Asna Yuliati
29
PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Asna Yuliati SDN Karangkembang, Babat, Lamongan Telp. 082140257562 Email :
[email protected] Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bagaimana guru menerapkan pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat tahun pelajaran 2012/2013 dan (2) mengetahui kemampuan siswa kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat dalam penguasaan bahasa Indonesia setelah diajarkan dengan pendekatan komunikatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data penelitian ini adalah cara yang diterapkan guru dalam pengajaran bahasa Indonesia dan nilai-nilai yang dicapai siswa akibat penggunaan metode komunikatif dalam pengajaran di kelas. Hasil penelitian melibatkan dua prosedur metode komunikatif, yaitu: (1) metode pemberian tugas, dan (2) metode Tanya jawab. Dilihat dari segi kompetensi siswa, siswa kelas V SDN Karangkembang dapat mencapai nilai yang baik dengan penggunaan metode komunuikatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Kata kunci: pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa Indonesia Abstract: The objectives are: (1) to describe the ways teacher applies communicative approach in teaching Indonesian language at the fifth grade of SDN Karangkembang Babat in the academic year 2012/2013 and (2) to know the fifth grade students’ competence of SDN Karangkembang Babat in mastering Indonesian language after being taught using communicative approach. This research is a descriptive one. The data of this research are steps applied by the Indonesian language teacher and the scores achieved by the students due to the use of communicative approach in teaching in the classroom. The results of the research show that the procedures of communicative approach involve two methods, namely: (1) task-giving mehod, and (2) askinganswering method. In terms of students’ competence, the fifth grade students of SDN Karangkembang can achieve good scores due to the use of communicative method in the process of learning of Indonesian language. Keywords: communicative approach, the teaching of Indonesian
PENDAHULUAN Amri (2010:1) mengatakan bahwa konsep Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, dan pendidikan suatu bangsa memerlukan proses dan waktu secara bertahap. Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian. Menurut Brunet (dalam Hidayat dkk., 1990:2) belajar adalah proses yang terjadi secara bertahap (episode). Episode terdiri atas informasi, transformasi, dan evaluasi.
30
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi mengenai proses memindahkan materi dari pengajar kepada pembelajar, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melihat keberhasilan proses yang dilakukan pembelajar dan pengajar. Menurut Gagne (dalam Hidayat dkk., 1990:2) belajar adalah proses yang dilakukan untuk menimbulkan perubahan pada anak didik. Mengajar merupakan kegiatan membimbing, melatih, dan mengarahkan anak didik agar mencapai sasaran belajar yang ditetapkan. Izzan (2010: 23) mengatakan “belajar bahasa” harus melibatkan empat faktor, yakni guru, pengajaran bahasa, metode pengajaran, dan materi pelajaran. Guru merupakan faktor terpenting dalam proses pemudahan belajar, karena itu guru disebut pemudah/fasilitator. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan metode tertentu. Guru yang baik menggunakan metode pengajaran yang paling efektif dan alat media yang terbaik, demikian pula guru bahasa. Agaknya, pencarian metode yang paling efektif tetap saja dilakukan dari zaman ke zaman karena apa yang dicari itu tampaknya “seperti angan-angan nan jauh di awan”. Dewasa ini berbagai model pembelajaran inovatif diupayakan misalnya model pembe-lajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, pembelajaran kontekstual, pembelajaran model diskusi, model pembelajaran inkuiri, strategi belajar PQ4R, strategi belajar peta konsep, dan lain-lain. Namun hasil belajar bahasa masih juga dikeluhkan banyak pihak. Kemampuan berbahasa anak didik masih rendah. Pengajaran bahasa melibatkan tiga disiplin ilmu: linguistik, psikologi, dan ilmu pendidikan. Ilmu linguistik memberi informasi bahasa secara umum yang mencakup bunyi bahasa, pembentukan kata dan kalimat, serta
