Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Halaman 56-67
Januari 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INDUCTIVE THINKING BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X.7 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 IMPLEMENTATION OF INDUCTIVE THINKING LEARNING MODEL BASED SCIENCE PROCESS SKILLS TO IMPROVE QUALITY OF BIOLOGY LEARNING IN CLASS X.7 AT SMA NEGERI 2 KARANGANYAR IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Rahmawati Ika Listyaningrum1), Sajidan2), Suciati3) 1)
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] 3) Pendidikan Biologi FKIP UNS, Email:
[email protected] 2)
ABSTRACT – The aim of this research is improve quality of biology learning for teacher’s performance, utility of facilities in the classroom, classroom climate, science attitude of student, and student motivation of achievement in student class X.7 in 2th senior high school of Karanganyar in academic year 2011/2012. This research belongs to classroom action research consist of three cycle and each have four phases, namely planning, acting, observing, and reflecting. The collecting data of research uses questionnaire, observation, and interview. Validation data uses triangulation of methods and triangulation of observers. The research uses analyzed descriptively. The result in cycles I describes that generally the research target is not achieve yet that showed teacher’s performance indicators are 86,67%, classroom climate indicators are 72,79%, science attitude of students in class are 69,12%, and motivation of achievement in students are 68,63%. The result in cycles II describes that the research target is not achieve yet optimally that showed teacher’s performance indicators are 96,67%, classroom climate indicators are 78,67%, science attitude of students in class are 75,98%, and motivation of achievement in students are 74,18%. The result in cycles III describes that the research target is completely achieve and showed that teacher’s performance indicators are 100%, , classroom climate indicators are 91,18%, science attitude of students in class are 84,31%, and motivation of achievement in students are 84,31% and utility of learning facilities in the classroom have been optimally. Cycles stopped in cycles III because the research target is achieved. The conclusion of this research describes that the implementation of inductive thinking learning model based science process skills can improve quality of biology learning for teacher’s performance, utility of facilities in the classroom, classroom climate, science attitude of student, and motivation of achievement in student of class X.7 in 2th senior high school of Karanganyar year 2011/2012. Keywords : Inductive thinking, Science process skills, Quality of biology learning
57 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
khususnya di dalam menghasilkan peserta
PENDAHULUAN Era globalisasi dan perkembangan
didik yang berkualitas yaitu manusia yang
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan
telah membawa perubahan di berbagai
berinisiatif dalam menanggapi isu di
aspek
bidang
masyarakat yang diakibatkan oleh dampak
pendidikan. Pendidikan dituntut untuk
perkembangan sains. Dengan demikian
mampu
pembelajaran biologi idealnya mengacu
kehidupan
membekali
termasuk
peserta
didiknya
dengan pengetahuan, keterampilan dan
pada
karakter sikap, agar mampu
pembelajarannya
survive
karakteristik
dan
(produk,
hakikat
proses
dan
secara produktif di tengah persaingan era
sikap ilmiah) yang seharusnya senantiasa
global yang penuh peluang dan tantangan.
tercermin
Oleh karenanya pendidikan era global saat
mendukung kualitas pembelajaran yang
ini
meliputi performance
harus
menekankan
pada
kualitas
pendidikan terutama di sekolah.
dalam
setiap
aspek
yang
guru, fasilitas
pembelajaran dalam kelas, iklim kelas,
Pendidikan di sekolah berkaitan erat dengan kualitas pembelajaran yang
sikap ilmiah, dan motivasi berprestasi siswa.
dilakukan oleh guru dan siswa di tingkat
Hasil
observasi
menunjukkan
kelas. Kualitas pembelajaran ditinjau dari
proses pembelajaran yang berlangsung
segi
dan
belum menunjukkan adanya partisipasi
atau
aktif siswa secara menyeluruh. Siswa
proses,
berkualitas
dikatakan apabila
berhasil
seluruhnya
setidak-tidaknya sebagian besar peserta
cenderung pasif dan
didik terlibat secara aktif, baik fisik,
objek
mental, maupun sosial dalam
proses
mendengarkan dan menulis informasi yang
semangat
diberikan oleh guru, kemampuan berpikir
pembelajaran,
menunjukkan
dalam
pembelajaran,
siswa
diri sendiri.
