PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SDN 31 SUNGAI AMBAWANG
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH RADDYA DARLINA NIM. F34210497
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2012
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SDN 31 SUNGAI AMBAWANG
RADDYA DARLINA NIM. F34210497
Disetujui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Drs. H. Kaswari, M. Pd NIP. 195212251976031010
Dra. Hj. Suryani, M. Si NIP. 195206091977022001
Disahkan,
Dekan
Dr. Aswandi NIP. 195805131986031002
Ketua Jurusan Pendidikan Dasar
Drs. H. Maridjo Abdul Hasjmy, M. Si NIP. 195101281976031001
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA KELAS V SDN 31 SUNGAI AMBAWANG Raddya Darlina, Kaswari, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, Pontianak Email:
[email protected] Abstrak: Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Kelas V SDN 31 Sungai Ambawang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas V SDN 31 Sungai Ambawang. Metode penelitian yang gunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terjadi peningkatan perencanaan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi, dari siklus I, siklus II dan siklus III sebesar 1,26. Pelaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi, dari siklus I, siklus II dan siklus III terjadi peningkatan sebesar 1,22. Hasil keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menerapkan metode demonstrasi, dari siklus I, siklus II dan siklus III terjadi peningkatan sebesar 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang. Kata Kunci: penerapan , metode demonstrasi, keterampilan berbicara Bahasa Indonesia Abstract: Application of methods to improve speaking skills demonstration Indonesian grade V river Ambawang 31. This research aim to improve the skills of speaking Indonesian SDN 31 grade V river Ambawang. Research method used is descriptive method of research is a from of action research (PTK). Based on the research that has been done, there is an increase learning plan by applying the method demonstration, of cycle I, cycle II and cycle III of 1,26. Implementation of learning by applying method of demonstration, of cycle I, cycle II and cycle III there was an increase of 1,22. Result Indonesian speaking skills by applying the method demonstration of cycle I, cycle II and cycle III there was an increase of 10. This means learning to apply the method to improve conversation skills demonstration Indonesian grade V river Ambawang SDN 31. Key word: application, methods of demonstration, Indonesian speaking skills
PENDAHULUAN Kualitas Pendidikan yang baik diharapkan dapat menaikan harkat dan martabat bangsa Indonesia, karena bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang salah satu aspeknya adalah aspek berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting yang harus dimiliki siswa, karena keterampilan berbicara adalah kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia, dengan tidak mengabaikan kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang lainnya seperti membaca, menulis dan menyimak. Kenyataan menunjukkan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang kurang terampil dalam berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia . Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa dalam berkomunikasi selalu menggunakan bahasa daerah setempat (bahasa Madura), bahasa sehari-hari yang mereka gunakan dirumah. Selain itu, kurangnya kesadaran dari siswa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar di sekolah khususnya di dalam kelas V. Karena kurangnya keterampilan berbicara pada siswa, proses pembelajaran menjadi kurang aktif. Dengan sarana dan prasarana yang ada guru kurang memanfaatkan bukubuku diperpustakaan sehingga siswa tidak memiliki kegemaran membaca. Selain itu, guru kurang membiasakan diri berbicara dilingkungan sekolah khususnya diruang kelas V dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini juga dipengaruhi oleh daya tangkap siswa dalam belajar masih kurang, siswa cenderung lebih mengerti jika bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah, selain itu juga dipengaruhi karena adanya perbedaan cara belajar siswa. Berdasarkan masalah yang terjadi, terdapat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hal ini dapat dilihat dari hasil keterampilan berbicara siswa yang dicapai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang disyaratkan sebesar 60. Berdasarkan hasil identifikasi masalah peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian, guna memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Karena, siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksinya. Jika siswa terampil berbicara, siswa dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara efektif dan efisien. Dalam kaitan kreativitas, keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu mendapat perhatian karena gagasan-gagasan kreatif dapat di hasilkan melalui keterampilan berbicara. Salah satu upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, yaitu dengan menerapkan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penerapan metode demonstrasi ini, siswa dapat menunjukkan dan memupuk rasa percaya diri dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, penggunaan
