1 PENDAHULUAN
Latar Belakang Kepemimpinan kelompok merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi anggota kelompoknya, sehingga anggota kelompoknya bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin dalam upaya mencapai tujuan kelompok. Pada umumnya perubahan perilaku kelompok sangat dipengaruhi oleh perilaku pemimpinnya. Jika pemimpin efektif dalam mempengaruhi anggotanya maka anggota akan berperilaku sesuai yang dikehendaki oleh pemimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan kelompok tani menjadi hal yang strategis untuk diperhatikan pada upaya penyuluhan pertanian melalui pendekatan kelompok. Pemimpin (ketua) kelompok tani dapat menampilkan berbagai fungsi kepemimpinan dalam kelompok tani, khususnya menggerakkan anggota agar melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan kelompok yang direncanakan sebaik-baiknya. Kepemimpinan yang baik diharapkan dapat membuat orang bergerak, bergiat dalam kesatuan kelompok sehingga kelompok tersebut berhasil mencapai tujuannya. Kepemimpinan ketua kelompok tani merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan kelompok tani yang berhasil mencapai tujuannya. Sills (Mardikanto 1993) menyatakan bahwa efektifitas kelompok tani merupakan keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya. Kepemimpinan di dalam kelompok tani dianggap sangat penting dalam upaya mencapai tujuan kelompok tani dan untuk mewujudkan kelompok tani yang kuat dan mandiri. Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian di dalam upaya menumbuhkan kader-kader pemimpin dalam kelompok tani menetapkan kebijakan berupa Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian No.168/Per/SM.170/J/11/11 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani, dimana aspek kepemimpinan merupakan salah satu indikator dalam penilaian kemampuan kelas kelompok tani. Kemampuan kelompok tani merupakan kapasitas yang dimiliki oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam mengembangkan usahatani (Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian 2011). Penilaian kemampuan kelompok tani dirumuskan dengan pendekatan aspek manajemen dan aspek kepemimpinan, meliputi: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) pengendalian dan pelaporan, (e) pengembangan kepemimpinan kelompok tani dari fungsifungsi kelompok tani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi. Kemampuan kelompok tani merupakan kapasitas yang dimiliki oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam mengembangkan usahatani. Berdasarkan peringkat kemampuannya dari terendah hingga tertinggi, kelompok tani diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas yaitu kelas Pemula, kelas Lanjut, kelas Madya dan kelas Utama. Setiap pemimpin khususnya pemimpin kelompok tani berkewajiban untuk melaksanakan fungsi kepemimpinan dengan sebaik-baiknya sebagai upaya 1
2 menggerakkan kerjasama anggota dalam mencapai tujuan kelompok yang telah direncanakan. Hubungannya dengan pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinan, menurut Slamet (2003) pemimpin kelompok haruslah melakukan hal-hal berikut ini agar kelompok atau organisasinya dapat dinamis atau efektif mencapai tujuannya yaitu: (1) mengidentifikasi dan menganalisis kelompok beserta tujuannya, (2) membangun struktur kelompok, (3) inisiatif, (4) pencapaian tujuan, (5) mempermudah komunikasi dalam kelompok, (6) mempersatukan kelompok (viscidity), (7) menciptakan suasana yang menyenangkan (hedonic tone), (8) menciptakan keterpaduan kelompok (syntality), dan (9) mengimplementasikan philosophy kelompok. Kepemimpinan juga dapat dinilai dari figur seorang pemimpin. Pengembangan kelembagaan petani yang efektif didukung oleh figur kepemimpinan. Figur kepemimpinan yang utama di antaranya adalah memiliki kejujuran, berhasil meraih kepercayaan masyarakat, memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif, serta berkompeten (Sumardjo 2003). Persepsi anggota dalam satu kelompok terhadap sesuatu hal adalah berbedabeda, termasuk persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok. Proses pengambilan keputusan untuk terlibat dalam kegiatan kelompok sangat terkait dengan persepsi seseorang terhadap kepemimpinan ketua kelompok. Ketidaksukaan terhadap kepemimpinan ketua kelompok misalnya, menyebabkan orang enggan berkelompok. Persepsi merupakan proses psikologis yang berlangsung pada diri kita sewaktu mengamati berbagai hal yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai proses, persepsi merupakan proses membangun kesan (forming impressions) dan membuat penilaian (making judgements) (Biran 1998). Langevelt dalam Harihanto 2001 juga mengatakan bahwa persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan dan perasaan terhadap stimulus tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Robbins (2008), sejumlah faktor dapat berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan harapan. Sedangkan definisi persepsi menurut Rakhmat (2007) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan, serta suatu proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Pendekatan kelompok merupakan metode yang efektif digunakan dalam penyuluhan pertanian. Hal ini sejalan dengan pendapat Van den Ban dan Hawkins (1999), bahwa metode kelompok lebih menguntungkan daripada media massa karena umpan balik yang dihasilkan mengurangi salah pengertian antara penyuluh dan petani. Interaksi ini memberi kesempatan untuk bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggota kelompok. Keuntungan metode kelompok juga diungkapkan oleh Albrecht dkk. 1989 (Anantanyu 2009) sebagai berikut: (a) Jumlah petani yang dapat dicapai jumlahnya lebih banyak, (b) Menghemat waktu dibandingkan dengan metode individu, (c) Biaya per kapita kelompok sasaran berkurang, (d) Memungkinkan partisipasi yang lebih besar dari kelompok sasaran, (e) Adanya peningkatan penilaian kemampuan penyuluh oleh petani, dan (f) Teknik-teknik dinamika kelompok dapat digunakan untuk
