
Siklus
Taggart
ini
tahap
ini
dan
langkah-langkah tindakan
mengacu
yaitu:
berulang
dan
a. Tahap Awal Pembelajaran
terdiri
dari,
1) Guru mengucapkan salam. 2) Guru
yang
perencanaan–pelaksanaan–observasi dan
mengkondisikan
refleksi. Langkah-langkah
pembelajaran.
pada
model
siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu
kehadiran
sebagai berikut.
apersepsi
siswa 3)
siswa.
4)
ke
arah
Guru
mengecek
Guru
melakukan
dengan
mengajukan
pertanyaan: “Pernahkah kalian pergi ke 1. Perencanaan tindakan
Candi
Tahap ini mencakup semua perencanaan
parambanan? Apakah yang kalian lihat di
tindakan
sana?”
seperti
pembuatan
rencana
Borobudur
atau
Candi
pelaksanaan pembelajaran yang akan diterapkan, dan
menyiapkan
sumber
metode,
alat
b. Tahap Inti Pembelajaran
pembelajaran
serta
1) Siswa dibagi ke dalam lima kelompok
merencanakan
langkah-langkah
dan
(tiap kelompok terdiri dari empat sampai
tindakan
akan
yang
dilakukan
untuk
dengan
meningkatkan keterampilan sosial.
lima
tahap
seluruh
rencana
dilakukan
ini
untuk
pembelajaran
penulis menetapkan tindakan
yang
2)
Seminggu
sebelum dilaksanakan pembelajaran tiap kelompok
Dalam
orang).
ditugaskan
gambar–gambar
akan
untuk
peninggalan
Hindu-Budha dan Islam
memperbaiki
praktik
cetak
mengenai
materi
mengkondisikan
mencari
maupun
melalui media
elektronik. siswa
3)
supaya
duduk
berkelompok.
bercorak Hindu-Budha dan Islam
yaitu
panjelasan guru tentang tugas yang harus
pembelajaran
diselesaikan dalam kelompoknya. 5) Guru
Kooperatif
menerapkan: adapun
langkah-langkah
perencanaannya yaitu: 1)
memberikan
tugas
Siswa
Guru
peninggalan-peninggalan sejarah yang dengan
4)
sejarah
untuk
menyimak
didiskusikan
Meminta izin
dalam kelompok. 6) Siswa berdiskusi untuk
kepada kepala sekolah dan guru SD kelas
menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
V. 2) Membuat rencana pelaksanaan
7) Setiap kelompok memaparkan hasil
pembelajaran. 3) Merumuskan
tugas
langkah[145]
yang
dikerjakan,
menanggapi,
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
mempertahankan,
menyempurnakan
hasil kerja kelompok. 8) guru membahas
untuk mengetahui apakah aktivitas siswa
Siswa bersama
dan kinerja guru sudah sesuai dengan
yang telah didiskusikan
apa
yang
tercantum
dalam
lembar
dalam kelompok. 9) Siswa bersama guru
observasi atau tidak. Dengan demikian,
menghubungkan
hasil
materi
pelajaran
observasi dapat
diperbaiki
pada
dengan kehidupan sehari-hari mengenai
siklus berikutnya. Kegiatan observasi lebih
peninggalan-peninggalan sejarah Hindu-
difokuskan pada aktivitas diskusi kelompok
Budha
siswa.
dan
Islam.
10)
Siswa
diberi
kesempatan untuk menanyakan apa yang telah
dipelajari
bersama.
11)
Guru
4. Refleksi
melakukan evaluasi.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting
untuk
memahami
dan
c. Tahap Akhir Pembelajaran
memberikan makna terhadap proses dan
1) Guru dan siswa menyimpulkan materi
hasil pembelajaran yang terjadi yang
yang telah dipelajari. 2) Melakukan tindak
dilakukan.
lanjut, guru memberi tugas siswa untuk
melakukan kegiatan berikut. 1) Mengecek
membaca dan mencari gambar-gambar
kelengkapan data pengumpulan data
tentang peninggalan-peninggalan sejarah
yang terjaring selama proses tindakan. 2)
yang bercorak Hindu-Budha dan Islam
Mendiskusikan dan pengumpulan data
lainnya, di luar dari contoh-contoh yang
antara
sudah dibahas.
sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa,
Refleksi
guru, hasil
dilakukan
peneliti
dengan
dan
pengamatan,
kepala catatan
3. Observasi
lapangan, dan lain-lain. 3) Penyusunan
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan
rencana
data serta mencatat setiap aktivitas siswa
dirumuskan
dan kinerja guru pada saat pelaksanaan
pembelajaran, dengan berdasar pada
tindakan berlangsung. Observer bertugas
analisa data dari proses dalam tindakan
mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa
sebelumnya, untuk memperbaiki proses
selama proses pembelajaran berlangsung
pembelajaran yang telah dilakukan pada
dengan mengacu pada lembar observasi.
siklus I, untuk menyusun tindakan yang
tindakan
berikutnya
dalam
yang skenario
akan dilakukan pada siklus II. Observasi ini dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dan
Tempat pelaksanaan penelitian adalah SD
kinerja
Negeri
guru
mengenai
dalam
pembelajaran
IPS,
peninggalan-peningkalan
Tegal
Laweyan
Mulyo
Surakarta.
di
Kecamatan
Subjek
dalam
sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan
penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Islam, dari awal pembelajaran sampai
Negeri
akhir pembelajaran. Hal ini dimaksudkan
penelitian [146]
Tegal ini
Mulyo. diperoleh
Data dari
dalam hasil
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
observasi,
wawancara
dan
tes
yang
Rata-rata kelas yang diperoleh adalah
dilakukan terhadap siswa kelas V SDN
75,27. Siswa yang mendapatkan nilai di
Negeri Tegal Mulyo.
bawah KKM sebanyak tiga siswa atau 8,57%
sedangkan
siswa
yang
HASIL
mendapatkan nilai di atas KKM ada 32
Hasil Pembelajaran IPS
siswa atau 91,43%.
1. Data hasil tes ips dalam aspek keterampilan sosial kelas V pada siklus I
Hasil Pengamatan Keterampilan Sosial
Dari nilai rata-rata tes IPS dalam aspek keterampilan
sosial
dapat
1. Data hasil pengamatan keterampilan
diketahui
sosial siklus I
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 57-
Berdasarkan hasil observasi keterampilan
62 ada 10 siswa, yang mendapat nilai 63-
sosial diperoleh hasil sebagai berikut. Pada
68 ada tujuh siswa, yang mendapat nilai
pertemuan
pertama,
69-74 siswa ada lima siswa, siswa yang
memperoleh
nilai
mendapatkan nilai 75-80 ada enam siswa,
kategori
siswa yang mendapat mendapat nilai 81-
sedangkan siswa yang memperoleh nilai
86
yang
keterampilan sosial kategori baik ada
empat
delapan siswa dari 35 siswa. Sedangkan
siswa. Rata-rata kelas yang diperoleh
pada pertemuan kedua meningkat dari
adalah 70,98. Siswa yang mendapatkan
delapan siswa menjadi 14 siswa dari 35
nilai di bawah KKM sebanyak 10 siswa
siswa atau 40%.
ada
tiga
mendapatkan
atau
28,57%
siswa, nilai
dan 87-92
sedangkan
siswa ada
siswa
cukup
siswa
keterampilan sebanyak
27
yang sosial siswa
yang
mendapatkan nilai di atas KKM ada 25
2. Data hasil pengamatan keterampilan
siswa atau 71,43%.
sosial siklus II Berdasarkan hasil observasi keterampilan
2. Data hasil tes IPS dalam aspek
sosial diperoleh hasil sebagai berikut. Pada
keterampilan sosial kelas V pada siklus II
pertemuan
pertama
Dari nilai rata-rata tes IPS dalam aspek
memperoleh
nilai
keterampilan
kategori
sosial
dapat
diketahui
cukup
keterampilan sebanyak
yang sosial
13
siswa
keterampilan
sosial
bahwa siswa yang mendapatkan nilai 57-
sedangkan
62 ada 0 siswa, yang mendapat nilai 63-68
kategori baik ada 22 siswa dari 35 siswa
ada tujuh siswa, yang mendapat nilai 69-
atau sebesar 62,85%. Sedangkan pada
74 siswa ada delapan siswa, siswa yang
pertemuan
mendapatkan nilai 75-80 ada 14 siswa,
memperoleh
siswa yang mendapat mendapat nilai 81-
kategori baik meningkat dari 22 siswa
86
menjadi 29 siswa atau sebesar 82,85%.
