PENDAHULUAN Latar belakang
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sumber daya manusia dan alam yang sangat potensial dalam menunja ng pembangunan ekonomi serta mempunyai faktor daya saing komparatif yang sangat kuat. Salah satu subsektor yang dijadikan program unggulan pemerintah adalah peternakan. Subsektor peternakan mempunyai potensi dan pe luang ya ng cukup besar untuk dikembangkan karena didukung oleh kondisi agroklimat yang cocok untuk berbagai komoditas ternak, sumber daya manusia, tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang tersebar hamper di setiap kabupaten/kota, adanya lembaga pendukung seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, perbankan, organisasi profesi, dan perusahaan peternakan, serta potensi pasar yang besar termasuk di dalamnya adalah peluang ekspor bagi komoditas peternakan. Kebijakan pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dikaitkan dengan pelaksanaan Otonomi Daerah adalah mengembangkan daerah-daerah berpotensi sebagai sentra produksi sapi potong. Beberapa daerah yang berpotensi dengan persentase populasi sapi potong dari urutan tertinggi adalah Kabupaten Ciamis (11.33%), Tasikmalaya (10.24%), Sumedang (9.06%), Cianj ur (8.93%), Subang (6.46%), Purwakarta (6.38%). (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2010). Data pop ulasi tersebut mencakup usaha pe ternaka n rakyat da n perusahaan yang bergerak di bidang usaha pembibitan (breeding), pembesaran (rearing), dan penggemukan (feedlot). Sebaran lokasi yang jauh dari konsumen umumnya berorientasi pada kegiatan perbibitan dan pembesaran. Hal ini terutama didukung oleh kondisi ketersediaan sumber daya alam sebagai sarana produksi yang menyebabkan rendahnya biaya produksi. Sedangkan di wilayah-wilayah yang mendekati pusat pasar (konsumen), seperti Kabupaten Bandung, Sumedang, Purwakarta, Bekasi, dan Kabupaten Bogor, usaha peternakan sapi potong berkembang ke arah usaha penggemukan (feedlot). Kabupaten Sumedang adalah salah satu daerah yang sangat potensial untuk dijadikan sentra pengembangan sapi potong di Jawa Barat. Populasi sapi
2 potong pada tahun 2010 sebesar 32 577 ekor yang terdiri dari 11 275 ekor jantan dan 18 305 ekor betina dan tersebar pada sekitar 14 125 Rumah Tangga Peternak (RTP). Potensi pengembangan ternak ruminansia efektif sebesar 114 000 Satuan Ternak (ST) dan kebiasaan masyarakat secara turun menurun memelihara ternak sapi merupakan kekuatan yang besar untuk pengembangan ternak sapi potong di daerah ini. Agribisnis sapi potong merupakan prioritas dalam mengembangkan komoditas unggulan setelah tanaman pangan (Wiyatna 2008). Pada tingkat peternak, ciri-ciri sistem pemeliharaan sapi potong yang masih tradisional, bersifat usaha sambilan, jumlah kepemilikan rendah, dan pemberian pakan seadanya tanpa memperhatikan kebutuhan ternak merupakan faktor- faktor yang turut menghambat perkembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang. Disamping itu tingkat pengetahuan dan keterampilan peternak dalam manajemen pemeliharaan sapi potong yang renda h juga merupakan penghambat dalam penerapan teknologi usaha pengembangan sapi potong di daerah ini. Pemeliharaan sapi-sapi betina
induk
dianggap
peternak
kurang
menguntungkan karena jangka waktu yang cukup lama unt uk mendapatka n hasil usaha yaitu anak sapi yang dihasilka n. Kegagalan reprod uks i yang sering terjadi akan merugikan peternak dengan bertambahnya jarak beranak (calving interval), sedangkan peternak membutuhkan biaya rutin untuk pemeliharaan sapi tersebut. Pada akhirnya sering terjadi penjualan ternak sapi pinjaman oleh peternak dengan alasan kebutuhan yang mendesak. Dengan demikian pemerintah perlu mengkaji kembali paket bantuan ternak sehingga ternak sapi tersebut tidak menjadi tambahan beban keluarga, bahkan sebaliknya dapat menunjang pemenuhan kebutuhan peternak. Dalam hal ketersediaan pakan, umumnya peternak sapi potong di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Sumedang mengalami kesulitan mendapatkan pakan terutama pada saat musim kemarau. Kondisi ini nyata terlihat pada wilayah yang padat ternak ruminansia seperti kecamatan Tanjungsari dan Pamulihan sebagai sentra sapi perah. Peternak akan mencari sumber-sumber pakan ke wilayah lain seperti Bandung dan Garut secara berkelompok menggunakan kendaraan roda empat. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya
3 konsumsi pakan dan lebih jauh menyebabkan produktivitas ternak menjadi rendah (Sudaryanto 2006). Kajian penelitian terhadap potensi dan strategi yang dapat memperbaiki kondisi peternaka n di Kabupaten Sumedang masih terbatas, sehingga kerjasama pihak perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi peternakan ini sangat diharapkan terwujud. Harapan kerjasama tersebut dapat meningkatkan pendapatan peternak dan pemerintah setempat.
Perumusan Masalah Beberapa permasalahan mendasar yang dapat dirumuskan dan dinilai menentukan terhadap perkembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang, antara lain : 1)
Pengetahuan dan keterampilan peternak dalam manajemen usaha sapi potong masih rendah.
2)
Peternak mengalami kesulitan dalam penyediaan pakan hijauan secara cukup sepanjang tahun, terutama pada saat musim kemarau.