interaksi antara guru dengan siswa masih
adanya
perubahan
kurang
hanya
belajar yang tinggi dan rasa percaya pada Dengan demikian, perlu
terasa
berperan sebagai
dikembangkan,
paradigma
kurang dan cenderung satu arah, hal ini
pembelajaran dari yang berpusat pada guru
dikarenakan guru mendominasi dalam
(teacher
kegiatan
centered
learning)
menjadi
belajar
mengajar
(teacher-
berpusat pada siswa (student centered
centered) dan
learning).
pembelajaran sehingga performance guru
Biologi memiliki peranan penting dalam
peningkatan
mutu
pendidikan,
kurang adanya variasi
dalam pembelajaran masih belum optimal. Pemanfaatan fasilitas pembelajaran juga
Rahmawati Ika Listyaningrum – Penerapan Model Pembelajaran Inductive 58 Thinking
belum
dimaksimalkan
penggunaannya.
Keadaan seperti ini mengakibatkan iklim pembelajaran
dalam
kurang kondusif, motivasi
kelas
sikap ilmiah dan
berprestasi
menyebabkan
menjadi
siswa
rendahnya
rendah kualitas Gambar 1. Aspek Kualitas Pembelajaran
pembelajaran biologi.
Biologi
Kualitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa
Aspek performance guru berupa
besar keefektifan interaksi antara guru dan
kemampuan guru dalam menunjukkan
siswa di dalam kelas dalam
keterampilan atau kompetensi pada waktu
rangka
mencapai tujuan pembelajaran (Widoyoko,
mengajar di kelas.
2008). Menurut Ditjen Dikti (2007: 188)
Tenaga
bahwa pembelajaran berkualitas diartikan
meliputi tiga hal yaitu: 1) perencanaan
sebagai pembelajaran yang secara sinergis
pembelajaran;
2)
mampu menghasilkan proses, hasil, dan
pembelajaran
/KBM;
dampak
penilaian hasil
belajar
memungkinkan
yang
optimal,
terwujudnya
yang “better
student learning capacity”. Kualitas pembelajaran yang telah
Menurut Direktorat
Kependidikan,
kinerja
guru
pelaksanaan 3)
melakukan
pembelajaran.
Adapun
indikator penilaian kinerja guru dalam kelas (teacher performance) yaitu sebagai berikut: kemampuan guru dalam membuka
di sesuaikan dengan pembelajaran biologi
pelajaran,
sebagai sains meliputi lima aspek utama
pembelajaran, penguasaan bahan belajar,
yaitu performance
keadaan proses pembelajaran, kemampuan
guru dalam kelas,
sikap
guru
dalam
fasilitas pembelajaran dalam kelas, iklim
menggunakan
kelas, sikap ilmiah siswa, dan motivasi
pemberian
berprestasi siswa yang dapat dilihat pada
menutup kegiatan pembelajaran.
Gambar 1.
media
evaluasi
Fasilitas
proses
pembelajaran,
dan
kemampuan
pembelajaran
dapat
disebut juga dengan lingkungan fisik kelas (the physical environtment). Lingkungan fisik kelas atau fasilitas pembelajaran memiliki
pengaruh
cukup
signifikan
terhadap belajar siswa dan kinerja guru.
59 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
Fasilitas
pembelajaran
yang
kualitas
proses
mempengaruhi
dapat memilih sesuai dengan kebutuhan ketersediaan
alat/bahan,
kemampuan
pembelajaran adalah ukuran kelas, luas
siswa, alokasi waktu serta kemampuan
ruang kelas, suhu udara, cahaya, suara, dan
guru.
media pembelajaran (Widoyoko, 2008). Aspek
fasilitas
lebih
yang muncul akibat hubungan antara guru
difokuskan pada kemanfaatan (utility)
dan siswa atau hubungan antar siswa dan
fasilitas bukan pada keberadaan fasilitas
mempengaruhi
pembelajaran.