3 meningkatkan perluasan informasi dan meningkatkan kesediaan petani membuat keputusan. Berdasarkan data kelembagaan petani di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kebumen memiliki jumlah kelompok tani terbanyak kedua setelah Kabupaten Magelang (Setbakorluh Provinsi Jawa Tengah 2011). Jumlah kelompok tani di Kabupaten Kebumen sebanyak 1.934 kelompok tani dan berdasarkan kelas kemampuannya, dibedakan menjadi empat kelas yaitu Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen 2012). Dengan jumlah kelompok tani yang ada, secara teoritis seharusnya kelompok tani dapat menjadi media transformasi untuk peningkatan kualitas petani di Kabupaten Kebumen. Namun dilihat dari kelas kemampuannya, sebagian besar kelompok tani (1.682 kelompok tani atau sebesar 86,97%) masih merupakan kelompok tani kelas Pemula dan Lanjut (Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen 2012). Hal ini mencerminkan bahwa ketua kelompok tani sebagai pemimpin kelompok belum menjalankan fungsinya dengan baik sehingga kelompok tani belum berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Beranjak dari hal-hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya kajian tentang persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani dalam upaya mencapai tujuan kelompok tani. Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan, karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Apabila terdapat persepsi yang baik dari anggota kelompok tani terhadap kepemimpinan kelompok tani, maka dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pemimpin dalam mencapai tujuan kelompok tani yang dipimpinnya. Sebaliknya, bila terjadi persepsi yang buruk dari anggota kelompok tani, maka dapat dijadikan sebagai kontrol untuk peningkatan kualitas kepemimpinan dalam mewujudkan keberhasilan kelompok tani selanjutnya. Masalah Penelitian Proses kepemimpinan ketua kelompok tani diharapkan dapat mewujudkan dan mempertahankan kelompok terutama dalam membimbing dan mengarahkan petani anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Dalam upaya pencapaian tujuan kelompok perlu kebersamaan dan kerjasama dari anggota kelompok tani maupun pihak lain. Langevelt sebagaimana diacu dalam Harihanto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap suatu objek (stimulus). Akibat adanya stimulus, individu memberikan respon berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut. Persepsi yang benar terhadap suatu objek sangat diperlukan, karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku (Gibson 1986 diacu dalam Arey 2010). Dalam konteks persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani, respon ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan pemimpin dalam mewujudkan keberhasilan kelompok tani mencapai tujuan kelompok tani yang dipimpinnya. Produktivitas kelompok tani dapat ditingkatkan apabila kelompok dapat berjalan dengan efektif yaitu dapat mencapai tujuannya dan memuaskan anggotanya. Sills (Mardikanto 1993) menyatakan bahwa efektifitas kelompok tani merupakan keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat
4 pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan yang memuaskan anggotanya. Kepemimpinan dalam kelompok dianggap sangat penting dalam usaha mencapai tujuan kelompok tani. Namun demikian, masih banyak ditemui ketua kelompok tani yang belum dapat menampilkan fungsi kepemimpinannya. Artinya, kepemimpinan ketua kelompok tani belum sepenuhnya berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga tidak mampu menjaga keberhasilan kelompok. Dengan demikian ada tuntutan yang harus dijawab, pemimpin yang bagaimana yang ideal bagi keberhasilan kelompok tani berdasarkan faktor internal dan eksternal petani anggota kelompok tani serta persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani. Dari uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang dapat dikaji, di antaranya: 1. Bagaimana persepsi anggota kelompok tani terhadap kepemimpinan ketua kelompok taninya? 2. Bagaimana hubungan antara faktor internal petani anggota (umur, pendidikan formal, luas lahan, motivasi, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, kekosmopolitan) dengan persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani? 3. Bagaimana hubungan antara faktor eksternal petani anggota (ketersediaan informasi, peran penyuluh, keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok, manfaat yang diperoleh dari kelompok) dengan persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani? 4. Bagaimana tingkat keberhasilan kelompok tani mencapai tujuan? 5. Bagaimana hubungan antara persepsi anggota kelompok tani terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani dengan keberhasilan kelompok tani? Tujuan Penelitian Keberadaan kepemimpinan ketua kelompok pada kelompok tani diharapkan dapat bermanfaat pada kinerja kelompok tani, sehingga akan terwujud kelompok tani yang berhasil mencapai tujuannya. Anggota kelompok sebagai bagian dari fondasi kekuatan kelompok, diharapkan memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan ketua, menciptakan suasana yang kondusif, menjaga keutuhan kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu dirasa perlu dilakukan kajian-kajian ilmiah dalam membantu pengayaan ilmu pengetahuan dalam hal kepemimpinan ketua kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani. 2. Menganalisis hubungan faktor internal petani anggota (umur, pendidikan formal, luas lahan, motivasi, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, kekosmopolitan) dengan persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani tersebut. 3. Menganalisis hubungan faktor eksternal petani anggota (ketersediaan informasi, peran penyuluh, keterlibatan anggota dalam kegiatan kelompok, manfaat yang diperoleh dari kelompok) dengan persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani tersebut. 4. Menganalisis tingkat keberhasilan kelompok tani.
5 5. Menganalisis hubungan antara persepsi anggota terhadap kepemimpinan ketua kelompok tani dengan keberhasilan kelompok tani. Manfaat Penelitian
1.
2. 3.
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : Menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pengembangan kelompok tani dari aspek kepemimpinan dan manajemen. Memperluas pemahaman tentang pentingnya peranan pemimpin suatu kelompok. Salah satu acuan bagi penentu kebijakan dalam rangka penyusunan rencana pembinaan ketua kelompok tani dan pembinaan kelompok tani, sehingga nantinya dapat membantu kelompok-kelompok tani menjadi kelompok tani yang maju dan mandiri dalam mendukung pembangunan ekonomi berbasis pertanian.