PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan multinasional yang bergerak dalam usaha pertambangan nikel. Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut secara geografis berada pada wilayah perbukitan sekitar pesisir Kecamatan Pomalaa dan berdampingan dengan aktivitas kenelayanan masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan keramba jaring apung, tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut. Selain menghasilkan bijih nikel, perusahaan-perusahaan penambangan nikel tersebut juga menghasilkan beberapa jenis limbah cair dan limbah padat yang berasal dari aktivitas eksploitasi lahan, proses peleburan nikel di pabrik maupun aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar tambang. Salah satu dampak yang dapat dilihat sebagai akibat dari aktivitas pertambangan adalah meningkatnya kekeruhan perairan pesisir. Hal ini tentu saja dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan organisme di sekitarnya, dan pada kondisi yang ekstrim hal ini dapat menyebabkan kematian bagi organisme-organisme perairan yang hidup pada lokasi tersebut. Selain itu, adanya aktivitas pertambangan tersebut telah menyebabkan semakin masifnya sedimentasi di daerah
muara sungai maupun pada perairan pesisir secara
keseluruhan. Desa Tambea, Desa Hakatutobu, Desa Sopura dan Desa Oko-Oko, merupakan desa terdekat dengan lokasi penambangan. Menurut warga yang tinggal di desa-desa tersebut, aktivitas penambangan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut banyak merugikan mereka yang selama ini menggantungkan hidupnya pada sumberdaya laut. Kegiatan pengoperasian tambang telah meningkatkan laju erosi. Peningkatan laju erosi ini terutama terjadi karena hilangnya vegetasi penutup tanah yang terjadi sebagai akibat kegiatan pembukaan lahan, pengupasan lapisan tanah pucuk dan penambangan bijih nikel. Akibatnya, pada saat ini hampir seluruh permukaan bibir pantai tertutup oleh lumpur. Dampaknya bagi masyarakat sekitar adalah selain tidak dapat melakukan aktivitas kenelayanan secara tradisional, tetapi juga menyebabkan usaha budidaya teripang dan rumput laut yang mereka lakukan menjadi
2
terganggu dan pada beberapa kasus terjadi kematian mendadak. Di Desa HukoHuko, keluhan petani adalah setiap tahun pada musim hujan, sawah mendapat aliran air dari areal tambang yang juga merupakan wilayah DAS Sungai Hokohoko, DAS Sungai Kumoro dan DAS Sungai Pelambua. Air tersebut berwarna merah, apabila masuk pada areal persawahan maka padi pada areal tersebut akan kerdil dan tidak bisa berkembang dengan baik. Apabila air tersebut masuk ke kolam dan tambak, maka ikan-ikan akan mati. Diduga air tersebut mengandung kadar besi terlarut yang tinggi sampai pada tingkat beracun bagi tanaman dan ikan. Akibat tingkat sedimentasi pada wilayah pesisir dari tahun ke tahun yang semakin bertambah, maka saat ini untuk menjangkau lokasi menangkap ikan bagi nelayan memerlukan waktu yang cukup lama. Hanya nelayan yang memiliki perahu bermesin yang dapat menjangkau lokasi-lokasi strategis. Sementara nelayan yang tinggal di desa-desa tersebut, pada umumnya tidak memiliki sarana perahu bermotor dan alat tangkap yang memadai. Mereka hanya memiliki perahu sampan (lepa-lepa) dengan mengandalkan tenaga manusia sebagai penggeraknya. Akibatnya
nelayan yang termarjinalkan secara teknologi tidak
dapat lagi melakukan aktivitas kenelayanan akibat semakin jauhnya lokasi yang harus ditempuh untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Sebagian nelayan pernah mengusahakan budidaya teripang dan rumput laut. Namun sampai penelitian ini dilakukan sudah tidak dapat lagi melanjutkan usahanya akibatnya tingginya endapan lumpur di sepanjang pantai. Berbagai usaha telah dilakukan pihak perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas penambangan. Salah satunya adalah dengan pembangunan tanggul permanen di sepanjang pantai yang diperuntukan bagi pengurangan laju erosi, khususnya pada musim hujan. Disamping itu juga dilakukan penanaman mangrove terutama pada daerahdaerah muara sungai dan pesisir sekitar lokasi tambang. Selain itu juga dilakukan pembuatan cekdam sebagai tempat penampungan sementara air yang berasal dari wilayah-wilayah operasi penambangan. Secara administratif lokasi kegiatan penambangan nikel dibagi menjadi tiga lokasi yaitu daerah tambang utara, daerah tambang tengah dan daerah tambang selatan. Pembagian ini lebih berdasarkan kepada konsentrasi titik-titik kegiatan penambangan biji. Sedangkan pabrik ferronikel dibagi dalam tiga unit lokasi. Dalam operasionalnya, ketiga unit pabrik tersebut menghasilkan tiga jenis
3
limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta satu jenis limbah padat berupa slag. Untuk air pendingin slag, adalah berupa air yang disemprotkan ke dalam kolam slag untuk mendinginkan slag yang baru keluar dari electric furnace dengan temperatur 1.550
0
C. Air pendingin ini
sebagian akan menguap dan sebagian lagi menjadi limbah yang dialirkan melalui drainase pabrik hingga menuju outlet terakhir yaitu laut. Temperatur air buangan yang keluar dari kolam slag ke drainase pabrik adalah ± 47 0C dan diperkirakan sampai ke drainase keluar pabrik adalah ± 27 0C. Selain limbah cair, ketiga unit pabrik FeNi juga menghasilkan limbah cair dari proses pengoperasian engine, yaitu
berupa
oli
bekas.
