1
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di suatu negara dapat dinilai melalui derajat kesehatan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk menilai kesehatan masyarakat ialah angka kesakitan, kematian penduduk, dan usia harapan hidup. Penurunan angka kesakitan akan berbanding lurus dengan kematian penduduk dan berbanding terbalik dengan usia harapan hidup. Semakin tinggi usia harapan hidup berarti pembangunan kesehatan semakin berhasil. Menurut UU No. 13 tahun 1998, meskipun tidak sekaligus, hal ini berarti peningkatan mutu kehidupan akan menimbulkan perubahan struktur penduduk dan sekaligus menambah jumlah penduduk berusia lanjut (Arisman 2007). Penuaan populasi di Indonesia mulai muncul sebagai gambaran demografi pergeseran penduduk ke usia lanjut dari sekitar 6% selama periode 1950-1990, kini mencapai 9%, dan diprediksi meningkat tajam menjadi 13% pada tahun 2025, dan menjadi 25% di tahun 2050. Ini berarti pada tahun 2025, 1 dari 4 penduduk Indonesia dapat dikelompokkan sebagai orang berusia lanjut dibandingkan 1 dari 12 penduduk Indonesia saat ini (Fatmah 2010). Fenomena terjadinya peningkatan jumlah penduduk lansia disebabkan oleh penurunan angka fertilitas penduduk, perbaikan status kesehatan akibat kemajuan teknologi dan penelitian-penilitian kedokteran, transisi epidemilogi dari penyakit infeksi menuju penyakit degeneratif, perbaikan status gizi yang ditandai oleh peningkatan kasus obesitas lansia daripada underweight, peningkatan usia harapan hidup (UHH), pergeseran gaya hidup dari urban rural lifestyle menjadi sedentary urban lifestyle, dan peningkatan pendapatan perkapita sebelum krisis moneter melanda Indonesia (Fatmah 2010). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 1998, harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun pada tahun 1997 menjadi 73 tahun pada tahun 2005. Peningkatan UHH menyebabkan populasi lanjut usia (lebih dari 75 tahun) meningkat secara pesat di negara berkembang (Kinsella & Suzman 1992; Schlenker 1998 dalam Shahar et al. 2007) serta akan berdampak pada pergeseran pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Dalam dua dekade terakhir ini, terjadi peningkatan populasi penduduk lansia di Indonesia dari 4.48% tahun 1971 (5.3 juta) menjadi 9.77% pada tahun 2010 (23.9 juta). Bahkan pada tahun 2020 diprediksi akan terjadi ledakan jumlah
2
penduduk lansia sebesar 11.34% atau sekitar 28.8 juta (Makmur Sunusi 2006 dalam Fatmah 2010). Kaum wanita mendominasi kelompok pendudukusia tersebut dibandingkan pria. Saat ini hampir 60% penduduk lansia Indonesia adalah wanita (Fatmah 2010). Seiring bertambahnya usia dan populasi lanjut usia akan turut meningkatkan kejadian penyakit kronik dan ketidakberdayaan di kalangan mereka (Woo 2000 dalam Shahar et al. 2007). Hasil penelitian yang dilakukan di Malaysia menyebutkan bahwa penyakit kronik dan akut yang paling banyak dilaporkan oleh subjek penelitian adalah tekanan darah tinggi (32.7%) dan gout atau artritis (29.6%). Sebaran subjek laki-laki dan perempuan yang mengidap tekanan darah tinggi, gout atau artritis adalah hampir sama (Shahar et al. 2007). Hal senada juga disebutkan oleh Boedidarmojo (1994) dalam Yenrina (2001) yaitu, penyakit radang sendi termasuk golongan empat penyakit yang menonjol pada masyarakat usia lanjut selain kardiovaskuler, penyakit endokrin dan penyakit neoplasma. Kajian Abu Sabha et al. (1997) dalam Shahar et al. (2007) menunjukkan bahwa artritis merupakan penyakit yang paling sering dikeluhkan oleh kalangan wanita lanjut usia yang berumur 60 tahun ke atas. Artritis yang dimaksud pada penelitian tersebut merupakan semua penyakit radang sendi seperti penyakit asam urat yang disebut dengan hiperurisemia atau gout, dan penyakit radang sendi lainnya seperti reumatik. Pada wanita, peningkatan risiko penyakit asam urat dimulai sejak memasuki masa menopause. Setelah memasuki usia menopause, hormon estrogen pada wanita sudah tidak diproduksi lagi, sehingga menurunkan ekskresi asam urat. Kebiasaan makan adalah faktor penting yang berpengaruh kepada status kesehatan dan kemampuan fisik seorang lanjut usia (Pirlich & Lochs 2001 dalam Shahar et al. 2007). Apabila usia meningkat, jumlah dan frekuensi makan yang dikonsumsi akan menurun jika dibandingkan dengan golongan yang lebih muda (Seiler 2001 dalam Shahar et al. 2007). Mereka juga cenderung menkonsumsi makanan yang mengandung zat gizi rendah. Keadaan ini disebabkan menurunnya
kemampuan
mobilitas,
kesulitan
mengunyah
dan
menelan
makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan, status sosioekonomi dan tahap aktivitas fisik yang rendah, kehilangan selera makan yang disebabkan komplikasi sistem pencernaan,kesedihan dan kesendirian (Shahar et al. 2007).
