e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V Ni Km. Tri Virgawati1, I Md.Suarjana2, Dw Nym. Sudana3 1,2,3 Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) dan siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran konvensioanal. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 128 siswa. Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster sampling. Dari hasil random diperoleh SD Negeri 8 Penyaringan sebagai kelas eksperimen, dengan jumlah siswa 20 siswa dan SD Negeri 9 Penyaringan sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 15 siswa. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode tes dan instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar, yang berjumlah 30 butir soal. Data dianalisis mengunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor rata-rata untuk kelas eksperimen sebesar 24,95 sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 15,73. Selain itu, analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung = 8,23 lebih besar dibandingkan dengan ttabel = 2,034 pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside Circle (IOC) berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017. Kata Kunci: Hasil Belajar, IOC, IPS. Abstract This research aims to know the significant differences of social science achievement between students who learned with the model of cooperative learning type of Inside Outside Circle (IOC) and students who learned with conventional learning model. This type of research was quasi experimental research. This research population is grade V in Cluster III year lesson 2016/2017 in Mendoyo Sub-district, Jembrana regency of 128 students. Research samples taken with the technique of cluster sampling. From the results of the random State SD Negeri 8 Penyaringan as experiments class with 20 students and number of students of the SD Negeri 9 Penyaringan as the control class with the number of students is 15 students. Research data obtained using test methods and instruments used are the test results of the study, which numbered 30-reserved. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statisticl (test-t). The results showed there is a difference between learning achievement social science experiments class and control class. The average score for a experiment class is 24,95 while for the control class is 15,73. Besides that, data analysis used uji-t that is obtained tvalue = 8,23 is bigger than ttable=2,034 at 5% of significant level. Thus the learning model cooperative type of Inside Outside Circle (IOC) a positive effect against the achievement of social science grade in Cluster III year lesson 2016/2017 in Mendoyo Sub-district, Jembrana regency. Keywords: achievement, IOC, social science.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu wahana dalam upaya menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki kesiapan untuk menghadapi serta mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Wiratma (dalam Agung, 2014:147) menyatakan bahwa “Pendidikan dapat dijadikan sarana untuk melahirkan SDM yang berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, dunia pendidikan mendapatkan sorotan yang sangat tajam berkaitan dengan upaya menciptakan SDM berkualitas”. Keberhasilan pendidikan dilihat dari tinggi rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari nilai ujian nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan seorang guru tentunya harus memiliki empat dasar kompetensi guru yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tantang Guru dan Dosen pasal 20 ayat (1) disebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Dengan menigkatkan kualifikasi dan memiliki empat kompetensi, guru sebagai fasilitator harus pandai dalam menyampaikan materi dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagian besar ketidak tercapainya tujuan pembelajaran
dikarenakan siswa kuarang memahami materi yang telah dijelaskan, hal tersebut juga terjadi pada proses pembelajan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di Sekolah Dasar. IPS di sekolah dasar sangat penting dibelajarkan karena IPS merupakan pembelajaran yang mempelajari tentang interaksi di dalam masyarakat. Suamatmadja (dalama dalam Tjandra dkk, 2005:4) menyatakan bahwa “Ilmu-ilmu sosial mempelajari tingkah laku manusia dimasyarakat banyak aspek seperti aspek ekonomi, sikap mental, budaya, hubungan sosial, dan masih banyak aspek lainya”. Tentunya pembelajaran IPS di sekolah dasar lebih menekankan pada pemikiran yang berdasarkan realita kondisi sosial yang ada dilingkungan masyarakat siswa. Hasil wawancara menyatakan (1) guru masih belum memahami dan mengenal model atau metode pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran IPS. (2) materi dalam pembelajaran IPS masih bersifat hafalan. Hasil observasi didapatkan bahwa (1) proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru dalam proses pembelajaran. (2) dalam proses pembelajaran guru lebih dominan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. (3) siswa tidak fokus dalam mengkuti proses pembelajaran, hal tersebut tampak karena terlihat siswa mengganggu temanya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru dan kurangnya penerapan model pembelajaran yang tepat, dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang optimal. Hal tersebut berdasarkan pada dokumen hasil belajar IPS siswa kelas V di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana yang disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Rangkuman Data UTS IPS Siswa Kelas V di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana
No. 1
Nama Sekolah SD Negeri 1 Penyaringan
Jumlah siswa
KKM
19
72
Ketuntasan Mencapai Dibawah KKM KKM 9 10
2
Persentase ketuntasan kelas 47,4%
Kterangan Belum tuntas
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
2 3 4 5 6 7 8 9
SD Negeri 2 Penyaringan SD Negeri 3 Penyaringan SD Negeri 4 Penyaringan SD Negeri 5 Penyaringan SD Negeri 6 Penyaringan SD Negeri 7 Penyaringan SD Negeri 8 Penyaringan SD Negeri 9 Penyaringan Jumlah
7
70
3
11
68
5
15
70
7
14
68
6
19
60
11
8
70
4
20
70
7
15
70
8
128
60
Tabel 1. menunjukkan masih ada siswa yang belum mencapai KKM dan dilihat dari persentase siswa yang telah mencapai KKM pada setiap sekolah yang ada di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana masih berada dibawah kriteria kelasikal sebesar 75%. Nilai KKM dan ketuntasan kelasikal dimasing-masing sekolah di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana didasarkan pada kemampuan siswa dan berdasrkan kesepakatan melalui rapat komite. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu diupayakan usaha peningkatan penguasaan peserta didik terhadap konsep-konsep dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam suatu proses pembelajaran, semua model pembelajaran baik diterapkan namun pemilihan model pembelajaran harus sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik. Guru perlu menguasai dan menerapkan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle. Menurut Shoimin (2014:87) menyatakan “Inside outside circle adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar yang diawali dengan pembentukan 3
4
42,9%
Belum tuntas 6 45,5% Belum tuntas 8 46,6% Belum tuntas 8 42,8% Belum tuntas 8 57,8% Belum tuntas 4 50% Belum tuntas 13 35% Belum tuntas 7 53,5% Belum tuntas 68 Persentase siswa mencapai KKM 46,89% kelompok besar dan kelas terdiri dari kelompok dalam dan kemlompok lingkaran luar”. Model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang dapat membangun sifat kerja sama dan saling berbagi informasi antara kelompok lingkaran besar dan kelompok lingkaran kecil. Selain beberapa definisi tersebut, menurut penelitian Andhika (2013), meyatakan hasil belajar IPS siswa pada ranah kognitif yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (IOC) berbasis media audio visual animation lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Maka dari itu model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dapat menumbuhkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan tepat diterapkan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka akan dikaji lebih lanjut pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle terhadap hasil belajar IPS siswa melalui sebuah penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017”.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Sumber: Dimodifikasi dari Setyosari, 2015)
METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji keefektifan suatu teori/konsep/model dengan cara menerapkan (treatment) pada satu kelompok subjek penelitian dengan menggunakan kelompok pembanding yang biasa disebut kelompok kontrol (Agung, 2014). Dalam penelitian ini, yang diuji keefektifannya adalah penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan pembelajaran dengan model konvensional terhadap hasil belajar IPS. Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment), karena karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat dikontrol secara ketat. Sugiyono (2011:77) menyatakan “desain penelitian quasi eksperiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi eksperimen”. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan atau desain kelompok kontrol dengan mengunakan posttest-only control group design. Rancangan ini menggunakan dua kelas subjek, salah satunya diberikan perlakuan sedangkan kelas lain tidak diberikan perlakuan. Dalam penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dikenai perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan kelas kontrol tidak mendapat perlakuan dalam jangka waktu tertentu, kemudian kedua kelas dikenai pengukuran yang sama. Perbedaan hasil pengukuran yang timbul dianggap sumber dari variabel perlakuan. Desain rancangan ini disajikan dalam gambar 1.
