Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3 Halaman 39-51
September 2012
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MELALUI PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-10 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 INCREASING OF STUDENT’S CREATIVE THINKING THROUGH IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING (PBL) AT BIOLOGY SUBJECT LEARNING IN CLASS X-10 SMA NEGERI 3 SURAKARTA IN 2011/2012 Arifah Purnamaningrum1), Sri Dwiastuti2), Riezky Maya Probosari3), Noviawati4) 1)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] 2) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] 3) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] 4) SMA Negeri 3 Surakarta, Email:
[email protected]
ABSTRACT – The aim of this research was to improve creative thinking skill of students in class X-10 SMA Negeri 3 Surakarta year 2011/2012, which consist of 5 aspect, fluency, flexibility, originality, elaboration and evaluation. Classroom Action Research was used in this research, which has four phases, they are planning, acting, observing, and reflecting. Data of the research were collected by using observation sheet, test, questionare, and interview. The data were analyzed by qualitative descriptive method. The validity of data was verified through triangulation technique of data collecting method. The results showed the percentage of every aspect of creative thinking skills based test on a first cycle have not gain thet targets, achievement of Fluency aspect is 69,70%, then 63.64% for Flexibility, 47.73% for Originality, 56.82% for Elaboration, and 49.24% for Evaluation. The results of the second cycle increased, but there are aspects that have not reached the target. Result for each aspect was 79.55% for Fluency, 73.11% for Flexibility, Originality of 54.55%, 60.23% for Elaboration, and Evaluation of 57.58%. All aspects have not fulfill of the target yet, so the action continued to third cycle. The results achieved in the third cycle, Fluency aspects of 85.86%, 78.03% for flexibility, 63.64% for Originality, 60.23% for Elaboration, and Evaluation of 62.12%. All aspects of creative thinking skills already outreach the target, so the action was stopped. The conclusion of this research described that the Problem Based learningn (PBL) improve creative thinking skill in biology subject learning of students at class X-10 SMA Negeri 3 Surakarta year 2011/2012. Key Word : Problem Based Learning Model, Creative Thinking Skill PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses
berpikir,
dan
cara-cara
belajar
bagaimana
belajar.
Proses
membantu siswa untuk memperoleh
pembelajaran
harus
informasi, ide, keterampilan, nilai, cara
memperhatikan keterlibatan siswa.
benar-benar
40 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
Selama
aktivitas
siswa. Hasil observasi diperkuat dengan
pembelajaran di sekolah menengah
pemberian tes kemampuan berpikir
masih menekankan pada perubahan
kreatif
kemampuan
ketercapaian aspek fluency 56,31%,
dasar,
ini
berpikir
belum
pada
tingkat
memaksimalkan
siswa,
aspek
yang
flexibility
menunjukkan
51,89%,
aspek
39,39%,
aspek
kemampuan berpikir tingkat tinggi
originality
siswa. Padahal kemampuan berpikir
elaboration mencapai 43,56% siswa,
tingkat tinggi juga sangat penting bagi
dan aspek evaluation mencapai 43,49%
perkembangan mental dan perubahan
hanya
Penyebab
masih
pola pikir siswa sehingga diharapkan
keterampilan
proses pembelajaran dapat berhasil.
tersebut
Salah satu kemampuan berpikir tingkat
pembelajaran
tinggi yang dapat digunakan untuk
memberdayakan kemampuan berpikir
menyelesaikan
kreatif siswa, oleh sebab itu diperlukan
suatu
permasalahan
adalah keterampilan berpikir kreatif. Hasil menunjukkan
berpikir
rendahnya
antara
kreatif
siswa
lain
adalah
yang
belum
suatu pola pembelajaran yang dapat
observasi
lanjutan
meningkatkan
keterampilan
berpikir
kreatif
siswa.
kemampuan Salah
berpikir
satu
pola
kreatif siswa kelas X-10 SMA Negeri 3
pembelajaran yang dapat diterapkan
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012
adalah Pembelajaran Berbasis Masalah
masih
atau Problem Based Learning (PBL).
