PENDAHULUAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut dilakukan dengan berbagai dasar dan harapan dapat dijadikan sebagai perangkat bantuan untuk pengelolaan kinerja sebuah sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia pada umumnya. Beberapa argumentasi dan aspek penting yang menjadi dasar dalam penelitian akan diuraikan dalam bagian ini secara sistematis.
Latar Belakang Pengembangan agroindustri senantiasa diarahkan untuk menyempurnakan sukses pada generasi pertanian sebelumnya, sehingga beberapa aspek pada generasi sebelumnya harus tetap menjadi fokus pertimbangan. Aspek-aspek yang tetap harus dipertimbangkan tersebut diantaranya adalah adanya peningkatan kesejahteraan petani dan kontribusi pendapatan nasional baik dari sisi Gross Domestic Product (GDP) maupun Gross National Product (GNP). Agroindustri muncul sebagai upaya peningkatan nilai tambah dari sektor pertanian melalui serangkaian aktivitas yang dilakukan untuk itu. Agroindustri diharapkan juga akan memberikan nilai tambah pada pendapatan nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Menurut Brown (1994), agroindustri merupakan industri yang berbasis pada pengolahan bahan baku pertanian yang sangat utama dalam menunjang ekonomi negara berkembang. Salah satu sub sektor pertanian yang perlu diperhatikan karena potensinya adalah sub sektor kelautan. Kelautan
merupakan
sub
sektor
Pertanian
yang
potensial
untuk
dikembangkan, di samping karena peluang peningkatan devisa negara dari sektor non migas juga tingkat keterlibatan masyarakat dan potensi agroindustrinya. Hal ini diperkuat dengan arah kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) 2002-2004
yang
menekankan
pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan
kesejahteraan masyarakat pada bidang kelautan dan perikanan dengan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan dengan sekaligus memelihara daya dukungnya.
Pengembangan
sub
sektor
kelautan
dan
perikanan
melalui
pembangunan agroindustri diharapkan dapat menjamin terjadinya peningkatan nilai tambah. Oleh karena itu diperlukan adanya pengembangan struktur agroindustri hasil laut yang mendukung arah kebijakan tersebut dan sistem pengukuran kinerja
2
yang dijadikan acuan dalam monitoring dan evaluasi sekaligus perbaikan menjadi sebuah sistem industri yang optimal. Klaster industri merupakan salah satu alternatif pedekatan dalam memperkuat struktur Agroindustri Hasil Laut sehingga diharapkan mampu meningkatkan kontribusi riil sektor agroindustri terhadap pembangunan nasional. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pemasukan devisa negara melalui komoditas non migas khususnya melalui komoditas pertanian perlu disertai dengan tindakan nyata. Salah satu komoditas sektor pertanian yang memiliki potensi kuat untuk dikembangkan dan dijaga keberlanjutannya adalah komoditas hasil laut. Hasil laut di Indonesia
merupakan salah satu komoditas yang mempunyai keunggulan
komparatif yang perlu diimbangi dengan keunggulan kompetetif. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) pada sub sektor kelautan ini. Meskipun sempat terjadi penurunan pada tahun 1999, namun pada tiga tahun
terakhir
(1999-2002)
meningkat
cukup
signifikan,
berdasarkan
hasil
pengolahan data diperoleh informasi bahwa pada periode tahun 1996 -2002 nilai ISP sub sektor ini memiliki rata-rata 0.95 (www.deprin.go.id). Dalam rangka mengoptimalkan nilai tambah pada sektor Agroindustri hasil laut maka diperlukan optimasi berupa penataan kembali struktur kelompok industri. Melalui penataan struktur kelompok industri ini diharapkan produktivitas sektor riil dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat terjadi peningkatan kesejahteraan petani/nelayan dan pengusaha serta mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada devisa negara. Pengembangan struktur industri harus disertai dengan tujuan adanya peningkatan nilai tambah dan terjadinya pemerataan ekonomi di Indonesia. Beberapa kebijakan perekonomian diindikasikan masih kurang berpihak pada kelompok menengah ke bawah, oleh karena itu perlu diupayakan adanya perubahan yang mampu mengakomodasi kebutuhan tersebut. Pembangunan sistem industri yang terintegrasi dengan model Klaster merupakan salah satu alternatif yang bisa dipelajari sehingga memberikan suatu rekomendasi baru bagi perkembangan sistem perindustrian di Indonesia dengan memunculkan kekuatan baru untuk
mampu
bersaing di era global. Persaingan industri yang terjadi pada era global ini sudah bergeser dari kompetensi industri secara individu menjadi kompetensi supply chain (rantai pasok) dan pada masa mendatang akan menjadi persaingan yang berbasis pada kompetensi klaster. Industri atau klaster yang dikelola secara efisien yang akan mampu memenangkan persaingan, di samping itu juga harus cukup kuat untuk
3
menghadapi
persoalan-persoalan
eksternal
di
masa
yang
akan
datang.
