PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia sebagai mahluk sosial akan mencapai kesempurnaannya melalui proses sosialisasi. Proses ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan akan terus berlanjut sepanjang kehidupan melalui peran-peran yang dimainkannya sesuai dengan tahap perkembangan kehidupan secara berkesinambungan. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak berinteraksi. Orang tua sebagai kepala keluarga sangat berperan dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, karena orang tua merupakan model identifikasi bagi anak-anaknya. Pengaruh keluarga terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadian sangat besar artinya karena banyak aspek dalam keluarga yang mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Remaja sebagai individu merupakan sumberdaya manusia yang memiliki potensi untuk berkembang dan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang. Oleh karena itu masa remaja merupakan masa yang penting di dalam perkembangan individu karena pada masa ini remaja mengalami perubahan yang mendasar dalam hal pubertas, kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan peralihan peran-peran yang baru di dalam masyarakat. Ketiga hal ini menunjuk pada perubahan biologis, kognitif dan sosial (Steinberg 1993). Perkembangan psikososial pada remaja tidak semata-mata terjadi dengan sendirinya, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di lingkungan kehidupan remaja. Lingkungan yang mempengaruhi sangat beragam dimulai dari lingkungan yang paling dekat sampai kepada lingkungan yang lebih jauh jangkauannya dan lingkungan tersebut membentuk suatu sistem yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Terdapat empat struktur dasar yang mempengaruhi perkembangan manusia, yaitu sistem mikro, sistem meso, sistem ekso dan sistem makro. Sistem mikro merujuk pada aktivitas dan hubungan dengan orang-orang yang memiliki arti bagi perkembangan individu dalam situasi
2 utama seperti keluarga, sekolah, media, peer group atau masyarakat. Sistem meso terdiri dari ikatan dan interrelasi diantara dua orang atau lebih orang-orang yang ada pada sistem mikro, seperti keluarga dan sekolah atau keluarga dan peer group. Sistem ekso merujuk pada pekerjaan orang tua, lembaga pemerintah kota dan jaringan dukungan sosial orang tua, sedangkan sistem makro terdiri dari masyarakat tempat individu berkembang dan sistem budaya yang merujuk pada sistem kepercayaan, gaya hidup dan opini, serta pola pertukaran sosial. Walaupun perubahan dasar yang terjadi pada remaja sifatnya umum berlaku pada semua remaja, akan tetapi perubahan tersebut terjadi dipengaruhi oleh konteks sosial yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya dan tempat serta waktu yang berbeda pula. Elemen yang paling penting sebagai situasi sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan remaja adalah keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah dan pekerjaan. Keluarga merupakan lingkungan awal tempat anak remaja mulai belajar bersosialisasi, belajar dari dirinya berinteraksi dan mengembangkan perilaku sosial yang lebih matang. Dalam proses ini interaksi dan relasi emosional yang terjalin antara orang tua dan anak akan berpengaruh terhadap harapan-harapan dan perilaku yang akan dimunculkan anak dalam relasi sosialnya dengan orang lain di lingkungannya. Hubungan yang terbentuk antara keluarga dan anak merupakan suatu yang khas dan akan memberikan pengaruh kepada perkembangan anak. Hubungan ini secara umum tercakup dalam pola pengasuhan. Menurut Sunarti (2004), pengasuhan dapat diartikan sebagai implementasi serangkaian keputusan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa kepada anak, sehingga memungkinkan anak menjadi bertanggungjawab, menjadi anggota masyarakat yang baik dan memiliki karakter baik. Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengorganisasikan serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor lain yang merupakan sistem yang mempengaruhi perkembangan psikososial remaja adalah media. Bandura (1970) dalam Social Learning Model menyatakan bahwa remaja akan menampilkan perilakunya sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat kepada mereka untuk menampilkan perilaku tertentu.
3 Melalui modeling di luar keluarganya, remaja berperilaku, mengenakan pakaian dan berbicara menurut hal-hal yang dipikirkan orang lain tentang dirinya. Remaja akan mencari otonomi, identitas dan melakukan sosialisasi melalui media karena media dapat menyediakan berbagai informasi yang berhubungan dengan jenis kelamin, peranan gender, hubungan antar individu dan sebagainya yang akan membantu mereka untuk berhubungan dengan subkultur yang berlaku di kalangan remaja. Mereka mempercayai media sebagai alat yang dapat merefleksikan kehidupan di dalam dunia yang nyata (Newton 1995; Chapin 2000). Berbagai studi telah dilakukan untuk melihat pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja. Terdapat bukti bahwa media dapat memberikan pengaruh yang positif (misalkan meningkatnya perilaku prososial) maupun yang negatif berupa munculnya perilaku kekerasan, penyalahgunaan obat-obatan, gangguan makan, sampai pada menurunnya prestasi akademik remaja di sekolah. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Departemen Sosial (2006) menemukan fakta bahwa terdapat sejumlah 2.815.393 orang anak terlantar, 182.406 orang anak korban tindak kekerasan, 228.851 orang anak nakal, 144.889 orang
anak
jalanan,
359.995 orang
korban penyalahgunaan
narkotika,
psikotropika dan zat adiktif (NAPZA), 267.981 keluarga yang bermasalah sosial psikologis, 6.969.602 keluarga rentan dan 8.581 orang penyandang HIV/AIDS. Hasil Susenas tahun 2005 menunjukkan bahwa penduduk Kota Bandung berjumlah 2.270.970 orang (penduduk perempuan 1.135.485 orang dan penduduk laki-laki 1.135.485 orang). Apabila dilihat dari kelompok umur, penduduk Kota Bandung yang berusia 15 sampai 19 tahun berjumlah 192.159 orang (perempuan 97.050 orang dan laki-laki 95.109 orang). Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 4.336 jiwa anak terlantar, sebanyak 220 jiwa anak nakal, sebanyak 4.000 jiwa anak jalanan dan sebanyak 242 orang korban penyalahgunaan napza. Jumlah remaja yang tertampung di 25 Sekolah Menengah Umum Negeri sebanyak 27.389 orang dan di 107 sekolah Swasta sebanyak 39.674 orang (BPS Kota Bandung 2006). Data ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Bandung yang berada pada golongan usia remaja berpotensi untuk mengalami permasalahan psikososial. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penelitian mengenai pengaruh
4 paparan media dan pola pengasuhan terhadap perkembangan psikososial remaja layak untuk dilakukan di Kota Bandung.
