PENDAHULUAN Latar Belakang Perhatian terhadap kegiatan petani pada agroforestri sebagian besar tentang adopsi teknologi pertanian dan kehutanan. Pattanayak et al. (2003) telah me-review 120 artikel mengenai adopsi teknologi pertanian dan kehutanan oleh petani kecil. Melalui seleksi analisis empiris yang difokuskan pada agroforestri dan yang berkaitan, jumlah tersebut dipersempit menjadi 32 studi dari 21 negara. Hasil analisis menunjukkan bahwa perilaku adopsi teknologi secara signifikan paling dipengaruhi oleh resiko dan ketidakpastian, faktor biofisik, dan sumberdaya, walaupun preferensi dan dukungan sumberdaya merupakan faktor yang paling sering dimasukkan dalam studi. Kiptot et al. (2007) menambahkan bahwa walaupun terjadi peningkatan jumlah studi tentang agroforestri, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut yaitu: (1) sebagian besar studi adopsi berdasarkan suatu potret pada waktunya, padahal adopsi agroforestri merupakan suatu proses dinamis yang terjadi melalui periode waktu yang panjang, (2) sebagian besar studi adopsi tidak membedakan antara kategori pengguna, baik yang menguji teknologi maupun yang mengadopsi, dan (3) mayoritas studi adopsi tidak mempertimbangkan sosial ekonomi, pengaturan politik dan kelembagaan yang melekat di petani secara lebih luas. Adopsi agroforestri juga mencakup keputusan petani untuk menanam dan memelihara pohon. Hal ini sesuai dengan penjelasan Banister dan Nair (2003) mengenai strategi implementasi agroforestri di negara miskin seperti Haiti, yaitu berdasarkan pengetahuan yang menyeluruh bagaimana petani menggunakan karakteristik rumah tangga dan lahan pertaniannya untuk mengambil keputusan adopsi agroforestri. Begitu pula dengan Degrande et al. (2006) yang menyatakan bahwa keputusan petani untuk menanam dan memelihara pohon di Kamerun dan Nigeria ditentukan oleh suatu kumpulan yang kompleks dari faktor-faktor yang saling berkaitan, baik di dalam maupun antar komunitas. Sedangkan Zubair dan Garforth (2006) dalam penelitiannya di Pakistan menyatakan bahwa kesediaan petani untuk menanam pohon di lahannya adalah suatu fungsi dari sikap petani terhadap keuntungan dan ketidakuntungan penanaman pohon, persepsi petani mengenai pendapat referents yang penting, dan faktor-faktor yang mendorong dan
2 menghambat penanaman pohon di lahan pertanian. Faktor-faktor utama yang mendorong dan menghambat penentu keputusan petani untuk menanam tanaman berkayu, terutama di pekarangan juga dijelaskan oleh Krause dan Uibrig (2006) berdasarkan kasus di dataran tinggi Ethiopia Tengah. Tingkat adopsi yang relatif rendah pada integrasi pohon buah pada sistem pertanian dataran tinggi oleh petani kecil di Propinsi Isabela, Filipina yang telah dipromosikan secara luas, sangat kontras dengan penanaman tanaman perdagangan musiman (seasonal cash crops) yang tersebar secara cepat, khususnya varietas unggulan padi dan jagung (Snelder et al. 2005). Petani mempertimbangkan pohon buah sebagai suatu tanaman yang keuntungannya lebih rendah dibandingkan tanaman perdagangan musiman, dimana hal ini sangat kontras dengan hasil perhitungan analisis ekonomi dalam siklus produksi selama 10 tahun. Pengetahuan petani tentang manajemen pohon dan pemilihan jenis terbukti tidak cukup dan berkontribusi secara tidak langsung terhadap rendahnya tingkat pertumbuhan dan produksi buah. Walaupun studi adopsi agroforestri tentang keputusan petani untuk menanam dan memelihara pohon telah banyak dilakukan, tetapi ada aspek penting yang belum mendapat perhatian secara lebih mendalam, yaitu dari sisi pandangan petani, terutama mengenai alasan-alasan petani dalam pemilihan jenis tanaman dan pola tanam. Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengambilan keputusan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam pada agroforestri antara lain dilakukan oleh: Lubis (1997), Suharjito (2002), Krause dan Uibrig (2006), dan Snelder et al. (2007). Lubis (1997) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dalam memilih jenis tanaman yang akan dibudidayakan pada pengelolaan lahan hutan di Pesisir Krui-Lampung Barat, didasari oleh pengaruh ekonomi; sebagian di antaranya hanya sebatas kebutuhan subsistensi, tapi sebagian lainnya didasari oleh adanya permintaan pasar. Sementara petani di Buniwangi-Sukabumi memilih suatu jenis tanaman untuk dibudidayakan karena mempunyai alasan-alasan yang menunjukkan orientasi produktivitas, kegunaan untuk konsumsi keluarga dan dipasarkan, dan kontinuitas (Suharjito 2002). Begitu pula dengan Krause dan Uibrig (2006) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan oleh petani dalam pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kegunaan dan pendapatan uang dari jenis tanaman.
