e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK ANAK Pande Kadek Wida Ambarani1, Ketut Pudjawan2, Luh Ayu Tirtayani3 13
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak anak dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri. Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B2 berjumlah 15 anak 10 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan instrumen berupa lembar observasi mengenai keterampilan menyimak anak. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menyimak anak pada siklus I sebesar 65,30% yang berada pada kriteria sedang, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,35% yang berada pada kriteria tinggi. Ini berarti kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita dengan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan menyimak anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Kata kunci: Media gambar berseri, metode bercerita, keterampilan menyimak Abstract This purpose of this research is to know the improvement of children’s listening skill by generate story telling method and series picture method. This research is held in group B2 semester II in study year 2014/2015 at Kartika VII-3’s pre-school at Singaraja. The subjects were children B2 group numbered 15 children 10 boys and 5 girls. This research is a classroom action research conducted in two cycles. Data collection method used is observation with instruments such as sheets of observations about a child listening skills. Data collected were analyzed using two methods of data analysis, namely, descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results showed that the listening skills of children in the first cycle of 65.30%, which is the criterion being, increased in the second cycle into 83.35% who are at high criteria. This means learning activities using storytelling with media images beamed can improve listening skills of children in group B2 second semester of the academic year 2014/2015 in kindergarten Kartika VII-3 Singaraja. Keyword: Series picture method, story telling, listening skill
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan peran penting dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia. Kualitas sumber daya manusia dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu. Pendidikan di Indonesia dibagi menjadi tiga jalur yaitu pendidikan formal, non formal dan informal. Salah satu bentuk pendidikan formal di Indonesia adalah Taman Kanak-Kanak yang selanjutnya disingkat TK. Taman Kanak-kanak (TK) adalah salah satu pendidikan anak usia dini jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan anak usia 4-6 tahun. Pendidikan Anak Usia Dini meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan pendidik maupun orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan melalui mengamati, meniru dan bereksperimen secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak. Pendidikan anak usia dini mencangkup seluruh aspek perkembangan anak, terdapat lima aspek perkembangan anak yaitu perkembangan Nilai Agama dan Moral, perkembangan Kognitif, perkembangan Bahasa, perkembangan Motorik dan perkembangan SosialEmosional (Permendiknas Nomor 58, 2009). Perkembangan bahasa pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang seharusnya tidak luput dari perhatian para pendidik pada umumnya dan orang tua pada khususnya. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pemikiran, maupun perasaannya pada orang lain baik secara lisan maupun tulisan. Untuk membantu perkembangan bahasa anak, orang tua dan guru dapat memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Tujuan pengembangan bahasa pada usia
awal yaitu menyenangi, mendengarkan, menyimak, menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam bermain dan belajarnya (Early Learning Goals dalam Susanto, 2011: 79). Bahasa dibagi menjadi empat macam bentuk yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bahasa ada yang bersifat aktif reseptif (menerima pesan) yaitu menyimak dan membaca, serta bersifat aktif produktif (menyampaikan pesan) yaitu berbicara dan menulis. Menyimak merupakan suatu kegiatan mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang didengar untuk memperoleh informasi, memahami pesan yang terkandung dan dapat merespon bahan simakan yang didengar secara lisan. Sepenndapat dengan pendapat Sugono (2003: 144) “menyimak dapat disebut suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, dan penafsiran untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara”. Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif dan apresiatif. Reseptif berarti bahwa dalam menyimak pelibat harus mampu memahami apa yang terkandung dalam bahan simakan. Bersifat apresiatif artinya bahwa menyimak menuntut pelibat untuk tidak hanya mampu memahami pesan apa yang terkandung dalam bahan simakan tetapi lebih jauh memberikan respon atas bahan simak tersebut (Abidin, 2012:93). Menyimak dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan. Menurut Dhieni (2011: 4.9) tujuan menyimak yaitu untuk belajar, misalnya belajar untuk membedakan bunyi-bunyi, yang diperdengarkan guru, mendengarkan cerita dan permainan bahasa, untuk mengapresiasi, artinya dengan menyimak anak dapat memahami, menghayati, dan menilai materi yang disimak, untuk menghibur diri, artinya dengan menyimak anak akan merasa senang dan gembira, untuk memecahkan masalah yang dihadapi, orang yang sedang memiliki permasalahan bisa mencari pemecahannya melalui kegiatan menyimak. Pada waktu
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
proses pembelajaran, keterampilan menyimak mendominasi aktifitas siswa dibanding dengan keterampilan lainnya. Anak akan memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap, untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan menyimak. Apabila anak terlatih untuk menyimak dengan baik maka anak akan terlatih menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkan. Pendengar yang kritis mampu menemukan adanya ketidaksesuaian antara apa yang didengar dengan apa yang dipahami. Apabila menurut anggapan anak yang didengar itu salah maka anak berani menyatakan adanya kesalahan (Gunarti, 2008: 5.31). Berdasarkan permendiknas nomor 58 tahun 2009 menjelaskan bahwa anak usia 4 sampai 6 tahun sudah dapat menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya). Namun berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan PPL-Real yaitu dari bulan Agustus sampai bulan November 2014 terhadap anak kelompok B2 TK Kartika VII3 Singaraja dengan jumlah anak 15 orang, diketahui bahwa keterampilan menyimak 10 anak masih dalam kategori rendah yaitu mendapat bintang satu (*) sedangkan 5 orang anak mendapat bintang dua (**). Hal ini dilihat saat proses pembelajaran berlangsung anak terlihat tidak fokus dalam mendengarkan materi dan penjelasan yang diberikan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan, sehingga ketika anak diberikan pertanyaan tentang materi yang sudah dilaksanakan dalam proses pembelajaran, anak terlihat masih bingung untuk menjawab. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya keterampilan menyimak anak yaitu dalam penerimaan pembelajaran dilakukan dengan kegiatan yang monoton, sehingga membuat anak menjadi jenuh ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa didalam proses pembelajaran, keterampilan menyimak anak kelompok B2 di TK Kartika VII-3 Singaraja masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan.
Sesuai uraian tersebut, perlu adanya upaya perbaikan atau penyempurnaan proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan yang ada di TK Kartika VII-3 Singaraja. Maka dalam pelaksanaan pembelajaran perlu adanya inovasi baru dengan penggunaan metode pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran yang berlangsung lebih bervariasi, sehingga anak tidak merasa bosan dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain penggunaan metode pembelajaran, media yang menarik juga diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi anak. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan menyimak pada anak yaitu metode bercerita. Bercerita dapat digunakan sebagai metode mengajar terutama pada pendidikan di TK, anak pada umumnya suka mendengar cerita, situasi inilah yang digunakan sebagai situasi kegiatan pelaksanaan program. (Yus, 2011: 182). Manfaat metode bercerita bagi anak TK di antaranya adalah melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, melatih daya pikir anak TK, melatih daya konsentrasi anak TK, mengembangkan daya imajinasi anak, menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efesien shingga proses percakapan menjadi komunikatif (Dhieni, 2011: 6.8-6.9). Agar cerita dapat didengar dengan baik oleh pendengar maka diperlukan media pembelajaran yang menarik. Rossi dan Breidle (dalam Suyanti, 2010:83) mengemukakan bahwa “media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.” Dengan kata lain media pembelajaran merupakan seluruh alat dan bahan jika penggunaannya digunakan untuk pendidikan. Media pembelajaran memiliki beberapa jenis yang harus diperhatikan guru sebelum menerapkannya di kelas. Penggunaan media pembelajaran harus disesuaikan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Sanjaya (2008: 211) berpendapat