1
PENDAHULUAN Latar Belakang Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres dapat dialami oleh siapa saja, tak terkecuali mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB). Mahasiswa TPB merupakan status yang disandang oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun pertama kuliahnya. Sebagai mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan, tentunya mahasiwa TPB akan mengalami suatu perubahan besar dalam hidupya. Perubahan-perubahan tersebut antara lain, perubahan lingkungan belajar, tempat tinggal, dan teman-teman yang berbeda latar belakang sosio-demografi. Sistem pendidikan perguruan tinggi yang lebih menuntut mahasiswa untuk lebih mandiri dalam proses pembelajaran sistem pendidikan di sekolah menengah atas (SMA), tuntutan akademik dimana evaluasi tahun pertama mahasiswa TPB harus memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) TPB minimal 1,51 agar tidak mengalami drop out (dikeluarkan), serta adanya kewajiban tinggal di asrama yang mengharuskan mahasiswa harus berpisah dari orang tuanya merupakan masalah tersendiri bagi mahasiswa TPB. Perubahan-perubahan yang dialami oleh mahasiswa TPB tersebut dapat menjadi kondisi yang dapat menimbulkan stres (stressors). Stressors yang dimiliki oleh mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan setelah lulus dari SMA yaitu perubahan gaya hidup (masa transisi dari SMA ke universitas), nilai, jumlah mata kuliah yang diambil, masalah pertemanan, cinta, rasa malu, dan kecemburuan (Greenberg 2002). Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa TPB setelah 2 bulan tinggal di asrama diantaranya yaitu terlalu banyak teman sekamar dimana satu kamar dihuni oleh 4 orang mahasiswa, kesulitan beradaptasi dengan teman sekamar, masalah pribadi, kesulitan berteman dan memahami materi kuliah, masalah kesehatan, homesick (rindu rumah), dan masalah keuangan (Hernawati 2006). Hal ini menyebabkan mahasiswa TPB dituntut untuk mampu melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamika yang memiliki tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang agar terjadi kesesuaian antara individu dan lingkungannya. Penyesuaian diri termasuk reaksi seseorang Karena adanya
2
tuntutan yang dibebankan pada dirinya (Lazarus, 1961). Kemampuan penyesuaian diri diperlukan oleh mahasiswa TPB dalam menghadapi masa transisi yang dihadapinya sebagai mahasiswa baru. Adanya perbedaan latar belakang sosiodemografi mahasiswa TPB menyebabkan perbedaan penyesuaian diri yang dimiliki. Selain itu, salah satu faktor yang diduga memengaruhi proses penyesuaian diri mahasiswa diantaranya adalah kemandirian. Kemandirian merupakan salah satu ciri kualitas hidup manusia yang memiliki peran penting bagi kesuksesan hidup bangsa maupun individu (Nashori 1999 dalam Patriana 2007). Kemandirian seseorang menunjukkan bahwa individu tersebut mampu mempunyai inisiatif dalam mengatasi suatu masalah atau hambatan, serta memiliki rasa percaya diri dan mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain selama hal tersebut dapat dikerjakannya sendiri. Terdapat tiga aspek yang mencakup kemandirian mahasiswa, yaitu aspek emosional, aspek perilaku, dan aspek nilai (Steinberg 1993). Mahasiswa tingkat pertama sebagai remaja akhir yang memasuki tahap dewasa awal tentunya diharapkan telah memiliki kemandirian yang mencirikan kedewasaan diri. Hal yang mencirikan tercapainya kemandirian individu diantaranya adalah kemampuan untuk tidak bergantung terhadap dukungan emosional orang lain, terutama orang tua. Selain itu, kapasitas yang dimiliki individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan serta kemampuan menolak tekanan untuk mengikuti tuntutan orang lain tentang keyakinan dalam bidang nilai juga menjadi syarat untuk mencapai kemandirian. Keberagaman kondisi sosio-demografi mahasiswa TPB menyebabkan perbedaan mengenai ketiga aspek kemandirian yang memengaruhi kemandirian mahasiswa TPB. Adanya perbedaan kemandirian dan kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki oleh mahasiswa TPB, maka diasumsikan stres yang dirasakan pun akan berbeda. Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) menunjukkan bahwa semakin mandiri seseorang maka akan semakin rendah stresnya. Berdasarkan gambaran di atas, maka menarik untuk diteliti mengenai kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa TPB IPB tahun akademik 2011/2012.
