1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara masing-masing maupun bersama-sama mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia serta modal dasar bagi pembangunan. Guna melestarikan sumber daya alam tersebut perlu dilakukan upaya konservasi. Upaya konservasi sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya c. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam serta pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar. Dalam rangka pemanfaatan tersebut sebagian kawasan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya telah ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam yang terdiri dari: Kawasan Taman Nasional; Kawasan Taman Hutan Raya dan Kawasan Taman Wisata Alam. Sampai saat ini pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan telah menetapkan 50 lokasi Taman Nasional, 117 lokasi Taman Wisata Alam dan 21 lokasi Taman Hutan Raya yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Ditjen PHKA, 2004), dan salah satunya adalah kawasan Taman Wisata Alam Gunung Pancar yang terletak di Kabupaten Bogor. Kawasan Taman Wisata Alam, pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah berdasarkan satu rencana pengelolaan sesuai dengan fungsinya baik fungsi pengawetan maupun fungsi pemanfaatannya (Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1990 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam). Di dalam kawasan Taman Wisata Alam sesuai dengan fungsinya dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan wisata alam dan rekreasi, penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan untuk menunjang budidaya. Untuk meningkatkan pemanfaatan potensi kawasan Taman Wisata Alam baik berupa gejala keunikan alam dan keindahan alam untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan pariwisata alam dengan mengikutsertakan rakyat. Pengusahaan pariwisata alam diselenggarakan oleh Koperasi, Badan Usaha Milik Negara, perusahaan swasta dan perorangan. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam yang dimaksud pengusahaan pariwisata alam adalah berupa usaha sarana pariwisata alam, antara lain meliputi: akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, penginapan remaja, usaha makanan dan minuman, sarana
2
wisata tirta, angkutan wisata dan sarana wisata budaya. Selain itu juga diatur hak dan kewajiban pengusaha pariwisata alam. Hak pengusaha pariwisata alam membangun dan mengelola sarana pariwisata sesuai dengan jenis usaha yang terdapat dalam ijin usahanya serta menerima imbalan dari pengunjung yang menggunakan jasa yang diusahakannya. Sedangkan kewajiban pengusaha pariwisata alam meliputi: a. Membuat dan menyerahkan Rencana Pengusahaan b. Melaksanakan kegiatan nyata dalam waktu yang telah ditentukan sejak ijin diberikan. c. Membangun sarana dan prasarana kepariwisataan dan pengusahaan sesuai Rencana Karya yang telah disahkan. d. Mempekerjakan tenaga ahli sesuai dengan jenis usaha. e. Mengikutsertakan masyarakat di sekitar kawasan dalam kegiatan usahanya. f. Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala atas pelaksanaan kegiatan usaha kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk. g. Merehabilitasi kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan usahanya. h. Menjamin keamanan dan ketertiban para pengunjung. i. Turut menjaga kelestarian fungsi kawasan. j. Membayar pungutan ijin pengusahaan pariwisata alam dan iuran hasil usaha. Komponen penawaran dalam industri pariwisata dapat yang bersumber dari alam atau buatan ataupun kreasi manusia. Menurut Wahab (1977) yang termasuk dalam kelompok yang bersumber dari alam antara lain: a. Iklim, seperti udara bersih, sinar matahari yang cerah, udara yang segar atau dingin. b. Gejala dan keindahan alam, seperti pemandangan, pegunungan, sungai, danau, pantai, air terjun, kawah gunung berapi dan lain-lain. c. Hutan, dalam hal ini termasuk hutan lebat, pohon nangka dan lain-lain. d. Tumbuhan dan satwa, termasuk di dalamnya adalah tumbuh-tumbuhan dan binatang yang aneh, umik dan langka serta berbagai kemungkinan dapat melakukan penelitian, foto, koleksi, foto hunting dan lain-lain. e. Pusat kesehatan, termasuk di dalam kelompok ini antara lain, sumber air panas atau air mineral, alam lumpur yang berkhasiat untuk mandi, dsb. Evaluasi dan pembinaan pengusahaan pariwisata alam di kawasan Taman Wisata Alam dilakukan oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) Kementerian Kehutanan atau Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam sebagai pengelola kawasan Taman Wisata Alam dimana terdapat ijin pengusahaan pariwisata alam tersebut. Kebijakan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan dalam pengembangan pariwisata alam diarahkan untuk: 1) Memberikan kesempatan kepada semua pihak dalam usaha pengembangan pariwisata alam yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat serta mendorong kelestarian sumber daya alam. 2) Meningkatkan keterpaduan perencanaan pengembangan pariwisata alam secara optimal dengan rencana pembangunan daerah yang mampu menjadi penggerak perekonomian lokal, regional, nasional secara berkesinambungan.
