e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V Carolina Hesti Kurniawati1, Ni Wayan Arini2, Made Suarjana3 1,3
Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara melalui penerapan model pembelajaran inside outside circle pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun ajaran 2015/2016. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi. Pelaksanaan tindakan tiap siklus adalah tiga kali pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V di SD Negeri 2 Banyuning yang berjumlah 41 siswa. Objek penelitian ini adalah keterampilan berbicara. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi. Data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase keterampilan berbicara pada siswa kelas V di SD Negeri 2 Banyuning. Persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 74,56% berada pada kategori kurang terampil. Persentase ratarata keterampilan berbicara siswa pada siklus II sebesar 84,68% berada pada kategori terampil. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inside outside circle pada mata pelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuning Tahun Ajaran 2015/2016. Kata kunci: IOC, keterampilan berbicara, bahasa Indonesia. Abstract The research was conducted to increase the speaking skill trough applying instruction model inside outside circle on bahasa Indonesia course in fifth grade SD Negeri 2 Banyuning academic year 2015/2016. This classroom action research conduct in two cycles. Each cycle consist of planning stage, action, observation, and reflection. action in each cycle is thre times meeting. The subject of this research is students of fifth grade in SD 2 Negeri 2 Banyuning which amount is 41 students. The object of this research is the speaking skill. Collecting the data is using observation method. Data will be analyzed by using statistic analytic descriptive quantitative technique. The result of the research showed that there was a raising percentage of speaking skill on students in fourth grade in SD Negeri 2 Banyuning. The average percentage of students’ speaking skill on cycle I is 74,56% is in low skilled categorize. The average percentage of students’ speaking skill on cycle II 84,68% is in skilled categorize. The result of this research showed that the application of inside outside circle learning model on bahasa Indonesia course can increase the motivation of students’ speaking skill in fifth grade of SD Negeri 2 Banyuning academic year 2015/2016 Keywords: IOC, speaking skill, bahasa Indonesia.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENDAHULUAN
berkomunikasi anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam kegiatan komunikasi khususnya. Banyak ungkapan yang dikemukakan menggambarkan pentingnya bahasa bagi manusia demikian pula halnya peranan bahasa bagi anak. Bahasa memberikan sumbangan yang pesat bagi perkembangan anak menjadi manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa anak tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi dalam kelompok. Bahasa yang wajib dipelajari adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup beberapa komponen keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan tersebut harus didapatkan oleh seluruh peserta didik. Siswa harus menguasai ke empat aspek tersebut agar dapat terampil berbahasa. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan berbahasa di sekolah tidak hanya menekankan pada teori, tetapi siswa dituntut untuk mampu menggunakan bahasa sebagai mana mestinya. Tujuan berbicara untuk melatih agar dapat menyampaikan gagasan atau pendapat secara lisan dan terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan pikiran. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, ternyata tidak semua aspek keterampilan berbahasa dapat ditanamkan dengan mudah kepada anak terutama keterampilan berbicara. Banyak faktor menjadi kendala dalam pengajaran bahasa salah satu diantaranya adalah penggunaan strategi pembelajaran. Sebagian guru masih mengalami kesulitan untuk memilih strategi yang tepat, sehingga pembelajaran berbicara kurang diperhatikan oleh siswa maupun guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V di SD Negeri 2 Banyuning pada mata pelajaran bahasa Indonesia diketahui bahwa dalam proses pembelajaran, guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan yang monoton tanpa menerapkan pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan metode pembelajaran yang mampu menumbuhkan
