LAPORAN PENELITIAN
POLITIK UANG DAN PARTISIPASI PEMILIH DALAM PEMILU DI KABUPATEN TABANAN
Oleh: TIM PENELITI STISIP MARGARANA TABANAN
TABANAN 2015
i
SUSUNAN TIM PENELITI 1. Koordinator
: Drs. I Wayan Sudika, M.Si
2. Sekretaris
: Drs. I Nyoman Satiana, M.Si
3. Bendahara
: Dra. Ni Wayan Wahyuni, M.Si
4. Anggota
: 1. I Gst. Ngr. Ag. Bgs. Widiana, SH. MH. 2. Drs. Dewa Putu Mertha Sudina, MM. 3. Drs. I Wayan Suwira, M.Si, M.Pd 4. Drs. I Gusti Made Manuaba, M.Si 5. I Made Nuryata, S.Pd, M.Pd
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya sehingga perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan penelitian ini dapat terlaksana dengan baik. Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan. Penyusunan laporan penelitian berjudul “Politik Uang dan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu di Kabupaten Tabanan” ini dilakukan dengan upaya maksimal, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa hasilnya masing jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaannya lebih lanjut. Dengan segala keterbatasannya, semoga bermanfaat dalam memberi pijakan empirik bagi pengambil kebijakan terkait dengan pemilu.
Penulis
i
ABSTRAK Politik Uang dalam Pemilu di Kabupaten Tabanan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dan hubungannya dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan, (2) mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai Juli 2015. Jumlah responden sebanyak 350 orang yang tersebar di 10 Kecamatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dianalisis dengan statistik deskriptif dan korelasional. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Dilihat dari sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%. Responden usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 16,7%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%. Responden yang bekerja sebagai buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentase sebesar 30,6%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS sebesar 17,6%. Responden yang tinggal di pedesaan lebih banyak mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%. Responden yang memiliki tingkat penghasilan < 1 juta rupiah per bulan paling banyak yang menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 30,2%, sedangkan responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan paling sedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%. (2) Dilihat dari perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%. Responden usia ≤ 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%, sedangkan yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %. Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%. Responden yang bekerja sebagai karyawan paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%, sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan sebesar 11,3%. Responden yang berada di pedesaan cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2% dibanding responden yang tinggal di perkotaan. Responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 22,6%, sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada yang menunjukkan ii
menerima pemberian uang atau hadiah. (3) Ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. (4) Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. (5) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. (6) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. (7) Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. Kata-kata Kunci: Politik Uang, Pemilu
iii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
SUSUNAN TIM PENELITI .........................................................................
ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
DAFTAR ISI.................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang ............................................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
2
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
3
D. Manfaat Penelitian........................................................................
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................
5
A. Landasan Teori….. .......................................................................
5
B. Kerangka Pemikiran .....................................................................
9
C. Definisi Operasional………………………………………… .....
11
BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................
12
A. Lokasi dan Waktu.........................................................................
12
B. Populasi dan Sampel.....................................................................
12
C. Indikator/Parameter ......................................................................
13
D. Pendekatan/Model Analisis..........................................................
14
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
15
A. Deskripsi Obyek Penelitian............................ ..............................
15
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis ............
17
C. Pembahasan ..................................................................................
60
iv
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
62
A. Simpulan.......................................................................................
62
B. Saran .............................................................................................
64
C. Rekomendasi Kebijakan ...............................................................
64
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
66
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih ........................................................................................ Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih dalam pemilu.................................................................. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan................................................ Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.............. Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin........................................................................................ Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki...................... Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan................... Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki................. Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan............... Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia.............................. Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia................. Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun................................ Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun.............................. Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun............................ Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun............................ Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun.............................. Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun.......................... Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun........................ Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun........................ Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun........................ Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun......................... Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................... Gambar 4.19 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................................................................... Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD.................... Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP................. Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA............... Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma........... Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana............. Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD............... Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP............ Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA.......... Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma...... Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana......... Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan........................... Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis Pekerjaan...................................................................................... Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS.................................................................... Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani......................................................... Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan.................................................... vi
10 10 16 17 18 18 18 20 20 22 23 23 24 24 24 25 26 27 27 27 28 29 30 31 31 31 32 32 34 34 34 35 35 37 38 38 39 39
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan........................................................... Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS................................................................ Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani..................................................... Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan................................................ Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan....................................................... Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal......... Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat Tinggal......................................................................................... Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan......................................... Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan.......................................... Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan..................................... Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan...................................... Gambar 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan.. Gambar 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Penghasilan.................................................................................. Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta.................... Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta................... Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta................... Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta................... Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta............... Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta............... Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta............... Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta...............
vii
39 41 41 42 42 44 44 45 45 47 47 49 50 50 51 51 51 53 53 54 54
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian........................................................ Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih............ Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih......................... Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin.......................................................................... Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Pemilih.................................................................................... Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Pemilih.................................................................................... Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia........ Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih............. Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih........ Tabel 4.7 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................................................................. Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih.................................................................................... Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pemilih...................................................................... Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan................................................................................. Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Pemilih.................................................................................... Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih.................................................................................... Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt Tinggal.................................................................................... Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap Pemilih.................................................................................... Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Pemilih.................................................................................... Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Penghasilan............................................................................. Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Sikap Pemilih.......................................................................... Tabel 4.18 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih...................................................................... Tabel 4.19 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu...................................................................................... Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Dorongan Pihak lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu............................................ Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu............................... viii
12 13 14 17 19 21 22 25 28 30 33 36 37 40 43 44 46 48 49 52 55 56
58 59
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pada pasal 2 berbunyi “Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”. Berdasarkan hal tersebut maka sewajarnyalah sebuah Pemilu harus menggunakan asas JURDIL dan LUBER, guna terciptanya sebuah demokrasi serta pesta demokrasi yang sehat dan sesuai dengan amanat UUD 1945 dan juga sesuai dengan amanat rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari praktek KKN. Namun dalam pilkada yang ada maupun pemilu secara umum maka asas JURDIL dan LUBER hanyalah sebuah slogan belaka, karena pada dasarnya politik uang merupakan sebuah sistem yang tidak akan pernah hilang dalam proses demokrasi Indonesia dan hal ini akan terus menerus terjadi dan dilakukan oleh para calon dan Jurkam serta Timses masing-masing calon dalam pilkada dan pemilu guna mencari perhatian serta suara dari para calon pemilih untuk memenangkan mereka dalam PEMILU. Merebaknya politik uang membawa implikasi yang sangat berbahaya bagi demokrasi dan penguatan negara bangsa. Melalui politik uang, kedaulatan bukan ada pada tangan rakyat akan tetapi kedaulatan berada ditangan “uang”. Oleh karena itu, pemegang kedaulatan adalah “pemilik uang”, bukan lagi rakyat mayoritas. Di tengah gelombang demokratisasi yang gencar belakangan ini, maraknya politik uang bisa mempermudah masuknya penetrasi politik melalui uang. Hal yang paling umum dalam praktek politik uang adalah pembelian suara menjelang hari pemilihan. Pendekatan dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui perantara orang ketiga.
Jika kita lihat praktik politik uang dengan sasaran pemilih atau rakyat secara umum akan sangat sulit diukur keberhasilannya. Karena disamping medannya sangat luas juga banyaknya jumlah pemilih. Apakah rakyat yang mencicipi uang benar-benar mau memilih yang telah memberikan uang atau mereka ’berkhianat’. Karena dalam masyarakat telah berkembang pemahaman bahwa pemilu bukan saja pesta demokrasi, tapi juga pesta bagi-bagi uang. Demikian eratnya hubungan uang dengan politik, sehingga jika politik uang tetap merajalela niscaya calon yang potensial melakukan praktik tersebut hanya yang memiliki dana besar. Berapapun besarnya jumlah dana yang dikeluarkan, keuntungan yang diperoleh tetap akan jauh lebih besar. Sebab pihak yang diuntungkan dalam praktik politik uang adalah pihak pemberi, karena dia akan memperoleh dukungan dan kekuasaan politik yang harganya tidak ternilai. Adapun
yang
dirugikan
adalah
rakyat.
Karena
ketika
calon
tersebut
berkesempatan untuk memerintah, maka ia akan mengambil suatu kebijakan yang lebih menguntungkan pihak penyumbangnya, kelompoknya daripada interest public. Fenomena ini sudah pasti menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Berdasarkan permasalahan di atas, nampak perlu dilakukan penelitian mengenai politik uang serta partisipasi dalam pemilu di Kabupaten Tabanan dengan tujuan untuk menemukan dan mengenali persoalan yang berkaitan dengan hal tersebut serta memberikan rekomendasi berupa alternatif kebijakan.
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimanakah perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 3. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan?
4. Apakah ada hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan? 5. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu? 6. Apakah ada hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu? 7. Apakah ada hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 2. Untuk mendeskripsikan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 3. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan sikap pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 4. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal, dan tingkat pendapatan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang di Kabupaten Tabanan. 5. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. 6. Untuk mengetahui hubungan dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu. 7. Untuk mengetahui hubungan motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu.
D. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: 1. Dapat memberi opsi solusi sebagai bahan perumusan kebijakan manajemen pemilu dalam konteks lokal. 2. Dapat menjadi literatur atau dasar untuk penelitian selanjutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis 1. Politik Uang dalam Pemilu Praktek dari politik uang dalam pemilu sangat beragam. Diantara bentukbentuk kegiatan yang dianggap politik uang antara lain: a) distribusi sumbangan baik berupa barang atau uang kepada para kader partai, penggembira, golongan atau kelompok tertentu, b) pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi kepentingan partai politik tertentu, dengan konsesi-konsesi yang ilegal, c) penyalahgunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan dan
atau
mengundang
simpati
bagi
partai
poltik
tertentu,
misalnya
penyalahgunaan dana JPS atau penyalahgunaan kredit murah KUT dan lain-lain (Ethaholic, 2014). Lebih lanjut Ethaholic (2014) menjelaskan bahwa dari sisi waktunya, praktik uang di negara ini dapat dikelompokkan menjadi dua tahapan yakni pra pemungutan. Pada pra pemungutan suara mulai dari seleksi administrasi, masa kampanye, masa tenang dan menjelang pemungutan. Sasarannya adalah para pemilih, terutama mereka yang masih mudah untuk dipengaruhi. Untuk tahap kedua adalah setelah pemungutan, yakni menjelang Sidang Umum DPR atau pada masa sidang tersebut. Sasarannya adalah kalangan elit politik. Di tangan mereka kedaulatan rakyat berada. Mereka memiliki wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan strategis. Bagaimanapun juga politik uang merupakan masalah yang membahayakan moralitas bangsa, walaupun secara ekonomis “dalam jangka pendek” dapat sedikit memberikan bantuan kepada rakyat kecil yang turut mencicipi. Namun jangan sampai tujuan jangka pendek yang bersifat ekonomis harus mengorbankan tujuan jangka panjang yang berupa upaya demokratisasi dan pembentukan moralitas bangsa. Demoralisasi yang diakibatkan oleh politik uang akan sangat berbahaya baik dipandang dari sisi maksud maupun konsekwensinya. Karena sifatnya yang
destruktif, yakni bermaksud mempengaruhi pilihan politik seseorang dengan imbalan tertentu, atau mempengaruhi visi dan misi suatu partai sehingga pilihan politik kebijakannya tidak lagi dapat dipertanggungjawabkan untuk kepentingan rakyat.
