PENELITIAN
PARTISIPASI DAN TINGKAT KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
Oleh : Wahyudi, S.Pd.
PENELITIAN
PARTISIPASI DAN TINGKAT KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN BALANGAN “Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter Turn-Out)”
Oleh : Wahyudi, S.Pd.
i
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN
PARTISIPASI DAN TINGKAT KESADARAN POLITIK MASYARAKAT
DALAM PEMILU TAHUN 2014 DI KABUPATEN BALANGAN “Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter Turn-Out)”
Oleh : Wahyudi, S.Pd.
Menyetujui :
…………………………..
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rakhmt dan hidayah-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Partisipasi dan Tingkat Kesadaran Politik Masyarakat Dalam Pemilu Tahun 2014 Di Kabupaten Balangan” ini dapat diselesaikan. Penyusunan penelitian ini diajukan sebagai untuk menjadi bahan peneliti dalam program penelitian yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Balangan . Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya peneltianini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak serta merta hadir tanpa bantuan dan dukungandari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Penulis memahami sepenuhnya bahwa peneltian ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangan diharapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Balangan, 28 Juli 2015 Penulis,
Wahyudi, S.Pd.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN A. ...................................................................................................Latar Belakang Masalah ..............................................................................
1
B. ...................................................................................................Rumusan Masalah...............................................................................................
2
C. ...................................................................................................Tujuan dan Manfaat Penelitian ..............................................................................
3
D. ...................................................................................................Daerah Penelitian……………………………………………………. ...........
4
BAB II KERANGKA DASAR TEORI A. ...................................................................................................Pemilihan Umum ................................................................................................
5
B. ...................................................................................................Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden .............................................................. iv
6
C. ...................................................................................................Pemilihan Legislatif .............................................................................................
7
D. ...................................................................................................Pemilihan Kepala Daerah ....................................................................................
9
E.....................................................................................................Partisipasi Palitik Pemilih ....................................................................................
16
F.....................................................................................................Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................
25
BAB III METODE PENELITIAN A. ...................................................................................................Jenis Penelitian ............................................................................................
26
B. ...................................................................................................Unit Analisis ...............................................................................................
26
C. ...................................................................................................Teknik Pengumpulan Data..............................................................................
27
D. ...................................................................................................Teknik Analisis Data.......................................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
v
28
A. ...................................................................................................GAMBAR AN UMUM LOKASI PENELITIAN.................................................
30
a................................................................................................ Geografis ......................................................................................................
30
b................................................................................................ Jumlah Penduduk Rata-Rata per KM persegi............................................
31
c................................................................................................ Jumlah TPS dan Jumlah Pemilih.......................................................................
31
B. ...................................................................................................PEMBAHA SAN ....................................................................................................
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. ...................................................................................................KESIMPU LAN ....................................................................................................
35
B. ...................................................................................................SARAN ............................................................................................................ 36
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilihan umum adalah jelmaan sistem demokrasi. Melalui pemilihan umum pula rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen dan struktur pemerintahan. Sistem pemilihan di Indonesia sendiri juga berlaku dengan menggunakan hak rakyat untuk memilih presiden hingga kepala daerah yang dimana semua itu telah kita laksanakan delapan tahun lalu. Pemilihan umum sejatinya harus menjadi penyalur aspirasi masyarakat wajib pilih untuk menentukan siapa pemimpin yang dipercayainya bisa membawa aspirasi dan harapan mereka yang lebih baik di masa akan datang. Adapun pemilu yang berkualitas baik dapat diukur dari tingkat partisipasi pemilih dan rendahnya golput. Pemilu merupakan program pemerintah setiap lima tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Indonesia. Menurut UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pasal 1 bahwa Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu merupakan implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung dilibatkan dalam menentukan arah dan kebijakan politik negara untuk lima tahun ke depan. Kita telah melaksanakan pemilu legislatif dan pemilihan presiden secara langsung, suatu ritual demokrasi dimana partisipasi rakyat dibutuhkan dapat diinstitusinalisasi secara berkala dan regular.
1
2 Pada saat ini, pemilu secara nasional dilakukan dua kali yaitu pemilihan anggota legislatif (Pileg), yaitu rakyat memilih wakil-wakilnya untuk duduk di lembaga legislatif, baik anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota. Disamping itu, diselenggarakan pula pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) secara langsung oleh rakyat sesudah pemilihan anggota legislatif dilaksanakan. Partisipasi politik dalam negara demokrasi merupakan indikator implementasi penyelenggaraan kekuasaaan negara tertinggi yang absah oleh rakyat (kedaulatan rakyat), yang dimanifestasikan keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi (Pemilu). Makin tinggi tingkat partisipasi politik mengindikasikan bahwa rakyat mengikuti dan memahami serta melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya tingkat partisipasi politik yang rendah pada umumnya mengindikasikan bahwa rakyat kurang menaruh apresiasi atau minat terhadap masalah atau kegiatan kenegaraan. Rendahnya tingkat partisipasi politik rakyat direfleksikan dalam sikap golongan putih (golput) dalam pemilu. Dalam perspektif berdemokrasi, tentunya sikap golput akan berimplikasi pada pembangunan kualitas demokrasi. . B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : A. Bagaimana partisipasi politik masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan? B. Bagaimana partisipasi politik masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan?
3 C. Kenapa angka partisipasi Pilpres lebih rendah di banding Pileg. D. Faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi tingkat kesadaran masyarakat pada Pelaksanaan Pileg dan Pilpres tahun 2014 di Kabupaten Balangan E. Faktor apa saja yang menyebabkan ketidakhadiran pemilih di TPS pada Pileg dan Pilpres di Kabupaten Balangan. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian A. Bertujuan Untuk mengetahui bagaimana partisipasi politik
masyarakat
terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian untuk mengetahui bagaimana tingkat tingkat kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), dan juga untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat partisipasi dan kesadaran politik masyarakat pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Balangan. B. Menemukan akar masalah atas persoalan yang terkait dengan partisipasi masyarakat serta terumusnya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam ikut serta pemilu. 2. Manfaat Penelitian a.
Bagi KPUD Kabupaten Balangan : dapat dijadikan sebagai refernsi dan masukan
dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada Pemilu Legislatif (Pileg) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tingkat
4 Provinsi (Gubernur dan Wakil Gubernur), dan juga Tingkat Kabupaten (Bupati dan Wakil Bupati) di Kabupaten Balangan; b.
Bagi peneliti : dapat dijadikan referensi untuk melakukan kajian/penelitian lebih
lanjut tentang tingkat partisipasi masyarakat pada Pemilu Legislatif (Pileg) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tingkat Provinsi (Bubernur dan Wakil Gubernur, dan juga Tingkat Kabupaten (Bupati dan Wakil Bupati) di Kabupaten Balangan; c.
