PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan komoditas unggulan nasional dan daerah, karena merupakan komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Permintaan pasar kakao dunia dan harga kakao internasional saat ini cukup tinggi (meskipun berfluktuasi mengikuti pergerakan kurs dolar AS), sehingga menjadi momentum yang baik untuk dimanfaatkan oleh petani dan pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Komoditas ini merupakan sumber devisa dan menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun produktivitas tanaman kakao masih tergolong rendah sehingga berimplikasi pada tingkat kesejahteraan dan pendapatan petani kakao yang juga rendah. Selama 10 tahun terakhir, luas pertanaman kakao di Indonesia meningkat pesat. Tahun 1998 luas pertanaman kakao di Indonesia mencapai 570.000 ha, lebih dari 50% luas areal tersebut terdapat di Pulau Sulawesi. Luas tanaman kakao di Sulawesi Tengah pada tahun 2001 mencapai 83.732 ha, yang terdiri atas 4.689 ha perkebunan besar dan 79.043 ha perkebunan rakyat, dengan rata-rata produksi 1,41 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2002). Luas pertanaman kakao di Kabupaten Donggala selama tiga tahun (2004 - 2007) meningkat sebesar 139,85 ha dari 47.785,5 ha pada tahun 2004 menjadi 47.925,35 tahun 2007 namun jumlah produksi yang dihasilkan menurun dari 0,90 ton/ha menjadi 0,43 ton/ha (BPS Sulawesi Tengah, 2008). Luas pertanaman kakao di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala tahun 2007 adalah 7.513 ha dengan jumlah produksi rata-rata 0.63 ton/ha (Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah, 2008). Padahal jika dikelola dengan baik, potensi produksi kakao tersebut dapat mencapai 2 – 3 ton/ha/thn. Rendahnya produktivitas kakao tersebut erat kaitannya dengan sumberdaya manusia (SDM) petani dan minimnya tenaga penyuluh lapangan. Sistem pengelolaan tanaman yang tidak optimal juga mengakibatkan produksi kakao tidak memenuhi harapan petani. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, akan
2 berdampak negatif terhadap pendapatan petani dan produktivitas lahan, yang pada akhirnya dapat memupuskan harapan Indonesia yang tengah mempersiapkan diri sebagai pemain utama dalam agribisnis kakao dunia. Berbagai faktor penggerak dalam pembangunan pertanian diperlukan dalam rangka memenuhi harapan tersebut di atas. Faktor-faktor penggerak dalam pembangunan pertanian yakni: sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi, dan kelembagaan. Keempat faktor tersebut saling menunjang. Jika salah satu faktor tersebut tidak ada atau tidak sesuai maka kegiatan yang dilakukan tidak dapat memberi hasil yang diharapkan. Produk agribisnis yang berdaya saing tinggi dapat dihasilkan melalui dukungan teknologi, struktur agribisnis yang integratif, tenaga kerja (SDM) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta permodalan yang kuat. Sumberdaya manusia sebagai salah satu faktor penggerak pembangunan pertanian mempunyai peranan yang sangat penting termasuk di dalamnya adalah wanita. Wanita merupakan bagian integral dari masyarakat dan mempunyai peran yang sangat penting, baik itu dalam ruang lingkup kehidupan yang terkecil yaitu keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tugas dan fungsi mereka selain mengurus rumah tangga juga berperan membantu suami dalam berusahatani. Keterlibatan wanita dalam berusahatani khususnya kakao mencakup pada semua aspek budidaya kakao mulai pembebasan/ pembersihan lahan sampai pemasaran. Namun keberadaan atau kehadiran wanita justru sering diabaikan dalam kegiatan pembangunan pertanian terutama dalam kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan selama ini belum mengikutsertakan wanita sebagai komponen penting dalam aktivitas usahatani. Wanita sebagai salah satu anggota keluarga harus diberdayakan dalam rangka meningkatkan potensi dan kemampuannya sehingga berdampak pada peningkatan
kualitas
keluarga terutama
kontribusinya bagi peningkatan
pendapatan keluarga. Kegiatan penyuluhan yang merupakan bentuk pendidikan nonformal merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam rangka pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan wanita. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran yaitu adanya peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Keterlibatan wanita dalam kegiatan
3 penyuluhan diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam berusahatani sehingga dapat meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan usahatani kakao. Pengelolaan usahatani secara tepat dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Keterlibatan wanita secara langsung maupun tidak langsung dalam peningkatan pendapatan keluarga dan produktivitas usahatani kakao di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah merupakan salah satu potensi yang harus dikembangkan.