2. Perilaku Memilih Keikutsertaan warga
negara dalam
pemilihan umum
merupakan
serangkaian kegiatan membuat keputusan,yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum? Kalau memutuskan memilih, apakah memilih partai atau kandidat X ataukah partai atau kandidat Y? Berikut ini diutarakan berbagai penjelasan atas pertanyaan berikut. Mengapa pemilih memilih kontestan tertentu dan bukan kontestan lain? Jawaban atas pertanyaan itu dibedakan menjadi lima sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial, dan pilihan rasional (Ramlan, 2007:145). Pendekatan struktural melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial, sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai. Struktur sosial yang menjadi sumber kemajemukan politik dapat berupa kelas sosial atau perbedaan-perbedaan antara majikan dan pekerja, agama, perbedaan kota dan desa, dan bahasa dan nasionalisme. Jumlah partai, basis sosial sistem partai dan program-program yang ditonjolkan mungkin berbeda dari satu negara ke negara lain karena perbedaan struktur sosial tersebut. Pendekatan sosiologis cenderung menempatkan kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan, pendidikan,kelas, pendapatan dan agama. Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerah pemilihan terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.
Pada dasarnya pendekatan psikologi sosial sama dengan penjelasan yang diberikan dalam model perilaku politik, sebagaimana dijelaskan di atas. Salah satu konsep psikologi sosial yang digunakan untuk menjelaskan perilaku untuk memilih pada pemilihan umum berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Konkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya, pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos” memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan, tetapi juga perbedaan dari alternatif berupa pilihan yang ada. Pertimbangan ini digunakan pemilih dan kandidat yang hendak mencalonkan diri untuk terpilih sebagai wakil rakyat atau pejabat pemerintah. Bagi pemilih, pertimbangan untung dan rugi digunakan untuk membuat keputusan tentang partai atau kandidat yang dipilih, terutama untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak ikut memilih. Yang terakhir ini membawa kita bukan pada pertanyaan, mengapa warga negara yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilih? Namun, pada pertanyaan mengapa banyak warga masyarakat bersusah payah menggunakan hak pilih dalam pemilihan umum? Jawaban yang diberikan dengan pendekatan pilihan rasional tidak selalu memuaskan karena cukup banyak warga masyarakat menggunakan hak pilih sebagai kebanggaan psikologis, seperti menunaikan kewajiban sebagai warga negara, menegaskan identitas kelompok, dan menunjukkan loyalitas terhadap partai. Sebagian warga masyarakat juga menggunakan hak pilih berdasarkan informasi yang tidak lengkap dan akurat, seperti tradisi, ideologi, dan citra partai. Keempat pendekatan di atas sama-sama berasumsi bahwa memilih merupakan kegiatan yang otonom, dalam arti tanpa desakan dan paksaan dari pihak lain. Namun, dalam kenyataan di negara-negara berkembang perilaku memilih bukan hanya ditentukan oleh pemilih sebagaimana disebutkan oleh
keempat pendekatan di atas, tetapi dalam banyak hal justru ditentukan oleh tekanan kelompok,intimidasi, dan paksaan dari kelompok atau pemimpin tertentu. Masyarakat yang memandang kelompok atau publik lebih penting daripada definisi situasi yang diberikan oleh individu cenderung mempersukar individu untuk membuat keputusan yang berbeda ataupun bertentangan dengan pendapat kelompok atau negara tersebut. Oleh karena itu, perilaku memilih di beberapa negara berkembang harus pula ditelaah dari segi pengaruh kepemimpinan terhadap pilihan pemilih. Kepemimpinan yang dimaksud berupa kepemimpinan tradisional (kepala adat dan kepala suku), religius (pemimpin agama), patron-klien (tuan tanah-buruh penggarap), dan birokratik-otoriter (para pejabat pemerintah, polisi, dan militer). Pengaruh para pemimpin ini tidak selalu berupa persuasi, tetapi acap kali berupa manipulasi, intimidasi, dan ancaman paksaan.
3. Partisipasi Politik Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan persentase warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara ke negara yang lain. Dengan kata lain, tidak semua warga negara ikut serta dalam proses politik. Pertanyaan yang kemudian muncul,mengapa seseorang berpartisipasi atau kurang berpartisipasi dalam proses politik? Menurut Ramlan (2007:144) “faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya partisipasi politik seseorang, ialah kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah (sistem politik)”. Yang dimaksud dengan kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik, dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat dia hidup. Yang dimaksud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak?
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua faktor tersebut, Paige (dalam Ramlan, 2007:144) membagi partisipasi menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasiftertekan (apatis). Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut tidak aktif (pasif). Kedua faktor di atas bukan faktor-faktor yang berdiri sendiri (bukan variabel yang independen). Artinya, tinggi-rendah kedua faktor itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti status sosial dan status ekonomi, afiliasi politik orang tua dan pengalaman berorganisasi. Yang dimaksud dengan status sosial ialah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Yang dimaksud dengan status ekonomi ialah kedudukan seseorang dalam lapisan masyarakat berdasarkan pemilikan kekayaan. Hal ini diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun pemilikan benda-benda berharga. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya memiliki pengetahuan politik, tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik, serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah.
B. Kerangka Pemikiran Dalam pemilihan umum, banyak terjadinya perbuatan politik uang yang ikut mewarnai acara pesta demokrasi yang berlangsung di negara ini. Politik uang banyak membawa pengaruh akan peta perpolitikan Nasional serta juga dalam proses yang terjadi dalam pesta politik. Dalam norma standar demokrasi, dukungan politik yang diberikan oleh satu aktor terhadap aktor politik lainnya didasarkan pada persamaan preferensi politik dalam rangka memperjuangkan kepentingan publik. Dan juga setiap warga negara mempunyai hak dan nilai suara yang sama (satu orang, satu suara, satu nilai). Namun melalui politik
uang, dukungan politik diberikan atas pertimbangan uang dan sumber daya ekonomi lainnya. Faktor-faktor demografi dan sosial ekonomi disinyalir ikut mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang seperti: jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, tingkat penghasilan.
Jenis Kelamin Usia
Sikap pemilih mengenai politik uang
Pendidikan Pekerjaan Tempat tinggal
perilaku pemilih mengenai politik uang
Penghasilan Gambar 2.1 Alur pikir faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku pemilih Dalam kaitannya dengan partisipasi pemilih dalam pemilu banyak faktor yang ikut berpengaruh seperti tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak luar/lain serta motivasi pencapaian tujuan.
Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih Dorongan pihak lain/luar
Partisipasi Pemilih dalam Pemilu
Motivasi Pencapaian Tujuan
Gambar 2.2 Alur pikir tentang faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih dalam pemilu
C. Definisi Operasional Sikap pemilih mengenai politik uang adalah tanggapan pemilih mengenai politik uang yang diklasifikasikan menjadi politik uang itu wajar atau politik uang itu tidak wajar. Perilaku pemilih mengenai politik uang adalah perilaku pemilih ketika diberi uang atau hadiah untuk memilih salah satu calon yang diklasifikasi menjadi dua yaitu menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah. Partisipasi pemilih dalam pemilu adalah keikutsertaan warga negara dalam pemilihan umum yang merupakan rangkaian kegiatan membuat keputusan apakah memilih atau tidak memilih.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Tabanan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2015.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemilih tetap pada pemilu 2014 di Kabupaten Tabanan yang berjumlah 356.242 orang. Sesuai dengan Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan taraf kesalahan 5%, maka sampelnya adalah 348 orang (Sugiyono, 2009:126). Selanjutnya dalam penelitian ini sampelnya digunakan 350 yang tersebar di 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sugiyono (2009:119) bahwa “teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten”. Sampel penelitian yang berjumlah 350 orang yang tersebar di 10 Kecamatan di Kabupaten Tabanan ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan Baturiti Kediri Kerambitan Marga Penebel Pupuan Selemadeg Selemadeg Barat Selemadeg Timur Tabanan Jumlah
Jumlah Sampel 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35 350
C. Indikator/Parameter Untuk mengetahui sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan. Untuk menjaring data dari variabel-variabel tersebut digunakan kuesioner (angket). Data yang terkumpul berupa data nominal. Tabel 3.2 Indikator untuk mengukur sikap dan perilaku pemilih No 1
Variabel Sikap Pemilih
2
Perilaku Pemilih
3
Jenis Kelamin
4
Usia
5
Tingkat Pendidikan
6
Pekerjaan
7
Tempat Tinggal
8
Penghasilan/bulan
1. 2. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 1. 2. 3. 4.
Indikator/Parameter Menganggap politik uang itu wajar Menganggap politik uang itu tidak wajar Menerima uang atau hadiah Menolak uang atau hadiah Laki-laki Perempuan ≤ 25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun ≥ 56 tahun SD SMP SLTA Diploma Sarjana PNS Buruh/Tani Wirausahawan Karyawan Perkotaan Pedesaan < 1 juta 1-2 juta 2-3 juta > 3 juta
Sedangkan untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu ditinjau dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi pencapaian tujuan.
Tabel 3.3 Indikator untuk mengukur partisipasi pemilih No 1 2
3
4
Variabel Partisipasi Pemilih Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih Dorongan pihak lain/luar Motivasi Pencapaian Tujuan
Indikator/Parameter 1. Keikutsertaan dalam pemilu 1. Undang-undang Pemilu 2. Informasi tentang Pemilu 1. 2. 3. 1. 2.
Adanya politik uang Tekanan kelompok Intimidasi Meluangkan waktu dengan sukarela Keinginan memilih sesuai hati nurani
D. Pendekatan/Model Analisis Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditinjau dari beberapa variabel yaitu: Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Tempat Tinggal, Tingkat Penghasilan dianalisis dengan statistik deskriptif. Untuk melihat hubungan variabel-variabel tersebut digunakan chi-square. Sedangkan untuk mengetahui hubungan dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi pencapaian tujuan dengan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu dilakukan dengan korelasi spearman atau rank order karena data yang terkumpul tidak memenuhi persyaratan untuk uji regresi seperti normalitas data, linieritas data dan homogenitas data. Hal ini sesuai dengan Samsubar (1996:2) yang mengatakan bahwa “Jika salah satu asumsi normalitas tak dapat dipenuhi maka pengujian yang bersifat nonparametrik harus dilakukan”.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Obyek Penelitian Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Bali. terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 KM² yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 1140 – 54’ 52” bujur timur dan 80 14’ 30” – 80 30’07” lintang selatan. Topografi Kabupaten Tabanan terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 m dpl, dengan rincian pada ketinggian 0 – 500 m dpl merupakan wilayah datar dengan kemiringan 2 – 15 %. Sedangkan pada ketinggian 500 – 1.000 m dpl merupakan wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15 – 40 %. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan 2 – 15 % dan 15 – 40 % merupakan daerah yang cukup subur tempat dimana para petani melakukan kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40 % ke atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi : di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let. Wilayah Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari 9 Kabupaten/ Kota dari luas wilayah sebesar 839,33 km2 atau 14,90% dari luas provinsi Bali, dan terletak pada ketinggian wilayah 0 – 2.276 m di atas permukaan air laut. Sebanyak 23.358
Ha atau 28,00% dari luas lahan yang ada di Kabupaten Tabanan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Potensi unggulan Kabupaten Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan,
Kecamatan
Marga,
dan
Kecamatan
Baturiti).
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan). Peta wilayah Kabupaten Tabanan ditunjukkan pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Tabanan
Jumlah Pemilih Tetap dalam Pemilu Legislatif per 2 Nopember 2013 sesuai dengan Lampiran Berita Acara Rapat Pleno Penetapan Hasil Verifikasi dan Perbaikan DPT Provinsi Bali dalam Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota Tahun 2014, Nomor 1683/BA/XI/2013, jumlah Pemilih Tetap untuk Kabupaten Tabanan berjumlah 356.242 pemilih yang tersebar di 10 Kecamatan.
