1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010). Penduduk miskin ini lebih banyak hidup di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Penduduk miskin di Provinsi Jambi yang tinggal di perdesaan berjumlah 130.800 jiwa atau 11,80 persen, sedangkan di perkotaan berjumlah 110.800 jiwa atau 6,67 persen (BPS 2010). Penduduk miskin ini sebagian besar bekerja sebagai petani. Petani karet dan petani sawit merupakan petani yang banyak bermukim di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Data Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (2010) menunjukkan 47.61 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bungo menggantungkan hidupnya pada sektor perkebunan yaitu budidaya tanaman karet dan sawit. Harga karet saat ini naik mencapai Rp24.100,00/kg dan harga sawit turun menjadi Rp1.339,58/kg (Disbun 2010). Harga karet yang tinggi tidak memberikan jaminan kesejahteraan pada petani. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi dan permainan harga dari pedagang sehingga petani karet tidak pernah keluar dari masalah kemiskinan. Sementara itu, walaupun harga sawit murah namun dengan jumlah produksi yang besar dan harga yang relatif stabil membuat kesejahteraan petani sawit lebih baik dibandingkan petani karet. Berdasarkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN (2009), hampir separuh keluarga di Kecamatan Jujuhan dan Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong miskin (Pra KS dan KS1). Petani karet dan petani sawit sebagai institusi terkecil dalam masyarakat yang dinamakan keluarga, juga mempunyai tanggung jawab yang untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi individu yang berkualitas. Masalah kemiskinan akan mempengaruhi keluarga dalam menjalankan tanggung jawabnya. Kemiskinan menyebabkan keluarga kurang memperhatikan perkembangan anak. Keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan pengasuhan yang negatif dan kurang efektif (Papalia et al. 2009). Apabila keluarga menerapkan gaya pengasuhan yang kurang efektif maka kemungkinan terjadinya ketidak-optimalan perkembangan anak tinggi.
2
Masalah kemiskinan akan menurunkan kemampuan keluarga untuk melakukan investasi terhadap anak. Ketidakmampuan keluarga miskin dalam investasi terhadap anak pada akhirnya akan memperburuk kesejahteraan keluarga dan anak di masa depan. Kemiskinan akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan sosial emosi anak secara tidak langsung (Aber et al. 1997). Anak yang berasal dari keluarga
miskin kemungkinan mengalami hambatan
perkembangan lebih besar dibandingkan dengan anak yang hidup pada keluarga tidak miskin karena ketersediaan waktu dan finansial yang terbatas untuk memfasilitasi perkembangan anak (Hartoyo 1998). Perkembangan anak yang baik ditunjang oleh pola pengasuhan yang baik pula. Cara keluarga menerapkan pengasuhan dipengaruhi oleh suku dan pengalaman terdahulu yang diterima dari orang tua serta presepsi orang tua terhadap nilai anak. Petani sawit merupakan penduduk yang didominasi oleh Suku Jawa akan menerapkan pengasuhan yang lebih baik dibandingkan petani karet yang mayoritas Suku Melayu Jambi. Etnik yang berbeda akan menerapkan praktek pengasuhan yang berbeda pula yang akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan anak (Javo et al. 2004). Pengasuhan juga di pengaruhi oleh persepsi orang tua tentang nilai anak. Nilai anak merupakan harapan orang tua terhadap anak di masa yang akan datang sesuai dengan potensi yang dimilki anak yang terdiri atas nilai psikologi, nilai ekonomi, dan nilai sosial anak (Hoffman 1973, diacu dalam Santrock 2007). Cara pengasuhan yang diterapkan orang tua secara tidak sadar menjadi faktor pembentuk indentitas gender pada anak. Orang tua yang cenderung setuju dengan konsep kesetaraan gender akan menerapkan konsep ini terhadap anak dan keluarganya (Fakih 1996). Pengasuhan merupakan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang sangat besar, namun sangat sedikit pendidikan mengenai tugas ini, sebagian besar orang tua terutama yang tinggal di desa hanya memperoleh praktek pengasuhan dari orang tua mereka sendiri (Santrock 2007). Ada praktek pengasuhan yang baik dari pengalaman mereka namun tidak sedikit yang orang tua meneruskan praktek pengasuhan yang buruk pada anaknya. Pada prakteknya terjadi penurunan interaksi orang tua-anak yang terjadi pada masa
3