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan profesionalisme hanya dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan nasional. Secara praktis peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dengan peningkatan sumber daya manusia. Ini berarti bahwa peningkatan mutu pendidikan akan terjadi jika kualitas sumber daya manusianya meningkat. Sistem pendidikan yang baik apapun, kalau tidak didukung dengan kualitas kemampuan dan profesionalisme tenaga kependidikan tentu tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Rohman (2009:9) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses membawa manusia dari apa adanya kepada bagaimana seharusnya. Apa adanya adalah kondisi obyektif anak, keadaan anak dengan segala potensi, kemampuan sifat dan kebiasaan. Sedangkan bagaimana seharusnya adalah kondisi yang diharapkan terjadi pada diri anak. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan: “Pendidikan diarahkan untuk mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Dengan demikian, pendidikan memiliki kedudukan yang amat strategis dan menentukan dalam membangun pribadi individu-individu dalam masyarakat demi memajukan peradaban yang lebih maju. Untuk membangun pribadi individu, maka di sekolah dasar siswa belajar mengenai banyak hal misalnya belajar tentang lingkungan alam, lingkungan sosial, tata krama, agama, berhitung, dan bahasa. Dari berbagai aspek yang perlu dikembangkan di sekolah dasar, bahasa merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan karena bertujuan meningkatkan kemampuan 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 semangat belajar siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa cenderung menjadi pendengar yang setia. Akibatnya, siswa semakin enggan untuk belajar sehingga berdampak pada hasil belajarnya. Kenyataan tersebut memunculkan permasalahan yaitu rendahnya keterampilan berbicara siswa kelas V dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini terbukti dari pencacatan dokumen guru, diperoleh informasi bahwa keterampilan berbicara siswa pada semester I tahun ajaran 2015/2016 mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V yang berjumlah 41 orang siswa masih tergolong rendah, dengan nilai rata-rata siswa hanya mencapai 54,39, sedangkan nilai yang diharapkan sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 74. Dari 41 orang siswa, hanya 11 siswa saja yang memperoleh nilai di atas KKM dengan persentase 26,83%, sedangkan 30 siswa lainnya belum dapat memenuhi KKM atau masih berada di bawah KKM dengan persentase 73,17%. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V di SD Negeri 2 Banyuning masih rendah dan perlu diadakan perbaikan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kurang tepat jika guru menggunakan metode ceramah. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa maka dalam proses belajar mengajar siswa harus terlibat langsung dan bukan hanya berpusat pada guru. Metode pembelajaran ceramah yang dilakukan oleh guru belum memicu terjadinya aktivitas dan hasil belajar siswa yang optimal. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, maka sangat penting bagi pendidik, khususnya guru untuk memahami karakteristik siswa dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Metode atau model pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam hal ini adalah model pembelajaran inside outside circle. Penerapan model pembelajaran inside outside circle mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Model pembelajaran inside outside circle merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Huda (2011:31) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain”. Model pembelajaran inside outside circle dapat ditempuh oleh guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga bisa meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Shoimin (2014:87) menyatakan bahwa “model pembelajaran inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan kelompok besar dalam kelas yang terdiri dari kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar”. Pada hakikatnya penerapan model pembelajaran inside outside circle diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa, melatih daya tangkap, serta memberi kesempatan kepada anak untuk berekspresi secara lisan. Model pembelajaran inside outside circle memiliki keunggulan, yaitu adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk saling berbagi informasi bersama dengan singkat dan teratur. Selain itu, siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan karena dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model ini mau tidak mau semua siswa harus berbagi informasi secara bergantian kepada pasangannya masing-masing. Berdasarkan uraian tersebut, maka diangkat topik menjadi sebuah penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 2 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016”.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 METODE