rendah
sehingga
perlu
ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengamatan
melalui
lembar
Problem merupakan
Based
Learning
pembelajaran
yang
observasi menggunakan indikator aspek
dilakukan dengan menghadapkan siswa
kemampuan berpikir kreatif yaitu hanya
pada permasalahan yang nyata pada
6,06% siswa yang menampakkan aspek
kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
kemampuan berpikir lancar (fluency),
dapat menyusun pengetahuannya sendiri
sedangkan aspek kemampuan berpikir
dalam
luwes (flexibility), kemampuan berpikir
mengupayakan
orisinil
solusinya, yang mendorong siswa untuk
(originality),
memeperinci
kemampuan
(elaboration)
dan
memecahakan
masalah
berbagai
dan
macam
berpikir kreatif.
kemampuan menila (evaluation) masih
Problem Based Learning dipilih
belum nampak atau 0% dari jumlah
karena dalam pelaksanaannya dapat
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 41
mengakomodasi
siswa
untuk
memberikan
pertimbangan
terhadap
memberdayakan keterampilan berpikir
penyelesaian suatu masalah yang telah
kreatifnya. Siswa didorong
dikemukakan
untuk
atas
dasar
sudut
mengutarakan gagasan yang bervariasi
pandangnya sendiri. Selain itu, Problem
dan memberikan kesempatan siswa
Based
untuk
suatu
secara aktif dalam menemukan masalah
fenomena atau demonstrasi, aktivitas ini
dan mengutarakan alternatif-alternatif
dapat
aspek
pemecahannya. Sehingga siswa tidak
yaitu
merasa jenuh karena dilibatkan secara
menginterpretasikan
mengakomodasi
keterampilan fluency
berpikir
dan
selanjutnya informasi
kreatif
flexibility. siswa
Tahap
melibatkan
siswa
aktif dalam pembelajaran. Tujuan
mengumpulkan
yang
Learning
meningkatkan
penelitian ini adalah keterampilan
berpikir
sesuai
untuk
penjelasan
dan
kreatif siswa meliputi aspek fluency,
dapat
flexibility, originality, elaboration, dan
menambahkan ide-ide orisinilnya dalam
evaluation kelas X-10 SMA Negeri 3
pemecahan masalah, kegiatan ini akan
Surakarta tahun pelajaran 2011/2012
membantu
melalui model pembelajaran Problem
mendapatkan pemecahan
aspek
masalah,
siswa
siswa
mengembangkan
originality.
Siswa
kemudian
merencanakan dan menyiapkan laporan dan
menyajikannya
kepada
siswa
menambahkan memperkaya
lain
dapat
gagasannya
untuk
gagasan
yang
dipresentasikan, mengembangkan memperinci
sudah
sehingga aspek atau
kemampuan elaboration.
Kemampuan untuk menilai atau aspek evaluation akan muncul pada proses Problem Based Learning tahap analisis dan
evaluasi
dengan
dibantu
pemecahan oleh
METODE PENELITIAN Penelitian
teman-
teman yang lain,, pada kegiatan ini diharapkan
Based Learning (PBL).
masalah,
guru,
siswa
ini
merupakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan tiga sumber data penting yang disajikan sebagai
sasaran
pengumpulan penelitian.
penggambilan
data Sumber
serta data
dan
informasi tersebut
meliputi: 1) tempat dan peristiwa
2)
informan 3) dokumen. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data
menggunakan
metode interaktif (lembar observasi,
42 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
wawancara) dan noninteraktif (angket,
meningkatkan
dokumentasi,
kreatif
tes)
(Sutopo,
2002).
kemampuan
biologi.
berpikir
Peningkatan
Validitas data yang digunakan adalah
kemampuan berpikir kreatif biologi
teknik triangulasi. Triangulasi dalam
tersebut meliputi kemampuan berpikir
penelitian ini adalah triangulasi metode
lancar (fluency), kemampuan berpikir
dan triangulasi observer. Artinya dari
luwes (flexibility), keaslian (originality),
data yang sama atau sejenis akan lebih
kemampuan memerinci (elabiration)
mantap
digali
dan kemampuan evaluasi (evaluation)
pengumpulan
siswa dapat dilihat melalui hasil tes
data yang berbeda (Sutopo 2002).
uraian, angket serta wawancara dengan
Sedangkan
guru dan siswa.
kebenarannya
menggunakan
metode
teknis
digunakan
dalam
bila
analisis
yang
penelitian
adalah
deskriptif berdasarkan hasil observasi
1. Aspek Kemampuan Berpikir lancar (fluency)
dan refleksi dari tiap-tiap siklus. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992). Langkah-langkah operasional penelitian yang
digunakan
pengembangan
mengikuti oleh
Mc.
model Taggrat
berupa model spiral meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan,
dan
Pelaksanaannya
tahap
sebanyak
refleksi. 3
siklus.
