PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir pada setiap musim penghujan di berbagai provinsi di Indonesia terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu wilayah yang selalu mengalami banjir adalah Kota Bekasi yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) Bekasi. Banjir yang terjadi di Kota Bekasi saat ini memang belum seberat apa yang terjadi di berbagai wilayah lain seperti Jakarta, Riau, Lampung, Kalimantan Barat dan lain-lain, akan tetapi sudah memberikan indikasi dini akan bahaya banjir yang lebih besar dikemudian hari bila DAS Bekasi Hulu tidak dikelola secara baik. Banjir yang terjadi di Kota Bekasi terjadi secara rutin dari tahun-ke-tahun dan cenderung membesar. Dengan curah hujan sebesar 250 mm selama 6 jam pada tahun 2002 debit aliran di Bendung Bekasi sudah mencapai 578,6 m3/dt yang mengakibatkan genangan seluas 138 ha selama 2-3 hari di daerah permukiman. Walaupun dengan curah hujan yang lebih kecil yaitu 127 mm selama 6 jam pada tahun 2005 debit yang mengalir sudah mendekati kejadian tahun 2002 yaitu sebesar 545,5 m3/dt dengan genangan yang lebih luas yaitu seluas 164 ha di daerah permukiman selama 3 hari (Balai Ciliwung-Cisadane, 2008). Hal ini diperkirakan karena terjadi pemanfaatan lahan akibat petumbuhan penduduk yang cepat. Pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi tergolong tinggi yaitu mencapai rerata 6,3 % pada periode 1980-1999 dan sedikit turun menjadi 4,9 % pada periode 2000-2002. Pada tahun 2007 jumlah penduduk di Kota Bekasi mencapai 2.143.804 jiwa dengan kepadatan penduduk telah mencapai 9.023 jiwa/Km2 (Biro Pusat Statistik, 2008). Pertumbuhan penduduk
inilah yang mendorong
perubahan pemanfaatan lahan secara signifikan. DAS Bekasi Hulu dengan luasan total sebesar 39.045,0 ha mengalami perubahan yang cepat sampai dengan tahun 2008. Dalam kurun waktu sepuluh tahun (1998-2008) terjadi peningkatan luasan permukiman dari semula sebesar 4,4 % menjadi 23,6 % dari luas DAS.
Perubahan tutupan lahan dan pola
penggunaan lahan tersebut memberikan kontribusi terhadap peningkatan aliran limpasan. Analisis bandingan debit sungai dan curah di DAS Bekasi Hulu pada tahun 2008 memperlihatkan bahwa jumlah hujan yang menjadi debit sungai berkisar 83,2 %. Data tahun 1998 ke 2008 menunjukkan kenaikan jumlah air
2
yang menjadi debit sungai atau koefisien aliran limpasan menunjukkan kecenderungan peningkatan. Selain itu juga terlihat tajamnya hidrograf seperti yang ditunjukkan pada banjir 1 dan 2 Februari 2002 bahwa dalam waktu 8 jam banjir telah mencapai 578,6 m3/dt atau 11 kali lipat dari debit sebelumnya dan turun dari
300 m3/dt menjadi 80 m3/dt dalam waktu kurang dari 2 jam (Balai
Wilayah Ciliwung-Cisadane, 2008) . Kondisi perubahan penggunaan lahan dan aliran di atas menunjukkan bahwa kondisi DAS Bekasi Hulu tidak sehat, sehingga diperlukan suatu analisis hidrologi untuk menelaah karakteristik hidrologi DAS Bekasi Hulu dan mencari penyebab terjadinya banjir. Selain itu menurunnya kapasitas alir Sungai Bekasi Hulu diberbagai tempat untuk mengalirkan limpasan yang makin meningkat dari keseluruhan DAS terutama di musim hujan, maka potensi terjadinya luapan air semakin besar. Keadaan ini menunjukkan bahwa kapasitas alir tidak lagi cukup untuk mengalirkan limpasan aliran, sehingga diperlukan analisis hidrolika untuk menelaah karakteristik hidrolika Sungai Bekasi Hulu dan sekaligus dapat merencanakan upaya mengatasi banjir secara hidrolika. Untuk mempertajam upaya mengatasi banjir diperlukan analisis kerugian akibat genangan banjir. Kerugian atau resiko akibat banjir ini digunakan sebagai acuan para pengambil kebijakan untuk mengantisipasi masalah banjir dan menangani daerah rawan banjir. Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dirumuskan upaya yang diperlukan untuk menyusun rancangan penanggulangan banjir dan penurunan resiko banjir Kota Bekasi dengan pendekatan pengelolaan DAS Bekasi Hulu. Kerangka Pemikiran Banjir sebagai sebuah fenomena alam, merupakan dampak dari berbagai aktivitas manusia yang mengakibatkan kerugian bagi manusia. Berbagai alternatif untuk penyelesaian masalah banjir telah banyak dilakukan, akan tetapi sampai saat ini masih banyak terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Masalah banjir disebabkan oleh dua faktor utama yaitu besarnya limpasan dari hulu sungai dan terbatasnya kapasitas alir sungai untuk mengalirkan limpasan tersebut. Oleh sebab itu penyelesaian masalah banjir tidak terlepas dari penyelesaian menyeluruh DAS, karena limpasan dan kapasitas alir
3
sungai dipengaruhi oleh kondisi biofisik keseluruhan DAS. Untuk itu diperlukan suatu analisis penanggulangan banjir yang berorientasi pada pengelolaan DAS. Seperti yang dijelaskan di atas banjir merupakan dampak terganggunya proses hidrologi dan hidrolika dalam suatu DAS, sehingga perlu dikenali karakteristik kedua proses tersebut. Dari kedua karakteritik inilah kemudian dapat diketahui penyebab terjadinya banjir dan dapat dicari upaya yang terbaik untuk penanggulangan banjir. Karakteritik hidrologi yang diperlukan berupa limpasan sebagai respons terhadap hujan pada keseluruhan atau sebagian DAS, sedangkan karakteritik hidrolika yang perlu diketahui adalah kapasitas aliran dan tinggi muka air sungai. Karakteristik hidrologi dipengaruhi oleh berbagai kondisi biofisik DAS, termasuk penggunaan lahan dengan perubahan penggunaan lahan, serta teknologi dalam pemanfaatan lahan dengan perubahan penggunaan lahan mempengaruhi koefisien limpasan pada setiap bagian DAS. Jika hujan jatuh pada DAS maka terjadi respons hidrologis berupa aliran permukaan dari seluruh DAS dan mengalir melalui sungai yang kemudian mengakibatkan banjir. Untuk mengetahui respons hidrologis tersebut diperlukan suatu alat bantu yang dapat mengambarkan pengaruh parameter biofisik DAS terhadap keluaran yang berupa limpasan. Alat bantu yang digunakan untuk mengambarkan respons hidrologi suatu DAS dapat berupa model hidrologi Hec-HMS. Banyak model hidrologi yang telah dikembangkan untuk keperluan tersebut. Salah satu ukuran yang memberikan gambaran variasi komponen biofisik terlengkap ialah bilangan kurva atau curve number (CN). Bilangan Kurva pada analisis hidrologi yang dikembangkan oleh Soil Conservation Service (SCS) merupakan besaran pendekatan koefisien limpasan, yang merupakan fungsi kelompok hidrologi tanah, penggunaan lahan, dan kondisi pengelolaan lahan tersebut. Karakteristik hidrolika yang perlu diketahui adalah kapasitas alir dan kecepatan aliran sungai. Kapasitas alir dari suatu sungai adalah debit maksimum yang dapat diakomodasi sungai tersebut tanpa terjadi luapan air. Kapasitas alir sungai tersebut dipengaruhi oleh luas penampang basah sungai. Kecepatan aliran digunakan untuk mengetahui stabilitas tepi dan dasar sungai agar tidak terjadi erosi tebing atau kelongsoran. Peningkatan akurasi hasil analisis hidrologi dan hidrolika dapat dilakukan dengan data berbasis spasial, sehingga model hidrologi dan hidrolika yang
4
digunakan harus dapat diintegrasikan dengan sistem informasi geografis (SIG). Data yang digunakan adalah data dijital sehingga dapat diproses secara spasial dengan bantuan berbagai perangkat lunak yang terintegrasi dengan SIG. Mengingat kemungkinan terjadinya luapan air apabila debit sungai melewati kapasitas alir sungai, maka perlu dibuat prakiraan daerah genangan pada perioda ulang tertentu, sehingga dapat ditentukan daerah yang akan mengalami banjir.