kelas V, 2) Bersama-sama guru menyiapkan materi mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai pokok bahasan yang disesuaikan dengan pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bersama guru kelas V SD Negeri 2 Banyuning, 3) Bersama-sama guru menyusun RPP sesuai dengan materi yang telah ditetapkan dengan model pembelajaran inside outside circle, 4) Bersama-sama guru menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran, 5) Bersama-sama guru menyiapkan instrumen evaluasi yaitu, menyiapkan lembar observasi keterampilan berbicara, 6) Mendiskusikan pembelajaran dengan guru dan siswa untuk penerapan model pembelajaran inside outside circle serta membentuk kelompok. (2) Tindakan, merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pelaksanaan ini disusun dengan tahap pelaksanaan penerapan model pembelajaran inside outside circle untuk melihat keterampilan berbicara siswa. (3) Observasi, kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung hingga pembelajaran berakhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui interaksi siswa dalam belajar, sehingga diperoleh gambaran tentang pengelolaan kelas dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Dalam tahap ini, observasi dilakukan dengan mengamati keterampilan berbicara selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi keterampilan berbicara siswa yang telah disiapkan pada tahap perencanaan tindakan dan observasi dilaksanakan dengan mencatat kendala-kendala yang dialami pada saat proses pembelajaran berlangsung. (4) Refleksi, merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada saat dilakukannya pengamatan. Di setiap akhir proses pembelajaran, bersama dengan guru melaksanakan diskusi tentang hasil observasi dan evaluasi untuk mendapatkan
Subjek penelitian ini adalah 41 orang siswa kelas V semester genap tahun pelajaran 2015/2016 di Sekolah Dasar Negeri 2 Banyuning. Objek yang menjadi fokus penelitian ini adalah keterampilan berbicara bahasa Indonesia pada siswa tersebut setelah dibelajarkan dengan model pembelajaran inside outside circle. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan penerapan suatu pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dipilihnya PTK karena penelitian ini akan melakukan perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dengan melakukan refleksi dan perbaikan pada tiap siklus penelitian. Perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V semester genap di SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan, dan refleksi. Siklus I dan II mengikuti langkah yang sama seperti berikut ini untuk mengkaji variabel yang diteliti yaitu keterampilan berbicara. Rancangan PTK siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut. (1) Perencanaan, hasil dari refleksi awal terhadap permasalahan keterampilan berbicara di kelas yang menjadi objek penelitian, ditetapkan alternatif tindakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle. Tindakan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam perencanaan ini ditempuh Langkah-langkah sebagai berikut: 1) Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Banyuning untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas di 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 gambaran mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus I dan ditetapkan apa yang telah dicapai, apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Berdasarkan observasi dan evaluasi yang telah dilaksanakan pada siklus I, maka bersama guru melakukan refleksi terhadap hasil yang dicapai. Dari hasil refleksi, kemudian bersama guru merumuskan tindakan baru sebagai penyempurnaan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Alternatif tindakan ini akan ditetapkan menjadi tindakan baru pada rencana dalam penelitian tindakan siklus II. Alur tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat dilihat pada gambar 1.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data keterampilan berbicara. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi. Keterampilan berbicara dianalisis dengan menghitung nilai keterampilan berbicara siswa secara individu, rata-rata keterampilan berbicara siswa setiap pertemuan, nilai rata-rata keterampilan berbicara seluruh siswa dalam satu siklus, dan persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan bahwa “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga duperoleh kesimpulan umum.” Untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya keterampilan berbicara dilakukan dengan cara mengonversikan persentase rata-rata keterampilan berbicara ke dalam tabel kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan SIKLUS II
Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 1. Tahapan PTK Tabel 1. Kriteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima Keterampilan Berbicara Siswa dalam Mata pelajaran Bahasa Indonesia Persentase Kriteria Keterampilan Berbicara Penguasaan 90 ≤ M < 100 Sangat baik 80 ≤ M < 89 Baik 65 ≤ M < 79 Cukup baik 55 ≤ M < 64 Kurang baik 0 ≤ M < 54 Sangat kurang baik (Sumber : dimodifikasi dari Agung, 2005:97) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan tindakan ini, yaitu yaitu persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa ≥ 80 dengan kriteria baik.
