874 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016
METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN WONOSARI 4 THE ROLE PLAYING METHOD TO IMPROVE SPEAKING SKILLS OF 5th GRADE STUDENTS Oleh: Anggara Wisnu Putra, Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, (
[email protected]) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan keterampilan berbicara siswa menggunakan metode role playing pada siswa kelas V SD N Wonosari 4. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan tes. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode role playing dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan cara: guru melakukan apersepsi dan mnyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan kegiatan role playing, membagi siswa menjadi kelompokkelompok kecil, membimbing dan memotivasi siswa memahami materi, memfasilitasi siswa memainkan peran, dan membimbing siswa berdiskusi mengevaluasi kegiatan role playing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari antusiasnya siswa dan semakin tertibnya siswa dalam kegiatan pembelajaran. Peningkatan keterampilan berbicara nampak dari rata-rata perolehan nilai siswa dari pratindakan 58,26 meningkat menjadi 70,84 pada siklus I dan meningkat kembali menjadi 78,66 pada siklus II. Kata kunci: keterampilan berbicara, metode role playing Abstract This research aim to improve speaking skills by using role playing method in the fifth grade students of SDN Wonosari 4. The type of this research use collaborative action research. The research design used Kemmis and McTaggart method. The technique of analyzing data used quantitative and qualitative descriptive. The results showed that role playing method can improve students speaking skills by: the teachers deliver the learning objectives , explain the role playing activities , divide the students into small groups, motivating the students to understand the material , give the students facilities to play a role , and guiding the students to discuss evaluate the role playing activities. The results showed that the learning process is increased. The improvement can be seen from the enthusiasm of the students and the students more orderly during the learning activities. Speaking skills improvement showed from the average acquisition value, before using the method increased about 58.26 to 70.84 in the first cycle and increased to 78.66 in the second cycle . Keywords: speaking skills, role playing method
Pentingnya fungsi bahasa dalam kehidupan
PENDAHULUAN Bahasa merupakan aspek yang penting bagi
menuntut anak harus menguasai keterampilan
manusia untuk memenuhi tuntutannya sebagai
berbahasa. Henry Guntur Tarigan (2008: 1)
makhluk sosial dimana mereka membutuhkannya
mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa
untuk berinteraksi dengan manusia lain. Interaksi
mempunyai
antar manusia akan terjadi dengan baik secara
(listening skills), berbicara (speaking skills),
lisan atau tertulis apabila manusia memiliki
membaca (reading skills), dan menulis (writing
keterampilan
pula.
skills). Salah satu aspek keterampilan berbahasa
Keterampilan berbahasa akan membuat manusia
yang wajib dikuasai siswa adalah berbicara,
lebih
karena
berbahasa
mudah
untuk
yang
baik
memahami
menyampaikan suatu informasi.
dan
empat
keterampilan
aspek,
yaitu
berbicara
menyimak
menunjang
keterampilan lainnya. Keterampilan berbicara
Metode Role Playing .... (Anggara Wisnu Putra) 875
penting bagi siswa baik di dalam proses
karena
pembelajaran di sekolah maupun di lingkngan
pembicaraan dan menyebabkan tidak fokus pada
masyrakat.
Dengan
menguasai
hal-hal
berbicara,
seseorang
mampu
keterampilan
siswa
yang
kurang
ingin
menguasai
diucapkan.
topik
Rendahnya
berkomunikasi
keterampilan berbicara siswa tersebut salah
secara lisan dengan baik dan benar di masyarakat.
satunya dapat dipengaruhi oleh metode yang
Berbicara merupakan aktivitas yang sulit,
digunakan
dalam
kegiatan
pembelajaran
karena berbicara tidak sekedar mengeluarkan kata
keterampilan berbicara di SDN Wonosari 4 yaitu
dan bunyi-bunyi, melainkan penyusunan gagasan
metode ceramah. Metode ceramah cenderung
yang dikembangkan sesuai dengan pendengar
membuat siswa menjadi pasif di dalam kelas
atau penyimak (Mulgrave dalam Tarigan, 2008:
sehingga siswa kurang mendapat kesempatan
16). Beberapa komponen yang harus dikuasai
untuk mengemukakan pendapat dan menjadikan
agar dapat berbicara dengan baik diantaranya
pembelajaran hanya berjalan satu arah yaitu dari
kosakata, tata bahasa, lafal, pemahaman, dan
guru kepada siswa, dimana siswa hanya sebagai
kefasihan dimana komponen tersebut tidak bisa
penerima ilmu dan guru sebagai sumber belajar.
didapat siswa tanpa belajar dan berlatih.
Siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran
Setiap orang memiliki kemampuan untuk
bahkan asik bermain dengan temannya saat
berbicara tetapi tidak semua orang memiliki
kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu
keterampilan berbicara yang baik dan benar.
dengan
Pembelajaran
sangat
pembelajaran yang digunakan membuat siswa
penting dalam mengembangkan kemampuan
kurang termotivasi dan bosan saat mengikuti
siswa untuk berbicara baik di dalam maupun di
kegiatan pembelajaran.
keterampilan
berbicara
kurang
bervariasinya
metode
luar kelas. Menurut Piaget (C. Asri Budiningsih,
Penyelenggaraan proses pembelajaran yang
2002: 38) siswa usia sekolah dasar yaitu berumur
kurang mendukung siswa untuk berlatih berbicara
8 sampai 12 tahun masih berada pada tahap
di kelas menjadikan siswa tidak mampu berbicara
operasional konkret. Pada tahap ini anak belum
dengan baik. Dalam kegiatan pembelajaran guru
dapat berpikir secara abstrak. Siswa berpikir atas
masih mengedepankan hasil dan materi yang
dasar pengalaman konkret atau nyata, sehingga
diujikan daripada proses pembelajaran. Guru
diperlukan kegiatan yang nyata agar siswa mudah
kurang memberikan kesempatan kepada siswa
memahami konsep yang diajarkan. Untuk itu
untuk
pembelajaran
menyenangkan sehingga membuat siswa menjadi
yang
dilakukan
haruslah
pasif
mengedepankan keaktifan siswa.
menjadikan
dan
pembelajaran
kurang
bersemangat
yang
dalam
Berdasarkan hasil observasi di kelas V
pembelajaran. Guru kelas juga mengungkapkan
SDN Wonosari 4, terlihat bahwa siswa masih
bahwa praktik kegiatan berbicara memerlukan
ragu
menyampaikan
waktu yang lama.
pendapat, mereka masih merasa malu saat
Berdasarkan
ketika
diminta
untuk
pada
hasil
observasi
menjawab pertanyaan atau bercerita di depan
pembelajaran bahasa Indonesia dan wawancara
teman-temannya. Kondisi ini mungkin terjadi
dengan guru kelas V SDN Wonosari 4 dapat
876 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016
beberapa
diidentifikasi melatarbelakangi
yang
meningkatkan keterampilan berbicara di sekolah
rendahnya
dasar dapat dilakukan dengan penerapan sebuah
faktor
masalah
keterampilan berbicara pada siswa diantaranya,
metode
pembelajaran.
Salah
satu
metode
(1) siswa kurang termotivasi dalam mengikuti
pembelajaran yang mampu menerapkan kegiatan-
pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga
kegiatan tersebut
siswa jarang memperhatikan dan mengikuti
Djago Tarigan (1990: 445) mengemukakan
pembelajaran dengan baik, (2) siswa merasa
bahwa role playing atau bermain peran adalah
takut, ragu-ragu, dan tidak percaya diri saat
suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui
mengemukakan pendapat di dalam kelas. Hal ini
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa
membuat siswa tidak berani bertanya kepada guru
terhadap suatu tokoh tertentu.
adalah metode role playing.
saat ada materi yang belum dimengerti, dan
Sejalan dengan pendapat Piaget (C. Asri
dengan tidak adanya pertanyaan dari siswa, guru
Budiningsih, 2003: 38), metode role playing
menganggap materi ini sudah bisa dikuasai oleh
akan memberikan pengalaman kepada siswa
siswa, (3) kurangnya kesempatan yang dimiliki
dengan terlibat langsung memainkan peran
siswa untuk melatih keterampilan berbicara.
tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan
Karena tidak terbiasa berbicara di dalam kelas,
sehari-hari. Melalui kegiatan ini siswa akan
ketepatan penggunaan bahasa siswa masih kurang
berlatih berbicara di depan teman-temannya, yang
serta kurang mampu menyusun kata-kata yang
akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa
runtut, (4) proses pembelajaran yang berlangsung
ketika
masih menggunakan metode yang konvensional
kemampuan
sehingga mengurangi minat siswa dalam belajar.