3
3) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya konservasi sumber daya alam. Pariwisata Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini diperkuat dengan meningkatnya posisi Indonesia khususnya pada sektor pariwisata pada peringkat 74 dari 139 negara dibandingkan peringkat pada tahun 2009 yaitu peringkat 81 dari 133 negara anggota (WEF, 2011). Penentuan peringkat tersebut didasarkan pada Travel & Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang bertujuan sebagai pengukuran faktor-faktor dan kebijakan yang berpengaruh terhadap pengembangan sektor kepariwisataan dari negara-negara yang berbeda. Bagi penerimaan devisa negara, sektor pariwisata pada tahun 2010 menempati peringkat keempat dengan nilai sebesar USD 7,604 juta. Peringkat dan nilai sektor pariwisata dalam penerimaan devisa negara ini terus meningkat sejak tahun 2006, hal ini seperti dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Peringkat Devisa Sektor Pariwisata Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Peringkat 6 5 4 3 4
Nilai (Juta USD) 4 448 5 346 7 377 6 298 7 604
Sumber: Kemenparekraf, 2011.
Secara ekononomis, potensi terbesar bagi pengembangan pariwisata di Indonesia adalah dengan datangnya wisatawan yang berasal dari negara industri. Dengan latar belakang yang sudah lebih mengerti tentang arti pelestarian alam, wisatawan tersebut juga mempunyai lebih banyak uang, waktu dan kebebasan dalam menentukan tujuan perjalanannya, sehingga mereka dapat tinggal lebih lama dan tentunya akan membelanjakan uangnya lebih banyak. Namun demikian jumlah wisatawan yang datang tentu harus sesuai dengan daya dukung ekologis yang dimiliki oleh tiap kawasan wisata, sehingga upaya pelestarian sumber daya alam dapat terwujud (Situmorang, 2001). Pariwisata diyakini tidak hanya sekedar mampu menjadi sektor andalan dalam usaha meningkatkan perolehan devisa untuk pembangunan negara tetapi juga mampu mengentaskan kemiskinan karena pariwisata memiliki andil dan memberikan kontribusi cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil di pedesaan di mana proyek pariwisata dikembangkan (Yoeti, 2005). Perkembangan pariwisata terutama di wilayah kabupaten dan kota Bogor mengalami peningkatan, hal ini dapat terlihat dari Tabel 2. Terjadinya peningkatan jumlah kunjungan juga diikuti dengan penurunan meski tidak terlalu jauh. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan wisatawan nusantara ke kabupaten Bogor selama kurun waktu dari tahun 2007 hingga tahun 2011 mengalami peningkatan jumlah angka kunjungan. Sedangkan bagi kunjungan wisatawan mancanegara ke kabupaten Bogor, terjadi peningkatan kunjungan dari tahun 2007 hingga tahun 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 yang disebabkan turunnya
4
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara namun pada tahun 2011 kembali terjadi peningkatan jumlah kunjungan. Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara/mancanegara mengindikasikan bahwa industri pariwisata nasional khususnya di wilayah kabupaten Bogor menyimpan potensi yang masih dapat terus dikembangkan mengingat tingginya minat wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara dalam mengunjungi obyek-obyek pariwisata yang berada di wilayah kabupaten Bogor.. Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Obyek Wisata Di Jawa Barat Menurut Kabupaten di Kabupaten Bogor. Jenis Wisatawan
2007 8 499 738 028 746 527
Mancanegara Nusantara Jumlah
2008 18 150 1 833 530 1 851 680
Tahun 2009 24 259 2 155 702 2 179 961
2010 17 739 2 156 198 2 173 937
2011 27 604 2 638 689 2 666 293
Sumber: BPS, 2012 (Data Diolah).
Kabupaten Bogor sendiri hingga tahun 2009 tercatat memiliki total 42 obyek wisata yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Bogor mulai dari jenis wisata budaya sebanyak tiga obyek, wisata alam sebanyak 19 obyek dan wisata minat khusus sebanyak 20 obyek. Tabel 3. Jenis Obyek Wisata Di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor
Alam 19
Jenis Obyek Wisata Budaya Minat Khusus Jumlah Obyek Wisata 3 20 42
Sumber: BPS, 2012.