Penelitian tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuning Tahun Pelajaran 2015/2016 yang secara umum telah dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Data penelitian yang dikumpulkan, yaitu data tentang keterampilan berbicara siswa setelah penerapan model pembelajaran inside outside circle untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Data hasil belajar siswa dikumpulkan melalui lembar observasi keterampilan berbicara siswa setiap pertemuan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan pada Bab III. Penelitian pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 20 April 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas yaitu menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan, dengan indikator: (1) mengajukan pertanyaan tentang suatu peristiwa, (2) menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (3) menanggapi suatu peristiwa. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 21 April 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas sama seperti pertemuan pertama hanya saja indikatornya yang berbeda, yaitu: (1) Menguraikan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar, (2) Menanggapi peristiwa yang terjadi di sekitar. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 27 April 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas yaitu mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, dan amanat), dengan indikator: (1) menentukan tema cerita, (2) menguraikan nama-nama dan watak tokoh dalam cerita, (3) menguraikan latar cerita. Pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga berdasarkan pada RPP seperti pada lampiran no 11, 12, dan 13. Setiap pertemuan siklus I dilakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi keterampiran berbicara siswa. Data hasil perhitungan yang diperoleh pada siklus I setelah menggunakan rumus yang telah ditentukan sebelumnya menunjukkan terjadinya peningkatan sebelum tindakan (data awal) ke siklus I. Persentase rata-rata yaitu 74,56% dengan kriteria cukup baik.
Berarti hasil belajar pada tindakan siklus I belum mencapai kriteria penilaian tersebut. Dengan demikian, maka tindakan penelitian perlu dilanjutkan pada siklus II. Setelah melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran inside outside circle untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 diperoleh beberapa catatan sebagai hasil observasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, adapun kelebihan yang diperoleh dalam proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran inside outside circle yaitu: (1) Siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena dalam menjelaskan materi pembelajaran guru menggunakan gambar atau teks bacaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. (2) Siswa terlihat senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, karena penerapan model pembelajaran inside outside circle lebih menekankan pada belajar sambil bermain. Setelah dilakukan observasi pada siklus I ternyata masih terdapat kendalakendala yang harus diperbaiki pada siklus selanjutnya. Adapun kendala-kendala tersebut sebagai penyebab belum mencapai keterampilan berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia sesuai atau lebih dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan pada penelitian ini Kendala-kendala yang dialami pada siklus I yang harus diatasi yaitu: (1) Dalam pembelajaran siswa belum berani berbicara di depan temannya, hal ini dikarenakan siswa jarang mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. (2) Dalam tahap diskusi kelompok, siswa diminta secara individu untuk menyampaikan pendapatnya. Secara umum lafal, intonasi, kelancaran dan ekspresi berbicara pada saat mengucapkan kurang tepat dan terkadang tersendatsendat. Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, dilakukan perbaikan-perbaikan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sebagai berikut. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 (1) Memberikan pemahaman kepada siswa yakni setiap kali menyajikan materi siswa diberikan kesempatan untuk membaca teks ke depan kelas yang dimana sebelumnya guru telah membaca teks bacaan dan diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sesuai materi yang diajarkan. (2) Menerapkan pembelajaran yang variatif untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam beinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran sehingga siswa terbiasa untuk berbicara dengan lafal, intonasi, kelancaran dan ekpresi berbicara yang baik dan benar. Hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia siklus I dengan beberapa kendala dan alternatif mengatasi kendala tersebut dapat menjadi acuan perbaikkan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Penelitian pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 04 Mei 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas yaitu mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, dan amanat), dengan indikator yang dibahas yaitu: (1) menanggapi isi cerita, (2) menguraikan pesan moral yang terdapat di dalam cerita. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas yaitu mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, dengan indikator yang dibahas yaitu: (1) mencermati persoalan atau masalah yang diajukan, (2) menjawab pertanyaan yang diajukan guru, (3) mengajukan pertanyaan tentang suatu persoalan atau masalah. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2016 dengan kompetensi dasar yang dibahas yaitu mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa, dengan indikator: (1) menguraikan persoalan atau masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat, (2) menanggapi masalah yang diajukan. Pembelajaran dilaksanakan pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga berdasarkan pada RPP seperti pada lampiran no 14, 15, dan 16. Setiap pertemuan siklus II dilakukan
penilaian dengan menggunakan lembar observasi keterampiran berbicara siswa. Data hasil perhitungan yang diperoleh pada siklus II setelah menggunakan rumus yang telah ditentukan sebelumnya menunjukkan terjadinya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Persentase rata-rata hasil observasi keterampilan berbicara siklus I yaitu 74,56% berada pada kriteria cukup baik dan pada siklus II mencapai 84,68% berada pada kriteria baik. Ini berarti terjadi peningkatan hasil observasi dari siklus I ke siklus II sebesar 10,12%. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia dengan penerapan model pembelajaran inside outside circle untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 diperoleh beberapa catatan sebagai hasil observasi. Setelah dilakukan observasi ternyata kendala-kendala yang terjadi pada siklus I relatif sudah dapat teratasi, namun masih ada beberapa catatan yang masih perlu diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Model pembelajaran inside outside circle yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Pada siklus ini siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Hal ini terlihat dari keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada tahap menyampaikan informasi kepada teman, lafal, intonasi, kelancaran dan ekspresi berbicara mereka sudah baik dan benar. (2) Beberapa siswa masih ada yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada aspek berbicara siswa kurang lancar dalam berbicara, penggunaan kalimat, dan tata bahasa yang masih kurang tepat. Dalam keadaan ini perlu adanya pengawasan khusus tidak hanya dalam pembelajaran tetapi juga diperlukan dalam pendekatan secara individual dan melibatkan semua pihak, orang tua, teman maupun pihak sekolah. Dari pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran inside outside circle menunjukkan adanya peningkatan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 keterampilan berbicara siswa yang dapat Tahapan Siklus I Siklus II
dilihat
74.56
84.68
60
Gambar
2.
2
berikut
in
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nurfidasari (2014) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian ini disebabkan oleh pembelajaran inside outside circle yang berpusat pada siswa dengan memberikan kesempatan siswa dalam berkomunikasi mengutarakan pendapat atau berbagi informasi dalam melengkapi jawaban, sehingga siswa terlatih untuk mengembangkan ide yang mereka pikirkan. Dalam pelaksanaannya model ini sangat mudah diterapkan dalam pembelajaran karena dalam proses pembelajaran model inside outside circle tidak membutuhkan bahan spesifikasi untuk membangkitkan kemampuan siswa dalam berbicara mengemukakan pendapatnya sehingga guru lebih mudah menerapkan model ini dan siswa bebas mengemukakan pendapatnya dalam berdiskusi. Dengan demikian sifat kerjasama antar siswa akan terbentuk. Pendapat ini didukung oleh Mukrimah (2014:178) yang menyatakan bahwa model pembelajaran inside outside circle memiliki kelebihan, yaitu: 1) Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi, sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran, 2) Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa, dan 3) Siswa mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan. Dalam proses pembelajaran siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, siswa saling memberi dan menerima informasi sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga siswa terlatih untuk belajar berbicara dalam menyampaikan informasi yang diketahui kepada teman yang menjadi pasangannya. Hal ini didukung oleh Shoimin (2014:88) yang menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran inside outside circle, yaitu melatih siswa belajar mandiri dan berbicara menyampaikan informasi kepada orang lain. Hasil belajar diperoleh dari kerjasama atau bertukar
80 SIKLUS I
tabel
Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Nilai Rata Kelas Kategori 74,56 Cukup Baik 84,68 Baik
Berdasarkan tabel 2 tersebut, terlihat peningkatan keterampilan berbicara siswa dari siklus I ke siklus II. Penelitian dihentikan pada siklus II, karena kriteria keterampilan berbicara siswa telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian, yaitu minimal 80%. Data pada tabel 2 dapat digambarkan pada gambar 2 berikut ini.