3)
Kelembagaan di tingkat petani ternak belum berkembang kearah usaha yang professional yang dapat meningkatkan pendapatan usaha peternakan.
4)
Penelitian mengenai potensi wilayah Kabupaten Sumedang masih terbatas, termasuk kurangnya penerapan teknologi aplikasi dalam kegiatan budidaya ternak sapi potong.
Tujuan Penelitian Secara keseluruhan penelitian ini bertujuan : 1.
Mengidentifikasi dan menganalisis po tensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dalam pengembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang.
2.
Mempelajari sistem produksi berdasarkan pola pemeliharaan sapi potong di Kabupaten Sumedang, dan melakukan analisis SWOT, serta merumuskan solusi alternatif pemecahan masalah pengembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang.
4 3.
Membuat proyeksi pengembangan sapi potong dalam kurun waktu lima tahun kedepan dengan menggunakan asumsi-asumsi koe fisien teknis.
4.
Merancang model usaha peternakan sapi potong berbasis sumber daya loka l dan pendekatan agribisnis di Kabupaten Sumedang.
Kerangka Pe mikiran Dalam merencanakan pengembangan ternak di suatu daerah, kondisi yang terlebih dahulu perlu dianalisis adalah potensi sumber daya yang tersedia, yang mencakup ketersediaan lahan da n paka n, tenaga ke rja, dan potensi ternak yang akan dikembangkan. Sistem produksi ternak merupakan suatu tranformasi dari input yang tersedia menjadi output. Untuk dapat mengembangkan sistem produksi secara efisien diperlukan suatu keahlian manajemen dalam menekan resiko yang merugikan unt uk mencapa i tujuan. Identifikasi potensi dan sumber daya yang tersedia dengan cara menganalisis semua faktor yang berkaitan dengan usaha sapi potong yang menyangkut kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman pada suatu daerah perlu dilakukan untuk merumuskan strategi pengembangan usaha sapi po tong sesuai de ngan kebutuhan masyaraka t. Beberapa pola yang dapat diterapkan sebagai alternatif solusi adalah (1) Menyertakan pola usaha penggemukan dalam paket pemberian bantuan ternak sapi potong, (2) Pemerintah memfasilitasi penyediaan pakan hijauan da n konsentrat yang diperlukan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan, (3) Menyertakan sistem pengelolaan limbah ternak yang dapat memberikan manfaat langsung mengurangi permasalahan peternak misalnya menjadi sumber energi (biogas) da n pupuk or ganik yang dibutuhkan dalam kegiatan tanaman pangan. (Sutanto 2002). Oleh ka rena itu dengan mengidentifikasi dan menghitung potensi wilayah, hasil analisis SWOT terhadap kondisi peternakan di Kabupaten Sumedang, dapat dirumuskan strategi pengembangan usaha peternakan sapi potong yang efekt if dan efisien. Untuk itu diperlukan berbagai data dan informasi yang mendukung meliputi data teknis, non teknis, produksi dan manajemen serta kelembagaan
5 yang ada di tingkat petani. Di samping itu berbagai pola dan penerapan usaha yang saat ini dilakukan peternak akan dipelajari dan merupakan data pendukung dalam mengembangkan model yang tepat.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapka n dapat menjadi : 1.
Sumber informasi bagi pemangku kebijakan dalam program pengembangan sapi potong di Kabupaten Sumedang pada daerah lain yang memiliki karakteristik hampir sama.
2.
Teknologi yang diintroduksi dalam peternakan sapi potong tersebut dapat diterapkan oleh peternak dan dirasakan manfaatnya secara berkelanjutan.
3.
Penerapan model usaha sapi potong di tingkat peternak dapat meningkatkan produktivitas ternak dan pendapatan peternak.
Metode dan pendekatan yang dilakukan adalah melalui beberapa tahapan berbasis input, proses, dan luaran sebagaimana yang disajikan pada Gambar 1. Pengembangan usaha sapi potong
• Identifikasi potensi saat ini • Ketersediaan sumber daya dan permasalahan
•
Analisis potensi - Kapasitas tampung lahan - SWOT - Persepsi • Solusi alternatif Sumber daya lahan Sumber daya i
Sumber daya ternak Strategi pengembangan perumusan model
Penerapan teknologi pakan dan pengolahan limbah
• Meningkatnya produktivitas ternak • Meningkatnya pendapatan peternak
Gambar 1 Diagram alir penelitian
6 Berdasarkan data dan hasil analisis berbagai komponen diperoleh informasi tentang
pola
pemeliharaan sapi
potong
yang
dilaksanaka n saat
ini.
Pengembangan model yang efektif dan efisien bertujuan meningkatkan produktivitas ternak dan pendapatan peternak. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan suatu model yang efisien, aplikatif, dan menguntungkan. Disamping itu komponen-komponen mode l yang ditentukan harus memiliki kapasitas penentu keberlanjutan usaha pada kawasan dimaksud, sehingga berdampak terhadap eko nomi wilayah. Gambar 1 menunjukkan kerangka acuan penelitian ini.
Dalam mengembangkan suatu kawasan, maka terlebih dahulu
harus melakukan ide ntifikasi pot ensi wilaya h dan po la usaha yang ada, hasil tersebut digunakan untuk
menentukan strategi pengembangan terhadap
komponen model seperti ternak, manusia, lahan, serta teknologi. Model yang dibentuk harus dapa t diaplikasikan secara berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas ternak dan meningkatkan pendapatan peternak.