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar merupakan salah satu dari 205 Taman Wisata Alam di bawah naungan Ditjen PHKA, Kementerian Kehutanan yang tersebar di seluruh wilayah NKRI. TWA Gunung Pancar ini terletak di kabupaten Bogor dan merupakan salah satu obyek daya tarik tujuan wisata alam yang memiliki potensi wisata alam dan keunikan yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Dalam rangka mewujudkan kebijakan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen PHKA) terutama dalam peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), Ditjen PHKA telah memberikan hak pengusahaan pariwisata alam kepada PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI) untuk melakukan usaha pariwisata alam di dalam Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP) sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. 54/Kpts-II/93 tanggal 8 Februari 1993. Meski demikian, pembangunan sarana dan prasarana berupa fasilitas untuk menunjang kegiatan pariwisata alam baru dilakukan pada tahun 2004. Hingga saat ini sebanyak 28 perusahaan termasuk PT. Wana Wisata Indah telah mendapat Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) yang tersebar di taman nasional sebanyak
5
sembilan perusahaan dan taman wisata alam sebanyak 19 perusahaan. Selain itu, 48 perusahaan sedang dalam proses permohonan ijin. Berdasarkan wilayah pengelolaannya, Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP) berada di bawah pengelolaan Bidang Wilayah II Bogor Konservasi Sumber Daya Alam, Balai Besar KSDA Jawa Barat. Potensi yang menonjol di dalam kawasan TWAGP yaitu terdapat sumber air panas, keragaman flora dan fauna, dan bentang alam. Pengelolaan taman wisata alam tersebut sampai saat ini belum didasarkan pada rencana pengelolaan yang seharusnya menjadi dasar atau acuan bagi pemegang ijin pariwisata alam untuk menyusun rencana karya pengusahaan. Kegiatan pengelolaan usaha pariwisata alam yang dilakukan PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI) dimaksudkan tidak hanya untuk menghasilkan keuntungan dalam pengelolaan usaha pariwisata alam tetapi juga dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam usaha pelestarian kawasan konservasi alam dan ekosistemnya. Selain itu juga dimaksudkan untuk mendukung pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan dalam meningkatkan penerimaan PNBP setiap tahunnya. PT. Wana Wisata Indah sejak tahun 1994 telah memulai pengusahaan pariwisata alam dengan dibangunnya loket masuk TWA Gunung Pancar dan memperoleh pendapatan dari penjualan tiket masuk hingga tahun 1998. Bersamaan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah RI No. 59 tahun 1998 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dimana seluruh loket masuk obyek daerah tujuan wisata alam (ODTWA) di bawah naungan Kementerian Kehutanan diambil alih oleh pemerintah tidak terkecuali juga di TWA Gunung Pancar. Hal ini membuat PT. Wana Wisata Indah untuk lebih menjalankan kewajibannya menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA) periode 2004 – 2023, meskipun belum didasarkan pada rencana pengelolaan yang disusun oleh pemerintah, mengingat rencana pengelolaan tersebut belum tersusun. Pada tahun 2004 PT. Wana Wisata Indah mulai membangun beberapa fasilitas pengunjung. Beberapa fasilitas yang telah dibangun hingga saat ini diantaranya berupa fasilitas untuk berkemah, mendaki, piknik, outbond dan tracking sepeda. PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI), berdasarkan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA) yang telah dibuat, mentargetkan jumlah kunjungan wisatawan setiap tahunnya mencapai total 65 754 wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. Namun sampai saat ini target tersebut belum dapat tercapai. Jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Pancar belum dapat dioptimalkan meski setiap tahunnya dilakukan penambahan fasilitas oleh PT. Wana Wisata Indah yang sekaligus juga untuk mengoptimalkan keragaman potensi kawasan TWA Gunung Pancar. Pembangunan fasilitas yang telah dilakukan oleh PT. Wana Wisata Indah dapat dikatakan belum dapat menarik jumlah pengunjung secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari jumlah angka kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Pancar (TWAGP) tiap tahunnya. Rendahnya tingkat kunjungan tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor di samping dari jumlah ketersediaan fasilitas seperti disebutkan di atas. Berdasarkan tabel mengenai jumlah kunjungan wisatawan ke TWA Gunung Pancar (Tabel 4.) berikut ini dapat dilihat bahwa tingkat kunjungan wisatawan sejak tahun 2007 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan. Lonjakan jumlah kunjungan mulai
6
terjadi pada tahun 2011 di mana pada tahun tersebut hingga tahun 2012 salah satu fasilitas di TWA Gunung Pancar sempat digunakan untuk event bertaraf internasional. Hal itu pula yang membuat TWA Gunung Pancar makin dikenal dan diketahui keberadaannya oleh masyarakat. Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Taman Wisata Alam Gunung Pancar (TWAGP). Jenis Wisatawan Mancanegara Nusantara Jumlah
Tahun
2007 6 825 6 825
2008 198 7 512 7 710
2009 9 592 9 592
2010 12 10 464 10 476
2011 72 42 928 43 000
2012 426 45 528 45 954
Sumber: Ditjen PHKA, 2013 (Data diolah).