Pembangunan industri yang kokoh dapat dilakukan dengan menyatukan segala kekuatan yang ada sehingga struktur industri mampu tumbuh kembang dan mengurangi sebanyak mungkin pengaruh kondisi eksternal. Perubahan persaingan di pasar dunia yang terjadi di era globalisasi memberikan pengaruh terhadap lingkungan internal maupun eksternal dari sebuah sistem industri. Konsumen menjadi lebih kritis terhadap kualitas dan pelayanan. Perusahaan yang tidak sadar terhadap perubahan tersebut tidak akan mampu bersaing, demikian halnya dengan sebuah Klaster Agroindustri. Sebuah Klaster Agroindustri harus mampu bersaing, sehingga perlu untuk senantiasa ditingkatkan kinerjanya. Pengukuran kinerja klaster sangat diperlukan untuk mengetahui status kinerja klaster berdasarkan indikator-indikator kinerja yang diturunkan dari sejumlah kriteria keberhasilan klaster agroindustri hasil laut, sehingga bisa menjadi acuan dalam menyusun aktivitas perbaikan klaster. Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional pengukuran kinerja klaster agroindustri hasil laut maka diperlukan sebuah model sistem pengukuran kinerja klaster komprehensif yang tepat dan mudah untuk dioperasikan. Kinerja sebuah klaster yang baik menuntut dipenuhinya beberapa kriteria dasar yang akan menentukan keberhasilan sebuah pengembangan klaster. Banyak penelitian yang sudah dilakukan baik terhadap pengembangan klaster maupun perancangan sistem pengukuran kinerja, namun belum didapatkan adanya penelitian yang secara spesifik merancang sebuah model pengukuran kinerja yang memperhatikan semua aspek baik secara parsial maupun komprehensif sebuah klaster agroindustri hasil laut. Pengukuran kinerja secara parsial pada sebuah klaster agroindustri belum cukup menampilkan secara keseluruhan kinerja klaster tersebut, di samping itu juga sulit diketahui interaksi masing-masing ukuran kinerja sehingga strategi peningkatan kinerja sebuah klaster yang efektif masih sulit untuk dirumuskan. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka untuk meningkatkan kinerja sebuah klaster agroindustri hasil laut perlu dilakukan upaya-upaya konkrit yang diperoleh dari hasil monitoring dan evaluasi terhadap beberapa indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai ukuran kinerja klaster agroindustri hasil laut. Untuk bisa mengetahui capaian-capaian indikator kinerja klaster agroindustri hasil laut dan memberikan respon sebagai umpan balik untuk perbaikan kinerja sistem pada masa yang akan datang maka terlebih dahulu harus dirancang sebuah model pengukuran
4
kinerja komprehensif yang memperhatikan semua ukuran kinerja baik secara parsial maupun integral dalam modelnya.
Tujuan Penelitian Beberapa tujuan yang ingin diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan adalah : (1)
Mendapatkan ukuran kinerja pada sebuah klaster agroindustri hasil laut
(2)
Membangun model scoring board pengukuran kinerja komprehensif dengan memperhatikan klaster agroindustri hasil laut sebagai sebuah sistem.
(3)
Merancang model pengukuran kinerja komprehensif klaster agroindustri hasil laut dalam bentuk Sistem Penunjang Keputusan (SPK) untuk manajemen kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk keperluan pengembangan sektor industri khususnya agroindustri hasil laut di Indonesia. Sistem agroindustri hasil laut berdasarkan rantai produksi terdiri dari usaha penangkapan ikan atau budidaya, usaha lepas pantai atau usaha pasca panen serta industri pengolahan hasil laut. Selanjutnya agroindustri hasil pertanian secara kategori berdasarkan tingkatan proses transformasi yang terjadi dapat dibedakan menjadi agroindustri level I, agroindustri level II, agroindustri level III dan agroindustri level IV. Perancangan model pengukuran kinerja komprehensif dilakukan berdasarkan karakteristik agroindustri hasil laut yang diperoleh melalui pendekatan sistem. Verifikasi model dilakukan pada klaster agroindustri hasil laut teri nasi dan rumput laut di Propinsi Jawa Timur. Mengingat belum adanya pernyataan formal sebuah klaster agroindustri hasil laut di Indonesia, maka dalam penelitian ini diasumsikan bahwa sistem agroindustri teri nasi dan rumput laut yang ada pada saat ini sebagai klaster industri untuk keperluan uji coba model. Berdasarkan tingkatan agroindustri, maka pada kedua klaster industri terpilih tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga tingkatan yaitu agroindustri level I, level II dan level III, sementara untuk level IV (pada industri pangan) tidak terdapat pada klaster yang diamati. Pertimbangan lain adalah dimilikinya beberapa karakteristik perilaku klaster pada kedua jenis industri tersebut, diantaranya adalah adanya komunikasi dan kerjasama meskipun masih dalam batas rantai produksi. Untuk selanjutnya, hasil implementasi model pada kedua klaster tersebut akan dijadikan acuan dalam pengembangan ke
5
arah klaster agroindustri hasil laut yang lebih matang melalui sebuah sistem pengelola kinerja yang berkelanjutan.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk pengembangan ilmu maupun aplikasinya, sehingga mampu memberikan kontribusi riil di masyarakat industri khususnya di Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain : 1. Menjadi alat bantu dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi klaster industri khususnya agroindustri yang sekarang sedang diinisiasi oleh Pemerintah dalam 32 sektor industri, di mana industri hasil laut adalah menjadi prioritas kedua. 2. Membantu pengambilan keputusan bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder, stakeholder) klaster agroindustri hasil laut dalam meningkatkan kinerjanya baik secara individu maupun secara sistem (klaster). 3. Menyediakan infrastruktur lunak yang mudah digunakan (user friendly) sehingga memudahkan pemerintah dalam melakukan perencanaan pengembangan klaster industri khususnya klaster agroindustri. 4. Memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu di bidang Teknik dan Manajemen Industri khususnya di bidang Ilmu Sistem dan Pengukuran Kinerja serta Klaster Industri.