R1 R2
X
Keterangan : R1 = Kelas ekseperimen R2 = Kelas kontrol X = Pemberian perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle = Tidak diberi perlakuan (model pembelajaran konvensional) O1. = Pengamatan akhir (post-test) berupa hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen. O2 = Pengamatan akhir (post-test) berupa hasil belajar IPS pada kelompok kontrol. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah keseluruhan siswa kelas V sekolah dasar di Gugus III Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 128 orang. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing SD setara atau belum, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhitung sebesar 0,24 sedangkan Ftabel pada dbantar = 8 dan dbdalam = 119 yaitu diperoleh Ftabel sebesar 2,01. Dengan demikian, maka Fhitung < Ftabel sehingga H1 ditolak. Dari pernyataan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar ulangan tengah semester mata pelajaran IPS kelas V di SD Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana. Dari hasil uji tersebut, diperoleh semua sekolah di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana tidak ada perbedaan yang signifikan. Maka dari itu populasi dalam penelitian ini dapat dikatakan setara. Pemilihan sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kontrol dilakukan dengan teknik cluster sampling yaitu pemilihan sampel secara acak atau random. Tahap pertama dari Sembilan sekolah yang ada di Gugus III Kecamatan
Q1 Q2
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Mendoyo Kabupaten Jembrana dilakukan pengundian untuk diambil dua sekolah yang dijadikan sampel penelitian. Kedua sekolah tersebut diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan satu kelas sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Dari hasil pengundian terpilihlah kelas V SD Negeri 8 Penyaringan, berjumlah 20 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 9 Penyaringan, bejumlah 15 orang sebagai kelas kontrol. Secara umum untuk jumlah sampel penelitian korelasional sebanyak 30 individu telah dipandang cukup banyak, sedangkan dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelas yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai (Sukmadinata, 2010). Dalam penelitian ini dilakukan kontrol validitas internal dan eksternal. Validitas internal yang dikontrol dalam penelitian ini adalah karakteristik subjek, lokasi peneliti, instrumentasi, pengukuran, pengaruh sejarah, kematangan, sikap siswa dan pengaruh implementasi. Validitas ekternal yang dikontrol adalah kesahihan populasi dan kesahihan ekologi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS pada kelas ekperimen dan kelas kontrol. Perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes hasil belajar yang terdiri dari 30 butir soal, yang telah diuji coba sebelumnya. Dalam penelitian ini sebelum menyusun tes hasil belajar terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrument yang terdiri dari 17 indikator pencapaian yang berdasarkan 2 kompetensi dasar. Soal yang digunakan berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom yaitu C1 sampai C4. Penskoran tes hasil belajar yaitu menjawab benar skor 1, jika menjawab salah dan tidak menjawan skor 0. Langkah-langkah penyusunan instrumen tes hasil belajar meliputi: 1) mengidentifikasi standar kompetensi, 2) menetapkan indikator pencapaian, 3) menyusun kisi-kisi, 4) menyusun butir tes hasil belajar, 5) mentukan kriteria penilaian, 6) uji ahli, 7) uji coba instrumen di skolah, 8)
analisis instrument, 9) revisi butir soal dan 10) post test. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMMBAHASAN Data hasil belajar kelas eksperimen diperoleh melalui post test terhadap 20 orang siswa. Berdasarkan berdasarkan data tersebut diperoleh skor hasil belajar tertinggi 29 dan skor terendah 18. Dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), standar deviasi (s) dan varians (s2) dari data hasil belajar kelas eksperimen, yaitu: mean (M) = 24,95, median (Md) = 25 modus (Mo) = 27 standar deviasi (s) = 2,95 dan varians (s2) = 8,75. Nilai mean, median dan modus disajiakn dalam bentuk kurva poligon seperti gambar 2. Tujuannya untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPS pada kelas eksperimen. Hubungan antara mean, median dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi.
FEKUENSI
5 4 3 2 1 0 18
21
22
23
24
25
26
27
29
SKOR
Md = 25 Md = 24,95 Mo = 27
Gambar 2. Histrogram Data Post Test Kelas Eksperimen Gambar 2. menunjukkan bahwa modus 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling negatif artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi. Untuk mengetahui kualitas dari variabel post test hasil belajar IPS siswa skor rata-rata post test dikonversikan mengunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). hasil konversi menunjukkan skor hasil belajar kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi. Data hasil belajar IPS di kelas kontrol, hasil post test terhadap 15 siswa kelas kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi 22 dan skor terendah 11. Dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), standar deviasi (s) dan varians (s2) dari data hasil belajar kelas kontrol, yaitu: mean (M) =15,73 median (Md) = 15, modus (Mo) = 11, standar deviasi (s) = 3,86 dan varians (s2) = 14,89. Nilai mean, median dan modus disajiakn dalam bentuk kurva poligon seperti gambar 3. Tujuannya untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPS pada kelas kontrol. Hubungan antara mean, median dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi.