fasilitas
Penilaian iklim kelas menggunakan empat
tanpa
indikator yaitu: 1) Kekompakan siswa
yang
(student cohensiveness) dalam kelas; 2)
termasuk
pembelajaran
Iklim kelas adalah segala situasi
Ketersediaan
media
pembelajaran
adanya kemanfatan atau maksimal
tidak
utilitas
banyak
berpengaruh
terhadap kualitas pembelajaran.
melakukan
pada
saat
dan
serangkaian
pembelajaran pembelajaran
setelah kegiatan
khususnya sains
siswa
pembelajaran.
dalam
kegiatan
pembelajaran (student involvement), 3)
Sikap ilmiah merupakan sikap yang diharapkan
Keterlibatan
proses
selama
siswa
(student
mengikuti
satisfaction)
pembelajaran;
4)
Dukungan guru (teacher support) dalam kegiatan pembelajaran (Widoyoko,2008).
Badan
Motivasi berprestasi yang diartikan
Penelitian dan Pengembangan Depdikas
sebagai dorongan dalam diri siswa untuk
(2003), menyatakan indikator sikap ilmiah
belajar,
yang
memecahkan
terintegrasi
biologi.
dalam
Kepuasan
dalam
Biologi meliputi: 1)
pembelajaran
mengerjakan
tugas-tugas,
masalah
maupun
membedakan fakta
mempelajari kompetensi tertentu dalam
dan opini; 2) berani dan santun dalam
mata pelajaran Biologi dengan sebaik-
mengajukan
baiknya berdasarkan standar keunggulan..
pertanyaan
dan
berargumentasi; 3) rasa ingin tahu; 4)
Indikator
motivasi
peduli
dibedakan
berdasarkan
terhadap
lingkungan;
5)
berprestasi aspek
yang ciri-ciri
berpendapat secara ilmiah dan kritis; 6)
motivasi berprestasi, yaitu: 1) Berorientasi
berani mengusulkan perbaikan atas suatu
pada keberhasilan 2) Antisipasi kegagalan
kondisi dan bertanggung jawab terhadap
3)
usulannya; 7) bekerja sama; 8) jujur; 9)
(Widoyoko,2008).
tekun dan tidak mudah menyerah. Pada
menerapkan
suatu kegiatan pembelajaran tidak semua
inductive thinking berbasis keterampilan
indikator tersebut harus dilakukan, guru
proses sains inductive thinking (berpikir
Inovatif
4)
model
Tanggung
jawab
Penelitian
ini
pembelajaran
Rahmawati Ika Listyaningrum – Penerapan Model Pembelajaran Inductive 60 Thinking
induktif) merupakan suatu proses dalam
menghayati
berpikir yang berlangsung dari hal yang
penyusunan suatu konsep sebagai suatu
bersifat khusus menuju hal yang bersifat
keterampilan proses. Keterampilan proses
umum (Sagala, 2008). Hilda Taba (dalam
sains berfungsi sebagai roda penggerak
Bruce
dalam penemuan dan pengembangan fakta
&
Joyce,
memperkenalkan
2000:123)
suatu
model
proses
dan konsep
penemuan
atau
serta penumbuhan dan
pembelajaran yang didasarkan atas cara
pengembangan sikap
berpikir induktif. Model pembelajaran
berfokus pada pelibatan siswa secara aktif
berpikir
induktif
dan kreatif dalam perolehan hasil belajar.
menurut
Hilda
(inductive
Hal ini juga didukung oleh (Rustaman
dikembangkan atas dasar konsep proses
,2004) bahwa keterampilan proses sains
mental
melibatkan
dengan
ini
yang
juga
siswa
Taba
thinking)
dan nilai
memperhatikan
keterampilan-keterampilan
proses berpikir siswa untuk menangani
kognitif atau intelektual, manual, dan
informasi dan menyelesaikannya. Atas
sosial.
dasar cara berpikir induktif model
pembelajaran
Model
pembelajaran
berbasis
menekankan
keterampilan proses sains membangun
pengalaman lapangan seperti mengamati
kompetensi dasar hidup siswa melalui
gejala
pengembangan keterampilan proses sains,
atau
ini
tersebut,
mencoba
suatu
proses
kemudian mengambil kesimpulan.
