1
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat miskin adalah melalui pemberdayaan wanita sebagai mitra sejajar dengan pria, peran nafkah tidak lagi didominasi hanya oleh pria sebagai kepala keluarga tetapi wanita sebagai ibu rumah tangga berperan dalam mencari nafkah keluarga. Kendala yang dihadapi oleh wanita khususnya di pedesaan adalah kurang modal, kurang bekal pengetahuan dan keterampilan yang menunjang (Padmi & Haryanto, 2003). Dewasa ini wanita dituntut untuk memiliki sikap mandiri kebebasan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Profil wanita dewasa ini dapat digambarkan sebagai manusia yang harus hidup dalam situasi dilematis. Pada satu sisi dituntut untuk berperan serta dalam semua sektor kehidupan tetapi di sisi lain muncul pula tuntutan agar wanita tidak melupakan kodrat mereka. Contoh wanita karier umumnya terpanggil untuk mendarmabaktikan bakat dan keahliannya, namun di sisi lain dihantui oleh opini masyarakat
yang melihat wanita karier
sebagai
salah
satu
penyebab
ketidakberhasilan pendidikan anak (Soetrisno, 1997 : 61). Dilema yang dihadapi wanita yang bekerja adalah munculnya tuntutan atau peran-peran dari masyarakat yang harus dilakukan wanita, seperti merawat anak atau mengurus keluarga. Pekerjaan tersebut dianggap sebagai kodrat wanita. Sesungguhnya kodrat wanita itu adalah sesuatu yang diterima dari Illahi dan tidak bisa dipertukarkan, seperti melahirkan dan menyusui anak, namun yang berkembang dalam masyarakat seolah-olah merawat dan mengurus keluarga hanya merupakan kewajiban wanita. Keadaaan ini menyebabkan peran-peran yang harus dilakukan wanita yang bekerja lebih banyak daripada laki-laki, sementara laki-laki hanya melakukan peran yang terbatas yaitu sebagai pencari nafkah. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran wanita dalam pembangunan, antara lain dalam bentuk organisasi perempuan, seperti Dharma Pertiwi, Dharma Perempuan, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) (Soetrisno, 1997 : 67). Organisasi-organisasi
2
tersebut dibentuk sebagai wadah untuk menampung aspirasi wanita agar mereka turut serta dalam kegiatan pembangunan. Program-program pembangunan untuk wanita sesungguhnya masih belum menjamin kesempatan para wanita untuk melaksanakan peran mereka. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : a. Program-program tersebut masih dihubungkan dengan usaha-usaha yang mendukung kelestarian jabatan pelaksana program, seperti proyek PKK. b. Sifat administratif program tersebut sama dengan program pembangunan lainnya yang berorientasi pada kemudahan pimpinan proyek mengawasi tercapainya target program itu daripada menyesuaikan program itu dengan kepentingan serta kondisi sosial-ekonomi manusia yang menjadikan objek program. (Soetrisno, 1997 : 99) Selain itu salah satu program penanggulangan kemiskinan bagi kaum wanita yaitu Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS). manusia,
Program tersebut bertujuan
sumber
mengembangkan
daya keluarga
alam
dan
sehat
untuk meningkatkan sumber daya
lingkungan
sejahtera
dan
guna mewujudkan bahagia
dalam
dan
rangka
pembangunan masyarakat desa/kelurahan dengan wanita sebagai penggeraknya (Pedoman Umum Pelaksanaan Program P2WKSS, 1991 : 1). Program P2WKSS adalah program peningkatan peranan wanita yang menggunakan pola pendekatan lintas sektoral yang terkoordinasi, berupaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga bagi keluarga-keluarga yang tergolong berpendidikan, berketerampilan dan berpenghasilan serta berstatus kesehatan rendah di desa/wilayah yang tergolong masih rawan sosial dan ekonomi. Tujuan Program P2WKSS adalah terwujudnya dan berkembangnya keluarga sehat, sejahtera dan bahagia termasuk pembinaan anak dan remaja melalui peningkatan kedudukan, peranan, kemampuan, kemandirian serta ketahanan mental dan spiritual wanita dengan pendekatan lintas sektoral dalam rangka mengembangkan pembangunan masyarakat pedesaan. Sementara itu sasaran Program P2WKSS adalah wanita yang berusia 16-50 tahun pada keluarga yang berpendidikan dan berketerampilan rendah, berstatus kesehatan dan
3
penghasilan rendah atau keluarga-keluarga yang termasuk kategori pra-sejahtera yang bermukim di desa-desa yang tergolong rawan sosial ekonomi (Pedoman Umum Pelaksanaan P2WKSS,1991 : 2 - 6). Pada awal kegiatan dilakukan upaya menggerakkan keluarga binaan (keluarga miskin) yang memperoleh bantuan Program P2WKSS dan wanita yang tergabung dalam kegiatan Posyandu. Mereka diharapkan mampu mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut. Pelaksanaan Program P2WKSS melibatkan semua masyarakat karena kegiatan yang dilaksanakan mencakup semua sektor kehidupan masyarakat. Berdasarkan wawancara dengan pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Pemerintah Kota Cimahi bahwa masyarakat sulit sekali digerakkan dan mereka baru bergerak setelah mengetahui adanya bantuan. Sementara itu berdasarkan wawancara dengan salah seorang kader PKK bahwa pihak penanggung jawab kegiatan kurang memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pelaksanaan program tersebut. Kegiatan
yang
dilaksanakan
di
dalam
Program
P2WKSS
untuk
meningkatkan pendapatan keluarga yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT) sebanyak dua kelompok, Koperasi Bina Usaha Wanita (KBUW) sebanyak dua kelompok, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan jenis kegiatan pembuatan rangining dan keripik bawang sebanyak lima kelompok serta Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dengan jenis kegiatan pembuatan bata merah sebanyak satu kelompok. Kelompok-kelompok tersebut dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan potensi masyarakat. Sebagai contoh di Kota Cimahi, Program P2WKSS dilaksanakan di Kelurahan Cipageran (RW 06 dan 07) yang merupakan salah satu kelurahan paling luas wilayahnya yaitu 597,14 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 30.666 jiwa. Program tersebut dilaksanakan selama satu tahun yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2005. Program tersebut dilaksanakan di Kelurahan Cipageran (RW 06 dan 07) atas beberapa alasan, yaitu : 1. Jumlah penduduknya lebih padat dibandingkan dengan RW lain. 2. Jumlah KK miskin sebanyak 169 KK.