FREKUENSI
5 4 3 2 1 0 11
12
14
15 16 SKOR
18
20
21
24
M = 15,73 Mo = 11 Md = 15 Gambar 3. Histrogram Data Post Test Kelas Kontrol Gambar 3. menunjukkan bahwa, modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling positif artinya, sebagian besar skor cenderung rendah. Untuk mengetahui kualitas dari variabel post test hasil belajar IPS siswa skor rata-rata post test dikonversikan mengunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). hasil konversi menunjukkan skor hasil belajar kelas eksperimen berada pada kategori sedang. Uji normalitas data dilakukan terhadap data skor hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kontrol. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kontrol pada tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Sebaran Data No 1 2
Kelas Data Post-test Eksperimen Post-test Kontrol
x2 hitung
x2 tabel
Status
4,144 2,150
7,815 3,481
Normal Normal
normal. Hasil perhitungan normalitas kelas eksperimen disajikan pada lampiran 27. Pada kelas kontrol x2 hitung hasil belajar IPS kelas kontrol adalah 2,150 dan x2 tabel pada taraf signifikan 5% dan dk = 1 adalah 3,481. Hal ini berarti skor hasil belajar IPS kelas kontrol lebih kecil dari x2 tabel (x2 hitung < x2 tabel), sehingga data skor hasil belajar IPS kelas kontrol berdistribusi
Tabel 2. menunjukkan hasil perhitungan menggunkan rumus chi-kuadrat, diperoleh x2 hitung hasil post test kelas eksperimen adalah 4.144 dan x2 tabel pada taraf signifikan 5% dan dk = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti skor hasil belajar IPS kelas eksperimen lebih kecil dari x2 tabel (x2 hitung< x2 tabel), sehingga data skor hasil belajar IPS kelas eksperimen berdistribusi 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
normal. Dalam penelitian ini, uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelas eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data
homogen jika Fhitung< Ftabel. Hasil uji homogenitas varians antar kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelas Eksperimen dan Kontrol Sumber Data Post-test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Ftabel el 2,40
Fhitung 1,70
Tabel 3. menunjukkan, Fhitung hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol adalah 1,70, sedangkan Ftabel pada dbpembilang = 19, dbpenyebut = 15, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,40. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, ini berarti bahwa varians data hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kontrol adalah homogen. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle terhadap hasil belajar IPS, dilakukan pengujian hipotesis tersebut dijabarkan menjadi pengujian hipotesis 0 melawan
Kelas Eksperimen Kontrol
Status Homogen
hipotesis 1 yaitu sebagai berikut. Setelah diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, analisis dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, dimana ttabel diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan db = 20 + 15 – 2 = 33. Rangkuman hasil analisis uji-t disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji-t Mean N Db s2 ( x) 20 24,95 8,75 33 15 15,73 14,89
Tabel 4, menunjukkan, thitung = 8,23 dan ttabel = 2,034 untuk db = 33 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil perhitungan uji-t disajukan pada lampiran 30. Kemudian skor rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol (24,6 > 16). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa kelas V yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan siswa kelas V yang dibelajarkan melalui model pembebelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS di Gudus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana.
thitung
ttabel
8,23
2,034
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tinjaun ini didasarkan pada ratarata skor hasil belajar IPS dan hasil uji-t, rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor hasil belajar IPS siswa kelas kontrol. Berdasarkan konversi hasil belajar skor hasil belajar kelas eksperimen berada pada kategori sangat tinggi sedangkan skor hasil belajar kelas kontrol berada pada kategori sedang. Analisis data menggunakan uji-t perhitungan tersebut menunjukan bahwa (thitung > ttabe), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Perdedaan skor hasil belajar antara 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kelas eksperimen dan kelas kontrol terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan dalam proses pembelajaran. Pada kelas eksperimen proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle sedangkan kelas kontrol menerapkan model pembelajaran konvensional. Skor siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle lebih tinggi, karena model ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk melatih secara mandiri melalui umpan balik dari teman atau guru. Sehingga siswa sangat aktif membagikan dan menerima informasi antar sesama siswa dengan kemampuan kognitif yang berbeda-beda yang dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Kurmiasih & Sani (2016) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle adalah model pembelajaran yang sangat dinamis ketika diperaktekkan dengan benar, karena model ini memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk bisa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPS, karena model kooperatif tipe inside outside circle memilki beberapa kelebihan. Shoimin (2014) kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle adalah (1) tidak ada bahan spesifikasi dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan materi pembelajaran atau mata pelajaran apapun, (2) kegaiatan ini dapat membangun sifat kerja sama antar siswa dan (3) mendapat informasi yang berbeda pada saat bersamaan. Jadi dalam proses pembelajaran guru tidak harus membatisi materi yang akan diberikan kepada siswa sehingga penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dapat diterapkan secara efektif. Temuan-temuan di kelas kontrol menunjukkan bahwa, dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model konvensional siswa cenderung pasif dan hanya mengandalkan penjelasan dari guru saja. Guru menjelaskan materi sedangkan siswa mencatat apa yang dijelaskan oleh
