PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata yaitu (1) meningkatkan kualitas pelayanan kepada publik dalam bentuk jasa atau kemudahan-kemudahan yang diperlukan bagi wisatawan mancanegara yang hendak berkunjung ke-Indonesia dan kemudahan bagi wisatawan nusantara dalam melakukan perjalanan untuk mengenali dan mencintai alam dan ragam budaya Indonesia; (2) mengambil langkah-langkah nyata guna mengoptimalkan akselerasi pembangunan
kebudayaan
menyejahterahkan
dan
masyarakat,
pariwisata
membuka
nasional
lapangan
kerja,
dalam
upaya
memberantas
kemiskinan dan memeratakan pembangunan; (3) secara proaktif melakukan upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam dan budaya untuk pembangunan kebudayaan dan pariwisata, dan (4) menggunakan tema “Indonesia Ultimate in Diversity” dalam setiap kegiatan promosi yang dilakukan di luar negeri dan tema "Kenali Negerimu Cintai Negerimu Ayo Tamasya Jelajahi Nusantara" dalam setiap kegiatan promosi di dalam negeri. Pembangunan kepariwisataan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan obyek dan daya tarik wisata dalam bentuk keindahan alam, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan budaya, serta peninggalan sejarah dan purbakala. Daerah-daerah di Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang potensial untuk dikembangkan dalam kerangka kepariwisataan serta memiliki kemampuan untuk menjadi salah satu tujuan pariwisata dunia. Kekayaan alam berbasis bahari merupakan potensi yang tinggi untuk dikembangkan tanpa menghilangkan potensi yang ada di daratan seperti pegunungan, perbukitan, danau, dan sungai. Potensi
kekayaan
budaya
juga
patut
diperhitungkan
dalam
mengembangkan suatu daerah sebagai tujuan utama. Keanekaragaman budaya dan kesenian telah dikenal masyarakat dunia, termasuk keterbukaan dan keramahan masyarakat, serta kekayaan kuliner dipercaya memberi andil besar bagi tumbuhnya minat wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah. Selain dari
2
potensi alam dan budaya, keberadaan sarana dan prasarana kepariwisataan yang lengkap, aksesibilitas yang mudah dan kualitas pelayanan yang memadai mampu menjadi pendukung pengembangan daerah sebagai tujuan wisata. Keragaman obyek, daya tarik wisata dan kelengkapan sarana prasarana menjadi modal penting untuk menciptakan kegiatan pariwisata yang dapat memberikan efek positif terhadap pembangunan berskala nasional maupun lokal. Pariwisata di Indonesia mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembangunan, khususnya sebagai penghasil devisa negara di setelah sektor minyak dan gas. Adapun persentase kontribusi pariwisata dalam perolehan devisa terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 Konstribusi pariwisata dalam perolehan devisa (dalam juta USD) No
Sektor
1. Minyak dan Gas 2. Pariwisata 3. Garment 4. Industri Kayu Lapis 5. Industri Elektronik Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005.
Perolehan Devisa (Juta USD) 2003 2004 12,290 15,590 4,030 4,700 3,890 4,270 3,160 3,410 3,120 3,230
Secara ekonomi menurut Mill (1990) pariwisata menyumbang pengumpulan mata uang asing (devisa), meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja, dapat meningkatkan struktur perekonomian dan mendorong perkembangan usaha kecil. Sektor
pariwisata
memberikan
dampak
positif
terhadap
peningkatan
perekonomian Indonesia, dimana pada tahun 2004 untuk nilai produk domestik bruto meningkat 16% dari tahun 2003. Peningkatan ini juga terjadi pada sektor pajak dan upah/gaji. Dampak dari pariwisata terhadap parameter ekonomi terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Dampak pariwisata terhadap parameter ekonomi nasional (rupiah) No. Dampak 1. PDB 2. Upah dan Gaji 3. Pajak Sumber : Biro Pusat Statistik, 2005.