metode ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih berani berkomunikasi secara lisan dengan Bahasa Indonesia yang baik sehingga siswa memiliki keterampilan berbicara dalam menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan sopan santun berbahasa. Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai” penerapan metode demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya”. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mendapatkan informasi tentang perancanaan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (2) Untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia, (3) Untuk mendapatkan informasi tentang hasil keterampilan berbicara siswa dengan penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa Latin yang berarti “lidah”. Lidah merupakan alat ucap yang paling sering digunakan daripada alat ucap yang lain. Secara universal pengertian bahasa ialah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran. Menurut Puj Santoso, dkk. (2008: 1.3), bahasa merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yakni, sistematik, mana suka, ujar, manusiawi dan komunikatif. Jadi, bahasa adalah alat komunikasi berupa rangkaian bunyi yang melambangkan pikiran, perasaan serta sikap. Berdasarkan BNSP/ Depdiknas/ KTSP (2006), mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (3) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (4) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (5) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia Menurut Yusi Rosdiana, dkk. (2007: 1.21), fungsi bahasa Indonesia sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa Negara (Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36), yaitu: (a) Bahasa resmi kenegaraan, (b) Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (3) Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta kepentingan pemerintahan, (4) Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode (Yunani: methodos = jalan, cara) dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa suatu hal menurut rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran, metode adalah rencana penyajian
bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Menurut M. Subana dan Sunarti (2009 : 20), metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan sedangkan pendekatan bersifat filosofis. Karena itu, dari suatu pendekatan, dapat tumbuh beberapa metode. Jadi, metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Syaiful Bahri Dzamarah dan Aswan Zain (2010: 90), metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Jadi, metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan suatu proses tertentu baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dan disertai dengan penjelasan lisan. Beberapa tujuan metode demonstrasi menurut Roestiyah (2008: 83), sebagai berikut: (1) Dengan demonstrasi siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu, (2) Dengan demonstrasi siswa dapat mengamati bagian-bagian dari sesuatu benda atau alat, (3) Dengan demonstrasi siswa dapat menyaksikan kerjanya sesuatu alat, (4) Dengan melakukan sendiri demonstrasi, siswa dapat mengerti cara menggunakan suatu alat, kemudian siswa dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, sehingga siswa akan mengetahui kebenaran dari sesuatu teori di dalam praktek. Beberapa manfaat metode demonstrasi menurut Joko Mursitho (2011: 23), sebagai berikut: (1) Perhatian peserta didik dapat lebih terpusatkan, (2) Proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari, (3) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta didik, (5) Peserta didik dapat lebih aktif. Wina Sanjaya (2010: 152), menyebutkan kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi sebagai berikut: Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: (1) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan, (2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi, (3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya: (1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. (2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. (3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 188), dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa; melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 16), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Jadi, berbicara adalah kemampuan berbahasa untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan secara lisan. Menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 16), tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum yaitu: (1) Memberitahukan dan melaporkan, (2) Menjamu dan menghibur, (3) Membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan. Menurut Mudini dan Salamat Purba (2009: 19
[email protected]), karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara lain: (a) Harus ada lawan bicara, (b) Penguasaan lafal, struktur dan kosakata, (c) Ada tema atau topic yang dibicarakan, (d) Ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan, (e) Memperhatikan situasi dan kontek.
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Hadari Nawawi (1983: 63), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Suharsimi Arikunto (2009: 3), penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian yang dilakukan peneliti ini bersifat kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif adalah penelitian yang dilakukan peneliti dengan berkolaborasi dengan teman sejawat. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya yang berjumlah 13 orang dengan siswa laki-laki 9 orang dan siswa perempuan 4 orang, (b) Guru sebagai peneliti yang melaksanakan penelitian tindakan kelas. Untuk mendapatkan data dan informasi yang diharapkan, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: (a) Teknik observasi langsung, Merupakan teknik pengamatan langsung terhadap kegiatan pembelajaran siswa Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang baik pada saat sebelum kegiatan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi maupun saat kegiatan pembelajaran setelah menggunakan metode demonstrasi. Disini guru
yang diobservasi adalah peneliti sendiri, yang diteliti adalah siswa kelas V dan guru kolabolator yang membantu adalah Benus, S. Pd. (b) Teknik komunikasi tidak langsung, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan alat tertentu. Teknik mengumpulkan data dengan menggunakan hubungan tidak langsung, sebaiknya menggunakan alat yang sudah tersedia maupun alat alat khusus yang dibuat untuk menunjang penelitian. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (a) Lembar observasi langsung, pada teknik observasi langsung menggunakan alat yaitu lembar observasi yang berupa indikator kinerja dan pedoman wawancara untuk memperoleh keterangan-keterangan baik dari guru maupun siswa. (b) Angket, angket yang digunakan yaitu berupa pertanyaanpertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode demonstrasi yang diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan rumus perhitungan analisis persentase. Rumus perhitungan analisis persentase yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh Anas Sudijono (2008: 43), seperti berikut: f P =