Jumlah kunjungan tahunan TWA Gunung Pancar berdasarkan tabel 5 memang mengalami peningkatan. Namun demikian peningkatan tersebut belum dapat memenuhi target kunjungan yang diharapkan yaitu sebesar 65 754 per tahun. Minimnya kegiatan promosi dan informasi yang dilakukan oleh PT. Wana Wisata Indah terkait dengan ketersediaan fasilitas di TWA Gunung Pancar menyebabkan pengunjung hanya mengetahui bahwa potensi yang berada di TWA Gunung Pancar hanya berupa pemandian air panas. Hal ini menyebabkan rendahnya pemanfaatan potensi-potensi lainnya yang telah dikemas melalui pembangunan fasilitas-fasilitas yang telah tersedia di TWA Gunung Pancar oleh para pengunjung. Pada kenyataannya potensi pemandian air panas tersebut masih berupa potensi tidur yang belum dapat diusahakan oleh PT. Wana Wisata Indah serta dinikmati oleh pengunjung TWA Gunung Pancar. Peningkatan jumlah kunjungan ke TWA Gunung Pancar memberikan dampak yang positif dengan adanya peningkatan pendapatan pemerintah melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dalam kurun waktu tahun 2007 hingga tahun 2012 tercatat bahwa target peningkatan PNBP sebesar 20% baru tercapai pada tahun 2011 dengan pertumbuhan PNBP sebesar 312% dimana hal ini tercapai dengan adanya event berskala internasional pada fasilitas trecking sepeda. Tingkat pertumbuhan PNBP pada TWA Gunung Pancar selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. berikut. Tabel 5. Tingkat Pertumbuhan PNBP TWA Gunung Pancar. 2007 6 825 13 650 000
2008 Jumlah Pengunjung 7 710 PNBP 17 994 000 32% Pertumbuhan PNBP Sumber: Ditjen PHKA, 2013 (Data diolah).
Tahun 2009 2010 9 592 10 476 19 184 000 21 108 000 7% 10%
2011 43 000 86 936 000 312%
2012 45 954 97 446 000 12%
Dari sisi finansial, dapat dilihat grafik berikut (gambar 1.) mengenai jumlah PNBP TWA Gunung Pancar (TWAGP) yang meningkat sejak tahun 2007 hingga tahun 2012. Jumlah PNBP tersebut meski mengalami peningkatan sejak tahun 2007
7
hingga 2010 belum dapat memenuhi target dari Balai Besar KSDA sebesar 20% per tahun. Namun meski target tersebut berhasil dilampaui pada tahun 2011, tahun 2012 terjadi penurunan tingkat pertumbuhan PNBP dibanding dengan tahun sebelumnya.
Jumlah PNBP 120,000,000 100,000,000 80,000,000 60,000,000
Jumlah PNBP
40,000,000 20,000,000 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 1. Jumlah PNBP TWAGP Sumber: Ditjen PHKA, 2013 (Data diolah)
Jika dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah wisatawan ke kabupaten Bogor seperti dapat dilihat pada tabel berikut mengenai potensi wisatawan TWA Gunung Pancar (Tabel 6), pada tahun 2007 terdapat potensi wisatawan sebesar 742 282 wisatawan, tahun 2008 sebesar 1 844 855 wisatawan, tahun 2009 sebesar 2.169.299, tahun 2010 sebesar 2 163 503 dan pada tahun 2011 sebesar 2 623 293 wisatawan. TWA Gunung Pancar merupakan satu dari 42 obyek wisata yang terdapat di kabupaten Bogor. Tabel 6. Potensi Wisatawan TWA Gunung Pancar Jenis Kunjungan
2007 2008 Kabupaten Bogor 746 527 1 851 680 TWA Gunung Pancar 6 825 7 710 742 282 1 844 855 Potensi Sumber: BPS 2011 dan Ditjen PHKA 2013 (Data diolah).