bahwa, dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat. Dalam melaksanakan metode bercerita peneliti memanfaatkan media gambar berseri. Media gambar berseri termasuk kedalam jenis media visual. Menurut Ismawati (2012: 113) “gambar seri disebut juga flow chart atau gambar susun, media ini terbuat dari kertas manila yang berisi beberapa buah gambar dan gambar-gambar tersebut berhubungan satu dengan yang lain sehingga merupakan rangkaian cerita”. Melalui pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseri ini, anak akan lebih tertarik mengungkapkan pengalaman dalam bentuk bercerita dan diharapkan dapat mengurangi kejenuhan anak dalam pembelajaran berbahasa khususnya keterampilan menyimak. Kegiatan bercerita menggunakan gambar berseri selain bermanfaat untuk melatih daya kosentrasi anak, juga memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan/ menyimak. Keterampilan menyimak yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu anak dapat mendengarkan orang tua/ teman berbicara, mendengarkan dan dapat menceritakan kembali cerita secara urut, anak dapat memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu, dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang cerita yang telah didengar. METODE Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 April sampai dengan 18 mei 2015 pada anak kelompok B2 semester II tahun pelajaran 2014/2015 TK Kartika VII-3 Singaraja. Subjek penelitian adalah anakanak kelompok B2 semster II berjumlah 15 anak yaitu 5 anak perempuan dan 10 anak laki-laki.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Sanjaya (2009: 26) berpendapat bahwa “PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, tindakan, observasi, dan refleksi Arikunto (Trisyani, 2014:33). Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah pertama menyamakan persepsi metode dan media yang akan digunakan yaitu menggunakan metode bercerita dengan menggunakan media gambar berseri, kedua menyiapkan Peta konsep, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), ketiga membuat lembar daftar pengamatan atau pedoman observasi untuk dijadikan acuan pengamatan dalam mengetahui keterampilan menyimak anak, keempat menyiapkan media pembelajaran yaitu gambar berseri yang digunakan untuk bercerita. Pada tahap pelaksanaan tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar berseri sesuai dengan RKH yang telah disusun untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak. Pertemuan untuk melaksanakan tindakan yang direncanakan sebanyak 9 kali dalam satu siklus, pertemuan pertama akan menerapkan dua indikator, pertemuan kedua sebanyak dua indikator dan pertemuan ketiga satu indikator. Penerapan setiap indikator dilaksanakan sebanyak 3 kali putaran. Indikator menyimak anak usia 4-6 tahun yang digunakan dalam penelitian berdasarkan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 adalah mendengarkan orang tua/ teman berbicara, memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu, bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri dengan urut dan bahasa yang jelas, mendengarkan dan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
menceritakan kembali cerita secara urut, menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa, bagaimana, dsb. Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah mengumpulkan hasil-hasil pengamatan dan pencatatan yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi serta dianalisis. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat diketahui kelemahan dan kekurangan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran dalam satu siklus. Setelah diketahui hal-hal yang dimaksud, maka diambil suatu keputusan apakah tindakan tersebut dapat dianggap terselesaikan ataukah dipandang masih perlu perbaikanperbaikan sehingga siklus tindakan selanjutnya masih harus dilakukan lagi. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi. Daryanto (2012: 28) berpendapat bahwa “data penelitian dapat dikumpulkan baik lewat instrument pengumpulan data, observasi, maupun lewat data dokumentasi.” Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan pada masing-masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan yang diobservasikan dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda satu bintang (*), anak mulai berkembang dengan tanda dua bintang (**), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda tiga bintang (***), dan anak berkembang sangat baik dengan tanda empat bintang (****). Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data digunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2012:67) menyatakan bahwa “metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean, dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek atau variabel
tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari hasil belajar anak usia dini, dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media gambar berseri. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: tabel distribusi frekuensi, menghitung modus, menghitung median, menghitung angka rata-rata (mean), menyajikan data ke dalam grafik polygon. Agung (2012:67) menyatakan bahwa “metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan keterampilan menyimak pada anak dengan metode bercerita yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Adapun rumus yang digunakan pada analisis ini adalah sebagai berikut: ! M (%) = X 100% (1) !"#
Hasil perkembangan anak dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau rata-rata persen ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut. Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Anak Persentase Kriteria Penguasaan Perkembangan 90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
(Sumber: Agung, 2014:145) Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan dikonversikan pada pedoman PAP Skala Lima tentang tingkat keterampilan
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
menyimak pada anak kelompok B2 setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media gambar berseri. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data keterampilan menyimak anak pada penelitian siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri diperoleh mean (M) = 13,06, modus (Mo)=12, dan median (Me)=13 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon sebagai berikut. Frekuensi (f)
10 5 0 11 12 13 14 15 16 Skor (x)
Mo=12
M=13,06 M=13
Gambar 1. Grafik tentang Keterampilan Menyimak pada Siklus I Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo<Me<M (12<13<13,06). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan menyimak anak pada siklus I cenderung rendah. Nilai rata-rata persentase keterampilan menyimak anak pada siklus I adalah 65,30%. Nilai tersebut jika dikonversikan kedalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel 1 rata-rata persentase berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa keterampilan menyimak anak kelompok B2 TK Kartika VII-3 Singaraja pada siklus I berada pada kriteria sedang. Dari hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama siklus I terdapat beberapa kendala dalam penerapan metode bercerita dengan media gambar
berseri untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak. Adapun kendala-kendala yang peneliti temukan selama penerapan siklus I yaitu anak mengalami kesulitan untuk memahami cerita. Hal tersebut terlihat dari anak-anak yang tidak antusias saat kegiatan tanya jawab tentang isi cerita yang telah disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai pendapat Dhieni (2011: 6.9) tentang kelemahan dari metode bercerita yaitu daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda mengakibatkan anak didik sukar memahami tujuan pokok isi cerita. Kendala lain yang ditemukan saat melaksanakan kegiatan bercerita berbantuan media gambar berseri adalah penyampaian cerita yang kurang menarik dan tidak ekpresif menyebabkan anak cepat merasa bosan dan anak terlihat kurang fokus dalam menyimak cerita. Hal ini terlihat hanya beberapa anak yang mau mendengarkan cerita yang disampaikan guru dan anak terlihat mengantuk ketika mendengarkan cerita. Sesuai pendapat Dhieni (2011: 6.10) kelemahan yang juga dimiliki oleh metode bercerita adalah cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik. Berdasarkan kendala-kendala tersebut adapun solusi yang telah dilakukan adalah isi cerita yang disampaikan oleh guru tidak terlalu panjang agar anak mudah memahami dan mengingat cerita yang disampaikan oleh guru, sesuai dengan pendapat Gunarti (2008: 5.13) bahwa hal yang perlu diperhatikan saat membawakan cerita kepada anak adalah cerita yang dibawakan singkat, namun penuh dengan nilai-nilai moral dan keagamaan, sosialisasi dan kepekaan perasaan. Selain itu dalam membawakan cerita guru lebih ekspresif sehingga cerita yang dibawakan guru tidak membosankan dan anak lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan bercerita. Siklus II juga dilakukan sama seperti siklus I yaitu disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yang dilaksanakan dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri Hasil analisis data pada siklus II,
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
diperoleh mean (M) = 16,67, modus (Mo) = 18, dan median (Me) = 17 yang selanjutnya disajikan ke dalam grafik polygon.