Penelitian dapat dihentikan apabila ratarata capain indikator yang diukur sudah mencapai target yang ditentukan oleh
Hasil penelitian di kelas X-10
Pelajaran bahwa
3
Surakarta
2011/2012 penerapan
kemampuan berpikir lancar (fluency) dari sebelum dilakukannya tindakan
yaitu 56,31% menjadi 69,70% pada
PEMBAHASAN
Negeri
dapat diketahui peningkatan aspek
pembelajaran dengan penerapan PBL
guru dan peneliti yaitu 60%.
SMA
Gambar 1. Diagram Perubahan Persentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Lancar (Fluency) berdasarkan Hasil Tes pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar.1,
Tahun
menunjukkan PBL
dapat
siklus I. Hasil tes meningkat kembali setelah dilakukan tindakan siklus II yaitu menjadi 79,55%. Tindakan berikutnya mengalami peningkatan sebesar 6,31% menjadi 85,86%.
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 43
Hasil tes menunjukkan peningkatan
menjadi 63,64% pada siklus I. Hasil
paling tinggi terjadi dari prasiklus ke
tes
siklus I, yaitu sebesar 13,38%,
dilakukan tindakan siklus II yaitu
sedangkan
menjadi
peningkatan
paling
meningkat
kembali
73,11%.
setelah
Tindakan
rendah terjadi dari siklus II ke siklus
berikutnya mengalami peningkatan
III yaitu sebesar 6,31%.
sebesar 4,92% menjadi 78,03%.
Hasil
peningkatan
aspek
Hasil tes menunjukkan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif aspek
paling tinggi terjadi dari prasiklus ke
fluency juga dapat dilihat melalui
siklus I, yaitu sebesar 13,38%,
hasil angket. Berdasarkan gambar 1.,
sedangkan
peningkatan
rendah terjadi dari siklus II ke siklus
ketercapaian
aspek
peningkatan
fluency paling tinggi terjadi dari
III yaitu sebesar 6,31%.
siklus II ke siklus III. Sedangkan
Hasil
peningkatan
paling
aspek
peningkatan paling rendah terjadi
kemampuan berpikir kreatif aspek
dari siklus I ke siklus II.
flexibility juga dapat dilihat melalui
2. Kemampuan
berpikir
luwes
(flexibility)
hasil angket. Berdasarkan gambar 2., peningkatan
ketercapaian
aspek
flexibility paling tinggi terjadi dari siklus II ke siklus III. Sedangkan peningkatan paling rendah terjadi dari siklus I ke siklus II. 3. Kemampuan
berpikir
orisinil
(originallity) Gambar 2. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Luwes (Flexibility) berdasarkan Hasil Tes pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar 2., dapat diketahui peningkatan aspek kemampuan
berpikir
(flexibility)
dari
luwes sebelum
dilakukannya tindakan pembelajaran dengan penerapan PBL yaitu 51,89%
Gambar 3. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Kemampuan Berpikir Orisinil (Originality) berdasarkan Hasil Tes
44 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar 3., dapat diketahui peningkatan aspek kemampuan
berpikir
orisinil
(originality)
dari
sebelum
dilakukannya tindakan pembelajaran
Tindakan
Gambar 4. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Kemampuan Memperinci (Elaboration) berdasarkan Hasil Tes pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar 4.,
berikutnya mengalami peningkatan
dapat diketahui peningkatan aspek
sebesar 9,09% menjadi 63,64%.
kemampuan
Hasil tes menunjukkan peningkatan
mengelaborasi
paling tinggi terjadi dari prasiklus ke
sebelum
siklus I, yaitu sebesar 13,38%,
pembelajaran dengan penerapan PBL
sedangkan
paling
yaitu 43,56% menjadi 56,82% pada
rendah terjadi dari siklus II ke siklus
siklus I. Hasil tes meningkat kembali
III yaitu sebesar 6,31%.
setelah dilakukan tindakan siklus II
dengan penerapan PBL yaitu 39,39% menjadi 47,73% pada siklus I. Hasil tes
meningkat
kembali
setelah
dilakukan tindakan siklus II yaitu menjadi
54,55%.