(https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-
perbaikan-dpt-pemilu-tahun-2014/)
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis 1. Hubungan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 204 orang atau 58%, sedangkan perempuan 146 orang atau 42 %. Klasifikasi sampel penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada gambar berikut. 4.2.
Perempuan 42% Laki-laki 58%
Gambar 4.2 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Data Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Sikap
Jumlah Sampel
Wajar
Perilaku Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
Laki-laki
204 (58%)
55
27
149
73
40
19,6
164
80,4
2
Perempuan
146 (42%)
34
23,3
112
76,7
22
15,1
124
84,9
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Total
Data tentang sikap dan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu sesuai dengan tabel 4.1 di atas dapat dibuat histogramnya sebagai berikut.
180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
164
149
124
112
Laki-Laki 55
Wajar
Perempuan
40
34
22
Tidak Wajar Menerima
Menolak
Gambar 4.3 Histogram Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin Dari tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari responden laki-laki sebanyak 204 orang, terdapat 55 orang (27%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 149 orang (73%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 27%
Tidak Wajar 73%
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Laki-laki Sedangkan dari responden perempuan berjumlah 146 orang, ada sebanyak 34 orang (23,3%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 112 orang (76,7%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 23%
Tidak Wajar 77%
Gambar 4.3 Diagram Sikap Pemilih pada Responden Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Sikap Pemilih
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.437
.427
1
.513
.609
1
.435
.605 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.458 .604
1
.257
.437
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,13. b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,437. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,437,
maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
2. Hubungan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden laki-laki sebanyak 204 orang, terdapat 40 orang (19,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 164 orang (80,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 20%
Menolak 80%
Gambar 4.4 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Laki-Laki
Dari responden perempuan yang berjumlah 146 orang, 22 (15,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 124 orang (84,9%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 15%
Menolak 85%
Gambar 4.5 Diagram Perilaku Pemilih pada Responden Perempuan
Jika dilihat dari prosentase maka responden laki-laki cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan Jenis Kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Pemilih
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
sided)
a
1
.273
.912
1
.340
1.219
1
.269
1.203 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.321 1.200
1
.170
.273
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,86. b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,273. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jenis kelamin dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
3. Hubungan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari usia ≤ 25 tahun sebanyak 37 orang (10%), usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang (21%), usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang (24%), usia 45-55 tahun sebanyak 126 (36%) dan usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang (9%). Klasifikasi sampel penelitian menurut usia ditunjukkan pada gambar berikut. ≥ 56 Tahun 9%
≤ 25 Tahun 10% 26 - 35 Tahun 21%
46 - 55 Tahun 36% 36 - 45 Tahun 24%
Gambar 4.6 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Usia Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.4 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Usia No
Usia (Tahun)
Persepsi
Jumlah Sampel
Wajar
Perilaku
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
≤ 25
37 (10%)
9
24,3
28
75,7
9
24,3
28
75,7
2
26 - 35
73 (21%)
21
28,8
52
71,2
13
17,8
60
82,2
3
36 - 45
84 (24%)
24
28,6
60
71,4
19
22,6
65
77,4
4
46 - 55
126 (36%)
30
23,8
96
76,2
17
13,5
109
86,5
5
≥ 56
30 (9%)
5
16,7
25
83,3
4
13,3
26
86,7
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Total
Sesuai data pada tabel 4.4 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut. 120
109 96
100 80 60
52
60
65
Wajar Tidak Wajar Menerima
40 20
60
28 28 9
9
21
24 13
30 19
25 26
17 5
Menolak
4
0 ≤ 25
26 - 35
36 - 45
46 - 55
≥ 56
Gambar 4.7 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Usia
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 24%
Tidak Wajar 76%
Gambar 4.8 Diagram Sikap Responden Usia < 25 Tahun
Pada responden dengan usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 21 orang (28,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 52 orang (71,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar 29%
Tidak Wajar 71%
Gambar 4.9 Diagram Sikap Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden dengan usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 24 orang (28,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 60 orang (71,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 29%
Tidak Wajar 71%
Gambar 4.10 Diagram Sikap Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden dengan usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 30 orang (23,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang (76,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 24%
TidakWajar 76%
Gambar 4.11 Diagram Sikap Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden dengan usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 5 orang (16,7%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 25 orang
(83,3%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 17%
Tidak Wajar 83%
Gambar 4.12 Diagram Sikap Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%. Sedangkan yang palinng sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 16,7%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan usia dengan sikap pemilih pada politik uang dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Sikap Pemilih Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.685
2.375
4
.667
Linear-by-Linear Association
.904
1
.342
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
2.279
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,685. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
4. Hubungan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden usia ≤ 25 tahun sebanyak 37 orang, terdapat 9 orang (24,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 28 orang (75,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 24%
Menolak 76%
Gambar 4.13 Diagram Perilaku Responden Usia ≤ 25 Tahun
Pada responden usia 26-35 tahun sebanyak 73 orang, terdapat 13 orang (17,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 60 orang (82,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima 18%
Menolak 82%
Gambar 4.14 Diagram Perilaku Responden Usia 26-35 Tahun
Pada responden usia 36-45 tahun sebanyak 84 orang, terdapat 19 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (77,4%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 23%
Menolak 77%
Gambar 4.15 Diagram Perilaku Responden Usia 36-45 Tahun
Pada responden usia 46-55 tahun sebanyak 126 orang, terdapat 17 orang (13,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 109 orang (86,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 13% Menolak 87%
Gambar 4.16 Diagram Perilaku Responden Usia 46-55 Tahun
Pada responden usia ≥ 56 tahun sebanyak 30 orang, terdapat 4 orang (13,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 26 orang (86,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 13%
Menolak 87%
Gambar 4.17 Diagram Perilaku Responden Usia ≥ 56 Tahun
Jika dilihat dari prosentase maka responden usia ≤ 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%. Sedangkan yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah ≥ 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan usia dengan perilaku pemilih pada politik uang dalam Pemilu dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Usia dengan Perilaku Pemilih Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.351
Likelihood Ratio
4.393
4
.355
Linear-by-Linear Association
2.464
1
.116
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
4.432
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,351. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan usia dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
5. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari SD sebanyak 33 orang (10%), SMP sebanyak 28 orang (8%), SLTA sebanyak 179 orang (51%), Diploma sebanyak 28 (8%) dan Sarjana sebanyak 82 orang (23%). Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar berikut. Sarjana 23%
Diploma 8%
SD 10% SMP 8%
SLTA 51%
Gambar 4.18 Diagram Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku
responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.7 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan Persepsi
Jumlah No
Pendidikan
Sampel
Wajar
Perilaku
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
SD
33 (10%)
10
30,3
23
69,7
3
9,1
30
90,9
2
SMP
28 (8%)
12
42,9
16
57,1
6
21,4
22
78,6
3
SLTA
179 (51%)
45
25,1
134
74,9
33
18,4
146
81,6
4
DIPLOMA
28 (8%)
6
21,4
22
78,6
6
21,4
22
78,6
5
SARJANA
82 (23%)
16
19,5
66
80,5
14
17,1
68
82,9
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Total
Sesuai data pada tabel 4.7 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
160
146 134
140 120 100
Wajar
80
66 68
60 40 20
Menerima
45 23 10
30 3
1216
22
Tidak Wajar Menolak
33
6
22 22 6
6
16 14
0 SD
SMP
SLTA
DIPLOMA
SARJANA
Gambar 4.19 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 33 orang, terdapat 10 orang (30,3%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 23 orang (69,7%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar 30%
Tidak Wajar 70%
Gambar 4.20 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang, terdapat 12 orang (42,9%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 16 orang (57,1%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Tidak Wajar 57%
Wajar 43%
Gambar 4.21 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang, terdapat 45 orang (25,1%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 134 orang (74,9%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 25% Tidak Wajar 75%
Gambar 4.22 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang, terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 22
orang (78,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 21%
Tidak Wajar 79%
Gambar 4.23 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang, terdapat 16 orang (19,5%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 66 orang (80,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 20%
Tidak Wajar 80%
Gambar 4.24 Diagram Sikap Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%..
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Pemilih Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.155
Likelihood Ratio
6.264
4
.180
Linear-by-Linear Association
3.853
1
.050
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
6.657
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,12.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,155. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
6. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 33 orang, terdapat 3 orang (9,1,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 30 orang (90,9%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima 9%
Menolak 91%
Gambar 4.25 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SD
Pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 28 orang, terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 21% Menolak 79%
Gambar 4.26 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SMP
Pada responden dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 179 orang, terdapat 33 orang (18,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 146 orang (81,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 18%
Menolak 82%
Gambar 4.27 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan SLTA
Pada responden dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 28 orang, terdapat 6 orang (21,4%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 22 orang (78,6%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 21%
Menolak 79%
Gambar 4.28 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Diploma
Pada responden dengan tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 82 orang, terdapat 14 orang (17,1%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 68 orang (82,9%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 17%
Menolak 83%
Gambar 4.29 Diagram Perilaku Responden Tingkat Pendidikan Sarjana
Jika dilihat dari prosentase maka responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkan yang paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pemilih Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
4
.681
2.568
4
.633
Linear-by-Linear Association
.301
1
.583
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
2.301
a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,681. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan tingkat pendidikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
7. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari PNS sebanyak 74 orang (21%), buruh/tani sebanyak 85 orang (24%), wirausaha sebanyak 62 orang (18%), dan karyawan sebanyak 129 (37%). Klasifikasi sampel penelitian menurut pekerjaan ditunjukkan pada gambar berikut
PNS 21%
Karyawan 37%
Buruh/Tani 24% Wirausaha wan 18%
Gambar 4.30 Diagram Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.10 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Pekerjaan Persepsi
Jumlah No
Pekerjaan
Sampel
Wajar
Perilaku
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
PNS
74 (21%)
13
17,6
61
82,4
9
12,2
65
87,8
2
Buruh/Tani
85 (24%)
26
30,6
59
69,4
14
16,5
71
83,5
3
Wirausaha
62 (18%)
16
25,8
46
74,2
7
11,3
55
88,7
4
Karyawan
129 (37%)
34
26,4
95
73,6
32
24,8
97
75,2
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Total
Sesuai data pada tabel 4.10 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
120
80
65
61
60
71
59
55
46
40 20
97
95
100
26 13
9
14
16
34
Wajar 32
Tidak Wajar Menerima
7
Menolak
0
Gambar 4.31 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 13 orang (17,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 61 orang (82,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 18%
Tidak Wajar 82%
Gambar 4.32 Diagram Sikap PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang, terdapat 26 orang (30,6%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 59 orang (69,4%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar 31%
Tidak Wajar 69%
Gambar 4.33 Diagram Sikap Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang, terdapat 16 orang (25,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 46 orang (74,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 26%
Tidak Wajar 74%
Gambar 4.34 Diagram Sikap Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang, terdapat 34 orang (26,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 95 orang (73,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar 26% Tidak Wajar 74%
Gambar 4.35 Diagram Sikap Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentase sebesar 30,6%. Sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS sebesar 17,6%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.11 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Sikap Pemilih Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.300
3.820
3
.282
Linear-by-Linear Association
.783
1
.376
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
3.668
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,77.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,300. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,273, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
8. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 74 orang, terdapat 9 orang (12,2%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 65 orang (87,8%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 12%
Menolak 88%
Gambar 4.36 Diagram Perilaku PNS
Pada responden yang bekerja sebagai buruh/tani sebanyak 85 orang, terdapat 14 orang (16,5%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 71 orang (83,5%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 16%
Menolak 84%
Gambar 4.37 Diagram Perilaku Buruh/Tani
Pada responden yang bekerja sebagai wirausahawan sebanyak 62 orang, terdapat 7 orang (11,3%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 55 orang (88,7%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima 11%
menolak 89%
Gambar 4.38 Diagram Perilaku Wirausahawan
Pada responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 129 orang, terdapat 32 orang (24,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan ada sebanyak 97 orang (75,2%) yang mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 25%
Menolak 75%
Gambar 4.39 Diagram Perilaku Karyawan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang bekerja sebagai karyawan lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%. Sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan sebesar 11,3%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Hasil Analisis Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Perilaku Pemilih Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.049
Likelihood Ratio
7.840
3
.049
Linear-by-Linear Association
4.846
1
.028
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
7.862
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,98.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,049. Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan jenis pekerjaan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
9. Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap Pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari perkotaan sebanyak 48 orang atau 14%, sedangkan pedesaan sebanyak 302 orang atau 86 %. Klasifikasi sampel penelitian menurut tempat tinggal ditunjukkan pada gambar berikut. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Perkotaan 14%
Pedesaan 86%
Gambar 4.40 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.13 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Temapt Tinggal No
Persepsi
Jumlah
Tempat
Sampel
Tinggal
Wajar
Perilaku
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
Perkotaan
48 (14%)
9
18,8
39
81,2
7
14,6
41
85,4
2
Pedesaan
302 (86%)
80
26,5
222
73,5
55
18,2
247
81,8
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Total
Sesuai data pada tabel 4.13 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut. 300 250
247
222
200 150
Perkotaan
50
Pedesaan
80
100
55
39 9
41
7
0 Wajar
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
Gambar 4.41 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tempat Tinggal
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 9 orang (18,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 39 orang (81,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 19%
Tidak Wajar 81%
Gambar 4.42 Diagram Sikap Responden Perkotaan
Sedangkan dari responden yang tinggal di pedesaan berjumlah 302 orang, ada sebanyak 80 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar sedangkan 222 orang (73,5%) mengatakan tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 26% Tidak Wajar 74%
Gambar 4.43 Diagram Sikap Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang tinggal di pedesaan cenderung mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.14 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Sikap Pemilih
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
(2-sided)
sided)
sided)
a
1
.253
.932
1
.334
1.384
1
.239
1.309 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.289 1.305
1
.167
.253
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,21. b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,253. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,253, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
10. Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang tinggal di perkotaan sebanyak 48 orang, terdapat 7 orang (14,6%) mengatakan menerima
pemberian uang atau hadiah sedangkan 41 orang (85,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 15%
Menolak 85%
Gambar 4.44 Diagram Perilaku Responden Perkotaan
Sedangkan responden yang tinggal di pedesaan sebanyak 302 orang, terdapat 55 orang (18,2%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 247 orang (81,8%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 18%
Menolak 82%
Gambar 4.45 Diagram Perilaku Responden Pedesaan
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang berada di pedesaan cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2% dibanding responden yang tinggal di perkotaan.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.15 Hasil Analisis Hubungan Tempat Tinggal dengan Perilaku Pemilih
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig.