2003 99,240 Milyar 29,310 Milyar 5,110 Milyar
2004 115,500 Milyar 34,150 Milyar 5,950 Milyar
3
Berdasarkan
laporan
akhir
Studi
Penyusunan
Rencana
Induk
Pengembangan Pariwisata Nasional tahap II tahun 1996-1997 menyebutkan bahwa, Propinsi Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah untuk pengembangan pariwisata dengan produk andalan adalah kawasan laut dan kawasan darat. Kawasan laut yang terkait adalah Kawasan Laut Siberut dan sekitarnya yang memiliki sektor unggulan perikanan dan pariwisata dengan orientasi adalah Kota Padang. Sementara kawasan darat yang terkait adalah Kota Bukit Tinggi, Padangpanjang, Payakumbuh, Batusangkar, dan Lubuk Sikaping. Kota-kota tersebut diatas memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan lokal (PPL) dalam struktur pelayanan nasional. Di Sumatera Barat, selain Bukittinggi yang terkenal dengan obyek wisata Jam Gadang-nya, obyek wisata yang tidak kalah menariknya dan menjadi salah satu tujuan wisatawan yang selalu dikunjungi yaitu keindahan alam dari danau Maninjau yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam. Berdasarkan kondisi alamnya, Kabupaten Agam memiliki topografi yang bervariasi pada ketinggian antara 0 m (di Kec. Tanjung Mutiara) hingga 2.891 m (di Kec. Sungai Pua). Dengan kondisi geografis daerah yang merupakan perpaduan antara pantai, gunung, lembah dan danau, Kabupaten Agam sarat dengan puluhan tempat wisata alam dan bahari yang menawarkan pemandangan alam yang indah dan menarik untuk dikunjungi. Kekayaan tempat-tempat bersejarah, budaya, kesenian rakyat dan aneka kerajinan rakyat yang merupakan atraksi wisata lainnya yang tak kalah menarik. Bedasarkan data Kabupaten Agam dalam angka tahun 2006 (BPS Kab. Agam, 2006), pariwisata di Kabupaten Agam pada saat ini memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pendapatan dan penerimaan daerah. Pada tahun 2006 diperoleh penerimaan daerah dari sektor ini sebesar Rp. 722 285 000.-. Untuk kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam, terjadi peningkatan wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara masing-masing sebesar 18 % dan 49 % pada tahun 2004. Sedangkan pada tahun 2005 terjadi peningkatan 5 % wisatawan lokal dan 19 % untuk wisatawan mancanegara. Dilihat dari total kunjungan untuk tahun 2004 dan 2005 terjadi peningkatan kunjungan masing-masing sebesar 25 % dan 9 %. Pada tahun 2006 terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam,
4
baik dari kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara yaitu sebesar 15 %. Grafik kunjungan wisatawan tersebut terlihat pada Gambar 1. 25,000
21,646 18,356
20,000 15,000 10,000
22,734 20,973
13,423 11,264
2003
9,896
2004
7,535
2005 2006
5,000 -
Wisatawan Mancanegara
Wisatawan Lokal
Gambar 1 Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Agam Tahun 2003-2006 Dalam pembangunan kepariwisataan masalah yang ditemui adalah mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata, kelangkaan sumberdaya, dan mengenai pemanfaatan yang sesuai dengan peruntukan dan kepemilikan. pembangunan
Hal
ini
berhubungan
kepariwisataan
yang
dengan
upaya
berkelanjutan
untuk
menciptakan
(sustainable
tourism
development). Pembangunan pariwisata berkelanjutan, seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) dalam Subadra (2007) adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Ditinjau dari perpektif kepariwisataan sebagai sebagai salah satu sektor pembangunan, karakter keterkaitan antar sektor sangat tinggi. Keterkaitan antar sektor tersebut mencakup aspek makro, yaitu antara lain perencanaan, implementasi, dan pengawasan kebijakan, hingga aspek mikro yaitu perencanaan produk, atribut produk, pasar, kebijakan dan regulasi. Tatanan tersebut juga melibatkan dan menempatkan stakeholders kepariwisataan yang mencakup
5
masyarakat, pemerintah, pihak swasta dan wisatawan dalam posisi dan porsi yang berbeda. Tanpa pengelolaan yang tepat akan menimbulkan konflik dan tumpang tindih (overlap) dalam pelaksanaan kepariwisataan (Bahar, 2001). Pada saat ini di Kabupaten Agam, pembangunan kepariwisataan yang dilaksanakan masih mengalami kendala dalam pengelolaan, pemanfaatan dan pengawasan dari obyek-obyek wisata yang ada. Hal ini terlihat di beberapa obyek wisata mengalami kerusakan-kerusakan, terutama pada sarana prasarana yang ada. Salah satu penyebabnya adalah menyebarnya obyek-obyek wisata tersebut dan belum adanya pengelompokan obyek-obyek wisata tersebut untuk memudahkan dalam pembangunan, pengelolaan dan pengawasannya. Oleh karena itu, untuk terlaksananya
pembangunan
pariwisata
berkelanjutan
dan
terlaksananya