Bagi para pembaca : hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk
menambah pengetahuan baru dan wawasan luas tentang partisipasi masyarakat pada Pemilu Legislatif (Pileg) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) maupun Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tingkat Provinsi (Gubernur dan Wakil Gubernur, dan juga Tingkat Kabupaten (Bupati dan Wakil Bupati) di Kabupaten Balangan. D. Daerah Penelitian Daerah penelitian tersebar di Empat Kecamatan dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Balangan, dengan jumlah koresponden sebanyak 150 orang koresponden secara menyeluruh dan acak.
5 BAB II KERANGKA DASAR TEORI
A.
Pemilihan Umum (Pemilu) Pemilihan Umum (pemilu) merupakan suatu wujud nyata dari demokrasi dan
menjadi sarana bagi rakyat dalam menyatakan kedaulatannya terhadap Negara dan Pemerintah. Kedaulatan rakyat dapat diwujudkan dalam proses pemilu untuk menentukan siapa yang harus menjalankan dan mengawasi pemerintahan dalam suatu negara. Dengan adanya pemilu maka telah melaksanakan kedaulatan rakyat sebagai perwujudan hak asas politik rakyat, selain itu dengan adanya pemilu maka dapat melaksanakan pergantian pemerintahan secara aman, damai dan tertib, kemudian untuk menjamin kesinambungan pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan pendapat Haryanto (1998 : 81) manyatakan bahwa: “Pemilihan umum merupakan kesempatan bagi para warga negara untuk memilih pejabat-pejabat pemerintah dan memutuskan apakah yang mereka inginkan untuk dikerjakan oleh pemerintah dan dalam membuat keputusan itu para warga negara menentukan apakah yang sebenarnya yang mereka inginkan untuk dimiliki” Penyelenggaraan pemilu yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kesadaran politik, tingkat pendidikan, sosial ekonomi masyarakat, keberagaman ideologi, etik dan suku, dan kondisi geografis. Pelaksanaan pemilu dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan baik dari jumlah partai politik maupun tata cara dalam pemilihan, oleh karena itu dibutuhkan suatu kerja sama yang baik antara rakyat dan pemerintahan yang mengatur jalannya pemilu.
6 Berlangsungnya pemilu yang demokratis harus menjamin pemilihan yang jujur, adil dan perlindungan bagi masyarakat yang memilih. Setiap masyarakat yang mengikuti pemilu harus terhindar dari rasa ketakutan, intimidasi, penyuapan, penipuan dan berbagai praktik curang lainnya. Hal ini sesuai dengan isi undang-undang dasar 1945 Amendemen 1V pasal 28G bahwa di dalam negara demokrasi “Setiap orang berhak atas perlindungan dari pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”. Menurut Undang-undang No. 8 tahun 2012 pasal 1, bahwa pemilihan umum selanjutnya disebut pemilu, adalah sarana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. B.
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Presiden adalah pemimpin kekuasaan eksekutif dan dapat dipilih sebanyak-
banyaknya dua kali untuk jangka waktu masing-masing lima tahun. Sebuah partai politik atau koalisi partai politik yang memenangkan 25 persen suara sah atau memperoleh paling sedikit 20 persen kursi DPR dapat mengajukan calon untuk pasangan Presiden dan Wakil Presiden. Pemilihan umum Presiden diadakan setelah Pemilu Legislatif guna memastikan pemenuhan persyaratan di atas dalam mencalonkan diri menjadi Presiden. Pasangan Presiden dan Wakil Presiden dipilih
7 secara langsung oleh rakyat. Pemilu Presiden akan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 terkait tanggal akan ditetapkan selanjutnya oleh komisi pemilihan umum. C. Pemilihan Legislatif (Pileg) Pemilu legislatif di Indonesia bertujuan untuk memilih anggota legislatif. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2012 tentang pemilu legislatif bahwa Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di Indonesia, terdapat dua lembaga legislatif nasional yaitu : Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR merupakan badan yang sudah ada yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan DPD, yang dibentuk pada tahun 2001 adalah lembaga perwakilan jenis baru yang secara konstitusional dibentuk melalui amendemen UUD 1945 sebagai pergerakan menuju bicameralism di Indonesia. Akan tetapi, hanya DPR yang melaksanakan fungsi legislatif secara penuh, DPD memiliki mandat yang lebih terbatas. Gabungan kedua lembaga ini disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dari perwakilan DPR dan DPD yang dipilih untuk jangka waktu lima tahun. DPR terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 77 daerah pemilihan berwakil majemuk (multi-member electoral districts) yang memiliki tiga sampai sepuluh kursi per daerah pemilihan (tergantung populasi penduduk dapil terkait) yang dipilih melalui sistem proporsional terbuka. DPD memiliki 132 perwakilan, yang terdiri dari empat orang dari masing-masing provinsi yang dipilih melalui sistem mayoritarian dengan varian distrik berwakil banyak. Sedangkan DPRD
8 Provinsi (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi) dipilih di 34 provinsi, masing masing dengan jumlah 35 sampai 100 anggota, tergantung populasi penduduk provinsi yang bersangkutan.
Para anggota legislatif di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota terpilih untuk menempuh masa jabatan selama lima tahun, yang dimulai pada hari yang sama, melalui sistem perwakilan proporsional terbuka. Ini berarti bahwa tiap pemilih di Indonesia akan menerima empat jenis surat suara yang berbeda pada tanggal 9 April 2014, yakni surat suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pada pemilu legislatif tahun 2014, KPU telah menetapkan partai politik yang menjadi peserta pemilu yaitu terdiri dari 12 (dua belas) partai politik nasional, dan 3 partai politik Aceh. Adapun nama dan nomor urut partai politik nasional pada pemilu legislatif tahun 2014 adalah : 1.
Partai Nasdem
2.
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
3.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
4.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
5.
Partai Golongan Karya (Golkar)
6.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
7.
Partai Demokrat
8.
Partai Amanat Nasional (PAN)
9.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
10.
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
11.
Partai Damai Aceh (PDA)
9 12.
Partai Nasional Aceh (PNA)
13.
Partai Aceh (PA)
14.
Partai Bulan Bintang (PBB)
15.
Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Tahapan-tahapan pada pemilu tahun 2014 sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No. 8 tahun 2012 pasal 4 adalah sebagai berikut: a)
Perencanaan program dan anggaran, serta penyusunan peraturan pelaksanaan penyelenggaraan pemilu;
b)
Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;
c)
Pendaftaran dan verifikasi peserta pemilu;
d)
Penetapan peserta pemilu;
e)
Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
f)
Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota;
g)
Masa kampanye pemilu;
h)
Masa tenang;
i)
Pemungutan dan penghitungan suara;
j)
Penetapan hasil pemilu;
k)
Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota.
D.
