Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol. Xx April 2015
Penentuan Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay Pada Trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung ANISAH PRATIWI1, SOFYAN TRIANA2 1. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional Email :
[email protected] ABSTRAK
Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Keputusan Walikota Bandung untuk menetapkan kenaikkan tarif sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap trayek angkutan umum. Hal ini dilakukan sebagai dampak dari kenaikan harga BBM tahun 2014. Penelitian ini membahas mengenai besaran tarif yang tepat untuk angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung. Metoda yang digunakan dalam perhitungan biaya operasional kendaraan adalah Metode Pacific Consultants International (PCI). Perhitungan tarif dilakukan dengan Metoda Ablity to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP). Dalam penelitian ini, Metode Willingness to Pay (WTP) terdiri dari tarif berdasarkan keinginan penumpang dan tarif berdasarkan keputusan operator. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa pendapatan berdasarkan tarif operator merupakan tarif yang tepat dan wajar untuk angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung. Kata kunci: Tarif Angkutan, Biaya Operasional Kendaraan, ATP, WTP ABSTRACT Bandung City Government issued regulations to establish rates increase of Rp 1,000.00 for each public transportation route. The decision was issued as a result of rising fuel prices in 2014. This research discuss about the appropriate fare for public transport with trajectory Cicaheum-Ciroyom in Bandung. The method in the calculation of vehicle operating costs are Pacific Consultants International (PCI) Method. The calculation of public transport fare based on Ability to Pay (ATP) and Willingness to Pay (WTP). In this research, Willingness to Pay (WTP) consist of the rates based on passenger and the rates based on operator's decision. The result shows that the rates based on the operator's decision is appropriate fare for public transport with trajectory CicaheumCiroyom in Bandung. Keywords: transportation rates, operational costs of vehicle, ATP, WTP Reka Racana - 1
Anisah Pratiwi, Sofyan Triana
1. PENDAHULUAN Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Keputusan Walikota Bandung nomor 551.2/Kep 1148 – Dishub/2014 mengenai tarif angkutan penumpang umum di Kota Bandung menetapkan kenaikkan tarif sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap trayek angkutan umum. Hal ini dilakukan sebagai dampak dari kenaikan harga BBM tahun 2014. Maksud dari penelitian ini adalah menghitung tarif angkutan umum berdasarkan metode Ability to Pay dan Williingness to Pay untuk menilai SK Walikota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan besaran tarif yang tepat untuk angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung.Metode perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK) yang digunakan adalah Metode Pacific Consultants International (PCI). Pada penelitian ini dilakukan perhitungan tarif angkutan umum berdasarkan metode Ability to Pay dan Williingness to Pay. Angkutan umum yang ditinjau adalah angkutan kota dengan trayek Cicaheum-Ciroyom dengan menggunakan 1 buah kendaraan angkutan kota. Waktu survei dipilih pada waktu sibuk hari kerja maupun hari libur. Hal ini untuk menentukan jumlah penumpang diatas kendaraan, waktu tempuh kendaraan dari asal ke tujuan, waktu sirkulasi dari asal tujuan dan kembali ke asal, waktu henti kendaraan diterminal. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum Pengertian angkutan menurut Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014 tentang angkutan jalan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalulintas jalan. Angkutan terdiri dari angkutan orang dan/atau barang dengan menggunakan kendaraan bermotor dan angkutan orang dan/atau barang dengan menggunakan kendaraan tidak bermotor. Angkutan orang dan/atau barang dengan menggunakan kendaraan bermotor meliputi sepeda motor, mobil penumpang, mobil mini bus, mobil bus, mobil barang. Sedangkan angkutan orang dan/atau barang dengan menggunakan kendaraan tidak bermotor meliputi kendaraan yang digerakan oleh tenaga orang dan kendaraan yang ditarik oleh tenaga hewan. 2.2 Tujuan Angkutan Umum Tujuan dari pelayanan angkutan kota adalah memberikan pelayanan yang baik dan layak bagi pengguna angkutan umum. Berdasarkan karakteristiknya, pengguna angkutan umum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok choice, yaitu kelompok orang-orang yang mempunyai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, dan kelompok captive, yaitu kelompok orang yang tidak mempunyai pilihan lain atau terpaksa hanya memiliki satu pilihan saja (Khisty, 2003).
Ability to Pay dan Willingness to Pay Ability to Pay (ATP) adalah kemampuan sesorang untuk membayar jasa pelayanan 2.3
yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan pendapatan yang diterimanya. (Wahyuni, 2012)
Willingness to Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP Reka Racana - 2
Penentuan Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay Pada Trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung
didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif jasa pelayanan angkutan umum tersebut (Wahyuni, 2012). Kemampuan Membayar Pengguna atau Ability To Pay (ATP) dan Kemauan Membayar Penguna atau Willingness To Pay (WTP) dinyatakan sebagai berikut (LPKM, 1996a)
2.4 Biaya Operasional Kendaran (BOK) Biaya Operasi Kendaraan (BOK) terdiri atas biaya tetap (Fixed Cost) dan biaya tidak tetap (Variable Cost). Karena itu, BOK merupakan akumulasi dari kedua jenis biaya tersebut (Woodward, 1996). Biaya pokok produksi pelayanan angkutan umum didefinisikan sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak operator untuk menghasilkan satuan produksi pelayanan angkutan umum. Dengan definisi ini, maka besarnya biaya pokok pelayanan angkutan umum akan sangat tergantung pada besarnya biaya total operasi per satuan waktu. Dengan demikian, jelas bahwa ada dua parameter yang mempengaruhi besarnya biaya produksi pelayanan angkutan umum, yaitu total biaya operasi kendaraan dan total operasi produksi pelayanan. 2.5 Metode Penentuan Jumlah Sampel Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. (Sudjana, 2005). Untuk menentukan ukuran sampel bisa menggunakan Rumus Slovin (1960), sebagai berikut:
Dengan: n = Sampel; N = Populasi; e = Toleransi terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel; tingkat kepercayaan dalam hal ini nilai presisi 95% atau e = 0,05. Berdasarkan penurunan rumus generik (Setiawan : 2007), dihasilkan persamaan yang persis sama dengan rumus Slovin. Sehingga dengan mencermati persamaan matematis tersebut, dapat diketahui beberapa keterangan mengenai rumus Slovin, yaitu: a. Rumus Slovin dapat digunakan untuk menentukan ukuran sampel, hanya jika penelitian bertujuan untuk menduga proporsi populasi. b. Asumsi tingkat keandalan 95% karena menggunakan nilai = 0,05, sehingga diperoleh Z = 1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi 2. c. Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P), dimana P = 0,5. Reka Racana - 3
Anisah Pratiwi, Sofyan Triana
d. Nilai galat pendugaan (d) didasarkan atas pertimbangan peneliti. 2.6 Teknik Pengambilan Sampel Secara umum, pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu random (acak) dan nonrandom (tidak acak). Pengambilan dengan cara random yaitu pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengundi, menggunakan tabel bilangan acak/random atau dengan menggunakan bantuan komputer. Sedangkan pengambilan sampel dengan nonrandom atau disebut juga incidental sampling, dilakukan tidak secara acak. Ada tiga jenis sampling pada teknik sampling random yaitu sampling random sederhana (Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified Sampling), dan sampling kluster/area (Cluster Sampling). Sampling Random Sederhana (Simple Random Sampling) merupakan teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara random (acak) dengan tidak mempertimbangkan tingkatan dalam populasi. Teknik sampling bertingkat (Stratified Sampling) digunakan apabila populasinya heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat serta jumlah sangat banyak. Teknik Sampling Kluster/Area (Cluster Sampling) menggunakan dua tahapan, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek yang dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara random. Terdapat beberapa jenis sampel nonrandom yang sering digunakan dalam penelitian sosial atau penelitian komunikasi, yakni: Teknik Sampel Aksidental (Accidental Sampling), Teknik Sampel Kuota (Quota Sampling), dan Teknik Sampel Purposif (Purposeful Sampling). Teknik Sampel Aksidental (Accidental Sampling) merupakan teknik pengambilan sampe secara kebetulan karena pengambilannya tanpa direncanakan terlebih dahulu. Teknik Sampel Kuota (Quota Sampling) merupakan teknik sampling yang hampir sama dengan teknik sampling strata, namun cara mengambil sampel yang tidak dilakukan secara random tetapi berdasarkan keinginan peneliti. Teknik Sampel Purposif (Purposeful Sampling) menggunakan sampel dan populasi dengan kualifikasi yang spesifik atau kriteria khusus sesuai dengan tujuan penelitian. 