Hasil
peningkatan
peningkatan
aspek
memperinci (elabration)
dilakukannya
yaitu menjadi
atau dari
tindakan
60,23%. Tindakan
kemampuan berpikir kreatif aspek
berikutnya mengalami peningkatan
originality juga dapat dilihat melalui
sebesar 10,61% menjadi 70,83%.
hasil angket. Berdasarkan gambar 3,
Hasil tes menunjukkan peningkatan
peningkatan
aspek
paling tinggi terjadi dari prasiklus ke
originality paling tinggi terjadi dari
siklus I, yaitu sebesar 13,38%,
siklus II ke siklus III. Sedangkan
sedangkan
peningkatan paling rendah terjadi
rendah terjadi dari siklus II ke siklus
dari siklus I ke siklus II.
III yaitu sebesar 6,31%.
4. Kemampuan
ketercapaian
memperinci
mengelaborasi (elaboration)
atau
Hasil
peningkatan
peningkatan
paling
aspek
kemampuan berpikir kreatif aspek elaboration
juga
dapat
dilihat
melalui hasil angket. Berdasarkan
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 45
gambar 4., peningkatan ketercapaian
sebesar 13,38%, sedangkan peningkatan
aspek
paling rendah terjadi dari siklus II ke
elaboration
paling
tinggi
terjadi dari siklus II ke siklus III. Sedangkan
peningkatan
paling
siklus III yaitu sebesar 6,31%. Berikut
diagram
perubahan
rendah terjadi dari siklus I ke siklus
persentase capaian aspek kemampuan
II.
berpikir kreatif berdasarkan hasil tes
5. Kemampuan
menilai
atau
mengevaluasi (evaluation)
pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut. Pembelajaran menerapkan
pendekatan
memberikan bertindak
dengan
alternatif sebagai
PBL
guru
pemonitor
untuk dan
fasilitator. Guru menyajikan berbagai data dan informasi, membimbing siswa Gambar 3. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Kemampuan Menilai (Evaluation) berdasarkan Hasil Tes pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III Berdasarkan Gambar 5., dapat diketahui
peningkatan
dalam melakukan pengamatan, diskusi, mengajukan tanggapan
pertanyaan, dan
komentar,
membimbing
siswa
menemukan suatu kesimpulan. Kemampuan
berpikir
kreatif
aspek
juga diukur melalui pemberian angket
kemampuan menilai atau mengevaluasi
kemampuan berpikir kreatif kepada
(evaluation) dari sebelum dilakukannya
siswa. Adapun hasilnya dapat dilihat
tindakan
pada gambar 6.
pembelajaran
dengan
penerapan PBL yaitu 43,94% menjadi 49,24%
pada
siklus
I.
Hasil
tes
meningkat kembali setelah dilakukan tindakan 57,58%.
siklus
II
Tindakan
yaitu
menjadi berikutnya
mengalami peningkatan sebesar 62,12% menjadi
62,12%.
Hasil
tes
menunjukkan peningkatan paling tinggi terjadi dari prasiklus ke siklus I, yaitu
Gambar 6. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek kemampuan Berpikir Kreatif pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III berdasarkan Angket
46 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
Model Pembelajaran PBL dapat meningkatkan
kemampuan
kreatif
dalam
power
point
memungkinkan
siswa
berpikir
menyampaikan gagasan atau ide dan
pembelajaran
kegiatan ini mengembangkan aspek
biologi yang mana dengan pembelajaran
kemampuan berpikir lancar (fluency)
berdasarkan masalah yang nyata dalam
dari kemampuan berpikir kreatif. Hal ini
kehidupan
dibuktikan dengan peningkatan hasil tes
siswa
sehari-hari/kontektual
dengan adanya pemecahan masalah
kemampuan
yang
fluency meningkat sebesar 13,38% dari
akan
berpikir
mengasah
siswa.