Exact Sig.
(2-sided)
(2-sided)
(1-sided)
a
1
.541
.167
1
.683
.390
1
.532
.374 b
df
Asymp. Sig.
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.685 .373
1
.352
.541
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50. b. Computed only for a 2x2 table
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,541. Ternyata α = 0,05 lebih kecil dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 < 0,253, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan tempat tinggal dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
11. Hubungan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu a. Deskripsi Data Jumlah sampel penelitian sebanyak 350 orang yang terdiri dari tingkat penghasilan < 1 juta sebanyak 96 orang atau 28%, tingkat penghasilan 1-2 juta sebanyak 133 orang atau 38%, tingkat penghasilan 2-3 juta sebanyak 68 orang
atau 19% dan tingkat penghasilan > 3 juta sebanyak 53 orang atau 15%. Klasifikasi sampel penelitian menurut tingkat penghasilan ditunjukkan pada gambar berikut. > 3 jt 15%
<1 jt 28%
2-3 jt 19% 1-2 jt 38%
Gbr 4.46 Diagram Sampel Penelitian Berdasarkan Tingkat Penghasilan
Dengan menggunakan angket yang berisi pertanyaan tentang apakah politik uang itu sebagai kewajaran atau tidak wajar serta bagaimana perilaku responden terhadap politik uang, apakah menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah, diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.16 Distribusi Sikap dan Perilaku Pemilih Berdasarkan Penghasilan No
Penghasilan (per bulan)
Persepsi
Jumlah Sampel
Wajar
Perilaku
Tidak Wajar
Menerima
Menolak
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
1
< 1 Jt
96 (28%)
29
30,2
67
69,8
18
18,8
78
81,2
2
1 - 2 Jt
133 (38%)
37
27,8
96
72,2
30
22,6
103
77,4
3
2 – 3 Jt
68 (19%)
18
26,5
50
73,5
14
20,6
54
79,4
4
> 3 Jt
53 (15%)
5
9,4
48
90,6
0
0
53
100
350
89
25,4
261
74,6
62
17,7
288
82,3
Sesuai data pada tabel 4.16 dapat dibuat grafik histogramnya sebagai berikut.
120 96
100 80
67
103
78
60 40 20
Wajar
50 54 29
37 18
30
1 - 2 Jt
48
Tidak Wajar Menerima
18 14
0 < 1 Jt
53
2 – 3 Jt
5
Menolak 0 > 3 Jt
Gbr 4.47 Histogram Data Sikap dan Perilaku Berdasarkan Tingkat Penghasilam
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari responden yang memiliki tingkat penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 29 orang (30,2%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 67 orang (69,8%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 30% Tidak Wajar 70%
Gambar 4.48 Diagram Sikap Responden berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 1-2 juta per bulan sebanyak 133 orang, terdapat 37 orang (27,8%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 96 orang (72,2%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Wajar 28%
Tidak wajar 72%
Gambar 4.49 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan 2-3 juta per bulan sebanyak 68 orang, terdapat 18 orang (26,5%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 50 orang (73,5%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 26%
Tidak Wajar 74%
Gambar 4.50 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki tingkat penghasilan > 3 juta per bulan sebanyak 53 orang, terdapat 5 orang (9,4%) mengatakan politik uang itu wajar dan ada sebanyak 48 orang (90,6%) yang mengatakan politik uang itu tidak wajar. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Wajar 9%
Tidak Wajar 91%
Gambar 4.51 Diagram Sikap Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang
memiliki tingkat
penghasilan < 1 juta rupiah per bulan cenderung menganggap wajar politik uang
itu yaitu sebanyak 30,2%. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan > juta per bulan paling sedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Sikap Pemilih Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
8.747
a
3
.033
Likelihood Ratio
10.285
3
.016
6.365
1
.012
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,48.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,033. Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
12. Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih mengenai politik uang dalam pemilu a. Deskripsi Data Dari hasil penelitian juga ditemukan bahwa dari responden yang memiliki penghasilan < 1 juta per bulan sebanyak 96 orang, terdapat 18 orang (18,8%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 78 orang (81,2%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 19%
Menolak 81%
Gambar 4.52 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan < 1 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta per bulan sebanyak 133 orang, terdapat 30 orang (22,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 103 orang (77,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 23%
Menolak 77%
Gambar 4.53 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 1-2 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan 2-3 juta per bulan sebanyak 68 orang, terdapat 14 orang (20,6%) mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah sedangkan 54 orang (79,4%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut.
Menerima 21%
Menolak 79%
Gambar 4.54 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan 2-3 juta
Pada responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan sebanyak 53 orang, ternyata tidak ada yang mengatakan menerima pemberian uang atau hadiah dan seluruhnya (100%) mengatakan menolak pemberian uang atau hadiah. Dari data tersebut dapat dibuat diagram sebagai berikut. Menerima 0% Menolak 100%
Gambar 4.55 Diagram Perilaku Responden Berpenghasilan > 3 juta
Jika dilihat dari prosentase maka responden yang memiliki penghasilan 12 juta cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 22,6%. Sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada yang menunjukkan menerima pemberian uang atau hadiah.
b. Pengujian Hipotesis Hasil analisis hubungan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam Pemilu, dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4.18 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Perilaku Pemilih Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
3
.003
23.112
3
.000
6.056
1
.014
14.005
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,39.
Pengujian Hipotesis: Ha : Terdapat hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. Kaidah Keputusan : Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≤ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig. (2-sided) atau { α = 0,05 ≥ Asymp.sig. (2-sided)}, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil analisis SPSS Asymp.sig. (2-sided) sebesar = 0,003. Ternyata α = 0,05 lebih besar dari nilai Asymp.sig. (2-sided) atau 0,05 > 0,049, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu.
13. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu. Data mengenai tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih serta data tentang partisipasi pemilih dalam pemilu dikumpulkan dengan menggunakan angket dengan skala likert. Daftar pertanyaan/pernyataan berupa pilihan yang terdiri dari Sangat Setuju, Setuju, Ragu-Ragu, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Untuk pernyataan positif, penskoran dilakukan dengan memberi skor 5
untuk jawaban sangat setuju, 4 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 2 untuk jawaban tidak setuju dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Untuk pernyataan/pertanyaan negatif, penskoran dilakukan dengan kebalikan dari pernyataan/pertanyaan positif yaitu 1 untuk jawaban sangat setuju, 2 untuk jawaban setuju, 3 untuk jawaban ragu-ragu, 4 untuk jawaban tidak setuju dan 5 untuk jawaban sangat tidak setuju. Data yang terkumpul dilakukan uji persyaratan analisis sebelum dilakukan analisis regresi untuk mencari pengaruh dari tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam Pemilu yaitu uji normalitas, uji linieritas, dan uji homogenitas. Hasil uji persyaratan analisis ditemukan bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga pada data yang terkumpul tidak dimungkinkan dilakukan analisis regresi. Karena itu analisis dilakukan dengan statistik nonparametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.19 Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu. Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.532
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.532
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka 0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi.
Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut: Ho : Hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu tidak signifikan H1 : Hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu signifikan Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,000. Angka probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah signifikan.
14. Hubungan Dorongan Pihak Lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu. Data Dorongan Pihak Lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu juga diperoleh dengan menggunakan angket berbentuk skala likert. Sebelum dianalisis dengan regresi dilakukan uji persyaratan analisis yaitu normalitas, linieritas dan homogenitas. Dari hasil uji persyaratan analisis untuk regresi ternyata data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan statistik non parametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut
Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Dorongan Pihak lain/Luar dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu. Motivasi Spearman's rho
Motivasi
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.594
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.594
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka 0,594. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut: Ho : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu tidak signifikan H1 : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu signifikan Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,000. Angka probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah signifikan.
15. Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu Data Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu juga diperoleh dengan menggunakan angket berbentuk skala likert. Sebelum dianalisis dengan regresi dilakukan uji persyaratan analisis yaitu normalitas, linieritas dan homogenitas. Dari hasil uji persyaratan analisis untuk regresi ternyata data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan statistik non parametrik yaitu korelasi tata jenjang disebut juga rank order correlation atau rank difference correlation. Dengan menggunakan bantuan Program SPSS 16.0 for windows diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.20 Hasil Analisis Hubungan Motivasi Pencapaian Tujuan dengan Partisipasi Pemilih dalam Pemilu. Dorongan Spearman's rho
Dorongan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.617
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.617
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil perhitungan korelasi antara variabel motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu menunjukkan angka 0,617. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. Untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak maka terlebih dahulu menentukan hipotesis, sebagai berikut: Ho : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu tidak signifikan
H1 : Hubungan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu signifikan Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan Jika probabilitas > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan Dari hasil perhitungan angka probabilitas hubungan antara motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,000. Angka probabilitas 0,000 < 0,05 maka hubungan kedua variabel tersebut adalah signifikan.
C. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Begitu juga dengan jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Dengan demikian, maka praktik uang tentu saja akan berdampak terhadap demokrasi. Suara hari nurani seseorang dalam bentuk aspirasi yang murni dapat dibeli demi kepentingan. Jadi pembelokan tuntutan bagi nurani inilah yang dapat dikatakan kejahatan. Sisi etika politik yang lainnya adalah pemberian uang kepada rakyat dengan harapan agar terpilihnya partai politik tertentu berimbas pada pendidikan politik, yaitu mobilisasi yang pada gilirannya menyumbat partisipasi politik. Rakyat dalam proses seperti ini tetap menjadi objek eksploitasi politik pihak yang memiliki kekuasaan. Sebuah keniscayaan bahwa, politik memang membutuhkan dana. Belanja politik direncanakan dan digunakan untuk berbagai kegiatan program kampanye. Untuk membangun komunikasi politik dengan konstituen, serta menyerap dan mengartikulasikan kepentingan masyarakat. Politisi dalam kompetisi untuk meraih dukungan pemilih, tanpa dana hampir dapat dipastikan akan kalah. Tetapi dana politik dan politik uang jelas berbeda. Letak perbedaan adalah modus dalam penggunaan dana yang digunakan untuk menggalang dukungan pemilih. Hal
tekait pula sumber pendanaannya. Realitas politik menunjukan, bahwa politisi yang tidak punya dana; sudah hampir dapat dipastikan akan kalah dan tersingkir. Jika politik uang terus terjadi, dapat dipastikan bahwa dunia politik akan menjadi semakin rusak. Demokrasi prosedural hanya akan menjadi lahan bagi kaum medioker, yaitu mereka yang tidak memiliki prestasi memadai, untuk meraih kekuasaan. Bahkan sangat mungkin demokrasi prosedural akan dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki hasrat tak terbendung dan kerakusan untuk menguasai harta kekayaan negara. Karena itulah, politik uang harus dianggap sebagai kejahatan besar dalam politik yang harus dilawan dan dienyahkan secara bersama-sama. Selain mengenai politik uang, dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532, terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594 serta terdapat korelasi yang signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang searah dan kuat bahwa jika tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih, dorongan pihak lain/luar, dan motivasi mencapai tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pemilih melalui sosialisasi atau kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu perlu ditumbuhkan kesadaran di kalangan pemilih akan hak dan kewajibannya serta mengupayakan suasana yang nyaman sebelum dan saat pelaksanaan pemilu sehingga partisipasi pemilih akan dapat ditingkatkan.
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Dilihat dari sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 27% dibanding perempuan yang hanya 23,3%. Responden usia 26-33 tahun paling banyak menganggap politik uang itu sesuatu yang wajar yaitu sebesar 28,8%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 16,7%. Responden dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak mengatakan politik uang itu wajar yaitu sebanyak 42,9% sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar yaitu tingkat pendidikan sarjana sebesar 19,5%. Responden yang bekerja sebagai buruh/tani paling banyak mengatakan politik uang itu wajar dengan prosentase sebesar 30,6%, sedangkan yang paling sedikit mengatakan wajar adalah PNS sebesar 17,6%. Responden yang tinggal di pedesaan lebih banyak mengatakan wajar mengenai politik uang yaitu sebanyak 26,5% dibanding yang tinggal di perkotaan yang hanya 18,8%. Responden yang memiliki tingkat penghasilan < 1 juta rupiah per bulan paling banyak yang menganggap politik uang itu wajar yaitu sebanyak 30,2%, sedangkan responden yang memiliki penghasilan > 3 juta per bulan paling sedikit yang mengatakan politik uang itu wajar yaitu hanya 9,4%. 2. Dilihat dari perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu ditemukan bahwa responden laki-laki lebih banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 19,6% dibanding perempuan yang hanya 15,1%. Responden usia ≤ 25 tahun cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,3%, sedangkan yang paling sedikit menerima pemberian uang atau hadiah adalah usia ≥ 56 tahun yaitu sebesar 13,3 %. Responden dengan tingkat pendidikan SMP dan Diploma paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 21,4% sedangkan yang
paling sedikit adalah SD sebesar 9,1%. Responden yang bekerja sebagai karyawan paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 24,8%, sedangkan yang paling sedikit menerima uang atau hadiah adalah wirausahawan sebesar 11,3%. Responden yang berada di pedesaan cenderung lebih menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 18,2% dibanding responden yang tinggal di perkotaan. Responden yang memiliki penghasilan 1-2 juta paling banyak menerima pemberian uang atau hadiah yaitu sebanyak 22,6%, sedangkan bagi responden yang berpenghasilan > 3 juta rupiah tidak ada yang menunjukkan menerima pemberian uang atau hadiah. 3. Ada hubungan yang signifikan tingkat penghasilan dengan sikap pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan sikap pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. 4. Jenis pekerjaan dan tingkat penghasilan ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang. Sedangkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan tempat tinggal tidak ada hubungan yang signifikan dengan perilaku pemilih mengenai politik uang dalam pemilu. 5. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel tingkat pengetahuan dan pemahaman pemilih dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,532. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika pengetahuan dan pemahaman pemilih tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. 6. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel dorongan pihak lain/luar dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,594. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sedang dan searah. Artinya jika dorongan pihak lain/luar tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi. 7. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel motivasi pencapaian tujuan
dengan partisipasi pemilih dalam pemilu sebesar 0,617. Angka ini menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan searah. Artinya jika motivasi
pencapaian tujuan tinggi maka partisipasi pemilih dalam pemilu juga semakin tinggi.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dapat disarankan kepada pihak-pihak yang terkait bahwa: 1. Untuk meminimalisir terjadinya politik uang dalam pemilu dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor demografi dan sosial. Walaupun faktor demografi dan sosial merupakan kondisi “given” namun upaya-upaya untuk meminimalisir terjadinya politik uang harus tetap dilakukan misalnya dengan lebih mensosialisasikan Undang-Undang yang terkait dengan Pemilu sehingga warga negara lebih menyadari akan hak dan kewajibannya serta menyadari bahwa ada sanksi yang bisa diterima jika terbukti melakukan dan menerima politik uang. 2. Dalam kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam pemilu, diperlukan pemahaman dan pengetahuan warga negara yang cukup baik khususnya pemilih pada pemilu serta menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pemilu. Selain itu warga negara atau pemilih perlu diberi motivasi untuk berpartisipasi dalam pemilu dengan berbagai cara. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor lain yang terkait dengan politik uang dalam pemilu maupun partisipasi masyarakat dalam pemilu.
C. Rekomendasi Dari pembahasan diatas mengenai partisipasi politik yang ada didalam masyarakat dalam pemilu maka dapat dilihat bahwa partisipasi politik masyarakat sangatlah penting guna keberlangsungan demokrasi di negara ini. Karenanya para stake holders harus terus berupaya memberikan sebuah pencerahan bagi masyarakat umum bagaimana partisipasi tersebut, sehingga tidak sampai salah digunakan dalam pemilihan umum.
Dalam kaitannya dengan politik uang yang memberikan gambaran buruk bagi demokrasi di Indonesia harus kita hindari. Jangan sampai pemilu yang DEMOKRASI berubah menjadi “DEMOCRAZY”. Dan juga bagi masyarakat umum sepatutnyalah untuk lebih cerdas dalam menanggapi semua iming-iming dan janji-janji yang diberikan oleh para calon atau team suksesnya serta lebih selektif dalam memilih apa yang sesuai dengan hati nurani. Untuk melawan praktik uang, diperlukan para politikus sejati yang benarbenar memahami bahwa pengertian politik adalah seni menata negara dan tujuannya adalah menciptakan kebaikan bersama agar rakyat lebih sejahtera. Politik memerlukan orang-orang baik, memiliki keunggulan komparatif dalam artian memiliki kompetensi, dan sekaligus juga memiliki keunggulan kompetitif. Sebab, kebaikan dalam politik perlu diperjuangkan sampai ia tertransformasi ke dalam kebijakan-kebijakan politik negara.