3. ANALISIS DATA 3.1 Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yakni data primer dan data sekunder. Data tersebut dikelompokan menjadi beberapa bagian, yakni Karakteristik Trayek, Pengambilan Jumlah Sampel, Karakteristik Jumlah Penumpang, Karakteristik Kecepatan Kendaraan, Karakteristik Kendaraan Angkutan Kota, Komponen Biaya Tetap (Fixed Cost), serta Komponen Biaya Tidak Tetap (Variable Cost). Karakteristik trayek yang digunakan analisis perhitungan tarif angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom berdasarkan jarak tempuh dan jumlah rit. Panjang jalur trayek Cicaheum-Ciroyom adalah 18 km dan panjang jalur Ciroyom-Cicaheum adalah 16 km dengan jumlah hari operasional 300 hari/tahun. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dengan cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam anggota populasi tersebut. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin (1960), maka diperoleh Reka Racana - 4
Penentuan Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay Pada Trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung
jumlah penumpang minimum yang diwawancarai sebanyak 450 penumpang. Namun, karena keterbatasan biaya dan tenaga, maka data jumlah penumpang yang diperoleh sebesar 78 penumpang. Karakteristik penumpang merupakan rata-rata jumlah penumpang yang berada di dalam angkutan umum selama pengamatan. Data karakteristik penumpang merupakan data primer (hasil survei). Karakteristik penumpang pada hari kerja memiliki rerata penumpang sebesar 3 penumpang/rit, sedangkan karakteristik penumpang pada akhir pekan sebesar 4 penumpang/rit. Karakteristik kecepatan merupakan data kecepatan kendaraan pada saat bergerak (Running Speed) diperoleh dari perhitungan tempuh dibagi dengan waktu perjalanan kendaraan pada saat bergerak dalam 1 rit. Terdapat 2 kondisi pada saat survey lapangan, yakni kondisi pada saat operasional pada siang hari dan operasional pada malam hari. Data kecepatan yang digunakan pada operasional angkutan umum merupakan rata-rata running speed operasional pada malam dan siang hari. Rata-rata running speed pada hari akhir pekan waktu operasional siang hari sebesar 13 km/jam. Rata-rata running speed pada hari akhir pekan waktu operasional siang hari sebesar 17 km/jam dan waktu operasional malam hari sebesar 26 km/jam. Dalam penelitian ini, digunakan sampel bahwa setiap operator angkutan umum menggunakan kendaraan Toyota Kijang sebagai pilihan dikarenakan jenis kendaraan ini merupakan jenis yang banyak digunakan sebagai kendaraan angkutan umum Cicaheum-Ciroyom. Komponen Biaya Tetap (Fixed Cost) terdiri dari tarif resmi angkutan umum berdasarkan keputusan pemerintah, biaya kepemilikan aset, serta biaya administrasi kendaraan. Berdasarkan Keputusan Walikota Bandung nomor 551.2/Kep 1148 – Dishub/2014 mengenai tarif angkutan penumpang umum di Kota Bandung menetapkan untuk menaikkan tarif sebesar Rp 1.000,00 untuk setiap trayek angkutan umum, dalam hal ini angkutan umum trayek Cicaheum-Ciroyom dengan rute Terminal Cicaheum sampai dengan Terminal Ciroyom (sepanjang 17 km) mengalami kenaikan dari Rp 3.000,00 menjadi Rp 4.000,00. Perhitungan biaya kepemilikan aset menggunakan asumsi setiap pemilik angkutan umum membeli kendaraan dengan dana tunai untuk Down Payment (DP) sebesar 15% dan sisa pembayaran dilakukan dengan kredit selama 3 tahun dengan harga beli sebesar Rp 90.000.000,00. Masa susut kendaraan selama 8 tahun dengan besarnya depresiasi kendaraan sebesar 5% per tahun dan tingkat premi asuransi sebesar 1,5% per tahun memiliki harga jual Rp 60.000.000,00. Perhitungan tarif angkutan umum meliputi beberapa faktor, salah satunya adalah biaya administrasi kendaraan. Biaya administrasi kendaraan meliputi pajak kendaraan, biaya izin usaha, biaya izin trayek, biaya KIR, biaya koperasi serta iuran organda. Tabel 1. Biaya Administrasi No.