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Pilkada adalah upaya demokrasi untuk mencari pemimpin daerah yang berkualitas dengan cara-cara yang damai, jujur dan adil. Salah satu prinsip demokrasi yang terpenting adalah pengakuan terhadap perbedaan dan penyelesaian perbedaan
10 secara damai. Upaya penguatan demokrasi lokal melalui pilkada langsung adalah mekanisme yang tepat sebagai bentuk terobosan atau tidak berjalannya pembangunan demokrasi di tingkat lokal (Amirudin dan A. Zaini Bisri, 2006: 12-14). Pemilihan umum daerah yang resmi diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum disebut Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau Pilkada. Pilkada adalah pemilihan umum terputus (staggered) untuk memilih kepala dan wakil kepala eksekutif di 33 provinsi (kecuali Yogyakarta) dan di 502 kabupaten/kota. Pilkada provinsi yang menjadi kepala eksekutif adalah gubernur, dibantu oleh wakil gubernur. Gubernur dan wakil gubernur dipilih sebagai pasangan untuk masa jabatan lima tahun dengan mayoritas relatif minimal 30 persen dari jumlah suara yang ada (50 persen untuk Jakarta). Jika mayoritas relatif ini tidak tercapai, putaran kedua antara dua kandidat yang memperoleh suara terbesar akan diselenggarakan. Pilkada kabupaten yang menjadi kepala eksekutif adalah Bupati, dan kepala eksekutif sebuah kota adalah Walikota. Bupati atau Walikota, beserta wakilnya, dipilih sebagai pasangan untuk masa jabatan lima tahun dengan mayoritas relatif minimal 30 persen dari jumlah suara yang ada. Pilkada desa dimana kepala desa adalah warga negara yang secara langsung dipilih oleh warga desa dalam pemilihan umum yang sifatnya informal dan diorganisir secara lokal. Pemilihan umum ini dilaksanakan secara terputus untuk masa jabatan enam tahun. Pilkada diselenggarakan oleh KPUD langsung diselenggarakan oleh lembaga yang independen, mandiri dan non-partisan. Dengan penyelenggaraan yang objektivitas dalam arti transparan dan keadilan bagi pemilih dan peserta pilkada relatif bisa dioptimalkan. Fungsi utama penyelenggara adalah merencanakan dan
11 menyelenggarakan tahapan-tahapan kegiatan. UU No. 32 / 2004 membagi kewenangan penyelenggaraan pilkada langsung kepada tiga institusi, yakni DPRD, KPUD, dan Pemerintah Daerah. Secara teknis, pilkada langsung diselenggarakan oleh KPUD (Provinsi, Kabupaten/Kota). Sebagai pemegang mandat penyelenggaraan, KPUD bertugas melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan dari tahapan pendaftaran pemilih sampai penetapan calon pemilih. KPUD juga membuat regulasi (aturan), mengambil keputusan dan membuat kebijakan yang harus sesuai dengan koridor hukum dan ketentuan perundangan (Joko J. Prihatmoko, 2005: 112-124). Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, baik gubernur dan wakil gubernur maupun bupati/wali kota dan wakil bupati/wakil wali kota secara langsung merupakan perwujudan pengembalian hak-hak dasar dalam memilih pemimpin di daerah. Dengan demikian, rakyat memiliki kesempatan dan kedaulatan untuk menentukan pemimpin daerah secara langsung, bebas, dan rahasia tanpa adanya intervensi sama halnya mereka memilih presiden dan wakil presiden dan wakilwakilnya di legislatif dalam pemilu (Joko J. Prihatmoko, 2005: 112-124). Salah satu ciri sistem pilkada yang demokratis dapat dilihat dari asas-asas yang dianut. Asas adalah suatu pangkal tolak pikiran untuk suatu kasus atau suatu jalan dan sarana untuk menciptakan sesuatu tata hubungan atau kondisi yang kita kehendaki. Asas pilkada adalah pangkal tolak pikiran untuk melaksanakan pilkada. Dengan kata lain, asas pilkada merupakan prinsip-prinsip atau pedoman yang harus mewarnai proses penyelenggaraan. Asas pilkada juga berarti jalan atau saran agar agar pilkada dilaksanakan secara demokratis (Joko J. Prihatmoko, 2005: 206).
12 Lebih lanjut, Joko J. Prihatmoko,( 2005: 207-208) menjabarkan mengenai pengertian asas-asas tersebut, yaitu: a.
Langsung Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
b.
Umum Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan perundangan berhak mengikuti pilkada. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.
c.
Bebas Setiap warga negara berhak memilih secara bebas menentukan pilihan tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun.
d. Rahasia Dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin dan pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun. e.
Jujur Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap penyelenggara pilkada harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
f.
Adil Dalam penyelenggaraan pilkada, setiap pemilih dan calon/peserta pilkada mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
13 Pemilih
Umum (Pemilu) merupakan salah satu media demokrasi yang
digunakan untuk mewujudkan partisipasi rakyat. Pemilu dianggap penting dalam proses dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemilihan umum sudah menjadi bagian yang terpisahkan dari suatu negara demokrasi. Dalam negara hukum yang demokratis, kegiatan memilih otang atau sekelompok orang menjadi pemimpin idealnya dilakukan melalui pemilu dengan berasaskan prinsip pemilu yang langsung, umum, rahasia, jujur dan adil (LUBERDIL). Namun meskipun prinsip tersebut terus dijadikan pedoman dan asas demokrasi, tetapi bukan berarti pemilu tidak bebas dari perselisihan-perselisihan lainnya. Indonesia menjadikan pemilu sebagai bagian yang sangat penting dalam kegiatan bernegara, peraturan tertinggi mengenai pemilu pemilu diatur dalam UndangUndang Dasar (UUD) 1945 hasil amendemen. Pemilu secara tegas diatur pada UUD 1945 perubahan III, Bab VIIB tentang Pemilihan umum, pasal 22E. Berikut ini adalah pasal tersebut. 1.
Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.
2.
Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat. Dewan perwakilan daerah,
presiden dan wakil presiden dan dewan
perwakilan rakyat daerah. 3.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota dewan perwakilan rakyat dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah adalah partai politik.
4.
Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota dewan perwakilan daerah adalah perseorangan.
14 5.
Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.
6.
Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang. Pada undang-undang Nomor 10 tahun 2008 tentang pemilihan umum anggota
dewan perwakilan rakyat, dewan perwakilan daerah, dan dewan perwakilan rakyat daerah dinyatakan pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Pelaksanaan pemilu diselenggarakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut. 1.
Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih.
2.
Pendaftaran peserta pemilu.
3.
Penetapan peserta pemilu.
4.
Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan.
5.
Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
6.
Masa kampanye.
7.
Masa tenang.
8.
Pemungutan dan penghitungan suara.
9.
Penetapan hasil pemilu.
