p-ISSN 2355-5343 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 29/01/2015; Accepted: 25/03/2015 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 2(1) 2015, 21-35 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v2i1.1319
PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DI KELAS IV SD Asiah SDN Jatiroke I Jatinangor Jl. Letda Lukito No. 56 Jatinangor Sumedang Email:
[email protected] ABSTRACT This research aims to improve students' skills in speaking. Researchers apply a communicative approach through classroom action research. Based on the results of research, learning Indonesian with the application of communicative approach showed an increase in the students' speaking skills class IV SDN Jatiroke I both orally and in writing. This increase can be seen from the observation and implementation of corrective actions at each cycle. First cycle that scored above 60 KKM there are 16 students (61.53%) with an average grade 62.30 increase significantly in the second cycle to 25 students (96.15%) with an average grade of 80. Keywords: approach, communicative speaking, elementary school students.
skills,
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Peneliti menerapkan pendekatan komunikatif melalui metode penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan pendekatan komunikatif menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I baik secara lisan maupun tulisan. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil observasi dan pelaksanaan tindakan perbaikan pada setiap siklusnya. Siklus I yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 60 ada 16 siswa (61,53%) dengan rata-rata kelas 62,30 meningkat secara signifikan di siklus II menjadi 25 siswa (96,15%) dengan rata-rata kelas 80. Kata kunci: pendekatan, keterampilan berbicara, siswa SD.
komunikatif,
How to Cite: Asiah, A. (2015). PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA DI KELAS IV SD. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 21-35. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v2i1.1319.
PENDAHULUAN ~ Pendidikan merupakan
harus berlangsung dan terus terbaharui,
salah
rangka
untuk meningkatkan kualitas masyarakat
bangsa
pada umumnya.
satu
upaya
mencerdasakan
dalam
kehidupan
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 dan Konstitusi Bangsa Indonesia yaitu
Perubahan KTSP yang beragam mengacu
Undang-Undang Dasar 1945. Selain itu,
pada standar nasional pendidikan untuk
pendidikan merupakan salah satu bentuk
menjadi pencapaian tujuan pendidikan
perwujudan kebudayaan manusia yang
nasional. Implementasi Undang-Undang
dinamis dan berkembang. Dinamisasi dan
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
perkembangan
tentang
pendidikan
sejalan
Sistem
Pendidikan
Nasional
dengan perubahan daya nalar dan daya
dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan
pikir manusia itu sendiri. Perubahan itu
antara lain Peraturan Pemerintah Nomor [21]
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
diasosiasikan dengan silabus. Pemilihan
Pendidikan.
Peraturan
ini
materi silabus itu sendiri tidak didasarkan
memberikan
arahan
tentang perlunya
pada tingkat kesukaran dan kerumitan
pemerintah
disusun dan dilaksanakan delapan standar
butir
nasional pendidikan, yaitu Standar Isi,
kebutuhan pembelajar. Oleh karena itu,
Standar
analisis kebutuhan merupakan kebutuhan
proses,
Standar
Kompetensi
Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,
Standar
Sarana
struktur,
tetapi didasarkan pada
yang mutlak”.
dan
Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Atas dasar pemahaman tersebut, penulis
Pembiayaan,
merasa
dan
Standar
Penilaian
Pendidik.
ada
kekurangan
dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV di SDN Jatiroke I, dilihat dari hasil
Bahasa
memiliki
perkembangan
peran
sentral
intelektual,
dalam
sosial,
evaluasi dan sikap siswa belum mencapai
dan
hasil
yang
emosional peserta didik dan merupakan
berbicara
penunjang
yang
keberhasilan
mempelajari
semua
Pembelajaran
dalam
bidang
Bahasa
studi.
cara isi
terutama
menyampaikan
diterima
dengan
Indonesia
optimal
melalui
pesan
telepon
serta
tidak
dalam pesan sesuai sesuai
dengan situasi dan konteks. Berdasarkan
diarahkan
untuk
meningkatkan
hasil
kemampuan
peserta
didik
ditemukan
untuk
identifikasi pula
masalah, bahwa
responsip
dengan baik dan benar, baik bicara lisan
terhadap materi; siswa kurang aktif dan
maupun
menumbuhkan
merasa takut untuk tampil di depan kelas;
apresiasi hasil karya kesusastraan manusia
siswa kurang terampil berbicara dalam
Indonesia.
menyampaikan
serta
memberi
kurang
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia tulis,
dalam
siswa
dapat
kembali
tanggapan
pesan
yang
diterima dengan lafal dan intonasi yang Seseorang dapat membaca atau menulis
tepat;
secara mandiri, dapat menyimak siaran
melafalkan kata-kata bahasa Indonesia;
radio
dan sebagian siswa belum mendapat
jarang
sendiri.