Komponen Biaya
Durasi Waktu
Harga Satuan (Rp)
1
Pajak Kendaraan
1 tahun
Rp 500.000
Rp
500.000
2
Biaya Izin Trayek
5 tahun
Rp 150.000
Rp
30.000
3
Biaya KIR
6 bulan
Rp
Rp
110.000
Reka Racana - 5
55.000
Biaya (Rp/tahun)
Anisah Pratiwi, Sofyan Triana
No.
Komponen Biaya
Durasi Waktu
Harga Satuan (Rp)
Biaya (Rp/tahun)
4
Biaya Koperasi
1 hari
Rp
1.500
Rp
450.000
5
Iuran Organda
1 bulan
Rp
1.000
Rp
12.000
6
Biaya Retribusi
1 hari
Rp
3.500
Rp 1.050.000
Komponen biaya tidak tetap (variable cost) terdiri dari biaya BBM, Biaya Penggantian Ban, Biaya Penggantian Oli, Biaya Suku Cadang dan Biaya Mekanik. Biaya penggantian ban sebesar Rp 750.000,00/buah. Besarnya biaya suku cadang dan biaya mekanik berdasarkan nilai terdepresiasi kendaraan per 1.000 km, dengan asumsi bertambahnya umur kendaraan, maka biaya suku cadang dan biaya mekanik akan semakin besar. Biaya penggantian oli meliputi biaya minyak pelumas/oli dan minyak rem, biaya penggantian busi, kampas rem, serta biaya penggantian saringan udara. Berikut perincian biaya penggantian minyak pelumas/oli: Tabel 2. Perincian Biaya Penggantian Suku Cadang Reguler No.
Keterangan
Setelah Kenaikan Harga BBM
1
Minyak Pelumas/ Oli
Rp 170.000,00
2
Busi
3
Kampas Rem
4
Saringan Udara
Rp
70.000,00
5
Minyak Rem
Rp
26.800,00
Rp
61.000,00
Rp 120.000,00
Total Biaya
Rp 353.000,00
3.2 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan Hasil perhitungan biaya operasional kendaraan dengan metode Pacific Consultans International (PCI) adalah: Tabel 3. Perhitungan Besaran BOK (Rp/km/rit/kendaraan) Waktu Pengamatan Komponen
Satuan
Akhir Pekan
Hari Kerja
siang hari
siang hari
malam hari
Depresiasi
Rp/km/rit
273
256
228
Bunga Modal
Rp/km/rit
99
75
50
Asuransi
Rp/km/rit
25
19
13
Bahan Bakar
Rp/km/rit
1.269
1.513
1.233
Minyak Oli/Pelumas
Rp/km/rit
777
722
629
Ban
Rp/km/rit
21
32
54
Suku Cadang
Rp/km/rit
55
58
62
Tenaga Mekanik
Rp/km/rit
2
3
3
Rp/km/rit
2.522
2.678
2.273
BOK (Rp/km/rit/kend.)