10. Pengucapan sumpah / janji anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaksanaan seluruh proses pemilihan umum (Pemilu) di indonesia melibatkan beberapa pihak yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Berikut ini adalah penjelasan setiap bagian pihak yang terkait pemilu.
15 1.
Komisi pemilihan umum (KPU) merupakan lembaga penyelenggara pemilu yang sifatnya nasional, tetap, dan mandiri.
2.
KPU provinsi dan KPU kabupaten/kota merupakan penyelenggara pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
3.
Panitia pemilihan kecamatan (PPK) merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU kabupaten/kota,
bertugas untuk menyelenggarakan pemilu pada tingkat
kecamatan. 4.
Panitia pemungutan suara (PPS) merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU kabupaten/kota,
bertugas
untuk
menyelenggarakan
pemilu
di
tingkat
desa/kelurahan. 5.
Panitia pemilihan luar negeri (PPLN) merupakan panitia yang dibentuk oleh KPU untuk menyelenggarakan seluruh proses pemilu di luar negeri.
6.
Kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara.
7.
Kelompok penyelenggara pemungutan suara luar negeri (KPPSLN) merupakan kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk menyelenggarakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara di luar negeri.
8.
Badan pengawas pemilu (Panwaslu) merupakan badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu di seluruh Indonesia.
9.
Panitia pengawas pemilu (Panwaslu) provinsi dan panwaslu kabupaten/kota merupakan panitia yang dibentuk oleh banwaslu dan bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan pemilu di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
16 10. Panwaslu kecamatan merupakan panitia yang dibentuk oleh panwaslu kabupaten/kota untuk mengawasi mengawasi penyelenggaraan pemilu di tingkat kecamatan. 11. Pengawas pemilu lapangan merupakan petugas yang dibentuk oleh panwaslu kecamatan, bertugas untuk mengawasi penyelenggaraan pemilu di desa/kelurahan. 12.
Pemilih adalah warga negara indonesia yang telah berusia sekurang-kurangnya 17 tahun atau telah/sudah pernah menikah dan tidak sedang dicabut hak pilihnya.
E. Partisipasi Politik Pemilih Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik. Sebelum menguraikan pengertian partisipasi politik, maka penulis menguraikan terlebih dahulu definisi partisipasi yakni : Menurut Surbakti (1992) bahwa partisipasi merupakan salah salah satu aspek penting demokrasi. Asumsi yang mendasari demokrasi (dan partisipasi) orang yang paling tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu. Karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik” (Surbakti, 1992). Bertolak dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa partisipasi itu sikap individu atau kelompok atau organisasi warga masyarakat yang terlibat atau ikut serta dalam pencapaian tujuan dan dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.
17 Pendapat
Syafiie
(2010)
yang
dikutip
dari
buku
“Pengantar
Ilmu
Pemerintahan” (Syafiie, 2001) mengatakan bahwa : Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama. Berdasarkan definisi di atas, partisipasi merupakan keterlibatan individu dalam situasi dan kondisi organisasinya. Keterlibatan tersebut dapat mendorong individu untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasinya yaitu partai politik. Selanjutnya, definisi partisipasi politik Menurut Sastroatmodjo (1959:67) bahwa : Partisipasi politik pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan warga negara untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan pemerintah (Sastroatmodjo, 1959:67). Sejalan dengan pendapat Budiarjo (dalam Sasrtoatmodjo, 1995 : 68) partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah. Sedangkan Menurut Hutington & Nelson dalam Budiarjo, 1998:3) bahwa : Partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuat keputusan oleh pemerintah.
18 Pemerintah dalam membuat dan melaksanakan keputusan politik akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Dasar inilah yang digunakan warga masyarakat agar dapat ikut serta dalam menentukan isi politik. Perilaku-perilaku yang demikian dalam konteks politik mencakup semua kegiatan sukarela, dimana seorang ikut serta dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik dan turut serta secara langsung atau tidak langsung dalam pembentukan kebijakan umum. Menurut davis (dalam Sastroatmodjo, 1995:85) mengatakan bahwa partisipasi politik adalah sebagai mental dan emosional yang mendorong untuk memberikan sumbangan kepada tujuan atau cita-cita kelompok atau turut bertanggung jawab padanya). Dalam negara demokratis yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakannya
melalui kegiatan
bersama untuk menentukan tujuan serta masa depan suatu negara itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang kepemimpinan. Dari pengertian mengenai partisipasi politik di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud partisipasi politik adalah keterlibatan individu atau kelompok sebagai warga negara dalam proses politik yang berupa kegiatan yang positif dan dapat juga yang negatif yang bertujuan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan politik dalam rangka mempengaruhi kebijakan pemerintah. Pada dasarnya kesuksesan sebuah Pemilu ditentukan oleh beberapa hal yang diantaranya menyangkut pemilih/konstituen yang merupakan salah satu karakteristik pemerintah demokrasi yaitu pemerintahan didasarkan atas partisipasi masyarakat
19 sebagai sarana kedaulatan rakyat yang memilih dan menentukan pejabat politik di tingkat nasional hingga tingkat daerah lewat Pemilihan Umum. Beberapa bentukbentuk partisipasi politik sebagai berikut : a.
Kegiatan pemilihan yaitu : mencakup suara, akan tetapi juga sumbangansumbangan untuk kampanye, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan. Ikut dalam pemungutan suara adalah jauh lebih luas dibandingkan dengan bentuk-bentuk partisipasi politik lainnya. Walaupun demikian pemilihan adalah salah satu bagian dari bentuk partisipasi, jadi tidak bisa dikatakan bahwa jika partisipasi masyarakat dalam pemilihan atau pemungutan suara meningkat berarti bentuk-bentuk partisipasi politik lainnya juga meningkat demikian juga sebaliknya.
b.
Lobbying, mencakup upaya-upaya perorangan atau kelompok untuk menghubungi pejabat-pejabat pemerintah dan pemimpin-pemimpin politik dengan maksud mempengaruhi keputusan – keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Contoh-contoh yang jelas adalah kegiatan yang ditujukan untuk menimbulkan dukungan bagi atau oposisi terhadap, suatu usul legislatif atau keputusan administratif tertentu.
c.
Kegiatan organisasi, tujuan
utama dan eksplisitnya adalah mempengaruhi
pengambilan keputusan pemerintah. Organisasi ini dapat memusatkan usahanya kepada kepentingan-kepentingan yang sangat khusus atau pada masalah umum yang beraneka ragam. Menjadi anggota organisasi sudah merupakan bentuk partisipasi politik tak peduli apakah orang yang bersangkutan ikut atau tidak dalam upaya
20 organisasi untuk mempengaruhi keputusan pemerintah. Keanggotan yang tidak aktif dapat dianggap sebagai partisipasi melalui orang lain. d.
Mencari koneksi ( contacting, merupakan tindakan perorangan yang ditujukan terhadap pejabat-pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.
e.