berkomunikasi dengan orang lain.
berbicara
didepan
umum,
mengekspresikan
melatih
ide
dan
Inovasi dalam kegiatan pembelajaran perlu
Metode role playing cocok diterapkan pada
dilakukan agar siswa tidak bosan dengan kegiatan
kegiatan pembelajaran siswa sekolah dasar.
belajarnya
keterampilan
Karakteristik siswa kelas V SDN Wonosari 4
berbicara siswa dapat ditingkatkan. Keterampilan
yang gemar bermain akan mendukung kelancaran
seperti ini hanya dapat diperoleh dengan praktek
kegiatan role playing. Siswa akan merasakan
dan banyak berlatih. Keterampilan berbicara lebih
susasana belajar yang menyenangkan, sehingga
mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh
akan terhindar dari rasa bosan. Selain itu metode
kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu
role playing menuntut siswa bekerja dalam
secara
sebuah
di
alami
sekolah,
kepada
serta
orang
lain,
dalam
kelompok.
Kerja
kelompok
dapat
kesempatan-kesempatan yang bersifat informal.
menolong siswa-siswa mengembangkan sikap
Ross dan Roe (Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati
sosial
Zuchdi, 1999: 19) mengemukakan Kegiatan-
keterampilan
kegiatan untuk melatih keterampilan berbicara itu
membantu guru menyelenggarakan pembelajaran
antara lain menyajikan informasi, berpartisipasi
yang sebaik mungkin (Ahmad Rofi’uddin dan
dalam diskusi, dan berbicara untuk menghibur
Darmiyati Zuchdi, 1999: 10).
atau
menyajikan
pertunjukan.
Upaya
yang positif, memberikan penguatan bahasa
yang
spesifik,
dan
Metode Role Playing .... (Anggara Wisnu Putra) 877
Penerapan metode role playing dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri
kelas
Wonosari IV pada semester I Tahun Ajaran
V
SD
Negeri
meningkatkan potensi diantaranya
rasa
Wonosari
4
dapat
yang dimiliki siswa,
percaya
diri,
2015/2016.
emosional,
intelektual, dan sosial. Sehingga kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan akan terasah. Selain itu, siswa akan terlatih untuk mengungkapkan gagasannya secara
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri Wonosari 4. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah 19 orang.
cerdas dan kreatif. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
dalam penelitian ini yakni tes, observasi, dan
tindakan kelas (PTK) yang dilakukan secara
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif
lembar observasi kegiatan guru dan siswa dan
merupakan penelitian yang melibatkan beberapa
lembar tes keterampilan berbicara.
dokumentasi. Instrumen yang di gunakan untuk
pihak yaitu guru dan peneliti secara bersamasama melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan praktik pembelajaran (Kasihani
Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan teknik analisis
Kasbolah, 1998: 123). Burns (Wina Sanjaya,
data dengan teknik analisis data kuantitatif dan
2011: 25) berpendapat bahwa penelitian tindakan
teknik analisis data kualitatif. Analisis deskriptif
kelas adalah penerapan berbagai fakta yang
kuantitatif digunakan untuk menganalisis nilai tes
ditemukan untuk memecahkan masalah dalam
keterampilan berbicara siswa. Analisis deskirptif
situasi
kualitas
kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil
tindakan yang dilakukan dengan melibatkan
lembar obserasi kegiatan guru dan siswa saat
kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan
mengikutin proses pembelajaran.
sosial
untuk
meningkatkan
praktisi. Kerjasama antara peneliti dan guru kelas sangat penting untuk memperoleh hasil yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pratindakan
optimal. Tindakan dalam penelitian ini berupa
Berbicara dalam kegiatan pembelajaran
penerapan metode role playing dengan tujuan
dianggap hal yang sulit untuk siswa kelas V. Hal
meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas
ini dapat dilihat selama kegiatan pembelajaran
V SD N Wonosari 4.
berlangsung, sebagian besar siswa cenderung tidak aktif. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah aktif mengajukan pertanyaan, pendapat, dan menjawab pertanyaan. Siswa cenderung diam
878 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016
saat guru mengajukan pertanyaan atau diminta
dalam satu kelompok. Selain itu siswa belum
mengemukakan pendapat, bahkan ada siswa yang
berani
asik bermain sendiri dan tidak memperhatikan
melaksanakan kegiatan.