Akan
orang
tetapi,
sangatlah
melakukan
kegiatan
siswa
kurang
fasih
dalam
pertanyaan yang diberikan guru.
berbicara tanpa hadirnya orang kedua sebagai pemerhati atau penyimak. Oleh
Apabila kondisi seperti itu terus dibiarkan
karena itu, Valette (1977) berpendapat
akan
bahwa
pembelajaran
berbicara
kemampuan
merupakan
berbahasa
yang
suatu bersifat
berpengaruh
semakin
terhadap
yang
rendahnya
proses
mengakibatkan keterampilan
sosial. Kemudian menurut Solchan, dkk.
berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I,
(2001, p. 6.41), “Pendekatan komunikatif
sehingga perlu adanya inovasi dalam
dalam
pembelajaran
pembelajaran
bahasa
sering [22]
yang
bertujuan
untuk
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
mencapai
tujuan
pembelajaran
yaitu
dan
siswa mampu meningkatkan keterampilan diterima
melalui
telepon
informasi
dengan
kerjasama tak terbatas.
berbicara dalam menyampaikan pesan yang
berbagi
2. Kegiatan
sesuai
interaksi
sosial
(social
interaction activities) terdiri atas enam
dengan isi pesan, lafal dan intonasi yang
hal,
yaikni
improvisasi,
lakon-lakon
tepat.
pendek yang lucu, aneka simulasi, dialog dan bermain peran, sidang-
Berdasarkan penulis
latar
belakang
bermaksud
di
atas,
sidang konversasi dan diskusi, serta
mengadakan
berdebat.
perbaikan praktik pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
Aspek-Aspek yang Berkaitan Erat dengan
penggunaan
Pendekatan Komunikatif
dengan
pendekatan
mengacu
komunikatif
pada
rumusan
Delapan
aspek
yang
berkaitan
erat
masalah: apakah pendekatan komunikatif
dengan pendekatan komunikatif (Nunan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dalam Solchan, dkk., 2001, p. 6.6) akan
dapat
dipaparkan sebagai berikut.
meningkatkan
keterampilan
berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I? Tabel 1. Aspek yang berkaitan dengan Pembelajaran Komunikatif Pendekatan pendekatan
Pendekatan Komunikatif
komunikatif yang
adalah
bertujuan
suatu
No.
untuk 1.
membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran
mengembangkan
bahasa,
juga
Aspek yang Berkaitan Teori Bahasa
prosedur-prosedur
bagipembelajaran empat keterampilan berbahasa
(menyimak,
membaca,
berbicara dan menulis), mengakui dan menghargai bahasa.
saling
Ciri-ciri
ketergantungan
utama
pendekatan
komunikatif adalah adanya dua kegiatan yang saling berkaitan erat, yakni: 1. Kegiatan-kegiatan
2.
komunikasi
fungsional (functional communication activities) yang terdiri atas empat hal, yakni mengolah informasi, berbagai dan
mengolah
informasi,
berbagi
informasi dengan kerjasama terbatas,
[23]
Teori Belajar
Kebermaknaan dalam Pendekatan Komunikatif Pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa menyatakan bahwa pada hakikatnya bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan makna, yang menekankan pada dimensi semantik dan komunikatif daripada ciriciri gramatikal bahasa. Oleh karena itu, yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa kedua secara ilmiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa yang lebih efektif dilakukan melalui
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tujuan
Silabus
Tipe Kegiatan
Peranan Guru
Peranan Siswa
Peranan Materi
Pendekatan
komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (kompetensi dan performasi komunikatif). Silabus harus disusun searah dengan tujuan pembelajaran dan tujuantujuan yang dirumuskan dan materi-materi yang dipilih harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif, pembelajaran dipajankan pada situasi komunikasi yang nyata, seperti tukar menukar informasi, negosiasi maka atau kegiatan lain yang sifatnya rill. Dalam pembelajaran ini, guru hanya berperan sebagai fasilitas proses komunikasi, partisipasi tugas dan teks, penganalisis kebutuhan, konselor, dan manajer proses belajar. Dalam pembelajaran ini, pembelajar (baca: siswa) berperan sebagai pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga para siswa tidak hanya menguasai bentukbentuk bahasa, tetapi juga bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaiannya. Dalam pembelajaran ini, materi harus disusun dan disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata.
komunikatif
merupakan
pendekatan yang sangat tepat dalam pembelajaran Bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Ketepatan ini sangat berkaitan dengan bahsa belajar
pandangan-pandangan yang menggarisbawahi bahasa
berkomunikasi. tersebut
ilmu
bahwa
pada
intinya
belajar
Artinya,
dalam
proses
bahasa
sesuai
pemakaian
dengan fungsinya adalah hal yang sangat esensial
dalam
sebuah
proses
pembelajaran bahasa. Berkaitan dengan kompetensi komunikatif ini, Canale & Swain (dalam Solchan, dkk., 2006, p. 6.19) mengemukakan empat unsur
yang
berkaitan
dengan
kemampuan komunikasi, yakni: 1. kemampuan gramatika: kemampuan penutur
menggunakan
kaidah
gramatika; 2. kemampuan
sosiolinguistik:
kemampuan konteks
penutur
social
memahami
tempat
terjadinya
komunikasi; 3. kemampuan penutur
wacana:
kemampuan
menyampaikan
maksud-
maksud komunikasi secara koheren; 4. kemampuan penutur
strategi:
menggunakan
kemampuan berbagai
cara/strategi dalam berkomunikasi. METODE Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan selama dua bulan. Jadwal pelaksanaan
Penerapan
Pendekatan
perbaikan
Komunikatif
dilakukan
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia [24]
pembelajaran dengan
jeda
antarsiklus waktu
satu
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
minggu, yaitu pada setiap jadwal jam
perencanaan sampai kegiatan refleksi,
mata pelajarannya.