Reka Racana - 6
Penentuan Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay Pada Trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung
3.3 Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan Total Biaya operasi kendaraan total merupakan penjumlahan total dari variabel biaya operasi kendaraan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Tabel 4. Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Total BOK/Kendaraan (Rp/km/rit/jam)
BOK/Kendaraan (Rp/km)
Siang Hari
Malam Hari
Siang Hari
Malam Hari
Rp/hari
Rp/tahun
2.932 2.678
2.273
11.729 10.714
4.546
398.796 518.825
19.939.811 129.706.207
Keterangan
Akhir Pekan Hari Kerja
BOK/kendaraan
BOK Total (Rp/tahun)
151.798.018
3.4 Ability to Pay dan Willingness to Pay Karena tarif angkutan umum yang berlaku tidak memiliki standar perhitungan, maka tarif berdasarkan ATP/WTP dan tarif berdasarkan keputusan operator dianalisis dengan satuan Rp/km untuk menyamakan dengan perhitungan tarif berdasarkan tarif resmi. Berdasarkan hasil wawancara penumpang yang dilakukan oleh 78 penumpang diperoleh data sebagai berikut: Tabel 5. Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Tarif Resmi dan Hasil Survei Hari Pengamatan Akhir Pekan
Tarif Pengamatan (Rp/km) Tarif Resmi Rp235,00
Hari Kerja
WTP
Tarif Operator
Tarif ATP
Rp1.357,00
Rp1.501,00
Rp1.633,00
Rp1.122,00
Rp1.205,00
Rp1.552,00
3.5 Perhitungan Pendapatan Angkutan Umum Komponen perhitungan angkutan umum terdiri dari tarif berdasarkan hasil pengamatan, waktu operasional, panjang trayek, jumlah rit, serta besaran load factor. Panjang trayek angkutan umum sebesar 34 km/rit dengan waktu operasional yakni sebesar 300 hari/tahun dimana 250 hari kerja dan akhir pekan sebesar 50 hari. Jumlah rit yang ditempuh sebesar 6 rit/hari. Besaran load factor pada akhir pekan sebesar 4 penumpang/rit dan pada hari kerja sebesar 3 penumpang/rit. Tabel 6. menunjukan perhitungan pendapatan angkutan umum berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay dan Tabel 7. menunjukan perhitungan pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif resmi. Tabel 6. Perhitungan Pendapatan Angkutan Umum Berdasarkan Ability to Pay dan Willingness to Pay Hari Pengamatan Akhir Pekan Hari Kerja
Tarif Pengamatan (Rp/hari/km) WTP
Operator
1.357 1.122
1.501 1.205
Pendapatan Berdasarkan Tarif Pengamatan (Rp/tahun) ATP 1.633 1.552 Total
WTP
Operator
ATP
55.370.342 34.346.622 89.716.964
61.260.751 184.427.188 245.687.939
66.623.715 237.497.323 304.121.038
Tabel 7. Perhitungan Pendapatan Angkutan Umum Berdasarkan Tarif Resmi Hari Pengamatan Akhir Pekan Hari Kerja
Tarif Resmi (Rp/km) 235
Waktu Operasional (Hari/tahun)
Pendapatan (Rp/tahun)
50
9,600,000.00
250
36,000,000.00
Reka Racana - 7
Total Pendapatan (Rp/tahun) 45.600.000,00
Anisah Pratiwi, Sofyan Triana
3.6
Perbandingan Pendapatan Angkutan Umum dengan Biaya Operasi Kendaraan Pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif resmi pemerintah dan pendapatan angkutan kota berdasarkan keinginan pengguna angkutan umum lebih kecil dari biaya operasional kendaraan, sehingga tarif tersebut tidak sesuai karena merugikan operator, sedangkan pendapatan angkutan umum berdasarkan kemampuan pengguna angkutan umum lebih besar dari biaya operasional kendaraan pertahun, sehingga tarif tersebut sesuai karena tidak merugikan operator dan tidak memberatkan pengguna angkutan umum. Perhitungan rekapitulasi operasional angkutan umum ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Operasional Angkutan Umum Laba Netto
Keterangan
Pendapatan (Rp/tahun)
Laba Bruto (Rp/tahun)
Rp/tahun
Rp/bulan
Gaji Operator (Rp/bulan/Operator)
Tarif Resmi
45.600.000
-
-
-
-
Tarif WTP
89.716.964
-
-
-
-
Tarif Operator
245.687.939
93.889.921
60.889.921
5.074.160
2.537.080
Tarif ATP
304.121.038
152.323.020
119.323.020
9.943.585
4.971.792