Sebelum
dialirkan
ke
saluran
pembuangan
effluent/drainase, oli-oli bekas diolah dalam Unit Pengolahan Oli Bekas (UPOB) hingga kandungan air mencapai 10 - 15%. Namun demikian, walaupun limbahlimbah tersebut sudah mengalami pengolahan sesuai dengan standar prosedur yang telah ditentukan, kiranya tidak berlebihan untuk dilakukan upaya-upaya pemantauan agar kondisi perairan lokasi pertambangan nikel tetap terjaga kelestariannya. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu untuk dilakukan kajian tentang kualitas perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa dengan harapan dapat menjadi bahan masukan sekaligus informasi dalam upaya rehabilitasi, pelestarian dan pemanfaatan kawasan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Sulawesi Tenggara.
Perumusan Masalah Secara geografis, aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan pertambangan nikel berada pada wilayah perbukitan sekitar pesisir Kecamatan
Pomalaa
dan
berdampingan
dengan
aktivitas
kenelayanan
masyarakat pada daerah pesisirnya yaitu pengembangan keramba jaring apung, tambak, budidaya teripang dan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan, pada saat hujan biasanya air yang melalui sungai-sungai berwarna pekat kemerah-merahan. Keadaan ini juga terjadi di laut, dan bahkan mencapai radius 5 -10 km sejajar pantai dan radius ± 700 meter tegak lurus terhadap garis pantai. Kuat dugaan bahwa material yang terbawa bersama air tersebut berasal dari sisa aktivitas penambangan (overburden) dan masuk ke perairan pesisir melalui sungai dan air limpasan permukaan di sekitar lokasi pertambangan. Selain itu, bahwa pada kegiatan produksi pada unit-unit pabrik
4
pengelolaan ferronikel 1, 2 dan 3 juga menghasilkan limbah padat berupa slag/tailing dan limbah cair berupa air pendingin dan limbah minyak. Adanya input sedimen (overburden) sebagai akibat eksploitasi lahan dan adanya input limbah proses peleburan logam nikel (tailing, oli bekas dan air pendingin) serta adanya input limbah domestik tentu akan direspon oleh perairan dengan sesuai dengan kemampuan purifikasinya. Jika terakumulasi
limbah-limbah tersebut sehingga
melewati
mengandung zat-zat berbahaya ambang
batas,
dikhawatirkan
dan dapat
mempengaruhi dan atau membahayakan organisme-organisme yang hidup di perairan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut di atas, bukan saja akan merusak lingkungan, tetapi dapat pula menurunkan pendapatan dan atau memiskinkan masyarakat setempat terutama bagi masyarakat yang bermata pencaharian utama sebagai nelayan tangkap tradisional dan nelayan budidaya. Berdasarkan kondisi yang digambarkan di atas, maka untuk terarahnya penelitian ini perlu dirumuskan masalah yang akan menjadi obyek kajian yaitu: 1. Dengan adanya berbagai aktivitas di lokasi pertambangan, bagaimana dampaknya terhadap kualitas perairan pesisir. 2. Seberapa besar beban pencemaran
yang masuk ke perairan lokasi
penambangan nikel Pomalaa.
3. Seberapa besar kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. 4. Bagaimana penyebaran sedimen di perairan lokasi pertambangan nikel Pomalaa.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengevaluasi kualitas perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. 2. Mengetahui besarnya beban pencemaran yang masuk ke perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. 3. Menganalisis kapasitas asimilasi perairan lokasi penambangan nikel Pomalaa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi mengenai kualitas perairan pesisir lokasi pertambangan nikel Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Selain itu penelitian ini
5
diharapkan menjadi sumber informasi bagi rencana pengelolaan lingkungan pesisir Pomalaa dimasa mendatang.
Karangka Pemikiran Sebagaimana dijelaskan dalam pendahuluan, bahwa dalam operasional hingga menghasilkan biji nikel, mulai dari penggalian hingga peleburan tidak terlepas dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan yaitu dihasilkannya tiga jenis limbah cair berupa air pendingin mesin, air pendingin slag dan oli bekas serta dua jenis limbah padat berupa overburden dan tailing (slag). Selain itu kegiatan masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi pertambangan dengan berbagai aktivitasnya juga tidak terlepas dari limbah. Bila semua jenis limbah yang dihasilkan tersebut masuk ke perairan, tentu akan mempengaruhi kualitas perairan pesisir yang notabene merupakan arena yang digunakan masyarakat sebagai lapangan mata pencaharian. Oleh sebab itu, diperlukan upaya pemantauan kualitas perairan agar sedini mungkin dampak negatif dari adanya pertambangan dapat diminimalisasi sehingga keberlanjutan sumberdaya pesisir lokasi pertambangan dapat dipertahankan. Selain itu mencari solusi-solusi alternatif yang dapat dilakukan agar usaha pertambangan dapat terus berlangsung tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Demikianlah alur pikir yang dikembangkan dalam penelitian ini dan secara skematik dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Aktivitas Lokasi Tambang Nikel
Proses Eksploitasi Lahan
Padat : - Overburden
Sumber Limbah
Sumber Lain : Aktivitas Masyarakat
Kualitas Perairan
ANALISIS: 1. Storet 2. Beban Pencemaran 3. Kapasitas Asimilasi
Pengelolaan Perairan Berkelanjutan
Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian
Proses Pengolahan Ferronikel Di Pabrik
Padat : - Tailing (Slag) Cair : - Air Pendingin Slag - Air Pendingin Mesin - Oli Bekas