dengan
berdasarkan
pada
model
tertentu. Tempat Penelitian Penelitian bertempat di SDN Jatiroke I,
Prosedur atau langkah-langkah penelitian
Jalan Letda Lukito No. 56 Kecamatan
yang dilakukan terbagi dalam bentuk
Jatinangor Kabupaten Sumedang 45363
siklus, kegiatan mengacu pada model
sebagai
sempel
yang diadopsi dari Kemmis & Taggart
penelitian adalah siswa kelas IV SDN
(Wiriaatmadja, 2005; Wardani, 2006), di
Jatiroke I dengan jumlah siswa 26 orang
mana setiap siklus terdiri atas empat
yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 10
kegiatan
siswa perempuan.
perencanaan,
populasi
sekaligus
pokok
adalah
tindakan
kegiatan:
pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini Karakteristik
dilakukan secara simultan yang urutannya
Secara umum siswa yang bersekolah di
dapat mengalami modifikasi.
SDN Jatiroke I Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang berlatar belakang
Desain penelitian tindakan kelas mengikuti
ekonomi menengah ke bawah, dengan
desain
kondisi
(Wiriaatmadja,
mata
belakang
pencaharian
orang
tua
dan
yang
latar
sangat
model
sebagai
Kemmis 2005 ;
berikut:
&
Taggart
Wardani,
Refleksi
2006)
Awal
→
beragam. Pada dasarnya siswa kelas IV
Perencanaan Tindakan I → Pelaksanaan
mempunyai semangat belajar yang tinggi
Tindakan I → Observasi, Refleksi, dan
bila didukung dengan baik dan diberi
Evaluasi I → Perencanaan Tindakan II →
kesempatan
Pelaksanaan Tindakan II → Observasi,
dengan
penyajian
pembelajaran yang maksimal. Dengan
Refleksi dan Evaluasi II.
keragaman latar belakang itulah yang menjadi tantangan tersendiri bagi penulis
Berdasarkan
untuk
penelitian
menggali
dan
berupaya
terus
desain
tindakan
di
atas,
kelas
tahapan
yang
akan
memberikan perhatian khusus di dalam
dilakukan mengadopsi pendapat Mulyasa
proses pembelajaran,
(2009), dengan rincian materi pelajaran
sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang lebih bermutu
dikembangkan
dari
Febicahyanti,
dan berprestasi.
(2006) serta Warsidi & Farika (2009).
dkk.
dijelaskan sebagai berikut. Prosedur Penelitian
1. Refleksi Awal
Penelitian ini berupa penelitian tindakan
Pada
kelas (PTK). Oleh sebab itu, prosedur
masalah
penelitian pun mengikuti prosedur PTK
berbicara
yang sudah baku, dari mulai kegiatan
menyampaikan [25]
tahap
ini
yakni
dilakukan kurang
siswa
kelas
pesan
identifikasi terampilnya IV
dalam
yang
diterima
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
melalui telepon sesuai isi pesan lafal dan
Atas dasar kesepakatan itu maka disusun
intonasi yang tepat.
rencana perbaikan tindakan terhadap
2. Perencanaan Tindakan
masalah-masalah yang dihadapi siswa
Masalah yang ditemukan akan diatasi
dalam
dengan
perencanaan
melakukan
langkah-langkah
berbicara,
langkah-langkah
tindakan
itu
mencakup
perencanaan tindakan, yaitu menyusun
menyusun instrumen penelitian berupa:
instrumen
rencana
penelitian
berupa:
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar
(RPP), lembar kegiatan siswa, soal test,
kegiatan siswa, soal tes, angket, dan
dan lembar observasi serta catatan hasil
lembar observasi.
evaluasi.
3. Pelaksanaan Tindakan
perbaikan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berup
siklus.
apelaksanaan
kegiatan
Berikut
ini
hasil
pembelajaran
tindakan
selama
dua
pembelajaran,
pengumpulan data dari angket, lembar
Siklus I
observasi dan tes.
Deskripsi
4. Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Kegiatan
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan
dilaksanakan selama 2 jam pelajaran
data dan menganalisisnya. Selanjutnya
yang dimulai dari pukul 07.00 sampai pukul
dapat ditarik simpulan dari penelitian ini.