DAFTAR PUSTAKA
Etaholic.2014. Money Politic dalam Praktek Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia.http://opinion-publika.blogspot.com/2013/04/money-politicdalam-praktek.html) diunduh pada hari jumat 17 Juli 2015 pukul 19.00 Wita. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Tabanan. Diunduh pada hari kamis, 16 Juli 2015 pukul 18.00 wita https://organikkpubali.wordpress.com/2013/11/03/kpu-bali-tetapkan-perbaikandpt-pemilu-tahun-2014/. Diunduh pada hari kamis, 16 Juli 2015 pukul 19.00 wita Ramlan Surbakti. 2007. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Samsubar Saleh. 1996. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin Usia Pendidikan Pekerjaan TempatTinggal Pen ghasilan Persepsi Tingkahlaku /STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN SUM /PIECHART PERCENT /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies Notes Output Created
14-Jul-2015 09:03:26
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin Usia Pendidikan Pekerjaan TempatTinggal Penghasilan Persepsi Tingkahlaku /STATISTICS=STDDEV VARIANCE MINIMUM MAXIMUM MEAN MEDIAN SUM /PIECHART PERCENT /ORDER=ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00:00:06.474
Elapsed Time
00:00:06.521
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Statistics Jenis Kelamin N
Valid
Usia
Pendidi
Pekerja
Tempat
Pengha
Perse
Tingkah
Kan
an
Tinggal
silan
Psi
laku
350
350
350
350
350
350
350
350
0
0
0
0
0
0
0
0
Mean
1.4171
3.1114
3.2800
2.7029
1.8629
2.2229
1.7457
1.8229
Median
1.0000
3.0000
3.0000
3.0000
2.0000
2.0000
2.0000
2.0000
Std. Deviation
.49379 1.15137
1.18317
1.17165
.34449
1.01368
.43608
.38234
Missing
Variance
.244
1.326
1.400
1.373
.119
1.028
.190
.146
Minimum
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
Maximum
2.00
5.00
5.00
4.00
2.00
4.00
2.00
2.00
496.00 1089.00
1148.00
946.00
652.00
778.00
611.00
638.00
Sum
Frequency Table JenisKelamin Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
204
58.3
58.3
58.3
Perempuan
146
41.7
41.7
100.0
Total
350
100.0
100.0
Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<25 thn
37
10.6
10.6
10.6
26-35 thn
73
20.9
20.9
31.4
36-45 thn
84
24.0
24.0
55.4
46-55 thn
126
36.0
36.0
91.4
> 56 thn
30
8.6
8.6
100.0
350
100.0
100.0
Total
Pendidikan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
SD
33
9.4
9.4
9.4
SMP
28
8.0
8.0
17.4
SLTA
179
51.1
51.1
68.6
Diploma
28
8.0
8.0
76.6
Sarjana
82
23.4
23.4
100.0
350
100.0
100.0
Total
Pekerjaan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
PNS
74
21.1
21.1
21.1
Buruh/tani
85
24.3
24.3
45.4
Wirausahawan
62
17.7
17.7
63.1
Karyawan
129
36.9
36.9
100.0
Total
350
100.0
100.0
TempatTinggal Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Perkotaan
48
13.7
13.7
13.7
Pedesaan
302
86.3
86.3
100.0
Total
350
100.0
100.0
Penghasilan Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
<1 jt
96
27.4
27.4
27.4
1-2 jt
133
38.0
38.0
65.4
2-3 jt
68
19.4
19.4
84.9
> 3 jt
53
15.1
15.1
100.0
Total
350
100.0
100.0
Persepsi Cumulative Frequency Valid
Wajar
Percent
Valid Percent
Percent
89
25.4
25.4
25.4
Tidak Wajar
261
74.6
74.6
100.0
Total
350
100.0
100.0
Tingkahlaku Cumulative Frequency Valid
Menerima
Percent
Valid Percent
Percent
62
17.7
17.7
17.7
Menolak
288
82.3
82.3
100.0
Total
350
100.0
100.0
Your trial period for SPSS for Windows will expire in 14 days. GET FILE='D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav'. DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. CROSSTABS /TABLES=JenisKelamin BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 13:11:39
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=JenisKelamin BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.125
Elapsed Time
00:00:00.078
Dimensions Requested Cells Available
2 174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N JenisKelamin * Persepsi
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 350
100.0%
JenisKelamin * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar JenisKelamin
Laki-laki
Count
149
204
51.9
152.1
204.0
% within JenisKelamin
27.0%
73.0%
100.0%
% within Persepsi
61.8%
57.1%
58.3%
% of Total
15.7%
42.6%
58.3%
34
112
146
37.1
108.9
146.0
% within JenisKelamin
23.3%
76.7%
100.0%
% within Persepsi
38.2%
42.9%
41.7%
9.7%
32.0%
41.7%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
Count Expected Count
% of Total Total
Total
55
Expected Count
Perempuan
Tidak Wajar
Count Expected Count % within JenisKelamin % within Persepsi % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.437
.427
1
.513
.609
1
.435
.605 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.458 .604
1
.437
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 37,13. b. Computed only for a 2x2 table
.257
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 13:33:46
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=JenisKelamin BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav Case Processing Summary Cases Valid N JenisKelamin * Tingkahlaku
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 350
100.0%
JenisKelamin * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima JenisKelamin
Laki-laki
Count
164
204
36.1
167.9
204.0
% within JenisKelamin
19.6%
80.4%
100.0%
% within Tingkahlaku
64.5%
56.9%
58.3%
% of Total
11.4%
46.9%
58.3%
22
124
146
25.9
120.1
146.0
% within JenisKelamin
15.1%
84.9%
100.0%
% within Tingkahlaku
35.5%
43.1%
41.7%
6.3%
35.4%
41.7%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
% within JenisKelamin
17.7%
82.3%
100.0%
% within Tingkahlaku
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
Count Expected Count
% of Total Total
Total
40
Expected Count
Perempuan
Menolak
Count Expected Count
% of Total Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.273
.912
1
.340
1.219
1
.269
1.203 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.321 1.200
1
.273
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25,86. b. Computed only for a 2x2 table
.170
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 14:32:21
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Usia BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.063
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Persepsi
Missing Percent
350
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 350
100.0%
Usia * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar Usia
<25 thn
Count
28
37
9.4
27.6
37.0
% within Usia
24.3%
75.7%
100.0%
% within Persepsi
10.1%
10.7%
10.6%
2.6%
8.0%
10.6%
21
52
73
18.6
54.4
73.0
% within Usia
28.8%
71.2%
100.0%
% within Persepsi
23.6%
19.9%
20.9%
6.0%
14.9%
20.9%
24
60
84
21.4
62.6
84.0
% within Usia
28.6%
71.4%
100.0%
% within Persepsi
27.0%
23.0%
24.0%
6.9%
17.1%
24.0%
30
96
126
32.0
94.0
126.0
% within Usia
23.8%
76.2%
100.0%
% within Persepsi
33.7%
36.8%
36.0%
8.6%
27.4%
36.0%
5
25
30
7.6
22.4
30.0
% of Total Count Expected Count
% of Total 36-45 thn
Count Expected Count
% of Total 46-55 thn
Count Expected Count
% of Total > 56 thn
Total
9
Expected Count
26-35 thn
Tidak Wajar
Count Expected Count
% within Usia
Total
16.7%
83.3%
100.0%
% within Persepsi
5.6%
9.6%
8.6%
% of Total
1.4%
7.1%
8.6%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
Count Expected Count % within Usia % within Persepsi % of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
4
.685
2.375
4
.667
Linear-by-Linear Association
.904
1
.342
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
2.279
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,63.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 14:51:53
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Usia BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.063
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Usia * Tingkahlaku
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 350
Usia * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima Usia
<25 thn
Count
28
37
6.6
30.4
37.0
% within Usia
24.3%
75.7%
100.0%
% within Tingkahlaku
14.5%
9.7%
10.6%
2.6%
8.0%
10.6%
13
60
73
12.9
60.1
73.0
% within Usia
17.8%
82.2%
100.0%
% within Tingkahlaku
21.0%
20.8%
20.9%
3.7%
17.1%
20.9%
19
65
84
14.9
69.1
84.0
% within Usia
22.6%
77.4%
100.0%
% within Tingkahlaku
30.6%
22.6%
24.0%
5.4%
18.6%
24.0%
17
109
126
22.3
103.7
126.0
% within Usia
13.5%
86.5%
100.0%
% within Tingkahlaku
27.4%
37.8%
36.0%
4.9%
31.1%
36.0%
4
26
30
5.3
24.7
30.0
% of Total Count Expected Count
% of Total 36-45 thn
Count Expected Count
% of Total 46-55 thn
Count Expected Count
% of Total > 56 thn
Total
9
Expected Count
26-35 thn
Menolak
Count Expected Count
100.0%
% within Usia
Total
13.3%
86.7%
100.0%
% within Tingkahlaku
6.5%
9.0%
8.6%
% of Total
1.1%
7.4%
8.6%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
17.7%
82.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
Count Expected Count % within Usia % within Tingkahlaku % of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
4
.351
Likelihood Ratio
4.393
4
.355
Linear-by-Linear Association
2.464
1
.116
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
4.432
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,31.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 15:09:07
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Pendidikan BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.031
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Pendidikan * Persepsi
Missing Percent
350
N
Total
Percent
100.0%
0
N
.0%
Percent 350
100.0%
Pendidikan * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar Pendidikan
SD
10
23
33
Expected Count
8.4
24.6
33.0
% within Pendidikan
30.3%
69.7%
100.0%
% within Persepsi
11.2%
8.8%
9.4%
2.9%
6.6%
9.4%
Count
12
16
28
Expected Count
7.1
20.9
28.0
% within Pendidikan
42.9%
57.1%
100.0%
% within Persepsi
13.5%
6.1%
8.0%
3.4%
4.6%
8.0%
45
134
179
45.5
133.5
179.0
% within Pendidikan
25.1%
74.9%
100.0%
% within Persepsi
50.6%
51.3%
51.1%
% of Total
12.9%
38.3%
51.1%
6
22
28
7.1
20.9
28.0
21.4%
78.6%
100.0%
% within Persepsi
6.7%
8.4%
8.0%
% of Total
1.7%
6.3%
8.0%
16
66
82
20.9
61.1
82.0
% of Total SLTA
Count Expected Count
Diploma
Count Expected Count % within Pendidikan
Sarjana
Total
Count
% of Total SMP
Tidak Wajar
Count Expected Count
% within Pendidikan
19.5%
80.5%
100.0%
% within Persepsi
18.0%
25.3%
23.4%
4.6%
18.9%
23.4%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
% of Total Total
Count Expected Count % within Pendidikan % within Persepsi % of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
4
.155
Likelihood Ratio
6.264
4
.180
Linear-by-Linear Association
3.853
1
.050
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
6.657
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,12.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 15:27:23
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Pendidikan BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Pendidikan * Tingkahlaku
Missing Percent
350
N
Total
Percent
100.0%
0
N
Percent
.0%
350
Pendidikan * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima Pendidikan
SD
Count
30
33
5.8
27.2
33.0
% within Pendidikan
9.1%
90.9%
100.0%
% within Tingkahlaku
4.8%
10.4%
9.4%
.9%
8.6%
9.4%
6
22
28
5.0
23.0
28.0
% within Pendidikan
21.4%
78.6%
100.0%
% within Tingkahlaku
9.7%
7.6%
8.0%
% of Total
1.7%
6.3%
8.0%
33
146
179
31.7
147.3
179.0
% within Pendidikan
18.4%
81.6%
100.0%
% within Tingkahlaku
53.2%
50.7%
51.1%
9.4%
41.7%
51.1%
6
22
28
5.0
23.0
28.0
% within Pendidikan
21.4%
78.6%
100.0%
% within Tingkahlaku
9.7%
7.6%
8.0%
% of Total
1.7%
6.3%
8.0%
14
68
82
14.5
67.5
82.0
17.1%
82.9%
100.0%
% of Total Count Expected Count
SLTA