Oleh
karena
itu
sangat
diperlukan
upaya-upaya
untuk
meningkatkan keterampilan wanita tani kakao sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahanya. Sumbangan tenaga kerja dan pendapatan dari wanita sangat penting dalam mendukung kesejahteraan dan kemajuan keluarga tani. Secara
psikologis,
wanita
membutuhkan
aktualisasi
diri
demi
pengembangan dirinya yang pada akhirnya berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga. Aktualisasi ini dapat dilakukan melalui pembelajaran life-skill dengan memadukan potensi yang dimilikinya, merangsang pemasaran hasil produksi, mendorong penciptaan modal, dan mengembangkan sikap menghargai kerja. Sumber tenaga kerja yang terlibat dalam usahatani kakao rata-rata berasal dari dalam keluarga. Salah satunya adalah wanita yang merupakan istri dari kepala rumah tangga. Dengan demikian keterlibatan wanita (istri) sebagai salah satu sumber tenaga kerja tidak dapat diabaikan. Peran aktif wanita dalam kegiatan usahatani kakao dan upaya peningkatan kualitas partisipasi wanita dalam berusahatani kakao dapat dipahami melalui penelitian secara mendalam tentang faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao. Rumusan Masalah Pembangunan pertanian adalah landasan dari pembangunan ekonomi maupun sosial, dan dalam hal ini sumberdaya manusia sangatlah berpengaruh bagi keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh peran aktif dari petani dan anggota keluarganya termasuk isteri sebagai wanita tani.
4 Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Namun produktivitas dan kesejahteraan petani kakao masih memprihatinkan dan masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini diduga terkait dengan partisipasi petani pada penerapan usahatani kakao. Usahatani ini melibatkan tenaga kerja dalam keluarga baik suami, isteri maupun anak. Wanita mempunyai peranan yang cukup besar bagi kelangsungan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga. Hal ini ditunjukkan oleh peran ganda wanita yakni sebagai ibu rumah tangga dan keterlibatan wanita dalam sektor produksi terutama pada sektor produksi pertanian. Wanita mungkin tidak selalu bahkan boleh dikata tidak pernah menghadiri ”pertemuan desa dan kegiatan lainnya termasuk kegiatan penyuluhan” bersama suaminya. Tetapi pengaruhnya tetap melekat pada para suami. Minat dan sikap juga tenaga kerjanya, dapat menentukan kegiatan produksi yang akan dihasilkan terutama produksi dari lahan usahataninya. Peranan wanita di perdesaan sudah diketahui secara umum tidak hanya mengurusi rumah tangga sehari-hari, tetapi tenaga dan pikirannya juga terlibat dalam berbagai kegiatan usahatani. Walaupun terdapat variasi partisipasi wanita pada sektor pertanian, tergantung dari daerah, strata, sosial budaya dan agama setempat, namun status sosial wanita menjadi meningkat apabila wanita mempunyai kemampuan mandiri dalam mencari nafkah. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? 2. Faktor internal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? 3. Faktor eksternal apa saja yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao? Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi wanita dalam usahatani kakao. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor internal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao
5 3. Mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang berhubungan dengan partisipasi wanita tani dalam usahatani kakao Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Sebagai dasar bagi pengambil kebijakan untuk menetapkan sasaran penyuluhan pertanian dengan lebih akurat. 2. Sebagai bahan dalam penyusunan program penyuluhan pertanian, agar dapat menentukan program penyuluhan yang perlu dilakukan terhadap wanita tani, sehingga dapat diketahui arah dan materi penyuluhan yang dibutuhkan wanita tani khususnya usahatani kakao. 3. Sebagai
informasi
dasar
untuk
penelitian
pengembangan penyuluhan pertanian kakao.
yang
lebih
luas
dalam