Siswa
memecahkan
masalah,
permasalahan
yang
kehidupan
kemampuan dituntut
kreatif,
aspek
sebelum diterapkan PBL. Siswa mulai
menganalisis
terbiasa
ada
dalam
dengan
Proses
pertanyaan untuk merumuskan masalah.
sehari-hari.
pembelajaran akan
berpikir
lebih
bermakna
mengemukakan menuliskan
ide-idenya pertanyaan-
Pengorganisasian
siswa
kelompok-kelompok
ke
dengan siswa menemukan jawabannya
dalam
dengan
sendiri.
melakukan diskusi, melatih kemampuan
KESIMPULAN
berpikir kreatif siswa aspek flexibility.
Berdasarkan hasil penelitian
Siswa melakukan diskusi serta sumbang
dapat disimpulkan bahwa penerapan
saran untuk menjawab pertanyaan yang
PBL mampu meningkatkan kemampuan
ada
berpikir kreatif siswa kelas X-10 SMA
permasalahan yang telah dirumuskan.
Negeri 3 Surakarta. Hal ini dibuktikan
Hasil
dengan
kemampuan
meningkatnya
kemampuan
siswa dalam menyampaikan banyak gagasan,
kemampuan
mengajukan
siswa
banyak
di
LKS
tes
serta
siklus bepikir
menyelesaikan
I
menunjukkan luwes
(aspek
flexibility) meningkat sebesar 11,74%.
dalam
Aspek
kemampuan
berpikir
pertanyaan,
orisinil (originality) meningkat sebesar
kemampuan siswa dalam merancang
8,33%. Peningkatan ini terjadi karena
langkah-langkah
terperinci
siswa dilatih untuk mengemukakan ide-
meningkat dari sebelum diterapkannya
ide orisinilnya. Kegiatan pada tahap
PBL.
penyelidikan secara mandiri maupun
secara
Tahap pengorientasian masalah pada
pelaksanaan
siklus
I,
menggunakan tayangan gambar pada
kelompok dipandu
melalui guru
observasi
yang
menggunakan
LKS,
melatih siswa untuk menemukan dan
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 47
mengamati objek observasi sehingga
pelaksanaan siklus II
menstimulasi suatu gagasan dari diri
wacana yang disajikan dalam LKS. Hal
siswa.
ini merangsang siswa memunculkan
Kegiatan
mengembangkan
ini
aspek
juga
elaboration.
menggunakan
pertanyaan-pertanyaan.
Kegiatan
Melalui perencanaan observasi dan
mengembangkan
kegiatan selama observasi siswa dapat
berpikir
memaparkan langkah-langkah secara
kemampuan berpikir kreatif. Hal ini
terperinci.
dibuktikan dengan peningkatan hasil tes
berpikir
Hasil kreatif
tes
kemampuan
siklus
I,
aspek
elaboration meningkat sebesar 13,26%. Melalui tahap analisis dan
kemampuan
(fluency)
berpikir
kreatif,
dari
aspek
fluency meningkat sebesar 9,85% dari sebelum diterapkan PBL. Siswa mulai terbiasa
siswa
dengan
aspek
lancar
kemampuan
evaluasi proses pemecahan masalah, mengembangkan
aspek
ini
mengemukakan menuliskan
ide-idenya pertanyaan-
evaluation. Sehingga meningkat sebesar
pertanyaan untuk merumuskan masalah.
5,30%. Ada 3 aspek yang belum
Tahap pengorganisasian siswa ke dalam
mencapai
originality,
kelompok-kelompok dengan melakukan
elaboration dan evaluation sehingga
diskusi, melatih kemampuan berpikir
tindakan dilanjutkan ke siklus II.
kreatif siswa aspek flexibility. Siswa
target,
yaitu
Pelaksanaan siklus II tidak jauh
melakukan diskusi serta sumbang saran
berbeda dengan siklus I. Siklus II
untuk menjawab pertanyaan yang ada di
dilakukan
kecil
LKS serta menyelesaikan permasalahan
terhadap kekurangan yang terjadi pada
yang telah dirumuskan. Hasil tes siklus
siklus I. Guru lebih memotivasi agar
II menunjukkan kemampuan bepikir
siswa lebih percaya diri dan tidak malu-
luwes (aspek flexibility) meningkat
malu baik saat curah pendapat di dalam
sebesar 9,47%. Aspek kemampuan
kelompok
presentasi.