sikap
Berdasarkan hal tersebut, ada tiga
ilmiah,
dan
pengetahuan
proses
konstruksi
secara
bertahap.
tahapan model dari strategi mengajar yang
Keterampilan proses sains pada hakikatnya
menjadi sintaks dari model pembelajaran
adalah kemampuan dasar untuk belajar
berpikir induktif ini (Bruce & Joyce, 2000)
(“basic learning tools”) yaitu kemampuan
yaitu pembentukan konsep, interpretasi
yang berfungsi untuk membentuk landasan
data dan aplikasi konsep.
pada
Keterampilan
proses
sains
menekankan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran.
(Sagala,2008) keterampilan
proses
sains
adalah
Pembelajaran keterampilan
seperti:
kesempatan
pada
mengelompokkan
ikut
biologi
proses
berbasis
sains
ini
mengembangkan berbagai keterampilan
pengajaran yang memberi untuk
dalam
1990).
pendekatan
siswa
individu
mengembangkan diri (Carin and Evans,
Menurut
merupakan pendekatan
setiap
mengamati
(observation), (classification),
61 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
menafsirkan (interpretation), meramalkan (prediction),
mengajukan
Teknik
yang
digunakan
untuk
pertanyaan
mengumpulkan data menggunakan metode
(question),
berhipotesis
(hipothesis),
interaktif (lembar observasi, wawancara)
melakukan
percobaan
(experiment),
dan noninteraktif (angket, dokumentasi,
percobaan
tes) (Sutopo, 2002). Validitas data yang
mengkomunikasikan
hasil
(communication), sehingga peserta didik
digunakan
dapat memiliki pengalaman beraktivitas
Trianggulasi dalam penelitian ini adalah
yang melibatkan keterampilan kognitif
trianggulasi
(minds on), keterampilan manual atau
observer. Artinya dari data yang sama atau
psikomotor (hands on) dan keterampilan
sejenis akan lebih mantap kebenarannya
sosial (hearts on).
bila
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
adalah
teknik
metode
digali
triangulasi.
dan triangulasi
menggunakan
metode
pengumpulan data yang berbeda (Sutopo
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
2002). Sedangkan
biologi yang meliputi aspek performance
digunakan
guru, iklim kelas, sikap ilmiah siswa,
deskriptif berdasarkan hasil observasi dan
motivasi
refleksi
berprestasi
siswa
dan
dalam
dari
teknis analisis yang penelitian
tiap-tiap
siklus.
adalah
Teknik
kemanfaatan fasilitas pembelajaran kelas
analisis kualitatif mengacu pada model
X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar tahun
analisis Miles dan Huberman (1992).
pelajaran 2011/2012 melalui penerapan
Langkah-langkah operasional penelitian
model pembelajaran inductive thinking
yang
mengikuti
model
berbasis keterampilan proses sains.
pengembangan oleh Mc. Taggrat
berupa
METODE PENELITIAN
model spiral meliputi tahap perencanaan,
Penelitian
merupakan
tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
tahap refleksi. Penelitian dapat dihentikan
dilaksanakan di kelas X.7 SMA Negeri 2
apabila rata-rata capain indikator yang
Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
diukur
Penelitian ini menggunakan tiga sumber
ditentukan oleh guru dan peneliti yaitu
data
75%.
penting
ini
digunakan
yang
disajikan
sebagai
sasaran penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian. data tersebut meliputi: 1)
Sumber
tempat dan
peristiwa 2) informan 3) dokumen.
sudah
mencapai
target
yang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian di kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar 2011/2012
Tahun Pelajaran
menunjukkan
bahwa
Penerapan model pembelajaran inductive
Rahmawati Ika Listyaningrum – Penerapan Model Pembelajaran Inductive 62 Thinking
thinking berbasis keterampilan proses sains
dapat
pembelajaran
meningkatkan biologi.
kualitas
Peningkatan
kualitas pembelajaran biologi tersebut meliputi
kemanfaatan
pembelajaran, kelas,
sikap
berprestasi siswa hasil
lembar
fasilitas
performance guru, iklim ilmiah
dan
motivasi
dapat dilihat melalui
observasi,
angket
serta
wawancara dengan guru dan siswa. 1. Performance Guru dalam Kelas Performance guru merupakan salah satu aspek kualitas pembelajaran yang merupakan kunci dari tercapainya kualitas pembelajaran yang optimal.