Tindak kekerasan (violence), Upaya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah dengan jalan menimbulkan kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda. Pakar ilmu politik, Samuel P. Huntington memandang partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, dengan maksud mempengaruhi keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, dan efektif atau tidak efektif. Sedangkan menurut James Rosenaudan Nimo, partisipasi politik dilaksanakan oleh khalayak politik yang bukan politikus atau bukan pemimpin politik dan pengikutnya. Mereka itu disebut sebagai partisipan politik. Dengan kata lain, jika politikus sebagai komunikator politik, maka partisipan politik adalah khalayak politik. Jadi, dari mekanistis komunikasi politik, dapat dijelaskan bahwa dalam partisipasi politik terdapat komunikator politik yaitu politikus, dan terdapat pula khalayak politik yang disebut partisipan politik. Partisipasi politik menurut rosenau, terdiri atas dua jenis yakni, Pertama, para pengamat yang memperhatikan politik tidak hanya selama pemilihan umum, melainkan diantara pemilihan umum yang satu dengan pemilihan umum yang lain.
21 Mereka pada umumnya khalayak media (pembaca surat kabar, pendengar radio, dan pemirsa televisi), serta aktif dalam diskusi, seminar dan memberikan komentar melalui media massa. Kedua, partisipan aktif adalah khalayak yang bukan saja mengamati, tetapi giat melakukan komunikasi dengan para pemimpin politik atau politikus, baik di pemerintah maupun parlemen dan di luar parlemen. Biasanya partisipan politik ini dimobilisasi oleh komunikator politik, terutama oleh para politikus (Anwar Arifin, 2006 : 34-35). Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masalah partisipasi politik memang cukup rumit. Pada umumnya negara-negara ini sedang giat-giatnya melaksanakan usaha untuk kesejahteraan masyarakatnya dan sekaligus berusaha untuk mengejar ketertinggalan mereka dari bangsa-bangsa lain dalam hal pembangunan. Menurut Huntington dan Nelson (dalam Bambang Sunggono, 1992: 169), dapat disimpulkan bahwa Inonesia termasuk negara yang pembangunannya cenderung teknokratis. Model pembangunan teknokratis mencirikan di dalamnya adanya partisipasi politik yang rendah. Model ini mengasumsikan bahwa partisipasi politik perlu ditekan. Pada setiap masyarakat, bentuk-bentuk partisipasi politik jauh lebih banyak ditentukan oleh politik dari pada faktor lain. Menurut Huntington dan Nelson, dalam tulisannya tersebut, sikap elit-elit terhadap partisipasi politik di dalam setiap masyarakat mungkin merupakan satu-satunya faktor yang paling menentukan yang mempengaruhi sifat dari pada partisipasi dalam masyarakat yang bersangkutan. Partisipasi yang dikerahkan hanya terjadi bila elit-elit politik mengadakan usaha untuk melibatkan massa rakyat ke dalam kegiatan politik, sedangkan partisipasi otomatis
22 dapat terjadi dengan pengorbanan yang tidak terlalu tinggi, jika hanya elit politik itu yang menganjurkannya. Dengan demikian, partisipasi politik rakyat merupakan manifestasi dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang sah (legilitasi politik) dari rakyat. Dengan partisipasi politik rakyat misalnya melalui pemilihan umum, pada gilirannya akan mempengaruhi kebijaksanaan negara (Bambang Sunggono, 1992: 138). Dalam jangka panjang, perubahan-perubahan dalam susunan sosial, ekonomi dan demografi dari suatu masyarakat akan merubah sifat partisipasi dari masyarakat yang bersangkutan, namun perubahan yang terjadi seringkali melalui perubahan di dalam susunan atau tinjauan dari elit politik. Elit yang sedang memodernkan di muka umum hampir selalu menyatakan dukungan dan mencanangkan keinginan mereka terhadap partisipasi politik yang lebih meluas. Strategi yang demikian tampaknya merupakan upaya untuk mengubah
perimbangan
kekuasaan
dalam
pentas
politik
itu
dengan
cara
mengembangkan bentuk-bentuk partisipasi baru, namun tingkatan pada sikap umum itu tercermin dalam tindakan dan kebijaksanaannya. Akan tetapi, mereka enggan menanggung risiko dari partisipasi itu yang berarti merupakan pembatasan atau pun perintang bagi kekuasaannya. Mereka juga memandang bahwa perubahan dalam setiap pola partisipasi sebagai suatu ancaman terhadap status quo politik yang lebih banyak menguntungkan pihak partisipan. Oleh karena itu, bila elit politik berkeinginan untuk meluaskan partisipasi, hal itu sebenarnya lebih mencerminkan pandangan mereka bahwa partisipasi merupakan alat yang justru akan mengokohkan keberadaannya (Bambang Sunggono, 1992: 170171). Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
23 seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan Negara secara langsung atau tidak langsung, memengaruhi kehidupan kebijakan (public policy). Setiap perhelatan demokrasi atau pemilihan umum yang diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia memiliki dampak terhadap perkembangan kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Para elit politik sejatinya memberikan pendidikan politik yang cerdas kepada masyarakat agar kesadaran berdemokrasi semakin tinggi dari berbagai kalangan. Kesadaran berdemokrasi tersebut akan tinggi jika partisipasi masyarakat dalam memberikan haknya juga tinggi. Karena itu, kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi secara positif dalam sistem politik yang ada, jika seseorang tersebut merasa dirinya sesuai dengan suasana lingkungan dimana dia berada. Apabila kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, maka akan lahir sikap dan tingkah laku politik yang tampak janggal atau negatif, misalnya jika seseorang sudah terbiasa berada dalam lingkungan berpolitik yang demokratis, tetapi dia ditempatkan dalam sebuah lingkungan masyarakat yang feodal atau tidak demokratis maka dia akan mengalami kesulitan dalam proses beradaptasi. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan umum menunjukan semakin kuatnya tatanan demokrasi dalam sebuah negara. Demokrasi menghendaki adanya keterlibatan rakyat dalam setiap penyelenggaraan yang dilakukan negara. Rakyat diposisikan sebagai aktor penting dalam tatanan demokrasi, karena pada hakekatnya demokrasi mendasarkan pada logika persamaan dan gagasan bahwa pemerintah memerlukan persetujuan dari yang diperintah. Keterlibatan masyarakat menjadi unsur dasar dalam demokrasi. Untuk itu, penyelenggaraan pemilu sebagai
24 sarana dalam melaksanakan demokrasi, tentu saja tidak boleh dilepaskan dari adanya keterlibatan masyarakat. Partisipasi politik akan berjalan selaras manakala proses politik berjalan secara stabil karena hambatan partisipasi politik ketika stabilitas politik belum bisa diwujudkan, oleh sebab itu stabilitasi politik penting untuk dilakukan oleh para pemegang kekuasaan. Di samping itu pula proses berikutnya melakukan upaya pelembagaan politik sebagai bentuk dari upaya untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengaktualisasikan cita-citanya. Partisipasi politik tidak lebih dari keterlibatan individu sampai pada bermacam-macam tingkatan. Secara subtantif bisa berarti upaya atau usaha terorganisir oleh konstituen atau warga Negara yang baik untuk memilih para pemimpin yang di nilai baik. Partispasi ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab terhadap kehidupan bersama dalam lingkup suatu bangsa dan negara. Partisipasi politik ditekankan pada aspek untuk mendukung kepentingankepentingan atau visi dan misi elit politik tertentu. Peningkatan partisipasi masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan pemilihan umum dalam proses memilih anggota legislatif dan eksekutif. Karena bagaimanapun masyarakat memiliki andil yang cukup besar dalam proses pemilihan umum dimana masyarakat sebagai pemilih yang menentukan dalam pemenangan dalam proses pemilihan umum tersebut. Akan tetapi beberapa tahun terakhir partisipasi masyarakat akhir-akhir ini menurun karena disebabkan banyak faktor. Sudah menjadi tanggung jawab bersama bagaimana upaya untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pemilu sebagai proses demokratisasi yang sudah berjalan di Indonesia Lembaga penyelenggara pemilu harus berupaya
25 meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum agar masyarakat mau memberikan hak suaranya dalam proses pesta demokrasi tersebut. F.