berpikir orisinil (originality) meningkat
Siswa diminta untuk belajar materi
sebesar 6,82%. Peningkatan ini terjadi
selanjutnya di rumah.
karena
perbaikan-perbaikan
maupun
Pemberian
saat
tindakan
pada
siswa
mengemukakan
dilatih
untuk
ide-idenya
guna
siklus II telah meningkatkan persentase
menambahkan ide yang telah ada
aspek
sebelumnya.
kemampuan
berpikir
kreatif
siswa. Tahap orientasi masalah pada
Kegiatan
pada
tahap
penyelidikan secara mandiri maupun
48 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
kelompok literatur
dilakukan dan
melalui
tetap
studi
dalam penelitiannya yang menggunakan
menggunakan
penyelidikan melalui praktikum, bahwa
panduan LKS. Kegiatan ini melatih
peningkatan
siswa untuk menemukan pengetahuan
kreatif paling tinggi adalah aspek
dari gagasan yang sudah ada, kemudian
elaboration, sebesar 86%. Hal tersebut
siswa dapat menambahkan gagasannya
ditujukkan
untuk memperkaya gagasan yang sudah
membuat prosedur praktikum untuk
ada. Hal ini dapat mengembangkan
menyelesaikan masalah, siswa dapat
aspek
memerinci tujuan, alat dan bahan,
elaboration.
Siswa
dapat
kemampuan
dengan
memaparkan langkah-langkah secara
langkah-langkah
terperinci
mengembangkan
pengamatan,
sendiri
kesimpulan.
gagasan
dengan mereka
menemukan
kajian
setelah
pustaka
yang
berpikir
siswa
dapat
percobaan, analisis
tabel
data
dan
Siklus III dilaksanakan untuk
relevan. Hasil tes kemampuan berpikir
mengcover
kreatif siklus II, aspek elaboration
yang ada pada siklus sebelumnya. Hasil
meningkat
analisis siklus III menunjukkan bahwa
sebesar
3,41%.
Melalui
kekurangan-kekurangan
tahap analisis dan evaluasi proses
semua
pemecahan
kreatif berhasil memenuhi target yang
masalah,
siswa
aspek
kemampuan
berpikir
mengembangkan aspek evaluation yang
direncanakan,
meningkat
62,12% – 85,86% (target ≥60%). Tahap
sebesar
8,33%.
Namun
yaitu berkisar antara
aspek originality dan elaboration belum
pengorientasian
memenuhi target sehingga tindakan
pelaksanaan siklus III,
dilanjutkan ke siklus III. Hal ini dapat
demonstrasi dan wacana dalam LKS,
disebabkan karena proses PBL yang
memungkinkan siswa menyampaikan
menggunakan
penyelidikan
argumennya dalam menanggapi situasi
dengan menggunakan studi literatur,
yang ada pada wacana. Kegiatan ini
sehingga ada beberapa siswa yang
mengembangkan
masih
berpikir
tahap
kesulitan
dalam
memerinci
masalah
menggunakan
aspek
lancar
pada
kemampuan
(fluency)
dari
langkah-langkah secara detil karena
kemampuan berpikir kreatif. Hal ini
tidak
dibuktikan dengan peningkatan hasil tes
dibiasakan
merancang
suatu
percobaan sederahana. Hal ini seperti
kemampuan
berpikir
kreatif,
aspek
yang diungkapkan Wulandari (2011)
fluency meningkat sebesar 6,57% dari
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 49
sebelum diterapkan PBL. Siswa mulai
sesuai dengan penelitian Potur dan
terbiasa
ide-idenya
Barkul (2009) yang menyatakan bahwa
pertanyaan-
berpikir kreatif adalah kemampuan
pertanyaan untuk merumuskan masalah.