3 Sementara petani memilih jenis pohon buah tidak hanya berdasarkan nilai ekonominya saja, tetapi juga fungsi-fungsi penting lainnya yang disediakan oleh pohon (Snelder et al. 2007). Menurut Suharjito (2002), beberapa penelitian sosial, ekonomi dan budaya yang telah dilakukan, khususnya menjelaskan hubungan antara sistemsistem penguasaan lahan (land tenure system) dengan praktek agroforestri. Privatisasi atau pemberian hak milik telah mendorong petani menanam pohonpohon karena alasan keamanan penguasaan lahan (the security of land tenure) di Kenya (Brokesha dan Riley 1987, diacu dalam Suharjito 2002). Berdasarkan sistem tenurial yang ada di Haiti, petani melaksanakan budidaya pohon pada lahan milik individual dan tidak bersedia melaksanakannya pada lahan komunal atau lahan negara, karena adanya jaminan memperoleh manfaat yang lebih pasti dari lahan milik daripada lahan komunal atau lahan negara (Murray 1987, diacu dalam Suharjito 2002). Sedangkan di Nigeria agroforestri membutuhkan modal lebih banyak daripada pertanian tradisional, maka kepastian penguasaan lahan diperlukan oleh petani untuk menjamin investasinya (Adeyoju 1987, diacu dalam Suharjito 2002). Sementara berdasarkan kasus di Filipina, praktek-praktek agroforestri yang lestari telah berkembang walaupun tidak berada pada lahan yang dimiliki sendiri (Sajise 1987, diacu dalam Suharjito 2002). Penelitian-penelitian di atas menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanam; juga terkait dengan konteks sistem penguasaan lahan. Hal ini sangat penting, karena banyak program penanaman pohon yang dilakukan oleh pemerintah di lahan hutan negara yang digarap oleh masyarakat sering menemui kegagalan, karena masyarakat enggan untuk menanam bibit tanaman yang diberikan oleh pemerintah dan lebih memilih jenis tanaman dan pola tanam tertentu. Sebaliknya, penanaman pohon di lahan milik lebih banyak yang berhasil. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan memberi perhatian pada pengambilan keputusan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, yaitu di lahan hutan negara dan lahan milik.
4 Penelitian tentang pengambilan keputusan pemilihan jenis dan pola tanam di lahan hutan negara dan lahan milik dilakukan dalam konteks pengambilan keputusan oleh petani, dengan unit analisis rumah tangga petani agroforestri dan menggunakan metode studi kasus. Pengambilan keputusan oleh petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanam ini melalui beberapa tahapan pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Perumusan Masalah Penelitian ini bermaksud untuk menguraikan dan menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani dalam menentukan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam. Fokus penelitian yang akan dilakukan adalah kajian tentang
alasan-alasan petani untuk memilih jenis tanaman dan pola tanam.
Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah bagaimana dan mengapa petani melakukan pengambilan keputusan untuk memilih suatu jenis tanaman dan pola tanam tertentu dan bukan jenis tanaman dan pola tanam yang lain, pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Penelitian tersebut akan dijelaskan dengan mengkaji pengambilan keputusan oleh rumah tangga petani yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal (kondisi sosial ekonomi dan biofisik) dan eksternal (pasar, ketersediaan informasi teknis, jasa infrastruktur/pendukung dan kerangka kebijakan). Kajian lebih lanjut dilakukan dengan membandingkan pengambilan keputusan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam oleh petani pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani dalam menentukan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam pada sistem penguasaan lahan yang berbeda, antara yang berlokasi di lahan hutan negara dan lahan milik. Pengetahuan dan pemahaman tentang alasan-alasan petani ini akan bermanfaat bagi berbagai pihak, seperti: Dinas Kehutanan (terutama penyuluh), universitas, lembaga swadaya masyarakat, dan lain-lain, yang bermaksud mengembangkan kehutanan masyarakat, baik di
5 lahan hutan negara maupun lahan milik. Studi mengenai pilihan-pilihan petani tersebut sangat penting untuk mengerti preferensi, pertimbangan dan hambatan yang ditemui oleh petani di lapangan, sehingga kegiatan yang akan dilakukan akan lebih tepat, berguna, dan sesuai dengan kebutuhan petani.