Ruang Lingkup Penelitian 1. Pemilihan Umum Pemilu dapat diartikan sebagai “ mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai. (Ramlan 1992) 1. Manfaat Pemilu 1.1.
Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat.
1.2.
Pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik.
1.3.
Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara konstitusional.
1.4.
Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.
1.5.
Pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan kebijakan publik.
2. Partisipasi Masyarakat pada Pemilu 2014 a.
Gaya Partisipasi
b.
Motif Partisipasi
c.
Konsekuensi Partisipasi
26 BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Menurut Moleong (2006:11)
bahwa
penelitian
deskriptif
adalah
penelitian
yang
berupaya
mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, untuk itu peneliti dibatasi hanya mengungkapkan fakta-fakta dan tidak menggunakan hipotesa. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu dan keadaan sosial yang timbul dalam masyarakat untuk dijadikan sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menitikberatkan pada Strategi Komisi Pemilihan Umum untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilu Tahun 2014. B. Unit Analisis Objek penelitian ini adalah Partisipasi dan tingkat kesadaran politik masyarakat di Kabupaten Balangan pada Pemilu Tahun 2014. Subjek penelitian yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan pemilu tahun 2014, lokasi penelitian terdapat di Kabupaten Balangan. Selanjutnya untuk menentukan informan dipakai teknik purposive sampling, yaitu sampel dimana pengambilan elemen-elemen yang dimasukkan dalam sampel dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Maka dalam penelitian ini jumlah informan sebanyak 150 orang, yang diambil secara acak di wilayah Kabupaten Balangan.
27
C.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan dan akurat. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, teknik yang dilakukan adalah:
a.
Observasi (pengamatan) Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan secara langsung dengan masalah untuk mendapatkan data pelengkap (Kartono,1996:157). Observasi ini bisa dikatakan merupakan suatu cara pengumpulan data dengan melihat atau meninjau lokasi penelitian untuk melihat secara langsung potensi-potensi yang ada tetapi belum dimanfaatkan, serta mencari permasalahan-permasalahan yang menjadi penghambat dari potensi-potensi terkait dengan pengelolaan.
b.
Interview (wawancara) Interview adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan informan, pelaksanaannya bisa dengan cara langsung bertatap mata maupun lewat media seperti telepon, yang bertujuan untuk mendapat gambaran nyata tentang pokok persoalan yang diteliti (Kartono, 1996:187). Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan
cara menanyakan secara langsung. Bertanya yang
dilakukan seorang peneliti kepada seorang informan yang kompeten c.
Dokumentasi Dokumentasi adalah merupakan salah satu pola untuk mengumpulkan data dari berbagai literatur baik berupa dokumentasi kegiatan, data, tabel, gambar, serta sumber-sumber lain yang relevan dan terkait dengan permasalahan dalam penelitian.
28 Data tersebut meliputi semua data yang berkaitan dengan tingkat partisipasi dan kesadaran politik masyarakat pada Pemilu Tahun 2014 di Kabupaten Balangan. D. Teknik Analisis Data Untuk menganalisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data Model Miles dan Huberman. Data dikumpulkan dalam bentuk transkrip dari hasil rekaman dan catatan reflektif untuk memberikan gambaran suasana, sikap, dan emosi dari responden, kemudian dilakukan editing. Data dikelompokkan dalam unit-unit kecil dan merangkum kembali dalam kategori-kategori tertentu. Unit-unit tersebut berupa kata, kalimat atau paragraf atau bagian dari data yang mempunyai makna tersendiri. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami. Langkah - langkah analisis data menurut Miles dan Huberman (2007:16) a.
Data Reduction ( Reduksi Data ) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.
29 Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari yang diperlukan. b.
Data Display ( Penyajian Data ) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
c.
Conclusion Drawing ( Verifikasi ) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan yang kredibel. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan langkah-langkah analisis data diantaranya reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Geografis Kabupaten Balangan yang beribu kota Paringin terletak di koordinat 20 01’37” sampai dengan 20 35’38” Lintang Selatan dan 1140 50’24” sampai dengan 1150 50’24” Bujur Timur. Kabupaten Balangan berbatasan dengan Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur pada sebelah Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kotabaru, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kabupaten Balangan memiliki luas wilayah sebesar 1.878,3 km2 atau hanya sekitar 5 persen dar luas provinsi Kalimantan Selatan. Di Kabupaten Balangan terdapat 8 (delapan) Kecamatan, yaitu Kecamatan Halong dengan luas wilayah 659,84 km2 atau 35,13 persen, kemudian Kecamatan Juai dengan luas wilayah 386,88 km2 , kemudian Kecamatan Tebing Tinggi dengan luas 257.25 km2, kemudian Kecamatan Batu Mandi dengan luas wilayah 147,96 km2, kemudian Kecamatan Awayan dengan luas 142,57 km2, kemudian Kecamatan Paringin dengan luas 100,04 km2, dan yang terkecil Paringin Selatan dengan luas 86,80 km2 atau 4,62 persen dari luas Kabupaten Balangan.