Tahun 2009 2 179 961 9 592 2 169 299
2010 2 173 937 10 476 2 163 461
2011 2 666 293 43 000 2 623 293
Penurunan minat kunjungan wisatawan juga terkait dengan ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang ada di TWA Gunung Pancar. Fasilitas pendukung yang saat ini telah ada merupakan hasil pembangunan fasilitas yang telah dimulai sejak tahun 2004. Terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana di TWA Gunung Pancar, kualitas infrastruktur pendukung seperti akses transportasi berupa kondisi jalan yang kurang baik untuk menjangkau lokasi TWA Gunung Pancar merupakan faktor penting yang dapat berpengaruh dalam usaha peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.
8
Rumusan Masalah Pengusahaan pariwisata alam TWA Gunung Pancar oleh PT. Wana Wisata Indah sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktivitas sumber daya hutan dalam konteks pembangunan ekonomi regional maupun nasional sehingga selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah, aspek masyarakat dan pihak swasta lainnya dalam suatu wilayah. TWA Gunung Pancar dengan berbagai bentuk dan keunikan sumber daya alam yang tersimpan di dalamnya memiiki potensi untuk dapat menjadi obyek daya tarik wisata alam unggulan yang dapat menarik lebih banyak wisatawan karena letaknya yang berdekatan dengan wilayah padat penduduk dan minim obyek wisata alam. Kebutuhan masyarakat perkotaan akan minimnya obyek wisata alam merupakan peluang bagi PT. Wana Wisata Indah untuk mengusahakan TWA Gunung Pancar guna memenuhi kebutuhan tersebut. Kawasan TWA Gunung Pancar dengan luas 447.6 hektar terbagi menjadi dua blok pengelolaan, yaitu blok perlindungan seluas 245.8 hektar dan blok pemanfaatan seluas 201.7 hektar. Blok pemanfaatan tersebut merupakan areal pengusahaan pariwisata alam PT. Wana Wisata Indah. Hasil pengamatan di lapangan bersama petugas PT. Wana Wisata Indah dikatakan bahwa batas-batas blok tersebut belum jelas, bahkan dijumpai masih terdapatnya perambahan/penggarapan lahan taman wisata alam oleh masyarakat. Hal ini termasuk salah satu hambatan dalam pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana wisata alam oleh PT. Wana Wisata Indah. Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA) PT. Wana Wisata Indah periode tahun 2004-2023 yang telah disusun belum mengacu pada rencana pengelolaan TWA Gunung Pancar. Kondisi ini mengakibatkan terhambatnya pengembangan pariwisata alam TWA Gunung Pancar mengingat adanya beberapa permasalahan yang penanganannya belum jelas apakah oleh pengelola atau pemegang ijin pariwisata alam dalam hal ini PT. Wana Wisata Indah. Berdasarkan observasi di lapangan, sebagian besar pengunjung TWA Gunung Pancar banyak yang berasal dari luar wilayah Bogor, kota/kabupaten Bogor dan sebagian lainnya berasal dari daerah-daerah di sekitar kawasan Gunung Pancar. Pengunjung dari luar kota Bogor banyak berdatangan pada akhir minggu dan hari libur sedangkan pada hari lainnya pengunjung dari sekitar kawasan lebih mendominasi. Mengacu pada rencana pengusahaan yang telah disusun dalam bentuk Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA) PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI) dan telah dibuat sejak tahun 2004. PT. PT. Wana Wisata Indah memperkirakan bahwa pada tahun 2007 atau RKL I (Rencana Karya Lima Tahun) periode tahun 2004-2009 pembangunan seluruh fasilitas telah selesai dilaksanakan dan jumlah kunjungan sebesar 65 754 pengunjung dengan rincian minimal 58 pengunjung pada hari kerja dan maksimal 235 pengunjung pada hari libur dapat dicapai setiap tahunnya. Sehingga diperkirakan dengan jumlah kunjungan sesuai target tersebut, PT. Wana Wisata Indah telah mencapai target keuntungan yang diharapkan. Namun pada
9