Count Expected Count
% of Total Diploma
Count Expected Count
Sarjana
Total
3
Expected Count
SMP
Menolak
Count Expected Count % within Pendidikan
100.0%
% within Tingkahlaku
22.6%
23.6%
23.4%
4.0%
19.4%
23.4%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
% within Pendidikan
17.7%
82.3%
100.0%
% within Tingkahlaku
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
% of Total Total
Count Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
4
.681
2.568
4
.633
Linear-by-Linear Association
.301
1
.583
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
2.301
a. 2 cells (20,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,96.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 15:55:38
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Pekerjaan BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Pekerjaan * Persepsi
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 350
100.0%
Pekerjaan * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar Pekerjaan
PNS
Count
61
74
18.8
55.2
74.0
% within Pekerjaan
17.6%
82.4%
100.0%
% within Persepsi
14.6%
23.4%
21.1%
3.7%
17.4%
21.1%
26
59
85
21.6
63.4
85.0
% within Pekerjaan
30.6%
69.4%
100.0%
% within Persepsi
29.2%
22.6%
24.3%
7.4%
16.9%
24.3%
16
46
62
15.8
46.2
62.0
% within Pekerjaan
25.8%
74.2%
100.0%
% within Persepsi
18.0%
17.6%
17.7%
4.6%
13.1%
17.7%
34
95
129
32.8
96.2
129.0
% within Pekerjaan
26.4%
73.6%
100.0%
% within Persepsi
38.2%
36.4%
36.9%
9.7%
27.1%
36.9%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
% of Total Count Expected Count
% of Total Wirausahawan
Count Expected Count
% of Total Karyawan
Count Expected Count
% of Total Total
Total
13
Expected Count
Buruh/tani
Tidak Wajar
Count Expected Count
% within Pekerjaan % within Persepsi % of Total
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.300
3.820
3
.282
Linear-by-Linear Association
.783
1
.376
N of Valid Cases
350
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio
3.668
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,77.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 16:18:36
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Pekerjaan BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.468
Elapsed Time
00:00:00.250
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Case Processing Summary Cases Valid N
Missing Percent
N
Percent
Total N
Percent
Case Processing Summary Cases Valid N Pekerjaan * Tingkahlaku
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
N
.0%
Percent 350
100.0%
Pekerjaan * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima Pekerjaan
PNS
Count
65
74
13.1
60.9
74.0
% within Pekerjaan
12.2%
87.8%
100.0%
% within Tingkahlaku
14.5%
22.6%
21.1%
2.6%
18.6%
21.1%
14
71
85
15.1
69.9
85.0
% within Pekerjaan
16.5%
83.5%
100.0%
% within Tingkahlaku
22.6%
24.7%
24.3%
4.0%
20.3%
24.3%
7
55
62
11.0
51.0
62.0
% within Pekerjaan
11.3%
88.7%
100.0%
% within Tingkahlaku
11.3%
19.1%
17.7%
2.0%
15.7%
17.7%
32
97
129
22.9
106.1
129.0
% within Pekerjaan
24.8%
75.2%
100.0%
% within Tingkahlaku
51.6%
33.7%
36.9%
9.1%
27.7%
36.9%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
% of Total Count Expected Count
% of Total Wirausahawan
Count Expected Count
% of Total Karyawan
Count Expected Count
% of Total Total
Total
9
Expected Count
Buruh/tani
Menolak
Count Expected Count
% within Pekerjaan % within Tingkahlaku % of Total
17.7%
82.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
a
3
.049
Likelihood Ratio
7.840
3
.049
Linear-by-Linear Association
4.846
1
.028
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
7.862
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,98.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 16:35:08
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=TempatTinggal BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.125
Elapsed Time
00:00:00.078
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav Case Processing Summary Cases Valid N TempatTinggal * Persepsi
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 350
100.0%
TempatTinggal * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar TempatTinggal
Perkotaan
Count
39
48
12.2
35.8
48.0
% within TempatTinggal
18.8%
81.2%
100.0%
% within Persepsi
10.1%
14.9%
13.7%
2.6%
11.1%
13.7%
80
222
302
76.8
225.2
302.0
% within TempatTinggal
26.5%
73.5%
100.0%
% within Persepsi
89.9%
85.1%
86.3%
% of Total
22.9%
63.4%
86.3%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
% of Total Count Expected Count
Total
Total
9
Expected Count
Pedesaan
Tidak Wajar
Count Expected Count % within TempatTinggal % within Persepsi % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.253
.932
1
.334
1.384
1
.239
1.309 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.289 1.305
1
.253
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,21. b. Computed only for a 2x2 table
.167
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 16:42:32
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=TempatTinggal BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav Case Processing Summary Cases Valid N TempatTinggal * Tingkahlaku
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 350
100.0%
TempatTinggal * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima TempatTinggal
Perkotaan
Count
41
48
8.5
39.5
48.0
% within TempatTinggal
14.6%
85.4%
100.0%
% within Tingkahlaku
11.3%
14.2%
13.7%
2.0%
11.7%
13.7%
55
247
302
53.5
248.5
302.0
% within TempatTinggal
18.2%
81.8%
100.0%
% within Tingkahlaku
88.7%
85.8%
86.3%
% of Total
15.7%
70.6%
86.3%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
17.7%
82.3%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
% of Total Count Expected Count
Total
Total
7
Expected Count
Pedesaan
Menolak
Count Expected Count % within TempatTinggal % within Tingkahlaku % of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.541
.167
1
.683
.390
1
.532
.374 b
df
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
b
.685 .373
1
.541
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50. b. Computed only for a 2x2 table
.352
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 16:51:42
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Penghasilan BY Persepsi /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.031
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav Case Processing Summary Cases Valid N Penghasilan * Persepsi
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 350
100.0%
Penghasilan * Persepsi Crosstabulation Persepsi Wajar Penghasilan
<1 jt
Count
67
96
24.4
71.6
96.0
% within Penghasilan
30.2%
69.8%
100.0%
% within Persepsi
32.6%
25.7%
27.4%
8.3%
19.1%
27.4%
37
96
133
33.8
99.2
133.0
% within Penghasilan
27.8%
72.2%
100.0%
% within Persepsi
41.6%
36.8%
38.0%
% of Total
10.6%
27.4%
38.0%
18
50
68
17.3
50.7
68.0
% within Penghasilan
26.5%
73.5%
100.0%
% within Persepsi
20.2%
19.2%
19.4%
5.1%
14.3%
19.4%
5
48
53
13.5
39.5
53.0
% within Penghasilan
9.4%
90.6%
100.0%
% within Persepsi
5.6%
18.4%
15.1%
% of Total
1.4%
13.7%
15.1%
89
261
350
89.0
261.0
350.0
25.4%
74.6%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
25.4%
74.6%
100.0%
% of Total Count Expected Count
2-3 jt
Count Expected Count
% of Total > 3 jt
Count Expected Count
Total
Total
29
Expected Count
1-2 jt
Tidak Wajar
Count Expected Count % within Penghasilan % within Persepsi % of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
8.747
a
3
.033
Likelihood Ratio
10.285
3
.016
6.365
1
.012
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13,48.
Crosstabs Notes Output Created
14-Jul-2015 17:03:59
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on all the cases with valid data in the specified range(s) for all variables in each table.
Syntax
CROSSTABS /TABLES=Penghasilan BY Tingkahlaku /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time
00:00:00.062
Elapsed Time
00:00:00.032
Dimensions Requested
2
Cells Available
174762
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Crostabs.sav Case Processing Summary Cases Valid N Penghasilan * Tingkahlaku
Missing Percent
350
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 350
100.0%
Penghasilan * Tingkahlaku Crosstabulation Tingkahlaku Menerima Penghasilan
<1 jt
Count
78
96
17.0
79.0
96.0
% within Penghasilan
18.8%
81.2%
100.0%
% within Tingkahlaku
29.0%
27.1%
27.4%
5.1%
22.3%
27.4%
30
103
133
23.6
109.4
133.0
% within Penghasilan
22.6%
77.4%
100.0%
% within Tingkahlaku
48.4%
35.8%
38.0%
8.6%
29.4%
38.0%
14
54
68
12.0
56.0
68.0
% within Penghasilan
20.6%
79.4%
100.0%
% within Tingkahlaku
22.6%
18.8%
19.4%
4.0%
15.4%
19.4%
0
53
53
9.4
43.6
53.0
% within Penghasilan
.0%
100.0%
100.0%
% within Tingkahlaku
.0%
18.4%
15.1%
% of Total
.0%
15.1%
15.1%
62
288
350
62.0
288.0
350.0
% within Penghasilan
17.7%
82.3%
100.0%
% within Tingkahlaku
100.0%
100.0%
100.0%
17.7%
82.3%
100.0%
% of Total Count Expected Count
% of Total 2-3 jt
Count Expected Count
% of Total > 3 jt
Count Expected Count
Total
Total
18
Expected Count
1-2 jt
Menolak
Count Expected Count
% of Total
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
df
sided)
a
3
.003
23.112
3
.000
6.056
1
.014
14.005
350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,39.
Nonparametric Correlations Notes Output Created
14-Jul-2015 20:30:10
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Pengetahuan.sav
Active Dataset
DataSet3
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
NONPAR CORR /VARIABLES=Pengetahuan Partisipasi /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.016
Elapsed Time
00:00:00.015
Number of Cases Allowed
174762 cases
a. Based on availability of workspace memory
[DataSet3] D:\PENELITIAN KPU\Data Pengetahuan.sav Correlations Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.532
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.532
a
Correlations Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.532
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.532
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Notes Output Created
14-Jul-2015 20:27:02
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Motivasi.sav
Active Dataset
DataSet2
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
NONPAR CORR /VARIABLES=Motivasi Partisipasi /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.047
Elapsed Time
00:00:00.031
Number of Cases Allowed a. Based on availability of workspace memory
174762 cases
a
[DataSet2] D:\PENELITIAN KPU\Data Motivasi.sav Correlations Motivasi Spearman's rho
Motivasi
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.594
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
.594
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Nonparametric Correlations Notes Output Created
14-Jul-2015 20:23:32
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
NONPAR CORR /VARIABLES=Dorongan Partisipasi /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.015
Elapsed Time
00:00:00.015
Number of Cases Allowed
174762 cases
a
Notes Output Created
14-Jul-2015 20:23:32
Comments Input
Data
D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
350
File Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
NONPAR CORR /VARIABLES=Dorongan Partisipasi /PRINT=SPEARMAN TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00:00:00.015
Elapsed Time
00:00:00.015
Number of Cases Allowed
174762 cases
a. Based on availability of workspace memory
[DataSet1] D:\PENELITIAN KPU\Data Dorongan.sav Correlations Dorongan Spearman's rho
Dorongan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.617
**
.
.000
350
350
**
1.000
Sig. (2-tailed)
.000
.