31 b. Jumlah Penduduk Rata-Rata per KM persegi Tabel 1 Jumlah penduduk rata-rata per km Luas KM2
%
Lampihong
96,96
5,2
Batu Mandi
147,96
Awayan
Jumlah
%
Penduduk/KM2
16.342
13,71
169
7,9
17.040
14,30
115
142,57
7,6
12.617
10,59
88
Tebing Tinggi
257,25
13,7
6.278
5,27
24
Paringin
100,04
5,3
18.368
15,41
184
Paringn Selatan
86,80
4,6
12.447
10,44
143
Juai
386,88
20,6
16.449
13,84
43
Halong
659,84
35,1
19.580
16,43
30
Jumlah
1.878,30
100
119.171
100
63
Kecamatan
Penduduk
Sumber : BPS Kab. Balangan 2014 c. Jumlah TPS dan Jumlah Pemilih di Kabupaten Balangan Tabel 2 Jumlah TPS dan Pemilih di Kabupaten Balangan per Kecamatan Kecamatan
Jumlah TPS
Jumlah Pemilih
Lampihong
44
11.837
Batu Mandi
48
11.480
Awayan
38
8.700
Tebing Tinggi
17
4.232
Paringin
47
11.183
Paringin Selatan
36
7.851
32 Juai
43
14.173
Halong
48
14.286
Jumlah
321
80.724
Sumber : BPS Kab. Balangan 2014 B. Pembahasan a. Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan Dari 150 responden terdapat 17 responden atau 11,33 persen yang memberikan jawaban tidak menggunakan hak pilih mereka. Dan yang menjawab menggunakan hak pilh mereka terdapat 128 responden atau 85,33 persen, sedangkan kuesioner error atau tidak menjawab terdapat 5 responden atau 3,33 persen. Dari persentase jawaban responden di atas, masih terdapat 11,33 persen masyarakat yang masih tidak menggunakan hak pilihnya pada saat Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2014 di Kabupaten Balangan. b. Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan Kemudian pada pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Balangan dari hasil wawancara dengan 150 responden terdapat 31 responden atau 20,66 persen menjawab tidak menggunakan hak pilih mereka, dan 114 responden atau 76 persen menjawab menggunakan hak pilih mereka, kemudian 5 kuisioner 3,33 persen error atau tidak dijawab oleh responden.
33 Dari hasil persentase jawaban responden di atas, terlihat masyarakat yang tidak menggunakan hak pilih mereka lebih tinggi dari Pemilihan Umum Legislatif, yaitu 31 responden atau 20,66 persen dari 150 responden. c. Tingkat kesadaran politik masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan Dari 150 responden hanya terdapat 1 responden yang menjawab merasa tidak perlu ikut memilih pada saat Pemilu Legislatif dan Pilpres. d. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan. Dari hasil jawaban 150 responden terdapat 10 responden atau 6,66 persen yang menjawab bahwa uang sebagai faktor motivasi untuk menggunakan hak pilih mereka pada saat Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Balangan. Kemudian dari hasil wawancara terdapat 16 responden atau 15,66 persen dari 150 responden yang memberikan jawaban pernyataan bahwa mereka tidak menggunakan hak pilih mereka atau tidak hadir ke TPS karena mereka lebih memilih untuk menyadap karet. Kemudian lagi terdapat 10 responden atau 6,66 persen
responden
yang
menjawab
pernyataan
bahwa
mereka
tidak
menggunakan hak pilih mereka atau tidak hadir ke TPS karena tidak sempat datang ke TPS karena waktu dibatasi sampai pukul 13:00 Wita, sedangkan
34 masyarakat mayoritas menyadap karet, dan juga jarak TPS yang jauh dari tempat tinggal. Jawaban dari pernyataan responden di atas dapat dikombinasikan dari data BPS Kabupaten Balangan mengenai rata-rata penduduk per KM2 , yaitu salah satu lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Halong dengan luas wilayah 659,84 KM2 dengan jumlah persebaran penduduk 30 jiwa per KM2 , dengan 48 TPS. Hal ini menunjukkan salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat kehadiran masyarakat ke TPS pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 lalu di Kabupaten Balangan. Jika kita lihat persentase tingkat kehadiran masyarakat ke TPS menggunakan hak pilihnya antara Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, terlihat lebih tinggi partisipasi masyarakat pada saat Pemilihan Umum Legislatif 2014 yaitu 85,33 persen, sedangkan partisipasi kehadiran masyarakat datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden sebesar 76 persen. Dari kedua persentase partisipasi kehadiran masyarakat datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, lebih besar pada Pemilihan Umum Legislatif yang mana tingkat partisipasi kehadiran sebesar 85,33 persen, dibanding dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang mencapai 76 persen pada tahun 2014 lalu di Kabupaten Balangan.
35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN a. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) tahun 2014 di Kabupaten Balangan, lebih tinggi dengan persentase partisipasi kehadiran ke TPS yang menggunakan hak suara, yaitu sebesar 85,33 persen. b. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) tahun 2014 di Kabupaten Balangan lebih rendah dengan persentase partisipasi kehadiran ke TPS yang menggunakan hak suara, yaitu sebesar 76 persen. c. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka ialah adanya praktik politik uang (Money Politic) yang dapat menimbulkan dan tidaknya keinginan masyarakat untuk menggunakan hak pilih mereka ke TPS. Kemudian juga faktor yang dominan yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menggunakan hak pilihnya ialah keterbatasan waktu yang tersedia untuk melakukan pemilihan di TPS. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat pada Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) lebih tinggi dibandingkan dari Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 lalu, dengan masing-masing hasil persentase tingkat partisipasi masyarakat 85,33 persen pada pelaksanaan
36 Pemilihan Umum Legislatif (Pileg), dan 76 persen pada pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 di Kabupaten Balangan.
B. SARAN Dari hasil kesimpulan penelitian ini, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut : a. Kepada pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Balangan hendaknya mengefektifkan sistem pengawasan pelaksanaan kampanye, baik Legislatif, Pilres, dan Pilkada dengan melibatkan unsur masyarakat secara legal, agar pihak-pihak calon dan tim sukses tidak dapat mempraktikkan politik uang (Money Politic). Kemudian sesuai dengan keluhan dan aspirasi masyarakat mengenai batas waktu pemungutan suara di TPS agar dapat ditinjau ulang, dengan merubah peraturan memperpanjang waktu pemungutan suara di TPS.
37 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. Hafiz Anshary, Abdul, 2001, KPU Evaluasi Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu 2009, http://www.kpu.go.id Kamis, 04/03/2015 20.45 WITA Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson. 1994, Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/04/Pengertian-Makna-Sistem-JenisTahapan-Tujuan-Dan-Manfaat-Pemilu.html Mas’oed Mochtar dan Colin Mac Andrew, 2008. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Raga Maran, Rafael, 2001, Pengntar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta. Rahman H, A. 2007. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Sastroatmodjo, Sudijono. 1995, Partisipasi Politik, Semarang: IKIP Semarang Press Suryadi, Budi, 2007. Sosiologi Politik Sejarah, Definisi dan Perkembangan Konsep. Yogyakarta: IRCiSoD Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD
KUESIONER PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
DATA RESPONDEN 1.
Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.
Usia: a. 17-30 tahun b. 31-40 tahun c. 41-50 tahun d. 51 tahun keatas
3.
Status: a. Menikah b. Belum menikah
4.
Agama: a. Islam b. Kristen Protestan c. Kristen Katolik d. Hindu e. Buddha
5.
Pendidikan Terakhir: a. Sarjana ( S1, S2, S3) (Mohon dipilih salah satu) b. Diploma (D1, D2, D3) (Mohon dipilih salah satu) c. SMU/ sederajat d. SMP/ sederajat e. SD/ sederajat f. Tidak sekolah
6.
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .......................................................
7.
Telepon : . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
PERTANYAAN A. Partisipasi politik masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (PILEG) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan 1. Apakah Bapak/Ibu menggunakan hak pilih anda pada saat Pemilu Legislatif 2014 lalu? A. Ya
Lalui Pertanyaan No. 3
B. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 2
2. Apa alasan Bapak/Ibu menggunakan hak pilih anda pada Pemilu Legislatif 2014 lalu? 3. Apa alasan Bapak/Ibu tidak menggunakan hak pilih pada Pemilu Legislatif 2014 lalu? 4. Apakah pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014 lalu membuat Bapak/Ibu merasa harus ikut memilih salah satu caleg yang ingin Bapak/Ibu dukung? A. Ya
Lalui Pertanyaan No. 6
B. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 5
5. Apa alasan Bapak/Ibu merasa harus memilih pada Pemilu Legislatif 2014 lalau? 6. Apa alasan Bapak/Ibu merasa tidak harus memilih pada Pemilu Legislatif 2014 lalu? 7. Apakah Bapak/Ibu mengenal salah satu atau beberapa Calon Legislatif (Caleg) pada Pemilu 2014 lalu? A. Ya
Lalui Pertanyaan No. 9
B. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 8
8. Dari sumber apa saja Bapak/Ibu sehingga bisa mengetahui Calon Legislatif (Caleg) pada Pemilu 2014 lalu? 9. Apa penyebab Bapak/Ibu tidak mengetahui Calon Legislatif (Caleg) pada Pemilu 2014 lalu?
2 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
B. Partisipasi politik masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (PILPRES) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan 10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan hak pilih anda pada saat Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu? C. Ya
Lalui Pertanyaan No. 12
D. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 11
11. Apa alasan Bapak/Ibu menggunakan hak pilih anda pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu? 12. Apa alasan Bapak/Ibu tidak menggunakan hak pilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu? 13. Apakah pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu membuat Bapak/Ibu merasa harus ikut memilih salah satu pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang ingin Bapak/Ibu dukung? C. Ya
Lalui Pertanyaan No. 15
D. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 14
14. Apa alasan Bapak/Ibu merasa harus memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalau? 15. Apa alasan Bapak/Ibu merasa tidak harus memilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu? 16. Apakah Bapak/Ibu mengenal pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2014 lalu? C. Ya
Lalui Pertanyaan No. 18
D. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 17
17. Dari sumber apa saja Bapak/Ibu sehingga bisa mengetahui Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2014 lalu? 18. Apa penyebab Bapak/Ibu tidak mengetahui pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden pada Pilpres 2014 lalu?
3 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
C. Tingkat kesadaran politik masyarakat terhadap Pemilihan Umum Legislatif (PILEG) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (PILPRES) Tahun 2014 di Kabupaten Balangan 19. Apakah menurut Bapak/Ibu perlu ikut memilih pada Pemilu Legislatif? A. Ya Lalui Pertanyaan No. 21 B. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 20
20. Apa alasan Bapak/Ibu perlu untuk ikut memilih dalam Pemilu Legislatif ? 21. Apa alasan Bapak/Ibu tidak perlu ikut memilih dalam Pemilu Legislatif? 22. Apakah menurut Bapak/Ibu ada faktor lain yang dapat menimbulkan motivasi untuk memilih wakil rakyat di DPRD Kabupaten Balangan pada Pemilu Legislatif 2014 lalu? A. Ya
Lalui Pertanyaan No. 24
B. Tidak
Lalui Pertanyaan No. 23
23. Sebutkan faktor apa saja yang dapat menimbulkan motivasi untuk memilih Calon Legislatif di DPRD Kabupaten Balangan 24. Apa penyebab Bapak/Ibu tidak memiliki motivasi untuk memilih Calon Legislatif di DPRD Kabupaten Balangan pada Pemilu Legislatif 2014 lalu?
D. Faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi dan kesadaran masyarakat pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif (PILEG) dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kabupaten Balangan Diambil dari pertanyaan pada nomor : 2, 3, 5,6, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 23, dan 24
4 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
LEMBAR KONTROL KUESIONER PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN Nomor Kuesioner :
Bapak/Ibu yang terhormat, Terima kasih atas partisipasinya dalam survey peneltitian Partisipasi Politik Masyarakat dalam Pemilu 2014 di Kabupaten Balanagn ini. Semua informasi dan data yang Bapak/Ibu berikan akan kami lindungi kerahasiaannya. Kami ucapkan terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu telah memberikan informasi kepada tim survey kami.
Pewawancara;
( . . . . . . . . . . . . . . . .) ………………………………………………………………………………………………………
Nama Responden
:
Tanggal wawancara
:
Jam mulai wawancara
:
Jam selesai wawancara
:
(Lembar Kontrol untuk responden) 5 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
LEMBAR KONTROL KUESIONER PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN Nomor Kuesioner :
Nama Responden
:
Alamat
:
Telepon
:
Responden;
Pewawancara;
(.......................)
(...................)
……………………………………………………………………………………………………… Tanggal wawancara
:
Jam mulai wawancara : Jam selesai wawancara
:
(Lembar Kontrol untuk Pewawancara) 6 PENELITIAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILU 2014 DI KABUPATEN BALANGAN
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta. Hafiz Anshary, Abdul, 2001, KPU Evaluasi Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu 2009, http://www.kpu.go.id Kamis, 04/03/2015 20.45 WITA Hutington, Samuel P. dan Juan M. Nelson. 1994, Partisipasi Politik di Negara Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta. http://seputarpengertian.blogspot.com/2014/04/Pengertian-Makna-Sistem-JenisTahapan-Tujuan-Dan-Manfaat-Pemilu.html Mas’oed Mochtar dan Colin Mac Andrew, 2008. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Raga Maran, Rafael, 2001, Pengntar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta. Rahman H, A. 2007. Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. Sastroatmodjo, Sudijono. 1995, Partisipasi Politik, Semarang: IKIP Semarang Press Suryadi, Budi, 2007. Sosiologi Politik Sejarah, Definisi dan Perkembangan Konsep. Yogyakarta: IRCiSoD Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD