e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN STRATEGI TTW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KETERAMPILAN BERBICARA DALAM MUATAN MATERI BAHASA INDONESIA Ni Luh Gede Yuni Artini1, I Wayan Darsana2, Made Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui strategi think talk write, (2) meningkatkan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa melalui strategi think talk write. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan subjek terteliti siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung tahun pelajaran 2015/2016 berjumlah 26 siswa. Tindakan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I terdiri atas 4 pertemuan dan siklus II terdiri atas 4 pertemuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Data keaktifan belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi, sedangkan data keterampilan berbicara siswa dikumpulkan dengan tes (lisan). Data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : melalui penerapan strategi think talk write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia pada siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung tahun pelajaran 2015/2016. Keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 72,5% yang berada pada rentangan 65-79 dengan kriteria cukup aktif, pada siklus II yakni keaktifan belajar siswa sebesar 86,66% dengan rentangan 80-89 dengan kriteria aktif, keterampilan berbicara siswa pada siklus I sebesar 72,57% yang berada pada rentangan 65-79 dengan kriteria sedang, pada siklus II keterampilan berbicara siswa sebesar 80,65% yang berada pada rentangan 80-89 dengan kriteria tinggi dan mencapai ketuntasan 88% sesuai indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Kata Kunci : strategi Think Talk Write, keaktifan belajar, dan keterampilan berbicara.
Abstract
This research aims to (1) enhance the activity of student learning through think talk write strategy, (2) improve speaking skills in a material charge indonesian students through think talk write strategy. This type of research is the classroom action research (PTK) with the subject the subjects of third grade elementary students SD N 2 Ubung the school year 2015/2016, totaling was 26 people.the action was conducted in two cycles. First cycle consisted of for time meetings and the second cycle consists of for time meetings. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection. Studens “
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 learning activeness Data was collected using observation sheets, while the data collected by the students” speaking skills tes (lisan). The collected data were analyzed by descriptive statistics and quatitative descriptive. The results showed that : through the implementation of the strategy think talk write (TTW) can enhance the activity, and speaking skills in charge of indonesian material in class 3th C SDN 2 Ubung the academic year 2015/2016. Activeness of studens in the firs cycle of 72,5% which is in the range of 65-79 with the criteria fairly active, the second cycle of the students “learning activeness of 86,66% with a range of 80-89 with active criteria, the speaking skills of students in the first cycle amounting to 72,57% who are in the 65-79 range with the criteria being, in the second cycle students “ speaking skills by 80,65% who are in the 80-89 range with high criteria and achieve, mastery 88% arccoding two the indicators of success set has been reached. Keywords : strategy think talk write, learning activity, and speaking skills.
PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk yang bergelut secara intens dengan pendidikan. Dengan kata lain, manusia merupakan makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri. setiap hal yang dilakukan tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai, begitu juga dalam dunia pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan pada akhirnya harus diajukan pada upaya mewujudkan sebuah masyarakat yang ditandai adanya keluhuran budi dalam diri individu, keadilan dalam negara, dan sebuah kehidupan yang lebih bahagia dan saleh dari setiap individunya. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, dikatakan: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung
jawab”. Tujuan pendidikan nasional adalah salah satu kriteria yang menyusun sebuah kurikulum. Kurikulum ini disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masingmasing satuan pendidikan. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, maka pengembangan kurikulum haruslah berakar pada budaya bangsa, kehidupan bangsa masa kini, dan kehidupan bangsa di masa mendatang. Kurikulum 2013 menjadi kurikulum terbaru dalam pendidikan di Indonesia, Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa untuk aktif. Pada kurikulum 2013, siswa bukan lagi menjadi objek tapi justru menjadi subjek dengan ikut mengembangkan tema yang ada. Kurikulum sebagai pengatur kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, dengan kata lain kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 berlaku. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran dilaksanakan secara tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Sebagai salah satu muatan wajib di dalam pembelajaran, bahasa Indonesia menjadi salah satu muatan pelajaran yang masuk ke dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Bahasa juga merupakan sarana untuk berkomunikasi antar manusia, bahasa sebagai alat komunikasi ini, dalam rangka memenuhi sifat manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam pengajaran bahasa Indonesia, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa, keterampilan ini antara lain. keterampilan menyimak atau mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keempat aspek berbahasa ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut mudah dipahami oleh orang lain. Kemampuan berbicara tidak hanya berhubungan dengan kegiatan bercakap-cakap sehari-hari saja. Kemampuan berbicara juga berhubungan dengan profesi yang membutuhkan dasar-dasar kemampuan berbicara efektif. Seorang guru harus dapat menyampaikan materi di depan kelas dengan baik. Seorang dokter harus dapat mempengaruhi pasiennya. Jadi, pengajaran berbicara di sekolah dasar diharapkan dapat memberikan bekal dasar-dasar keahlian berbicara efektif yang memadai. Berbicara merupakan aktivitas untuk mengembangkan aspek keterampilan yang lain, yaitu berbicara, membaca, dan menulis. Oleh sebab itu, keterampilan berbicara bagi siswa sekolah dasar sangatlah penting agar mereka dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya. Dari observasi yang dilakukan di SDN 2 Ubung yaitu di kelas IIIC, keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia belum optimal. masih banyak siswa yang keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia masih kurang dari KKM (75). Nilai rata-rata hasil belajar siswa 67,23%, ketuntasan belajar siswa 34,61%. Hanya 9 dari 26 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM, kriteria ketuntasan belajar siswa termasuk sedang. Tetapi masih banyak siswa yang mengalami kesulitan di dalam memahami pembelajaran yang diajarkan dan merasa jenuh di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu, cara guru yang kurang efektif dalam mengajar dan kurangnya aktivitas yang dilakukan siswa menyebabkan siswa kurang bersemangat dan kurang antusias di dalam mengikuti pembelajaran. Siswa juga cenderung bersikap 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 individual dan kurang percaya diri di dalam menyampaikan pendapat atau ide. Siswa yang pandai lebih mendominasi bila guru memberikan tugas sedangkan siswa yang kemampuannya kurang hanya diam saja tanpa berusaha merespon apa yang dilakukan oleh gurunya. Ini menunjukkan keaktifan siswa tersebut belum optimal. Rata-rata persentase keaktifan belajar siswa adalah 55 %, secara umum keaktifan belajar siswa berada pada kriteria kurang aktif. Sejalan dengan hal tersebut di atas, guru diharapkan mampu mengaplikasikan kurikulum 2013 di dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan strategi Think Talk Write (TTW). Melalui penerapan strategi TTW di harapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar dan keterampilan berbicara dalam muatan materi bahasa indonesia. Strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan Gagne (dalam Iskandarwassid dan Sunendar, 2010:3). Dalam dunia pendidikan, “strategi pembelajaran diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Sanjaya, 2006:126). Strategi pembelajaran menurut Costa (dalam Trianto, 2007) merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. Dalam arti yang sederhana, strategi sering diartikan sebagai
suatu ancang-ancang, cara dan pola. Pengertian strategi dalam kaitannya dengan pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuan yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal. Strategi Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Strategi yang diperkenalkan pertama kali oleh Huinker dan Laughlin ini didasarkan pada pemahaman bahwa belajar adalah sebuah perilaku sosial. Strategi TTW mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk memengaruhi dan memanipulasi ide-ide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan. Ia juga membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur. Sebagaimana namanya, strategi ini memiliki sintak yang sesuai dengan urutan di dalamnya, yakni think (berpikir), talk (berbicara/berdiskusi), dan write (menulis). Dengan berpikir, berbicara, dan menulis, siswa lebih sungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran sehingga pemahaman dan penguasaan kompetensi siswa terhadap apa yang dipelajari menjadi meningkat terutama dalam keterampilan berbicara dalam muatan materi bahasa indonesia. Selain itu dengan berdiskusi sesama teman kelompok yang menuntut suatu kerja sama tim, maka masingmasing siswa dapat mengutarakan pendapat dan ide-idenya serta menerima pendapat dari teman yang 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 lain sehingga keaktifan pada diri siswa dapat berkembang dan meningkat. Menurut Silver dan Smith (dalam Huda,2013:219), peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan strategi TTW adalah mengajukan dan menyediakan tugas yang memungkinkan siswa terlibat aktif berpikir, mendorong dan menyimak ide-ide yang dikemukakan siswa secara lisan dan tertulis dengan hatihati, mempertimbangkan dan memberi informasi terhadap apa yang digali siswa dalam diskusi, serta memonitor, menilai, dan mendorong siswa untuk berpartisipasi secara aktif. Tugas yang disiapkan diharapkan dapat menjadi pemicu siswa untuk bekerja secara aktif, seperti soal-soal yang memiliki jawaban divergen atau open-ended task. Hilgard (dalam Susanto, 2013:3), belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman). Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Hamalik (dalam Susanto, 2013:3). Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu Nawawi (dalam Susanto, 2013:5). Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Keaktifan adalah suatu kegiatan atau aktivitas dimana siswa terlibat langsung atau berperan aktif di dalam suatu kegiatan pembelajaran (Hamalik, 2008:101). Sanjaya (2009:132) mengemukakan aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual, dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang maksimal. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melakukan apa yang telah diberikan oleh guru. Oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru. Keaktifan belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa secara aktif dapat meningkatkan hasil belajar baik intelektual dan emosional, sehingga siswa tampak betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan, dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri (Dimyati dan Mudjiono, 2006:51). Keaktifan menuntut siswa ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Sudjana (2004:61) menyatakan bahwa ciri proses pembelajaran yang bermakna cara belajar siswa aktif adalah 1) siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi juga banyak mencari atau menemukan informasi; 2) siswa banyak mengajukan pertanyaan, baik kepada guru maupun kepada pihak lain; 3) siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang diajukan guru maupun murid lain; 4) siswa memberi respon nyata terhadap stimulus belajar yang diberikan guru; 5) siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil pekerjaan; 6) siswa membuat simpulan pelajaran dengan bahasa sendiri. Menurut Tarigan (dalam Solehan,dkk,2008:11.9) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasangagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Mudini dan Purba (2009:11) dalam berbicara ada faktor yang perlu diperhatikan yaitu pembicara dan pendengar. Kedua faktor tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara. Bahasa merupakan alat untuk mengomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak, atau tanda-tanda yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami Webster’s New Collegiate Dictionari (dalam Solehan dkk, 2008:1.3). Dengan menggunakan bahasa mereka saling menyapa, saling mempengaruhi, saling bermusyawarah, dan bekerja
sama. Pembelajaran tentu sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang berlaku. Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang berlaku saat ini, pembelajaran dalam penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang menekankan kepada proses berpikir dan memupuk kemampuan berpikir serta pemahaman siswa. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SDN 2 Ubung ditemukan beberapa permasalahan. Permasalahan yang terjadi di SDN 2 Ubung adalah kurang optimalnya keaktifan belajar siswa dan keterampilan berbicara dalam muatan materi bahasa Indonesia siswa kelas III. Permasalahan ini di karenakan cara mengajar guru yang kurang efektif dalam kegiatan pembelajarannya, kurangnya siswa di dalam beraktifitas dan berkreatifitas membuat suasana belajar menjadi membosankan dan membuat siswa cepat jenuh. Melalui penerapan strategi TTW ini tentunya memunculkan suasana baru dalam pembelajaran. Siswa dapat beraktivitas, berpikir, berbicara, dan menuliskan suatu topik tertentu. Jika penerapan strategi TTW ini berjalan efektif maka dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi bahasa Indonesia siswa kelas III SDN 2 Ubung. METODE Penelitian ini adalah penelitian PTK dengan model menurut Kurt Lewin. Model ini adalah model yang mendasari model-model lainnya yang berangkat dari model action research. Lewin (dalam Sukardi,2013:4) menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi dan reflektif. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dalam suatu lingkaran yang terus menerus. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus kegiatan. Setiap siklus direncanakan sebanyak empat kali pertemuan. Penelitian ini dibagi dalam dua siklus dengan masingmasing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran yang penerapan strategi think talk write, antara lain, menyusun jadwal kegiatan, mengidentifikasi siswa yang memiliki hasil belajar rendah pada keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia, peneliti menyusun pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan alat untuk menilai hasil tindakan yang berupa tes, menyiapkan lembar observasi. (2) pelaksanaan, pada siklus I tindakan dilaksanakan pada empat kali pertemuan dengan tiga pertemuan pelaksanaan strategi TTW dan satu kali pelaksanaan tes akhir siklus. Kemudian mengadakan analisis terhadap keaktifan belajar siswa dan hasil belajar keterampilan berbicara siswa serta mengadakan refleksi. (3) pengamatan, pada tahap ini dilakukan observasi atau pengamatan dan evaluasi yang menyangkut hal-hal sebagai berikut, mengobservasi secara langsung kegiatan pembelajaran di kelas adalah guru kelas dengan cara mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, mengevaluasi proses pembelajaran TTW yang meliputi non tes dan tes untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dan keterampilan berbicara siswa. dan (4) refleksi, merupakan kegiatan yang sangat penting mengingat
kegiatan penelitian ini dilakukan dalam siklus, maka pada akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hala-hal yang belum maksimal. Pada siklus II kegiatan yang dilakukan pada prinsipnya sama dengan siklus I. Prosedur penelitian pada siklus II juga tidak berbeda dari siklus I, hanya saja pada tahap refleksi pada siklus II keaktifan dan keterampilan berbicara sudah meningkat dan sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Lokasi penelitian ini, yaitu SD Negeri 2 Ubung yang beralamat di Jalan Irawan No 16, Kelurahan Ubung Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Provinsi Bali. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 2 Ubung, tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 26 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Objek penelitian adalah Keaktifan belajar dan keterampilan berbicara siswa kelas III SDN 2 Ubung, melalui strategi pembelajaran TTW. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah non-tes dan tes, non-tes berupa lembar observasi untuk keaktifan siswa, dan metode tes (lisan) untuk keterampilan berbicara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif dan Deskriptif Kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan karena terdapat beberapa permasalahan dalam
proses pembelajaran rendahnya keaktifan keterampilan Berbicara
7
yaitu dan dalam
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 muatan materi Bahasa Indonesia pada siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung. Permasalahan tersebut diatasi dengan menerapkan strategi TTW. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan tiga kali pertemuan untuk tatap muka dan satu kali pertemuan untuk evaluasi hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaborasi dengan guru kelas IIIC. Untuk memperoleh data, digunakan instrumen penelitian yaitu lembar observasi untuk mengukur keaktifan belajar siswa dan tes lisan untuk mengukur keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu keaktifan belajar siswa dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa terhadap penerapan strategi think talk write (TTW). Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang telah ditetapkan. Siklus I dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan yaitu tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa 72,5%. Dari hasil tersebut tingkat keaktifan belajar siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung berada pada kriteria cukup aktif. Data keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa
Indonesia pada siklus I diperoleh melalui tes pada akhir siklus. Tes keterampilan berbicara siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan. Persentase ratarata hasil belajar keterampilan berbicara siswa pada siklus I 72,57% dan ketuntasan klasikal belajarnya sebesar 38,46%. Tingkat keterampilan berbicara siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung pada siklus I berada pada kriteria sedang. Siklus II dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan yaitu tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus. Pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Hasil penelitian pada siklus II diperoleh rata-rata persentase keaktifan siswa 86,66%. Dari melihat hasil tersebut maka tingkat keaktifan belajar siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung berada pada kriteria aktif. Data keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia pada siklus II diperoleh melalui tes pada akhir siklus. Tes keterampilan berbicara siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan. Persentase ratarata hasil belajar keterampilan berbicara siswa pada siklus II 80,65% dan ketuntasan klasikal belajarnya sebesar 88,46%. Dengan melihat hasil tersebut maka tingkat keterampilan berbicara siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung pada siklus II berada pada kriteria tinggi terlihat bahwa terjadi peningkatan pada keaktifan belajar siswa dan keterampilan berbicara siswa. Untuk melihat lebih jelas gambaran peningkatan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia Siswa Kelas IIIC SDN 2 Ubung dapat dilihat pada grafik.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Persentase
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
67,23% 55%
72,50%72,57%
86,66% 80,65%
Keaktifan Belajar Siswa
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.1 Gambar Keaktifan Dan Keterampilan Berbicara Dalam Muatan Materi Bahasa Indonesia Siswa Kelas IIIC SDN 2 Ubung Tahun Ajaran 2015/2016 Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi TTW dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan Strategi think talk write (TTW) menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi siswa kelas IIIC SD Negeri 2 Ubung. Setelah menganalisis data keaktifan dan keterampilan berbicara siswa, diketahui hasil yang diperoleh siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada penelitian siklus I diperoleh persentase rata-rata siswa 72,5% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima tentang keaktifan siswa berada pada rentangan 65-79 dengan kriteria cukup aktif. Sedangkan persentase rata-rata keterampilan berbicaran 9
72,57% berada pada rentangan 6579 dengan kriteria sedang. Berdasarkan data tersebut, belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Secara umum proses pembelajaran belum berjalan secara optimal sesuai dengan rencana peneliti, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran yang diterapkan. Siswa masih terbiasa dengan pola belajar lama, hal ini menuntut siswa agar belajar beradaptasi dengan pola belajar baru. Siswa masih ada yang suka berpikir sendiri sehingga kurang tertarik berbagi ide atau pendapat dengan temannya. Penguasaan kelas kurang, masih ada siswa yang bermain-main dan tidak memperhatikan guru. Berdasarkan kendala-kendala yang diperleh pada siklus I dilakukan beberapa perbaikan tindakan seperti Sebelum melaksanakan tindakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pada siklus II siswa diberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa mengetahui dan memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran dengan penerapan strategi think talk write (TTW). Menekankan kepada siswa dalam kegiatan berkelompok seluruh anggota kelompok harus saling bekerja sama, toleransi serta mau mendengarkan pendapat teman. Guru berkeliling memantau kegiatan kelompok siswa, supaya siswa tidak bermain-main dalam kegiatan. Guru melakukan tanya jawab dengan menunjuk siswa yang sering bermain sehingga siswa bisa lebih memperhatikan kegiatan pembelajaran. Setelah melakukan perbaikan, terjadi peningkatan data keaktifan dan keterampilan berbicara siswa diperoleh pada siklus II. Data keaktifan siswa mencapai 86,66% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima dengan rentangan 80-89 dengan kriteria aktif. Sedangkan untuk data keterampilan berbicara mencapai 80,65% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan data tersebut, sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian ini dihentikan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa menggunakan pendekatan pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan hasil penelitian, dalam proses pembelajaran selama dua siklus telah berlangsung dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Terjadi peningkatan keaktifan dan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan strategi think talk write (TTW). Melalui strategi ini yang berorientasi pada berpikir, berbicara, dan menulis, menciptakan situasi kondisi yang membuat siswa aktif
berinteraksi dalam proses pembelajaran. Terlihat dari adanya peningkatan yang terjadi dari keaktifan dan keterampilan berbicara siswa dengan penerapan strategi think talk write memberikan kontribusi positif pada peningkatan kualitas pendidikan. Menurut Huda (2013:218) menyatakan bahwa “Strategi think talk write mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Strategi TTW memperkenankan siswa untuk memengaruhi dan memanipulasi ideide sebelum menuangkannya dalam bentuk tulisan.” Melalui proses pembelajaran yang dilakukan melalui penerapan strategi TTW, dapat memberikan pengalaman belajar yang akan berpengaruh pula terhadap keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa.” Pada penelitian tindakan ini melalui strategi think talk write (TTW) menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia siswa kelas III SDN 2 Ubung. Namun, dalam tindakan selanjutnya diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.Terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa melalui strategi think talk write (TTW) pada siswa kelas IIIc SDN 2 Ubung. Berdasarkan data analisis yang dilakukan, menunjukkan pada pra siklus keaktifan siswa berada pada kategori kurang aktif, siklus I keaktifan belajar siswa berada pada kategori cukup aktif. Sedangkan pada siklus II keaktifan belajar siswa
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 berada pada kategori aktif. Sehingga penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian. Dengan demikian di simpulkan bahwa strategi think talk write (TTW) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IIIC SDN 2 Ubung tahun ajaran 2015/2016. Terjadi peningkatan keterampilan berbicara dalam muatan materi Bahasa Indonesia melalui strategi think talk write (TTW) pada kelas IIIC SDN 2 Ubung. Perolehan rata-rata persentase pada pra siklus 67,23% masuk kriteria sedang, pada siklus I yaitu 72,57% masuk kriteria sedang. Kemudian pada siklus II mencapai 80,65% masuk kriteria tinggi. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan berbicara siswa dari siklus I ke siklus II pada rentangan 8,08 %.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2010. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja Rosdakarya Mudini dan Salamat Purba. 2009. “Pembelajaran Berbicara”. Tersedia pada http://www.scribd.com/doc/27 898415/Penulis-MudiniSalamat-Purba-PenyuntingElina-Syarif#scribd. (diakses tanggal 27 Desember 2015). Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
DAFTAR RUJUKAN
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenanda Media Grup
Agung, A.A Gede.2014.Metode Penelitian Pendidikan. Singaraja : UNDIKSHA Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Arini, Wayan, dkk. 2007.Pendidikan Bahasa Indonesia 1 : UNDIKSHA
Trianto.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka
T.W.Solehan, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara Haryadi dan Zamzam. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
11