4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil survey on board, besaran rata-rata running speed dengan waktu operasional disiang hari sebesar 13 km/jam pada akhir pekan dan 17 km/jam pada hari kerja. Besaran rata-rata running speed dengan waktu operasional dimalam hari sebesar 44 km/jam pada hari kerja; Berdasarkan hasil survey on board, rata-rata penumpang pada hari kerja sebesar 3 penumpang/rit dan pada akhir pekan sebesar 4 penumpang/rit. Rata-rata penumpang tersebut dibawah load factor ideal (70% dari kapasitas kendaraan), maka secara ekonomi pendapatan yang diperoleh penyedia angkutan umum mengalami penurunan sehingga berdampak pada tingkat pengembalian investasi; Berdasarkan hasil survey on board, Sebanyak 52% penumpang angkutan umum memilih angkutan umum sebagai pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan transportasi. Mayoritas pendapatan penumpang angkutan umum pada hari kerja sebesar Rp 1.000.000,00-Rp 1.999.999,00. Mayoritas pendapatan penumpang angkutan umum pada akhir pekan sebesar Rp 2.000.000,00-Rp 2.999.999,00. Besaran Biaya Operasional Kendaraan (BOK) berdasarakan perhitungan dengan menggunakan Metode Pacific Consultans International (PCI) adalah Rp 149.009.626,00/tahun. Tarif resmi yang ditetapkan oleh Walikota Berdasarkan SK Walikota Bandung No. 551.2/Kep 1148 – Dishub/2014 mengenai tarif angkutan penumpang umum di Kota Bandung pada trayek Cicaheum-Ciroyom dengan rute terminal Cicaheum-Ciroyom sepanjang 17 km sebesar Rp 4.000,00. Tarif resmi tersebut berada dibawah dari tarif yang berlaku dan tarif berdasarkan analisis daya beli pengguna. Tarif resmi tidak dapat menjadi acuan karena pendapatan angkutan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya operasional kendaraan. Pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif resmi sebesar Rp 45.600.000,00/tahun; Reka Racana - 8
Penentuan Tarif Angkutan Umum Berdasarkan Metode Ability to Pay dan Willingness to Pay Pada Trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung
Tarif berdasarkan kemauan pengguna angkutan umum (WTP) tidak dapat menjadi acuan karena pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya operasional kendaraan. Pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif WTP sebesar Rp 89.716.964,00/tahun. Tarif berdasarkan kemampuan pengguna angkutan umum (ATP) dapat menjadi acuan. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya operasional kendaraan dan memberikan keuntungan. Tarif angkutan umum berdasarkan kemampuan pengguna angkutan umum sebesar Rp 1.633,00/km pada akhir pekan dan Rp 1.552,00/km. Pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif ATP sebesar Rp 304.121.038,00/tahun. Gaji operator berdasarkan tarif ATP sebesar Rp 4.971.792/bulan/operator dengan asumsi terdapat 2 operator/kendaraan. Tarif ATP tidak dapat diterapkan karena memberikan keuntungan yang besar bagi operator namun merugikan masyarakat. Tarif berdasarkan keputusan operator angkutan umum dapat menjadi acuan dan dapat diterapkan pada angkutan umum dengan trayek Cicaheum-Ciroyom di Kota Bandung. Hal tersebut dikarenakan pendapatan yang diperoleh dapat menutupi biaya operasional kendaraan dan memberikan keuntungan yang layak. Tarif angkutan umum berdasarkan keputusan operator dari Terminal Cicaheum menuju terminal Ciroyom sepanjang 17 km sebesar Rp 8.000,00. Pendapatan angkutan umum berdasarkan tarif keputusan operator sebesar Rp 245.687.939/tahun. Gaji operator yang diterima sebesar Rp 2.537.080/bulan/operator dengan asumsi terdapat 2 operator/kendaraan. Tarif berdasarkan keputusan operator dapat diterapkan kerena memberikan keuntungan yang layak bagi operator dan tidak merugikan masyarakat pengguna angkutan umum. DAFTAR RUJUKAN Ariawan,I.M.A. (2000). Analisa Ability to Pay dan Willingness to Pay Terhadap Tarif Angkutan Kota. Tesis Magister Teknik Institut. Khisty, C. J and Lall, B. K. (2003). Dasar-dasar Rekayasa Transportasi (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. (1996). Modul Pelatihan Perencanaan Transportasi (volume a). Bandung: Institut Teknologi Bandung. Setiawan, Nugraha. Makalah (2007), “Penentuan Ukuran Sampel Memakai Rumus Slovin dan Tabel Krejcie-Morgan:Telaah Konsep dan Aplikasinya”, Raja Grafindo Persada Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Wahyuni, A dan Wicaksono, A. (2012). “Kajian Ability to Pay dan Willingness to Pay dan Willingness to Use, Calon Penumpang Kereta Api Commuter Malang Raya ”. Tesis Magister Teknik Universitas Brawijaya Malang. Woodward, F. H. (1996). Manajemen Transpor. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Reka Racana - 9