Masalah Penelitian Di dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya, remaja lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungannya, baik itu keluarga maupun kelompok sebayanya (peer-group). Pandangan Bandura dalam Social Learning Theory menyatakan bahwa remaja akan berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakatnya (Bandura 1970). Mereka akan mencontoh peran-peran yang ada di masyarakatnya, baik secara langsung atau tidak langsung melalui media, berupa media cetak maupun elektronik (video, televisi, internet). Peran-peran modeling dalam media yang terpapar secara berulang-ulang oleh remaja akan diadopsi olehnya sebagai perilakunya, terlepas dari negatif atau positif sifat materi yang terpapar tersebut. Pengaruh media terhadap perkembangan psikososial remaja sangat besar. Pengaruh positif media akan memperkuat perilaku remaja ke arah yang lebih sesuai dengan tahapan perkembangannya sebagai remaja. Sebaliknya, apabila pengaruh yang negatif terpapar oleh remaja tidak sedikit bukti yang menunjukkan akan berakibat pada penyimpangan perilaku, seperti misalnya penyalahgunaan obat-obatan, melakukan tindak kekerasan, perkosaan, kenakalan, gangguan makan dan bahkan prestasi akademik yang buruk. Pengasuhan orang tua terhadap remaja memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi perkembangannya. Menurut Evans (1989), dalam batasan Social Learning Theory yang telah dikemukakan Bandura, para orang tua akan mentransmisikan
keterampilan,
sikap,
nilai-nilai
dan
kecenderungan
emosionalnya melalui modeling. Transmisi ini dapat mengarah pada pembentukan baik karakter positif maupun negatif pada anak-anak. Melihat pengaruh pengasuhan orang tua dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja seperti yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian adalah “Sejauhmana gaya pengasuhan orang tua dan paparan media berpengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja di Kota
5 Bandung?”. Permasalahan penelitian tersebut dapat diuraikan dalam pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah
karakteristik
individu
remaja,
karakteristik
keluarga,
karakteristik sekolah dan peer group? 2. Bagaimanakah gaya pengasuhan orang tua, paparan media dan perkembangan psikososial remaja di Kota Bandung? 3. Apakah ada perbedaan paparan media, persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan dan perkembangan psikososial remaja ditinjau dari karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, dan karakteristik sekolah? 4. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group berpengaruh terhadap gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja? 5. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group berpengaruh terhadap terpaparnya remaja pada media? 6. Apakah karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group, gaya pengasuhan yang dipersepsi remaja dan paparan media berpengaruh terhadap perkembangan psikososial remaja?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group pada remaja. 2. Menganalisis paparan media, persepsi terhadap gaya pengasuhan dan perkembangan psikososial remaja ditinjau dari karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga dan karakteristik sekolah. 3. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah dan peer group terhadap paparan media. 4. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group dan paparan media terhadap persepsi remaja terhadap gaya pengasuhan.
6 5. Mengkaji pengaruh karakteristik individu remaja, karakteristik keluarga, karakteristik sekolah, peer group, gaya pengasuhan orang tua yang dipersepsi oleh remaja dan paparan media terhadap perkembangan psikososial remaja.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan informasi mengenai pengaruh media dan gaya pengasuhan yang dipersepsi oleh remaja terhadap perkembangan psikososial remaja ditinjau dari sudut ekologi pengasuhan. Hasil penelitian diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut: 1. Sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak terkait, seperti Kementerian Sosial, Kementerian
Pendidikan
Nasional,
dan
Kementerian Informasi
dan
Komunikasi dalam merumuskan kebijakan dan program-program pelayanan bagi pembentukan karakter remaja khususnya dan keluarga pada umumnya. 2. Masukan bagi para praktisi yang bekerja untuk membantu remaja dan keluarga yang bermasalah, seperti pekerja sosial, psikolog, guru, konselor dan lain-lain dalam mengembangkan program-program pelayanannya. 3. Bahan kajian pada penelitian selanjutnya mengenai gaya pengasuhan, paparan media dan perkembangan psikososial remaja.