Prakiraan hujan rancangan didasarkan hitungan statistik
peluang
terjadinya banjir menggunakan kejadian hujan dalam kurun waktu 20 tahun sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk menentukan besaran hujan harian maksimum pada perioda ulang 2, 5, 10, 25 dan 50 tahunan. Hasil dari analisis frekuensi ini kemudian dimasukan ke dalam simulasi model hidrologi dan hidrolika yang telah dikalibrasi dan uji keberlakuan untuk mengetahui zonasi banjir yang akan terjadi. Analisis kerugian dilakukan dengan menggunakan luasan genangan berdasarkan zonasi banjir, sehingga dapat dihitung kerugian yang diderita masyarakat. Analisis ini dimaksudkan untuk menelaah sejauh mana masyarakat yang tinggal pada zonasi banjir merasakan kerugian, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan metode penanggulangan banjir. Lebih lanjut, nilai kerugian akibat banjir diperlukan untuk mengetahui pendapat
masyarakat
akan
besarnya
kerugian
akibat
banjir
dengan
mengumpulkan data dan informasi dari masyarakat yang secara langsung terkena dampak banjir tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuisioner pada penduduk dengan pertanyaan yang dibagi dalam lima bagian yaitu: (1) biodata responsden; (2) kedalaman banjir; (3) lamanya terendam; (4) kecepatan datangnya banjir; dan (5) nilai kerugian.
5
Kondisi DAS Bekasi Hulu
Aktivitas manusia di DAS
Penggunaan Lahan dan Teknologi Pemanfatan lahan
Turunnya kapasitas alir sungai
Naiknya aliran limpasan
Terjadi Banjir Kota Bekasi
Perlu upaya untuk mengenali karaktekterisik DAS Bekasi Hulu, karakteritik hidrologi seluruh DAS dan karakteritik hidrolika Sungai Bekasi Hulu
Mengenali karakteristik hidrologi/ curah hujan dengan menggunakan simulasi hidrologi
Mengenali karakteristik DAS Bekasi Hulu dengan menggunakan metoda SCS
Mengenali karakteristik Sungai Bekasi Hulu dengan menggunakan simulasi hidrolika
Analisis penyebab terjadinya banjir Kota Bekasi secara hidrologi dan hidrolika
Memetakan daerah genangan banjir
Jumlah rumah, jalan dan fasum/ fasos yang terendam
Menghitung kerugian akibat banjir
Kuisioner untuk mengetahui nilai kerugian
Rancangan untuk mereduksi kerugian akibat banjir
Simulasi penerapan rancangan skenario dapat mengurangi kerugian akibat banjir Kota Bekasi Aliran Permukaan lebih kecil dari Kapasitas Sungai
Tidak terdapat kerugian akibat banjir kala ulang 10 tahun Rekomendasi Pengendalian Banjir
Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian.
6
Nilai kerugian ini akan menentukan berapa biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerusakan langsung dan tidak langsung akibat banjir. Kerugian akibat biaya langsung antara lain (1) pembersihan rumah; (2) perbaikan fisik rumah; (3) perbaikan perabot rumah tangga dan (4) kerusakan benda yang tidak dapat diselamatkan. Kerugian Biaya tidak langsung yang dirasakan untuk memulihkan kondisi yang terganggu akibat banjir antara lain (1) biaya pengobatan yang sakit; (2) kegiatan sosial yang terhambat dan (3) kegiatan ekonomi yang terganggu. Melihat permasalahan di atas, maka pada perlu dilakukan (1) analisis kondisi DAS, (2) analisis hidrologi DAS Bekasi Hulu, (3) analisis hidrolika Sungai Bekasi Hulu, (4) analisis kerugian akibat genangan banjir (5) anisisarancangan pengelolaan DAS, sehingga dapat dirumuskan rancangan pengelolaan DAS untuk menurunkan limpasan dan meningkatkan kapasitas aliran sungai untuk menurunkan resiko akibat banjir. Dari hasil analisis ini diharapkan dapat dirumuskan upaya untuk menyusun rencana penanggulangan banjir dan penurunan resiko banjir pada DAS Bekasi Hulu dengan pendekatan pengelolaan DAS. Tujuan Penelitian Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis penyebab terjadinya banjir di Kota Bekasi baik secara hidrologi maupun hidrolika; (2) menganalisis kerugian akibat genangan/ banjir di Kota Bekasi dan (3) menyusun rancangan pengelolaan DAS Bekasi hulu untuk menurunkan resiko banjir Kota Bekasi. Manfaat Penelitian Hasil
penelitian
ini
diharapkan
memberikan
kontribusi
pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus memberikan masukan kepada pihak pengelola DAS, penentu kebijakan, akademis dan masyarakat luas dalam hal-hal berikut: 1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya banjir, baik secara hidrologi maupun hidrolika. 2. Mencegah banjir dan memperkecil daerah genangan banjir.
7
3. Memberikan masukan kepada para pengelola DAS dan penentu kebijakan untuk
menentukan
strategi
pengelolaan
DAS
terutama
dalam
penanggulangan banjir. 4. Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya dibidang pengelolaan DAS terutama dalam mengurangi terjadinya daerah rawan banjir.