ada
tiga
siswa,
dan
siswa
yang
mendapatkan nilai 87-92 ada tiga siswa.
[147]
nilai
siswa
kedua nilai
siswa
keterampilan
yang sosial
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Tabel 1. Perbandingan Nilai Pengamatan Keterampilan Sosial dan Nilai Tes IPS Siklus I dan Siklus II (bersambung) Siklus I Keterangan
Pengamatan Keterampilan sosial
Siklus II Pengamatan
Tes IPS
Tes IPS
Keterampilan sosial
Nilai Terendah
50,5
57
58,5
63
Nilai Tertinggi
73,5
90
84
90
Rata-rata Nilai
62,01
70,98
72,52
75,27
Berdasarkan hasil pada siklus I dan Siklus II
Tegalmulyo
maka
ketuntasan siklus I dan siklus II adalah
dapat
ketuntasan
dilakukan
tes
IPS
perbandingan
dan
pengamatan
No.
85.
Perbandingan
sebagai berikut:
keterampilan sosial siswa kelas V SDN Tabel 2. Perbandingan Ketuntasan Tes IPS dan Keterampilan Sosial Siswa antara Siklus I dan Siklus II Uraian
Siklus I
Siklus II
Rata-rata nilai Tes IPS
70,98
75,27
Rata-rata nilai Keterampilan Sosial
62,01
72,52
71,43%
91,42%
40%
82,85 %
Ketuntasan Klasikal Tes IPS Ketuntasan Klasikal Keterampilan Sosial
Berdasarkan pengamatan dan analisis
Surakarta. Peningkatan keterampilan sosial
data yang ada, dapat dilihat adanya
dalam
peningkatan
observasi di antaranya: (1) keterampilan
nilai
tes
IPS,
dan
hasil
pembelajaran
pengamatan keterampilan sosial dalam
bekerja
pembelajaran IPS. Peningkatan hasil dari
mengendalikan
proses pembelajaran IPS adalah siswa
berkomunikasi;
dapat
memperoleh dan mengolah informasi.
lebih
mengembangkan
sama;
berdasarkan
(2) diri;
keterampilan
(3)
keterampilan
(4)
keterampilan
keterampilan sosialnya. Adapun deskripsi data hasil penelitian PEMBAHASAN Berdasarkan
sebagai hasil
pengamatan
atau
berikut.
kooperatif
Model
pembelajaran
dengan
observasi dan hasil tes IPS dapat dilihat
experiential
adanya peningkatan keterampilan sosial
pada
dan peningkatan nilai IPS di kelas V SD
pembelajaran, yang diharapkan dapat
Negeri
menciptakan proses belajar yang lebih
Tegalmulyo
No.
85,
Laweyan,
[148]
siklus
learning
pendekatan
1
yang
diterapkan
merupakan
model
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
bermakna. Melalui model ini, siswa belajar
Keterampilan sosial dalam pembelajaran
tidak hanya belajar tentang konsep materi
IPS pada siklus II secara klasikal meningkat
belaka, hal ini disebabkan karena siswa
19,99% dari siklus I yaitu 71,43% menjadi
dilibatkan secara langsung dalam proses
91,42% pada siklus II. Nilai terendah dari
pembelajaran untuk dijadikan sebagai
hasil tes setelah dilaksanakan tindakan
suatu
pengalaman.