guru dan memberikan tugas yang dikerjakan secara individu, kemudian membuat simpulan pada akhir pembelajaran. Hal ini membuat siswa jenuh dan kurang memahami materi pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rasana (2009) yang menyatakan model pembelajaran konvensional berfokus pada pembentukan perilaku pasif atau menerima saja tanpa protes. Dan sintak model pembelajaran konvensional adalah pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas oleh guru, dan pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti. Sedangkan temuan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran. Siswa mulai aktif dalam menyampaikan pendapat, jawaban, dan berani bertanya mengenai materi yang belum dipahami karena aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle berpusat pada siswa. Sehingga siswa dapat berperan sebagai guru dalam membagi membagi informasi dengan pasangan dalam lingkaran besar dan lingkaran kecil. Selain itu, siswa juga merasa senang karena pembelajaran diselingi dengan permainan inside outside circle sehingga siswa tidak merasa jenuh. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Andhika (2013) “Dalam pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun guru”. Hasil yang diperoleh dalam penelitaian ini ternyata konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmaliaka (2014) menyatakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle berpengaruh secara signifikan pada hasil belajar IPA yang berdasarkan thitung > ttabe. Mengawati (2014) menyatakan rata-rata skor hasil belajar IPA kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe inside outside circle lebih besar dari besar kelas siswa yang mengikuti pembelajaran dengan skor hasil belajar IPA model pembelajaran konvensional. Noviemie 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
(2016) menyatakan rata-rata skor hasil belajar IPA dengan model kooperatif tipe inside outside circle lebih besar model pembelajaran konvensional. Andhika (2013) menyatakan menyatakan rata-rata skor hasil belajar IPS dengan model kooperatif tipe inside outside circle lebih besar dari model pembelajaran konvensional.
Peneliti lain yang berminat untuk meneliti lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Gugus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana tahun pelajaran 2016/2017 dapat disumpulkan, hasil uji statistik deskriptif skor rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe insede outside circle adalah 24,95 dan rata-rata skor hasil belajar IPS siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensioanal adalah 15,73. Hasil analisis data menggunakan uji-t diketahui thitung = 8,23 dan ttabel = 2,034 pada taraf signifikansi 5%. Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabe). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS siswa kelas V yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan siswa kelas V yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPS di Gudus III Kecamatan Mendoyo Kabupaten Jembrana tanun pelajaran 2016/2017. Aadapun saran yang disampaikan adalah sebagai berikut. (1) Kepala sekolah selaku pemimpin yang berwenag mengambil keputusan di sekolah, diharapkan mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dikalangan guru yang ada di sekolah. (2) Kepada guru, guru diharapkan dapat mengembangkan inovasi pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle pada mata pelajaran IPS dan mata pelajaran laiannya untuk tercapainya tujuan pembelajaran. (3) Kepada siswa, siswa diharapkan dapat lebih berpartisipasi aktif dalam, bekerja sama dan giat dalam belajar agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. (4) Kepada Peneliti Lain
Andhika, Edi I Md. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Berbasis Media Audio Visual Animation Terhadap Hasil Belajar IPS”. tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/950/820. (diakses tanggal 18 Januari 2017). Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2016. Ragam Pengenbangan Model Pembelajaran untik Meningkatkan Profesionalisme Guru. Kata Pena. Novemie, Windra. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran IOC dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas V”. Jurnal Pendidikan tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/7329/4999. (diakses tanggal 14 Januari 2017). Megawati. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2013/2014 Di Gugus VII Kecamatan Sawan”. Tersedia pada: http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/2450/2120. (diakses tanggal 14 Januari). Rahmalika, Pande. (2014). “Pegaruh Model Pembelajaran Inside Outside Circle Time Berbantuan Multimedia terhadap Hasil belajar IPA Kelas V Gugus 2 Denpasar Timur”. Tersedia pada: http://id.portalgaruda.org/?ref=brows e&mod=viewarticle&article=304387. (diakses tanggal 7 Januari 2017). 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Rasana, Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja Undiksha. Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Razz Media. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukamadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tjandra, dkk. 2005. Pendidikan ILmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Singaraja: UNDIKSHA Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, tersedia pada humas.unimed.ac.id/.../UndangUndang-Nomor-14-Tahun-2005.pdf. (diakses tanggal 7 Januari 2017).
10