08.10. Kegiatan pembelajaran dihadiri 26
pembelajaran
siklus
I
siswa, kompetensi dasar yang dipelajari HASIL
berbicara. Menyampaikan pesan yang
Penelitian yang telah dilakukan penulis
diterima melalui telepon sesuai dengan isi
dari siklus I hingga siklus II selama dua
pesan dengan indikator menyampaikan
bulan, dibantu oleh lima orang guru rekan
pesan
sejawat yang bertindak sebagai observer
sesuai dengan isi pesan, lafal dan intonasi
dan
yang tepat. Pembelajaran dimulai dengan
berfungsi
sebagai
teman
diskusi
dalam tahap refleksi.
yang diterima
tanya-jawab
melalui
untuk
telepon
menggali
pengetahuan awal siswa. Pada kegiatan Berdasarkan deskripsi data awal, peneliti
ini
bersama-sama dengan praktisi menyusun
menjawab pertanyaan yang diberikan
rencana
guru, tidak ada satu pun siswa yang
tindakan
memecahkan
perbaikan
untuk
kesulitan-kesulitan
dalam
siswa
terlihat
ragu-ragu
untuk
mengajukan pertanyaan.
berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I. Peneliti
dan
praktisi
sepakat
menggunakan pendekatan
untuk
Memasuki kegiatan inti, siswa melakukan
komunikatif
percakapan
secara
berpasangan
di
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
depan kelas. Awalnya siswa terlihat malu-
guna
malu dan kurang keberanian untuk tampil
meningkatkan
keterampilan
berbicara siswa kelas IV SDN Jatiroke I.
di [26]
depan
kelas.
Dalam
pelaksanaan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
berbicara di depan kelas walau sudah
pembelajaran awal yaitu 54,61. Perolehan
diminta dengan jelas masih ada siswa
nilai pada siklus I dapat dilihat pada tabel
yang kesulitan untuk berbicara dengan
berikut.
menggunakan bahasa indonesia karena
Tabel
bahasa
Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV
sehari-hari
adalah bahasa Sunda. Tahap selanjutnya
SDN Jatiroke I
dengan
Hasil
bermain peran, siswa masih ada yang malu-malu dan kurang
dalam
Tes Lisan
keberaniannya
No.
Nama
walaupun telah diberi motivasi oleh guru.
Tes Tertulis
Siklus I
percakapan
Siswa
Awal
pelaksanaan
Evaluasi
Siklus I
digunakan
Hasil
Awal
yang
2.
Pada saat siswa yang ditunjuk guru untuk tampil ke depan situasi menjadi ribut,
1
Candra Irawan
D
D
20
20
segera guru memberikan arahan dan
2
Mena Risna
D
D
20
40
aturan cara berbicara di depan kelas
3
Syaeful Anwar D.
D
C
40
40
4
Ade Wawan S.
D
C
40
40
5
Agung Setiawan
D
C
40
60
C
40
40
dengan benar. Selain itu, peneliti juga menjanjikan
memberikan
penghargaan
6
Achmad Lathif
D
kepada kelompok yang paling tertib dan
7
Ahmad Sopian
D
D
40
40
disiplin dalam melaksanakan percakapan
8
D
C
40
40
bermain peran dengan baik.
9
Ai Mulyanah Ajang Burhanudin
C
B
60
80
10
Akbar Komara
B
B
80
80
11
Alfira Lupita R.
B
B
80
80
12
Anggi Andini
B
B
80
100
13
Anisa Sufia L. Annisa Nurhidayanti
B
B
100
100
B
B
80
100
D
C
40
60
16
Azi Wisnu Dadang Hermawan
D
D
40
60
Pada tahap akhir pembelajaran peneliti mengadakan evaluasi untuk mengukur sejauh mana penguasaan materi yang
14
telah diajarkan. Hambatan utama yang
15
peneliti temukan pada tahap ini adalah adanya
beberapa
siswa
yang
masih
17
Dalih Purwanto
D
C
40
60
kurang memahami pertanyaan dalam
18
Deriski Surya Putri
C
B
60
80
soal cerita yang ada dalam percakapan.
19
Dewi Daliah
C
C
60
80
Selain
20
Diana Wopita
C
B
60
60
21
Diki Purnama
D
C
40
40
22
Ega Nurhayati
B
B
80
80
23
Fajar Fadillah H.
C
B
80
80
24
Imer Sulistiya
B
B
80
80
Berdasarkan hasil evaluasi akhir secara
25
D
C
40
40
individu diperoleh nilai rata-rata kelas
26
Jajang Suhendar Johan Taufik Fauzan
D
C
40
40
itu
peneliti
juga
menemukan
beberapa siswa yang masih bekerjasama bahkan mencontek pekerjaan temannya.
62,30 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai
Jumlah
1420
1620
terendah 20. Perolehan ini menunjukkan
Rata-rata Kelas
54,61
62,30
peningkatan jika dibandingkan dengan perolehan
nilai
rata-rata
pada [27]
Nilai Tertinggi
B
B
100
100
Nilai Terendah
D
D
20
20
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
Dari
data
di
atas,
dapat
dijelaskan
Dari Tabel 4 diketahui hasil tes lisan yang
beberapa hal berkaitan dengan hasil tes
pada
lisan dan tulisan yang diperoleh sebagai
tertinggi B, dan nilai terendah D.
berikut ini. Data nilai tes lisan pada siklus I,
10
memiliki nilai tertinggi B artinya bagus, dan
8
nilai terendahnya D artinya masih kurang.
6
Sementara itu dari hasil tes tertulis pada
4
siklus I, diketahui bahwa nilai tertinggi 100
2
dan nilai terendahnya hanya sampai 20.
0
siklus
20 Tabel 3. Hasil Evaluasi Tertulis Secara
I
mencakup
40
60
range
80
nilai
100
Diagram 1. Nilai Siklus I
Kuantitatif Kelas IV SDN Jatiroke I
1. 2. 3. 4. 5. 6.
100 80 60 40 20 0
1 7 4 12 2 -
3 8 5 9 1 -
3,46 26,92 15,38 46,15 7,69 -
Jumlah siswa
26
26
Rata - rata Tuntas (%) Belum Tuntas (%)
54,61 46,15 53,84
62,30 61,53 38,46
Siklus I
Awal
Nilai
Awal
No.
Diagram 1 di atas menunjukkan hasil
Persentase
Siklus I
Jumlah Siswa
evaluasi berikut ini: Nilai 20 di Siklus I dari 3,46% (1 siswa).
11,53 30,76 19,23 34,61 3,46 -
Nilai 40 di Siklus I dari 34,61% (9 siswa). Nilai 60 di Siklus I dari 19,23% (5 siswa). Nilai 80 di Siklus I dari 30,76% (8 siswa). Nilai 100 di Siklus I dari 11,53% (3 siswa). Analisis
Dari data di atas diketahui hasil tes atau
Berdasarkan
deskripsi
hasil evaluasi tulisan yang diperoleh pada
dipaparkan,
ditemukan
siklus
yang
penting yang perlu dianalisis. Temuan
mencapai nilai di atas KKM atau tuntas
pertama, pada tahap awal pembelajaran
sebayak 16 siswa (61,53%), sedangkan nilai
siswa
di
pertanyaan guru bahkan tidak ada yang
I,
bahwa
bawah
KKM
jumlah
siswa
atau
belum
tuntas
sebanyak 14 siswa (38,46%). Tabel
4.
Hasil
Evaluasi
Lisan
1. 2. 3. 4.
Nilai A B C D
Jumlah siswa Nilai tertinggi Nilai terendah
berani
untuk
kedua,
pada
beberapa
untuk
bertanya. kegiatan
sudah hal
menjawab Lalu inti
temuan diketahui
bahwa pada saat dilakukan percakapan
Secara
di depan kelas, siswa malu-malu atau
Kualitatif Kelas IV SDN Jatiroke I No
ragu-ragu
yang
kurang tampak keberaniannya. Ada pula
Jumlah Siswa Awal Siklus I 7 11 5 11 14 4 26
26
B D
B D
siswa yang kesulitan berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, karena bahasa yang biasa digunakan sehariharinya adalah bahasa Sunda.
[28]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Pada saat mengerjakan soal evaluasi
menggunakan bahasa Indonesia harus
siswa
terus dilatih.
mengalamu
kesulitan
dalam
menjawab pertanyaan soal cerita dan Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka
masih ada yang bekerjasama bahkan mencontek Akibatnya
pekerjaan sebanyak
tindakan selanjutnya yang akan diberikan
temannya.
10
orang
pada siklus II adalah materi mengenai
siswa
penyampaikan
memperoleh nilai di bawah KKM atau
pesan
yang
diterima
melalui telepon.
38,07% siswa yang belum tuntas. Meskipun sebanyak 10 siswa memperoleh nilai di
Siklus II
bawah KKM, namun secara keseluruhan pembelajaran
siklus
I
telah
Deskripsi
berhasil
Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada
meningkatkan hasil belajar siswa. Indikator
pertemuan berikutnya dan dihadiri oleh
peningkatan tersebut dapat dilihat dari perolehan
rata-rata
mengalami
nilai
peningkatan
akhir
yang
dari
54,61
seluruh siswa yang berjumlah 26 orang. Indikator yang dipelajari pada siklus II adalah
menjadi 62,30.
menyampaikan
pesan
yang
diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan, lafal dan intonasi yang tepat.
Refleksi Berdasarkan
hasil
analisis,
Setting pembelajaran siklus II dilakukan
secara
sesuai
keseluruhan pembelajaran pada siklus I cukup
berhasil.
Indikator
pengamatan
keberhasilan
komunikatif
dengan
dan
di papan tulis.
pendekatan
bermain
konsentrasi
melihat contoh dialog yang terpampang
rata-rata dan cara anak tampil di depan oleh
peneliti
Berdasarkan
karena siswa merasa termotivasi dengan
kelas yang meningkat. Perolehan nilai didukung
RPP.
antusias siswa terpusat pada pelajaran
tersebut adalah perolehan nilai rata-rata
kelas
dengan
peran. Pada awal pembelajaran siswa menjawab
Namun demikian ada beberapa hal yang
pertanyaan awal yang diajukan dengan
harus diperbaiki agar pembelajaran pada
penuh
siklus II memperoleh hasil yang lebih baik,
antusias.
Selanjutnya,
kegiatan
yang berlangsung pada tahap ini berjalan
antara lain sebagai berikut.
cukup lancar.
1. Motivasi guru harus menyentuh secara merata terutama pada siswa yang malu-malu
atau
Pada kegiatan inti siswa diberi keleluasaan
kurang
keberaniannya tampil di depan kelas. 2. Dalam pelaksaan berbicara di depan kelas
terutama
kesulitan
bagi
untuk
siswa
berpasangan
dengan
siapa
yang
disukainya
untuk
melaksanakan
percakapan di depan kelas. Seluruh siswa
yang
tampak sangat antusias dan melakukan
berbicara
percakapan dengan penuh kegembiraan.
[29]
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
11
Akbar Komara Alfira Lupita R.
12
Anggi Andini
B
B
A
80
100
100
Setelah kegiatan eksplorasi dan elaborasi
13
B
B
A
100
100
100
selesai
tahap
14
Anisa Sufia L. Annisa Nurhidayanti
B
B
A
80
100
100
evaluasi, siswa mampu mengerjakan soal
15
D
C
B
40
60
80
secara mandiri peneliti tidak menemukan
16
D
D
C
40
60
80
satu siswa pun yang mencontek atau
17
D
C
B
40
60
80
bekerjasama dengan temannya. Siswa
18
Azi Wisnu Dadang Hermawan Dalih Purwanto Deriski Surya Putri
C
B
B
60
80
80
lebih
19
Dewi Daliah
C
C
B
60
80
80
20
Diana Wopita
C
B
B
60
60
80
Diki Purnama Ega Nurhayati Fajar Fadillah H.
D
C
B
40
40
60
B
B
A
80
80
100
C
B
B
80
80
80
Imer Sulistiya Jajang Suhendar Johan Taufik Fauzan
B
B
A
80
80
100
D
C
B
40
40
80
D
C
B
40
40
60
Jumlah
1420
1620
2080
termasuk
Rata-rata Kelas
54,61
62,30
80
dalam rata-rata yang baik. Perolehan nilai
Nilai Tertinggi
B
B
A
100
100
100
tersebut bisa dilihat secara lengkap pada
Nilai Terendah
D
D
C
20
20
40
Berdasarkan hasil observasi siswa telah mampu
menyampaikan
10
percakapan
dengan lafal dan intonasi yang tepat. dilakukan,
terampil
pesan
selanjutnya
dalam
yang
menyampaikan
diterima
dengan
21
menggunakan bahasa Indonesia yang
22
baik dan benar.
23 24
Perolehan nilai rata-rata kelas untuk hasil
25
belajar adalah 80 dengan nilai tertinggi
26
100 dan nilai terendah 40. Sementara perolehan
nilai
secara
lisan
Tabel 5 sebagai berikut. Tabel
5.
Hasil
Evaluasi
Siswa
9
Siklus II
8
Siklus I
7
Awal
6
Nama
Siklus II
5
B
B
A
80
80
100
pada siklus II, nilai tertingginya A artinya
Siklus I
4
100
tertinggi B artinya bagus, sedangkan nilai
Tes Tertulis
Awal 3
80
terendahnya D artinya kurang. Kemudian Tes Lisan
2
80
pada siklus 1 memiliki range dengan nilai
Hasil
1
A
diketahui hasil tes lisan yang diperoleh
dalam
SDN Jatiroke I
D
D
D
20
20
40
Mena Risna Syaeful Anwar D. Ade Wawan S. Agung Setiawan Achmad Lathif Ahmad Sopian
D
D
C
20
40
60
D
C
B
40
40
60
D
C
B
40
40
80
D
C
B
40
60
80
D
C
B
40
40
80
D
D
C
40
40
60
Ai Mulyanah Ajang Burhanudin
D
C
B
40
40
60
C
B
A
60
80
100
Candra Irawan
B
Berdasarkan data pada Tabel 5 di atas
Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV
No
B
sangat baik, dan nilai terendahnya D yang artinya kurang. Hasil tes tertulis pada siklus I, diketahui
nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 20. Lalu pada siklus II, diketahui nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Berikutnya, evaluasi
berkaitan tertulis
dengan
pelajaran
hasil bahasa
Indonesia secara kuantitatif kelas IV SDN Jatiroke I, disajikan pada Tabel 6.
[30]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Dari Tabel 6 diketahui hasil tes tertulis yang
5 Belum Tuntas (%)
diperoleh pada siklus I, nilai di atas KKM ada 16 siswa atau 61,53%. Sedangkan nilai
Tabel
di bawah KKM ada 14 siswa atau 38,46%. siswa atau 96,15%, dan nilai di bawah KKM ada 1 siswa atau 3,46%. Tabel 6. Hasil Evaluasi Tertulis Secara Kuantitatif Kelas IV SDN Jatiroke I
8 11 6 1 -
26
26
26
54,61 46,15
62,30 61,53
80 96,1
Siklus II
3 8 5 9 1 -
Siklus I
Siklus II
1 7 4 12 2 -
Awal
Siklus I
Persentase
Awal
Nilai
3,46 26,92 15,38 46,15 7,69 -
11,53 30,76 19,23 34,61 3,46 -
30,76 42,30 23,07 3,46 -
7.
38,46
Hasil
3,46
Evaluasi
Lisan
Secara
Kualitatif Kelas IV SDN Jatiroke I
Lalu pada siklus II, nilai di atas KKM ada 25
Jumlah Siswa
53,84
Jumlah Siswa Siklus I Siklus II 8 11 14 11 3 4 1
Nilai A B C D
Awal 7 5 14
Jumlah siswa
26
26
26
Nilai tertinggi Nilai terendah
B D
B D
A D
Dari data di atas diketahui hasil tes atau hasil evaluasi lisan yang diperoleh pada
100 80 60 40 20 0 Jumlah siswa Rata-rata Tuntas (%)
siklus I, yakni nilai tertinggi dan nilai terendah D. Sementara itu, pada siklus II diketahui capaian nilai tertinggi adalah A, sedangkan nilai terendahnya masih D.
Diagram 2. Nilai Siklus I dan Siklus II Diagram di atas memperlihatkan adanya
siswa) dan di siklus II 3,46% (1 siswa). Nilai 60
peningkatan dari setiap siklus. Nilai 20 di
di siklus I dari 19,23% (5 siswa) dan di siklus II
siklus I dari 3,46% (1 siswa) dan di Siklus II
23,07% (6 siswa). Nilai 80 di Siklus I dari
tidak ada. Nilai 40 di siklus I dari 34,61% (9
30,76% (8 siswa) dan di siklus II 42,30% (11
[31]
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
siswa). Nilai 100 di siklus I dari 11,53% (3
80 pada siklus II, selain itu nilai terkecil yang
siswa) dan di siklus II 30,76% (8 siswa).
diperoleh pada siklus ini adalah 40. Siswa yang belum tuntas ada 1 orang itu karena
Analisis
siswa tersebut membutuhkan perhatian
Temuan
pertama
pembelajaran
pada
adalah
tahap
awal
siswa
khusus.
sudah
memiliki pengetahuan awal mengenai
Refleksi
konsep
melalui
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil
telepon, hal ini menunjukkan pebelajaran
belajar siklus I dan siklus II disimpulkan
pada
dalam
bahwa pembelajaran pada kedua siklus
berbicara
tersebut telah meningkat secara signifikan.
siswa di depan kelas untuk menyampaikan
Dilihat dari hasil evaluasi secara lisan
pesan yang diterimanya melalui telepon.
maupun secara tulisan. Siklus I dari 26 siswa
Pengetahuan
yang mendapat nilai di atas atau sama
penyampaian siklus
II
meningkatkan
pesan
sudah
berhasil
keterampilan
awal
berpengaruh
pada
siswa hasil
sangat
belajar
dan
dengan
KKM
ada
16
siswa
(61,53%)
keterampilan berbicara karena menurut
dengan rata-rata kelas 62,30 naik di Siklus II
Solchan, dkk. (2001, p. 6.41), pendekatan
menjadi 25 siswa (96,15%) dengan rata-
komunikatif dalam pembelajaran bahasa
rata kelas 80. Kemajuan tersebut berkat
sering
silabus.
penyampaian materi secara terencana
Pemilihan materi silabus itu sendiri tidak
disertai dengan pendekatan komunikatif.
didasarkan pada tingkat kesukaran dan
Hal
kerumitan butir struktur, tetapi didasarkan
termotivasi
pada kebutuhan pembelajar.
keterampilan berbicara siswa di kelas IV
diasosiasikan
dengan
Dengan
tersebut
membuat
siswa
dan
aktif,
meningkatnya
demikian, analisis kebutuhan merupakan
untuk
menyampaikan
pesan
yang
kebutuhan yang mutlak.
diterima melalui telepon sesuai dengan isi pesan.
Memasuki
kegiatan
inti
pembelajaran
siswa terlihat antusias dan penuh dengan
PEMBAHASAN
kegembiraan
Nilai
saat
melaksanakan
pada
siklus I
sudah
percakapan dengan bermain peran di
peningkatan,
depan
yang
memuaskan. Hasil perolehan siswa yang
analisis
mencapai KKM sebanyak 16 siswa atau
kelas
disukainya.
dengan
Berdasarkan
teman hasil
meskipun
mengalami
61,53%
keterampilan
berbicara
Peningkatan ini dapat dikatakan sebagai
dapat disimpulkan pembelajaran pada
efek dari pendekatan komunikatif dalam
siklus II telah berhasil. Hal ini dapat dilihat
pembelajaran
dari perolehan nilai rata-rata hasil belajar
karena itu, materi diulang kembali dan
siswa yang meningkat dari 62,30 menjadi
diperluas, dengan tetap mengikuti alur
dalam
[32]
rata-rata
kelas
cukup
terhadap perolehan nilai hasil belajar dan siswa
dengan
belum
62,30.
Bahasa Indonesia. Oleh
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
materi
yang
dikemukakan
oleh
bermain peran dapat menguatkan sisi
Febicahyanti, dkk. (2006) serta Warsidi &
komunikasi yang dilkukan oleh siswa yang
Farika (2009).
memerakan memaknainya,
karena di
dapat
samping
lebih
memang
Selama siklus I dilaksanakan, terdapat
bermain peran ini merupakan kegiatan
beberapa
yang
kelebihan/kekuatan
kekurangan/kelemahan
yang
dan berhasil
menyenangkan
juga
(Santrock,
2007).
dianalisis. 1. Kekuatan dalam pembelajaran:
Beberapa kekuatan dan kelemahan yang
a. Memberikan arahan atau petunjuk
dapat ditemukan dalam siklus II, antara
cara-cara melakukan percakapan
lain sebagai berikut ini.
secara berpasangan.