dari
proses
siklus II yaitu 63, nilai tertinggi yaitu 90, dan
tidak
hanya
rata-rata nilai secara klasikal meningkat
menekankan pada aspek kognitif saja,
dari siklus I yaitu 70,98 menjadi 75,27 pada
juga tidak seperti teori behavior yang
siklus II. Hal ini disebabkan pelaksanaan
menghilangkan
model pembelajaran kooperatif, memiliki
pembelajaran
Hasil
kooperatif
peran
pengalaman
subjektif dalam proses belajar. Namun hasil
keunggulan di antaranya
dari penerapan model kooperatif yang
semangat siswa, karena pembelajar aktif,
diterapkan pada siklus 1 belum terlaksana
terciptanya suasana belajar yang kondusif
secara maksimal hal ini dapat terlihat dari
dan dinamis serta terbuka dari berbagai
hasil
arah,
kemampuan
keterampilan
sosial
kurang.
Hal
ini
karena
siswa
kognitif siswa
yang
mungkin
belum
dan
dan
meningkatkan
mendorong
serta
masih
mengembangkan berpikir kreatif karena
disebabkan
siswa partisipatif aktif untuk menemukan
terbiasa
dengan
sesuatu.
Adapun
berdasarkan
hasil
penggunaan model dan strategi yang
observasi keterampilan sosial diperoleh
baru
itu
hasil sebagai berikut. Pada pertemuan
belum
pertama siswa yang memperoleh nilai
proses
keterampilan sosial kategori baik ada 22
disebabkan
siswa dari 35 siswa atau sebesar 62,85%.
karena selama pembelajaran orientasinya
Sedangkan pada pertemuan kedua siswa
lebih berfokus pada hasil belajar pada
yang memperoleh nilai keterampilan sosial
aspek pengetahuan, sedangkan untuk
kategori baik meningkat dari 22 siswa
sikap
menjadi 29 siswa atau sebesar 82,85%.
bagi
keterampilan maksimal
mereka. sosial
Di siswa
terlihat
juga
dalam
pembelajaran IPS. Hal
dan
samping
ini
keterampilannya
kurang
mendapat perhatian optimal.
Berdasarkan hasil analisis pada tindakan siklus
II
dapat
diketahui
adanya
Kekurangan yang terjadi di siklus 1 telah
peningkatan keterampilan sosial siswa dari
diperbaiki di siklus 2 dengan mengubah
tindakan siklus I yaitu 40% menjadi 82,85%
strategi yang lebih mengaktifkan siswa
pada siklus II. Peningkatan keterampilan
serta
sosial
memfokuskan
keterampilan keterampilan: mengendalikan
sosial (1) diri;
pada
aspek
siswa
yaitu
bekerjasama; (3)
siswa
pembelajaran
(2)
disebabkan kooperatif
yang
model secara
maksimal diterapkan sebagai perbaikan
berkomunikasi;
pada siklus I.
serta (4) keterampilan memperoleh dan mengolah informasi. [149]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 2 Oktober 2015
Berdasarkan
hasil
penelitian,
dapat
Keterampilan
sosial
seseorang
terlihat
dijelaskan data perhitungan rata-rata nilai
ketika berinteraksi dengan orang lain,
tes keterampilan dari siklus I dan siklus II
khususnya dalam kegiatan yang bersifat
mengalami
kelompok.
peningkatan.
Peningkatan
Seseorang
keterampilan
siswa yang tuntas diatas KKM ≥ 65 hanya
mampu
25 siswa atau 71,43%, dan pada siklus II
berpartisipasi
siswa
65
dalam mencapai tujuan kelompok, aktif
sebanyak 32 siswa atau 91,42% dari 35
memberikan saran yang bermanfaat dan
siswa.
berusaha memecahkan permasalahan.
tuntas
Sedangkan
diatas
KKM
ditinjau
dari
≥
hasil
dalam
yang
memiliki
terlihat dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I
yang
sosial
yang
tinggi
bekerja
dan
akan
kelompok,
memberi
kontribusi
pengamatan, keterampilan sosial siswa juga menunjukkan adanya peningkatan.