3
Perumusan Masalah Berdasarkan informasi terpisah dari berbagai sumber serta penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Womble (2001), Frassrand (2005), dan Hernawati (2006) menjelaskan bahwa stres menjadi masalah tersendiri bagi mahasiswa baru di tingkat pertama. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi selama masa transisi dari sekolah menengah atas (SMA) ke dunia perkuliahan dapat menimbulkan stres pada mahasiswa TPB. Masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa TPB tentunya berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh perbedaan kondisi sosial-demografi mahasiswa TPB yang berasal dari berbagai daerah di seluruh penjuru nusantara. Dalam menghadapi berbagai macam masalah-masalah yang dapat menjadi sumber stres, terutama dalam menghadapi tuntutan akademik perguruan tinggi yang lebih menuntut mahasiswa untuk melakukan proses pembelajaran secara mandiri, dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Penyesuaian diri yang baik, tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kemandirian. Kemampuan mahasiswa TPB sebagai mahasiswa baru untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan lingkungan sekitarnya akan berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa TPB dalam menghadapi dunia perkuliahan dan berbagai permasalahan yang akan dihadapi. Kemandirian dan kemampuan mahasiswa TPB dalam melakukan penyesuaian diri erat kaitannya dengan stres yang dimilikinya. Perbedaan kondisi sosio-demografi, kemandirian, dan kemampuan penyesuaian diri menyebabkan stres yang dimiliki mahasiswa TPB pun berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah kemandirian merupakan faktor yang memengaruhi penyesuaian diri dan adakah kaitannya dengan stres mahasiswa TPB Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Dari rumusan masalah tersebut, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB)? 2. Adakah perbedaan kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh laki-laki dan perempuan? 3. Adakah pengaruh karakteristik contoh dan keluarga contoh terhadap kemandirian mahasiswa TPB saat lulus SMA?
4
4. Adakah pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, dan kemandirian contoh terhadap penyesuaian diri mahasiswa TPB? 5. Adakah pengaruh karakteristrik contoh, karakteristik keluarga contoh, kemandirian, dan penyesuaian diri contoh terhadap stres mahasiswa TPB?
Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Institut Pertanian Bogor tahun akademik 2011/2012. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. mengidentifikasi kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh; 2. menganalisis perbedaan kemandirian, penyesuaian diri, dan stres contoh laki-laki dan perempuan; 3. menganalisis pengaruh karakteristik contoh dan keluarga contoh terhadap kemandirian contoh saat lulus SMA; 4. menganalisis pengaruh karakteristik contoh, karakteristik keluarga contoh, dan kemandirian contoh terhadap penyesuaian diri contoh; 5. menganalisis pengaruh karakteristrik contoh, karakteristik keluarga contoh, kemandirian, dan penyesuaian diri contoh terhadap stres contoh.
Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi: 1. masyarakat, khususnya mahasiswa dan orang tua yang memiliki anak sebagai mahasiswa tingkat pertama memiliki gambaran mengenai kemandirian penyesuaian diri, dan stres yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi; 2. dunia pendidikan, khususnya instansi perguruan tinggi yang terkait memiliki gambaran mengenai kemandirian, penyesuaian diri, dan stres mahasiswa tingkat persiapan bersama;
5
3. bidang ilmu keluarga diharapkan dapat memperkaya literatur serta memperkuat teori yang telah ada tentang kemandirian, peyesuaian diri, dan stres; 4. penelitian selanjutnya sebagai bahan perbandingan dan pengembangan lebih lanjut bagi para peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian sejenis.