4
3. Pada umumnya Kepala Keluarga tidak mempunyai pekerjaan tetap. 4. Kondisi sosial dan ekonomi yang rendah.
Masalah Kajian Kaum wanita seringkali merupakan kelompok tidak berdaya, mereka pada umumnya hanya melakukan kegiatan domestik, yaitu mengurus rumah tangga, seperti merawat anak, membersihkan rumah dan melayani suami. Hal ini mengakibatkan adanya anggapan bahwa peran wanita hanya mengurus rumah tangga dan merawat anak, sedangkan sebagai pencari nafkah adalah tugas lakilaki (suami). Keadaan ini merupakan realita yang terjadi di masyarakat sehingga menempatkan wanita kurang berperan dalam kegiatan masyarakat (Wiludjeng H et al 2005 : 3 ). Kaum wanita dianggap tidak berdaya karena mereka tidak bisa memilih untuk melakukan kegiatan lain selain mengurus rumah tangga dan merawat anak. Peran domestik tersebut kurang dihargai dalam kehidupan masyarakat karena tidak menghasilkan upah. Hal ini dipengaruhi pula oleh budaya patriarki yang menempatkan laki-laki paling berperan dalam mencari nafkah keluarga. Akibatnya masyarakat lebih menghargai laki-laki (suami) daripada wanita sehingga laki-laki dianggap lebih berkuasa dan mempunyai posisi lebih tinggi. Adapun Kondisi wanita di lokasi kajian adalah sebagai berikut : pada umumnya hanya melakukan pekerjaan domestik, wanita kurang terlibat dalam kegiatan pembangunan, tingkat pendidikan rata-rata SLTP dan tidak mempunyai kegiatan usaha. Fokus kajian yaitu dua kelompok KBUW yang masing-masing mempunyai anggota 60 orang dan 64 orang. KBUW tersebut menerima bantuan dana masingmasing sebesar Rp.10 Juta yang merupakan dana bergulir dan harus dikembalikan selama tiga tahun. Saat ini KBUW mengalami permasalahan, yaitu usaha anggota koperasi yang belum perkembangan, kurangnya tanggung jawab anggota dalam pembayaran iuran koperasi, kepengurusan KBUW tidak komplit, pinjaman digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif, pengambilan keputusan penggunaan pinjaman berada di tangan suami, pengetahuan pengurus KBUW terbatas dan wanita kurang aktif dalam kegiatan KBUW.
5
Dengan kondisi tersebut kegiatan KBUW kurang berjalan secara optimal. Berdasarkan hal itu pula, penulis mencoba melakukan kajian dengan menggunakan analisis Pemberdayaan Longwe dengan lima dimensi yaitu “kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol”. Analisis Pemberdayaan Longwe digunakan untuk menganalisis pencapaian aspek pemberdayaan wanita di dalam mengikuti kegiatan KBUW. Namun demikian, sebelum dilakukan analisis Pemberdayaan Longwe terlebih dahulu dilakukan Analisa Harvard untuk menganalisis pembagian peran antara wanita dan laki-laki di dalam rumah tangga maupun kelembagaan KBUW. Analisis tersebut dilakukan dengan asumsi bahwa pembagian peran di dalam rumah tangga akan mempengaruhi wanita di dalam mengikuti kegiatan KBUW. Berdasarkan gambaran latar belakang dan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan masalah kajian sebagai berikut : 1. Bagaimana pembagian peran antara wanita dan laki-laki di dalam rumah tangga dan kegiatan KBUW ? 2. Bagaimana hasil analisis Pemberdayaan Longwe antara wanita dan laki-laki dalam kegiatan KBUW ? 3. Sejauh mana pencapaian aspek pemberdayaan dalam kegiatan KBUW ? 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan KBUW. 5. Bagaimana hasil analisis tersebut dapat menunjang kegiatan KBUW dalam memberdayakan kaum wanita ?
Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk menganalisis setiap tahap kegiatan KBUW dengan menggunakan lima dimensi Analisis pemberdayaan longwe yaitu kesejahteraan, akses, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini secara khusus adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan KBUW. 2. Menganalisis pembagian peran antara wanita dan laki-laki di dalam rumah tangga dan kegiatan KBUW 3. Menganalisis bagaimana aspek pemberdayaan wanita dalam kegiatan KBUW
6
4. Menyusun strategi berdasarkan Analisis Harvard dan Pemberdayaan Longwe sehingga dapat menunjang kegiatan KBUW dalam memberdayakan kaum wanita.
Manfaat Kajian Manfaat kajian ini adalah sebagai berikut : 1. Memberi
wawasan mengenai analisis gender terhadap program-program
pemberdayaan wanita. 2. Hasil kajian dapat digunakan wanita untuk mengembangkan modal pembangunan sesuai kemampuan/pengetahuan mulai dari perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi program. 3. Sebagai bahan masukan untuk menyusun strategi dengan alat analisis Harvard dan pemberdayaan Longwe sehingga dapat menunjang kegiatan KBUW dalam memberdayakan kaum wanita.