Hasil dari
prasiklus menunjukkan prosentase capaian performance guru dalam kelas sebesar 63,33%, siklus I sebesar 86,77%, siklus II 96,67%, dan siklus III sebesar 100%. Berikut
diagram
Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II Dan Siklus III Pembelajaran dengan menerapkan
perubahan
prosentase capaian aspek performance guru dalam kelas pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai
model
inductive thinking
berbasis
keterampilan proses sains memberikan alternatif guru untuk bertindak sebagai pemonitor
dan
fasilitator.
Guru
menyajikan berbagai data dan informasi, membimbing siswa dalam melakukan pengamatan,
diskusi,
pertanyaan,
komentar,
mengajukan tanggapan
dan
membimbing siswa menemukan suatu kesimpulan.
Model
pembelajaran
inductive thinking berbasis keterampilan proses
sains
mampu
meningkatkan
performance guru dalam kelas mancapai target yang diinginkan 75% ditinjau dari kemampuan dalam membuka pelajaran, sikap guru dalam proses pembelajaran, penguasaan bahan belajar, kegiatan belajar mengajar,
kemampuan
menggunakan
media, evaluasi pembelajaran, kemampuan menutup
kegiatan
pembelajaran,
dan
tindak lanjut/follow up. Hal ini didukung
berikut.
hasil
penelitian
Mintohari
(2005)
menyatakan bahwa model pembelajaran induktif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan baik diantaranya dengan melakukan Gambar
2. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Performance Guru Dalam Kelas
membimbing siswa
pengamatan,
merumuskan simpulan.
diskusi,
dan
63 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
Tabel 1 Perbandingan Capaian lndikator
2. Fasilitas Pembelajaran Fasilitas pembelajaran di SMA
Iklim Kelas Berdasarkan Lembar
Negeri 2 Karanganyar sudah cukup baik
Observasi
dan
Siklus II dan Siklus III
memenuhi
Prasarana
Standar
Sekolah
Sarana
Menegah
dan
Prasiklus,
Siklus
I,
Atas
berdasarkan Permendiknas No 24 Tahun 2007.
Penerapan
model
pembelajaran
inductive thinking berbasis keterampilan proses
sains
kemanfaatan menjadi
lebih
mampu
meningkatkan
fasilitas
pembelajaran
optimal.
Laboratorium
biologi yang sebelum tindakan jarang digunakan sebagai tempat pembelajaran, pada saat proses tindakan telah digunakan dengan baik sebagai variasi lingkungan belajar
siswa,
melakukan
dan
observasi
sebagai data,
Berikut
diagram
perubahan
prosentase capaian aspek iklim kelas pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut.
tempat mengolah
informasi, mengklasifikasikan, berdiskusi, mengkomunikasikan dan menyimpulkan pembelajaran. Selain itu ditunjukkan juga dari pemanfaatan LCD, speaker dan alat-
fasilitas pembelajaran lain yang ada di
Gambar 3. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Iklim Kelas Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II Dan Siklus III Setelah dilakukan penerapan model
kelas
pembelajaran inductive thinking berbasis
alat praktikum di dalam laboratorium yang dioptimalkan penggunaannya. Dilakukan pula
beberapa tindakan pemanfaatan
untuk
mendukung
kegiatan
pembelajaran.