x 100 % N
P = Angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = Jumlah frekunsi atau banyaknya individu (number of case) Sedangkan untuk skor rata-rata, menggunakan rumus rata-rata yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro, dkk. (2004: 64) seperti berikut: ∑X X = N X : Rata-rata hitung yang dicari ∑ X : Jumlah skor N : Jumlah subjek
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tindakan penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 September sampai 22 Setember 2012. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan satu kali pertemuan. Untuk melihat besarnya perubahan peningkatan pada kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran, kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi dan keterampilan berbicara dapat disajikan dalam rekapitulasi tabel-tabel berikut ini:
(1) Rekapitulasi hasil kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran pada siklus I, siklus II dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini: Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru Menyusun Rencana Pembelajaran No Aspek yang diamati Rata-rata skor Siklus Siklus Siklus I II III A. Perumusan Tujuan Pembelajaran 1. Kejelasan rumusan 3 4 4 2. Kesesuaian dengan kompetensi dasar 3 4 4 B. Pemilihan dan Pengorganisasian Materi Ajar 1. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 3 3 4 2. Kesesuaian dengan karakteristik siswa 2 3 4 3. Keruntutan dan sistematika materi 2 3 3 4. Kesesuaian materi dengan alokai waktu 2 3 3 C. Pemilihan Sumber Belajar / Media Pembelajaran 1. Kesesuaian sumber belajar / media 3 4 4 pembelajaran dengan tujuan pembelajaran 2. Kesesuaian sumber belajar / media 3 3 4 pembelajaran dengan materi pembelajaran 3. Kesesuaian sumber belajar / media 2 3 4 pembelajaran dengan karakteristik siswa D. Skenario / Kegiatan Pembelajaran 1. Kesesuaian strategi dan metode dengan tujuan 3 3 4 pembelajaran 2. Kesesuaian strategi dan metode dengan materi 3 3 4 pembelajaran 3. Kesesuaian strategi dan metode dengan 2 3 3 karakteristik siswa E. Penilaian Hasil Belajar 1. Kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan 2 3 4 pembelajaran 2. Kejelasan prosedur penilaian 2 3 4 3. Kelengkapan instrument 2 3 3 37 48 56 Skor Total 2,47 3,2 3,73 Skor Rata-rata
(2) Rekapitulasi hasil kemampuan guru melaksanakan pembelajaran pada siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini: No I
II
III
Rekapitulasi Hasil Kemampuan Guru Melaksanakan Pembelajaran Aspek yang diamati Rata-rata skor Siklus Siklus Siklus I II III Kegiatan Awal 1. Kesiapan ruangan, alat dan media 2 4 4 pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa 2 4 4 3. Melakukan apersepsi 3 4 4 4. Menginformasikan materi dan tujuan 4 4 4 pembelajaran Kegiatan Inti 1. Menguasai materi pembelajaran 3 4 4 2. Menguasai kelas 3 4 4 3. Menguasai penggunaan media dengan 2 4 4 menerapkan metode demonstrasi 4. Melaksanakan pembelajaran yang 3 4 4 memungkinkan tumbuhnya keberanian siswa 5. Melaksanakan pembelajaran sesuai 2 2 2 dengan waktu yang di alokasikan 6. Membimbing siswa 2 2 2 mendemonstrasikan kegiatan berbicara di depan kelas 7. Membimbing dan melatih keberanian 3 3 3 siswa untuk berbicara di depan kelas 8. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa 2 2 2 dalam pembelajaran 9. Merespon positif partisipasi siswa 2 2 2 10. Memfasilitasi terjadinya interaksi guru 2 2 2 dengan siswa, siswa dengan siswa dan sumber belajar 11. Menumbuhkan keceriaan dan 3 3 3 antusiasme siswa dalam belajar Kegiatan Akhir 1. Mengajak siswa menyimpulkan materi 3 3 3 materi pembelajaran 2. Melakukan evaluasi yang sesuai 4 4 4 dengan tujuan materi pembelajaran 3. Melakukan refleksi dan tindak lanjut 3 3 3 48 48 48 Skor Total 2,67 2,67 2,67 Skor Rata-rata
(2) Rekapitulasi Hasil Keterampilan Berbicara Siswa. Perubahan yang terjadi pada hasil keterampilan berbicara siswa, dapat dilihat dengan adanya peningkatan pada hasil penilaian proses terhadap siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan nilai rata-rata kelas pada siklus I, siklus II dan siklus III seperti terlihat pada tabel berikut ini: Rekapitulasi Hasil Penilaian Proses Terhadap Siswa Pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai Tes (x) Siklus I II III 45 50 50 55 55 55 60 60 60 65 65 65 70 70 70 75 75 75 80 80 85 Jumlah Rata-rata
Frekuensi (f) Siklus I II III 2 1 2 3 1 2 3 3 1 1 3 3 1 1 3 2 1 1 2 1 2 13 13 13
I 90 50 165 180 65 70 150 770 59,23
Ʃfx Siklus II 100 55 180 195 70 75 160 835 64,23
III 110 60 195 210 75 80 170 900 69,23
I 15,385 7,692 23,077 23,077 7,692 7,692 15,385 -
% Siklus II 15,385 7,692 23,077 23,077 7,692 7,692 15,385
III 15,385 7,692 23,077 23,077 7,692 7,692 15,385
100
Pembahasan Berdasarkan temuan penelitian, diketahui bahwa terdapat peningkatan terhadap kemampuan guru menyusun rencana pembelajaran dan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi yang berdampak pada peningkatan hasil keterampilan berbicara dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya bila dibandingkan antara pelaksanaan siklus I, pelaksanaan siklus II dengan pelaksanaan siklus III. Berdasarkan tabel (1), menunjukkan bahwa perubahan skor rata-rata kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang terjadi pada seluruh aspek yang dinilai. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dari siklus I dengan skor rata-rata sebesar 2,47 meningkat menjadi 3,2 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 3,73 pada siklus III. Dengan demikian, kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 0,73 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,53. Jadi, jumlah penigkatan yang terjadi sebesar 1,26. Berdasarkan tabel (2), menunjukkan bahwa perubahan skor rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 31 Sungai Ambawang terjadi pada
seluruh aspek yang dinilai. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dari siklus I dengan skor rata-rata sebesar 2,67 meningkat menjadi 3,78 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 3,89 pada siklus III. Dengan demikian, kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1,11 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,11. Jadi, jumlah peningkatan yang terjadi sebesar 1,22. Berdasarkan tabel (3), menunjukkan bahwa hasil keterampilan berbicara siswa dengan diterapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa secara keseluruhan terjadi perubahan berupa adanya peningkatan skor rata-rata kelas dari 59,23 pada siklus I menjadi 64,23 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 69,23. Dengan demikian, hasil keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 5 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 5. Jadi, jumlah penigkatan yang terjadi sebesar 10.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa Indonesia terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 0,73 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,53. Jadi, jumlah penigkatan yang terjadi sebesar 1,26. (2) kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode demonstrasi pada pembelajaran bahasa Indonesia terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1,11 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 0,11. Jadi, jumlah penigkatan yang terjadi sebesar 1,22. (3) hasil keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menanggapi persoalan atau peristiwa dengan menerapkan metode demonstrasi terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 5 dan dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 5. Jadi, jumlah peningkatan yang terjadi sebesar 10. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (a) Untuk dapat mengatasi kekurangankekurangan yang dialami dalam pembelajaran, perlu dikembangkan penelitianpenelitian lebih lanjut agar kekurangan-kekurangan yang dialami pada saat penelitian berlangsung dapat diatasi. Hal ini perlu dilakukan agar penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khusunya dalam menanggapi persoalan atau peristiwa dapat lebih optimal. (b) Penelitian lebih lanjut hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang dialami
pada saat penelitian berlangsung sebagaimana terungkap dalam refleksi sehingga bisa meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar dan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. DAFTAR RUJUKAN Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Anas Sudijono. (2008). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. BSNP. (2006). KTSP SD/ MI. Depdiknas. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Burhan Nurgiyantoro, Gunawan dan Marzuki. (2004). Statistik Terapan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Endang Mulyatiningsih. (2011). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Alfabeta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas TanjungPura. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Pontianak: Edukasi Press FKIP Untan. Hadari Nawawi. (1983). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Henry Guntur Tarigan. (1991). Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan. (2009). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan. (2009). Pengajaran Remidi Berbahasa. Bandung: Angkasa. Henry Guntur Tarigan. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. I. G. A. K. Wardhani dan Kuswaya Wihardit. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Iskandar. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Kerjasama Sekolah Pascasarjana Universitas Penndidikan Indonesia dengan Remaja Rosdakarya. Joko Mursitho. (2011). Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Pustaka Tunasmedia. Kunandar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Lin Dwi Eni Fadlin dan Sumina. (2008). Bahasa Indonesia untuk SD/ MI Kelas V. Jakarta: Arya Duta. M. Subana dan Sunarti. (2009). Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Panduan Pintar EYD. (2010). Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Yogyakarta: Indonesia Tera. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional R. I Nomor 41. (2007). Standar Proses puntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Puji Santosa, dkk. (2009). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Roestiyah. N. K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sabarti Akhadiah, dkk. (1992). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sabarti Akhadiah, dkk. (1992). Bahasa Indonesia 3. Jaakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saleh Abbas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slavin, Robert. E. (2011). Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks. Soejono dan Abdurrahman. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Suyatno, dkk. (2008). Indahnya Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SD/ MI Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (2008). Kamus Basar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Udin. S. Winataputra, dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Umri Nur’aini dan Indriyani. (2008). Bahasa Indonesia untuk SD Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Wina Sanjaya. (2010). Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Yeti Mulyati. (2007). Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Yusi Rosdiana, dkk. (2007). Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. http://
[email protected]/ 2009/ Pembelajaraan Berbicara. Html (8 Januari 2012, 19:45 WIB).