N
350
350
N Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.617
a
DATA SIKAP DAN PERILAKU PEMILIH Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Jenis kelamin 1 2 Lk PR v v V V V V V V V V v v v v v v v v v v v v v v v v v v
1 < 25
Usia/Tahun 2 3 26-35 36-45 v
4 46-55
5 > 56
1 SD v
v V
2 SMP
Pendidikan 3 4 SLTA Diploma
5 Sarjana
v V
V V
V v V
V V
V
V
v
V
V V v
V v v
v
v
v
v
v v
v
v v
v v v v
v v v v
v v v v
v v
v
v v v v v
v v v v
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
v v
v v v
v v
v
v v
v v v v v v
v v v v
v
v v v
v v v
v v v
v v v
v v v
v v
v v v v
v v
v v
v v v
v v v v
v v v v
v v v
v v
v
v
v v
v v v v
v v v v v
v v
v v v v
v v
v v v
v
v
v v v v
v
v
v v
v v
v
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
v
v v v
v v v
v v v
v
v
v
v v
v
v v
v v
v v v v
v v v
v v v v v
v v
v
v v v v
v v
v
v v
v
v
v v
v v
v
v v
v v v
v v v v
v v v v v v v v v
v v v
v v v v
v v v v v
v v v v v
v v v
v
v v v
v
v v v
v v
95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
v v
v
v v
v v v
v v v
v v v
v v
v v
v v
v v
v
v
v
v v
v v
v v v
v v
v
v
v
v v
v
v
v
v
v v v
v
v v
v
v
v
v v v
v v
v v
v v v
v
v v v v v
v v
v v
v v
v
v
v v v
v v
v v
v v
v v
v v v
v v v
v v v v v v
128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
v
v v
v
v v
v
v v
v
v v v
v
v v
v v v v
v
v
v v v v v
v v v
v
v v
v v v
v v v v v
v v v
v
v v v
v
v v v
v v v v
v v
v v
v
v v
v v
v v v v v v v
v
v v
v v v v
v v v v
v v v v v
v
v
v
v
v
v v v
v v
v
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
v v v
v
v
v
v v
v v
v v
v
v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v
v v
v v v v
v
v
v
v
v v
v v v
v v
v v
v v
v v v v v
v
v v
v v v
v v
v v
v v
v v
v
v
v v v
v v
v v v v v
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226
v
v
v
v v
v v v
v v
v v v
v v
v
v v
v v
v
v
v v
v v v
v v
v
v v
v v
v v
v
v v
v
v v
v v v v
v v v v v
v v
v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v
v v v v v
v
v
v v
v v v v
v
v v v
227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259
v
v
v
v v
v v v v v
v v
v
v v v v
v v
v v
v
v v v
v v v
v v v v
v v v v v v v v v
v v
v
v v
v
v v v
v v v v
v
v
v
v v v
v v
v v v
v v
v
v
v
v v v v
v v v v v
v v
v v v v v
v v v v v
v
v v v v
v v v
260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292
v
v v
v
v v
v
v
v
v v
v
v v
v v v v
v v v
v v
v
v v
v
v
v v
v
v v
v
v
v v v v
v
v
v v v
v v v
v v v v v
v
v v
v v
v
v v
v v
v v
v v v
v v v
v
v v v
v v v v v v
v v v
v v v
v v v v v
v v v v
v
v
v v
293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325
v v v v
v v
v v v v v v v
v v v v
v v
v
v v
v
v
v v
v v v
v
v
v v
v v
v v
v v v
v
v v
v v
v v
v v
v v v
v v v v v
v v v v
v v
v
v v v v v v
v
v v v v
v v v v v v
v v v v v v v v v
v
v v v v
v
v v
v
326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350
v
v
v v v v
v v v v
v v v
v v
v
v v
v
v v
v v
v v v
v v
v
v
v v
v v
v v v v v v v v
v v v v
v v v v v v
v v
v
v
v
v v
v v
v V V V
v
v
v
v V V
V V V
V
Res
Pekerjaan 1 PNS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
2 Buruh/Tani v v V V V
V V V
v v v v v v v v v v v
Tempat Tinggal 3 4 1 2 Wirausaha Karyawan Kota Desa V v V V V V V V V V V V v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
1 < 1jt v v V V V
Penghasilan 2 3 1-2 jt 2-3 jt
Sikap 4 > 3 jt
1 Wajar v
Perilaku
2 tdk wajar v V
V V V V V V
V V V V V
V v
v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v
v
1 menerima
2 menolak v v V V V V V V V V v v v v v v v v v v v v v v v v v v
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
v
v v v v v v v v
v v v v v v v v
v
v v v v
v
v v v
v v v v
v v v v v
v v v
v v v v v v v
v v v v v v
v v
v
v v
v v v
v v v
v v v v
v v v v
v v
v v
v v v
v v v v v v
v v
v v v
v v v
v
v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v
v v v v v v v
v
v v
v v v
v
v
v v v v v v v v v v v
v v v
v v v
v v v v v
v v v v
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v
v v v v v
v v v v
v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v
v v
v v v v v v v
v
v
v
v
v v
v v v
v v v
v
v v v v v
v v v v v v v v v
v
v v
v v
v v
v v v v v v v v v v v
95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127
v
v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v
v v
v v v v v
v v v v
v v v
v
v v v v
v
v v v
v v v v
v v
v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v
v
v v
v v v v v v v v v
v v
v v
v v v
v v v v
v
v v v
v
v
v v
v
v v v v v v
v v
v v
v v
v v v v v v v v
v
v
v
v v v v v v v v
v v v
v v v
128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160
v
v v v
v v v v v v v v v
v v v v
v v v v v
v v v v v v
v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v
v v v v
v v
v v v v v v v v v v v v v v
v v v v
v v v v
v
v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v
v
v v
v v v
v v v v
v v v v
v v v
v
v
v v v v v v v
v v v v v
v v
v v v v v v v
v v v v v v v v v
161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193
v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v
v
v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v
v v v v v v v v
v v
v
v
v v v v v v v v
v v v
v v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v
v
v
v v
v
v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v
v
v
v
v v v
v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v
194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226
v
v v
v v v
v v
v v v v v
v v v
v v v
v v v
v
v v v
v v
v v v v v
v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v
v v v v v v v v v
v v v v
v v v v v
v
v v v v v
v v v v v
v v v
v
v
v
v v
v
v v v v
v v v v v v
v
v
v v
v
v
v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259
v
v v v v v
v v v v v
v
v v v v
v
v v v
v v v
v v v v v v
v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v
v v
v
v
v v v
v v v v
v
v v
v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v
v v
v v
v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v
v
v v v
v v v v v v v v v v
v v v
v v v
260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292
v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v v
v v
v v v v v v v
v
v v v v
v v v v v v v v v v v v v v
v v v v
v
v
v v v
v
v v v v v v v v
v v v v v v v v v v
v v
v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v
v
v v v v v v v
v v v v v v v v v v
293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325
v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
v
v
v
v v
v v v
v v v
v
v v
v
v v v
v v v v
v v v v v v
v v v v
v v
v v
v v
v v v v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v
v v v v v v v v v v
v
v
v
v v v v v
v v v v v v v v
v
v v
v
v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350
v v v v v v v v v
v v v v v
v v
v v v v v v
v v v v v v v v V V V
v
v v v
v v v v v v
v v
v v v
v v v v v v v v v
v v v v v v v
V V V
v v
v v
v v v v v v v
v v v
v v v v v v
v
v v v v
v v v
v
v v v v v
v
v v
v
v v V
V V
V V
v v v v v v v v v V V
V
V
1
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN TENTANG PARTISIPASI DALAM PEMILU
Petunjuk Pengisian: a. Isilah identitas saudara dan jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara memberi tanda √ pada kolom yang disediakan. b. Saudara dimohon menjawab dengan jujur dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. c. Jawaban saudara semata-mata hanya untuk kepentingan penelitian dan tidak ada kaitannya dengan masalah hukum atau politik.
1.
Nama
: ...........................................
2.
Jenis Kelamin
:
Laki-Laki
3.
Usia
:
≤ 25 thn
26-35
36-45
46-55
56 thn ≤
4.
Pendidikan
:
SD
SMP
SLTA
Diploma
Sarjana
5.
Pekerjaan
:
PNS
6.
Tempat tinggal
:
Perkotaan
7.
Penghasilan bulan
8.
Sebagai usaha untuk memenangkan pemilu, ada calon anggota DPR atau orang yang membantunya memberikan uang atau hadiah tertentu agar memilih calon tersebut. Apakah ini menurut saudara sebagai kewajaran? Wajar
9.
per
< 1 Jt
(bisa diisi jika berkenan) Perempuan
Buruh/Tani
Wirausahawan
Karyawan
Pedesaan 1 – 2 Jt
2 – 3 Jt
3 Jt <
Tidak Wajar
Sebagai usaha untuk memenangkan pemilu, ada calon anggota DPR atau orang yang membantunya memberikan uang atau hadiah tertentu agar memilih calon tersebut. Apakah saudara menerima atau menolak pemberian uang atau hadiah tersebut? Menerima
Menolak
2
Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang () pada kolom pilihan di sebelah kanan pertanyaan dengan ketentuan pilihan sebagai berikut: SS = sangat setuju S = setuju R = ragu-ragu TS = tidak setuju STS = sangat tidak setuju A. Variabel X1: Tingkat Pengetahuan dan Pemahaman Pemilih No
Pernyataan
1.
Praktek politik uang (money politic) dalam pemilu merupakan pelanggaran pidana pemilu yang dapat mencederai sistem demokrasi Indonesia. Modus yang digunakan dalam praktek politik uang (money politic)adalah pemberian berupa uang, barang, jasa dan penggunaan sumber daya negara. Kemungkinan paling kecil terjadinya praktek politik uang (money politic) adalah persaingan di wilayah yang sempit dengan jumlah kandidat yang banyak. Aktor utama yang dominan melaksanakan praktek politik uang (money politic) adalah para kandidat caleg, tim sukses, dan aparat pemerintah. Pasal 85ayat 1 dan pasal 301 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilu tidak membenarkan adanya praktek politik uang (money politic) dalam pemilu.
2.
3.
4.
5.
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
B. Variabel X2: Dorongan Pihak Lain/Luar No 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan/Pernyataan Lemahnya penegakan hukum terhadap perkara pelanggaran pemilu menjadi faktor penyebab maraknya praktek politik uang (money politic) pada pemilu. Pemberian uang, barang atau janji sesuatu sebagai iming-iming untuk menarik suara masyarakat selama kampanye merupakan hal yang wajar dan dibenarkan menurut peraturan KPU. Pembagian sembako dan pengobatan gratis kepada masyarakat oleh pengurus partai politik dan petugas kampanye dapat mendorong masyarakat memilih kandidat yang diusung oleh partai politik bersangkutan. Pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi kepentingan partai politik dengan konsesi-konsesi ilegal dapat mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Penggunaan wewenang dan fasilitas negara untuk kepentingan partai politik tertentu dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu.
3
C. Variabel X3 : Motivasi Pencapaian Tujuan No 1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan/Pernyataan Demi terlaksananya pemilihan yang jujur dan adil, pemilih rela mengorbankan waktu kerjanya untuk melakukan pencoblosan pada pemilu. Pemilih yang baik akan menggunakan hati nuraninya untuk menjatuhkan pilihannya terhadap kandidat tertentu yang menurutnya baik, walaupun tidak diberi imbalan uang, barang atau janji sesuatu. Masyarakat pemilih umumnya menerima uang meskipun ia tahu praktek politik uang (money politic) sebagai hal dilarang dalam pemilu. Politik uang (money politik) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya. Pemilih yang ada di pedesaan, dimana pendapatannya rendah dan karena ketidaktahuan berpotensi lebih rentan terhadap praktek politik uang (money politic).
SS
S
R
TS
STS
SS
S
R
TS
STS
D. Variabel Y: Partisipasi Pemilih dalam Pemilu No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pertanyaan/Pernyataan Kesadaran masyarakat tentang pentingnya berdemokrasi semakin meningkat dengan diterapkannya praktek politik uang (money politic). Tingkat partisipasi pemilih cenderung meningkat jika masyarakat mengetahui adanya pemberian berupa uang, barang, jasa dan penggunaan sumber daya negara. Persaingan antar pemilih dalam memberikan dukungan kepada kandidat semakin ketat di wilayah yang sempit dengan jumlah kandidat yang banyak Tingkat partisipasi pemilih sangat dipengaruhi oleh adanya pemberian berupa uang, barang atau janji sesuatu dari para kandidat caleg, tim sukses, dan aparat pemerintah. Tingkat partisipasi pemilih akan semakin menurun jika pemilih tahu pelanggaran terhadap larangan penggunaan politik uang (money politic) dikenakan ancaman pidana. Lemahnya penegakan hukum terhadap perkara pelanggaran pemilu menyebabkan semakin meningkatnya partisipasi pemilih dengan membenarkan praktek politik uang (money politic) Pemberian uang, barang atau janji sesuatu sebagai iming-iming untuk menarik suara masyarakat selama kampanye mendorong semangat masyarakat dalam berpartisipasi pada pemilu. Sekalipun pengurus partai politik dan petugas kampanye melakukan pembagian sembako dan pengobatan gratis kepada masyarakat, pemilih tetap memilih berdasarkan hati nuraninya.
4
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Pemberian sumbangan dari konglomerat atau pengusaha bagi kepentingan partai politik dengan konsesi-konsesi ilegal dapat menyebabkan pemilih menjatuhkan pilihannya pada kandidat yang diusung partai bersangkutan Masyarakat pemilih sangat tidak respon pemilu jika ditemukan kandidat dalam masa kampanye menggunakan kekuasan, wewenang dan fasilitas negara. Sekalipun tenaga dan waktu dinilai sangat berharga, bagi pemilih yang taat aturan selalu hadir memberikan suarnya pada saat pencoblosan. Jika tidak ada orang atau pihak tertentu yang memberi imbalan uang barang atau janji sesuatu, pemilih tidak akan menggunakan hak pilihnya pada pemilu. Praktek politik uang (money politic) oleh masyarakat dianggap hal yang wajar, namun pemilih tetap menolak pemberian uang pada pemilu. Politik uang (money politik) berpengaruh signifikan terhadap perilaku pemilih dalam menentukan pilihannya. Pemilih di desa, yang pendapatannya rendah dan tidak tahu atuaran pemilu lebih bersemangat dalam pemilihan jika ada iming-iming uang, barang atau janji sesuatu dari orang lain.