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Guru juga mengungkapkan
bahwa
praktik
kegiatan
berbicara memerlukan waktu yang lama apabila
mengajukan
diri
untuk
tampil
Hasil tes keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 pada siklus I sudah mengalami peningkatan.
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Rendahnya keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kegiatan berbicara siswa yaitu sebesar 58,26. Nilai tersebut belum mencapai target nilai yang diinginkan, yaitu sebesar 75. Presentase ketuntasan siswa hanya 10,52% dari
80 70 60
70,84 58,26
50 40 30 20 10 0 Pratindakan
target pencapaian 80%.
siklsu I
Gambar 1. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Deskripsi Hasil Penelitian
pada Pratindakan dan Siklus I
Siklus I
Dari gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa
Berdasarkan uraian hasil observasi saat
terjadi peningkatan daripada sebelumnya. Nilai
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada
rata-rata kelas keterampilan berbicara siswa pada
siklus I, aktivitas guru dalam pembelajaran cukup
pratindakan
baik. Guru telah menerapkan hampir semua
meningkat 12,8 menjadi 70,84. Pada siklus I
langkah-langkah
Guru belum
sejumlah 8 siswa telah mencapai nilai minimal 75
memberikan contoh memainkan peran kepada
dan 11 siswa belum mencapai nilai minimal 75.
siswa. selain itu guru belum memperhatikan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai
kekondusifan kelas sehingga masih ada siswa
keterampilan berbicara belum mencapai nilai
yang
ketuntasan
asik
role
bermain
playing.
sendiri
ketika
guru
sebesar 58,26. Pada siklus I
yang
telah
ditetapkan.
Hasil
menyampaikan materi maupun saat kegiatan role
ketuntasan siswa baru mencapai 42,10%, yaitu
playing.
sebanyak 8 siswa yang telah mencapai nilai
Aktivitas siswa selama siklus I juga sudah cukup baik. siswa sangat antusias dengan kegiatan role playing. Namun keaktifan siswa
minimal, sedangkan sebesar 57,90% yaitu 11 siswa belum mencapai nilai minimal. Berdasarkan hasil refleksi
yang telah
dalam mengajukan pertanyaan masih kurang.
dilakukan peneliti bersama guru kelas, peneliti
Kegaduhan
menyimpulkan
terjadi
diawal
pembelajaran.
bahwa
peneliti
perlu
Beberapa siswa berteriak memanggil siswa yang
melaksanakan
lain untuk diajak menjadi satu kelompok. Saat
memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus
guru membagi kelas dengan cara berhitung,
I. Hal itu dilakukan demi terwujudnya ketuntasan
sebagian siswa tidak mau menerima temannya
tindakan
siklus
II
untuk
Metode Role Playing .... (Anggara Wisnu Putra) 879
pencapaian
nilai minimal 75 dan 80% siswa
kepada teman-temannya, siswa semakin lancar
tuntas.
dalam kegiatan berbicara, dan siswa dapat
Tabel 1. Perencanaan Siklus II
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib.
No 1.
Hasil tes keterampilan berbicara
Kekurangan siklus I
Rencana perbaikan
Guru belum memberikan contoh memerankan tokoh.
Guru memberikan contoh nyata dengan memerankan salah satu tokoh dalam teks dialog.
kelas V SDN Wonosari 4 pada siklus II kembali
2.
Penguasaan keterampilan berbicara siswa kurang.
3.
Suasana kelas Pada siklus II diharapkan belum guru mampu mengkondisikan siswa kondusif. dengan baik agar kegiatan pembelajaran menjadi kondusif.
4.
Pembagian dialog antar tokoh kurang seimbang.
siswa
Pada siklus II penjelasan tentang aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan penguasaan materi lebih ditekankan lagi agar siswa mampu memahami.
Pada siklus II naskah dialog disusun dengan memperhatikan keseimbangan panjang kalimat agar adil.
meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
78,66 70,84 58,26
Pratindakan
Gambar
2.
Keterampilan
siklus I
Diagram Berbicara
Siklus II
Batang
Peningkatan
Siswa
Pratindakan,
Siklus I, dan Siklus II Dari gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4 mengalami peningkatan kembali pada siklus II. Pada pratindakan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 58,26 meningkat 12,8 menjadi
Siklus II Berdasarkan
70,84 pada siklus I. Nilai tersebut kembali hasil
observasi
saat
meningkat 7,82 menjadi 78,66. Ketuntasan siswa
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar pada
pada siklus II telah mencapai kriteria minimal,
siklus II, aktivitas guru dalam pembelajaran
yaitu sebesar 89,47% yaitu sebanyak 17 siswa
keterampilan berbicara menggunakan metode
telah mencapai nilai minimal, sedangkan 10,52%
role playing sudah tepat. Guru sudah menerapkan
yaitu 2 siswa belum mencapai nilai minimal.
seluruh langkah-langkah role playing dengan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
baik. Guru sudah mampu menjaga kelas tetap
mampu mengatasi kekurangan pada pelaksanaan
kondusif selama kegiatan berlangsung. Guru juga
pembelajaran siklus I. Langkah-langkah role
telah memfasilitasi siswa untuk berlatih berbicara
playing sudah dilaksanakan oleh guru dengan
dengan baik. Aktivitas siswa pada siklus II juga
baik. Guru memberikan contoh kegiatan role
lebih baik dari sebelumnya. Siswa semakin aktif
playing untuk memberikan gambaran nyata
dalam memberikan komentar dan masukan
kepada siswa bagaimana memerankan suatu
880 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016
tokoh. Guru juga mampu mengkondisikan siswa
dapat berpikir secara abstrak. Metode role
agar tidak gaduh dalam kegiatan pembelajaran
playing memberikan pengalaman kepada siswa
dengan cara mengubah urutan kegiatan yang
dengan terlibat langsung memainkan peran
dilakukan pada siklus I dan aktif mengingatkan
tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan
siswa yang mengganggu ketenangan kelas.
sehari-hari.
Pada siklus II keterampilan berbicara siswa sudah
meningkat.
Siswa
sudah
Berdasarkan hasil penelitian keterampilan
mampu
berbicara siswa kelas V SDN Wonosari 4
memainkan peran berdasarkan naskah dengan
menggunakan metode role playing mengalami
lancar, menggunakan nada dan intonasi yang
peningkatan. Aktifitas guru pada siklus I sudah
tepat, serta menggunakan bahasa tubuh yang
cukup baik, namun ada beberapa kekurangan
menunjang kegiatan berbicara. Siswa sudah
dalam kegiatan pembelajaran siklus I ini,
berani untuk tampil secara sukarela dan tertib
sehingga peneliti dan guru melakukan refleksi
tanpa ditunjuk oleh guru.
dengan tujuan memperbaiki pembelajaran pada
Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti
siklus II. Hasil refleksi yang dilakukan peneliti
menyimpulkan bahwa tindakan pembelajaran
dan guru antara lain: (a) guru belum memberikan
menggunakan metode role playing telah berhasil
contoh memerankan tokoh, (b) suasana kelas
meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Hal
belum kondusif,
itu ditandai dengan nilai rata-rata siswa yang
tokoh tidak seimbang, dan (d) penguasaan
telah mencapai nilai minimal yaitu 75 dan 80%
keterampilan berbicara siswa masih kurang.
(c) pembagian dialog antar
siswa sudah tuntas, selain itu siswa menjadi lebih
Guru melakukan perbaikan pada siklus II,
aktif dan tertib dalam mengikuti kegiatan
guru memberikan contoh dalam memerankan
pembelajaran. Oleh karena itu peneliti bersama
tokoh
kolaborator
memberikan siswa sebuah gambaran tentang
memutuskan
untuk
mengakhiri
dari
naskah
role
playing,
sehingga
bagaimana memerankan tokoh tersebut. Guru
penelitian sampai pada siklus II.
sudah mampu menjaga kelas tetap kondusif selama kegiatan berlangsung dengan menegur
Pembahasan Metode role playing memberikan sebuah pengalaman
nyata
kepada
siswa
dengan
setiap ada siswa yang mengganggu. Pada siklus II naskah
role
playing
dibuat
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
memperhatikan
pembelajaran.
setiap tokoh, sehingga adil dan mudah untuk
Siswa
akan
berdiskusi
keseimbangan
dengan
dipahami
memerankannya di depan teman-temannya. Hal
menekankan penjelasan kepada siswa tentang
tersebut sejalan dengan pendapat Piaget (C. Asri
aspek tekanan, nada dan irama, kelancaran, dan
Budiningsih, 2003:38) yang mengungkapkan
penguasaan materi agar keterampilan berbicara
bahwa siswa usia sekolah dasar yaitu berumur 8
siswa dapat ditingkatkan lagi.
operasional konkret. Pada tahap ini anak belum
Aktivitas peningkatan
Selain
siswa selama
itu,
juga proses
guru
pada
menganalisis karakter setiap tokoh, kemudian
sampai 12 tahun masih berada pada tahap
siswa.
kalimat
lebih
mengalami pembelajaran
Metode Role Playing .... (Anggara Wisnu Putra) 881
menggunakan
metode
role
playing.
Hasil
mampu
meningkatkan
minat
siswa
dalam
pengamatan awal menunjukkan bahwa siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti
masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
ketika pada siklus I guru menjelaskan rencana
belum banyak berani bertanya, mengajukan
kegiatan, siswa bersorak senang dan terlihat
pendapat, ataupun menjawab pertanyaan guru.
antusias dalam mengikuti kegiatan. Namun hasil
Bahkan ada siswa yang asik bermain sendiri
yang diinginkan pada siklus I belum tercapai.
ketika guru menjelaskan materi pembelajaran.
Siswa
Pembelajaran menggunakan metode role playing
pertanyaan dan masih sering membuat suasana
mampu
dalam
kelas menjadi gaduh sehingga mengganggu
mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti
jalannya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II
ketika pada siklus I guru menjelaskan rencana
mayoritas siswa lebih tenang dan tertib dalam
kegiatan, siswa bersorak senang dan terlihat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Kegaduhan
antusias dalam mengikuti kegiatan. Namun hasil
yang terjadi pada siklus I sudah berkurang, siswa
yang diinginkan pada siklus I belum tercapai.
sudah aktif dalam menyampaikan pendapat dalam
Siswa
memberi komentar kepada teman-temannya dan
meningkatkan
masih
minat
belum
siswa
berani
mengajukan
pertanyaan dan masih sering membuat suasana kelas menjadi gaduh sehingga mengganggu
masih
belum
berani
mengajukan
menyimpulkan materi pembelajaran. Peningkatan aktivitas guru dan siswa
jalannya kegiatan pembelajaran. Pada siklus II
selama
mayoritas siswa lebih tenang dan tertib dalam
berdampak pada meningkatnya keterampilan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, walaupun
berbicara siswa. Hal ini dapat diketahui melalui
ada satu kelompok yang bermasalah dengan
perolehan nilai keterampilan berbicara siswa.
adanya perbedaan pendapat diantara anggotanya.
Pada pratindakan nilai rata-rata siswa sebesar
Kegaduhan yang terjadi pada siklus I sudah
58,21 dengan jumlah siswa yang tuntas mencapai
berkurang,
dalam
nilai ≥75 sebanyak 2 siswa atau 10,52%. Pada
memberi
siklus I keterampilan berbicara siswa mengalami
siswa
menyampaikan komentar
sudah
pendapat
kepada
aktif dalam
teman-temannya
dan
menyimpulkan materi pembelajaran. Aktivitas peningkatan menggunakan
siswa selama metode
juga proses role
kegiatan
peningkatan.
pembelajaran
Nilai
rata-rata
berlangsung
keterampilan
berbicara siswa meningkat menjadi 70,84 dengan mengalami
jumlah siswa yang tuntas mencapai nilai ≥75
pembelajaran
sebanyak 8 siswa atau 42,10%. Pada siklus II
playing.
Hasil
nilai rata-rata keterampilan berbicara siswa
pengamatan awal menunjukkan bahwa siswa
kembali meningkat menjadi 78,66 dengan jumlah
masih pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa
siswa yang mencapai nilai ≥75 sebanyak 17 siswa
belum banyak berani bertanya, mengajukan
atau 89,47%.
pendapat, ataupun menjawab pertanyaan guru.
Berdasarkan
pembahasan
hasil
tindakan
Bahkan ada siswa yang asik bermain sendiri
siklus I dan II, maka dapat dikatakan bahwa,
ketika guru menjelaskan materi pembelajaran.
hipotesis penelitian penggunaan metode role
Pembelajaran menggunakan metode role playing
playing telah terbukti dapat meningkatkan hasil
882 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-5 2016
dan proses pembelajaran keterampilan berbicara
yang telah dilakukan, dan (10) siswa dan guru
siswa kelas V SD Negeri Wonosari 4.
kembali melakukan evaluasi. Hasil yang dicapai pada siklus I kurang
SIMPULAN
maksimal. Siswa kurang tertib dalam mengikuti
Simpulan
kegiatan
dan
guru
belum
memaksimalkan
dan
penggunaan metode pembelajaran, seperti belum
bahwa
memberikan contoh memainkan peran dan kurang
pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan
memperhatikan suasana kelas dimana adanya
metode
meningkatkan
siswa yang kurang tertib dalam mengikuti
keterampilan berbicara siswa kelas V SDN
kegiatan. Maksimalnya penggunaan metode role
Wonosari 4. Tindakan yang dilakukan adalah
playing dengan menerapkan seluruh langkah-
dengan memberi penilaian terhadap siswa yang
langkahnya pada siklus II mampu meningkatkan
memainkan peran sesuai dengan naskah role
hasil maupun proses kegiatan pembelajaran. Guru
playing
mampu menjaga kelas tetap kondusif sehingga
Berdasarkan pembahasan,
hasil
dapat
role
disimpulkan
playing
yang
penelitian
dapat
telah
disiapkan
dengan
memperhatikan aspek kebahasaan yaitu tekanan, ucapan, nada dan irama, kosa kata/ungkapan atau
siswa mampu memahami materi lebih baik. Peningkatan nilai keterampilan berbicara
aspek
siswa ditunjukkan dari peningkatan nilai masing-
nonkebahasaan yaitu kelancaran, penguasaan
masing aspek yang dinilai. Dari hasil tes
materi, keberanian, keramahan, dan sikap siswa.
keterampilan
diksi,
dan
struktur
kalimat
dan
berbicara
sebelum
dilakukan
Proses Peningkatan keterampilan berbicara
tindakan hanya 2 dari 19 siswa yang mencapai
tersebut didasarkan pada pelaksanaan metode role
nilai minimal yaitu 75. Nilai rata-rata kelas
playing yang sesuai dengan langkah-langkah
adalah 58,21 dengan persentase ketuntasan
yang telah ditentukan yaitu: (1) siswa bersama
10,52%. Pada siklus I jumlah siswa yang telah
guru membagi kelas menjadi tujuh kelompok, (2)
mencapai nilai minimal adalah 8 siswa. Nilai
siswa mempelajari naskah role playing, (3) siswa
rata-rata kelas meningkat 12,63 poin menjadi
memperhatikan penjelasan guru tentang materi
71,42,
dan persentase ketuntasan 31,58%
pembelajaran,
menjadi
42,10%.
(4)
siswa
berdiskusi
dengan
Pada
siklus
II
terjadi
kelompoknya menentukan peran masing-masing,
peningkatan yang cukup baik yaitu 17 siswa
(5) siswa dengan bimbingan guru berlatih
berhasil
memainkan peran, (6) siswa memperhatikan
peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 7,20 poin
contoh yang diberikan guru, (7) siswa bersama
menjadi
kelompoknya memainkan perannya, sementara
meningkat 47,37% menjadi 89,47%.
mencapai
78,36
nilai
dan
minimal
persentase
dengan
ketuntasan
kelompok lain menjadi penyimak, (8) siswa dan guru
berdiskusi
mengevaluasi
penampilan
masing-masing kelompok, (9) siswa memerankan kembali peran masing-masing dengan perbaikan
Saran Berdasarkan dilakukan beberapa
maka hal
hasil
penelitian
peneliti
demi
yang
menyarankan
keberhasilan
dalam
Metode Role Playing .... (Anggara Wisnu Putra) 883
pembelajaran keterampilan berbicara sebagai
DAFTAR PUSTAKA
berikut.
Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuchdi. (1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: Universitas Negeri Malang. C. Asri Budiningsih. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: UNY Djago Tarigan, dkk. (1998). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Depdikbud. Henry Guntur Tarigan. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Dekdikbud Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Wina Sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
1. Guru a. Guru kelas hendaknya menggunakan metode
pembelajaran
variatif
dalam
yang
lebih
pembelajaran
keterampilan berbicara. b. Mempertimbangkan
metode
role
playing sebagai salah satu cara untuk mengembangkan
keterampilan
berbicara siswa. 2. Siswa a. Siswa
diharapkan
mengikuti
pembelajaran dengan tertib agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. b. Siswa diharapkan selalu berlatih untuk mengasah keterampilan berbicaranya.