3
Pada umumnya, gerak badan dan aktivitas fisik menurun secara signifikan dalam jangka panjang dengan meningkatnya penuaan seseorang. Perubahan penuaan secara normal terjadi pada komposisi tubuh seseorang termasuk penurunan massa tubuh, metabolisme basal, cadangan protein, dan cadangan air. Peningkatan aktivitas seseorang yang termasuk latihan sedang dapat membantu meningkatkan kebugaran pada lanjut usia serta menurunkan risiko kegemukan dan berbagai macam penyakit seperti salah satunya adalah penyakit gout atau asam urat (Komnas Lansia 2010). Risiko terjadinya asam urat akan bertambah bila disertai dengan pola konsumsi makan yang tidak seimbang. Banyaknya makanan tinggi purin yang dikonsumsi akan memperbesar risiko terkena asam urat pada kaum wanita lanjut usia yang notabene sudah menurun daya imunitasnya akibat hormon estrogen yang tidak diproduksi lagi serta menurunnya daya metabolisme tubuh semakin memperbesar risiko terjadinya penyakit asam urat. Ada berbagai faktor yang dapat meyebabkan kelebihan asam urat di dalam darah, tetapi asupan purin mempunyai pengaruh paling besar (Clifford and Story.1976 dalam Yenrina 2001). Purin dapat berupa adenin, guanin, xantin, hipoxantin (inosin) adalah molekul yang terdapat dalam sel berbentuk nukleotida, yang mempunyai peranan luas dalam berbagai macam proses biokimia di dalam tubuh. Pada manusia dan hewan primata purin dimetabolisme menghasilkan produk akhir berupa asam urat. Kadar asam urat dalam darah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor fisik, genetik, dan juga asupan makanan. Asupan makanan yang baik dapat mengkontrol kadar asam urat dalam darah. Ada banyak jenis makanan yang dapat menyebabkan kadar asam urat dalam darah menjadi tidak normal, seperti makanan yang tinggi purin, makanan yang berprotein tinggi, serta konsumsi alkohol. Perhatian terhadap kesehatan lansia manjadi hal yang penting untuk meningkatkan angka usia harapan hidup. Hal ini dikarenakan lansia termasuk golongan yang rentan terkena penyakit. Semakin menurunnya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh membuat mekanisme kerja organ tubuh menjadi terganggu sehingga rentan terhadap serangan penyakit. Asupan gizi yang baik sangat diperlukan
untuk
membantu
mengoptimalkan
kesehatan
dan
mencegah
komplikasi penyakit kronis yang mungkin diderita. Salah satu kegiatan pemberdayaan wanita usia lanjut adalah Program Pemberdayaan Wanita Pra Lanjut Usia dan Wanita Lanjut Usia yang diadakan
4
oleh Kementrian Pendidikan Nasional yang bekerjasama dengan Yayasan Aspirasi Muslimah Indonesia (YASMINA). Program ini dilaksanakan di Bogor dan terdiri dari serangkaian kegiatan. Kegiatan yang dilaksanakan pada program ini adalah penyuluhan tentang perawatan dan pengasuhan usia lanjut, pelatihan daur ulang sampah plastik, pelatihan menyulam pita dan mayet, pelatihan kelembagaan, pendampingan, dan pemeriksaan kesehatan (klinis) usia lanjut. Tujuan dari kegiatan itu salah satunya untuk memberdayakan dan meningkatkan partisipasi para usia lanjut di masyarakat. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang analisis pola konsumsi dan pola aktivitas dengan kadar asam urat pada wanita lanjut usia. Peserta Program Pemberdayaan Wanita Pra dan Usia Lanjut dipilih sebagai contoh dalam penelitian ini karena dipandang dapat memberikan gambaran tentang karakteristik wanita usia lanjut. Kemudahan dalam akses pengambilan data juga menjadi pertimbangan peneliti dalam mengambil peserta program sebagai populasi penelitian. Selain itu, peserta program ini juga sudah mendapat pendidikan gizi dan pelatihan keterampilan serta memiliki kegiatan sosial rutin sehingga lebih mudah berkomunikasi dan bekerjasama dalam pengambilan data. Tujuan Tujuan Umum: Untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi makan dan aktivitas fisik dengan kadar asam urat wanita lanjut usia. Tujuan Khusus: 1. Menganalisis proporsi lansia berdasarkan kadar asam urat tinggi dan normal. 2. Mengidentifikasi karakteristik rumah tangga dan individu, aktivitas fisik, status gizi, dan pola konsumsi pada lansia berdasarkan kadar asam urat tinggi dan normal. 3. Menganalisis hubungan karakteristik rumah tangga dan individu, aktivitas fisik, status gizi, dan pola konsumsi pada lansia berdasarkan kadar asam urat tinggi dan normal. 4. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kadar asam urat pada lansia.
5
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kadar asam urat pada lansia wanita sehingga dapat menyusun diet dan pola aktivitas yang baik dan benar untuk meningkatkan status kesehatannya. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk dapat mengedukasi masyarakat agar dapat mencegah terjadinya penyakit kronik dan akut akibat kadar asam urat yang tidak terkontrol. .