SIMPULAN
Pada siklus I siswa yang memperoleh
Dari hasil penelitian dan pembahasan
kategori keterampilan sosial baik hanya
yang
ada 14 siswa atau 40%, namun pada siklus
sebagai
II meningkat menjadi 29 siswa atau 82,85%.
pembelajaran
dikemukakan,
disusun
berikut.
simpulan
Pertama,
model
kooperatif
dengan
pendekatan experiental learning dapat Peningkatan
keterampilan
berdampak
pada
kemampuan
kognitifnya,
siswa
meningkatkan keterampilan sosial siswa
peningkatan yang
SDN
dapat
kelas
V
Peningkatan
Tegal
Mulyo
keterampilan
Surakarta.
sosial
siswa
dilihat dari hasil belajar siswa ketika model
yang diperoleh melalui kegiatan observasi,
kooperatif
berdasarkan hasil analisis pada tindakan
dengan
pendekatan
experiental learning diterapkan selama
siklus
dua siklus. Keberhasilan pembelajaran ini
peningkatan keterampilan sosial siswa dari
disebabkan karena dalam pembelajaran
tindakan siklus I yaitu 40% menjadi 82,85%
kooperatif
siswa
pada
berinteraksi
dalam
sehingga individu kelompok.
dituntut
ini
diikuti
kegiatan
seperti
dapat
siklus
II.
diketahui
Dari
adanya
hasil
observasi
peningkatan keterampilan sosial siswa,
masing-masing
mendukung
Hal
aktif
kegiatan kelompok,
kemampuan akan
untuk
II,
juga
peningkatan
kemampuan
pengetahuan IPS siswa, sebagai dampak
yang
pengiring
(nurturant
effect)
diungkapkan oleh Com & Slaby (dalam
pembelajaran.
Syaodih, 2007, p. 50) bahwa keterampilan
secara klasikal pengetahuan IPS siswa
sosial
berinteraksi
meningkat 19,99% dari siklus I yaitu 71,43%
dengan orang lain dalam konteks sosial
menjadi 91,42% pada siklus II. Kedua,
dengan cara yang spesifik sehingga dapat
desain
diterima atau dinilai menguntungkan bagi
untuk meningkatkan keterampilan sosial
dirinya atau orang lain.
siswa SDN kelas V Tegal Mulyo Surakarta
adalah
kemampuan
adalah [150]
Persentase
proses
pembelajaran
dengan
yang
ketuntasan
memadai
menggunakan
model
Jenny Indrastoeti, SP, & Hasan Mahfud, Pembelajaran Kooperatif…
pembelajaran
kooperatif
dengan
siswa; fase 2 menyajikan informasi; fase 3
pendekatan experinetal learning. Proses
mengorganisasikan siswa ke dalam bentuk
pembelajaran
kelompok; fase 4 membimbing kelompok
dan
pembelajarannya
langkah-langkah
kooperatif
dengan
bekerja dan belajar; fase 5 evaluasi; dan
pendekatan experiental learning terdiri atas
enam
fase
yaitu:
fase
fase 6 memberikan penghargaan.
1
menyampaikan tujuan dan memotivasi REFFERENSI
Syafruddin. (2001). Penerapan model ATI dalam pembelajaran IPS di SD. (Disertasi). Bandung: PPs UPI. Tidak dipublikasikan.
Blanks, J. A. (2001). Teaching strategies for the social studies. inquiry valuing, and decision-making. New York: Longman. Kolb., D. A. (2013). On experiental learning. [online] Tersedia: http://www.infed.org/biblio/b-xplrn.htm Syaodih, E. (2007). Pengembangan model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan keterampilan sosial. (Disertasi). Bandung: SPs UPI. Tidak dipublikasikan. Solihatin, E. (2009). Cooperative Learning analisis model pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Fernandes, K., et al.( 1989). Strategi belajar mengajar. Surabaya: Penerbit tidak diketahui. Jarolimek, J. (2002). Social studies in elementary education. New York: MacMillan Co. Inc. Sumaatmadja, N. (2006). Konsep dasar IPS. Jakarta: UT. Rusman. (2010). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers Sasongko, R. N. (2001). Model pembelajaran aksi sosial untuk pengembangan nilai-nilai dan keterampilan sosial. (Disertasi). Bandung: PPs UPI. Tidak dipublikasikan. Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
[151]