anak usia sekolah dan hal ini mungkin lebih meluas terjadi dalam keluarga dengan sedikit pendidikan pengasuhan (Hill & Stafford, diacu dalam Santrock 2007). Pengetahuan tentang pengasuhan pada keluarga petani karet dan petani sawit berbeda sesuai dengan karakteristik sosial ekonomi masing-masing. Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan pengasuhan dan akhirnya berdampak pada perkembangan anak. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini menjadi penting agar dapat menjelaskan kondisi nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Perumusan Masalah Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusianya. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam, baik di darat maupun di laut dan juga kaya akan sumberdaya manusia jika dilihat dari jumlah penduduknya. Berdasarkan tingkat kemakmuran, Negara Indonesia masih berada dibawah tingkat kemakmuran negara-negara tetangga yang miskin akan sumberdaya alam dan masih kekurangan sumberdaya manusia. Kemiskinan merupakan salah satu indikator dalam melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kabupaten Bungo memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cukup rendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jambi. Pada Tahun 2009 IPM Kabupaten Bungo yaitu 71,34 dan merupakan urutan tiga terendah dari 11 kabupaten yang ada di Provinsi Jambi serta urutan 217 di tingkat nasional (BPS Kabupaten Bungo 2009). Padahal dengan sumberdaya yang melimpah Kabupaten Bungo seharusnya memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya dengan baik. Sebagai sumberdaya yang berharga dan tahan lama, anak merupakan harapan orang tua agar mendapatkan kebahagiaan di masa depan. Secara alami anak memiliki nilai psikis dan materi sehingga orang tua menganggap anak merupakan nilai investasi di masa depan yang paling efisien. Investasi pada anak diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan kebutuhan makan anak yang baik (Becker & Murphy 1995). Namun pada
4
kenyataannya, dalam kondisi yang serba kekurangan orang tua tidak mampu menyekolahkan anak karena faktor kemiskinan dan masih rendahnya tingkat kesadaran dan motivasi orang tua untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Banyak orang tua terutama dari kalangan petani yang berpendapat bahwa sekolah tidaklah penting, sebaliknya hal yang lebih penting adalah anak bisa mencari uang dengan membantu ayahnya dikebun untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kemiskinan merupakan penyebab stress yang cukup besar bagi seorang anak dan keluarga mereka. Anak yang berasal dari keluarga miskin lebih mungkin mengalami kejadian yang mengancam dan tidak bisa di kontrol (Papalia, Olds & Feldman 2009). Menurut Brooks-Gun, Leventhal, & Duncan (2000), diacu dalam Papalia, Olds & Feldman (2009) tempat tinggal yang tidak memadai, lingkungan tempat tinggal yang berbahaya, tugas-tugas tambahan yang memberatkan, dan juga kepastian ekonomi merupakan stressor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kaum miskin. Kualitas lingkungan pengasuhan menjadi tidak maksimal ketika partisipasi orang tua dalam mendorong perkembangan anak sangat minim. Terbatasnya waktu dalam interaksi keluarga dan persediaan material yang minim ditambah tekanan ekonomi saat ini yang membuat tidak sedikit orang tua lebih mementingkan bekerja daripada meluangkan waktunya untuk anak. Cara keluarga menerapkan pengasuhan dalam keluarga juga dipengaruhi oleh suku dan pengalaman yang diterima dari orang tua dan persepsi orang tua tentang nilai anak. Suku Jawa menerapkan pengasuhan yang lebih hangat dan memiliki iklim emosional yang baik terhadap anak (Zeitlin et al. 1995). Selain itu, pengalaman orang tua di masa lalu akan mempengaruhi pola pengasuhannya di masa saat ini. Bila pengasuhan orang tua yang diterimanya pada masa lalu adalah baik maka baik pula pengasuhan yang diterapkannya sehingga tumbuh kembang anak berlangsung secara optimal namun apabila pengasuhan yang diterimanya terdahulu kurang baik maka anak tidak akan tercipta generasi penerus yang berkualitas sehingga kemiskinan strtuktural tidak dapat di hentikan.
5
Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana karakteristik keluarga dan karakteristik anak contoh? 2. Bagaimana nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi anak, dan kualitas pengasuhan serta perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh? 3. Bagaimana perbedaan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh? 4. Bagaimana hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh? 5. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan pada keluarga contoh? 6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan anak contoh?
Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik anak contoh. 2. Mengidentifikasi nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi anak, dan kualitas pengasuhan serta perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh. 3. Menganalisis perbedaan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh. 4. Menganalisis hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh. 5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan pada keluarga contoh. 6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan anak contoh.
6
Manfaat Penelitian 1.
Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengasah kemampuan dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan peneliti.
2.
Institusi Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur, dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3.
Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pemerintah Kabupaten Bungo khususnya mengenai nilai anak, kualitas pengasuhan dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit. Sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan khususnya pemerintah Kabupaten Bungo yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.