wacana. Ilmu psikologi menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu dan ilmu pendidikan memungkinkan seseorang bisa meramu semua keterangan itu menjadi metode yang sesuai digunakan di kelas sehingga memudahkan proses belajar mengajar bahasa oleh pelajar. Izzan (2010:24) mengatakan metode itu mencerminkan disiplin ilmu tersebut ikut berubah. Dalam pengajaran bahasa Indonesia pendekatan komunikatif agaknya lebih pas diterapkan dibandingkan yang lainnya. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan dalam pengajaran bahasa yang memungkinkan pembelajar memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kompetensi kebahasaan dan menunjukkannya dalam kegiatan berbahasa, baik produktif maupun reseptif sesuai dengan situasi yang nyata, bukan situasi buatan yang terlepas dari konteks. Dua hal penting dalam pendekatan komunikatif adalah pengetahuan kebahasaan dan unjuk perbuatan bahasa. Menurut Tarigan (1991:255) pengajaran bahasa komunikatif bermula dari adanya perubahan dalam tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada akhir tahun 1960-an. Pengajaran bahasa Situasional menyajikan pendekatan Inggris utama terhadap pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Dalam pengajaran bahasa Situasional, bahasa diajarkan dengan mempraktikkan/ melatihkan struktur dasar dalam kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Tetapi seperti juga teori linguistik yang mendasari Audio-lingualisme ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an, maka para pakar linguistik terapan Inggrispun mulai mempermasalahkan asumsi-asumsi teoritis yang mendasari pengajaran bahasa Situasional. Ini merupakan resensi terhadap kritikan Noam Chomsky pakar linguistik Amerika terkemuka yang ditujukan kepada teori
Asna Yuliati
31
linguistik struktural. Chomsky (dalam Tarigan, 1991: 255) mendemonstrasikan teori-teori struktural standard mengenai bahasa tidak lagi mampu mempertanggungjawabkan ciri-ciri fundamen-tal bahasa kreativitas dan keunikan kalimat-kalimat individual. Para pakar linguistik terapan Inggris memberi penekanan pada dimensi fundamental bahasa lainnya yang tidak mendapat perhatian yang layak dalam pendekatan mutakhir terhadap pengajaran bahasa pada masa itu, yaitu potensi bahasa yang bersifat fungsional dan komunikatif. Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk : (1). mendeskripsikan bagaimana guru menerapkan pendekatan komunikatif dalam mengajarkan bahasa Indonesia di kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat tahun pelajaran 2012/2013, (2) mengetahui kemampuan siswa kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat dalam menguasai bahasa Indonesia setelah diajarkan dengan pendekatan komunikatif.
pengajaran di kelas. Sumber data penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa SDN Karangkembang Kecamatan Babat. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan kuesioner dengan instrumen kuesioner/angket, lembar pedoman observasi, lembar panduan wawancara, lembar korpus data, dan soal tes. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif. Pertanyaan penelitian yang pertama dianalisis dengan cara memaparkan aktivitas-aktivitas riil guru bahasa Indonesia dan siswa kelas V SDN Karangkembang di kelas ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Untuk menganalisis data dari pertanyaan ke dua, peneliti melihat skor yang dicapai siswa untuk setiap komponen bahasa Indonesia yang dites. Kemudian nilai yang dicapai siswa diukur dengan parameter yang ada, apakah nilai tersebut tinggi, sedang, atau rendah. Penguasaan bahasa Indonesia dikatakan baik ketika nilai yang dicapai siswa tinggi.
METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Djajasudarma (1993:13), penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif, sedangkan metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi data adalah langkah-langkah yang diterapkan guru bahasa Indonesia di SDN Karangkembang Kecamatan Babat dalam pengajaran bahasa Indonesia dan nilai-nilai yang dicapai siswa setelah penerapan pendekatan komunikatif dalam
HASIL PENELITIAN Dalam pembelajaran dengan metode komunikatif yang diterapkan di kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat terlihat adanya dua kegiatan yang dilakukan dua pihak, yaitu siswa dan guru. Dalam proses belajarmengajar terdapat tiga tahap, yaitu (1) pendahuluan, (2) inti, dan (3) penutup. Pada tahap pedahuluan terdapat dua kegiatan yang dilakukan guru bahasa Indonesia dan siswa di kelas V SDN Karangkembang. Ketika guru sudah memasuki kelas, guru memberikan informasi singkat pokok materi. Siswa menyimak penjelasan guru dengan baik. Pada tahap inti, guru menugasi siswa untuk melakukan sesuatu sesuai materi, misalnya mencari wacana dalam buku teks/menuliskan paragraf di papan tulis.
32
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
Ketika guru melakukan penugasan, siswa secara klasikal/individual melaksanakan tugas yang diberikan guru. Guru memberikan komentar atas hasil pengerjaan tugas siswa/ guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengomentari hasil pengerjaan tugas temannya. Siswa menyimak komentar guru/ memberikan tanggapan atas hasil pengerjaan tugas temannya. Guru memberikan pandangan/koreksi terhadap hasil pengerjaan siswa. Pada saat itu siswa menyimak pandangan/penjelasan guru. Pada tahap penutup, guru melanjutkan pemberian materi dengan menggunakan metode lain. Siswa melanjutkan aktivitas sesuai jenis metode yang digunakan guru. Pada tahap pedahuluan, guru bahasa Indonesia kelas V SDN Karangkembang memberi informasi singkat pokok materi yang akan disampaikan pada kesempatan tersebut. Ketika guru menyampaikan/memberikan informasi singkat tentang pokok materi, semua siswa menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru dengan seksama. Berikutnya, pada tahap inti guru mengajukan pertanyaan yang bersifat umum. Siswa secara klasikal menanggapi pertanyaan tersebut. Siswa sangat antusias menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Kadang-kadang tidak ada seorang siswa pun menanggapi pertanyaan, karena mereka tidak mengetahui jawabannya. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan. Jika tidak seorang siswa pun yang mengajukan diri, guru tetap menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Guru memberikan pandangan /koreksi terhadap jawaban siswa jika jawaban itu mendekati jawaban yang sebenarnya. Jika tidak, guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi jawaban rekannya. Siswa menyimak atau salah seorang siswa yang
ditunjuk guru menanggapi jawaban rekannya. Guru mengulas jawaban dan komentar siswa kemudian menyimpulkan jawaban yang benar. Siswa menyimak penjelasan guru atau mencatat. Konteks Pendayagunaan Metode Komunikatif Siswa Peran siswa dalam penggunaan metode Pemberian tugas dan Tanya jawab adalah sebagai penerima dan pelaksana instruksi. Dalam keadaan ini, siswa cenderung berperan pasif. Siswa akan terlihat aktif pada saat mengerjakan tugas yang diberikan guru. Mereka terlihat aktif ketika diminta menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Inisiatif dan aktivitas siswa terjadi pada saat guru memberikan tugas dan siswa mulai bekerja. Bentuk inisiatif yang muncul ada empat, yaitu (1) mengerjakan tugas di buku latihan, (2) menuliskan jawaban tugas di papan tulis, (3) menjawab pertanyaan, dan (4) mengajukan tanggapan. Guru merupakan sosok sentral dalam mengambil inisiatif. Respons siswa dalam proses pembelajaran timbul karena perintah dan pertanyaan dari guru. Artinya, setelah guru memberikan instruksi, siswa memberikan respons sesuai dengan perintah yang ada. Respons biasanya bersifat klasikal, bukan individual. Ini berarti ketika ada pertanyaan dari guru, siswa cenderung menjawabnya secara klasikal. Mereka kurang berani menjawab secara sendiri-sendiri karena takut salah dan malu. Guru Peran guru dalam menggunakan metode Pemberian tugas dan Tanya jawab dalam metode komunikatif adalah sebagai pemberi instruksi. Artinya guru bertindak sebagai pemilik kekuasaan untuk memberikan tugas, mengajukan pertanyaan, sekaligus menguasai materi
Asna Yuliati
pelajaran. Guru juga pengambil inisiatif pembelajaran. Pengambilan inisiatif akan lebih menonjol pada waktu siswa tidak memberikan respons terhadap tugas/pertanyaan yang diberikan guru. Materi Pembelajaran Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelas V SDN Karangkembang Babat, diperoleh data bahwa sumber utama materi pembelajaran adalah buku teks dan lembar kerja siswa. Kedua sumber utama tersebut dipakai dan berfungsi sebagai pedoman. Materi pembelajaran (buku teks, LKS, dan guru) merupakan pusat pembelajaran. Aktivitas siswa dan guru berpusat pada pemberian materi oleh guru berdasarkan sumber tersebut dan penerimaan materi oleh siswa. Dengan kata lain, materi bukan sebagai alat penggerak kegiatan komunikasi dalam kelas, tetapi sebagai seperangkat pengetahuan yang harus dikuasai, disampaikan dan dikuasai/dipahami siswa. Materi pelajaran yang bersumber dari buku dan LKS yang digunakan guru. Guru tidak mengembangkan materi pembelajaran sendiri tetapi menambah materi pelajaran dari sumber lain. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan hasil penelitian penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SDN Karangkembang Kecamatan Babat tahun pelajaran 2012/2013 dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa di kelas ketika proses belajar-mengajar sedang berlangsung dan (2) kompetensi berbahasa produktif siswa kelas V SDN Karangkembang Babat. Prosedur pendayagunaan metode komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN Karangkembang Kecamatan Babat
33
melibatkan dua metode, yaitu (1) metode pemberian tugas dan (2) metode tanya jawab. Masing-masing metode tersebut terdiri atas tahap dan kegiatan guru dan siswa. Ada tiga tahap pada metode pemberian tugas dan metode tanya jawab. Tahap-tahap tersebut meliputi tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan guru memberikan informasi singkat mengenai materi yang akan disajikan. Siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama. Pada tahap inti terdapat tiga kegiatan guru dan siswa. Yang pertama, guru menugasi siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa secara klasikal/individual melaksanakan tugas yang diberikan guru. Yang ke dua, guru memberikan komentar atas hasil pekerjaan siswa. Siswa menyimak komentar guru/ memberikan tanggapan atas hasil pengerjaan tugas temannya. Ke tiga, guru memberikan pandangan/koreksi terhadap hasil pekerjaan siswa. Siswa menyimak pandangan /penjelasan guru. Pada bagian penutup, guru melanjutkan pemberian materi. Siswa melanjutkan aktivitas sesuai jenis metode yang digunakan guru. Prosedur penerapan metode Tanya-jawab melibatkan tiga tahap dan dua aktivitas, yaitu aktivitas guru dan siswa. Pada tahap pendahuluan, guru memberikan informasi singkat tentang pokok materi. Siswa menyimak penjelasan guru. Pada tahap inti, ada empat kegiatan guru dan siswa. Pertama, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat umum. Siswa secara klasikal menanggapi pertanyaan tersebut. Kadang-kadang, tidak seorang siswapun menanggapi pertanyaan. Ke dua, guru menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab pertanyaan. Salah seorang siswa menjawab pertanyaan guru. Ke tiga, guru memberikan pandangan/koreksi terhadap jawaban
34
WAHANA PEDAGOGIKA, Vol. 2, No. 1, Juni 2016
siswa jika jawaban itu mendekati jawaban yang sebenarnya. Siswa menyimak/salah seorang siswa yang ditunjuk guru menanggapi jawaban rekannya. Ke empat, guru mengulas jawaban dan komentar, siswa menyimak. Pada bagian penutup, guru melanjutkan pemberian materi, siswa melanjutkan aktivitas. Dilihat dari segi kompetensi siswa, siswa kelas V SDN Karangkembang dapat mencapai nilai yang baik dengan pendekatan komunikatif dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan komunikatif dapat meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia anak. Pendekatan komunikatif mementingkan kemampuan berbahasa. Yang paling penting dalam pendekatan ini adalah anak dapat berkomunikasi, bukan menghafal struktur-struktur bahasa. Anak-anak lebih bersemangat belajar bahasa dan tidak mengalami stres. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada para guru bahasa Indonesia untuk
menggunakan pendekatan komunikatif dalam pengajaran bahasa Indonesia di sekolah agar hasil belajar dapat lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Amri, Sofan & Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Pustaka. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Penerbit Eresco. Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris. 2010. Bandung: Humaniora. Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Penerbit Angkasa.