Frekuensi (f)
6 4 2 0 14 15 16 17 18 19 20 Skor (x)
M=16,67
Mo=18 Me=17
Gambar 2. Grafik tentang Keterampilan Menyimak pada Siklus II Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat Mo>Me>M (18>17>16,67). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa skor keterampilan menyimak anak pada siklus I cenderung tinggi. Nilai rata-rata persentase keterampilan menyimak anak pada siklus II adalah 83,35% dan jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima pada tabel 1 ratarata persentase berada pada tingkat penguasaan 80-89%, yang berarti bahwa keterampilan menyimak anak kelompok B2 TK Kartika VII-3 Singaraja pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah nampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan keterampilan menyimak anak kelompok B2 TK Kartika VII-3 Singaraja. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II yaitu, secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga keterampilan menyimak anak yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu penyampaian cerita yang menarik oleh guru menyebabkan anak mampu memahami isi cerita. Hal ini terlihat anak-anak sudah dapat menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang disampaikan oleh guru.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada anak kelompok B2 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Berdasarkan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap keterampilan menyimak anak melalui penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri diperoleh Mean (rata-rata) skor keterampilan menyimak anak kelompok B2 di TK Kartika VII-3 Singaraja dari data siklus I sebesar 13,06 mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 16,67. Dalam pelaksanaan tindakan dari siklus I ke siklus II keterampilan menyimak anak mengalami peningkatan hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata persentase tersebut mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 65,30%. Selanjutnya ratarata persentase ini mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,35%. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena nilai rata-rata persentase siklus II telah mencapai kriteria tinggi dengan peningkatan rata-rata persentase keterampilan menyimak anak dari data siklus I ke siklus II sebesar 18,65%. Peningkatan keterampilan menyimak anak dapat dilihat dari kemajuan perkembangan anak pada setiap pertemuan pembelajaran di kelas. Pada pertemuan pertama masih banyak anak yang tidak fokus dalam mendengarkan cerita yang disampaikan guru, lalu pada pertemuan berikutnya anak juga masih terlihat tidak memperhatikan guru berbicara di depan kelas. Selanjutnya guru berupaya untuk mengatasi kendala-kendala yang menghambat kegiatan bercerita dengan membawakan cerita lebih ekspresif agar dapat menarik minat anak untuk menyimak cerita dan guru melakukan kegiatan pengantar sebelum anak menyimak cerita, kegiatan ini bertujuan untuk menimbulkan semangat anak sebelum menyimak cerita. Berbeda halnya dengan pertemuan siklus I, pada pertemuan siklus II anak sudah antusias dalam menyimak cerita. Hal ini terlihat ketika guru memberikan pertanyaan tentang cerita anak dapat menjawab, selain itu anak sudah mampu
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
menceritakan kembali cerita secara urut. Peningkatan perkembangan pada anak sudah terlihat baik pada siklus II, hal tersebut dibuktikan dengan hasil evaluasi dan analisis siklus II yang menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak telah berada pada kriteria tinggi. Terjadinya peningkatan keterampilan menyimak pada anak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri tentu tidak terlepas dari adanya ketertarikan anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang disajikan oleh guru. Hal ini terlihat pada saat guru bercerita menggunakan gambar berseri anak dapat memusatkan perhatiannya dalam menyimak cerita, ketika anak menyimak dengan baik cerita yang disampaikan guru maka anak dapat menjawab pertanyaan tentang isi cerita dengan tepat, anak mampu menceritakan kembali isi cerita secara urut, dan anak mampu mengutarakan pendapat atas cerita yang disimak. Selain itu melalui kegiatan menyimak cerita anak dapat membedakan perilaku mana yang baik untuk ditiru dan perilaku mana yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarti (2008: 5.31) bahwa melalui kegiatan menyimak anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode bercerita ternyata efektif untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (2004: 168) menyatakan bahwa manfaat metode bercerita yaitu dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Melalui penerapan metode bercerita, keterampilan menyimak anak dilatih melalui proses mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru, dari proses mendengarkan anak dapat menjawab pertanyaan seputaran cerita, dapat menceritakan kembali cerita secara urut dengan bahasa yang jelas serta mampu mengungkapkan pendapat secara sederhana tentang isi cerita. Dalam proses tersebut maka secara langsung dapat melatih keterampilan menyimak anak. Selain itu, bercerita dapat digunakan sebagai metode mengajar terutama pada
pendidikan di TK, anak pada umumnya suka mendengar cerita, situasi inilah yang digunakan sebagai situasi kegiatan pelaksanaan program (Yus, 2011: 182). Penerapan metode bercerita dibantu dengan media gambar berseri yang menggunakan 5 sampai 8 buah gambar. Gambar berseri bisa dilakukan dengan menggunakan lebih dari dua gambar, gambar-gambar yang digunakan harus memiliki keterkaitan cerita antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya (Gunarti, 2008: 5.12). Penggunaan media gambar berseri dapat mendorong minat anak untuk menyimak cerita. Hal tersebut dikarenakan pada saat kegiatan bercerita menggunakan media gambar berseri dapat memudahkan anak untuk memahami alur cerita yang disampaikan oleh guru dan dapat menimbulkan situasi yang menyenangkan sehingga akan menarik minat anak untuk menyimak cerita. Selain itu anak dapat melihat langsung gambargambar yang digunakan dalam bercerita sehingga dengan melihat gambar anak akan mampu menceritakan kembali isi cerita yang telah didengar sebelumnya. Keberhasilan penelitian ini juga mendukung penelitian Muryaniti (2014) dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Media Gambar pada Anak” penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di TK Siswo Utomo Bulugede Kecamatan Patebon. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kemampuan menyimak anak dapat meningkat setelah diterapkan metode bercerita dengan media gambar. Penelitian ini memiliki kelemahan yaitu pada peningkatan keterampilan menyimak menggunakan metode bercerita berbantuan media gambar berseri dalam penelitian ini belum mencapai kriteria sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan tenaga dari pihak sekolah. Waktu yang diberikan di sekolah terhambat dengan adanya libur semester dan tahun ajaran baru. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut pada penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan menyimak pada anak agar
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
mencapai hasil yang optimal yaitu mencapai kriteria sangat tinggi. Penyajian hasil penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri, ternyata dapat meningkatkan keterampilan menyimak anak kelompok B2 di TK Kartika VII-3 Singaraja. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan menyimak anak, dan oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran melalui metode bercerita secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar anak didik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada anak Kelompok B2 TK Kartika VII-3 Singaraja semester II tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata keterampilan menyimak anak didik pada siklus I adalah 65,30% yang berada pada kriteria sedang dan rerata keterampilan menyimak anak didik pada siklus II sebesar 83,35% berada pada kriteria tinggi. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi kepala sekolah agar memberikan pembinaan serta informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat, serta menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran khususnya dalam bercerita. Bagi para guru disarankan lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak, khususnya dalam penerapan metode bercerita dengan media
gambar berseri yang sesuai sehingga pembelajaran dapat menarik minat anak didik. Selain itu materi yang diberikan kepada anak saat bercerita hendaknya sesuai dengan kehidupan anak, menggunakan kata-kata sederhana, penyampaian jelas dan menarik sehingga dapat merangsang anak untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atau sumber acuan serta disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut pada penerapan metode bercerita berbantuan media gambar berseri untuk meningkatkan keterampilan menyimak pada anak agar mencapai hasil yang optimal sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. ---------,
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan (edisi 2). Yogyakarta: Aditya Media Publishing.
Asyhar,
Rayandra. 2012. Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Daryanto, 2012. Panduan Operasional Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Prestasi Pustakarya. Dhieni,
Nurbiana. 2011. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gunarti,
Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
e-Journal PG PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 3 No.1-Tahun 2015)
Ismawati, Esti. 2012. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Ombak. Muryanti, Sri. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak Melalui Metode Bercerita dengan Media Gambar pada Anak. Jurnal Ilmiah PG PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana. Suyanti,
Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Trisyani, R.A. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Cerita Kain Celemek Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Lisan Anak Kelompok B2 Semester II TK Negeri Pembina Singaraja Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Jurusan PGPAUD FIP Undiksha, Singaraja Yus, Anita. 2011. Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanakkanak. Jakarta: Kencana.