percepatan pengembangan pariwisata di Kabupaten Agam maka diperlukan suatu strategi dan konsep pengembangan ruang pariwisata. Salah satu konsep yaitu dengan mengelompokan beberapa obyek wisata menjadi satu kesatuan yaitu Satuan Kawasan Wisata (SKW). SKW merupakan pengelompokan obyek-obyek wisata dalam satu kesatuan kawasan tujuan wisata berdasarkan kedekatan dan homogenitas atau kemiripan dari daya tarik obyek wisatanya. Konsep SKW ini lebih menguntungkan didalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Agam, antara lain: 1. Akan memudahkan kontrol/pengawasan pengelolaan dan pemeliharaan obyek wisata. 2. Memiliki faktor kedekatan jarak/akses antara satu obyek dengan obyek yang lain. 3. Pembangunan sarana prasarana relatif akan membutuhkan biaya investasi yang lebih rendah dibandingkan dengan pengelompokan wisata yang tersebar. 4. Potensi pengembangan wilayah lebih besar, karena pengembangan obyekobyek wisata berada dalam kantong-kantong cluster. Perumusan Masalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional menyatakan pada pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa kawasan pariwisata termasuk dalam kawasan budidaya
6
sedangkan yang dimaksud dengan kawasan pariwisata meliputi kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Pada pasal 49 menyebutkan bahwa kriteria kawasan budidaya untuk kawasan pariwisata adalah : (1) kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata, serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam dan lingkungan; (2) kawasan yang apabila digunakan untuk kegiatan pariwisata secara ruang dapat memberikan manfaat: a) meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi; b) meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya; c) tidak mengganggu fungsi lindung; d) tidak mengganggu upaya pelestarian sumber daya alam; e) meningkatkan pendapatan masyarakat; f) meningkatkan pendapatan nasional dan daerah; g) meningkatkan kesempatan kerja; h) melestarikan budaya; dan i) meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan pasal 4 menyebutkan bahwa obyek dan daya tarik wisata terdiri atas wisata alam (flora dan fauna), museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi dan tempat hiburan. Kabupaten Agam merupakan salah satu tujuan wisata di Propinsi Sumatera Barat. Pada daerah ini terdapat lebih kurang 94 obyek wisata yang tersebar di 14 kecamatan yang terdiri dari 3 jenis wisata yaitu wisata alam, wisata sejarah dan budaya, dan wisata minat khusus (Renstra Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Agam 2006-2010). Banyaknya obyek wisata yang ada teryata terdapat permasalahan yang harus mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Agam. Terutama belum adanya suatu acuan yang baku untuk penentuan prioritas pengelolaan, pengembangan dan pembangunan yang jelas dari pemerintah Kabupaten Agam terhadap obyek pariwisata yang mempunyai potensi tinggi. Permasalahan lain yang cukup mempengaruhi dalam pengembangan pariwisata juga dialami oleh Kabupaten Agam, yaitu faktor aksesibilitas ke beberapa lokasi wisata yang tidak bisa dilalui kendaraan, kurangnya sarana dan prasarana pendukung obyek wisata dan daya tarik dari obyek wisata itu sendiri.
7
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka timbul beberapa pertanyaan yaitu: 1. Bagaimana menilai keunggulan setiap obyek wisata dari sisi sumberdaya fisik dan kriteria yang dipakai untuk penilaian tersebut. 2. Bagaimana memetakan setiap lokasi wisata sehingga antar lokasi wisata dapat memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. 3. Bagaimana membuat suatu kawasan pariwisata yang bisa mendukung antara satu obyek wisata dengan obyek yang lainnya. Tujuan Penelitian 1. Menentukan dan memetakan obyek-obyek wisata aktual yang dapat dikembangkan berdasarkan kriteria yang ada. 2. Menyatukan obyek-obyek wisata menjadi beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat, yaitu: 1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Agam sebagai
bahan
pertimbangan
dan
rekomendasi
dalam
perencanaan
pembangunan kepariwisataan. 2. Sebagai salah satu model, informasi dasar dan data dalam proses perencanaan dan pengembangan wisata. Ruang Lingkup Penelitian Dalam rangka penentuan kawasan wisata, terdapat dua permasalahan yang perlu dikaji yaitu: (1) obyek wisata yang bagaimana yang layak untuk dikembangkan, dan (2) pendekatan apa yang dilakukan untuk bisa meningkatkan pengembangan pariwisata dalam jangka panjang. Penelitian ini dalam pengambilan data primer (kuisioner) lebih menekankan kepada keinginan dan ketertarikan pengunjung/wisatawan (demand side) terhadap obyek wisata aktual atau obyek wisata yang sudah ada di Kabupaten Agam. Namun sesuai dengan tujuan penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini adalah menentukan dan memetakan obyek-obyek wisata aktual yang dapat dikembangkan dan
8
mengelompokkan obyek-obyek wisata tersebut menjadi beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Penentuan suatu kawasan wisata didasari oleh kemiripan daya tarik dan kedekatan obyek wisata yang ada. Pembentukan satuan kawasan wisata selain lebih efisien dalam proses pengembangan pariwisata juga akan memudahkan kontrol/pengawasan dan pemeliharaan obyek wisata.