1. Kekuatan
b. Memberikan bimbingan terhadap
a. Guru melaksanakan pembelajaran
pelaksanaan percakapan di depan
dengan
kelas.
pendekatan komunikatif bermain
2. Kelemahan dalam pembelajaran:
peran
a. Motivasi guru kurang menyentuh secara
merata
terutama
menggunakan dalam
Bahasa
pada
pembelajaran
Indonesia
dipajangkan
dalam
yang situasi
siswa yang malu-malu atau yang
komunikasi nyata yang tujuannya
kurang keberaniannya tampil ke
untuk
depan kelas.
mengembangkankemampuan
b. Dalam pelakasanaan berbicara di
siswa berkomunikasi.
kelas, kalau sudah diminta dengan
b. Dalam pelaksanaan berbicara di
jelas masih ada siswa yang kesulitan
kelas, siswa tanpa diminta guru
untuk berbicara.
sudah
c. Hasil evaluasi siswa masih belum
berani
ke
depan
kelas
secara berpasangan melakukan
memuaskan.
percakapan dengan lafal, intonasi yang tepat dan suara yang jelas.
Pada
siklus
II
penyampaian
materi
c. Guru memberikan bimbingan dan
pembelajaran menggunakan pendekatan
motivasi
komunikatif
pembelajaran sehingga hasil tes
dan
diperjelas
dengan
pelaksanaan bermain peran (role playing)
terhadap
pelaksanaan
lisan dan tulisan memuaskan.
sehingga peserta didik terlihat lebih aktif
2. Kelemahan
dalam belajar dan termotivasi terlihat dari
Masih ada satu siswa yang mendapat nilai
hasil
di bawah rata-rata kelas dan cara bicara
evaluasi
signifikan.
ada
Alasan
peningkatan mengapa
yang
bermain
pun masih belum sesuai dengan konteks.
peran dipadukan dengan pendekatan komunikatif, mengingat bahwa kegiatan [33]
Asiah, Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa…
Proses perbaikan pembelajaran Bahasa
12 siswa (46,15%). Pada Siklus I siswa yang
Indonesia Siklus I dan Siklus II dengan
aktif dan berani tampil di depan kelas
penerapan komunikatif menunjukkan hasil
serta yang telah mencapai ketuntasan 16
yang baik dilihat dari keaktifan, motivasi
siswa (61,53%). Pada Siklus II meningkat
dan keberanian siswa tampil di depan
secara signifikan siswa yang mencapai
kelas untuk menyampaikan pesan yang
ketuntasan 25 siswa (96,15%) dengan rata-
diterima melalui telepon sesuai dengan isi
rata kelas 80. Secara keseluruhan dalam
pesan. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan
pelaksanaan berbicara di kelas siswa
bahwa dengan pendekatan komunikatif
sangat termotivasi sehingga berani tampil
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
di depan kelas tanpa disuruh guru dan
dapat
keterampilan berbicara pun meningkat.
meningkatkan
keterampilan
berbicara siswa di kelas IV SDN Jatiroke I. Peningkatan keterampilan berbicara ini
REFERENSI
tidak lepas dari efektivitas pendekatan
Febicahyanti, E., dkk. (2006). Panduan pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV. Bandung: CV. Thursina.
komunikatif yang lebih menekankan pada bagaimana
materi
diajarkan
sesuai
dengan kebutuhan siswa (Solchan, dkk., 2001)
dan
juga
pemaduan
Mulyasa, E. (2009). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
kegiatan
bermain peran di dalam pendekatan tersebut,
yang
VanFleet
(2001)
bermain
menurut dan
Santrock
peran
mengembangkan
akan
potensi
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
pendapat (2007), turut yang
Santrock, J. W. (2007). Psikologi pendidikan (edisi ke-2). Jakarta: Prenada Media Grup.
perbaikan
Solchan, T. W., dkk. (2001). Hakikat pendekatan prosedur, dan strategi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif dalam sistem pembelajaran bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
siswa
dilibatkan di dalamnya. SIMPULAN Berdasarkan
hasil
pembelajaran yang dilakukan melalui PTK, pada pembelajaran Bahasa Indonesia yang
dilaksanakan
disimpulkan komunikatif
2
bahwa dapat
siklus
dapat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
pendekatan meningkatkan
keterampilan berbicara siswa di depan
Valette, R. (1977). Modern language testing. New York: Brace Jovanovich Inc.
kelas. Hal ini dapat dilihat dari siklus I dan II selama
perbaikan.
Sebelum
dilakukan
VanVleet, R. (2001). A parent’s handbook of filial play therapy. Boiling Springs, PA: Play Therapy Press.
tindakan siswa yang terlibat aktif dan yang mendapat nilai di atas KKM atau sama dengan KKM 60 dari jumlah 26 siswa hanya [34]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 2 Nomor 1 April 2015
Wardani, I. G. A. K. (2006). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Warsidi, E. & Farika. (2009). Bahasa Indonesia membuatku cerdas (kelas IV). Bandung: Pusat Perbukuan. Wiriaatmadja, R. (2005). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PPs UPI bekerjasama dengan PT. Remaja Rosdakarya.
[35]