kognitif asli dan pemecahan masalah,
Pengorganisasian
dalam
proses yang memungkinkan individu
kelompok-kelompok dengan melakukan
untuk menggunakan kecerdasan mereka
diskusi, melatih kemampuan berpikir
dengan cara yang unik dan diarahkan
kreatif siswa aspek flexibility. Siswa
pada produk (dalam kegiatan ini yaitu
melakukan diskusi serta sumbang saran
hasil
untuk menjawab pertanyaan yang ada di
Melalui tahap analisis dan evaluasi
LKS serta menyelesaikan permasalahan
proses
yang telah dirumuskan. Hasil tes siklus
mengembangkan
III menunjukkan kemampuan bepikir
Sehingga meningkat sebesar 4,55%.
luwes (aspek flexibility) meningkat
DAFTAR PUSTAKA
sebesar 4,92%. Kegiatan pada tahap
Arends, R.I. (2004). Learning to Teach (Sixth Edition). New York: McGraw Hill Co. Inc
mengemukakan
dengan
menuliskan
siswa
ke
penyelidikan secara mandiri maupun kelompok siklus III dilakukan dengan memberi merancang sehingga
kesempatan
siswa
percobaan membantu
untuk
sederhana,
siswa
melatih
kemampuan memerinci (elaboration). Hasil tes kemampuan berpikir kreatif siklus III, aspek elaboration meningkat sebesar 10,61%. Aspek kemampuan berpikir orisinil (originality) meningkat sebesar 9,09%. Peningkatan ini terjadi karena
siswa
mengemukakan
dilatih ide-ide
untuk orisinilnya
melalui rancangan praktikum sederhana. Melalui merancang percobaan, siswa dapat
lebih
memberdayakan
kemampuan berpikir kreatifnya. Hal ini
rancangan
percobaan
pemecahan
masalah,
aspek
siswa).
siswa
evaluation.
Arnyana, I.B.P. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada Pembelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. XXXIX (3), 496-515 Awang, H. & Ishak, R. (2008). Creative Thinking Skill Approach Trough Problem Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom. International Journal of Human and Social Science, 3(1), 18-23. Barret,
T. (2005). Understanding Problem Based Learning. Dalam Barret, T., Mac Labhrainn, I., Fallon, H. (Eds). (hlm. 13-25) Galway: CELT
50 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 3, hal 39-51
Baumfield, V., Hall, E., & Wall, K. (2009). Action Research di Ruang Kelas. Terj. Didik Prayitno. Jakarta: PT Indeks. (Buku asli diterbitkan 2008) Beetlestone, F. (2011). Creative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreativitas Siswa. Terj. Narulita Yusron. Bandung: Nusa Media. (Buku asli diterbitkan tahun 1998) BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: BSNP Buana,
S.W. (2010). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Diperoleh 29 Februari 2012, dari http://blogwirabuana.wordpress. com/2011/03/16/pengaruhpenggunaan-modelpembelajaran-pbl-problembased-learning-terhadap-hasilbelajar-siswa.
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarata: Rineka cipta. Daryanto. (2009). Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Buku yang cerdas dan mencerdaskan Harsanto, R. 2005. Melatih Anak Berpikir Analitis, Kritis, dan Kreatif. Jakarta: Grasindo. Hawadi,R.A. (2001). Jakarta: Grasindo
Kreativitas.
Ibrahim, M. & Nur, M. (2005). Pengajaran Berdasarkan
Masalah. Surabaya: University Press.
Unesa-
Jeong So, H., & Kim, B. (2009). Learning about Problem Based Learning: Student Teachers Integrating Technology, Paedagigy and Content Knowledge. Australian Journal of Educational Technology, 25(1), 102-116 Liliasari. (2011). Peningkatan Kualitas Guru Sains Melalui Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi, Makalah disajikan pada Seminar Internasional II, UPIUPSI, Bandung, 8-9 Agustus. Moleong, Lexy J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Munandar,U. (1992). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta Potur,
A. A. & Barkul, O. (2009). Gender and Creative thingking in Education: A Theoretical and Experimental Overview. 6 (2): 46-57.
Purwanto. (2008). Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, XIV(74), 856-867. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sinambela, P.N.J.M. (2008). FaktorFaktor Penentu Keefektifan Pembelajaran dalam Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Arifah Purnamaningrum – Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 51
Instruction). Generasi Kampus, 1(2), 74-85.