100
pada
SIKLUS II
Grafik Peningkatan Keterampilan Berbicara
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dengan menerapkan model pembelajaran inside outside circle dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dalam pembelajaran siswa diberikan teks bacaan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Sehingga di dalam pembelajaran siswa dapat mengasah keterampilan berbicaranya. Model pembelajaran inside outside circle merupakan pembelajaran yang menuntut siswa untuk mampu bekerjasama agar siswa lebih aktif dan tidak lagi guru yang berceramah di depan kelas sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Model pembelajaran inside outside circle ini diorientasikan untuk memunculkan ide-ide kreatif siswa melalui kegiatan diskusi kelompok dan membiasakan diri untuk aktif dalam mengemukakan pendapat. Penelitian ini 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pendapat dengan pihak lain seperti teman kelompoknya. Bertukar pendapat ini terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima informasi. Dalam tahap diskusi kelompok selama penelitian, siswa sudah menunjukkan kerjasamanya dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada pelaksanaan siklus I kemampuan berbicara siswa berada pada kategori cukup terampil ini dikarenakan siswa tidak terbiasa untuk berbicara di depan kelas, biasanya guru yang lebih banyak berbicara di depan. Sedangkan pada siklus II kemampuan berbicara berada pada kategori terampil. Keberhasilan penerapan model pembelajaran inside outside circle untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada mata pelajaran bahasa Indonesia dapat disebabkan oleh ketertarikan siswa untuk belajar bergantung pada langkah guru memberikan penguatan dalam pembelajaran, siswa menjadi antusias setelah diberikan penguatan yang positif oleh guru. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan (2013) yang menyatakan bahwa timbulnya peningkatan kepercayaan diri dan motivasi siswa dalam belajar disebabkan oleh pemberian penguatan yang positif sehingga keterampilan berbicara siswa meningkat. Dengan demikian, motivasi atau penguatan dapat digunakan untuk memotivasi siswa berbicara di depan kelas. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini sudah dapat menjawab rumusan masalah yang ada yaitu, keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016 dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran inside outside circle. Persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan yang ditetapkan, sehingga Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat dikatakan sudah berhasil dilaksanakan.
model pembelajaran inside outside circle dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuning tahun pelajaran 2015/2016. Pada siklus I persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa sebesar 74,56% dalam kategori “cukup baik”. Pada siklus II diperoleh persentase rata-rata keterampilan berbicara siswa sebesar 84,68% dalam kategori “baik”. Dengan demikian, keterampilan berbicara siswa kelas V SD Negeri 2 Banyuning setelah tindakan mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,12%. Maka dari itu, penelitian ini dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. (a) Kepada Siswa, disarankan agar siswa SD Negeri 2 Banyuning berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas belajar yang baik sehingga bermuara pada pencapaian hasil belajar yang maksimal dan terbentuk pemahaman dan penguasaan mata pelajaran bahasa Indonesia secara tuntas melalui diterapkannya model pembelajaran inside outside circle. (b) Kepada Guru, disarankan agar guru SD Negeri 2 Banyuning dapat menerapkan model pembelajaran inside outside circle sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pembelajaran yang lebih inovatif dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa dan dapat merangsang keaktifan siswa. (c) Kepada Kepala Sekolah, disarankan agar kepala sekolah SD Negeri 2 Banyuning mendukung atau menjadikan informasi yang berguna untuk mengambil suatu kebijakan dalam meningkatkan kualitas hasil belajar yang baik bagi sekolah dan mutu pendidikan pada umumnya serta memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. (d) Kepada Sekolah, disarankan agar sekolah SD Negeri 2 Banyuning dapat menerapkan model pembelajaran inside outside circle sebagai salah satu alternatif dalam merancang strategi pembelajaran dalam upaya melakukan perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah. (e) Kepada Peneliti Lain, peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan
PENUTUP Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 model pembelajaran inside outside circle pada pelajaran bahasa Indonesia maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memperhatikan hambatan-hambatan yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Mukrimah, S. S. 2014. 53 Metode Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Huda, Miftaful. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurfidasari, Alisa Dinar. 2014. Penerapan Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Siswa Kelas V SD Negeri Jakenan Pati. Jurnal Pendidikan. Tersedia pada: http://eprints.ums.ac.id/28754/16/NA SKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses, 16 Februari 2016. Rohman, Arif. 2009. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.
Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publising. Arikunto, Suharsini dkk. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Darmawan, Tito Hagi. 2013. “Penerapan Metode Inside-Outside Circle Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IV SD Negeri 01 Tambakboyo Tahun 2012/2013”. Jurnal Pendidikan. Tersedia pada: http://eprints.ums.ac.id/24579/12/NA SKAH_PUBLIKASI.pdf. Diakses, 8 Januari 2016.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: ArRuzz Media.
10