KPS, terjadi peningkatan iklim kelas yang
3. Iklim Kelas
sebelumnya kurang kondusif menjadi lebih
Iklim kelas merupakan kondisi kelas
saat
berlangsungnya
proses
kondusif. Interaksi antar siswa dengan siswa meningkat dengan adanya kerjasama
pembelajaran. Hasil
dalam kelompok. Keterlibatan siswa dalam
perbandingan capaian indikator iklim kelas
pembelajaran semakin meningkat karena
dapat disajikan pada Tabel 1.
siswa aktif melakukan observasi berbagai
Rahmawati Ika Listyaningrum – Penerapan Model Pembelajaran Inductive 64 Thinking
macam data dan mengolah informasi tersebut
melalui
kelompok,
kegiatan
siswa
juga
diskusi
aktif
dalam
mengkomunikasikan hasil diskusinya. Hal
Berikut
diagram
perubahan
prosentase capaian aspek
sikap ilmiah
pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah
sebagai berikut.
ini di dukung penelitian eksperimental Mahmudah (2011) dengan hasil penelitian bahwa siswa terlibat dalam aktivitas di kelas
mencerminkan
pembelajaran
berpusat pada siswa di mana siswa menemukan
konsep
sendiri.
Interaksi
antara guru dengan siswa juga meningkat dengan adanya dukungan dan bimbingan guru dalam pembelajaran.
Gambar 4. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II Dan Siklus III
4. Sikap Ilmiah Model pembelajaran
Sikap ilmiah merupakan sikap yang diharapkan melakukan pembelajaran
pada
saat
setelah
thinking berbasis KPS merupakan suatu
kegiatan
model pembelajaran pemrosesan informasi
dalam
dimana siswa di sajikan berbagai macam
dan
serangkaian
inductive
khususnya
pembelajaran
sains
biologi.
Hasil
data dan contoh sebagai sumber belajar
perbandingan
capaian
indikator
sikap
sebagai sarana pembentukan konsep dalam
ilmiah dapat disajikan pada Tabel 2.
pembelajaran.
Dengan
model
Tabel 2 Perbandingan Capaian lndikator Sikap Ilmiah Berdasarkan Lembar Observasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
pembelajaran ini menjadikan siswa lebih tertantang dalam melakukan pengamatan data-data yang berupa gambar, objek asli, video maupun film mengenai materi pembelajaran sehingga meningkatkan rasa ingin tahu siswa, selain itu kerjasama siswa akan meningkat melalui kegiatan observasi, dengan
diskusi, teman
bertukar
kelompoknya.
pembelajaran
ini
dapat
kemampuan
siswa
informasi Model
membangun
mengkonstruksi
65 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
pengetahuannya
sendiri
sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna dan mampu mengembangkan sikap ilmiah siswa melalui serangkaian keterampilan proses sains. 5. Motivasi Berprestasi Motivasi
berprestasi
merupakan
dorongan dalam diri siswa untuk belajar, mengerjakan tugas-tugas,
memecahkan
Gambar 5. Diagram Perubahan Prosentase Capaian Aspek Sikap Ilmiah Pada Prasiklus, Siklus I, Siklus II Dan Siklus III Motivasi berprestasi siswa semakin
masalah maupun mempelajari kompetensi
meningkat
tertentu dalam
pembelajaran inductive thinking berbasis
dengan
mata pelajaran Biologi
sebaik-baiknya
dengan
penerapan
model
berdasarkan
KPS. Hal ini relevan dengan Prince (2007)
standar keunggulan. Hasil perbandingan
yang menyatakan model berpikir induktif
capaian
mampu
indikator motivasi berprestasi
memotivasi
siswa
dalam
dapat disajikan pada Tabel 3.
pembelajaran.
Tabel 3 Perbandingan Capaian lndikator Sikap Ilmiah Berdasarkan Lembar Observasi Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
pembelajaran yang menarik pada tahap
Selain karena suasana
aplikasi konsep siswa juga
ditugaskan
membuat sebuah karya seperti herbarium ataupun film, hal tersebut efektif untuk memotivasi siswa karena merupakan hal yang baru sehingga menarik minat dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inductive thinking berbasis keterampilan proses sains mampu meningkatkan
kualitas
pembelajaran
biologi siswa yang meliputi meningkatnya kemanfaatan fasilitas pembelajaran dalam Berikut
diagram
perubahan
prosentase capaian aspek
sikap ilmiah
pada prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah
sebagai berikut.
kelas, performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah, dan motivasi berprestasi.
Rahmawati Ika Listyaningrum – Penerapan Model Pembelajaran Inductive 66 Thinking
pembelajaran lain yang ada di kelas
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Penerapan
mendukung
kegiatan
pembelajaran.
model
inductive
untuk
pembelajaran
thinking
berbasis
3. Penerapan
model
inductive
pembelajaran
thinking
berbasis
keterampilan proses sains mampu
keterampilan proses sains mampu
meningkatkan performance
meningkatkan sikap ilmiah siswa
guru
dalam kelas menjadi lebih baik.
kelas
Hal
Karanganyar
ini
dapat
dilihat
dari
X.7
SMA
Negeri
tahun
2
pelajaran
kemampuan guru dalam membuka
2011/2012
pelajaran, sikap guru dalam proses
Siswa lebih berani menyampaikan
pembelajaran, penguasaan bahan
pendapatnya baik dalam kelompok
belajar,
maupun dalam kelas,
keadaan
proses
pembelajaran,
menjadi lebih positif.
rasa ingin
kemampuan
tahu siswa lebih meningkat dengan
menggunakan media pembelajaran,
adanya berbagai pengamatan, siswa
pemberian
dan
lebih menghargai pendapat teman
kegiatan
baik dalam satu kelompok maupun
evaluasi
kemampuan
menutup
pembelajaran sudah sangat baik. 2. Penerapan inductive
model
pembelajaran
thinking
berbeda kelompok dan
dapat
bekerjasama dengan baik
dalam
berbasis
pelaksanaan diskusi , siswa lebih
keterampilan proses sains mampu
tekun dalam menyelesaikan tugas
meningkatkan
yang diberikan guru.
kemanfaatan
fasilitas dalam kelas X.7 maupun
4. Penerapan
model
pembelajaran
laboratorium biologi menjadi lebih
inductive
optimal. Hal ini ditunjukkan dari
keterampilan proses sains mampu
pemanfaatan LCD, speaker dan
meningkatkan motivasi berprestasi
alat-alat
siswa kelas
praktikum
laboratorium kurang
di
yang
optimal
dalam biasanya
penggunaannya
thinking
berbasis
X.7 SMA Negeri 2
Karanganyar
tahun
2011/2012
menjadi
pelajaran lebih
dalam proses pembelajaran. Selain
meningkat. Hal ini dibuktikan dari
itu
siswa
juga
tindakan
dilakukan
beberapa
pemanfaatan
fasilitas
yang
pelajaran,
berminat
terhadap
melakukan
kegiatan
67 Pendidikan Biologi Vol. 4, No. 1, hal 56-67
diskusi
dengan
tertantang dalam kesulitan
atau
baik,
lebih
menghadapi menyelesaikan
permasalahan dalam pelajaran. DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan. 2003. Kompetensi Dasar Biologi Kurikulum 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Bruce,
Joyce.,Weil, Marsha & Calhoun.2000. Models Of Teaching (6 th ed). USA : A Pearson Education Company Carin & Sund. 1997. Teaching Science Through Discovery. New York: Merrill Publishing Company.
Dikti. 2007. Pembelajaran Inovatif & Partisipatif. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Mahmudah, Kholis. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Induktif dengan Metode Demonstrasi pada Materi Pokok LarutanEelektrolit dan Non Elektrolit di SMK Negeri 2 Probolinggo. Tesis: Unesa.Surabaya. Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press Mintohari.2011. Penerapan Model Pembelajaran Induktif pada Mata Pelajaran Sains Kelas IV di Sekolah Dasar sebagai Sarana Meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar di Kelas. Tesis: Unesa.Surabaya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.24 Tahun 2007. Standard an Prasarana Prince , Michael J. & Felder, Richard M.. 2006. Inductive Teaching And Learning Methods: Definitions, Comparisons, and Research Bases. Journal of Engineering Education, Vol. 95 No (2) : 123-138 diakses dari http://www4.ncsu.edu/unity/lockers /users/ f/felder/public/Papers/InductiveTea ching.pdf pada tanggal 11 Desember 2011 Rustaman, Nuryani. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: UPI Bandung Sagala, Syaiful. 2008 Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sutopo, H.B. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press Widoyoko, Sugeng Eko Putro. 2008. “Pengembangan Model Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajarn IPS di SMP”. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 11(1).