kenyataannya hingga saat ini atau pada RKL II (Rencana Karya Lima Tahun) periode tahun 2010-2014 pembangunan fasilitas masih terus berjalan dan jumlah kunjungan yang diharapkan belum dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan RKPPA yang telah disusun oleh PT. PT. Wana Wisata Indah belum dapat berjalan sebagaimana seharusnya. Sanksi terberat yang dapat diterima oleh PT. Wana Wisata Indah bilamana pencapaian target baik jumlah kunjungan maupun kegiatan pengusahaan tidak berjalan seperti yang telah disusun dalam RKPPA dapat berupa pencabutan izin pemanfaatan pariwisata alam (IPPA). Kerangka pengembangan pariwisata alam TWA Gunung Pancar sebagaimana tertuang dalam Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam PT. WWI Periode tahun 2004-2023 diarahkan untuk mencapai tujuan: a. Kelestarian fungsi pengusahaan, baik berupa keuntungan finansial maupun manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah (pusat dan daerah). b. Kelestarian fungsi ekologis (lingkungan), yaitu terjaganya jumlah dan kualitas sumber daya hutan alam serta tetap berlangsungnya keseimbangan hubungan saling ketergantungan di antara komponen ekosistem TWA Gunung Pancar. c. Kelestarian fungsi sosial dan budaya, yaitu kelangsungan interaksi antara masyarakat dan semua stakeholder dengan pengelola TWA Gunung Pancar dalam menunjang kehidupan sosial dan budayanya. Sejalan dengan arah pengembangan TWA Gunung Pancar tersebut, PT. Wana Wisata Indah menetapkan strategi pengusahaan sebagai berikut: a. Menyediakan sarana dan prasarana wisata alam yang berkualitas, dapat dijangkau oleh segenap lapisan masyarakat. b. Menawarkan beragam jenis wisata alam dalam kawasan dengan mengedepankan efisiensi dan optimalisasi, baik dari segi keuntungan finansial dan ekonomi, kelestarian ekologis, manfaat sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Atas dasar arah pengembangan dan strategi di atas, upaya – upaya pokok dan rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pembangunan sarana dan prasarana meliputi: a. Penyusunan dokumen perencanaan berupa rencana karya lima tahunan pengusahaan dan rencana karya tahunan pengusahaan. b. Pengembangan jenis kegiatan rekreasi alam meliputi kegiatan menikmati pemandian air panas, rekreasi outbond, perkemahan/camping ground, hiking, piknik dan rekreasi umum. c. Pembangunan sarana dan prasarana wisata alam. d. Rencana konservasi meliputi konservasi flora dan fauna, konservasi air serta konservasi tanah. e. Rencana promosi/pemasaran Mengacu pada rencana karya pengusahaan pariwisata alam tersebut serta beberapa permasalahan yang ada, strategi pengembangan pariwisata alam TWA Gunung Pancar dalam penelitian ini akan menjembatani tugas-tugas pengelola dalam hal ini Bidang KSDA Wilayah II Bogor yang perlu dilakukan dalam mendukung pengembangan pariwisata alam sekaligus reformulasi strategi pengusahaan pariwisata alam PT. Wana Wisata Indah.
10
Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang terkait dengan pengembangan usaha pariwisata alam di TWA Gunung Pancar oleh PT. Wana Wisata Indah khususnya yang terkait dengan strategi pengembangannya. Perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a. Faktor-faktor internal dan eksternal strategis apa yang berpengaruh dalam pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar? b. Alternatif strategi apa yang saja yang dapat dihasilkan dalam pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar? c. Bagaimana prioritas strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar?
Tujuan Peneltian Tujuan penelitian strategi pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar adalah: a. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar baik dari sisi internal maupun sisi eksternal. b. Memformulasikan berbagai alternatif strategi pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar. c. Memberikan rekomendasi mengenai prioritas strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan pariwisata alam di TWA Gunung Pancar.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan baik untuk pengusaha/pemegang ijin, penulis maupun pihak-pihak lain yang memerlukan informasi yang terkait dengan pengembangan pariwisata alam di kawasan Taman Wisata Alam di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal PHKA.
Ruang Lingkup Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan terhadap pengembangan pariwisata alam oleh PT. Wana Wisata Indah di TWA Gunung Pancar yang terletak di Kabupaten Bogor yang pengelolaannya termasuk dalam wilayah Bidang KSDA Wilayah I Bogor, Balai Besar KSDA Jawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada strategi pengembangan pariwisata alam yang perlu dilakukan oleh PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI). Kajian yang dilakukan hanya sebatas pemberian alternatif strategi pengembangan pariwisata alam, sedangkan implementasinya diserahkan pada pemegang ijin usaha pariwisata alam yaitu PT. Wana Wisata Indah (PT. WWI).
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB